Negara: Jalur Gaza

  • Hamas Belum Ditundukkan, Bos Besar IDF Akui Israel Masih Gagal Capai Semua Tujuan di Gaza – Halaman all

    Hamas Belum Ditundukkan, Bos Besar IDF Akui Israel Masih Gagal Capai Semua Tujuan di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letjen Eyal Zamir mengakui bahwa Hamas hingga kini belum bisa dikalahkan di Jalur Gaza.

    Zamir mengatakan tentara Israel kekurangan personel dan sumber daya lainnya guna mencapai tujuan-tujuannya di tanah Palestina itu.

    Menurut dia, Hamas masih mengontrol Gaza meski sudah digempur IDF selama lebih dari 1,5 tahun.

    Media besar Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan Zamir baru-baru ini telah berbicara kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai kegagalan Israel mencapai tujuannya.

    Dia menyebut strategi yang berkutat pada militer saja tidak bisa mewujudkan semua tujuan di Gaza, terutama di tengah absennya diplomasi sebagai pelengkap.

    Adapun saat ini IDF meneruskan operasi darat secara terbatas dengan menerapkan rencana yang disebut “Mini Oranim”.

    Rencana ini berfokus pada perluasan zona penyangga atau buffer zone di dekat perbatasan Gaza guna menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera atau menyepakati syarat-syarat perjanjian yang mungkin diwujudkan.

    Sementara itu, seorang pejabat senior pertahanan Israel berkata kepada Yedioth Ahronoth bahwa Zamir mengungkapkan fakta di lapangan.

    “Zamir tidak membuat fakta-fakta terlihat lebih bagus,” kata pejabat itu.

    “Dia berkata kepada para pemimpin agar meninggalkan sejumlah khayalan mereka.”

    Pernyataan Zamir itu memperkuat dugaan bahwa IDF enggan mengakui kegagalan-kegagalannya sebelumnya.

    SERANGAN BESAR – Pasukan Israel berkumpul jelang penyerbuan dan invasi darat terbuka ke berbagai wilayah di Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Sudah 18 bulan berlalu sejak perang di Gaza meletus pada bulan Oktober 2023. Saat ini sebagian besar Gaza masih dikontrol oleh Hamas.

    Media Israel itu mengatakan pendudukan kembali Gaza secara penuh bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

    Kini angka keikutsertaan tentara cadangan dalam satuan tempur mencapai 60 hingga 70 persen.

    “Ada kekhawatiran bahwa jumlah itu tidak akan bertambah jika ada serangan lebih besar,” ujar pejabat pertahanan itu.

    Israel dilanda krisis tentara

    Beberapa waktu lalu Yedioth Ahronoth juga melaporkan bahwa IDF sudah memperingatkan adanya krisis tentara.

    Direktorat Operasi IDF mengatakan kelangkaan tentara ini belum pernah terjadi sejak era pendudukan Israel di Lebanon selatan 1982, kemudian Intifada Kedua tahun 2000-an.

    Menurut IDF, kelangkaan itu disebabkan oleh “ketenangan palsu” selama bertahun-tahun. Lalu, kini IDF berusaha mencegah Hizbullah dan Hamas pulih seperti sedia kala.

    Kini pengerahan tentara Israel makin sering terjadi, rotasinya lebih lama, dan cuti menjadi lebih sedikit.

    Tentara Israel diperkirakan akan didera beban yang belum pernah terjadi sebelumnya lantaran IDF kesulitan memenuhi permintaan akan keamanan.

    Meski demikian, tentara Israel sudah mulai merasakan beban itu. Kini mereka hanya bisa beristirahat sekali tiap 2,5 pekan. Adapun selama 15 tahun sebelumnya, tentara bisa pulang ke rumah sekali setiap dua pekan.

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    “Masyarakat Israel, rekrutmen baru, tentara aktif, dan terutama orang tua mereka harus menyesuaikan ekspektasi mereka. Mereka akan jauh lebih jarang melihat anak mereka dalam beberapa tahun mendatang,” kata IDF.

    Para pejabat militer mengaku melakukan segalanya agar bisa mengurangi beban para tentara cadangan yang kelelahan.

    “Tetapi tentara tempur reguler akan menanggung beban itu. Kita perlu ribuan tentara di pos-pos terluar baru di dalam wilayah Lebanon, di Dataran Tinggi Golan, dan di sepanjang zona penyangga Jalur Gaza,” kata pejabat Israel.

    Hamas diklaim pulihkan kekuatan

    Di sisi lain, Hamas diklaim telah memulihkan kekuatannya.

    Dikutip dari The Middle East Eye, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada bulan Januari lalu mengatakan Hamas telah merekrut banyak pejuang baru.

    Blinken menyebut Israel berhasil melenyapkan para pemimpin Hamas di Gaza, Lebanon, dan Iran. Namun, Hamas tetap berkuasa di Gaza.

    “Israel harus meninggalkan mitor bahwa mereka bisa melakukan aneksasi tanpa biaya dan konsekuensi terhadap demokrasi Israel,” kata Blinken.

  • Prabowo sebut ada terobosan soal Gaza dari konsultasi lima negara

    Prabowo sebut ada terobosan soal Gaza dari konsultasi lima negara

    Presiden RI Prabowo Subianto memberikan keterangan sebelum kepulangannya ke Jakarta di Pangkalan Udara Marka, Amman, Yordania, Senin sore waktu setempat (14/4/2025). ANTARA/Aria Cindyara

    Prabowo sebut ada terobosan soal Gaza dari konsultasi lima negara
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 15 April 2025 – 06:42 WIB

    Elshinta.com – Presiden RI Prabowo Subianto menyebutkan akan ada terobosan soal kepentingan rakyat Palestina, terutama di Jalur Gaza berdasarkan hasil konsultasi dengan lima negara dalam lawatannya, yakni Persatuan Emirat Arab, Turki, Qatar, Mesir dan Yordania.

    Hal itu disampaikan Presiden saat ditemui dalam keterangannya sebelum kepulangannya ke Jakarta di Pangkalan Udara Marka, Amman, Yordania, Senin (14/4) sore waktu setempat.

    “Alhamdulillah, kita dapat ‘update’ yang jernih, kita berharap mungkin dalam waktu dekat akan ada terobosan ke arah yang baik tentunya,” kata Presiden Prabowo melalui rekaman suara yang diterima di Jakarta, Senin malam.

    Prabowo menjelaskan pemerintah harus memperhitungkan dan membela kepentingan semua pihak, terutama terhadap warga Palestina.

    Dalam pertemuan bilateral bersama Raja Yordania Abdullah II bin Al-Hussein, di Istana Al Husseiniya, Amman, Kerajaan Yordania Hasyimiyah, pada Senin (14/4), Raja Abdullah II juga menekankan peran strategis Indonesia di kancah global.

    Peran tersebut salah satunya dalam merespons situasi di kawasan Timur Tengah yang saat ini tengah mengalami ketidakstabilan akibat perang di Gaza, Lebanon, dan Suriah.

    “Saya benar-benar meyakini bahwa di bawah kepemimpinan Anda, Indonesia akan memainkan peran penting bagi kita semua dalam mengatasi banyak persoalan,” kata Raja Abdullah II.

    Presiden Prabowo pun kembali menegaskan dukungan penuh Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina. Selain itu, Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya mencari solusi damai yang adil dan seimbang di kawasan tersebut.

    “Indonesia sangat mendukung hak rakyat Palestina untuk merdeka dan memiliki negara sendiri,” tuturnya.

    Adapun lawatan kenegaraan Presiden Prabowo ke kawasan Timur Tengah membawa misi utama penyelesaian perdamaian di Gaza, Palestina, termasuk rencana evakuasi warga Palestina ke Indonesia.

    Di sisi lain, Presiden menyatakan rencana Indonesia mengevakuasi warga Palestina dari Jalur Gaza dilakukan setelah mencapai kesepakatan dari para pemimpin dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah.

    Sumber : Antara

  • Isi Proposal Gencatan Senjata Baru yang Disodorkan Israel, Netanyahu Minta Hamas Lucuti Senjata – Halaman all

    Isi Proposal Gencatan Senjata Baru yang Disodorkan Israel, Netanyahu Minta Hamas Lucuti Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dan Hamas kembali mencapai kesepakatan gencatan senjata baru

    Di tengah ketegangan perang Gaza, Israel kembali menyodorkan kesepakatan gencatan senjata baru ke militan sayap kanan Palestina, Hamas.

    Hal itu diungkap langsung oleh Mesir dan Qatar selaku mediator antara pihak-pihak terkait untuk mengakhiri perang, Selasa (15/4/2025).

    Dalam keterangan resminya para mediator mengungkap bahwa mereka telah menerima proposal usulan gencatan senjata dari pemerintah Israel.

    Saat ini mereka tengah menunggu respons Hamas setelah menyerahkan proposal yang diajukan Israel untuk gencatan senjata di Jalur Gaza.

    Isi Proposal Gencatan Israel

    Mengutip dari Al Arabiya dalam proposal tersebut Israel menawarkan proposal gencatan senjata baru selama 45 hari kepada Hamas.

    Dengan syarat setengah dari total sandera yang tersisa dibebaskan dan Hamas harus melucuti persenjataannya.

    Adapun, Israel melaporkan bahwa Hamas telah menyandera 251 orang saat melakukan serangan pada 7 Oktober 2023.

    Sekitar 58 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut Israel telah tewas.

    “Dalam proposal Israel menuntut pembebasan setengah dari sandera pada minggu pertama perjanjian, perpanjangan gencatan senjata setidaknya selama 45 hari, dan masuknya bantuan.” ujar mediator Mesir dan Qatar.

    Sebagai imbalan, Israel siap membebaskan hampir 670 tahanan Palestina, yang 66 diantaranya telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tambah laporan itu.

    Hamas Tolak Permintaan Israel

    Pasca proposal tersebut diajukan, Hamas menyebut pihaknya masih mempelajari isi proposal dan akan memberikan jawaban “secepatnya”.

    Namun kelompok militan tersebut menegaskan bahwa syarat utama gencatan senjata adalah penghentian penuh agresi militer Israel dan penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    Sementara itu Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan bahwa tuntutan Israel untuk pelucutan senjata gerakan itu tidak dapat dinegosiasikan.

    Menurutnya dua elemen dari proposal yang diajukan Israel tidak dapat diterima karena dianggap melewati ‘garis merah’.

    Otoritas Hamas Sami Abu Zuhri juga menekankan bahwa kunci untuk mencapai kesepakatan adalah penarikan penuh Israel dan mengakhiri perang di Gaza, bukan pelucutan senjata Hamas.

    “Permintaan untuk melucuti senjata Hamas tidak dapat diterima. Ini bukan sekadar garis merah. Ini adalah sejuta garis merah,” kata Zuhri.
     “Mimpi Netanyahu dan para pendukungnya tidak dapat dicapai karena Hamas adalah gerakan yang membela rakyatnya sendiri dan karena Palestina ingin membebaskan tanah mereka. Selama masih ada pendudukan, perlawanan akan terus berlanjut dan senjata akan tetap berada di tangan perlawanan untuk membela rakyat dan hak-hak kami,” sambungnya.

    PBB: Situasi Gaza Kritis

    Di tengah upaya buntu perundingan gencatan senjata, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza saat ini kemungkinan menjadi yang terburuk sejak serangan Israel dimulai 18 bulan lalu.

    “Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan saat ini kemungkinan adalah yang terburuk sejak pecahnya pertikaian,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric.

    Peringatan ini dirilis bukan tanpa alasan, Dujarric menjelaskan bahwa sudah satu setengah bulan tidak ada pasokan bantuan yang diizinkan masuk melalui perbatasan Gaza.

    Tak hanya itu lebih dari 2 juta warga Gaza kini hidup tanpa akses makanan, air bersih, listrik, dan bahan bakar akibat pembatasan yang dilakukan pemerintah Israel.

    “Warga sipil kini secara efektif terjebak di kantong-kantong wilayah Gaza yang makin terfragmentasi dan tidak aman, sementara akses terhadap layanan dasar untuk bertahan hidup terus menyusut setiap harinya,” tegasnya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • 10 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Lewat Gerbang Kissufim, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Kritis – Halaman all

    10 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel Lewat Gerbang Kissufim, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Kritis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel membebaskan 10 tahanan Palestina pada hari Senin (14/4/2025), yang semuanya dalam kondisi kesehatan memburuk usai mengalami penyiksaan di penjara Israel. 

    Para tahanan ini sebelumnya ditangkap sekitar enam bulan lalu saat pengepungan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.

    Saat itu, Israel melancarkan kampanye intensif yang saat ini telah berlangsung lebih dari satu setengah tahun.

    Menurut Kantor Informasi Tahanan Palestina, para tahanan yang dibebaskan langsung dipindahkan menggunakan kendaraan Palang Merah menuju Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Gaza tengah, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Kondisi mereka dilaporkan kritis akibat perlakuan buruk yang dialami selama masa penahanan.

    Proses pembebasan dilakukan melalui Gerbang Kissufim, yang berada di pagar pemisah di timur Khan Yunis.

    Meskipun ini menjadi angin segar bagi keluarga para tahanan, kondisi kesehatan mereka menimbulkan kekhawatiran besar.

    Kondisi tahanan yang dibebaskan juga memunculkan kembali sorotan internasional atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di penjara Israel.

    Beberapa hari sebelumnya,  Israel juga telah membebaskan sekitar 80 tahanan Palestina dari berbagai wilayah Gaza. 

    Dari jumlah itu, sedikitnya 10 orang juga dilaporkan dalam kondisi kesehatan kritis, dikutip dari Middle East Monitor.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang mulai berlaku sejak 19 Januari 2025.

    Namun pada 18 Maret 2025, Israel telah melanggar  perjanjian tersebut dengan melanjutkan serangan ke wilayah Gaza.

    Israel Ajukan Proposal Gencatan Senjata Baru ke Hamas

    Di tengah ketegangan dan konflik yang belum usai, Hamas mengumumkan bahwa Israel telah menyodorkan proposal gencatan senjata baru. 

    Isi proposal itu mencakup penghentian pertempuran selama 45 hari jika Hamas bersedia membebaskan setengah dari sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

    Proposal tersebut juga menuntut agar semua kelompok bersenjata Palestina, termasuk Hamas, melucuti senjata sebagai syarat utama penghentian perang secara permanen. 

    Namun, menurut seorang pejabat Hamas yang dikutip oleh kantor berita AFP, permintaan tersebut “melewati garis merah” dan tidak dapat diterima.

    “Hamas dan faksi-faksi perlawanan memandang senjata sebagai bagian dari perjuangan dan tidak akan dinegosiasikan,” kata pejabat tersebut, dikutip dari Al-Arabiya.

    Hamas juga menegaskan bahwa mereka tetap ingin adanya gencatan senjata permanen.

    “Gerakan ini menegaskan kembali posisi tegasnya bahwa setiap perjanjian di masa depan harus menghasilkan gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan dari Jalur Gaza, kesepakatan pertukaran tahanan yang sesungguhnya, dimulainya proses serius untuk membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh pendudukan [Israel], dan pencabutan pengepungan yang tidak adil terhadap rakyat kami di Jalur Gaza,” tambah pernyataan itu, dikutip dari Al Jazeera.

    Saat ini, para negosiator Hamas tengah bersiap untuk melakukan pembicaraan lanjutan di Qatar, yang selama ini menjadi lokasi utama mediasi antara kedua pihak.

    Sejak Oktober 2023, Gaza telah mengalami krisis kemanusiaan besar-besaran. 

    Lebih dari 51.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan Israel yang terus berlangsung.

    Situasi ini mendorong Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Selain itu, Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Tahanan Palestina dan Konflik Palestina vs Israel

  • Israel Tawarkan Gencatan Senjata Kedua, Hamas Tuntut Akhiri Perang

    Israel Tawarkan Gencatan Senjata Kedua, Hamas Tuntut Akhiri Perang

    Jakarta

    Hamas mengatakan Israel menawarkan gencatan senjata selama 45 hari ke depan jika Hamas membebaskan setengah dari sandera yang tersisa di Gaza. Hamas pun memberi respons.

    Dilansir AFP, Selasa (15/4/2025), seorang pejabat Hamas mengatakan kepada AFP bahwa Israel menuntut agar Hamas melucuti senjata untuk mengakhiri perang Gaza. Namun, kelompok militan Palestina menilai sikap Israel telah melewati ‘garis merah’.

    Mediator menyampaikan usulan Israel mencakup pembebasan setengah dari sandera pada minggu pertama perjanjian. Menurutnya, perpanjangan gencatan senjata setidaknya selama 45 hari, ada bantuan yang masuk di Gaza.

    “Usulan tersebut mencakup pelucutan senjata Hamas dan semua faksi bersenjata Palestina di Jalur Gaza sebagai syarat untuk mengakhiri perang secara permanen,” kata pejabat itu.

    Tawaran Ditinjau Hamas

    Saat ini, para pemimpin Hamas sedang meninjau usulan gencatan senjata. Namun, mengenai syarat Hamas melepas senjata itu tidak bisa dinegoisasi.

    “Posisi Hamas dan faksi-faksi perlawanan adalah senjata perlawanan adalah garis merah dan tidak dapat dinegosiasikan,” kata pejabat itu.

    Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza semakin tidak terkendali karena tidak ada bantuan yang masuk ke wilayah tersebut selama berminggu-minggu dan kondisinya memburuk dengan cepat.

    “Situasi kemanusiaan saat ini kemungkinan merupakan yang terburuk dalam 18 bulan sejak pecahnya permusuhan,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

    Para pekerja bantuan terpaksa “melakukan pembatasan dan mengurangi pengiriman untuk memanfaatkan persediaan yang tersisa,” kata OCHA.

    Di Rumah Sakit Nasser di kota selatan Khan Yunis, seorang dokter, Ahmed al-Farah mengatakan tim medis bekerja tanpa henti meskipun “kekurangan dalam segala hal”.

    Selanjutnya

    Hamas Ingin Israel Akhiri Perang

    Pejabat senior Hamas Taher al-Nunu bicara kemungkinan Hamas bersedia membebaskan semua sandera. Tetapi, dengan jaminan Israel mengakhiri perang.

    “Masalahnya bukan jumlah tawanan,” kata Nunu.

    “Melainkan pendudukan (Israel) mengingkari komitmennya, menghalangi pelaksanaan perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan perang,” sambungnya.

    Nunu juga telah bicara dengan mediator Mesir dan Qatar, ia menegaskan Hamas tidak akan menyerahkan senjatanya.

    Situs berita Israel Ynet melaporkan bahwa berdasarkan proposal gencatan senjata baru, Hamas akan membebaskan 10 sandera hidup dengan imbalan jaminan AS bahwa Israel akan memasuki negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Tegas Tolak Pelucutan Senjata, Singgung Sandera Israel dan Berakhirnya Perang Gaza – Halaman all

    Hamas Tegas Tolak Pelucutan Senjata, Singgung Sandera Israel dan Berakhirnya Perang Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Hamas dengan Israel di Kairo, Mesir pada Senin (14/4/2025) berlangsung sangat alot.

    Kedua belah pihak, baik Hamas maupun Israel saling menolak draft yang telah diajukan.

    Israel diketahui mengajukan draft yang berisi tentang pelucutan senjata Hamas sebagai bagian dari negosiasi fase kedua gencatan senjata.

    Pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri mengatakan pihaknya menentang keras usulan tersebut.

    “Ini adalah garis merah sejuta kali dan Hamas menolaknya,” kata Abu Zuhri kepada Al Jazeera.

    Hamas, lanjut Abu Zuhri, siap membebaskan semua sandera sekaligus, sebagai imbalan diakhirinya perang di Gaza.

    Seperti yang diketahui, Hamas setuju untuk membebaskan sembilan sandera Israel dalam perundingan tersebut.

    Meski ada persetujuan pembebasan sembilan sandera Israel, sumber Palestina dan Mesir mengatakan bahwa putaran terakhir perundingan gencatan senjata berakhir tanpa terobosan nyata.

    Mengutip The Jerusalem Post, sumber Mesir mengatakan bahwa usulan terbaru untuk memperpanjang gencatan senjata akan membuat Hamas membebaskan lebih banyak sandera.

    Hamas telah meminta lebih banyak waktu untuk menanggapi proposal terbaru, kata sumber Mesir.

    “Hamas tidak memiliki masalah, tetapi menginginkan jaminan bahwa Israel setuju untuk memulai perundingan mengenai tahap kedua perjanjian gencatan senjata, yang mengarah pada berakhirnya perang,” kata sumber Mesir.

    Sekitar 33 sandera Israel dibebaskan Hamas dengan imbalan ratusan tahanan Palestina selama fase pertama gencatan senjata selama enam minggu, yang dimulai pada bulan Januari.

    Namun, fase kedua, yang seharusnya dimulai pada awal bulan Maret dan mengakhiri perang, tidak pernah tercapai.

    Sebelumnya, seorang pejabat senior Hamas mengatakan bahwa kelompoknya siap membebaskan semua sandera Israel dengan imbalan “pertukaran tahanan yang serius”.

    Hamas juga menuntut Israel untuk segera mengakhiri perang di Gaza jika ingin semua sandera dibebaskan.

    “Kami siap membebaskan semua tawanan Israel dengan imbalan kesepakatan pertukaran tawanan yang serius, diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan,” kata pejabat senior Hamas, Taher al-Nunu kepada AFP.

    Namun, ia menuduh Israel menghalangi kemajuan menuju gencatan senjata.

    “Masalahnya bukan jumlah tawanan, melainkan pendudukan mengingkari komitmennya, menghalangi pelaksanaan perjanjian gencatan senjata, dan melanjutkan perang.”

    “Oleh karena itu, Hamas menekankan perlunya jaminan untuk memaksa pendudukan (Israel) mematuhi perjanjian tersebut,” imbuhnya.

    Situs berita Israel, Ynet, melaporkan pada hari Senin bahwa proposal baru telah diajukan kepada Hamas.

    Berdasarkan kesepakatan itu, Hamas akan membebaskan 10 sandera hidup dengan imbalan jaminan AS bahwa Israel akan memasuki negosiasi untuk gencatan senjata tahap kedua.

    Upaya menuju gencatan senjata baru telah terhenti, dilaporkan karena perselisihan mengenai jumlah sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas.

    Sementara itu, Nunu mengatakan bahwa Hamas tidak akan melucuti senjata, sebuah syarat utama yang ditetapkan Israel untuk mengakhiri perang.

    “Senjata perlawanan tidak bisa dinegosiasikan,” tegas Nunu.

    Tentara Israel Tuntut Diakhirinya Perang

    Lebih dari 1.500 tentara korps lapis baja Israel, termasuk jenderal, menandatangani petisi yang menuntut pemerintah memprioritaskan pengembalian sandera yang ditawan di Gaza.

    Menurut harian Maariv, petisi tersebut ditandatangani oleh 1.525 anggota korps lapis baja, mulai dari prajurit bersenjata hingga jenderal.

    Mereka meminta pemerintah “untuk melakukan segala hal yang mungkin untuk menjamin pembebasan para sandera – bahkan jika hal itu mengorbankan penghentian pertempuran”.

    Para penandatangan termasuk prajurit yang bertugas di unit tank dan kemudian menjadi warga sipil tanpa menghadiri sekolah perwira, prajurit veteran, komandan junior, serta mantan perwira militer senior Israel, termasuk mantan kepala korps lapis baja dan komandan divisi, kata Maariv.

    (*)

  • Brigade Al Qassam Kembali Beraksi, Pasukan Israel Dijebak di Rumah Berpeledak, IDF Bertumbangan – Halaman all

    Brigade Al Qassam Kembali Beraksi, Pasukan Israel Dijebak di Rumah Berpeledak, IDF Bertumbangan – Halaman all

    Brigade Al Qassam Kembali Beraksi, Pasukan Israel Dijebak ke Rumah Berpeledak, IDF Bertumbangan

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengumumkan kaau para petempurnya meledakkan alat peledak yang menargetkan unit pasukan khusus Israel, RNTV melaporkan Senin (14/4/2025).

    Penyergapan Al Qassam itu terjadi di sebelah timur Rafah, di daerah Abu al-Rous di Gaza selatan.

    Menurut kelompok itu, unit khusus Israel telah menyusup ke daerah tersebut ketika rumah yang telah dipasang peledak sebelumnya, diledakkan.

    “Ledakan menyebabkan banyak korban di kalangan prajurit, termasuk yang tewas dan terluka,” klaim Qassam.

    Serangan Brigade Al Qassam ini menandai penyergapan pertama yang dilakukan oleh petempur Qassam sejak dimulainya kembali serangan militer Israel di Gaza pada tanggal 18 Maret, menyusul runtuhnya gencatan senjata sementara.

    Israel Mau Rebut Seluruh Rafah

    Israel berencana untuk menggabungkan kota paling selatan Jalur Gaza, Rafah, dan daerah sekitarnya ke dalam zona penyangga yang telah dibuatnya di sepanjang perbatasan jalur tersebut, yang akan mencakup pelarangan penduduk untuk kembali ke rumah mereka, menurut laporan Haaretz . 

    “Wilayah seluas 75 kilometer persegi itu terletak di antara jalan raya Philadelphi dan Murag, meliputi kota Rafah dan lingkungan sekitarnya. Warga tidak akan diizinkan kembali, dan pembongkaran semua bangunan di sana sedang dipertimbangkan,” demikian laporan surat kabar itu pada 9 April. 

    Laporan tersebut mencatat bahwa Israel telah memerintahkan evakuasi sebagian besar wilayah yang hampir kosong. 

    Langkah tersebut sejalan dengan pernyataan terbaru pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz, bahwa Tel Aviv bergerak untuk merebut sebagian besar wilayah di Gaza sebagai bentuk tekanan terhadap Hamas. 

     

    “Dalam beberapa hal, tampaknya ada niat untuk meniru apa yang dilakukan di utara di selatan jalur tersebut,” tambah laporan itu. Israel telah membangun zona penyangga yang luas di sepanjang perbatasan daerah kantong tersebut. Dalam beberapa bulan menjelang perjanjian gencatan senjata, Israel menghancurkan sebagian besar infrastruktur Gaza utara – termasuk sektor kesehatannya – dalam apa yang disebut sebagai Rencana Jenderal. 

    Ratusan ribu orang yang mengungsi kembali ke wilayah utara pada awal tahun, kembali ke reruntuhan dan kehancuran. Sejak melanjutkan perang genosida pada 18 Maret, pasukan darat Israel telah memasuki kembali beberapa wilayah di wilayah utara, kembali menempati koridor Netzarim, dan berupaya menciptakan koridor baru yang akan semakin membagi wilayah tersebut.

    Koridor baru ini akan memisahkan Rafah dari kota Khan Yunis di sebelah utara, Netanyahu mengumumkan dalam pidatonya pada tanggal 2 April. Sejak pembaruan dan perluasan operasi darat di Gaza baru-baru ini, Israel telah mengambil alih sekitar 50 persen wilayah jalur tersebut.

    Wilayah yang rencananya akan direbut Israel di selatan mencakup sekitar seperlima dari keseluruhan wilayah Gaza. 

    “Belum diputuskan apakah akan tetap menjadikan seluruh wilayah yang dimaksud sebagai zona penyangga yang dilarang bagi warga sipil (seperti yang telah dilakukan di wilayah perimeter lainnya), atau meratakan dan menghancurkan semua bangunan, dan pada dasarnya memusnahkan kota Rafah,” Haaretz mengutip sumber di lembaga pertahanan. 

    Israel memperbarui pemboman brutalnya terhadap kota dan lingkungan sekitarnya setelah mengakhiri gencatan senjata dan melanjutkan perang . 

    Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan pada hari Minggu bahwa Israel telah menghancurkan lebih dari 90 persen rumah di Kegubernuran Rafah dan 85 persen infrastrukturnya.

    Rafah merupakan rumah bagi sekitar 200.000 warga Palestina sebelum Israel melancarkan kampanye genosida di jalur tersebut.

    Kepala Staf Militer Israel Eyal Zamir mengunjungi Gaza selatan pada tanggal 8 April dan mengatakan kepada pasukannya bahwa ia mengharapkan mereka mengalahkan Brigade Rafah dari Brigade Qassam.

    “Kalian telah kembali bertempur di Jalur Gaza, di wilayah tempat pasukan kami beroperasi untuk pertama kalinya. Saya berharap kalian dapat mengalahkan Brigade Rafah dan mengamankan kemenangan di mana pun kalian bertempur,” kata Zamir kepada pasukan tersebut.

    Militer sebelumnya mengklaim telah mengalahkan Brigade Rafah pada bulan September.

    Menurut Haaretz , pasukan yang bersiap merebut wilayah Rafah tidak jelas mengenai tujuan mereka dan khawatir dengan potensi bahaya yang mereka hadapi. 

    “Kami akan kembali menghancurkan apa yang sudah hancur tanpa ada yang tahu berapa lama, apa tujuan operasi ini, dan pencapaian operasional apa yang perlu dicapai pasukan untuk menyelesaikan misi,” kata seorang prajurit cadangan kepada surat kabar itu. 

    “Semua rumah di Gaza akan runtuh. Kami kehilangan banyak tentara akibat runtuhnya bangunan; kami harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengeluarkan mereka dari reruntuhan bangunan yang dulunya adalah reruntuhan bangunan. Jika komandan IDF tidak mengerti bahwa para pejuang siap bertempur tetapi tidak akan tewas dalam kecelakaan operasional yang tidak perlu, maka mereka akan terkejut,” tambahnya. 

     

    (oln/khbr/tc/*)

     

  • Hamas Siap Bebaskan Semua Sandera Israel, tapi Harus Ada Jaminan Zionis Akan Akhiri Perang di Gaza – Halaman all

    Hamas Siap Bebaskan Semua Sandera Israel, tapi Harus Ada Jaminan Zionis Akan Akhiri Perang di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompok Palestina tersebut siap membebaskan semua sandera Israel dengan imbalan “pertukaran tahanan yang serius” dan menjamin bahwa Israel akan mengakhiri perang di Gaza.

    Saat ini, Hamas terlibat dalam negosiasi di Kairo dengan mediator dari Mesir dan Qatar – dua negara yang bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk menengahi gencatan senjata di wilayah yang terkepung tersebut.

    “Kami siap membebaskan semua tawanan Israel dengan imbalan kesepakatan pertukaran tahanan yang serius, diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan,” kata Taher Al-Nunu, pejabat senior Hamas, Senin (14/4/2025), dilansir Arab News.

    Namun, pejabat Hamas menuduh Israel menghalangi kemajuan menuju gencatan senjata.

    “Masalahnya bukan jumlah tawanan, melainkan pendudukan mengingkari komitmennya, menghalangi pelaksanaan perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan perang,” ungkapnya.

    “Karena itu, Hamas telah menekankan perlunya jaminan untuk memaksa pendudukan (Israel) untuk menegakkan perjanjian tersebut,” tambah Taher Al-Nunu.

    Hamas Tak Akan Melucuti Senjata

    Situs berita Israel Ynet melaporkan pada hari Senin bahwa proposal baru telah diajukan kepada Hamas.

    Berdasarkan kesepakatan tersebut, Hamas akan membebaskan 10 sandera hidup dengan imbalan jaminan Amerika Serikat (AS) bahwa Israel akan memasuki negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata.

    Fase pertama gencatan senjata, yang dimulai pada 19 Januari dan mencakup beberapa pertukaran sandera-tahanan, berlangsung selama dua bulan sebelum bubar.

    Upaya menuju gencatan senjata baru telah terhenti, dilaporkan karena perselisihan mengenai jumlah sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas.

    Sementara itu, Nunu mengatakan bahwa Hamas tidak akan melucuti senjata, syarat utama yang telah ditetapkan Israel untuk mengakhiri perang.

    “Senjata perlawanan tidak dapat dinegosiasikan,” kata Nunu.

    Israel Perluas Serangannya

    Sementara, pada Sabtu (12/4/2025), Israel mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan pembangunan koridor keamanan baru yang memisahkan kota selatan Rafah dari wilayah Gaza lainnya.

    Militer Israel mengatakan koridor tersebut akan segera diperluas “secara besar-besaran” di sebagian besar wilayah pesisir kecil tersebut.

    Warga Palestina pun makin terdesak ke wilayah yang makin menyempit.

    “Aktivitas akan meluas dengan cepat ke lokasi-lokasi tambahan di sebagian besar wilayah Gaza dan Anda harus mengevakuasi zona-zona pertempuran,” kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz dalam sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan ke mana warga Palestina harus pergi, dikutip dari AP News.

    Pernyataan tersebut mendesak Palestina untuk menyingkirkan Hamas dan membebaskan sandera yang tersisa, dengan mengatakan:

    “Ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan perang.”

    Sebelumnya, pasukan Israel dikerahkan minggu lalu ke koridor keamanan baru yang disebut Morag, nama pemukiman Yahudi yang pernah berdiri di antara Rafah dan Khan Younis, setelah tentara memerintahkan evakuasi besar-besaran yang meliputi sebagian besar Rafah — sebuah indikasi bahwa mereka akan segera meluncurkan operasi darat besar lainnya.

    Pemerintah kota Rafah dalam sebuah pernyataan menyebut tindakan Israel sebagai “pelanggaran mencolok terhadap legitimasi internasional.”

    BOLA API – Bombardemen udara Israel ke wilayah Khan Yunis, Gaza Selatan, Senin (24/3/2025) dini hari. Israel dilaporkan melakukan lebih dari 900 pelanggaran gencatan senjata di Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Diketahui, Israel telah bersumpah untuk merebut sebagian besar wilayah Gaza untuk menekan Hamas agar membebaskan 59 sandera yang tersisa, 24 di antaranya diyakini masih hidup, dan menerima usulan persyaratan gencatan senjata baru.

    Banyak warga Palestina yang memadati kamp-kamp tenda kumuh atau reruntuhan rumah mereka sebelumnya, sering kali mengungsi beberapa kali sebagai respons terhadap perintah evakuasi Israel.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sebanyak 50.944 warga Palestina dipastikan tewas dan 116.156 lainnya terluka dalam perang Israel di Gaza.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui  jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • AS Kembali Gempur Yaman, 7 Orang Tewas-Puluhan Luka

    AS Kembali Gempur Yaman, 7 Orang Tewas-Puluhan Luka

    Sanaa

    Kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman melaporkan sedikitnya tujuh orang tewas akibat rentetan serangan udara Amerika Serikat (AS) pada Minggu (13/4) malam waktu setempat. Puluhan orang lainnya, termasuk anak-anak, mengalami luka-luka akibat serangan yang menghantam area sebelah barat ibu kota Sanaa itu.

    Laporan media lokal yang dikendalikan Houthi, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (14/4/2025), menyebut rentetan serangan udara AS itu menargetkan sebuah pabrik di zona industri al-Sawari yang ada di area Bani Matar.

    “Tujuh warga tewas dan 29 orang lainnya luka-luka, termasuk satu orang di antaranya dalam kondisi kritis,” demikian laporan media yang terafiliasi Houthi.

    “Di antara korban luka terdapat lima anak-anak dan seorang wanita, yang menunjukkan bahwa para korban merupakan pekerja di pabrik tersebut, di rumah-rumah, dan lahan pertanian di dekatnya,” sebut laporan media terafiliasi Houthi itu, yang mengutip pernyataan Kementerian Kesehatan Houthi.

    Berbagai saluran Houthi melaporkan pada Minggu (13/4) bahwa rentetan serangan udara AS menargetkan berbagai area lainnya di wilayah Yaman, termasuk Provinsi Saada dan Provinsi Hodeidah yang menjadi lokasi pelabuhan tepi Laut Merah.

    Area-area yang dikuasai Houthi di Yaman telah menyaksikan serangan hampir setiap hari, yang disalahkan pada AS yang sejak 15 Maret lalu melancarkan operasi militer terhadap Houthi untuk memaksa kelompok yang didukung Iran itu berhenti mengancam kapal-kapal di Laut Merah dan sekitarnya.

    Sejak saat itu, Houthi kembali melancarkan serangan-serangan menargetkan kapal militer AS dan wilayah Israel, dengan mengklaim serangannya merupakan bentuk solidaritas untuk warga Palestina di Jalur Gaza.

    Houthi mulai menargetkan kapal-kapal yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden, serta wilayah Israel, setelah perang Gaza berkecamuk pada Oktober 2023. Serangan Houthi sempat dihentikan selama gencatan senjata Gaza berlangsung pada Januari lalu.

    Namun ketika Israel memutus akses untuk semua pasokan kemanusiaan ke Jalur Gaza pada awal Maret, dan melanjutkan kembali serangan udara besar-besaran terhadap daerah kantong Palestina itu pada 18 Maret, Houthi mengancam akan melanjutkan serangan-serangannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Misi Prabowo Dapatkan Restu di Tengah Penolakan Rencana Evakuasi Warga Gaza

    Misi Prabowo Dapatkan Restu di Tengah Penolakan Rencana Evakuasi Warga Gaza

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto berencana untuk mengevakuasi 1.000 warga Palestina di jalur Gaza. Rencananya itu diutarakan meskipun sebelum-sebelumnya terdapat berbagai negara yang menolak pemindahan warga Gaza tersebut. 

    Mengutip CBS News pada Senin (14/4/2025), negara-negara Arab sebelumnya sempat menolak saran dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke negara tetangga yakni Mesir dan Yordania. 

    Mesir, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Otoritas Palestina, dan Liga Arab mengeluarkan pernyataan bersama yang menolak segala rencana untuk memindahkan warga Palestina dari wilayah mereka di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

    Hal tersebut datang sebagai respon atas Trump yang sebelumnya mendesak para pemimpin Yordania dan Mesir untuk menampung warga Gaza yang sekarang sebagian besar kehilangan tempat tinggal. 

    Adapun, tak hanya negara-negara Arab, mengutip EuroNews, negara-negara eropa juga menunjukan beberapa penolakan soal pemindahan tersebut. 

    Prancis dengan jelas menolak rencana Trump. Mereka mengatakan bahwa memaksa warga Palestina berpindah untuk memungkinkan pengawasan oleh AS, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional, merugikan hak rakyat Palestina, dan menghambat perdamaian antara Palestina dan Israel.

    “Masa depan Gaza seharusnya tidak terletak pada prospek kendali oleh Negara ketiga, tetapi dalam kerangka Negara Palestina di masa depan, di bawah naungan Otoritas Palestina,” kata kementerian luar negeri Prancis. 

    Spanyol dan Irlandia, dua negara yang tahun lalu mengakui Negara Palestina, menyuarakan penentangan terhadap usulan tak terduga tersebut, yang menjungkirbalikkan kebijakan luar negeri Amerika selama puluhan tahun.

    “Saya ingin menegaskan sesuatu: Gaza adalah tanah warga Palestina di Gaza dan mereka harus tetap tinggal di Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Spanyol José Manuel Albares. 

    Selain itu, mengutip Reuters, China juga menentang desakan Trump untuk memindahkan warga Palestina untuk keluar dari Gaza dan menjadikan wilayah itu diambil alih oleh Amerika. 

    Hal tersebut diutarakan oleh Kementerian Luar Negeri China, dan menegaskan bahwa sang Negeri Tirai Bambu itu sejak lama telah menentang pemindahan paksa penduduk. 

    Juru bicara kementerian, Guo Jiakun, mengatakan dalam konferensi pers rutin bahwa China mendukung hak-hak sah bangsa Palestina.

    Rencana Evakuasi Prabowo 

    Terkait rencana evakuasi tersebut, Prabowo membantah relokasi warga Gaza ke RI akan dilakukan secara permanen. 

    Dia menekankan bahwa rencana Indonesia hanya untuk membantu evakuasi sekitar 1.000 warga dari Gaza sebagai bentuk kepedulian terhadap krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di wilayah tersebut. 

    Pernyataan ini disampaikan usai dirinya menjadi pembicara dalam sesi ADF Talk di Antalya Diplomacy Forum (ADF) 2025 pada Jumat (11/4/2025) waktu setempat. 

    “Iya, itu kan tawaran kami untuk ikut serta membantu dalam masalah kemanusiaan yang penderitaan rakyat Palestina begitu dahsyat. Kami ingin berbuat sesuatu,” katanya kepada wartawan.

    Ketika ditanya apakah langkah ini merupakan relokasi permanen, Prabowo membantah anggapan tersebut. “Oh tidak, tidak,” jawabnya singkat.

    Terkait waktu pelaksanaan evakuasi, Prabowo mengatakan masih dalam tahap konsultasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk otoritas Palestina. 

    “Iya, ini saya sedang konsultasi. Nanti saya akan ketemu dengan pimpinan-pimpinan dari Palestina juga, untuk membahas bagaimana pelaksanaannya nanti,” pungkas Prabowo.