Negara: Jalur Gaza

  • Ledakan Besar Beberapa Kali di Gaza Utara, Lagi-Lagi Pasukan Zionis Israel Dilibas Pejuang Palestina – Halaman all

    Ledakan Besar Beberapa Kali di Gaza Utara, Lagi-Lagi Pasukan Zionis Israel Dilibas Pejuang Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Media Israel melaporkan pertempuran sengit tentara Israel dengan kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza utara, Kamis (24/4/2025).

    Saat pertempuran, pasukan pendudukan Israel melancarkan serangan artileri berat dan serangan udara di seluruh wilayah. 

    Namun, pejuang Palestina “menampakkan taringnya”.

    Situs web Israel melaporkan sebuah kondisi kritis yakni “insiden keamanan serius” dari dalam Gaza. 

    Saksi mata melaporkan mendengar ledakan besar yang berurutan.

    Lantas diikuti oleh kedatangan helikopter militer Israel yang mulai mengevakuasi personel Israel yang terluka dari tempat kejadian.

    Militer Israel sering menggunakan frasa “insiden keamanan serius” untuk menandakan bahwa tentaranya telah menderita kerugian.

    Menurut laporan, insiden tersebut melibatkan pasukan dari Brigade Artileri dan Divisi ke-36.

    Keduanya memang aktif dalam operasi darat di Jalur Gaza. 

    Hingga saat ini masih belum jelas berapa jumlah korban dari pihak Israel, tetapi skala respons dan pengerahan helikopter menunjukkan adanya korban yang signifikan.

    Peristiwa ini terjadi beberapa hari setelah penyergapan mematikan Al-Qassam yang menargetkan tentara Israel di daerah Tuffah, sebelah timur Kota Gaza, mengutip Palestine Chronicle.

    Pada hari itu, sejumlah tentara tewas dan terluka setelah terjebak dalam terowongan yang dipasangi bom.

    Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengaku bertanggung jawab atas operasi tersebut.

    Dalam sebuah pernyataan, mereka mengatakan: 

    “Setelah kembali dari garis depan, para pejuang kami mengonfirmasi bahwa sebuah unit teknik Zionis telah dipancing ke pintu masuk terowongan yang telah dipasangi bahan peledak sebelumnya. Begitu unit tersebut tiba di lokasi, lubang terowongan diledakkan.”

    Mereka menambahkan bahwa beberapa tentara dipastikan tewas atau terluka di sebelah timur lingkungan Al-Tuffah.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Hamas Mengutuk Pernyataan Mahmoud Abbas yang Menyebut Hamas Anak Anjing – Halaman all

    Hamas Mengutuk Pernyataan Mahmoud Abbas yang Menyebut Hamas Anak Anjing – Halaman all

    Hamas Mengutuk Pernyataan Mahmoud Abbas yang Sebut Hamas Anak Anjing

    TRIBUNNEWS.COM-  Hamas mengecam pernyataan yang dibuat oleh Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas yang menyebut Hamas sebagai anak anjing.

    Mahmoud Abbas mendesak kelompok Palestina yang menguasai Gaza untuk membebaskan tawanan Israel dan meletakkan senjata.

    Pejabat senior Hamas Basem Naim mengatakan pada hari Kamis bahwa pernyataan Abbas sehari sebelumnya adalah “penghinaan”.

    “Abbas berulang kali dan secara mencurigakan menyalahkan rakyat kami atas kejahatan pendudukan dan agresi yang terus berlanjut,” katanya.

    Abbas pada hari Rabu mendesak Hamas untuk membebaskan semua tawanan, dengan mengatakan bahwa menahan mereka memberi Israel “alasan” untuk menyerang Gaza.

    “Hamas telah memberikan alasan kepada pendudukan kriminal untuk melakukan kejahatannya di Jalur Gaza, yang paling menonjol adalah penahanan sandera,” kata Abbas dalam sebuah pertemuan di Ramallah, kantor pusat PA di Tepi Barat yang diduduki Israel.

    “Saya yang membayar harganya, rakyat kita yang membayar harganya, bukan Israel. Saudaraku, serahkan saja mereka.”

    “Setiap hari ada kematian,” kata Abbas. “Dasar anak anjing, serahkan apa yang kalian miliki dan selamatkan kami dari cobaan ini,” imbuhnya, melontarkan hinaan kasar dalam bahasa Arab kepada Hamas.

    Retakan panjang

    Telah terjadi perpecahan politik dan ideologis yang mendalam antara partai Fatah Abbas dan Hamas selama hampir 20 tahun.

    Abbas dan PA sering menuduh Hamas merusak persatuan Palestina, sementara Hamas mengkritik Abbas karena bekerja sama dengan Israel dan menindak tegas perbedaan pendapat di Tepi Barat.

    Gerakan Mujahidin Palestina, yang memisahkan diri dari Fatah pimpinan Abbas pada tahun 2000-an, mengeluarkan pernyataan di Telegram pada hari Rabu yang mengecam pernyataan Abbas.

    “Kami mengutuk keras pernyataan ofensif yang dibuat oleh Presiden Abbas selama pertemuan Dewan Pusat mengenai perlawanan dan pejuang perlawanan rakyat kami, yang mengabaikan pengorbanan dan perjuangan rakyat kami dan mengabaikan penderitaan dan pengorbanan yang terus-menerus dari para tahanan,” bunyi pernyataan itu.

    “Kami mengutuk kepemimpinan PA yang terus-menerus memperjuangkan wacana ini, yang mengkriminalisasi perlawanan dan membebaskan pendudukan dari kejahatan yang telah dilakukannya terhadap rakyat kami selama beberapa dekade, terutama perang genosida terhadap Gaza, aneksasi dan Yahudisasi Tepi Barat dan Yerusalem, dan penderitaan berat yang dialami oleh para tahanan kami yang gagah berani.”

    Gerakan itu juga meminta Abbas untuk meminta maaf atas pernyataannya.

    “Kami menyerukan kepada Presiden Otoritas Palestina untuk meminta maaf atas pidato yang menyinggung ini dan mencabut semua langkah yang memperkuat perpecahan dan sejalan dengan keinginan Zionis. Kami menyerukan kepadanya untuk kembali merangkul rakyat dan pilihan mereka serta berhenti menempuh jalan menyerah dan kompromi yang tidak masuk akal.”

    Sejak operasi Israel di Gaza dilanjutkan pada tanggal 18 Maret, setidaknya 1.928 orang telah tewas di Gaza, sehingga jumlah total korban tewas sejak perang meletus menjadi setidaknya 51.305, menurut Kementerian Kesehatan daerah kantong itu.

    Pembicaraan mengenai gencatan senjata baru sejauh ini tidak membuahkan hasil, dan delegasi Hamas berada di Kairo untuk melanjutkan negosiasi dengan mediator Mesir dan Qatar.

     

    Presiden PA Menuntut Hamas Membebaskan Tawanan

    Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas mendesak Hamas untuk membebaskan tawanan Israel dari Gaza guna mencegah Israel menggunakan “alasan” untuk melanjutkan perang genosida.

    “Hai kalian anak-anak anjing, serahkan apa yang kalian miliki dan keluarkan kami dari situasi ini. Jangan beri Israel alasan. Jangan beri mereka alasan,” kata Abbas dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) ke-32 di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki.

    Pemimpin Fatah yang berusia 89 tahun itu secara khusus menyebutkan tawanan AS-Israel Adi Alexander, dan menyatakan bahwa penolakan Hamas untuk membebaskannya bertanggung jawab atas ratusan kematian setiap hari di Gaza sejak Israel melanjutkan kampanye pembersihan etnisnya.

    “Setiap hari ada ratusan kematian. Mengapa? Mereka tidak ingin menyerahkan sandera AS,” kata Abbas.

    “Korban tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan pendudukan. Saat ini, kita menghadapi ancaman bencana baru yang mungkin lebih mengerikan daripada Nakba 1948,” kata Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti, kepada Al Araby TV menanggapi komentar presiden PA tersebut.

    Meskipun Hamas tidak menanggapi pernyataan Abbas, gerakan perlawanan tersebut mengeluarkan pernyataan yang menyebut pertemuan hari Rabu di Ramallah sebagai “kesempatan nyata untuk membangun posisi nasional yang bersatu guna menghadapi kebijakan genosida yang dilakukan oleh musuh Zionis terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, dan operasi pembersihan etnis serta pemindahan paksa di Tepi Barat dan Yerusalem.”

    Ia juga mendesak faksi-faksi Palestina yang hadir untuk melaksanakan keputusan-keputusan sebelumnya oleh Dewan Pusat, khususnya “menghentikan koordinasi keamanan, memutuskan hubungan dengan musuh Zionis, dan meningkatkan perlawanan rakyat dan politik terhadap pendudukan dan proyek-proyek Yahudisasi dan permukimannya, yang bertujuan untuk mengubah Tepi Barat menjadi wilayah-wilayah berdaulat yang terpecah-pecah.”

    Menjelang pertemuan hari Rabu, Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengonfirmasi keputusannya untuk memboikot sesi tersebut, dengan menyebutnya sebagai “langkah yang terpecah-pecah dan tidak lengkap.”

    “Dialog dan diskusi seharusnya mendahului sesi tersebut untuk menentukan sifatnya,” kata anggota politbiro PFLP Omar Murad, menekankan bahwa hal ini “dapat berfungsi sebagai titik masuk ke serangkaian perjanjian yang telah didukung oleh faksi-faksi Palestina—yang terbaru adalah Perjanjian Beijing pada bulan Juli 2024.”

    Pada Rabu pagi, Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa sedikitnya 51.305 warga Palestina telah tewas dan 117.096 lainnya terluka sejak dimulainya genosida yang disponsori AS. Ribuan mayat lainnya diyakini terkubur di bawah jutaan ton puing-puing.

    “Kita harus mengatakan kebenaran, memulangkan para sandera bukanlah hal yang paling penting,” kata Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich pada hari Senin.

    “Ini jelas merupakan tujuan yang sangat penting, tetapi jika Anda ingin menghancurkan Hamas sehingga tidak akan ada lagi peristiwa 7 Oktober, Anda perlu memahami bahwa tidak boleh ada situasi di mana Hamas tetap berada di Gaza,” tambahnya.

    Di wilayah Tepi Barat yang diduduki, puluhan ribu warga Palestina telah mengungsi secara paksa empat bulan setelah operasi militer Israel. Pemandangan dari Jenin dan Tulkarem sering kali mencerminkan skala kerusakan yang terjadi di Gaza.

     

     

    Sumber : Al Jazeera, THE CRADLE

  • Gaza Diprediksi Mengalami Krisis Besar dalam Dua Minggu Mendatang

    Gaza Diprediksi Mengalami Krisis Besar dalam Dua Minggu Mendatang

    PIKIRAN RAKYAT – Israel dilaporkan bakal terus melakukan blokade total terhadap bantuan internasional yang hendak masuk ke Jalur Gaza, Palestina. Militer Israel memperkirakan, dalam dua minggu ke depan akan terjadi krisis besar di daerah tersebut.

    Situs berita Israel, Walla menyebut militer Israel tidak khawatir dengan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. Warga Palestina di Gaza telah hidup tanpa bantuan selama 51 hari terakhir sejak blokade total Israel.

    “Dalam dua minggu, krisis besar akan dimulai di Jalur Gaza terkait makanan, peralatan medis, dan obat-obatan,” kata sumber di Komando Selatan Israel, yang berbicara kepada Walla.

    Menurut sumber tersebut, warga Palestina di Gaza akan beradaptasi dalam beberapa bulan mendatang. Syaratnya, warga di Gaza harus memiliki tepung, air, dan tempat berlindung yang layak.

    Soal bantuan internasional, militer Israel dilaporkan tidak tertarik dengan hal itu dan lebih peduli dengan langkah yang akan diambil kelompok pejuang Palestina, Hamas. 

    Sumber-sumber tersebut menduga Hamas akan menggunakan krisis kemanusiaan ini untuk memaksa Israel mengirimkan makanan dan obat-obatan, dengan menggunakan laporan media internasional mengenai situasi tersebut sebagai pengaruh.

    Berdasarkan laporan terpisah oleh Kan 11 Israel, militer Israel memperkirakan bantuan kemanusiaan akan habis dalam waktu satu bulan. Israel percaya bahwa blokade total terhadap Gaza akan membantu membebaskan tawanan yang ditahan Hamas.

    Sementara itu, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, OCHA pada Senin menyatakan Israel tidak peduli betapa pentingnya bantuan-bantuan internasional untuk Gaza.

    “Tidak ada satu pun truk yang membawa makanan, bahan bakar, obat-obatan atau kebutuhan pokok lainnya yang diizinkan masuk, tidak peduli seberapa pentingnya hal itu bagi kelangsungan hidup manusia,” demikian pernyataan OCHA.

    “Situasi kemanusiaan di Gaza kini kemungkinan besar adalah yang terburuk dalam 18 bulan sejak pecahnya permusuhan,” lanjut pernyataan OCHA.

    Otoritas kesehatan Palestina mengungkap jumlah korban serangan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023 terus meningkat. Sampai saat ini, genosida di Gaza menyebabkan 51.305 korban jiwa dan 117.096 orang mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

    Tak hanya membombardir Gaza dan menyebabkan semakin banyaknya korban, Israel juga melakukan blokade bantuan internasional. Sejak 2 Maret 2025, tak ada bantuan yang diizinkan memasuki Gaza.

    Hal ini telah menuai kecaman dari dunia internasional dan menuding Israel memanfaatkan blokade bantuan menjadi senjata perang. Kondisi warga Palestina di Gaza semakin mengkhawatirkan imbas blokade ini.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Netanyahu: Israel akan Hadapi Ancaman meski Sendirian, Iran Tak Boleh Punya Nuklir – Halaman all

    Netanyahu: Israel akan Hadapi Ancaman meski Sendirian, Iran Tak Boleh Punya Nuklir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Iran menimbulkan ancaman eksistensial bagi Israel dan bahaya bagi masa depan seluruh umat manusia.

    Netanyahu menekankan tekad pemerintahnya untuk terus menghadapi apa yang ia gambarkan sebagai bahaya Iran, bahkan jika Israel dipaksa untuk bertindak sendiri.

    “Jika kami harus berdiri sendiri, kami akan melakukannya, tetapi kami tidak akan mundur dari misi kemenangan,” kata Netanyahu, Rabu (23/4/2025).

    Menurutnya, ancaman Iran tidak terbatas pada Israel saja, tetapi meluas hingga mengancam seluruh komunitas internasional.

    “Rezim Iran menimbulkan ancaman eksistensial tidak hanya bagi masa depan kita, tetapi juga bagi nasib seluruh umat manusia,” kata Netanyahu.

    Ia juga berjanji Israel akan memastikan Iran tidak memperoleh senjata nuklir yang dianggap dapat mengancam keberadaan Israel.

    “Jika Israel gagal dalam kampanye ini, negara lain juga akan gagal, tetapi Israel tidak akan kalah dan tidak akan menyerah,” imbuhnya, seperti diberitakan Al Arabiya.

    Dalam pidato yang diadakan di Yad Vashem, Netanyahu juga mengecam Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

    “Kami juga bertekad untuk melenyapkan Hamas,” katanya.

    Ia mengatakan Israel akan mengambil alih Rafah yang ia anggap sebagai simbol kemenangan.

    “Kami akan memasuki Rafah karena ini merupakan prasyarat keberhasilan perang,” kata Netanyahu, seperti diberitakan Al Masry.

    Netanyahu juga mengatakan ia tidak akan membiarkan berdirinya kekhalifahan Islam di perbatasan utara, selatan atau di Tepi Barat.

    Sebelumnya, Israel menuduh Iran memberikan dukungan kepada kelompok perlawanan di sejumlah negara di kawasan itu untuk menargetkan Israel.

    Sementara itu sejak Oktober 2023, serangan Israel di Jalur Gaza membunuh lebih dari 51.305 warga Palestina dan melukai lebih dari 117.096 lainnya, menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    Israel dan Hamas sebelumnya mulai mengimplementasikan perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari 2025.

    Pada tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari, Hamas membebaskan 33 sandera Israel dan Israel membebaskan ribuan warga Palestina.

    Namun pada 18 Maret 2025, Israel kembali meluncurkan serangan ke Jalur Gaza, melanggar perjanjian tersebut.

    Sementara itu, mediator Qatar dan Mesir masih berupaya untuk menengahi perundingan kedua pihak yang berjalan lamban dan alot.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Kian Bengis, Menteri Ekstremis Israel Klaim Diizinkan AS Serang Pusat Bantuan dan Makanan di Gaza

    Kian Bengis, Menteri Ekstremis Israel Klaim Diizinkan AS Serang Pusat Bantuan dan Makanan di Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Otoritas kesehatan Palestina mengungkap jumlah korban serangan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023 terus meningkat. Sampai saat ini, genosida di Gaza menyebabkan 51.305 korban jiwa dan 117.096 orang mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

    Tak hanya membombardir Gaza dan menyebabkan semakin banyaknya korban, Israel juga melakukan blokade bantuan internasional. Sejak 2 Maret 2025, tak ada bantuan yang diizinkan memasuki Gaza.

    Hal ini telah menuai kecaman dari dunia internasional dan menuding Israel memanfaatkan blokade bantuan menjadi senjata perang. Kondisi warga Palestina di Gaza semakin mengkhawatirkan imbas blokade ini.

    Tak cukup di situ, Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan sayap kanan Itamar Ben-Gvir mengatakan pihaknya sudah mendapat izin dari Partai Republik Amerika Serikat untuk melakukan serangan ke pusat bantuan dan makanan di Gaza.

    Hal ini diungkapkan Menteri Ekstrimis tersebut pada Rabu, 23 April 2025 atau sehari setelah acara makan malam dengan Presiden AS, Donald Trump yang digelar di Resort Mar-a-Lago di Florida pada Selasa malam.

    “Ini adalah cara untuk menciptakan tekanan militer dan politik (pada Hamas) agar memulangkan para sandera kami dengan selamat,” katanya dilaporkan Anadolu Agency.

    Sejak klaim tersebut, Partai Republik yang merupakan pengusung Donald Trump masih belum memberikan komentar. Ini merupakan kunjungan resmi pertama Ben-Gvir ke Washington sejak bergabung ke pemerintahan Benjamin Netanyahu pada 2022.

    Rumor migrasi massal

    Di tengah genosida dan pemblokiran bantuan di Jalur Gaza, Palestina beredar rumor yang membuat warga di Gaza khawatir. Rumor tersebut berkaitan dengan pengaturan migrasi massal warga Palestina dari Gaza.

    Menanggapi rumor tersebut, Kantor Media Pemerintah Gaza memperingatkan bahwa rumor itu menyesatkan. Israel dituding sengaja menyebarkan rumor untuk melemahkan keteguhan warga Palestina.

    Rumor ini diedarkan melalui unggahan di media sosial dengan memperlihatkan keluarga Palestina yang bepergian melalui Bandara Ramon Israel ke berbagai negara, kata pernyataan tersebut.

    “Kami dengan tegas menegaskan bahwa informasi ini sepenuhnya salah, bagian dari kampanye jahat dan sistematis untuk mengikis ketahanan rakyat kami, menargetkan kesadaran nasional mereka, dan mendorong mereka menuju migrasi paksa di bawah tekanan penderitaan dan perang,” katanya.

    Unggahan tersebut disebarkan melalui akun palsu yang membuatnya bias. Dalam unggahan itu juga diperlihatkan promosi soal ‘migrasi aman’ yang didanai oleh Israel penjajah.

    Namun, Kantor Media Gaza menilai hal tersebut merupakan ‘taktik lunak’ yang digunakan Israel sebagai upaya untuk menutupi rencana pemindahan massal yang buruk dan gagal diberlakukan Israel melalui kekerasan dan genosida.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Dikritik karena Hapus Postingan Belasungkawa Wafatnya Paus Fransiskus, Citra Israel Hancur – Halaman all

    Israel Dikritik karena Hapus Postingan Belasungkawa Wafatnya Paus Fransiskus, Citra Israel Hancur – Halaman all

    Israel Dikritik karena Hapus Postingan Belasungkawa Wafatnya Paus Fransiskus, Citra Israel Hancur

    TRIBUNNEWS.COM- Kementrian Luar Negeri Israel menghapus postingan resmi yang menyatakan Israel berkabung atas meninggalnya Paus Fransiskus.

    Gara-gara menghapus ucapan belasungkawa tersebut, beberapa Diplomat Israel mengkritik cara Kementerian Luar Negeri menanggapi wafatnya Paus Fransiskus, dengan mengatakan bahwa hal itu merusak citra Israel.

    Perintah Israel untuk menghapus postingan resmi yang menyatakan belasungkawa atas kematian  Paus Fransiskus telah memicu kemarahan di kalangan pengamat internasional dan menimbulkan kontroversi di kalangan duta besar Israel.

    Dalam beberapa unggahan yang kini telah dihapus, akun milik Kementerian Luar Negeri Israel di berbagai negara berduka cita atas meninggalnya Paus Fransiskus pada tanggal X setelah pengumuman kematiannya, dengan menulis: “Beristirahatlah dalam damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkat.”

    Banyak pengguna yang mengkritik keputusan tersebut, beberapa di antaranya menyebutnya menyinggung umat Katolik di seluruh dunia. 

    Beberapa duta besar Israel menyuarakan sentimen serupa, dengan harian Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pencabutan jabatan tersebut telah memicu “kebencian internal” atas penanganan kementerian atas pengumuman tersebut.

    Surat kabar itu mencatat bahwa beberapa duta besar bahkan telah menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap keputusan kementerian tersebut dalam obrolan grup WhatsApp internal. 

    Beberapa diplomat memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat merusak reputasi Israel di kalangan umat Kristen. 

    “Kami menghapus tweet sederhana dan tidak bersalah yang mengungkapkan belasungkawa mendasar – dan jelas bagi semua orang bahwa ini hanya karena kritik Paus terhadap Israel atas pertempuran di Gaza,” kata seorang diplomat.

    Tanpa memberikan penjelasan, kementerian tersebut memerintahkan misi dan diplomatnya untuk menghapus semua unggahan media sosial yang berkabung atas mantan Paus, menurut Yedioth Ahronoth. 

    Seorang duta besar Israel mengatakan mereka diberi “perintah tegas untuk menghapus” tanpa klarifikasi lebih lanjut.

    “Ketika kami bertanya, kami diberi tahu bahwa masalah tersebut ‘sedang ditinjau’. Hal ini tidak memuaskan kami, dan tentu saja tidak memuaskan masyarakat yang kami wakili di Israel,” imbuh mereka.

    Kementerian juga memerintahkan para duta besar untuk tidak menandatangani buku belasungkawa untuk Paus Fransiskus di kedutaan besar Vatikan.

     

     

     

     

     

     

     

    Kerusakan citra Israel

    Para diplomat yang mewakili Israel memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat menimbulkan kerusakan jangka panjang pada citra publik Israel, dengan salah seorang mengatakan: “Kami tidak hanya tidak menyampaikan ucapan belasungkawa, tetapi kami memilih untuk menghapusnya – dan itu terlihat buruk. Sangat buruk.”

    Raphael Schutz, yang pernah menjabat sebagai duta besar Israel untuk Vatikan, mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa menghapus pesan berkabung adalah sebuah “kesalahan”.

    “Kita tidak seharusnya terus menerus berhitung seperti ini setelah kematian seseorang,” katanya, seraya menambahkan bahwa Israel seharusnya menanggapi sikap Paus secara diplomatis saat ia masih hidup. 

    “Namun kini, kita tidak hanya berbicara tentang seorang kepala negara, tetapi juga seorang pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar orang – hampir 20 persen dari seluruh umat manusia. Saya rasa diam saja tidak akan menyampaikan pesan yang tepat.”

    Pejabat Kementerian Luar Negeri yang berbicara kepada Jerusalem Post mengatakan bahwa pesan daring tersebut “diposting karena kesalahan”.

    “Kami menanggapi pernyataan Paus yang menentang Israel dan perang selama hidupnya, dan kami tidak akan melakukannya setelah kematiannya. Kami menghormati perasaan para pengikutnya,” kata mereka.

    Pejabat terkemuka Israel lainnya, terutama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, terdiam di tengah duka cita dunia. 

    Sementara itu, beberapa pejabat seperti mantan duta besar untuk Italia, Dror Idar, mengatakan bahwa tidak boleh ada perwakilan di pemakaman Paus pada hari Sabtu karena ia “menghasut antisemitisme”.

    Namun, Schutz yakin Israel harus mengirimkan delegasi, terutama karena ini adalah acara yang akan dihadiri oleh para pemimpin dunia. 

    “Jika kami tidak hadir, hal itu akan terlihat mencolok dan berdampak buruk pada kami. Hal itu dapat memperkuat rasa keterasingan, yang sudah meningkat akibat perang yang sedang berlangsung, dan menambah bahan bakar ke dalam api yang tidak perlu. Itu akan sangat disayangkan,” katanya.

    Paus Fransiskus Mendukung Gaza

    Paus Fransiskus, yang meninggal pada usia 88 tahun, merupakan pendukung vokal rakyat Palestina selama serangan Israel selama 18 bulan di Jalur Gaza yang terkepung.

    Ribuan pengguna media sosial pro- Palestina , termasuk banyak dari Gaza, telah memberikan penghormatan kepadanya.

    Dalam pidato terakhirnya pada Minggu Paskah, yang disampaikan dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata di Gaza. 

    Seorang ajudan membacakan berkat di mana Paus mengutuk “situasi kemanusiaan yang menyedihkan” yang disebabkan oleh perang Israel – sebuah pernyataan yang dipuji secara luas di media sosial.

    Sementara itu, pengumuman Vatikan tentang meninggalnya Al-Baghdadi pada Senin pagi disambut di Israel dengan berbagai perayaan dan kritik , karena para politisi, komentator, dan pengguna media sosial memusatkan perhatian pada kecamannya terhadap perang.

    Paus telah vokal dalam kritiknya terhadap konflik tersebut, khususnya atas pembunuhan anak-anak Palestina, dan menuai teguran tajam  dari pejabat Israel. 

    Sepanjang perang, ia melakukan panggilan telepon hampir setiap malam dengan anggota komunitas Kristen Gaza, percakapan yang mereka gambarkan sebagai sumber penghiburan dan kenyamanan.

    Paus Fransiskus juga secara terbuka menyerukan penyelidikan untuk menentukan apakah serangan Israel di Gaza merupakan genosida.

    SUMBER: MIDDLE EAST EYE

  • Presiden Palestina Sebut Hamas Anak Anjing, Tuduh Kelompok Itu Perpanjang Genosida di Gaza – Halaman all

    Presiden Palestina Sebut Hamas Anak Anjing, Tuduh Kelompok Itu Perpanjang Genosida di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Palestina Mahmoud Abbas dianggap telah memberikan kata-kata tak pantas pada Hamas selama pertemuan dewan Palestina, di Ramallah.

    Para kritikus pun menuduh Abbas telah merusak persatuan nasional dalam menghadapi agresi Israel.

    Selama sesi pertemuan tersebut, Abbas menuntut agar para tawanan Israel yang ditahan oleh perlawanan Palestina dibebaskan.

    Namun Abbas mengatakannya, digambarkan dengan kalimat ‘cabul’ dan tidak pantas.

    “Serahkan mereka dan kami selesai,” katanya, menurut Al-Jazeera, Kamis (24/4/2025).

    Sementara The New Arab melaporkan bahwa Abbas menyebut Hamas sebagai “anak anjing”.

    Abbas mengklaim bahwa kelompok itu memberi Israel alasan untuk memperpanjang genosida di Gaza.

    Pernyataan tersebut langsung menuai kecaman di media sosial, aktivis dan komentator pun menuduh Abbas lebih memilih menyelaraskan kebijakan Israel daripada berdiri dengan rakyatnya sendiri.

    Terutama karena Jalur Gaza menghadapi genosida Israel yang sedang berlangsung dan tetap dikepung.

    “Demi Tuhan, tidak ada orang Palestina yang akan merasa terhormat memiliki Abbas sebagai presiden mereka. Dia meninggalkan mengutuk musuh rakyat Palestina, yang bersikap keras dan gagal dalam kesepakatan tahanan, seperti yang dibuktikan oleh mediator dan semua orang yang berpikiran adil, untuk menyerang Hamas dengan bahasa cabul hanya sesuai dengan segelintir anggota gerakan yang telah berbalik melawan dirinya sendiri dan menempatkan dirinya dalam pelayanan pendudukan,” tulis seorang pengguna X, menurut Al-Jazeera.

    “Mahmoud Abbas adalah salah satu alasan pemborosan hak-hak Palestina, dan dia adalah faktor kunci dalam memungkinkan pendudukan Israel untuk mengendalikan wilayah Palestina,” kata pengguna media sosial lainnya.

    “Dia tidak layak menjadi pemimpin atau presiden yang mewakili perjuangan Palestina. Awal mengakhiri pendudukan dimulai dengan berakhirnya pemerintahan Abbas,” ujat pengguna sosial media.

    Aktivis juga mengkritik Abbas bagaimana ia berbicara kepada rekan-rekan politiknya, menyebut kata-kata vulgar dan tidak pantas saat menjadi kepala negara dan pemimpin gerakan pembebasan nasional.

    Sementara itu Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pertemuan Dewan Pusat tersebut, dengan mengatakan itu “tidak mencerminkan konsensus nasional”, mengutip Palestine Chronicle.

    Hamas menggambarkan pertemuan Presiden Abbas itu sebagai kesempatan yang terlewatkan untuk membentuk front nasional terpadu melawan kebijakan genosida Israel di Gaza dan pemindahan paksa di Tepi Barat dan Yerusalem.

    Hamas menyerukan implementasi keputusan sebelumnya yang dibuat oleh Dewan Pusat, termasuk menghentikan koordinasi keamanan dengan Israel, memutuskan hubungan, dan meningkatkan perlawanan rakyat dan politik.

    “Berulang kali dan curiga bersikeras menahan orang-orang kami yang bertanggung jawab atas kejahatan pendudukan dan agresi yang sedang berlangsung,” ujar  pejabat tinggi Hamas Bassem Naim.

    Naim mengkritik Abbas karena menggunakan “bahasa cabul” untuk menggambarkan “bagian besar dan otentik dari rakyatnya” selama pertemuan kepemimpinan.

    Front Populer untuk Pembebasan Palestina dan Inisiatif Nasional Palestina sama-sama memboikot pertemuan Dewan Pusat, dengan PFLP tersebut.

    Mereka menyebut pertemuan tersebut sebagai “langkah parsial.”

    Kritikus juga mempertanyakan legitimasi kemampuan dewan untuk mewakili persatuan nasional di bawah iklim politik di Palestina saat ini.

    Sementara itu, Komite Sentral Fatah membela Abbas dan mengubah kritik terhadap Hamas, menuduh kelompok itu ‘bermain dengan nasib rakyat Palestina sesuai dengan agenda luar negerinya.’ 

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Drone Israel Kembali Intai Beirut, Warga Dengar Suara Mengancam dari Langit – Halaman all

    Drone Israel Kembali Intai Beirut, Warga Dengar Suara Mengancam dari Langit – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Drone pengintai Israel kembali terlihat melintas di atas Beirut pada Rabu (23/4/2025) pagi.

    Warga ibu kota Lebanon mengaku khawatir dengan potensi eskalasi lebih lanjut.

    Menurut laporan yang dikutip dari Al Jazeera dan sejumlah media lokal, suara dengungan pesawat nirawak terdengar jelas di berbagai penjuru kota sejak dini hari.

    Kehadiran drone Israel bukan hal baru bagi Beirut.

    Dalam sepekan terakhir, pesawat tak berawak tersebut dilaporkan telah beberapa kali muncul di langit Lebanon, terutama di wilayah selatan yang berbatasan langsung dengan Israel.

    Ketegangan meningkat setelah serangan drone Israel pada hari Selasa (22/4/2025) menewaskan seorang anggota kelompok Jamma Islamiya di daerah Baawerta, sekitar 20 kilometer selatan Beirut.

    Korban diketahui merupakan bagian dari organisasi Sunni yang didirikan pada 1960-an sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin.

    Serangan ini memperpanjang daftar serangan lintas batas yang terus menambah ketegangan antara Israel dan kelompok bersenjata di Lebanon, terutama sejak pecahnya konflik di Gaza pada akhir 2023.

    Kehadiran drone yang terus-menerus di atas wilayah udara Lebanon telah menuai kecaman dari pemerintah Lebanon.

    Hingga berita ini diturunkan, otoritas Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait misi drone mereka di wilayah udara Beirut.

    Houthi Klaim Serang Israel dengan Rudal dan Drone

    Di sisi lain, kelompok Houthi di Yaman mengklaim meluncurkan serangan terhadap wilayah Israel sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina.

    Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (23/4/2025), juru bicara Houthi menyatakan para pejuangnya menargetkan kota Haifa dan Jaffa menggunakan rudal balistik dan pesawat nirawak.

    “Kami tidak akan mundur dari tugas kami untuk mendukung Palestina sampai agresi di Gaza berhenti dan pengepungan dicabut,” ujar juru bicara tersebut.

    Sebelumnya, sirene serangan udara sempat berbunyi di beberapa wilayah Israel akibat ancaman yang diduga datang dari arah Yaman, sebagaimana dilaporkan oleh media lokal dan dikonfirmasi oleh militer Israel.

    Serangan ini menandai eskalasi lebih lanjut dalam konflik regional yang semakin meluas akibat perang Israel di Gaza.

    Meski belum ada laporan resmi mengenai dampak atau korban dari serangan tersebut, insiden ini menunjukkan bahwa dukungan bersenjata terhadap Palestina kini melibatkan kelompok-kelompok di luar wilayah langsung konflik.

    Kelompok Houthi, yang mendapat dukungan Iran, sebelumnya juga pernah meluncurkan serangan ke arah Israel dalam beberapa bulan terakhir sejak meletusnya perang di Gaza.

    Jumlah Korban Tewas di Gaza  

    Jumlah korban jiwa akibat agresi Israel di Jalur Gaza terus meningkat tajam.

    Menurut buletin harian yang dirilis Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (23/4/2025), sedikitnya 51.305 orang telah tewas dan 117.096 lainnya terluka sejak serangan dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Dalam 24 jam terakhir saja, sebanyak 39 jenazah dan 105 korban luka telah tiba di rumah sakit-rumah sakit di seluruh wilayah tersebut.

    Kementerian juga melaporkan bahwa masih banyak korban yang tertimbun di bawah reruntuhan atau tergeletak di jalanan, namun belum dapat dijangkau oleh ambulans dan tim pertahanan sipil karena intensitas pengeboman yang terus berlangsung.

    Sejak 18 Maret, saat Israel kembali melanjutkan serangannya ke wilayah Gaza dan melanggar gencatan senjata yang disepakati, sedikitnya 1.928 warga Palestina tewas.

    Laporan ini disampaikan oleh media Al Jazeera dan outlet regional lainnya yang memantau perkembangan krisis kemanusiaan di Gaza.

    Situasi di lapangan terus memburuk seiring meningkatnya serangan udara dan darat oleh militer Israel, sementara akses bantuan kemanusiaan tetap terbatas.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Delegasi Hamas ke Kairo Bahas Gencatan Senjata saat Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 51 Ribu – Halaman all

    Delegasi Hamas ke Kairo Bahas Gencatan Senjata saat Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 51 Ribu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Delegasi Hamas dilaporkan menuju Kairo, Mesir, untuk melanjutkan putaran baru perundingan.

    Tujuannya adalah mencapai gencatan senjata, pembebasan tawanan, dan mengakhiri konflik berkepanjangan di Gaza, seperti dikutip dari Reuters dan AFP.

    Meskipun perundingan telah berlangsung, upaya untuk mencapai gencatan senjata masih menemui jalan buntu.

    Hamas bersikeras menuntut gencatan senjata permanen, sementara Israel hanya menawarkan gencatan senjata sementara dengan syarat Hamas melucuti senjatanya.

    Syarat tersebut ditola Hamas.

    Menurut dua sumber yang mengetahui proses mediasi, delegasi Hamas di Kairo akan membahas tawaran baru dari pihak perantara.

    Tawaran tersebut mencakup gencatan senjata jangka panjang selama lima hingga tujuh tahun.

    Kesepakatan itu akan diberlakukan setelah pembebasan tawanan dan berakhirnya pertempuran.

    Israel hingga saat ini belum memberikan tanggapan terhadap usulan gencatan senjata jangka panjang yang telah direvisi.

    AFP melaporkan bahwa pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya, memimpin delegasi kelompok tersebut dalam kunjungan ke Kairo.

    Ia dijadwalkan bertemu dengan pejabat Mesir untuk membahas sejumlah ide baru.

    Tujuannya adalah mencari jalan menuju gencatan senjata yang lebih stabil di Gaza.

    Kelompok Hamas hingga saat ini belum memberikan komentar resmi mengenai perkembangan perundingan tersebut.

    Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 51 Ribu

    Jumlah korban jiwa akibat agresi Israel di Jalur Gaza terus meningkat tajam.

    Menurut buletin harian yang dirilis Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (23/4/2025), sedikitnya 51.305 orang telah tewas sejak serangan dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Selain itu, sebanyak 117.096 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.

    Dalam 24 jam terakhir saja, sebanyak 39 jenazah dan 105 korban luka telah tiba di rumah sakit-rumah sakit di seluruh wilayah tersebut.

    Kementerian melaporkan bahwa masih banyak korban yang tertimbun di bawah reruntuhan atau tergeletak di jalanan.

    Mereka belum dapat dijangkau oleh ambulans dan tim pertahanan sipil akibat intensitas pengeboman yang terus berlangsung.

    Sejak 18 Maret, saat Israel kembali melanjutkan serangannya ke wilayah Gaza dan melanggar gencatan senjata yang disepakati, sedikitnya 1.928 warga Palestina tewas.

    Laporan ini disampaikan oleh media Al Jazeera dan outlet regional lainnya yang memantau perkembangan krisis kemanusiaan di Gaza.

    Situasi di lapangan terus memburuk seiring meningkatnya serangan udara dan darat oleh militer Israel, sementara akses bantuan kemanusiaan tetap terbatas.

    Israel Tangkap 50 Warga Palestina dalam Operasi Besar di Tepi Barat

    Pasukan Israel (IDF) melancarkan operasi penangkapan besar-besaran di wilayah Tepi Barat yang diduduki.

    IDF menahan setidaknya 50 warga Palestina dalam 24 jam terakhir, lapor Al Jazeera Arabic.

    Dikatakan mereka yang ditangkap mencakup anak-anak, perempuan, dan mantan tahanan yang sebelumnya telah dibebaskan.

    Operasi ini difokuskan di kota Kobar, sebelah utara Ramallah, tempat sedikitnya 24 orang ditangkap.

    Dari jumlah tersebut, sekitar 16 orang telah diidentifikasi, termasuk mantan tahanan Hanan Barghouti.

    Sumber Al Jazeera menyatakan bahwa rumah milik Nael Barghouti, tahanan Palestina terlama yang dibebaskan pada Februari dan dideportasi ke Mesir, telah diubah fungsinya.

    Bangunan tersebut kini digunakan sebagai barak militer dan pusat interogasi oleh otoritas Israel.

    Di wilayah selatan Hebron, pasukan Israel menyerbu kota Adh Dhahiriya saat fajar dan menangkap 10 warga Palestina. Tiga di antaranya adalah anggota dewan kota.

    Penangkapan juga dilaporkan terjadi di kota Azzun, Bethlehem, dan Beit Furik, di sebelah timur Nablus.

    Menurut data terbaru hingga April 2025, Israel menahan sekitar 9.792 warga Palestina, dengan 3.498 orang di antaranya ditahan tanpa tuduhan.

    Drone Israel Kembali Terbang di Langit Beirut, Warga Lebanon Resah

    Suara dengungan pesawat tanpa awak milik Israel kembali terdengar di langit ibu kota Lebanon, Beirut, pada Rabu (23/4/2025)pagi.

    Dilansir Al Jazeera, kehadiran drone Israel di wilayah udara Lebanon telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir.

    Dalam sepekan terakhir, drone pengintai Israel berulang kali terlihat melintasi wilayah Beirut dan sekitarnya.

    Kemunculan ini memicu kekhawatiran di kalangan warga, yang menganggap suara drone sebagai tanda potensi serangan militer.

    Pada hari sebelumnya, sebuah serangan drone Israel dilaporkan menewaskan seorang anggota kelompok Jamma Islamiya di wilayah Baawerta, sekitar 20 kilometer selatan Beirut.

    Jamma Islamiya adalah kelompok Islam Sunni yang berdiri pada tahun 1960-an sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Lebanon.

    Meningkatnya aktivitas udara Israel menambah ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel.

    Sejak awal tahun, wilayah ini telah menjadi titik konflik berkepanjangan antara militer Israel dan kelompok bersenjata di Lebanon, termasuk Hizbullah.

    Belum ada pernyataan resmi dari pihak Israel mengenai tujuan operasi udara terbaru ini.

    Para analis menilai langkah tersebut sebagai bagian dari upaya pengawasan intensif terhadap kelompok-kelompok yang dianggap berpotensi menyerang dari wilayah Lebanon.

    Sementara itu, pemerintah Lebanon belum memberikan respons resmi.

    Sejumlah pejabat setempat menyuarakan kekhawatiran akan pelanggaran wilayah udara yang terus berulang.

    Israel Serang Rumah Sakit Anak di Gaza, ICU dan Panel Surya Rusak Parah

    Sebuah serangan udara Israel menghantam Rumah Sakit Anak Moh El-Dorra di Kota Gaza pada Selasa (22/4/2025) malam.

    Serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas medis yang melayani anak-anak.

    Informasi ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.

    Menurut pernyataan resmi, serangan tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit.

    Selain itu, serangan itu juga menghancurkan sistem panel surya yang menopang kelistrikan fasilitas tersebut.

    Kementerian Kesehatan mengecam keras pengeboman ini dan menyebutnya sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan.

    Dalam pernyataannya, mereka menyatakan bahwa “Pendudukan tidak berhenti pada pencegahan obat-obatan dan makanan untuk menjangkau anak-anak Gaza, dan juga merampas kehidupan mereka.”

    Serangan terhadap infrastruktur sipil, terutama rumah sakit, semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Terbongkar Kebohongan Israel soal Terowongan Hamas

    Terbongkar Kebohongan Israel soal Terowongan Hamas

    Jakarta

    Terbongkar kebohongan Israel soal temuan terowongan besar buatan Hamas di Koridor Philadelphia, di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Kebohongan itu terungkap dari hasil investigasi yang dilakukan lembaga penyiaran publik Israel, KAN.

    Dirangkum detikcom seperti dilansir Anadolu Agency dan Palestine Chronicle, Rabu (23/4/2025), investigasi yang dilakukan lembaga penyiaran publik Israel, KAN, mengungkapkan bahwa militer Israel telah merekayasa cerita soal temuan terowongan besar buatan Hamas di Koridor Philadelphia, di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, pada Agustus tahun lalu.

    Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant membenarkan hasil investigasi KAN itu, dengan mengatakan kebohongan itu dimaksudkan untuk menunda gencatan senjata Gaza.

    Hasil investigasi KAN menyebutkan bahwa struktur yang diklaim terowongan itu sebenarnya hanyalah saluran air atau kanal dangkal, dengan kedalaman satu meter.

    Pada Agustus 2024 lalu, militer Israel merilis foto-foto yang diklaim menunjukkan terowongan di area demiliterisasi di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Pada saat itu, Tel Aviv mengklaim bahwa temuan tersebut menjadi bukti keberadaan terowongan besar bertingkat yang diduga dibangun oleh Hamas.

    Temuan tersebut, pada saat itu, juga dipuji sebagai temuan besar oleh militer Israel.

    “Tidak pernah ada terowongan, tetapi kanal yang tertutup tanah,” sebut KAN dalam hasil investigasinya.

    Gallant Benarkan Hasil Investigasi KAN

    Foto: Yoav Gallant (REUTERS/Fabrizio Bensch/File Photo Acquire Licensing Rights).

    Tujuan dari kebohongan itu, menurut KAN dalam laporannya, adalah “untuk membesar-besarkan pentingnya Koridor Philadelphi” dan menunda kesepakatan pembebasan sandera”. Koridor Philadelphi merupakan istilah Israel untuk menyebut sebidang tanah sempit yang terletak di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir.

    Gallant, seperti dikutip oleh KAN dalam laporannya, mendukung hasil investigasi tersebut, dengan mengatakan bahwa: “Itu bukan terowongan, melainkan upaya untuk mencegah kesepakatan gencatan senjata”.

    Dalam pernyataannya kepada KAN, Gallant mengklarifikasi bahwa struktur itu hanya sedalam sekitar satu meter dan secara menyesatkan ditampilkan kepada publik sebagai terowongan yang dalam.

    Menurut Gallant, foto yang dipublikasikan Israel pada saat itu digunakan untuk mendukung klaim tentang keberadaan terowongan di sepanjang koridor itu, untuk membesar-besarkan signifikansi strategis Koridor Philadelphi, dan pada akhirnya menghambat kemajuan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan.

    “Itu dipromosikan kepada publik sebagai terowongan yang dalam untuk mencegah tercapainya kesepakatan dengan Hamas,” ungkapnya.

    Hamas yang menguasai Jalur Gaza menuntut gencatan senjata menyeluruh dan penarikan seluruh pasukan Israel dari daerah kantong Palestina itu sebagai imbalan atas kesepakatan pertukaran sandera-tahanan.
    Sejauh ini belum ada komentar langsung dari militer Israel terkait laporan KAN tersebut.

    Ketika foto terowongan itu dirilis, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan pasukan Israel tidak akan mundur dari Koridor Philadelphi, terlepas adanya pertentangan dari internal keamanan dan militer Tel Aviv.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini