Negara: Jalur Gaza

  • Korban Tewas Gempuran Israel di Gaza Bertambah Jadi 50 Orang

    Korban Tewas Gempuran Israel di Gaza Bertambah Jadi 50 Orang

    Gaza City

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa rentetan serangan udara Israel semalam telah menewaskan sedikitnya 50 orang di berbagai wilayah Jalur Gaza. Militer Israel membombardir serangkaian target di Jalur Gaza pada Selasa (28/10), setelah seorang tentaranya tewas dalam penembakan di wilayah tersebut.

    Juru bicara badan pertahanan sipil, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Rabu (29/10/2025), menyebut serangan Israel itu sebagai “pelanggaran yang jelas dan mencolok terhadap kesepakatan gencatan senjata”, meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan “tidak ada” yang akan membahayakan gencatan senjata Gaza.

    Badan pertahanan sipil Gaza, yang beroperasi sebagai pasukan penyelamat di bawah kekuasaan Hamas, melaporkan 22 anak-anak termasuk di antara korban tewas, yang juga terdiri atas perempuan dan lansia. Sekitar 200 orang lainnya mengalami luka-luka.

    “Serangan-serangan Israel menargetkan tenda-tenda pengungsi, rumah-rumah, dan area sekitar sekitar sebuah rumah sakit di Jalur Gaza,” sebut Bassal.

    Militer Israel mulai melancarkan serangan udara pada Selasa (28/10) waktu setempat, setelah menuduh Hamas menyerang pasukannya di Jalur Gaza dan melanggar gencatan senjata.

    Seorang pejabat militer Israel mengatakan bahwa seorang tentaranya bernama Yona Efraim Feldbaum (37) tewas di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, ketika sebuah kendaraan teknik dihantam “tembakan musuh”.

    “Beberapa menit kemudian, beberapa rudal antitank ditembakkan ke sebuah kendaraan lapis baja lainnya milik pasukan di area tersebut,” kata pejabat militer Tel Aviv tersebut.

    Kelompok Hamas, dalam pernyataannya, menegaskan para petempurnya “tidak ada hubungannya dengan insiden penembakan di Rafah”, dan menegaskan kembali komitmen pada gencatan senjata Gaza yang didukung AS.

    Sementara Trump membela respons yang diberikan Israel di Jalur Gaza, namun menambahkan bahwa “tidak ada yang akan membahayakan” gencatan senjata.

    “Mereka membunuh seorang tentara Israel. Jadi, Israel membalas. Dan mereka seharusnya membalas,” kata sang Presiden AS di pesawat kepresidenan Air Force One selama kunjungannya ke Asia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Bantah Serang Tentara Israel di Gaza, Akan Patuhi Gencatan Senjata

    Hamas Bantah Serang Tentara Israel di Gaza, Akan Patuhi Gencatan Senjata

    Jakarta

    Kelompok militan Palestina, Hamas membantah tuduhan bahwa para petempurnya telah menyerang tentara Israel di Jalur Gaza. Hamas pun menegaskan akan mematuhi gencatan senjata dengan Israel yang dimediasi oleh Amerika Serikat.

    “Hamas menegaskan bahwa mereka tidak memiliki hubungan dengan insiden penembakan di Rafah dan menegaskan komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (29/10/2025).

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh kelompok Hamas telah menyerang pasukan Israel atau IDF meskipun gencatan senjata sedang berlangsung di Gaza. Dia pun dan bersumpah bahwa kelompok itu akan “membayar harga yang mahal”.

    “Organisasi Hamas akan membayar harga yang mahal karena menyerang tentara IDF di Gaza dan melanggar perjanjian untuk mengembalikan jenazah para sandera. Serangan Hamas hari ini terhadap tentara IDF di Gaza merupakan pelanggaran garis merah, yang akan ditanggapi IDF dengan kekuatan besar,” kata Katz dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya pada Selasa (28/10) waktu setempat.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan militer untuk melakukan serangan intensif di Jalur Gaza setelah menuduh Hamas melanggar gencatan senjata. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan Israel melancarkan setidaknya tiga serangan udara di wilayah Palestina tersebut.

    “Pendudukan kini membombardir Gaza dengan setidaknya tiga serangan udara meskipun ada perjanjian gencatan senjata,” ujar juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, kepada AFP, Rabu (29/10).

    “Setidaknya 30 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan Israel di Jalur Gaza,” ujar Bassal.

    (ita/ita)

  • Israel Bombardir Gaza Saat Gencatan Senjata, Trump Bilang Gini

    Israel Bombardir Gaza Saat Gencatan Senjata, Trump Bilang Gini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa gencatan senjata Gaza tidak terancam setelah rentetan serangan Israel menewaskan sedikitnya 26 orang di wilayah tersebut. Israel kembali membombardir Jalur Gaza setelah menuduh kelompok Hamas melanggar gencatan senjata.

    Trump, seperti dilansir Reuters, Rabu (29/10/2025), menyebut Israel memiliki hak untuk menyerang balik jika diserang di wilayah Jalur Gaza.

    Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa gempuran terbaru yang melibatkan pesawat-pesawat militer Israel, pada Selasa (28/10), menewaskan sedikitnya 26 orang di beberapa wilayah Jalur Gaza.

    “Sejauh yang saya pahami, mereka menembak seorang tentara Israel,” kata Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan AS Air Force One yang terbang dari Jepang ke Korsel, pada Rabu (29/10). Trump ditanya soal serangan terbaru Israel di Jalur Gaza yang merenggut korban jiwa.

    “Jadi, Israel menyerang balik dan mereka seharusnya menyerang balik. Ketika itu terjadi, mereka seharusnya menyerang balik,” ucapnya.

    Mengenai gencatan senjata Gaza yang berlangsung selama tiga pekan terakhir, Trump meredakan kekhawatiran yang muncul.

    “Tidak ada yang akan membahayakan (gencatan senjata Gaza),” tegasnya. “Anda harus memahami bahwa Hamas merupakan bagian yang sangat kecil dari perdamaian di Timur Tengah, dan mereka harus berperilaku baik,” ujar Trump.

    “Jika mereka (Hamas) baik, mereka akan senang, dan jika mereka tidak baik, mereka akan diakhiri, nyawa mereka akan diakhiri,” tegas Trump.

    Pernyataan senada disampaikan oleh Wakil Presiden AS JD Vance, seperti dilansir Reuters dan Anadolu Agency, yang menegaskan bahwa gencatan senjata Gaza masih bertahan meskipun Israel kembali membombardir Jalur Gaza.

    “Presiden mewujudkan perdamaian bersejarah di Timur Tengah, gencatan senjata masih berlaku. Bukan berarti tidak akan ada pertempuran kecil di sana dan di sini,” kata Vance kepada wartawan di Washington DC.

    “Kita mengetahui bahwa Hamas atau kelompok lainnya di Gaza menyerang seorang tentara (Israel). Kita memperkirakan Israel akan membalas, tetapi saya pikir perdamaian yang diwujudkan Presiden akan tetap bertahan meskipun ada hal tersebut,” ucapnya.

    Militer Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa (28/10), menyusul perintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu “untuk segera melancarkan serangan dahsyat” setelah dia menuduh Hamas melanggar gencatan senjata Gaza.

    Militer Israel tidak menjelaskan alasan spesifik di balik serangan terbarunya itu, namun seorang pejabat militer Tel Aviv menyebut Hamas melanggar gencatan senjata dengan menyerang pasukan Israel di area yang dikuasai pasukan Tel Aviv di Jalur Gaza.

    Hamas membantah bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan Israel tersebut, dan menegaskan pihaknya tetap berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Korban Tewas Serangan Israel di Gaza saat Gencatan Senjata Jadi 30 Orang

    Korban Tewas Serangan Israel di Gaza saat Gencatan Senjata Jadi 30 Orang

    Jakarta

    Korban tewas akibat tiga kali serangan udara Israel di Gaza saat gencatan senjata terus bertambah. Jumlah korban tewas kini menjadi 30 orang.

    “Setidaknya 30 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan Israel di Jalur Gaza,” kata juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza Mahmud Basal dilansir kantor berita AFP, Rabu (29/10/2025).

    Pihak pemerintah Gaza kini tengah mengevakuasi korban tewas tersebut. Pihaknya juga mengevakuasi korban luka-luka yang berada di bawah reruntuhan.

    “Dan tim kami masih berupaya mengevakuasi korban tewas dan luka-luka dari bawah reruntuhan,” ujar Mahmud.

    Israel mulai melancarkan serangan udara dalam beberapa hari terakhir meskipun ada gencatan senjata yang sedang berlangsung. Israel menuduh Hamas menyerang pasukannya dan melanggar gencatan senjata.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk melancarkan serangan dahsyat ke Gaza. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan Israel melancarkan setidaknya tiga serangan udara di wilayah Palestina.

    Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendengar ledakan tersebut. Belum diketahui ada tidaknya korban jiwa dari serangan ini.

    Israel menuduh Hamas merencanakan dan mengubur kembali jenazah sandera yang tersisa. Kedua belah pihak diketahui saling tuduh terkait pelanggaran gencatan senjata Gaza.

    “Hamas berbohong. Mereka tahu di mana para sandera yang tersisa berada. Penggalian yang direkayasa tidak hanya merupakan penyiksaan, pelanggaran ini membahayakan gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.

    Hamas Bantah Tuduhan Israel

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas menepis tuduhan Israel bahwa mereka lambat dalam melepaskan jenazah para sandera. Hamas menyebutnya sebagai upaya “tak berdasar” untuk “menyesatkan opini publik”.

    Hamas juga menuduh Israel menghalangi upaya pemulangan jenazah tawanan Israel. Hamas mengatakan bahwa Israel menghalangi mesin berat memasuki Gaza dan mencegah tim pencari, termasuk personel Palang Merah, mengakses area-area penting.

    “Menanggapi hal ini, kami menyerukan kepada para mediator dan pihak penjamin untuk memikul tanggung jawab mereka dalam menghadapi hambatan serius ini,” kata Hamas.

    (whn/yld)

  • Serangan Udara Israel ke Gaza Saat Gencatan Senjata Tewaskan 5 Orang

    Serangan Udara Israel ke Gaza Saat Gencatan Senjata Tewaskan 5 Orang

    Gaza

    Israel melancarkan serangan udara ke Gaza di tengah gencatan senjata. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan serangan tersebut menewaskan lima orang.

    “Setidaknya lima orang tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah kendaraan sipil di Jalan Al-Qassam di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza,” ujar juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza Mahmud Bassal dilansir AFP, Rabu (29/10/2025).

    Sebelumnya, Israel menuduh Hamas melanggar gencatan senjata. Netanyahu langsung memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan dahsyat ke Gaza.

    “Setelah konsultasi keamanan, Perdana Menteri Netanyahu menginstruksikan militer untuk segera melancarkan serangan dahsyat di Jalur Gaza,” demikian pernyataan dari kantor PM Israel, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (28/10/2025).

    Israel menuduh Hamas merencanakan dan mengubur kembali jenazah sandera yang tersisa. Kedua belah pihak diketahui saling tuduh terkait pelanggaran gencatan senjata Gaza.

    “Hamas berbohong. Mereka tahu di mana para sandera yang tersisa berada. Penggalian yang direkayasa tidak hanya merupakan penyiksaan, pelanggaran ini membahayakan gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.

    Hamas Bantah Tuduhan Israel

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas menepis tuduhan Israel bahwa mereka lambat dalam melepaskan jenazah para sandera. Hamas menyebutnya sebagai upaya “tak berdasar” untuk “menyesatkan opini publik”.

    Hamas juga menuduh Israel menghalangi upaya pemulangan jenazah tawanan Israel. Hamas mengatakan bahwa Israel menghalangi mesin berat memasuki Gaza dan mencegah tim pencari, termasuk personel Palang Merah, mengakses area-area penting.

    “Menanggapi hal ini, kami menyerukan kepada para mediator dan pihak penjamin untuk memikul tanggung jawab mereka dalam menghadapi hambatan serius ini,” kata Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (isa/isa)

  • Israel Lancarkan 3 Serangan Udara ke Gaza di Tengah Gencatan Senjata

    Israel Lancarkan 3 Serangan Udara ke Gaza di Tengah Gencatan Senjata

    Gaza

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk melancarkan serangan dahsyat ke Gaza di tengah gencatan senjata. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan Israel melancarkan setidaknya tiga serangan udara di wilayah Palestina.

    “Pendudukan kini membombardir Gaza dengan setidaknya tiga serangan udara meskipun ada perjanjian gencatan senjata,” ujar juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, kepada AFP, Rabu (29/10/2025).

    Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendengar ledakan tersebut. Belum diketahui ada tidaknya korban jiwa dari serangan ini.

    Sebelumnya, Israel menuduh Hamas melanggar gencatan senjata. Netanyahu langsung memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan dahsyat ke Gaza.

    “Setelah konsultasi keamanan, Perdana Menteri Netanyahu menginstruksikan militer untuk segera melancarkan serangan dahsyat di Jalur Gaza,” demikian pernyataan dari kantor PM Israel, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (28/10/2025).

    Israel menuduh Hamas merencanakan dan mengubur kembali jenazah sandera yang tersisa. Kedua belah pihak diketahui saling tuduh terkait pelanggaran gencatan senjata Gaza.

    “Hamas berbohong. Mereka tahu di mana para sandera yang tersisa berada. Penggalian yang direkayasa tidak hanya merupakan penyiksaan, pelanggaran ini membahayakan gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.

    Hamas Bantah Tuduhan Israel

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas menepis tuduhan Israel bahwa mereka lambat dalam melepaskan jenazah para sandera. Hamas menyebutnya sebagai upaya “tak berdasar” untuk “menyesatkan opini publik”.

    Hamas juga menuduh Israel menghalangi upaya pemulangan jenazah tawanan Israel. Hamas mengatakan bahwa Israel menghalangi mesin berat memasuki Gaza dan mencegah tim pencari, termasuk personel Palang Merah, mengakses area-area penting.

    “Menanggapi hal ini, kami menyerukan kepada para mediator dan pihak penjamin untuk memikul tanggung jawab mereka dalam menghadapi hambatan serius ini,” kata Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (isa/isa)

  • Netanyahu Perintahkan ‘Serangan Dahsyat’ ke Gaza

    Netanyahu Perintahkan ‘Serangan Dahsyat’ ke Gaza

    Gaza

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk melancarkan serangan dahsyat ke Gaza. Israel menuduh Hamas melanggar gencatan senjata.

    “Setelah konsultasi keamanan, Perdana Menteri Netanyahu menginstruksikan militer untuk segera melancarkan serangan dahsyat di Jalur Gaza,” demikian pernyataan dari kantor PM Israel, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (28/10/2025).

    Israel menuduh Hamas merencanakan dan mengubur kembali jenazah sandera yang tersisa. Kedua belah pihak diketahui saling tuduh terkait pelanggaran gencatan senjata Gaza.

    “Hamas berbohong. Mereka tahu di mana para sandera yang tersisa berada. Penggalian yang direkayasa tidak hanya merupakan penyiksaan, pelanggaran ini membahayakan gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.

    Kemlu Israel mengklaim bahwa rekaman drone memperlihatkan Hamas memindahkan dan mengubur kembali jenazah sandera. Dia menuduh Hamas melakukan rekayasa.

    “Rekaman drone menunjukkan Hamas memindahkan dan mengubur kembali jenazah – lalu merekayasa penemuan palsu untuk disaksikan Palang Merah,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.

    Hamas Bantah Tuduhan Israel

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas menepis tuduhan Israel bahwa mereka lambat dalam melepaskan jenazah para sandera. Hamas menyebutnya sebagai upaya “tak berdasar” untuk “menyesatkan opini publik”.

    Hamas juga menuduh Israel menghalangi upaya pemulangan jenazah tawanan Israel. Hamas mengatakan bahwa Israel menghalangi mesin berat memasuki Gaza dan mencegah tim pencari, termasuk personel Palang Merah, mengakses area-area penting.

    Kelompok itu juga menuduh Israel mencoba “mengarang dalih palsu sebagai langkah awal untuk mengambil langkah agresif baru terhadap rakyat kami yang secara terang-terangan melanggar perjanjian gencatan senjata”.

    “Menanggapi hal ini, kami menyerukan kepada para mediator dan pihak penjamin untuk memikul tanggung jawab mereka dalam menghadapi hambatan serius ini,” kata Hamas.

    Pernyataan itu menyusul klaim pemerintah Israel bahwa Hamas sengaja menunda-nunda dalam melepaskan jasad tawanan, dengan hasil terbaru yang ditemukan adalah milik seorang tawanan yang jasadnya ditemukan dua tahun lalu.

    (lir/isa)

  • PM Palestina Minta Hamas Klarifikasi Sikap Soal Perlucutan Senjata

    PM Palestina Minta Hamas Klarifikasi Sikap Soal Perlucutan Senjata

    Ramallah

    Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Mustafa mengatakan kelompok Hamas harus mengklarifikasi sikap resmi mereka mengenai isu-isu pemerintahan Jalur Gaza pascaperang. Juga mengenai persenjataan mereka, yang berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza, harus dilucuti.

    “Setiap negara yang menghormati diri sendiri tidak menerima pluralitas senjata, hukum, dan pemerintahan,” tegas Mustafa dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (28/10/2025).

    Dia menekankan bahwa senjata, hukum, dan ketertiban di Jalur Gaza harus sepenuhnya berada di tangan negara Palestina.

    Namun, Mustafa juga menekankan bahwa Israel tidak menginginkan Otoritas Palestina kembali memerintah Jalur Gaza.

    “Tetapi Gaza harus sepenuhnya dikelola oleh PA (Otoritas Palestina-red) dan kami tidak menerima peran parsial,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Mustafa mengatakan bahwa pemerintah Palestina telah sepakat dengan negara-negara Arab untuk mendukung Otoritas Palestina dalam menjalankan tugasnya di Jalur Gaza. Dia juga menyoroti peran Arab Saudi dalam menggalang dukungan bagi negara Palestina.

    “Pasukan kami sedang dilatih di Mesir dan Yordania untuk menjalankan tugas-tugas mereka di Gaza,” kata PM Palestina tersebut.

    Dia menambahkan bahwa terhadap 18.000 personel keamanan di Jalur Gaza dan siap untuk melanjutkan tugas mereka.

    Sementara itu, mengenai pasukan internasional yang akan dikerahkan untuk membantu mengamankan situasi di Jalur Gaza sebagai bagian dari rencana perdamaian usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Mustafa menekankan bahwa Otoritas Palestina harus memiliki suara dalam hal ini.

    “Pasukan itu harus mendapatkan persetujuan dari Otoritas Palestina,” ujar Mustafa, sembari menambahkan bahwa misinya harus bersifat sementara.

    “Perannya harus bersifat suportif,” ucapnya. Dia memperingatkan bahwa pasukan internasional itu tidak boleh dianggap sebagai “pengganti”.

    Lihat juga Video ‘Hamas Serahkan Jasad Tawanan Israel Usai Gaza Dihantam Drone’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Beberkan Alasan Tolak Kehadiran Pasukan Turki di Gaza

    Israel Beberkan Alasan Tolak Kehadiran Pasukan Turki di Gaza

    Budapest

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, menegaskan pemerintahnya tidak akan menerima kehadiran pasukan bersenjata Turki di wilayah Jalur Gaza, di bawah rencana perdamaian Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang di daerah kantong Palestina itu untuk selamanya.

    Rencana perdamaian yang diusulkan Presiden AS Donald Trump, seperti dilansir Reuters, Selasa (28/10/2025), mencakup kehadiran pasukan internasional di Jalur Gaza untuk membantu mengamankan gencatan senjata yang rapuh, yang berlangsung sejak 10 Oktober lalu.

    Namun, masih belum diketahui secara jelas apakah negara-negara Arab dan negara-negara lainnya akan siap untuk mengirimkan personel militer mereka untuk bergabung dengan pasukan internasional tersebut.

    “Negara-negara yang menginginkan atau siap mengirimkan pasukan bersenjata, setidaknya harus bersikap adil terhadap Israel,” kata Saar dalam konferensi pers yang digelar saat melakukan kunjungan di Budapest, Hungaria, pada Senin (27/10).

    Hubungan Israel dan Turki yang sempat menghangat, kembali memburuk selama perang Gaza berkecamuk. Kedua negara juga berseteru mengenai Suriah.

    Prseiden Recep Tayyip Erdogan secara terang-terangan mengecam keras operasi udara dan darat Israel yang menghancurkan Jalur Gaza. Tidak hanya itu, pemerintah Israel juga memandang Erdogan terlalu dekat dengan kelompok Hamas dan Ikhwanul Muslimin, yang pernah berkuasa di Mesir.

    “Turki, yang dipimpin oleh Erdogan, memimpin pendekatan yang bermusuhan terhadap Israel,” ujar Saar dalam pernyataannya.

    “Jadi, tidak masuk akal bagi kami untuk membiarkan pasukan bersenjata mereka (Turki-red) memasuki Jalur Gaza, dan kami tidak akan menyetujuinya, dan kami telah mengatakannya kepada teman-teman Amerika kami,” ucapnya.

    Meskipun pemerintahan Trump telah mengesampingkan pengiriman pasukan AS ke Jalur Gaza, mereka telah berbicara dengan beberapa negara seperti Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Turki, dan Azerbaijan untuk berkontribusi pada pasukan internasional tersebut.

    Pekan lalu, Netanyahu mengisyaratkan bahwa dirinya akan sangat menentang peran apa pun bagi pasukan keamanan Turki di Jalur Gaza. Pada Minggu (26/10), dia menegaskan Israel akan memutuskan pasukan asing mana saja yang akan diizinkan masuk ke Jalur Gaza sebagai bagian dari pasukan internasional.

    “Kami memegang kendali atas keamanan kami, dan kami juga telah memperjelas mengenai pasukan internasional bahwa Israel akan menentukan pasukan mana yang tidak dapat kami terima, dan beginilah cara kami beroperasi dan akan terus beroperasi,” tegas Netanyahu pada saat itu.

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio mengatakan bahwa pasukan keamanan internasional yang bertugas menjaga stabilitas Jalur Gaza harus terdiri atas “negara-negara yang membuat Israel merasa nyaman”. Dia tidak berkomentar lebih lanjut mengenai kemungkinan keterlibatan Turki.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Netanyahu Bilang Israel Tak Butuh Izin Serang Musuh di Gaza atau Lebanon

    Netanyahu Bilang Israel Tak Butuh Izin Serang Musuh di Gaza atau Lebanon

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa negaranya tidak akan meminta persetujuan untuk menyerang target di Jalur Gaza atau Lebanon. Dia bersikeras akan mempertahankan kendali keamanan atas Jalur Gaza, meskipun telah menandatangani perjanjian gencatan senjata.

    Berbicara dalam rapat dengan jajaran menteri dalam pemerintahannya, seperti dilansir AFP, Senin (27/10/2025), Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan memutuskan sendiri soal di mana dan kapan akan menyerang musuh-musuhnya.

    “Israel merupakan negara merdeka. Kami akan membela diri dengan cara kami sendiri dan kami akan terus menentukan nasib kami sendiri,” tegas Netanyahu.

    “Kami tidak meminta persetujuan siapa pun untuk hal ini. Kami mengendalikan keamanan kami sendiri,” ujarnya dalam rapat yang digelar Minggu (26/10).

    Beberapa waktu terakhir, Israel kembali melancarkan rentetan serangan di wilayah Jalur Gaza dan Lebanon, yang diklaim menargetkan posisi Hamas dan sekutunya, kelompok Hizbullah. Serangan dilancarkan Tel Aviv meskipun ada perjanjian gencatan senjata di kedua wilayah tersebut.

    Pernyataan Netanyahu itu disampaikan setelah kunjungan para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) yang berupaya mengkonsolidasikan gencatan senjata Gaza.

    Berdasarkan ketentuan gencatan senjata Gaza yang dimediasi AS, ketika pasukan Israel ditarik mundur setelah berakhirnya dua tahun pertempuran melawan Hamas, pasukan keamanan internasional, yang sebagian besar berasal dari negara Arab atau Muslim, akan menjaga keamanan Jalur Gaza.

    Namun, Israel menentang peran apa pun bagi rival regionalnya, Turki, dengan Netanyahu menegaskan Tel Aviv akan memutuskan sendiri soal negara mana yang akan diizinkan untuk mengirimkan pasukan guna mengawasi gencatan senjata di Jalur Gaza.

    “Kami menegaskan dengan rasa hormat terkait pasukan internasional bahwa Israel akan menentukan pasukan mana yang tidak dapat kami terima,” ucap Netanyahu, sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengakhiri kunjungan tingkat tinggi ke Israel.

    Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, secara terpisah menegaskan maksud dari pernyataan Netanyahu pada Minggu (26/10) tersebut.

    “Perdana Menteri telah mengatakan hal itu akan dilakukan dengan cara mudah atau cara yang sulit, dan Israel akan memiliki kendali keamanan menyeluruh atas Jalur Gaza,” ujarnya.

    “Gaza akan didemiliterisasi dan Hamas tidak akan memiliki peran dalam memerintah rakyat Palestina,” tandas Bedrosian.

    Lihat Video ‘Momen Warga Gaza Gelar Pemakaman Massal Korban Tahanan Israel’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)