Negara: Jalur Gaza

  • Ratusan Pemukim Ilegal Israel Serbu Makam Yusuf di Bawah Perlindungan Tentara Israel – Halaman all

    Ratusan Pemukim Ilegal Israel Serbu Makam Yusuf di Bawah Perlindungan Tentara Israel – Halaman all

    Ratusan Pemukim Ilegal Israel Serbu Makam Yusuf di Bawah Perlindungan Tentara Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Ratusan pemukim ilegal Israel pada Selasa (15/4/2025) malam menyerbu situs makam Yusuf, di timur kota Nablus, Tepi Barat utara yang diduduki.

    Kantor berita Palestina, Wafa mengutip sumber lokal yang mengatakan para pemukim menyerbu lokasi makam di bawah perlindungan ketat pasukan Israel, dan melakukan ritual Talmud di lokasi tersebut.

    Dikatakan juga para pemukim Yahudi Israel dikawal oleh para tokoh mereka, termasuk Zvi Sukkot , seorang anggota Knesset yang terkenal karena retorikanya anti-Palestina, dan Yossi Dagan , yang bertanggung jawab atas permukiman di Tepi Barat utara.

    Secara paralel, tentara Israel menyerbu wilayah timur Nablus dan mengerahkan penembak jitu di atas bangunan-bangunan dekat lokasi makam Yusuf serta menghancurkan jalan-jalan terdekat menuju lokasi tersebut, tambah penyiar Palestina tersebut.

    Dihormati oleh umat Muslim (Palestina) dan Yahudi (Israel), makam Yusuf telah lama menjadi titik api bentrokan antara warga Palestina dan pemukim Israel.

    Umat ​​Yahudi meyakini situs tersebut sebagai tempat pemakaman bapa leluhur kitab suci, Yusuf atau Joseph.

    Namun, umat Muslim menentang klaim ini dengan mengatakan bahwa seorang ulama Islam, Sheikh Yussef Dawiqat, dimakamkan di situs tersebut dua abad yang lalu.

    Sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, hampir 950 warga Palestina telah tewas dan hampir 7.000 terluka dalam serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal di seluruh Tepi Barat yang diduduki, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    Pada bulan Juli 2024, Mahkamah Internasional menyatakan pendudukan lama Israel atas wilayah Palestina adalah ilegal, dan menyerukan evakuasi semua pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    SERBU MAKAM YUSUF – Suasana saat pemukim Israel menyerbu Makam Yusuf di Nablus, Tepi Barat. Orang-orang Palestina menegaskan bahwa situs tersebut merupakan tempat bersejarah milik umat Islam yang telah terdaftar di Departemen Wakaf Islam. (tangkap layar npc/RT Arabic)

    Memaksa Masuk Masjid Al-Aqsa

    Selain insiden tersebut, ratusan pemukim ilegal Israel dilaporkan juga memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki pada Selasa, menandai hari ketiga hari raya keagamaan Yahudi Paskah , kata seorang pejabat Palestina.

    Pejabat Departemen Wakaf Islam di Yerusalem mengatakan bahwa sedikitnya 1.220 pemukim ilegal memasuki lokasi titik api di bawah perlindungan polisi Israel sejak pagi.

    Para saksi mata mengatakan para pemukim masuk melalui area Gerbang Al-Mugharbah, di sebelah barat masjid suci.

    Sekitar 1.149 pemukim ilegal masuk ke kompleks tersebut pada hari Senin, dan 494 lainnya pada hari Minggu untuk menandai liburan selama seminggu.

    Paskah, yang memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir pada masa Nabi Musa, dianggap sebagai salah satu hari raya terpenting dalam kalender agama Yahudi.

    Menurut Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina, pemukim ilegal menyerbu masjid tersebut sebanyak 21 kali bulan lalu, ketika umat Islam merayakan bulan suci Ramadan.

    Angka yang dirilis oleh gubernur Yerusalem menunjukkan bahwa 13.064 pemukim ilegal menyerbu masjid tersebut pada kuartal pertama tahun 2025.

    Sejak tahun 2003, Israel telah mengizinkan pemukim ilegal memasuki kompleks titik api hampir setiap hari, kecuali hari Jumat dan Sabtu.

    Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Umat Yahudi menyebut area itu “Temple Mount,” dan mengklaim bahwa di sana terdapat dua kuil Yahudi pada zaman dahulu.

    Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel tahun 1967.

    Israel mencaplok seluruh kota pada tahun 1980 dalam tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

    Seputar Makam Yusuf yang Sering Diziarahi Yahudi Israel

    Makam Yusuf terletak di kota Balata, sebelah timur kota Nablus, sebuah wilayah di bawah kedaulatan Otoritas Palestina, tetapi telah menjadi fokus konflik antara Palestina dan Zionis sejak pendudukan kota Nablus pada tahun 1967.

    Makam tersebut menjadi tujuan rutin bagi gerombolan pemukim Israel untuk berdoa dan melakukan ritual Talmud.

    Pada 1986, otoritas pendudukan Israel mendirikan sekolah Yahudi untuk mengajarkan Taurat berdampingan dengan Makam Yusuf.

    Pada 1990 “kuburan tersebut” diubah menjadi pos militer yang dikendalikan oleh tentara pendudukan Israel dan Kementerian Agama Israel mengklasifikasikannya sebagai pusaka Yahudi.

    Menurut klaim Yahudi, tulang belulang Nabi Yusuf bin Ya’qub” A.s. dibawa dari Mesir dan dimakamkan di tempat tersebut.

    Berdasarkan sebuah riwayat dalam Kitab Kejadian (salah satu kitab Taurat), orang-orang Yahudi mengatakan bahwa “Nabi Yusuf memerintahkan Bani Israel untuk memindahkan tulang-tulangnya dan menguburnya di sebelah timur kota Sikhem”.

    Sikhem ini adalah kota Nablus di Kanaan.

    Penelitian sejarah menunjukkan bahwa makam tersebut masih baru dan berasal dari era Ottoman atau Turki Usmani pada tahun 1904, di mana makam dibangun untuk mengenang seorang ulama bernama Yusuf Dweikat, yang datang ke wilayah tersebut dan mengajarkan agama Islam.

    Setelah Yusuf Dweikat meninggal, Turki Usmani mendirikan sebuah bangunan di makam tersebut dan mausoleum untuk mengenang dan menghormati jasanya.

    “Makam ini kemudian ramai dikunjungi umat Islam, terutama kelompok sufi yang mengadakan acara tertentu untuk menghormati Syeikh Yusuf Dweikat,” kata ulasan situs NPC.

    Orang-orang Palestina menegaskan bahwa situs tersebut merupakan tempat bersejarah milik umat Islam yang telah terdaftar di Departemen Wakaf Islam.

    Sebelumnya bangunan yang di dalamnya terdapat makam Syeikh Yusuf Dweikat merupakan sebuah masjid sebelum diduduki oleh Israel.

    Selama beberapa tahun terakhir, Makam Yusuf telah menjadi titik konflik antara Palestina dan Zionis Israel.

    Kawasan ini menjadi area perlawanan rakyat Palestina, yang menyebabkan sejumlah besar penduduk Palestina meninggal dunia.

    Serbuan dan serangan pemukim Israel ke makam tidak pernah berhenti. Serbuan ini dilakukan di bawah penjagaan pasukan pendudukan Israel untuk melakukan ritual ibadah Talmud.

    Israel terus memaksakan realitas baru di daerah tersebut tanpa berhenti, melalui seruan yang dibuat oleh para pemukim dan sejumlah asosiasi Yahudi untuk mencaplok area makam demi “kedaulatan Israel” dan pendirian pusat permukiman Yahudi.

    Hal ini berarti lebih dari 30.000 keluarga Palestina terancam diusir jika otoritas pendudukan Israel menyetujui pendirian pos permukiman permanen, yang secara hukum internasional ilegal didirikan di daerah tersebut.

     

    (oln/anews/khbrn/)

  • Pilu 11 Orang Termasuk Anak-anak Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    Pilu 11 Orang Termasuk Anak-anak Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    Gaza City

    Serangan udara Israel menghantam wilayah Jalur Gaza pada Rabu (16/4) dini hari waktu setempat. Sedikitnya 11 orang, termasuk wanita dan anak-anak, tewas akibat gempuran terbaru Israel tersebut.

    Israel melanjutkan serangan udara dan serangan darat terhadap Jalur Gaza sejak 18 Maret lalu, yang mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas selama dua bulan yang sebagian besar telah menghentikan pertempuran di wilayah tersebut.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (16/4/2025), mengatakan bahwa serangan udara menghantam area Gaza City sebelum fajar hingga menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk sejumlah wanita dan anak-anak.

    Bassal menyebut serangan udara itu menargetkan rumah milik keluarga Hassouna di area Al-Tuffa di Gaza City.

    “Tim kami memindahkan 10 korban tewas dan beberapa korban luka ke Rumah Sakit Al-Shifa setelah rumah keluarga Hassouna menjadi sasaran,” kata Bassal.

    Dalam serangan terpisah, menurut tim penyelamat Gaza, seorang anak tewas di area Khan Younis.

    Sejak kembali melanjutkan serangannya terhadap Jalur Gaza pada Maret lalu, pasukan Israel telah merebut sebagian besar wilayah Jalur Gaza, dengan ratusan ribu penduduk sipil melarikan diri dari area-area yang menjadi target serangan insentif militer Tel Aviv.

    Pejabat-pejabat senior Israel, termasuk Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, telah berulang kali menegaskan bahwa tekanan militer menjadi satu-satunya cara untuk memaksa Hamas membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (16/4) menegaskan kembali bahwa militer Tel Aviv akan terus menyerang Hamas dan infrastrukturnya di wilayah Jalur Gaza.

    “Jika Hamas terus menolak (untuk membebaskan para sandera), operasi akan semakin meningkat dan beralih ke tahap selanjutnya,” tegas Katz dalam pernyataannya, tanpa menjelaskan lebih lanjut soal “tahap selanjutnya” yang akan dilakukan Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tak Ada Bantuan Kemanusiaan yang Akan Masuk ke Gaza

    Tak Ada Bantuan Kemanusiaan yang Akan Masuk ke Gaza

    Tel Aviv

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, mengatakan negaranya akan terus memblokir bantuan kemanusiaan untuk memasuki Jalur Gaza yang dilanda perang. Pemblokiran dimaksudkan untuk mencegah Hamas memanfaatkan bantuan itu.

    “Kebijakan Israel jelas: tidak ada bantuan kemanusiaan yang akan memasuki Gaza, dan memblokir bantuan kemanusiaan ini merupakan salah satu tekanan utama yang mencegah Hamas untuk menggunakannya sebagai alat dalam menekan penduduk (Gaza),” kata Katz seperti dilansir AFP dan Middle East Eye, Rabu (16/4/2025).

    “Saat ini tidak ada yang berencana mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan tidak ada persiapan untuk mengizinkan bantuan semacam itu,” ujarnya.

    Pernyataan Katz ini disampaikan beberapa hari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Jalur Gaza menghadapi krisis kemanusiaan paling parah sejak perang berkecamuk pada Oktober 2023. Israel memblokir masuknya bantuan kemanusiaan sejak 2 Maret lalu.

    Lebih lanjut, menurut media The Times of Israel, Katz juga mengakui bahwa Israel bermaksud untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, namun hanya melalui “perusahaan-perusahaan sipil” sehingga makanan dan peralatan yang dimaksudkan untuk warga sipil tidak bisa dirampas oleh Hamas.

    Kebijakan Israel di Jalur Gaza, sebut Katz, mencakup “pertama dan terutama, melakukan segala upaya untuk membebaskan semua sandera” dan “membangun jembatan menuju kekalahan Hamas di masa depan”.

    Ditambahkan Katz bahwa kebijakan Israel juga mencakup “menghentikan bantuan kemanusiaan, yang melemahkan kendali Hamas atas penduduk (Gaza), dan menciptakan infrastruktur untuk distribusi (bantuan) melalui perusahaan sipil di masa mendatang”.

    Sebelumnya dilaporkan bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan langka ke Jalur Gaza pada Selasa (15/4) waktu setempat. Kunjungan ini dilakukan seiring militer Israel terus melancarkan serangan udara dan serangan darat terhadap daerah kantong Palestina tersebut.

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengunjungi Jalur Gaza bagian utara pada hari ini,” demikian pengumuman yang dirilis kantor PM Israel pada Selasa (15/4).

    Netanyahu, saat menemui pasukan Israel dalam kunjungannya ke Gaza, menegaskan bahwa Israel akan terus melancarkan serangan militer terhadap Hamas untuk mengamankan pembebasan para sandera yang masih ditahan di daerah kantong Palestina tersebut.

    “Mereka menyerang musuh dan Hamas akan terus merasakan pukulan demi pukulan. Kita bersikeras agar mereka membebaskan para sandera kita, dan kita bersikeras untuk mencapai semua tujuan perang kita,” kata Netanyahu kepada pasukan Israel di Gaza, menurut pernyataan yang dirilis kantor PM Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Langka, Netanyahu ke Gaza Temui Pasukan Israel

    Langka, Netanyahu ke Gaza Temui Pasukan Israel

    Gaza City

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan langka ke Jalur Gaza pada Selasa (15/4) waktu setempat. Kunjungan ini dilakukan seiring militer Israel terus melancarkan serangan udara dan serangan darat terhadap daerah kantong Palestina tersebut.

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengunjungi Jalur Gaza bagian utara pada hari ini,” demikian pengumuman yang dirilis kantor PM Israel pada Selasa (15/4), seperti dilansir AFP, Rabu (16/4/2025).

    Netanyahu, saat menemui pasukan Israel dalam kunjungannya ke Gaza, menegaskan bahwa Israel akan terus melancarkan serangan militer terhadap Hamas untuk mengamankan pembebasan para sandera yang masih ditahan.

    “Mereka menyerang musuh dan Hamas akan terus merasakan pukulan demi pukulan. Kita bersikeras agar mereka membebaskan para sandera kita, dan kita bersikeras untuk mencapai semua tujuan perang kita,” kata Netanyahu kepada pasukan Israel di Gaza, menurut pernyataan yang dirilis kantor PM Israel.

    Militer Israel melanjutkan serangannya terhadap Gaza pada 18 Maret lalu, yang mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan dengan Hamas, yang sebagian besar telah menghentikan pertempuran di wilayah itu.

    Sejak saat itu, pasukan Israel merebut sebagian besar wilayah Jalur Gaza, dengan ratusan ribu penduduk sipil melarikan diri dari area-area yang menjadi target serangan gencar Israel.

    Pejabat-pejabat senior Israel, termasuk Netanyahu, telah berulang kali menegaskan bahwa hanya tekanan militer yang akan memaksa Hamas untuk membebaskan para sandera yang tersisa di Gaza.

    Seorang pejabat Hamas yang tidak disebut namanya, mengungkapkan bahwa tawaran terbaru Israel itu mencakup gencatan senjata selama setidaknya 45 hari, jika Hamas membebaskan 10 sandera yang masih ditahan dalam keadaan hidup.

    Proposal terbaru Israel itu juga mengatur soal pembebasan 1.231 tahanan Palestina dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang diblokade sepenuhnya sejak 2 Maret.

    Proposal itu, menurut pejabat Hamas, menyerukan “penghentian perang secara permanen” dengan syarat faksi-faksi Palestina di Gaza, termasuk Hamas, melucuti senjatanya.

    Hamas menolak keras tuntutan perlucutan senjata, yang disebut mereka sebagai “garis merah” dan “tidak dapat dinegosiasikan”.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Direktur RS Gaza Ditahan Israel, Kondisinya Sangat Mengkhawatirkan

    Direktur RS Gaza Ditahan Israel, Kondisinya Sangat Mengkhawatirkan

    Gaza City

    Direktur Rumah Sakit (RS) Kamal Adwan yang ada di Jalur Gaza telah ditahan oleh Israel sejak Desember lalu. Pengacara yang mendampingi direktur RS tersebut, mengatakan kliennya itu ditahan dalam kondisi yang “tidak manusiawi” dan menjadi target “intimidasi fisik dan psikologis”.

    Hussam Abu Safiya yang merupakan dokter anak berusia 52 tahun yang menjabat Direktur RS Kamal Adwan, seperti dilansir AFP, Rabu (16/4/2025), menjadi terkenal tahun lalu setelah mengunggah kondisi mengerikan di rumah sakitnya di area Beit Lahia yang dikepung selama serangan besar-besaran Israel.

    Pada 27 Desember lalu, pasukan Israel mulai menyerang fasilitas medis itu dan menangkap puluhan staf medis termasuk Abu Safiya.

    Militer Israel menuduh Abu Safiya sebagai “agen Hamas”.

    Pengacara Abu Safiya, Gheed Qassem, mengunjungi sang dokter di penjara Ofer, Tepi Barat, pada 19 Maret lalu. Qassem mengungkap kondisi tidak manusiawi yang dialami Abu Safiya dalam penahanan Israel.

    “Dia sangat menderita, dia kelelahan karena penyiksaan, tekanan dan penghinaan yang dialaminya untuk memaksanya mengakui tindakan yang tidak dilakukannya,” tutur Qassem saat berbicara kepada seorang koresponden AFP di Nazareth.

    Qassem memperingatkan bahwa kondisi kesehatan Abu Safiya “sangat mengkhawatirkan”.

    Menurut Qassem, Abu Safiya mampu untuk tetap tenang, meskipun dia “bertanya-tanya kejahatan apa yang telah dilakukannya” sehingga harus mengalami “kondisi yang tidak manusiawi seperti itu”.

    Militer Israel tidak memberikan komentar saat ditanyai AFP soal kondisi penahanan Abu Safiya.

    Lebih lanjut, Qassem mengatakan sipir penjara di tempat Abu Safiya ditahan menuntutnya untuk mengakui dirinya telah mengoperasi anggota Hamas atau sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza, namun dia menolak dan membantah tuduhan itu.

    Abu Safiya, sebut Qassem, bersikeras menegaskan dirinya hanyalah seorang dokter anak, dan “semua yang dia lakukan adalah karena kewajiban moral, profesional, dan manusiawi terhadap para pasien dan mereka yang terluka”.

    Abu Safiya awalnya ditahan selama dua minggu di pangkalan militer Sde Teiman di gurun Negev, Israel bagian selatan. Namun kemudian dia dipindahkan ke penjara Ofer, di mana Israel menahan ratusan tahanan Palestina lainnya.

    Selama berada di Sde Teiman, menurut Qassem, Abu Safiya menjadi target interogasi yang “melibatkan pemukulan, penganiayaan, dan penyiksaan”.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Amerika Siap Kirim Bom Baru untuk Israel Menjelang Ekspansi Besar-besaran Serangan ke Gaza – Halaman all

    Amerika Siap Kirim Bom Baru untuk Israel Menjelang Ekspansi Besar-besaran Serangan ke Gaza – Halaman all

    Washington Persiapkan Pengiriman Bom Baru untuk Israel Menjelang Ekspansi Besar-besaran Serangan ke Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Amerika Serikat telah menyetujui pengiriman baru ribuan bom untuk Angkatan Udara Israel.

    Media berbahasa Ibrani melaporkan pengiriman ribuan bom itu datang saat Tel Aviv berencana untuk memperluas serangan brutalnya di Jalur Gaza. 

    Pengiriman ini bertujuan untuk melengkapi transfer senjata yang dilakukan awal tahun ini, yang dihentikan oleh pemerintahan AS sebelumnya dan dicabut pembekuannya oleh Donald Trump.

    “IDF akan menerima pengiriman senjata besar dari Amerika Serikat dalam beberapa minggu mendatang, termasuk lebih dari 3.000 amunisi untuk Angkatan Udara Israel, sebagai bagian dari persiapan untuk operasi lanjutan di Jalur Gaza dan potensi serangan terhadap Iran,” kata Ynet , mengutip pejabat Israel. 

     

     

     

    Pengiriman ini bertujuan untuk “meningkatkan kesiapan” untuk serangan skala besar oleh Komando Selatan tentara Israel. 

    Israel juga diperkirakan akan menerima lebih dari 10.000 bom lagi dalam beberapa bulan mendatang untuk mengisi ulang persediaannya.

    Kesepakatan senjata baru ini bertujuan untuk melengkapi pengiriman bom MK84 AS sejak awal tahun ini, ketika Presiden AS Donald Trump mencairkan pengiriman yang telah ditunda oleh pemerintahan sebelumnya di Washington.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengumumkan awal minggu ini bahwa militernya akan segera memperluas serangannya di Gaza. 

    Katz juga mengonfirmasi perebutan Koridor Morag yang baru didirikan oleh tentara Israel , yang memisahkan kota paling selatan Rafah dari kota Khan Yunis.

    Rafah kini sepenuhnya dikepung oleh militer, dengan Divisi ke-36 menguasai Koridor Morag dan Divisi Gaza beroperasi di Koridor Philadelphi di sepanjang wilayah perbatasan Mesir–Gaza, militer mengumumkan pada 12 April.

    Brigade Lapis Baja ke-188 dari Divisi ke-36 telah maju ke poros selatan dari arah barat laut. 

    Pada saat yang sama, Brigade Infanteri Golani dari divisi tersebut memasuki wilayah perbatasan di tenggara untuk menyelesaikan penangkapan.

    Tel Aviv berencana memasukkan seluruh Rafah ke dalam zona penyangga yang telah dibuatnya di sepanjang perbatasan Gaza. Kota tersebut hampir hancur total akibat serangan Israel.

    Sejak pembaruan dan perluasan operasi darat baru-baru ini di Gaza, Israel telah mengambil alih sedikitnya 50 persen wilayah jalur tersebut.

    Setidaknya 1.630 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 4.300 orang terluka oleh Israel di seluruh jalur itu sejak perang dimulai kembali pada tanggal 18 Maret. 

    Israel juga berharap untuk membantu mengoordinasikan dan berpartisipasi dalam setiap serangan potensial terhadap Iran, yang telah diancamkan Trump meskipun negosiasi nuklir sedang berlangsung dengan Republik Islam tersebut. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Macron Akan Akui Negara Palestina, Netanyahu Bilang Gini

    Macron Akan Akui Negara Palestina, Netanyahu Bilang Gini

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa pembentukan negara Palestina akan menjadi “hadiah besar bagi terorisme”. Pesan Netanyahu ini disampaikan setelah Macron mengungkapkan rencana Prancis untuk mengakui negara Palestina.

    Macron, dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (16/4/2025), mengatakan dirinya menegaskan kepada Netanyahu bahwa penderitaan warga sipil di Jalur Gaza “harus diakhiri”.

    Macron juga mengatakan kepada Netanyahu, bahwa hanya gencatan senjata dalam perang melawan Hamas yang akan membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Pernyataan yang dirilis kantor PM Israel menyebutkan kedua pemimpin berbicara via telepon pada Selasa (15/4) waktu setempat. Dalam percakapan itu, Netanyahu menyampaikan kepada Macron soal “sikapnya yang menentang keras pembentukan negara Palestina, dengan menyatakan hal bahwa itu akan menjadi hadiah besar bagi terorisme”.

    “Perdana Menteri mengatakan kepada Presiden Prancis bahwa negara Palestina yang didirikan hanya beberapa menit dari kota-kota Israel akan menjadi benteng terorisme Iran, dan bahwa sebagian besar masyarakat Israel dengan tegas menentang hal ini — dan hal ini telah menjadi kebijakannya yang konsisten dan sudah berlangsung sejak lama,” jelas kantor PM Israel dalam pernyataannya.

    Sementara itu, Macron secara terpisah mengatakan dirinya telah menyampaikan kepada Netanyahu bahwa “cobaan berat yang dialami penduduk sipil Gaza harus diakhiri”. Macron juga “menyerukan pembukaan semua perlintasan perbatasan untuk masuknya bantuan kemanusiaan” ke Jalur Gaza.

    Israel memutus akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza sejak 2 Maret lalu untuk menekan Hamas.

    Seruan itu disampaikan setelah komentar Macron pekan lalu yang menyebut Prancis dapat mengakui negara Palestina dalam beberapa bulan ke depan. Komentar itu menuai gelombang kecaman di Israel, termasuk dari Netanyahu dan putranya, serta dikritik kelompok sayap kanan di Prancis.

    Macron, pada Senin (14/4), mengungkapkan harapannya agar pengakuan yang diberikan Prancis terhadap negara Palestina akan mendorong negara-negara lainnya untuk mengikuti, dan agar negara-negara yang tidak mengakui Israel akhirnya bersedia memberikan pengakuan serupa.

    Sehari sebelum teleponan dengan Netanyahu, Macron berbicara via telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, di mana dia menyatakan dukungan untuk rencana Otoritas Palestina memerintah Gaza pascaperang, jika mengalami reformasi.

    “Sangat penting untuk menetapkan kerangka kerja untuk hari-hari setelah perang: melucuti senjata dan menyingkirkan Hamas, menetapkan pemerintahan yang kredibel, dan mereformasi Otoritas Palestina,” cetus Macron kepada Abbas.

    “Hal ini akan memungkinkan kemajuan menuju solusi politik dua negara, dengan tujuan konferensi perdamaian pada Juni, demi perdamaian dan keamanan bagi semuanya,” sebutnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Akan Tanggapi Tawaran Gencatan Senjata Terbaru Israel Dalam 48 Jam, IDF Pakai Taktik Bom Sipil – Halaman all

    Hamas Akan Tanggapi Tawaran Gencatan Senjata Terbaru Israel Dalam 48 Jam, IDF Pakai Taktik Bom Sipil – Halaman all

    Hamas Akan Tanggapi Tawaran Gencatan Senjata Terbaru Israel Dalam 48 Jam, IDF Pakai Taktik Bom Sipil

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kalau gerakan perlawanan Palestina itu akan menyerahkan jawaban atas proposal Israel untuk pertukaran sandera-tahanan kepada mediator dalam waktu 48 jam.

    Juru bicara Hamas, Jihad Taha kepada saluran Qatar Al-Araby Al-Jadeed mengatakan kalau upaya mediator untuk mencapai kesepakatan sedang berlangsung.

    Dia menekankan kalau gerakannya merespons secara positif keinginan mediator (Mesir, Qatar, dan AS) untuk menghentikan perang di Gaza.

    Namun Taha menambahkan, mediator perlu menunjukkan sikap tegas ke Israel yang terbukti berulang kali melanggar kesepakatan sebelumnya.

    “Sikap Israel yang menghindari komitmen terhadap proposal yang diajukan oleh para mediator memerlukan intervensi tegas dari komunitas internasional, khususnya pemerintah AS, untuk menekan Israel agar mematuhi apa yang telah disepakati,” kata dia dikutip dari Khaberni, Selasa (15/4/2025).

    Pihak Mesir melaporkan kalau usulan perjanjian antara Israel dan Hamas mencakup pembebasan tujuh hingga sembilan sandera hidup.

    Usulan tersebut disampaikan kepada Hamas, dan gerakan itu menyatakan kesediaannya untuk membahasnya.

    Namun, Hamas dilaporkan belum mundur dari posisi berprinsipnya kalau semua tahanan akan dibebaskan hanya dengan imbalan gencatan senjata permanen—sebuah posisi yang tidak ingin diterima oleh Netanyahu dan kepala negosiator Israel, Dermer.

    Kesenjangan ini yang berpotensi kembali menjadi faktor gagalnya perundingan.

    Reuters mengutip pernyataan pejabat senior Hamas kemarin yang mengatakan kalau gerakan tersebut siap membebaskan para sandera Israel secara sekaligus jika gencatan senjata dilakukan secara permanen dan Israel melakukan penarikan pasukan penuh dari Jalur Gaza.

    Namun, Mesir menyampaikan pesan yang jelas kepada gerakan tersebut:

    “Jendela kesempatan untuk negosiasi terbatas, setelah itu Israel akan meningkatkan tekanan militer.”

    AGRESI GAZA – Pasukan Israel (IDF) memasuki wilayah Gaza Utara. Agresi baru IDF ke Jalur Gaza rupanya disertai penentangan dari kalangan internal militer Israel, terlebih IDF dilaporkan memiliki tujuan untuk menduduki Jalur Gaza dalam agresi kali ini. (IDF/Ynet)

    Rincian Usulan Gencatan Senjata Israel

    Sebuah sumber yang terlibat dalam negosiasi mengatakan dua minggu ke depan sangat penting untuk menentukan apakah terobosan akan dicapai untuk gencatan senjata parsial lainnya.

    Sumber keamanan lain menyatakan: “Ini adalah hari-hari penting, tetapi belum ada kesepakatan substantif.”

    TV Al-Mayadeen milik kelompok Hizbullah Lebanon, juga melaporkan kalau rincian tawaran yang diajukan Israel tampaknya mencakup pembebasan 10 sandera, termasuk tentara AS Idan Alexander.

    Menurut laporan, perjanjian tersebut akan mencakup gencatan senjata sementara selama 45 hari, di mana 10 sandera Israel yang masih hidup dan 16 sandera Israel yang telah meninggal akan dibebaskan.

    Sebagai imbalannya, Israel akan mengizinkan bantuan dan peralatan masuk ke Gaza, dan ratusan tahanan Palestina akan dibebaskan.

    Pejabat Mesir mengatakan kepada saluran Qatar kalau “Israel melanjutkan kebijakannya untuk menghindari kewajibannya, sambil terus memaksakan fakta-fakta baru di lapangan dengan kekerasan.”

    Sumber tersebut mengatakan, pembicaraan yang diadakan dalam beberapa hari terakhir antara mediator regional dan internasional gagal membujuk Israel untuk membuat konsesi substantif apa pun.

    Menurut sumber tersebut, “pemimpin Mesir yakin bahwa Israel memanfaatkan negosiasi tersebut sebagai kedok untuk melanjutkan operasi militernya, terutama di wilayah Rafah.”

    SERANGAN UDARA ISRAEL – Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan bekas ledakan bom dari serangan udara Israel di Beit Lahia, Gaza Utara, Sabtu (14/3/2025). Israel berdalih, serangan menargetkan terduga milisi perlawanan yang hendak memasang perangkap. Sejumlah saksi menuturkan kalau para korban adalah warga sipil, termasuk 4 jurnalis dari 9 korban yang dilaporkan. (khaberni/tangkap layar)

    Taktik Israel Bombardir Warga Sipil

    Sumber keamanan Israel mengonfirmasi kalau masih ada kesenjangan dan jarak yang signifikan dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza dan penyelesaian kesepakatan pertukaran sandera- ahanan dengan Hamas.

    Sumber itu menambahkan kepada surat kabar Israel Yedioth Ahronoth kalau meskipun terdapat kesenjangan dan jarak yang signifikan dalam negosiasi tersebut, ia mengharapkan sebuah kesepakatan akan dicapai dalam beberapa minggu.

    Sumber itu menekankan kalau Israel menuntut sembilan atau sepuluh tahanan hidup, sementara Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan tujuh atau delapan tahanan.

    Sumber tersebut mengklaim kalau Hamas menetapkan persyaratan yang “tidak dapat diterima” bagi Tel Aviv merujuk pada permintaan Hamas agar perang dihentikan sepenuhnya dan Israel menarik mundur pasukan dari Gaza.

    Karena itu, kata sumber, Israel meyakini kalau tekanan militer akan membuahkan hasil.

    Tekanan militer yang dimaksud adalah bombardemen buta Israel yang sebagian besar justru menyasar warga sipil ketimbang milisi. 

    “Makanan dan bahan bakar akan habis dalam beberapa minggu ke depan, dan kembalinya warga Palestina ke Gaza utara telah sepenuhnya dicegah,” katanya menjelaskan bentuk lain dari tekanan militer lain yang dimaksud.

    Sumber tersebut menunjukkan adanya tekanan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, “yang membuat mereka tidak stabil,”.

    Dia menekankan kalau tekanan politik dan militer kemungkinan besar akan menekan Hamas dan menghasilkan kesepakatan, katanya.

    Hamas mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sedang mempelajari proposal yang disampaikan oleh para mediator “dengan tanggung jawab nasional yang besar,”.

    Hamas menekankan bahwa setiap perjanjian dengan Israel harus mencakup gencatan senjata dan rekonstruksi Gaza.

    Sebelumnya, Agence France-Presse mengutip seorang pejabat Hamas yang mengatakan bahwa gerakan itu siap membebaskan semua tahanan Israel dengan imbalan gencatan senjata dan penarikan pasukan dari Jalur Gaza.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Kepala Palang Merah Dunia: Warga Gaza Sudah Putus Asa, Merasa Lebih Baik Mati Bersama Keluarga – Halaman all

    Kepala Palang Merah Dunia: Warga Gaza Sudah Putus Asa, Merasa Lebih Baik Mati Bersama Keluarga – Halaman all

    Kepala Palang Merah Dunia: Warga Gaza Sudah Putus Asa, Merasa Lebih Baik Mati Karena Tak Ada Masa Depan

    TRIBUNNEWS.COM – Direktur Jenderal Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Pierre Krähenbühl, menggambarkan situasi di Gaza sebagai “neraka di bumi,”.

    Hal itu dia ungkapkan saat memperingatkan tentang kondisi kemanusiaan yang mengerikan dan apa yang disebutnya sebagai kampanye “perang genosida” oleh Pendudukan Israel terhadap warga sipil Palestina.

    Berbicara di Forum Diplomasi Antalya yang diadakan di Turki selatan pada tanggal 11-13 April, Krähenbühl mengatakan situasi kemanusiaan di Gaza “benar-benar tak tertahankan,”.

    Dia juga  menyoroti meningkatnya bahaya yang dihadapi oleh para pekerja bantuan di lapangan.

    Ia mencatat kalau beberapa pekerja kemanusiaan telah kehilangan nyawa mereka dan kantor-kantor menjadi sasaran langsung, termasuk insiden penembakan tank pada tanggal 24 Maret.

    Krähenbühl menekankan perlunya upaya internasional yang lebih intensif untuk melindungi warga sipil dan personel kemanusiaan.

    “Orang-orang di Gaza telah benar-benar kehilangan harapan dalam hidup,” katanya.

    Begitu putus asanya warga Gaza, kata Krähenbühl, mereka merasa kalau sudah tidak ada masa depan dan lebih baik mati bersama. 

    Dia menambahkan: “Kami mendengar warga sipil mengatakan mereka lebih baik mati bersama keluarga mereka karena mereka tidak melihat masa depan.”

    Ia memperingatkan situasi saat ini seharusnya membuat dunia khawatir dan dapat menjadi pertanda kemungkinan terjadinya konflik yang lebih luas.

    SERANGAN ISRAEL – Situasi di kawasan Shijaiyah di Jalur Gaza setelah diserang Israel pada hari Rabu, 9 April 2025. (Yedioth Ahronoth)

    Jumlah Korban Tewas di Gaza Capai 51.000 

    Dalam laporan perkembangan terbaru di Gaza, Setidaknya 17 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel selama 24 jam terakhir.

    Atas kematian terbaru itu, jumlah total korban tewas di Gaza menjadi 51.000 sejak dimulainya agresi Israel di Gaza pada Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan Selasa.

    Sebanyak 69 orang lainnya terluka, sehingga jumlah korban luka menjadi 116.343.

    Kementerian memperingatkan jumlah korban sebenarnya bisa lebih tinggi, karena “banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan,” sementara operasi penyelamatan terhambat oleh pengeboman yang terus berlangsung.

    Meskipun ada seruan internasional untuk de-eskalasi, Israel melanjutkan serangan militernya per 18 Maret lalu. 

    Sejak saat itu, 1.630 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 4.300 orang terluka.

    Tidak ada resolusi atau pengungkapan publik mengenai kemajuan terkait gencatan senjata atau kesepakatan pertukaran tahanan.

    Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga masih diadili di Mahkamah Internasional, menghadapi tuduhan genosida atas kampanye yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

     

    (oln/rntv/*)

  • Invasi Israel ke Gaza Makin Lemot, IDF Tambah Susah Gulingkan Hamas, Bisa Butuh Bertahun-tahun – Halaman all

    Invasi Israel ke Gaza Makin Lemot, IDF Tambah Susah Gulingkan Hamas, Bisa Butuh Bertahun-tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kecepatan atau laju invasi terbaru Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke Jalur Gaza mulai 18 Maret kemarin disebut makin melambat.

    IDF diklaim telah membunuh sekitar 5.000 pejuang Hamas hanya beberapa pekan setelah perang di Gaza meletus pada bulan Oktober 2023.

    Namun, operasi militer Israel dalam beberapa pekan ini hanya menghasilkan sedikit kemajuan. Bahkan, dalam beberapa hari Israel hanya bisa membunuh segelintir pejuang Hamas.

    Dikutip dari The Jerusalem Post, IDF pada tanggal 25 Maret kemarin mengaku telah membunuh 150 pejuang Hamas sejak perang Gaza dilanjutkan. Kebanyakan dari mereka tewas hanya dalam waktu 10 menit serangan udara besar-besaran tanggal 18 Maret.

    Per 3 April, IDF “hanya” membunuh sekitar 250 pejuang Hamas. Artinya, hanya ada tambahan 100 pejuang yang tewas selama lebih dari seminggu.

    Adapun per 6 April, jumah pejuang Hamas yang tewas hanya bertambah menjadi 300 orang atau hanya ada tambahan 50 orang dalam seminggu.

    Sebagai perbandingan, IDF diklaim membunuh sekitar 5.000 pejuang Hamas hanya dalam waktu 20 hari, atau sekitar 250 pejuang tewas per hari.

    Lalu, dari tanggal 1 hingga Desember 2023, IDF membunuh sekitar 2.000 pejuang Hamas dalam 10 hari di Kota Khan Yunis, Gaza.

    TENTARA ISRAEL – Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (RNTV/tangkapan layar)

    Israel dilanda ketidakberuntungan, tidak hanya karena kemajuannya di medan tempur melambat, tetapi juga karena jumlah pejuang Hamas terus bertambah. Setidaknya saat ini Hamas memiliki 20.000 hingga 25.000 pejuang.

    Senin pekan ini IDF hanya mengumumkan ada sedikit pejuang Hamas yang dibunuhnya, bisa dihitung dengan jari.

    IDF memilih berfokus memberikan informasi tentang upaya menghancurkan infrastruktur Hamas, misalnya terowongan dan gudang senjata.

    Sudah ada banyak terowongan yang ditemukan IDF. Meski demikian, Israel sejauh ini disebut baru menemukan 25 persen terowongan Hamas.

    Para narasumber dari internal IDF mengakui lambatnya laju invasi Israel. Kepada The Jerusalem Post, mereka mengatakan jika invasi tetap lambat seperti ini, Hamas mungkin baru bisa dikalahkan bertahun-tahun kemudian.

    Saat ini ada tiga divisi IDF yang beroperasi di Gaza yakni Divisi Ke-252, Ke-143, dan Ke-36. Ketiga divisi itu beroperasi lebih sedikit dibandingkan dengan saat perang meletus.

    Hamas bangkit, Israel kekurangan tentara

    Awal tahun ini media-media Israel melaporkan Hamas telah bangkit lagi. The Jerusalem Post dan Channel 12 menyampaikan Hamas merekrut personel baru.

    Channel 12 menyebut Hamas dan kelompok Jihad Islam disebut memiliki 20.000 hingga 23.000 pejuang, sedangkat The Jerusalem Post mengklaim jumlah pejuang Hamas mencapai sekitar 12.000 orang.

    Menurut IDF, pada awal perang jumlah pejuang Hamas mencapai 25.000 personel. IDF mengatakan ada 14.000 hingga 16.000 pejuang Hamas yang terluka.

    Sementara itu, beberapa hari lalu para komandan IDF mengakui bahwa Brigade Rafah milik Hamas yang beroperasi di Kota Rafah belum bisa dikalahkan. Padahal, Israel sudah mengumumkan brigade itu sudah dihancurkan lebih dari enam bulan lalu.

    “Ada cukup banyak kritik terhadap pernyataan para politikus, yang dipimpin oleh pernyataan perdana menteri, yang tahun kemarin menyatakan Israel berada di ambang kemenangan,” kata Yedioth Ahronoth dalam artikel yang terbit minggu lalu.

    “Khayalan tentang kalahnya Brigade Rafah, itu disesalkan dan bukan pertama kalinya, adalah contoh lain tentang kesenjangan yang muncul di antara pesan kepada masyarakat dan kenyataan di medan tempur.”

    LARAS TANK MERKAVA – Foto tangkap layar Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan pasukan Israel (IDF) menjejerkan posisi laras meriam tank Merkava dalam agresi militer di Gaza. (Khaberni/tangkapan layar)

    Israel juga dilanda krisis kekurangan tentara. Direktorat Operasi IDF mengatakan kelangkaan tentara ini belum pernah terjadi sejak era pendudukan Israel di Lebanon selatan 1982, kemudian Intifada Kedua tahun 2000-an.

    Menurut IDF, kelangkaan itu disebabkan oleh “ketenangan palsu” selama bertahun-tahun. Lalu, kini IDF berusaha mencegah Hizbullah dan Hamas pulih seperti sedia kala.

    Saat ini pengerahan tentara Israel makin sering terjadi, rotasinya lebih lama, dan cuti menjadi lebih sedikit.

    Tentara Israel diperkirakan akan didera beban yang belum pernah terjadi sebelumnya lantaran IDF kesulitan memenuhi permintaan akan keamanan.

    Meski demikian, tentara Israel sudah mulai merasakan beban itu. Kini mereka hanya bisa beristirahat sekali tiap 2,5 pekan. Adapun selama 15 tahun sebelumnya, tentara bisa pulang ke rumah sekali setiap dua pekan.

    “Masyarakat Israel, rekrutmen baru, tentara aktif, dan terutama orang tua mereka harus menyesuaikan ekspektasi merek. Mereka akan jauh lebih jarang melihat anak mereka dalam beberapa tahun mendatang,” kata IDF.