Negara: Jalur Gaza

  • 80 Orang Tewas Digempur AS di Yaman, Iran-Hamas Mengecam!

    80 Orang Tewas Digempur AS di Yaman, Iran-Hamas Mengecam!

    Sanaa

    Iran mengecam keras serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menewaskan sedikitnya 80 orang di wilayah Yaman, yang sebagian besar dikuasai oleh kelompok Houthi. Kecaman juga disampaikan oleh kelompok Hamas yang merupakan sekutu Houthi.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeili Baqaei, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), menyebut rentetan serangan mematikan AS di wilayah Yaman itu sebagai “serangan biadab”. Gempuran militer Washington itu menghantam area Ras Issa, yang merupakan pelabuhan bahan bakar di Yaman.

    “Mengecam keras serangan udara biadab AS terhadap pelabuhan Ras Issa di Yaman,” tegas Baqaei dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Baqaei menggambarkan serangan udara AS itu sebagai “contoh kejahatan agresif dan pelanggaran terang-terangan terhadap prinsip-prinsip dasar Piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)”.

    Kecaman juga dilontarkan oleh Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, sekutu dekat AS. Hamas menyebut rentetan serangan AS sebagai pelanggaran kedaulatan Yaman.

    “Agresi secara terang-terangan ini merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan Yaman, merupakan kejahatan perang sepenuhnya, dan menegaskan kembali berlanjutnya kebijakan Amerika yang bermusuhan dan menargetkan orang-orang bebas yang menolak hegemoni Zionis dan Amerika di wilayah tersebut,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap area Ras Issa di Yaman bertujuan untuk memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Houthi mengumumkan pada Jumat (18/4) bahwa sedikitnya 80 orang tewas dan 150 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan udara AS itu — serangan paling mematikan selama 15 bulan terakhir Washington melancarkan operasi militer terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut.

    Sebagai respons atas serangan tersebut, Houthi melancarkan serangan balasan terhadap dua kapal induk AS dan terhadap wilayah Israel, tepatnya terhadap lokasi militer di dekat bandara utama Tel Aviv.

    Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataannya seperti dilansir Anadolu Agency, mengatakan bahwa Angkatan Udara Israel “berhasil mencegat rudal tersebut”. Militer Israel menyebut sirene peringatan serangan udara meraung-raung di beberapa wilayah, namun tidak ada korban jiwa.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Tolak Tawaran Gencatan Senjata, Israel Gempur Gaza Tewaskan 24 Orang

    Hamas Tolak Tawaran Gencatan Senjata, Israel Gempur Gaza Tewaskan 24 Orang

    Gaza City

    Serangan udara Israel menghantam wilayah Jalur Gaza, termasuk Khan Younis, setelah kelompok Hamas mengisyaratkan penolakan terhadap tawaran gencatan senjata terbaru dari Tel Aviv. Sedikitnya 24 orang, termasuk 10 orang di satu keluarga yang sama, tewas akibat rentetan gempuran Israel tersebut.

    Kepala negosiator Hamas, Khalil al-Hayya, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), menolak apa yang disebutnya sebagai “kesepakatan parsial” Israel dan menyerukan “kesepakatan komprehensif” untuk menghentikan perang yang telah berkecamuk selama 18 bulan terakhir.

    Al-Hayya juga mendesak adanya tekanan internasional untuk mengakhiri blokade total Israel terhadap Jalur Gaza yang dimulai sejak 2 Maret lalu.

    Seruan itu muncul setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan tentang kondisi yang semakin memburuk dan kekurangan obat-obatan serta kebutuhan pokok lainnya bagi 2,4 juta orang di Jalur Gaza yang terkepung.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan bahwa serangan udara Israel menghantam area Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan, pada Jumat (18/4) pagi.

    Bassal menyebut para personelnya telah “mengevakuasi jenazah 10 korban tewas dan sejumlah besar korban luka dari rumah keluarga Baraka dan rumah-rumah di sekitarnya” menyusul serangan tersebut.

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 14 orang lainnya tewas dalam beberapa serangan udara Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza, termasuk sedikitnya dua serangan yang menghantam tenda-tenda yang menampung para pengungsi Palestina.

    Tel Aviv juga memutus akses untuk semua pasokan bantuan ke Jalur Gaza sejak 2 Maret lalu.

    Kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera sebelumnya yang dimulai pada 19 Januari hanya berlangsung selama dua bulan dan gagal untuk diperpanjang. Israel ingin memperpanjang tahap pertama, namun Hamas bersikeras agar gencatan dilanjutkan ke tahap kedua sesuai pembahasan awal.

    Hamas Isyaratkan Tolak Tawaran Gencatan Senjata Israel

    Perundingan gencatan senjata dimulai kembali beberapa waktu terakhir. Seorang sumber Hamas menuturkan kepada AFP bahwa kelompoknya telah mengirimkan tanggapan tertulis pada Kamis (17/4) kepada para mediator, yang isinya merespons tawaran terbaru Israel untuk gencatan senjata selama 45 hari.

    Dalam tawaran terbaru itu, Tel Aviv menuntut pembebasan 10 sandera yang masih hidup, dengan imbalannya sebanyak 1.231 tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel dan bantuan kemanusiaan kembali diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza.

    Namun, seorang pejabat Hamas menyebut bahwa tawaran Israel itu juga menuntut perlucutan senjata para petempur Hamas demi mengamankan akhir perang sepenuhnya. Tuntutan itu ditolak mentah-mentah oleh Hamas.

    “Kesepakatan parsial ini digunakan oleh (Perdana Menteri Israel) Benjamin Netanyahu sebagai kedok untuk agenda politiknya… kami tidak akan terlibat dalam kebijakan ini,” tegas Al-Hayya sebagai kepala negosiator Hamas dalam pernyataan yang disampaikan pada Kamis (17/4) malam.

    “Hamas mengupayakan kesepakatan komprehensif yang melibatkan pertukaran tahanan dalam satu paket sebagai imbalan atas penghentian perang, penarikan pendudukan dari Jalur Gaza, dan dimulainya rekonstruksi,” cetusnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Demo Anti Israel di KFC Berakhir Rusuh dan Tewaskan Karyawan, 178 Orang Diciduk Kepolisian Pakistan – Halaman all

    Demo Anti Israel di KFC Berakhir Rusuh dan Tewaskan Karyawan, 178 Orang Diciduk Kepolisian Pakistan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Aparat kepolisian terus menindak tegas aksi protes atau demonstrasi anti-Israel di sejumlah tempat usaha yang dinilai memberikan dukungannya kepada pemerintahan Benjamin Netanyahu.

    Hal ini terjadi di Pakistan di mana ratusan orang telah ditangkap oleh pihak kepolisian dalam beberapa minggu terakhir.

    Adapun tindakan ini diambil pihak kepolisian Pakistan menyusul lebih dari 10 serangan massa terhadap gerai waralaba makanan cepat saji asal Amerika Serikat, KFC. 

    Dikutip dari Reuters, serangan ini dipicu oleh sentimen anti-Amerika Serikat dan penolakan terhadap perang sekutu mereka, Israel, di Gaza, menurut pernyataan pejabat setempat pada Jumat (18/4/2025).

    Polisi di kota-kota besar di negara Islam tersebut, termasuk Kota Karachi di selatan, Kota Lahore di timur, dan ibu kota Islamabad, mengonfirmasi sedikitnya 11 insiden di mana gerai KFC diserang oleh pengunjuk rasa bersenjata. 

    Sedikitnya 178 orang ditangkap, kata pejabat tersebut pekan ini.

    Seorang pejabat polisi yang berbicara dengan syarat anonim menyatakan bahwa seorang karyawan KFC bahkan tewas ditembak di sebuah gerai di pinggiran Kota Lahore oleh pria bersenjata tak dikenal.

    Pejabat tersebut menambahkan, tidak ada aksi protes saat kejadian, dan pihaknya tengah menyelidiki apakah pembunuhan tersebut dilatarbelakangi sentimen politik atau alasan lain.

    Di Lahore, polisi menyatakan bahwa mereka meningkatkan keamanan di 27 gerai KFC di seluruh kota menyusul dua serangan dan lima upaya serangan yang berhasil dicegah.

    “Kami tengah menyelidiki peran berbagai individu dan kelompok dalam serangan-serangan ini,” kata Faisal Kamran, pejabat senior kepolisian Lahore.

    Kamran menambahkan bahwa 11 orang, termasuk anggota partai Islam Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP), ditangkap di kota tersebut.

    Ia menegaskan bahwa protes tersebut tidak diorganisir secara resmi oleh TLP.

    Juru bicara TLP, Rehan Mohsin Khan, menyatakan bahwa kelompoknya “mengimbau umat Islam untuk memboikot produk Israel, tetapi tidak mengeluarkan ajakan protes di luar gerai KFC”.

    “Jika ada orang yang mengaku sebagai pemimpin atau aktivis TLP terlibat dalam tindakan tersebut, itu harus dianggap sebagai tindakan pribadi yang tidak terkait dengan kebijakan partai,” kata Khan.

    KFC selama ini dipandang sebagai simbol Amerika Serikat di Pakistan dan menjadi sasaran utama sentimen anti-Amerika selama beberapa dekade terakhir, termasuk melalui protes dan serangan.

    Merek-merek Barat telah menghadapi boikot dan bentuk protes lain di Pakistan dan negara-negara mayoritas Muslim lain dalam beberapa bulan terakhir terkait operasi militer Israel di Jalur Gaza.

    Perang ini dipicu oleh serangan kelompok militan Palestina, Hamas, ke selatan Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang ke Gaza, berdasarkan data Israel.

    Sejak saat itu, lebih dari 51.000 warga Palestina tewas dalam operasi militer Israel, menurut otoritas kesehatan setempat.

    Yum Brands menyatakan bahwa merek lainnya, Pizza Hut, juga mengalami dampak yang berkepanjangan dari boikot terkait perang Gaza.

    Di Pakistan, merek lokal mulai menguasai pasar minuman cola yang berkembang pesat karena sebagian konsumen menghindari merek Amerika.

    Pada 2023, pangsa pasar Coca-Cola di sektor konsumen Pakistan turun menjadi 5,7 persen dari 6,3 persen pada 2022, menurut GlobalData, sementara PepsiCo turun menjadi 10,4?ri 10,8 persen.

    Awal bulan ini, ulama agama di Pakistan menyerukan boikot terhadap produk atau merek yang dianggap mendukung Israel atau ekonomi Amerika, tetapi meminta masyarakat tetap damai dan tidak merusak properti.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Iran dan Arab Saudi Bahas Kerja Sama Militer: Negara Islam Harus Bersatu Melawan Israel – Halaman all

    Iran dan Arab Saudi Bahas Kerja Sama Militer: Negara Islam Harus Bersatu Melawan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Iran dan Arab Saudi menjajaki kemungkinan kerja sama militer atau pertahanan di antara kedua negara kawasan Timur Tengah itu.

    Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman telah tiba ke Kota Teheran, Iran, pada hari Kamis, (17/4/2025), guna bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Bagheri.

    The National News melaporkan Pangeran Khalid bertemu dengan para pejabat senior Iran, termasuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

    “Dalam pertemuan saya dengan Mayjen Mohammad Bagheri, kami mengulas hubungan bilateral di antara negara kami dan menelusuri kemungkinan kerja sama pertahanan,” kata Pangeran Khalid di media sosial X.

    Pertemuan pejabat Iran dan Arab Saudi itu terjadi di tengah situasi kritis di Timur Tengah. Saat ini Amerika Serikat (AS) dan Iran sedang bersiap melanjutkan perundingan nuklir di Kota Roma, Italia, hari Sabtu pekan ini. 

    Arab Saudi dan negara-negara kawasan Teluk Persia khawatir akan kemungkinan gagalnya perundingan itu. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menyerang Iran jika perundingan itu gagal.

    Dikutip dari Press TV, salah satu media Iran, Negeri Mullah itu menegaskan kesiapannya untuk memperluas hubungan militer dengan Arab Saudi.

    Bagheri menyebut hubungan baik antara Iran dan Arab Saudi beserta kedua militer negara itu akan membuat musuh-musuh mereka “putus asa dan tidak berdaya”.

    Lalu, dia berterima kasih kepada Arab Saudi yang ikut serta sebagai pengamat dalam latihan militer bersama bertajuk Indian Ocean Naval Symposium Maritime Exercise atau yang dikenal sebagai IMEX 2024.

    Latihan itu digelar oleh Iran, Rusian, dan Oman. Adapun beberapa delegasi dari negara lain, termasuk Arab Saudi, India, Thailand, Pakistan, Qatar, dan Bangladesh berpartisipasi sebagai pengamat.

    Iran dan Arab Saudi telah memulihkan hubungan diplomatiknya sejak Kesepakatan Beijing pada bulan Maret 2023. Bagheri menyebut hubungan militer antara Iran dan Arab Saudi telah meningkat semenjak pemulihan hubungan diplomatik.

    “Kebijakan Republik Islam Iran didasarkan pada pengembangan hubungan dengan tetangga-tetangganya. Karena itu, pengembangan dan penguatan hubungan di antara militer kedua negara itu bisa menjadi dasar yang baik bagi negara-negara di kawasan ini,” ujar Bagheri.

    Kata dia, kebijakan Iran juga menjamin keamanan negara-negara di Timur Tengah. Iran dan Arab Saudi bisa memainkan peran penting dalam mewujudkan tujuan strategis keduanya.

    Jenderal itu kemudian menyinggung situasi rumit di dunia Timur Tengah dan internasional. Dia mengungkapkan kesiapan militer Iran untuk mengembangkan kerja sama pertahanan dengan Arab Saudi dalam berbagai bidang.

    Bagheri menyebut rezim Israel punya peran destruktif dalam mengganggu perdamaian dan ketenteraman negara-negara Islam. Selain itu, Israel juga menyebarkan kekacauan di Timur Tengah.

    Dia memuji sikap Arab Saudi dalam persoalam Palestina dan agresi Israel di Jalur Gaza. Menurut dia, negara-negara Islam harus bersatu untuk melawan kejahatan rezim Israel.

    Sementara itu, Pangeran Khalid mengungkapkan terima kasihnya kepada Iran dan Bagheri atas sambutan hangat di Iran.

    “Keramahan kalian mencerminkan hubungan sangat baik di antara kita,” ujar Pangeran Khalid.

    Menurut dia, hubungan Arab Saudi dengan Iran memiliki pengaruh besar dalam memastikan keamanan Timur Tengah.

    “Insyaallah, hasil hubungan baik ini dan peningkatan di berbagai bidang akan memunculkan hasil baik baik kedua negara ini dan kawasan Timur Tengah,” kata dia.

     

  • Pancing IDF ke Terowongan, Brigade Al-Qassam: 3 Operasi di Khan Younis Tewaskan Tentara Israel – Halaman all

    Pancing IDF ke Terowongan, Brigade Al-Qassam: 3 Operasi di Khan Younis Tewaskan Tentara Israel – Halaman all

    Pancing IDF ke Terowongan, 3 Operasi Brigade Al-Qassam Hamas Tewaskan Tentara Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam , sayap bersenjata kelompok perlawanan Palestina Hamas , mengatakan pada Jumat (18/4/2025) kalau mereka telah melakukan tiga operasi selama dua hari terakhir yang menargetkan pasukan Israel di kota Khan Younis , Gaza selatan.

    Al Qassam mengklaim, operasi penyerangan yang mereka lakukan itu mengakibatkan tewasnya dan terlukanya tentara Israel (IDF).

    Dalam sebuah pernyataan, kelompok itu mengatakan para petempurnya telah “memancing pasukan khusus Zionis pada hari Rabu ke dalam terowongan yang dipasangi jebakan di daerah Qizan al-Najjar di Khan Younis.”

    “Begitu anggota pasukan Israel memasuki terowongan, sejumlah alat peledak diledakkan, menewaskan dan melukai sejumlah tentara,” kata kelompok itu.

    Brigade Al Qassam menambahkan, pada hari yang sama, para petempurnya  meledakkan tiga alat peledak kuat yang menargetkan dua buldoser militer D9 Israel.

    Buldoser D-9 Tentara Israel (IDF). IDF menggunakan Buldoser D-9 untuk beragam keperluan mulai dari menggusur rumah, membongkar kuburan, hingga sebagai benteng mobile bagi pasukan infanteri IDF dalam pertempuran. (tangkap layar twitter)

    Pada Kamis, Al-Qassam mengatakan telah menyerang tiga buldoser D9 Israel menggunakan granat berpeluncur roket Yassin-105, bahan peledak Shuwaz, dan bom barel.

    Tentara Israel belum mengomentari insiden spesifik yang dilaporkan oleh brigade Al Qassam tersebut.

    Lebih dari 51.000 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa salah satu peti mati dari empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Ancam Sandera Israel Kembali dalam Peti Mati

    Sebelumnya pada pekan ini, Brigade Al-Qassam, juga telah memberikan peringatan pada keluarga sandera Israel, terkait keselamatan keluarga mereka yang saat ini masih berada di Gaza.

    Peringatan Al-Qassam dirilis dalam bentuk pesan video.

    Al-Qassam menyatakan para keluarga sandera perlu bersiap akan kemungkinan terburuk, hal ini lantaran banyak sandera Israel tewas lantaran ulah tentara zionis sendiri.

    “Bersiaplah. Sebentar lagi putra-putra kalian akan kembali dalam peti mati hitam,” ujar keterangan Al-Qassam, Selasa (15/4/2025).

    Pejuang Palestina tersebut juga mengatakan bahwa pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memang menargetkan tawanan Israel di Gaza.

    “Pimpinan kalian telah menandatangani surat perintah hukuman mati bagi para tawanan, jadi persiapkan tempat pemakaman mereka,” katanya, mengutip Palestine Chronicle, Rabu (16/4/2025). 

    Perkembangan ini menyusul perilisan video oleh Al-Qassam Sabtu lalu yang memperlihatkan seorang tawanan bernama Edan Alexander.

    Edan Alexander merupakan warga berkebangsaan ganda, termasuk Amerika Serikat (AS).

    Dalam video dirinya memohon kepada Presiden AS Donald Trump untuk campur tangan guna membebaskannya. 

    Dalam video tersebut, ia menuduh Netanyahu menelantarkan para tawanan di Gaza.

    Hal ini terjadi setelah Israel mengingkari perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

    Kekerasan Israel yang kembali terjadi pada tanggal 18 Maret telah melanggar gencatan senjata yang dimulai pada tanggal 19 Januari. 

    Tindakan militer Israel terbaru telah menewaskan dan melukai ribuan warga Palestina, sebagian besar warga sipil.

    Meskipun pelanggaran tersebut telah dikutuk oleh banyak negara dan kelompok hak asasi manusia, AS tetap melanjutkan dukungannya terhadap Israel.

    AS menegaskan bahwa kampanye militer tersebut dilakukan dengan pengetahuan dan persetujuan sebelumnya dari Washington.

    Diketahui, sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan Gaza dalam kondisi hancur. 

    Selain itu, lebih dari 116.000 orang terluka, sementara 14.000 orang masih hilang.

    Pada bulan November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

     

    (oln/anews/*)

  • IDF Kalang Kabut, Ratusan Pilot Israel Bergabung dalam Protes Menentang Perang Gaza – Halaman all

    IDF Kalang Kabut, Ratusan Pilot Israel Bergabung dalam Protes Menentang Perang Gaza – Halaman all

    IDF Kalang Kabut, Ratusan Pilot Israel Bergabung dalam Protes Menentang Perang Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Saluran 12 Israel, Kamis (17/4/2025) melaporkan kalau lebih dari 300 pilot dari perusahaan penerbangan sipil Israel telah bergabung dalam petisi protes yang menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza.

    Demonstrasi para pilot Israel ini terjadi di tengah kekhawatiran dalam militer Israel (IDF) kalau jumlah personel mereka yang ikut menandatangani petisi ini, juga bertambah.

    Pesan para pilot Israel tersebut, menurut Channel 12, menyatakan bahwa “setiap hari yang berlalu tanpa gencatan senjata membahayakan nyawa mereka yang diculik.”

    Media tersebut melaporkan kalau  jumlah penanda tangan petisi yang menyerukan pemerintah Israel untuk menghentikan perang di Gaza dan mengedapankan pengembalian sandera secara hidup, melebihi 120.000 orang.

    Petisi ini mengecam cara-cara militer lewat pengeboman dan operasi darat ke Gaza yang mereka nilai hanya akan ikut menewaskan sandera Israel yang masih hidup di tangan gerakan perlawanan Palestina. 

    Ratusan ribu penanda tangan petisi tersebut termasuk sekitar 10.000 tentara cadangan (IDF reservist), mantan perwira militer IDF, dan polisi, plus 37 mantan sandera Israel di Jalur Gaza.

    PASUKAN CADANGAN – Foto tangkap layar Khaberni, Jumat (18/4/2025) yang menunjukkan prajurit pasukan cadangan Israel (IDF) yang ikut serta dalam agresi militer di Jalur Gaza. Belakangan, jumlah personel IDF yang ikut menandatangani petisi penghentian perang Gaza semakin bertambah.

    IDF Kalang Kabut

    Sementara itu, media Israel juga melaporkan kalau militer Israel kalang kabut atas semakin banyaknya gelombang personel yang ikut dalam gelombang penandatanganan petisi.

    IDF saat ini dilaporkan sudah berbicara tentang tindakan yang akan diambil terhadap personel militer yang ikut menandatangani petisi tersebut.

    Otoritas Penyiaran Israel mengutip pernyataan IDF, mengatakan, militer menuntut para pengunjuk rasa untuk menarik tanda tangan mereka.

    “Otoritas militer belum mengambil keputusan akhir terkait personel yang ikut tanda tangan di petisi tersebut,” kata laporan itu.

    Haaretz melaporkan bahwa meningkatnya jumlah prajurit cadangan yang menandatangani petisi ini menimbulkan kekhawatiran dalam ketentaraan Israel.

    Situasi ini memang serba salah bagi IDF. Memecat personel yang menandatangai petisi, berarti sama juga mengurangi jumlah anggota yang sudah mengalami krisis.

    Sebagai catatan, banyak personel IDF berasal dari satuan prajurit cadangan atau reservist. Mereka direkrut dari kalangan sipil dalam kerangka wajib militer.

    Memecat mereka, berarti menyia-nyiakan sumber daya manusia yang jumlahnya sudah kurang sebelumnya.

    Surat kabar tersebut melaporkan kalau IDF memutuskan untuk mengganti prajurit cadangan di zona pertempuran dengan prajurit reguler menyusul meningkatnya protes.

    Israel melanjutkan perang pemusnahannya di Gaza pada tanggal 18 Maret, setelah mengingkari perjanjian gencatan senjata dan memblokir masuknya bantuan kemanusiaan.

    Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, lebih dari 51.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 116.000 orang terluka, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

    DEMONSTRASI – Warga Israel berunjuk rasa di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv, Sabtu, (29/3/2025). Mereka menuntut pembebasan sandera. (Rony Shapiro/Pro-Democracy Protest Movement)

    Gelombang Protes Juga Melanda AU Israel

    Sebelumnya, Komandan Angkatan Udara Israel pada Rabu pekan lalu juga mengancam akan mengusir sekitar 970 personel — termasuk pilot, perwira dan prajurit — jika mereka tidak menarik tanda tangan mereka dari surat yang menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza, media lokal melaporkan.

    Surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa “sekitar 970 awak pesawat, beberapa di antaranya bertugas sebagai cadangan aktif, menandatangani surat yang menentang perang tetapi tidak menyerukan penolakan untuk bertugas.”

    Dalam beberapa hari terakhir, para pemimpin senior Angkatan Udara melakukan panggilan telepon pribadi kepada para anggota cadangan yang mendukung pesan tersebut, mendesak mereka untuk menarik kembali dukungan mereka, kata media tersebut.

    Para komandan memberi tahu para anggota cadangan bahwa mereka akan dipecat jika menolak mematuhinya, menurut Haaretz.

    Setelah adanya ancaman tersebut, hanya 25 penandatangan yang menarik nama mereka, sementara delapan lainnya meminta untuk menambahkan tanda tangan mereka.

    Para penandatangan surat tersebut, termasuk perwira senior Angkatan Udara dan pilot, berpendapat bahwa “pertempuran di Gaza melayani kepentingan politik, bukan kepentingan keamanan.”

    Anggota oposisi Israel telah lama berpendapat kalau perang di Gaza dimaksudkan untuk memungkinkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menjabat dan tidak ada hubungannya dengan keamanan Israel.

    Ratusan orang berdemo menuntut pemerintah Israel membebaskan keluarga dan kerabat mereka yang disandera Hamas di Gaza. Aksi demo ini digelar di Hostage Square di Tel Aviv untuk merayakan ulang tahun sandera Tamir Nimrodi, yang ditahan oleh teroris Hamas di Gaza. 15 November 2024. (Avshalom Sassoni/Flash90)

    Netanyahu Pengkhianat Kotor

    Beberapa hari sebelumnya, Panglima Angkatan Udara Mayjen Tomer Bar bertemu dengan beberapa pelopor petisi tersebut. 

    Selama pertemuan tersebut, perwira cadangan mengkritik tajam keputusan Bar untuk mengancam semua penandatangan dengan pemecatan, menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar hukum dan etika yang melanggar hak para prajurit cadangan untuk mengekspresikan pandangan politik, menurut Haaretz.

    Bar membalas bahwa masalahnya bukan pada hukuman, dengan mengatakan, “Mereka yang menandatangani teks yang mengklaim dimulainya kembali perang terutama bersifat politis dan merugikan prospek pembebasan sandera tidak dapat memenuhi tugas cadangan mereka.”

    Ia menganggap penandatanganan surat itu selama masa perang “tidak sah,” menurut media tersebut.

    Bar juga memperkirakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera akan segera ditandatangani.

    Militer Israel diketahui sudah memberhentikan dua orang cadangan pada tanggal 19 Maret, satu dari intelijen dan satu lagi dari Angkatan Udara, karena menolak bergabung dalam perang Gaza setelah pertempuran kembali terjadi.

    Salah seorang menyebut menteri pemerintah dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “pengkhianat kotor,” tulis surat kabar itu.

    Seruan Demonstrasi

    Dalam konteks ini, media Israel melaporkan kalau kelompok Israel yang menentang perang menyerukan demonstrasi malam ini untuk menuntut pengembalian tahanan yang ditahan di Gaza.

    Ayah seorang tahanan yang ditahan oleh kelompok perlawanan di Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Radio Angkatan Darat Israel kalau ada kebutuhan mendesak untuk mengeluarkan pernyataan tegas yang mengatakan “Kalau ini (perang Gaza) sudah cukup.”

    Otoritas Penyiaran Israel juga melaporkan, mengutip ayah seorang mantan tahanan di Gaza, kalau Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu dengan putrinya kemarin, tetapi putrinya tidak mendengar hal baru apa pun darinya selain pengulangan pernyataan yang telah dibuatnya selama berbulan-bulan.

    Otoritas Penyiaran Israel mengatakan bahwa Perdana Menteri memerintahkan upaya lanjutan untuk membebaskan tahanan yang ditahan di Gaza.

    Tentara Israel memperbarui serangan mematikan di Gaza pada tanggal 18 Maret dan sejak itu telah menewaskan hampir 1.500 korban, melukai 3.700 lainnya, dan menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan di daerah kantong tersebut yang ditandatangani pada bulan Januari.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji minggu lalu untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza sementara upaya sedang dilakukan untuk melaksanakan rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari daerah kantong itu.

    Lebih dari 50.800 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

     

    (oln/khbrn/anadolu/*)

     
     

  • Hamas Tak Mau Setengah-setengah Hadapi Israel, Berharap AS Tak Beri Janji Palsu – Halaman all

    Hamas Tak Mau Setengah-setengah Hadapi Israel, Berharap AS Tak Beri Janji Palsu – Halaman all

    Hamas Tak Mau Setengah-setengah dengan Israel, Berharap AS Tak Beri Janji Palsu

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok perlawanan Palestina Hamas, Kamis (17/4/2025) mengatakan pihaknya siap untuk segera memulai kembali negosiasi dengan Israel.

    Kali ini, Hamas menyatakan tidak mau setengah-setengah dalam pembicaraan negosiasi gencatan senjata yang sebelumnya sudah dilanggar oleh Israel.

    Hamas menyatakan, pihaknya menginginkan kesepakatan “komprehensif”, bersedia membebaskan semua sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata penuh dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza .

    “Perjanjian parsial mengenai Gaza hanya berfungsi sebagai kedok politik bagi agenda (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu untuk melanjutkan perang, genosida, dan kelaparan,” kata Khalil Al-Hayya , kepala Hamas di Gaza dan kepala negosiator kelompok tersebut, dalam pidato yang disiarkan di televisi pada platform digital resminya.

    Ia menegaskan kesiapan Hamas untuk perjanjian skala penuh.

    “Kami siap untuk segera terlibat dalam negosiasi paket komprehensif untuk pembebasan semua sandera Israel dengan imbalan sejumlah tahanan kami yang ditahan oleh pendudukan, penghentian perang sepenuhnya, penarikan penuh dari Jalur Gaza, dimulainya rekonstruksi, dan pencabutan blokade,” katanya.

    AGRESI MILITER – Pasukan Israel (IDF) dalam agresi militer ke Jalur Gaza. IDF membombardir Gaza sejak melanggar gencatan senjata untuk menekan Hamas melepaskan sandera tanpa menghendaki mundur dari wilayah kantung Palestina tersebut. (Anews/Tangkap Layar)

    AS Janjikan Perang Berhenti Sepenuhnya

    Al-Hayya menyambut baik pernyataan Adam Boehler, utusan khusus AS untuk urusan penyanderaan, yang pada Kamis sebelumnya menyatakan dukungannya untuk mengakhiri masalah penyanderaan dan perang sebagai satu paket.

    AS berjanji, perang akan berhenti sepenuhnya jika Hamas membebaskan semua sandera yang tersisa.

    Ini mengindikasikan kalau AS akan menekan Israel untuk berhenti perang jika Hamas menyetujui, sebuah janji yang menurut sejumlah pengamat geopolitik sebagai sebuah harapan sekaligus bencana jika tak ditepati.

    Boehler mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera: “Saya dapat memberi tahu Anda bahwa pertempuran akan segera berakhir, segera jika para sandera dibebaskan.”

    Al-Hayya juga menyerukan intervensi internasional segera untuk mengakhiri blokade Israel terhadap Gaza, dan memperingatkan kalau “lebih dari dua juta orang di Gaza sedang mengalami genosida karena kelaparan.”

    Ia mencatat, Hamas telah menerima usulan mediator pada akhir bulan puasa Ramadan pada tanggal 29 Maret, tetapi Netanyahu kemudian menolaknya dan menanggapi dengan apa yang Al-Hayya gambarkan sebagai “syarat-syarat yang tidak masuk akal yang tidak akan mengarah pada gencatan senjata atau penarikan pasukan dari Gaza.”

    Lebih dari 51.000 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

     

    (oln/anews/*)

  • Jurnalis Gaza Dibunuh Israel sebelum Premiere Filmnya di Cannes

    Jurnalis Gaza Dibunuh Israel sebelum Premiere Filmnya di Cannes

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jurnalis foto asal Palestina, Fatima Hassona, tewas bersama 10 anggota keluarganya, setelah zionis Israel menggempur wilayah Gaza utara.

    Kematiannya itu terjadi sehari setelah film dokumenter yang dibintanginya, “Put Your Soul on Your Hand and Walk” dipilih oleh Association of Independent Cinema for Distribution (ACID) untuk tayang dalam Cannes Film Festival, bulan depan.

    Film dokumenter Fatima dibuat oleh Sepideh Farsi, sutradara asal Iran. Fatima menjadi tokoh utama dalam film tersebut.

    Dalam sesi wawancara dengan harian Prancis Le Monde, Sepideh Farsi menggambarkan Fatima dengan kata-kata yang menyentuh, dengan mengatakan bahwa dia “adalah matahari”.

    “Dia meliput perang di Gaza, kadang-kadang bekerja sama dengan media dengan mengirimkan foto dan video. Setiap hari dia mengirimi saya foto, pesan tertulis, dan klip audio. Setiap pagi, saya bangun dan bertanya-tanya apakah dia masih hidup,” kata Sepideh, dilansir Euronews.com, dikutip Jumat (18/4/2025).

    Beberapa jam sebelum kematiannya, Fatima mengunggah di internet foto matahari terbenam dari balkonnya, dan menulis: “Ini adalah matahari terbenam pertama setelah sekian lama.”

    Dalam unggahan sebelumnya, ia menulis: “Mengenai kematian yang tak terelakkan, jika aku mati, aku menginginkan kematian yang menggelegar, aku tak ingin diriku masuk dalam berita yang heboh, atau masuk dalam kelompok, aku menginginkan kematian yang didengar oleh dunia, jejak yang bertahan selamanya, dan gambaran abadi yang tak dapat dikubur oleh waktu maupun tempat.”

    Foto: Kondisi usai serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, Kamis (17/4/2025). (REUTERS/Mahmoud Issa)

    Kematian wanita lulusan Fakultas Ilmu Terapan Universitas di Gaza itu menambah daftar panjang jurnalis yang tewas dibunuh Israel.

    Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) memperkirakan sedikitnya 157 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh, sementara laporan lain menunjukkan jumlah sebenarnya mungkin melebihi 200.

    IFJ berduka atas kematian Fatima dan mengutuk terus berlanjutnya penargetan wartawan oleh Isreal, seraya menekankan perlunya mengakhiri impunitas Israel, sebagaimana postingan mereka di akun X @IFJGlobal.

    “Pembantaian ini harus dihentikan,” kata IFJ dalam keterangannya sambil menyerukan penyelidikan segera dan independen atas pembunuhan wartawan.

    Sekretaris Jenderal IFJ Anthony Belanger mengatakan, jurnalis di zona konflik harus diperlakukan sebagai warga sipil dan diizinkan untuk melaksanakan pekerjaan mereka tanpa gangguan.

    “Ada berbagai kepentingan global yang luas terhadap apa yang terjadi di Gaza, tetapi kita hanya dapat melihat kebenaran jika jurnalis diizinkan mengaksesnya,” ucap Anthony Belanger.

    Euronews menggambarkan kematian Fatima Hassona bukan hanya sebagai seorang jurnalis, tetapi juga sebgai suara kemanusiaan dan gambaran yang tak terlupakan dalam sejarah kota yang mati dan terlahir kembali setiap hari.

    “Karyanya menjadi saksi realitas yang tidak pernah berhenti didokumentasikannya hingga saat-saat terakhir,” tulis media itu dalam laporannya.

    (hsy/hsy)

  • Masuk AS Makin Sulit, Riwayat Perjalanan ke Palestina Bakal Dicek

    Masuk AS Makin Sulit, Riwayat Perjalanan ke Palestina Bakal Dicek

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (US) Marco Rubio telah memerintahkan Departemen Luar Negeri untuk meninjau akun media sosial pemohon visa Amerika Serikat dari luar negeri yang pernah mengunjungi Jalur Gaza dalam 18 tahun terakhir. Hal ini diketahui dari jaringan internal yang dilihat oleh kantor berita Reuters.

    Aturan baru ini bakal diberlakukan untuk semua visa imigran dan non-imigran AS (termasuk pelajar dan turis) yang pernah menghabiskan “waktu berapa pun dalam kapasitas resmi atau diplomatik” di Gaza pada atau setelah 1 Januari 2007.

    Karyawan dan relawan di organisasi nonpemerintah juga akan menjalani pemeriksaan di AS.

    Jika peninjauan media sosial menemukan informasi yang dianggap berpotensi mengganggu keamanan, maka aplikasi visa AS akan diserahkan untuk penyelidikan antarlembaga guna mengetahui apakah pemohon dapat menimbulkan risiko keamanan nasional.

    Marco Rubio sebelumnya mengatakan kepada media bahwa kantornya telah mencabut lebih dari 300 visa sejak awal tahun ini. Visa yang dicabut termasuk pemegang visa pelajar yang mengkritik perang Israel di Gaza, meskipun hal ini bertentangan dengan Konstitusi AS yang melindungi kebebasan berbicara terlepas dari status visa mereka.

    Pemerintahan Trump sebelumnya mengatakan bahwa tindakan para mahasiswa tersebut merupakan ancaman bagi kebijakan luar negeri AS. Presiden juga telah melancarkan perlawanan terhadap sejumlah universitas, yang telah menjadi lokasi protes besar sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Pertempuran terbaru Trump adalah dengan Universitas Harvard. Presiden membekukan lebih dari US$2 miliar dana federal untuk Harvard, setelah universitas tersebut menolak membuat perubahan kebijakan yang diminta oleh pemerintahannya.

    (hsy/hsy)

  • Jenazah Bergelimpangan dalam Serangan Terbaru AS di Hodeidah Yaman, Israel Cegat Rudal Houthi – Halaman all

    Jenazah Bergelimpangan dalam Serangan Terbaru AS di Hodeidah Yaman, Israel Cegat Rudal Houthi – Halaman all

    Jenazah Bergelimpangan dalam Serangan AS di Yaman, Israel Cegat Rudal Houthi

    TRIBUNNNEWS.COM – Serangan udara AS yang menargetkan pelabuhan minyak Ras Isa di provinsi Hodeidah Yaman Kamis malam dilaporkan menewaskan sedikitnya 58 orang, termasuk lima pekerja kesehatan, saluran TV Al-Masirah milik kelompok Houthi melaporkan Jumat (18/4/2025).

    TV Al-Masirah melaporkan kalau 126 orang lainnya terluka dalam serangan udara AS tersebut.

    Laporan juga menyatakan kalau angka tersebut masih awal karena operasi penyelamatan masih terus berlanjut di lokasi tersebut.

    Laporan TV Al-Masirah mengatakan, “Musuh, Amerika melancarkan empat serangan udara di wilayah Ras Isa,” tanpa menyebutkan target pasti atau akibat dari serangan tersebut.

    Saluran TV Al Masirah yang berafiliasi dengan Houthi menyiarkan rekaman akibat serangan udara AS tersebut, yang memperlihatkan jenazah-jenazah korban bom bergelimpangan di lokasi.

    DIBOM AMERIKA – Tangkapan layar dari video yang dirilis oleh TV al-Masirah yang dikelola Houthi menunjukkan api dan asap mengepul dari pelabuhan bahan bakar Ras Isa setelah serangan udara AS, di provinsi pelabuhan Hodeidah, Yaman, 18 April 2025.

    AS Sebut Serangan Targetkan Tangki Bahan Bakar

    Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau mereka telah menghancurkan pelabuhan bahan bakar yang menyuplai kegiatan kelompok yang mereka labeli sebagai organisasi teroris tersebut.

    “Hari ini, pasukan AS mengambil tindakan untuk menghilangkan sumber bahan bakar bagi Houthi yang didukung Iran dan merampas pendapatan ilegal yang telah mendanai upaya Houthi untuk meneror seluruh wilayah selama lebih dari 10 tahun,” tulis pernyataan CENTCOM di platform X.

    Operasi tersebut, kata AS, bertujuan untuk melemahkan kekuatan ekonomi Houthi dan bukan untuk merugikan rakyat Yaman.

    “Kelompok Houthi yang didukung Iran menggunakan bahan bakar untuk mendukung operasi militer mereka, sebagai senjata kendali, dan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dari penggelapan keuntungan impor. Bahan bakar ini harus dipasok secara sah kepada rakyat Yaman,” katanya.

    Tim pertahanan sipil dan penyelamatan terus berupaya memadamkan api di pelabuhan dan menyelamatkan yang terluka setelah serangan.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan bulan lalu bahwa ia telah memerintahkan “tindakan militer yang tegas dan kuat” terhadap kelompok Houthi dan kemudian mengancam akan “memusnahkan mereka sepenuhnya.”

    Kelompok Houthi telah menargetkan kapal-kapal yang melewati Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden sejak November 2023 sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza, tempat lebih dari 51.000 orang tewas dalam serangan brutal Israel selama lebih dari 18 bulan.

    Kelompok tersebut menghentikan serangan ketika gencatan senjata di Gaza diumumkan pada bulan Januari antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas tetapi melanjutkannya setelah Israel memperbarui serangan udara di daerah kantong itu bulan lalu.

    Adapun Houthi sebelumnya mengumumkan kalau sembilan serangan udara AS menargetkan Kegubernuran Al Bayda di Yaman tengah dan Kegubernuran Sana’a di utara.

    Serangan udara ini merupakan bagian dari serangkaian serangan harian intensif yang dilancarkan oleh pesawat AS terhadap wilayah kekuasaan Houthi selama lebih dari sebulan.

    RUDAL HOUTHI YAMAN – Foto ini diambil dari Telegram Houthi pada Kamis (20/3/2025), memperlihatkan dua rudal hipersonik Palestine 2 diluncurkan ke dua target militer musuh Zionis di Jaffa yang diduduki pada 19 Desember 2024. Pada Selasa (19/3/2025), Houthi kembali meluncurkan rudal balistik Palestine 2 ke Jaffa. (Telegram Houthi)

    Israel Cegat Rudal dari Yaman

    Serangan AS ini tampaknya langsung dibalas Houthi dengan meluncurkan rudal mereka ke wilayah pendudukan Israel.

    Tentara Israel (IDF) pada Jumat (18/4/2025) pagi mengumumkan kalau mereka telah mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman setelah sirene serangan udara diaktifkan di sebagian besar wilayah Israel tengah.

    Serangan balasan Houthi langsung ke Israel ini kembali menjadi bukti lemahnya efektivitas bombardemen AS ke Yaman dalam melemahkan kelompok tersebut.

    Sebagai catatan, operasi pengeboman militer AS di Yaman telah menghabiskan biaya hampir 1 miliar dolar AS atau setara Rp 16,5 triliun dalam waktu kurang dari tiga minggu, menurut narasumber yang diwawancarai CNN. 

    Narasumber itu mengatakan, bombardemen AS ke Yaman tersebut hanya menyebabkan ‘dampak terbatas’ pada kemampuan Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang dipimpin kelompok Ansarallah (Houthi).

    Diluncurkan pada 15 Maret, serangan-serangan AS ke Yaman tersebut mengandalkan amunisi presisi mahal seperti rudal Tomahawk, JASSM, JSOW, pesawat pengebom B-2 dari Diego Garcia, dan sejumlah kapal induk serta jet tempur tambahan. 

    Meski demikian, YAF terus mampu meluncurkan rudal balistik dan jelajah serta pesawat nirawak, termasuk menjatuhkan sedikitnya 17 pesawat nirawak canggih MQ-9 AS – yang masing-masing seharga 30 juta dolar AS.

    Pejabat Pentagon mengakui, meskipun beberapa lokasi militer dan kepemimpinan Yaman menjadi sasaran pengeboman, negara tersebut masih memiliki persediaan senjata yang signifikan dan bunker yang dibentengi. 

    Satu sumber mencatat kemampuan Yaman yang berkelanjutan untuk menyerang kapal-kapal di Laut Merah dan menghindari kerusakan.

    “Mereka (militer AS0 telah merebut beberapa lokasi, tetapi itu tidak memengaruhi kemampuan Houthi untuk terus menembaki kapal-kapal di Laut Merah atau menembak jatuh pesawat nirawak AS,” kata salah satu sumber yang diberi pengarahan tentang operasi tersebut. 

    “Sementara itu, kami sedang mempersiapkan diri—amunisi, bahan bakar, dan waktu pengerahan.”

    Angkatan bersenjata Yaman mulai menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah pada November 2023 sebagai respons atas genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

    AS dan Inggris kemudian melancarkan operasi militer terhadap Yaman atas nama Israel.

    Biaya Operasi Militer Membengkak, Amunisi Menipis

    Biaya operasi yang tinggi telah menimbulkan kekhawatiran di Kongres AS. 

    Pentagon mungkin akan segera meminta dana tambahan untuk melanjutkan operasi tersebut.

    Perubahan dalam otorisasi serangan—beralih dari model era Biden yang mengharuskan persetujuan Gedung Putih—telah memberi para komandan lebih banyak fleksibilitas, yang menggemakan kebijakan dari masa jabatan pertama Donald Trump. 

    Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz merujuk pada pembunuhan seorang operator pesawat nirawak senior Yaman, yang menunjukkan pendekatan serangan yang lebih luas.

    Sementara itu, para pejabat di Komando Indo-Pasifik AS telah menyatakan kekhawatirannya atas menipisnya amunisi jarak jauh seperti JASSM, yang mereka anggap penting untuk potensi konflik di Pasifik, termasuk melawan Tiongkok.

    Seorang pejabat pertahanan menepis kekhawatiran ini, dan menekankan kesiapan dan ketepatan sasaran yang berkelanjutan.

    Operasi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga serangan Yaman terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah berhenti.

    LEPAS LANDAS – Tangkap Layar Khaberni, Minggu (23/3/2025) yang menunjukkan jet tempur Amerika Serikat (AS) lepas landas dari Kapal Induk USS Harry S Truman yang berada di Laut Merah. AS dibantu Inggris, melancarkan serangan udara besar-besaran ke Yaman dengan dalih menghancurkan infrastruktur Houthi yang memblokade Laut Merah sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina atas agresi Israel. (khaberni/tangkap layar)

     

    (oln/khbrn/anews/*)