Negara: Jalur Gaza

  • Pilu, Wanita Palestina Ditembak Mati Tentara Israel di Tepi Barat

    Pilu, Wanita Palestina Ditembak Mati Tentara Israel di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Tentara Israel menembak mati seorang wanita Palestina di dekat Salfit, Tepi Barat. Tel Aviv mengklaim wanita berusia 30 tahun itu mendalangi serangan penikaman di area tersebut.

    Kementerian Kesehatan Palestina, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (9/4/2025), mengidentifikasi wanita 30 tahun yang tewas itu sebagai Amana Ibrahim Mohammed Yaqub. Disebutkan bahwa Amana “ditembak oleh pasukan (Israel) di dekat Salfit” — dekat Nablus — pada Selasa (8/4) waktu setempat.

    Diklaim oleh militer Israel dalam pernyataan terpisah bahwa pasukannya telah melumpuhkan “seorang teroris” yang berupaya menyerang tentaranya di Tepi Barat.

    “Telah melumpuhkan seorang teroris yang melemparkan batu dan berusaha menikam tentara-tentara yang ada di dekat persimpangan Gitai Avisar,” sebut militer Israel dalam pernyataannya. Gitai Avisar disebut terletak dekat desa Hares di Tepi Barat.

    Seorang jurnalis AFP yang ada di area itu melaporkan dirinya melihat jenazah Amana tergeletak di pinggir jalan. Rekaman video yang diunggah ke media sosial menunjukkan sesosok jenazah terbaring telentang dengan ditutup selimut dan dikelilingi oleh tentara.

    Dituturkan wali kota setempat, Ahmed Abu Safiyeh, kepada AFP bahwa Amana merupakan seorang pengacara dan seorang ibu dari tiga anak yang berasal dari area Biddya.

    Area di sekitar Salfit yang menjadi lokasi penembakan itu diketahui padat dengan permukiman Yahudi, termasuk di area kota Ariel.

    Sejak awal perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023 lalu, rentetan aksi kekerasan meningkat di wilayah Tepi Barat. Para tentara Israel dan pemukim Yahudi, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina, telah menewaskan sedikitnya 918 warga Palestina di wilayah tersebut.

    Sementara menurut laporan otoritas Israel, sedikitnya 33 warganya, termasuk tentara, tewas dalam rentetan serangan dan bentrokan dengan warga Palestina selama periode yang sama di wilayah tersebut.

    Lihat juga Video ‘Israel Serang Markas Media Lokal Palestina, Tewaskan 1 Jurnalis’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jajak Pendapat: Mayoritas Warga AS Tidak Menyukai Israel, Pandangan Makin Negatif – Halaman all

    Jajak Pendapat: Mayoritas Warga AS Tidak Menyukai Israel, Pandangan Makin Negatif – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hasil jajak pendapat terbaru memperlihatkan bahwa sebagian besar warga Amerika Serikat (AS) tidak menyukai Israel atau memiliki pandangan buruk mengenai negara Zionis itu.

    Jajak pendapat itu dilakukan oleh lembaga survei terkenal asal AS bernama Pew Research Center dan hasilnya dirilis Selasa kemarin, (8/4/2025).

    Perilisan itu bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Gedung Putih untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

    Pew Research Center menyebut pandangan warga AS mengenai Israel makin negatif dalam tiga tahun terakhir.

    Saat ini mayoritas orang dewasa di AS (53 persen) punya pandangan buruk tentara Israel. Jumlah ini meningkat karena pada bulan Maret 2022 angkanya 42 persen.

    Peningkatan itu terjadi setelah Hamas menyerang Israel tahun 2023, kemudian Israel menginvasi Jalur Gaza.

    Menurut survei terbaru, kepercayaan warga AS kepada Netanyahu juga tetap rendah, yakni 32 persen.

    Survei itu dilakukan tanggal 24 hingga 30 Maret 2025 atau sebelum Netanyahu kembali berkunjung ke AS. Sampel survei adalah 3.605 orang dewasa di AS.

    PATROLI IDF – Tangkap layar Khaberni Sabtu (15/3/2025) menunjukkan seorang tentara Israel (IDF) melakukan patroli di sebuah titik di pagar pembatas keamanan di perbatasan Israel-Yordania. Israel mau memperkuat pagar pembatas ini dengan alasan keamanan. Alasan ini dicurigai hanya kedok untuk mencaplok Tepi Barat, Palestina. (khaberni/tangkap layar)

    Adapun sebanyak 54 persen responden merasa perang di Gaza adalah persoalan yang penting bagi mereka. Angka ini turun karena sebelumnya (Januari 2024) mencapai 65 persen.

    Sebanyak 69 persen responden pendukung Partai Demokrat memandang buruk Israel, sedangkan pada responden Partai Republik ada 37 persen yang memandang buruk Israel.

    Jumlah ini meningkat karena pada tahun 2022 angkanya 53 persen (Demokrat) dan 27 persen (Republik).

    “Responden muda Demokrat dan yang lebih tua menjadi makin berpandangan negatif terhadap Israel selama periode tiga tahun ini, tetapi pandangan negatif dari responden muda demokrat telah naik 9 poin, dibandingan dengan kenaikan 23 poin di antara responden Demokrat yang lebih tua,” demikian kata lembaga survei itu.

    Di antara responden pendukung Republik, sebanyak 50 persen kalangan di bawah 50 tahun berpandangan negatif terhadap Israel, sedangkan 48 persen memandang positif.

    Hal ini menunjukkan terjadinya pergeseran karena pada tahun 2022 ada 63 persen yang memilki pandangan positif terhadap Israel dan 35 persen berpandangan negatif.

    Sementara itu, 93 persen responden dari kalangan Yahudi Amerika memandang konflik di Gaza merupakan persoalan penting bagi mereka. Sebanyak 74 persennya bahkan menganggapnya sangat penting.

    Lalu, sebagian besar responden muslim (68 persen) juga memandang konflik itu sebagai persoalan penting bagi mereka secara pribadi.

    Sikap terhadap Netanyahu

    Pew Research juga menyurvei pandangan warga AS terhadap Netanayahu.

    Hasilnya, 53 persen responden tidak punya kepercayaan atau hanya sedikit punya kepercayaan terhadap Netanyahu untuk “melakukan hal yang tepat dalam urusan dunia”. Adapun 32 persen respin mempercayainya.

    Angka ini tidak berubah besar sejak survei tahun lalu. Meski demikian, jumlah warga AS yang tidak percaya kepada Netanyahu telah meningkat drastis antara tahun 2023 dan 2024.

    Responden pendukung Republik jauh lebih optimistis (51 persen) mengenai Netanyahu dibandingkan dengan Demokrat.

    Sementara itu, di antara para responden Demokrat, sebagian besar responden muda dan tua kurang percaya kepada Perdana Menteri Israel itu.

    NETANYAHU – Foto ini diambil dari publikasi X Netanyahu pada Jumat (21/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Netanyahu berpidato. (X @netanyahu)

    Pendapat tentang apakah Israel dan Palestina bisa berdampingan

    Sebanyak 45 persen warga AS meyakini ada jalan agar negara Israel dan Palestina bisa eksis secara berdampingan. Cara itu ialah dengan menerapkan “solusi dua negara”.

    Angka ini turun dibandingkan dengan hasil survei tahun 2023 (52 persen).

    Saat ini sebagian besar responden Demokrat (56 persen) melihat ada kemungkinan Israel dan Palestina bisa berdampingan.

    Sementara itu, hanya 36 persen responden Republik yang merasa ada kemungkinan itu.

  • DPP BKPRMI Kutuk Serangan Israel ke Gaza, Minta Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Palestina  – Halaman all

    DPP BKPRMI Kutuk Serangan Israel ke Gaza, Minta Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Palestina  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dewan Pengurus Pusat Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPP BKPRMI) mengutuk serangan yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza, Palestina.

    Dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (8/4/2025), Ketua Umum DPP BKPRMI, Nanang Mubarak mengatakan serangan militer Israel secara membabi buta terhadap masyarakat sipil, wanita, anak-anak dan warga tak bersenjata di Gaza harus dihentikan. 

    “Kami menyerukan penghentian segera serangan genosida dan segala bentuk kontak senjata dalam bentuk apapun, terutama oleh pasukan pendudukan militer zionis Israel,” kata Nanang.

    DPP BKPRMI kata Nanang, juga mengecam Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang telah memberikan dukungan tak bersyarat terhadap intervensi militer Israel, yang tidak hanya memperpanjang penderitaan rakyat Palestina, tetapi juga melemahkan posisi moral Amerika di mata komunitas internasional. 

    “Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat seharusnya memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, serta perdamaian dunia. Karenanya kami meminta menghentikan dukungan dan bantuan terhadap agresi militer zionis Israel; Mendorong kebijakan luar negeri yang berbasis pada diplomasi dan resolusi damai; Mendukung penuh operasi kemanusiaan internasional dan komunitas masyarakat sipil global; Menggunakan pengaruh politik Amerika untuk menekan kebijakan ekspansionis dan invansionis Israel, demi menciptakan perdamaian dunia,” ujarnya.

    DPP BKPRMI juga meminta secara khusus kepada Pemerintah Republik Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto untuk mendukung penuh perjuangan dan kemerdekaan negara Palestina, dengan berperan aktif menghentikan perang genosida zionis Israel di Gaza—Palestina dan mengambil langkah-langkah tegas membantu perjuangan rakyat Palestina.

    Menurut Nanang, langkah-langkah yang perlu ditempuh di antaranya melalui jalur diplomasi dan pengaruh politik di PBB untuk menghentikan perang genosida dan sanksi pada Israel.

    Indonesia juga diminta memimpin konsolidasi para pemimpin negara-negara Islam dan Arab—OKI untuk menekan Israel menghentikan agresi genosida zionis Israel.

    “Segera mengirimkan Brigade Komposit sebagai pasukan penjaga perdamaian ke jalur Gaza Palestina, maupun di jalur perbatasan, dan mengirim bantuan kemanusiaan dan memfasilitasi distribusi bantuan secara langsung agar segera sampai kepada warga Palestina penyintas kebrutalan kejahatan zionis Israel,” katanya.

    DPP BKPRMI juga mengajak seluruh anggota, ader, pengurus BKPRMI, dan keluarga besar BKPRMI, para Da’i dan khatib masjid di seluruh Indonesia untuk memberikan penyadaran (Tau’iyah) kepada umat dan masyarakat luas untuk peduli dan membantu saudara muslim mereka di Gaza Palestina, sebagaimana dulu Palestina pernah memberikan bantuan dan dukungan penuh atas kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944, sekaligus mengingatkan, bahwa menjaga dan membebaskan Masjidil Aqsha adalah kewajiban seluruh Umat Islam.

    DPP BKPRMI juga mengajak seluruh anggota, kader, pengurus BKPRMI dan keluarga besar BKPRMI dan umat Islam Indonesia dan dunia untuk mendukung perjuangan Palestina, peduli dan menolong saudara/i mereka di Gaza Palestina dengan cara:

    a. Gerakan penggalangan donasi kemanusiaan, makanan, minuman, pakaian, obat obatan dan tempat tinggal hunian di Gaza Palestina;

    b. Dihimbau untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi atau jual beli dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme.

    c. Mendoakan dengan doa qunut nazilah untuk kemenangan dan kemerdekaan Palestina dan melakukan shalat ghaib untuk para syuhada Palestina.

    Sebelumnya serangan militer Israel yang berubah menjadi genosida itu terus berlanjut tanpa henti meski ada seruan gencatan senjata dari Dewan Keamanan PBB dan desakan pencegahan genosida dari Mahkamah Internasional.

    Gelombang serangan Israel itu menargetkan titik vital seperti sekolah, tempat pengungsian, rumah sakit, pusat makanan, dapur umum, zona aman yang ditetapkan Israel, dan pabrik desalinasi air. 

    Serangan itu mengakibatkan korban jiwa berjatuhan, korban luka, serta ribuan warga mengungsi.

    Selain itu, serangan tersebut juga menyebabkan hancurnya rumah, gedung, serta fasilitas publik lainnya. 

    Sejak mengingkari kesepakatan gencatan senjata, serangan yang dilakukan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 1.200 orang warga Palestina, termasuk ratusan anak-anak. 

    Laporan sumber medis, seperti dilansir WAFA, total korban tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah meningkat menjadi 50.695 orang yang tercatat dan 115.338 lainnya luka-luka. 

    Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

  • Houthi Lancarkan Serangan Drone ke Tel Aviv, AS Beri Peringatkan: Situasi Akan Semakin Buruk! – Halaman all

    Houthi Lancarkan Serangan Drone ke Tel Aviv, AS Beri Peringatkan: Situasi Akan Semakin Buruk! – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi di Yaman kembali meningkatkan tensi konflik dengan meluncurkan serangan terhadap target militer di Tel Aviv, Israel dan dua kapal perang Amerika Serikat (AS) di Laut Merah.

    Pada Senin (7/4/2025), juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan pasukannya menyerang situs militer di wilayah Yafa, pinggiran Tel Aviv, menggunakan drone “Yafa”, seperti dilaporkan al-Masirah TV.

    “Angkatan bersenjata Yaman melancarkan operasi untuk menghancurkan pangkalan militer Israel di wilayah pendudukan Yafa,” ujar Saree, dikutip dari TASS.

    Drone Yafa disebut sebagai hasil modifikasi dari drone Samad-3 milik Iran, yang memiliki jangkauan jelajah jauh dan mampu menjalankan misi ganda: pengintaian dan serangan.

    Selain menyerang Tel Aviv, Houthi juga mengklaim telah meluncurkan rudal jelajah dan drone ke arah dua kapal perusak milik AS di Laut Merah.

    Serangan ini dikatakan sebagai balasan atas agresi udara AS terhadap Yaman.

    “Serangan ke kapal perang Amerika merupakan tanggapan atas kejahatan AS terhadap rakyat Yaman,” kata Saree.

    Ia merujuk pada serangan udara AS ke sebuah rumah di Sanaa pada Minggu (6/4/2025), yang menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 20 lainnya, termasuk perempuan dan anak-anak.

    Saree menegaskan Houthi akan terus melancarkan operasi hingga agresi Israel ke Jalur Gaza berhenti dan blokade dicabut.

    Kelompok ini menyatakan aksinya sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas dan rakyat Palestina.

    Israel Klaim Tembak Jatuh Drone

    Militer Israel (IDF) mengklaim telah mencegat sebuah drone yang mendekati wilayah udaranya dari arah timur.

    Drone tersebut dihancurkan di atas Gurun Aravah, bagian selatan Israel, menurut laporan The Times of Israel.

    AS Tingkatkan Operasi Militer

    Ketegangan antara Houthi dan AS meningkat sejak 15 Maret, ketika Presiden AS Donald Trump mengizinkan operasi militer untuk menargetkan basis-basis Houthi di Yaman.

    Washington menilai kelompok ini sebagai ancaman terhadap kebebasan navigasi di Laut Merah.

    Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memperingatkan bahwa operasi militer terhadap Houthi akan terus berlanjut dan menjadi lebih intensif.

    “Ini adalah pekan-pekan yang buruk bagi Houthi, dan akan terus memburuk,” ujarnya dalam konferensi pers usai pertemuan dengan PM Israel Benjamin Netanyahu, seperti dilansir Al Arabiya (8/4/2025).

    Hegseth menyebut serangan udara AS menargetkan bunker senjata, sistem pertahanan udara, dan markas bawah tanah Houthi.

    Ia juga memperingatkan Iran agar menghentikan dukungannya terhadap kelompok tersebut.

    “Kami memiliki lebih banyak opsi dan tekanan untuk diberikan,” tegasnya.

    Dukungan dari Arab Saudi dan Operasi Lanjutan

    Menurut pernyataan Pentagon, Hegseth juga melakukan pembicaraan dengan Menhan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, guna membahas operasi militer terhadap Houthi serta kerja sama pertahanan regional.

    Juru bicara Pentagon Sean Parnell menyatakan bahwa keduanya sepakat pentingnya menegakkan kebebasan navigasi di Laut Merah dan melemahkan kekuatan Houthi.

    Presiden Trump menegaskan bahwa beberapa tokoh senior Houthi telah tewas dalam serangan udara terbaru, meski belum ada bukti publik yang disampaikan oleh Gedung Putih.

    Sebagai bagian dari operasi, militer AS dilaporkan telah mengerahkan pesawat pengebom siluman B-2 di Samudra Hindia, pesawat yang sebelumnya digunakan dalam serangan ke situs bawah tanah Houthi pada Oktober lalu.

    Latar Belakang Konflik dan Eskalasi Terbaru

    Ketegangan ini merupakan kelanjutan dari konflik panjang antara Houthi dan Israel sejak eskalasi di Gaza 2023.

    Meski sempat mereda karena gencatan senjata pada Januari, konflik kembali memanas sejak Maret, ketika Houthi mengancam menyerang kapal dagang dan pangkalan militer Israel.

    Kelompok ini juga memperingatkan akan menyerang kapal komersial yang terkait dengan Israel di perairan Laut Merah dan Selat Bab el-Mandeb.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Serangan Israel Hantam Dapur Amal di Gaza saat Warga Kumpul untuk Makan, Lebih dari 30 Orang Tewas – Halaman all

    Serangan Israel Hantam Dapur Amal di Gaza saat Warga Kumpul untuk Makan, Lebih dari 30 Orang Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan Israel menghantam dekat dapur amal tempat warga Palestina berkumpul untuk menerima makanan matang, saat persediaan makanan menipis akibat blokade Israel selama sebulan di Jalur Gaza, Senin (7/4/2025).

    Ini menjadi satu dari serangkaian serangan di wilayah tersebut yang menewaskan lebih dari 30 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, kata pejabat rumah sakit.

    Serangan lainnya menghantam tenda media di luar rumah sakit, menewaskan dua orang, termasuk seorang wartawan lokal, dan melukai enam wartawan lainnya, kata petugas medis.

    Militer Israel mengklaim serangan itu menargetkan seorang pria yang diidentifikasi sebagai militan Hamas yang menyamar sebagai wartawan.

    Rekaman video menunjukkan orang-orang membawa jenazah seorang gadis kecil, wajahnya berlumuran darah, akibat ledakan yang menurut saksi mata menghantam sebuah tenda di samping dapur amal di luar kota Khan Younis di selatan.

    Enam orang lainnya tewas, termasuk dua wanita, dan 10 orang terluka, kata pejabat rumah sakit.

    Pemogokan terjadi sekitar tengah hari saat dapur umum sedang mendistribusikan makanan kepada para pengungsi yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.

    Warga bernama Samah Abu Jamie mengatakan keponakannya termasuk di antara mereka yang tewas, dan putrinya yang masih kecil terluka saat mereka menunggu dengan panci mereka untuk mengambil makanan bagi keluarga mereka.

    “Mereka hendak mengambil makanan. Saya bilang padanya, ‘Nak, jangan pergi’,” katanya, Senin, dilansir AP News.

    “Mereka masih anak-anak, dan mereka tidak membawa apa pun kecuali panci. Apakah panci adalah senjata?” tanya dia.

    Pasukan Israel Menembak Kru Gaza

    Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 15 petugas medis dan penyelamat yang dibunuh oleh pasukan Israel bulan lalu di Gaza ditembak di tubuh bagian atas dengan “niat membunuh.”

    Pembunuhan itu terjadi di Jalur Gaza selatan pada 23 Maret 2025, beberapa hari setelah serangan baru Israel di wilayah Palestina, dan sejak itu memicu kecaman internasional.

    Younis al-Khatib, Presiden Bulan Sabit Merah di Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan kepada wartawan di Ramallah:

    “Telah dilakukan autopsi terhadap para martir dari Bulan Sabit Merah dan tim pertahanan sipil. Kami tidak dapat mengungkapkan semua yang kami ketahui, tetapi saya akan mengatakan bahwa semua martir ditembak di bagian atas tubuh mereka, dengan maksud untuk membunuh.”

    Al-Khatib menyerukan penyelidikan internasional atas pembunuhan tersebut, yang secara terpisah diumumkan sedang diselidiki oleh militer Israel.

    “Kami menyerukan kepada dunia untuk membentuk komisi penyelidikan internasional yang independen dan tidak memihak terkait keadaan pembunuhan yang disengaja terhadap kru ambulans di Jalur Gaza,” kata al-Khatib, dikutip dari Al Arabiya.

    Militer Israel mengatakan tentaranya menembaki “teroris” yang mendekati mereka dengan “kendaraan mencurigakan,” dan seorang juru bicara kemudian menambahkan bahwa lampu kendaraan tersebut dimatikan.

    Namun, video yang ditemukan dari ponsel salah satu pekerja bantuan yang terbunuh, yang dirilis oleh Bulan Sabit Merah, tampaknya bertentangan dengan pernyataan militer Israel.

    Rekaman itu memperlihatkan ambulans melaju dengan lampu depan menyala dan lampu darurat menyala.

    Mereka yang tewas termasuk delapan staf Bulan Sabit Merah, enam anggota badan pertahanan sipil Gaza, dan satu pegawai badan PBB untuk pengungsi Palestina.

    Mayat-mayat tersebut ditemukan terkubur di dekat lokasi penembakan di daerah Tal al-Sultan kota Rafah, yang oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) digambarkan sebagai kuburan massal.

    “Mengapa kalian menyembunyikan mayat-mayat itu?” kata al-Khatib tentang pasukan Israel yang terlibat dalam serangan itu.

    Israel Hentikan Pasokan untuk Penduduk Gaza

    Dapur amal telah menarik lebih banyak orang Palestina karena sumber makanan lain mulai menipis.

    Lebih dari sebulan yang lalu, Israel menghentikan semua makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan pasokan lain untuk penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta orang, sehingga memaksa kelompok-kelompok bantuan untuk membatasi persediaan mereka.

    Program Pangan Dunia telah memperingatkan bahwa persediaannya untuk menjaga dapur tetap beroperasi dapat habis minggu depan.

    PENGUNGSI GAZA – Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 8 April 2025 memperlihatkan situasi di tenda-tenda pengungsian di Al Rimal, Kota Gaza. (Wafa)

    Juru bicara Abeer Etefa mengatakan pada hari Senin bahwa program tersebut harus menghentikan pendistribusian kotak-kotak makanan pokok langsung ke keluarga minggu lalu.

    Toko roti yang dikelolanya juga telah tutup karena kekurangan tepung, sehingga sumber utama roti bagi ratusan ribu orang pun berakhir.

    Sejak mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas bulan lalu, Israel telah melakukan pemboman di Gaza, menewaskan ratusan orang, dan pasukan darat telah membentuk zona militer baru.

    Israel mengatakan bahwa mereka menekan Hamas untuk membebaskan para sandera yang tersisa, melucuti senjata, dan meninggalkan wilayah tersebut.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel telah setuju untuk berunding demi pembebasan para sandera.

    Kepala enam badan PBB yang beroperasi di Gaza mengatakan dalam pernyataan bersama hari Senin bahwa blokade tersebut telah membuat penduduk Gaza “terjebak, dibom, dan kelaparan lagi.”

    Mereka mengatakan klaim Israel bahwa pasokan yang cukup masuk selama gencatan senjata “jauh dari kenyataan di lapangan, dan komoditas semakin menipis.”

    “Kami menyaksikan aksi perang di Gaza yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap nyawa manusia,” kata mereka.

    “Lindungi warga sipil. Fasilitasi bantuan. Bebaskan sandera. Perbarui gencatan senjata,” tegasnya.

    Diketahui, serangan militer Israel sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang perhitungannya tidak membedakan antara militan dan warga sipil.

    Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza dan menyebabkan sekitar 90 persen penduduknya mengungsi.

    Israel mengatakan pihaknya berupaya menghindari jatuhnya korban sipil dan menyalahkan Hamas atas kematian mereka karena Hamas beroperasi di tengah penduduk.

    Dalam serangan pada 7 Oktober, militan yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 251 orang.

    Mereka masih menahan 59 tawanan — 24 di antaranya diyakini masih hidup — setelah sebagian besar tawanan lainnya dibebaskan melalui gencatan senjata atau kesepakatan lainnya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Israel Berdalih 15 Pekerja Kemanusiaan di Gaza Dibunuh karena Mengancam

    Israel Berdalih 15 Pekerja Kemanusiaan di Gaza Dibunuh karena Mengancam

    Gaza City

    Militer Israel mengatakan bahwa penyelidikan awal terhadap pembunuhan 15 pekerja kemanusiaan di Jalur Gaza bagian selatan bulan lalu menunjukkan insiden itu terjadi “karena adanya rasa terancam” yang dirasakan para tentara Israel.

    Disebutkan oleh militer Israel, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (8/4/2025), bahwa pihaknya mengidentifikasi enam militan Hamas yang berada di sekitar lokasi insiden itu di Rafah.

    Militer Israel mengatakan pihaknya sedang melakukan penyelidikan yang lebih mendalam, tetapi “penyelidikan awal menunjukkan bahwa pasukan melepaskan tembakan karena adanya ancaman yang dirasakan setelah pertemuan sebelumnya di area tersebut”.

    Menurut militer Tel Aviv, enam orang yang tewas di antaranya telah “diidentifikasi sebagai militan Hamas”.

    Belasan pekerja kemanusiaan itu ditembak mati pada 23 Maret lalu dan dikuburkan di kuburan yang dangkal di Jalur Gaza.

    Militer Israel awalnya mengatakan pasukannya melepaskan tembakan setelah kendaraan tanpa pengenal bergerak mendekat dalam kegelapan. Diklaim juga oleh Tel Aviv bahwa pasukan mereka menembaki “teroris”.

    Namun belakangan mereka mengubah pernyataan, setelah muncul video yang menunjukkan sebuah ambulans dan truk pemadam kebakaran, yang memiliki tanda pengenal dengan lampu depan menyala terang dan lampu darurat meraung-raung, ditembaki pasukan Israel.

    Sebanyak 15 pekerja kemanusiaan yang tewas, menurut laporan AFP, terdiri atas delapan staf Bulan Sabit Merah, enam anggota badan pertahanan sipil Gaza, dan satu staf badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina.

    Ditegaskan oleh militer Israel bahwa penyelidikan lebih mendalam akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan, dan hasil penyelidikan itu akan disampaikan kepada publik.

    Belum ada tanggapan terbaru dari Bulan Sabit Merah dan PBB soal klaim terbaru Israel tersebut.

    Namun setelah insiden itu, Bulan Sabit Merah Palestina menyebut “penargetan konvoi ambulansnya” sebagai “kejahatan perang yang nyata, yang mencerminkan pola pelanggaran berulang yang berbahaya terhadap hukum kemanusiaan internasional”.

    Bulan Sabit Merah Palestina juga mengungkapkan hasil autopsi yang menunjukkan bahwa 15 petugas medis dan penyelamat yang dibunuh pasukan Israel itu ditembaki di tubuh bagian atas, yang menurut Bulan Sabit Merah Palestina menunjukkan “niat untuk membunuh” dari pasukan Tel Aviv.

    “Telah dilakukan autopsi terhadap para martir dari Bulan Sabit Merah dan tim pertahanan sipil. Kami tidak dapat mengungkapkan semua yang kami ketahui, tetapi saya akan mengatakan bahwa semua martir ditembak pada bagian atas tubuh mereka, dengan maksud untuk membunuh,” ungkapnya, seperti dilansir AFP.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gaza Adalah Real Estate yang Sangat Penting, Kita Harus Terlibat di Dalamnya

    Gaza Adalah Real Estate yang Sangat Penting, Kita Harus Terlibat di Dalamnya

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menegaskan kembali keinginannya untuk mengendalikan Jalur Gaza. Ia secara eksplisit mengatakan bahwa Gaza adalah sebidang real estate yang luar biasa penting.

    Hal itu diungkapkan Trump dalam pertemuan terbarunya bersama Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu, pada hari Senin, 7 April 2025.

    Menurutnya, daerah kantong itu harus dimiliki, diawasi, dan dikendalikan oleh pasukan perdamaian seperti AS. Ia menyebutnya sebagai ‘Zona Kebebasan’.

    “Tahu kan bagaimana perasaan saya tentang Jalur Gaza. Saya rasa (Gaza) itu adalah sebidang real estate yang luar biasa sangat penting. Dan saya rasa itu adalah sesuatu yang harus kita terlibat di dalamnya,” ucap dia, dikutip Selasa, 8 April 2025.

    “Memiliki pasukan perdamaian seperti AS di sana yang mengendalikan dan memiliki Jalur Gaza akan menjadi hal yang baik… kamu bisa menyebutnya Zona Kebebasan,” ia melanjutkan.

    Trump: “You know how I feel about the Gaza Strip. I think it’s an incredible piece of important real estate. And I think it’s something that we would be involved in. Having a peace force like the US there controlling and owning the Gaza Strip would be a good thing … you call it… pic.twitter.com/qZdxI91B3O— Aaron Rupar (@atrupar) April 7, 2025

    Pada kesempatan lain, Trump dituntut tentang janjinya untuk menghentikan perang Israel-Hamas. Pasalnya, banyak warga Palestina-Amerika memilih dia karena dia berjanji untuk segera mengakhiri perang.

    “Perang akan berakhir di suatu titik yang tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” kata Trump, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Pembicaraan terus terhenti karena Israel memperluas serangan daratnya di Gaza setelah mengakhiri gencatan senjata pada 18 Maret 2025.

    Awal bulan ini Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan perluasan besar operasi militer, dengan mengatakan bahwa tentara akan merebut wilayah yang luas di Gaza.

    Associated Press melaporkan pada hari Senin, Israel saat ini menguasai 50 persen wilayah tersebut karena telah menggandakan ukuran zona penyangga militer selama beberapa minggu terakhir. 

    Genosida Kian Brutal

    Per 5 April 2025, 1.249 orang telah tewas di Gaza sejak Israel Penjajah melanjutkan serangan besar-besaran, setelah mereka melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025.

    Jumlah sipil Palestina yang terluka sejak serangan dimulai kembali kini tercatat sebanyak 3.022, demikian menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Dilaporkan, angka tersebut mencakup 86 orang yang tewas dan 287 yang terluka dalam 24 jam terakhir.

    Dilaporkan juga bahwa jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza telah mencapai 50.609 jiwa sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Jumlah orang yang terluka di Gaza sejak tanggal itu tercatat sebanyak 115.063. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Mulai Pindahkan Warga Palestina ke Luar Gaza, ‘Penerbangan Deportasi’ Dibuka – Halaman all

    Israel Mulai Pindahkan Warga Palestina ke Luar Gaza, ‘Penerbangan Deportasi’ Dibuka – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan mulai menjalankan rencana pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Menteri Dalam Negeri Israel Moshe Arbel pada hari Senin, (7/4/2025), mengatakan penerbangan untuk pemindahan warga Gaza sudah dibuka di Bandara Ramon.

    Menurut dia, sudah ada 16 penerbangan yang membawa warga Palestina keluar dari Gaza. Penerbangan itu diduga merupakan upaya yang didukung pemerintah Israel untuk memindahkan paksa warga Gaza.

    “Saya bisa berkata bahwa penerbangan ini mungkin sekali akan meningkat pada periode mendatanga,” kata Arbel dikutip dari The New Arab.

    Arbel tidak merinci ukuran atau kapasitas “pesawat deportasi itu”, jumlah penumpang dari Gaza, dan negara tujuan.

    Pernyataan pejabat tinggi Israel itu merupakan sinyal terbaru tentang keinginan Israel untuk memindahkan warga Gaza.

    Israel mengklaim rencananya sebagai “migrasi sukarela” warga Gaza. Namun, organisasi HAM mengecamnya sebagai upaya pemindahan paksa dan pembersihan etnis.

    GAZA HANCUR – Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 6 Maret 2025 memperlihatkan bangunan-bangunan di Jalur Gaza hancur karena serangan Israel. Mesir mengusulkan rencana pembangunan kembali Gaza. (Wafa)

    Arbel ditanya apakah usul pemindahan yang pertama kali disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump itu bakal sukses.

    Dia menjawab, “Kami menyediakan layanan untuk Koordinator Aktivitas Pemerintah di Wilayah dan Kementerian Pertahanan.”

    “Kami menyediakan peralatan untuk menjalankan misi ini.”

    Arbel mengklaim ada pergerakan signifikan di antara orang-orang di Gaza yang ingin hidup dan membesarkan anak mereka dalam kedamaian.

    Di samping itu, dia menyebut ada keinginan kuat warga Gaza untuk pergi ke Eropa dan negara-negara lain.

    Menurutnya, Israel kini bekerja sama dengan otoritas perbatasan dan otoritas di Tepi Barat untuk mengurus perlintasan aman dari Gaza ke Bandara Ramon. Negara ketiga, terutama yang ada di Eropa, akan mengambil alih transportasi udara.

    Narasumber dari organisasi HAM Israel menduga banyak dari penumpang pesawat itu punya kewarganegaraan ganda.

    Pekan lalu surat kabar sayap kiri di Israel, Haaretz, mengatakan ada tokoh politik senior yang mendamping Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Hungaria. Pejabat itu mengonfirmasi bahwa Israel aktif berunding dengan lebih dari satu negara agar bersedia menerima warga Gaza.

    “Israel sangat serius dalam menerapkan rencana Trump untuk memindahkan penduduk Gaza ke negara lain,” kata narasumber Haaretz itu.

    Dia mengatakan beberapa negara pada dasarnya sudah sepakat, tetapi meminta imbalan strategis, tidak hanya uang.

    “Prioritas kami adalah menyelamatkan sandera, melenyapkan Hamas, dan menciptakan peluang yang nyata untuk pemindahan sukarela,” ujarnya.

    Dia mengklaim jajak pendapat yang dilakukan sebelum perang menunjukkan 60 persen warga Gaza ingin meninggalkan tanah Palestina itu.

    “Kita berbicara mengenai lebih dari sejuta orang.”

    WARGA GAZA BUKBER – Foto merupakan tangkap layar dari YouTube Al Jazeera English yang diambil pada Minggu (2/3/2025), menunjukkan momen warga Gaza berbuka puasa di tengah reruntuhan. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    Trump dan Netanyahu bahas cara pindahkan warga Gaza

    Trump dan Netanyahu dilaporkan membahas pemindahan warga Gaza ketika PM Israel itu berkunjung ke Gedung Putih.

    Mereka mendiskusikan negara-negara yang mungkin bisa menerima kedatangan warga Gaza.

    Dalam pertemuan itu Trump mengaku ingin melihat perang di Gaza berhenti. Dia juga mengklaim perang itu akan selesai dalam waktu dekat.

    Sementara itu, seorang pakar politik Palestina-Amerika bernama Omar Baddar mengkritik rencana Trump dan Netanyahu.

    Menurut Baddar, pertemuan Trump dengan Netanyahu merupakan hal yang “sangat tercela”. Pertemuan itu menunjukkan bahwa Israel bagi AS adalah sebuah negara yang “berada di atas hukum”.

    Dia mengecam Trump dan Netanyahu karena membuat Gaza “tak bisa ditinggali”.

    “Mereka mengenai Gaza yang menjadi tempat berbahaya, tetapi Gaza hanya berbahaya karena mereka bersikeras mengebom dan menghancurkannya, membuatnya tak cocok untuk kehidupan manusia,” katanya dikutip dari Al Jazeera.

    Adapun Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi sudah menggelar pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Raja Yordania Abdullah untuk membahas situasi parah di Gaza.

    Mereka menolak pemindahan paksa warga Palestina dari tanah air mereka dan pencaplokan wilayah Palestina.

  • Kena Batunya, 10 Warga Inggris Digugat karena Gabung IDF dan Lakukan Kejahatan di Gaza – Halaman all

    Kena Batunya, 10 Warga Inggris Digugat karena Gabung IDF dan Lakukan Kejahatan di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sepuluh warga negara Inggris digugat atas kejahatan perang setelah nekat bergabung dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di tengah berkobarnya perang di Jalur Gaza.

    Public Interest Law Center (PILC) pada hari Senin, (7/4/2025), melaporkan gugatan itu dilayangkan oleh tujuh pengacara Inggris, salah satunya bernama Michael Mansfield.

    Gugatan tersebut atas nama atau kepentingan PILC dan Palestine Centre for Human Rights.

    Dalam berkas gugatan setebal 240 halaman, sejumlah orang yang memiliki kewarganegaraan ganda dituding telah terlibat dalam kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di tiga tempat di Gaza.

    The Jerusalem Post melaporkan PILC juga meminta Tim Penanganan Kejahatan Perang di Markas Perlawanan Terorisme Kepolisian Metropolitan untuk menyelidiki dugaan kejahatan itu.

    Saat ini identitas tergugat dan laporan lengkap tentang gugatan itu belum bisa dirilis secara terbuka agar tidak mengganggu penyelidikan.

    Akan tetapi, disebutkan bahwa beberapa tergugat adalah opsir dan direkrut lewat Mahal, sebuah program sukarelawan asing.

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    Dituding targetkan warga sipil

    Para tergugat dituding terlibat dalam serangan yang menargetkan warga sipil dan pekerja bantuan kemanusiaan.

    Mereka disebut menyerang dengan senapan dan menyerang area-area warga sipil dan rumah sakit tanpa pandang bulu.

    Di samping itu, mereka dituding terlibat dalam pemindahan paksa atau pengusiran warga sipil dan berkoordinasi dalam seranagn terhadap tempat keagamaan dan situs bersejarah.

    Satu saksi mata berujar di salah satu tempat kejadian perkara (TKP) terdapat jasad-jasad yang berserakan. Warga Harus mencari jenazah anggota keluarganya di antara jasad-jasad itu.

    Saksi mata kedua mengatakan anggota keluarganya, termasuk anak-anak, dipukuli dengan kabel dan tongkat biliar.

    Adapun saksi mata ketiga mengaku melihat jasad-jasad di dalam liang kubur massal. Ada pula satu jasad yang dilindas oleh buldoser Israel.

    Para saksi mata juga mengungkapkan bagaimana satu buldoser menghancurkan rumah sakit. Kesaksian-kesaksian itu tidak menjelaskan apakah para pelaku merupakan sepuluh warga Inggris itu.

    Tim hukum meminta Kepolisian Metropolitan menyelidiki kasus itu dengan berdasar pada undang-undang yang dikeluarkan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) tahun 2001 dan Konvensi Jenewa tahun 1957.

    Kedua aturan itu bisa diterapkan pada warga Inggris yang diduga melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan.

    UU ICC akan menjerat pelaku genosida, kejahatan kemanusiaan, dan kejahatan perang, sedangkan Konvensi Jenewa 1957 akan menjerat orang yang melanggar Konvensi 1949.

    “Ketimbang meneruskan memberikan bantuan militer, politik, dan ekonomi kepada Israel, yang lebih mendesak untuk dilakukan adalah menggunakan mekanisme hukum yang tersedia untuk menjerat pelaku yang bertanggung jawa atas kejahatan internasional,” kata PILC dalam pernyataannya.

    Seorang anggota parlemen Inggris bernama Ellie Chowns berkata laporan itu menegaskan pentingnya surat dari Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy. Lammy dalam suratnya meminta pemerintah menyelidiki apakah ada warga Inggris yang terlibat dalam dugaan kejahatan di Gaza.

    Di sisi lain, seorang pensiunan Angkatan Darat Inggris bernama Richard Kemp mengkritik pedas gugatan itu. Dia mengklaimnya sebagai “kampanye perang politik pro-Hamas”.

    (*)

  • Gaza Kembali Diserang, Ulama Dunia Keluarkan Fatwa Jihad Lawan Israel

    Gaza Kembali Diserang, Ulama Dunia Keluarkan Fatwa Jihad Lawan Israel

    GELORA.CO – Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) mengeluarkan fatwa jihad yang meminta agar semua negara Islam dan mayoritas Muslim untuk melawan Israel.

    Seruan jihad ini keluar di tengah agresi dan genosida dilakukan negara Zionis itu selama 17 bulan di Jalur Gaza, Palestina.

    Ali al-Qaradaghi, Sekretaris Jenderal IUMS sebuah organisasi yang sebelumnya dipimpin oleh Yusuf al-Qaradawi, pada hari Jumat (4/4/2025), menyerukan kepada seluruh negara Muslim untuk segera turun tangan secara militer, ekonomi, dan politik guna menghentikan genosida dan penghancuran total di Gaza.

    “Kegagalan pemerintah Arab dan Islam dalam mendukung Gaza sementara wilayah itu dihancurkan, menurut hukum Islam, dianggap sebagai kejahatan besar terhadap saudara-saudara kita yang tertindas di Gaza,” ujarnya dalam fatwa yang terdiri dari sekitar 15 poin mengutip laman Middle East Monitor.

    Qaradaghi merupakan salah satu otoritas agama paling dihormati di kawasan tersebut, dan fatwanya memiliki bobot yang signifikan di kalangan 1,7 miliar Muslim Sunni di seluruh dunia.

    “Dilarang mendukung musuh kafir (Israel) dalam pemusnahan Muslim di Gaza, terlepas dari jenis dukungannya,” kata Qaradaghi.

    “Dilarang menjual senjata kepadanya, atau memfasilitasi pengangkutannya melalui pelabuhan atau jalur perairan internasional seperti Terusan Suez, Bab al-Mandab, Selat Hormuz, atau sarana darat, laut, atau udara lainnya,” sambungnya.

    IUMS lanjut Qaradaghi, mengeluarkan fatwa yang menyerukan dilakukannya blokade total meliputi jalur udara, darat, dan laut terhadap musuh penjajah, sebagai bentuk dukungan terhadap saudara-saudara seiman di Gaza.

    Asal tahu saja, fatwa merupakan keputusan hukum Islam yang tidak mengikat dari seorang ulama yang dihormati, biasanya didasarkan pada Alquran atau sunah ucapan dan tindakan Nabi Muhammad.

    Pernyataan Qaradaghi kini didukung oleh 14 ulama Muslim terkemuka lainnya, yang juga menyerukan kepada seluruh negara Muslim untuk meninjau kembali perjanjian damai mereka dengan Israel.

    Selain itu, mereka juga mendorong umat Muslim di Amerika Serikat agar menekan Presiden Donald Trump untuk menepati janji kampanyenya menghentikan agresi dan mewujudkan perdamaian.

    Meskipun Trump berulang kali berjanji untuk menghentikan perang selama masa kampanye dan sempat mendorong gencatan senjata sementara sesaat sebelum dilantik pada Januari, laporan menyebutkan bahwa bulan lalu ia justru memberikan ‘lampu hijau’ bagi Israel untuk melanjutkan serangan.

    Sejak mencabut kesepakatan gencatan senjata, Israel telah membunuh lebih dari 1.200 warga Palestina, termasuk ratusan anak-anak. Lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023.

    Pada Jumat, pasukan Israel kembali menggempur Jalur Gaza dan menewaskan sedikitnya 30 orang. Hal itu didasari atas sumber medis lokal dan badan pertahanan sipil Gaza.

    Gelombang serangan terbaru ini menyasar sekolah, tempat penampungan, rumah sakit, pusat distribusi makanan, zona aman yang ditunjuk oleh Israel, serta pabrik desalinasi air.

    Gambar dan video dari berbagai serangan di seluruh Gaza menunjukkan kehancuran besar di kawasan padat penduduk, sementara banyak warga Palestina membagikan pesan-pesan terakhir mereka kepada dunia.