Negara: Jalur Gaza

  • Pengamat: Pembelian A400M adalah bukti presiden visioner

    Pengamat: Pembelian A400M adalah bukti presiden visioner

    Jadi kalau Presiden menyebutnya bisa jadi ambulans udara atau pesawat pemadam kebakaran, ya itu bukan retorika. Secara teknis, itu sangat mungkin dilakukan

    Jakarta (ANTARA) – Pengamat pertahanan dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi menilai pembelian pesawat angkut A400M merupakan langkah visioner yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto.

    Hal tersebut dikarenakan A400M dihadirkan pemerintah bukan untuk kebutuhan pertempuran saja melainkan operasi kemanusiaan.

    “Saya melihat itu sebagai langkah visioner, karena pertahanan bukan hanya soal perang, tetapi juga soal kemanusiaan dan daya tanggap negara terhadap berbagai krisis,” kata Fahmi kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

    Menurut Fahmi, A400M memang didesain sebagai pesawat angkut multi fungsi yang dapat digunakan untuk ragam operasi.

    Untuk operasi tempur, pesawat ini memungkinkan untuk digunakan karena dapat membawa kendaraan taktis (rantis) hingga pasukan penerjun.

    Untuk misi operasi militer selain perang (OMSP), pesawat ini dapat mengangkut ratusan korban bencana alam hingga dapat dikerahkan untuk misi drop of logistik dalam jumlah besar.

    Pesawat angkut ini pun dipastikan mampu untuk disulap menjadi ambulans udara seperti yang diinstruksikan Presiden Prabowo Subianto.

    “Jadi kalau Presiden menyebutnya bisa jadi ambulans udara atau pesawat pemadam kebakaran, ya itu bukan retorika. Secara teknis, itu sangat mungkin dilakukan,” kata Fahmi.

    Lebih lanjut, Fahmi mengatakan keberadaan pesawat akan sangat menunjang keinginan Prabowo yang ingin melanjutkan misi perdamaian dunia, salah satunya di jalur Gaza.

    Misi itu bisa berupa drop of logistik seperti yang sudah dilakukan ataupun evakuasi warga sipil korban perang.

    Karenanya, Fahmi berharap pesawat ini dapat dimanfaatkan TNI AU sebaik mungkin dalam menjalankan misi apapun yang diperintahkan negara.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Direktur Intelijen Nasional AS Kunjungi Markas Pemantau Gencatan Senjata Gaza

    Direktur Intelijen Nasional AS Kunjungi Markas Pemantau Gencatan Senjata Gaza

    JAKARTA – Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat Tulsi Gabbard pada Hari Senin mengunjungi Pusat Koordinasi Militer Sipil (CMCC) yang dioperasikan AS guna memantau gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina dari Israel selatan.

    Gabbard mengatakan kepada Fox News, 16 negara dan 20 LSM saat ini beroperasi di CMCC, termasuk melalui pertukaran intelijen, yang menjadi alasan kunjungannya.

    “Intelijen tidak hanya mendukung keamanan, tetapi juga mencapai perdamaian dan stabilitas abadi bagi Israel dan Palestina,” ujarnya kepada Fox News, seperti melansir The Times of Israel 4 November.

    Selain CMCC, Gabbard juga mengunjungi Perlintasan Kerem Shalom di sepanjang perbatasan Israel dengan Jalur Gaza.

    Ia adalah pejabat tinggi AS terbaru yang mengunjungi Israel dalam beberapa pekan terakhir, setelah Presiden Donald Trump, Wakil Presiden JD Vance, penasihat senior Jared Kushner, Steve Witkoff, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, serta Panglima Militer AS Jenderal Dan Caine.

    Gabbard juga dilaporkan akan bertemu dengan Perdana Israel Menteri Benjamin Netanyahu pada Hari Selasa

  • Keji! Israel Tembak Mati 3 Warga Gaza Saat Gencatan Senjata

    Keji! Israel Tembak Mati 3 Warga Gaza Saat Gencatan Senjata

    Gaza City

    Pasukan Israel kembali melancarkan serangan di wilayah Jalur Gaza saat gencatan senjata masih berlangsung. Sedikitnya tiga warga Palestina tewas akibat tembakan pasukan Israel di wilayah Rafah, bagian selatan Jalur Gaza yang masih dikuasai pasukan Israel.

    Kematian tiga warga Palestina itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (4/11/2025), dilaporkan terjadi pada Senin (3/11) waktu setempat, saat gencatan senjata rapuh yang berlaku sejak 10 Oktober masih bertahan, meskipun diwarnai sejumlah serangan oleh Tel Aviv dan kelompok militan di Jalur Gaza.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan pasukannya mengidentifikasi orang-orang yang ditembak itu sebagai “teroris” yang melanggar “Garis Kuning”, batas area yang menandai wilayah-wilayah Jalur Gaza yang masih diduduki oleh pasukan Tel Aviv.

    Disebutkan militer Israel bahwa orang-orang itu bergerak maju mendekati tentara-tentara yang berjaga di wilayah selatan Jalur Gaza, yang dianggap memberikan ancaman langsung, dan akhirnya melepaskan tembakan ke arah mereka.

    Otoritas medis setempat melaporkan bahwa dari tiga orang yang tewas, salah satu di antaranya berjenis kelamin perempuan.

    Insiden ini menyusul serangan Israel selama beberapa hari terakhir di Jalur Gaza, yang memicu saling tuduh antara Tel Aviv dan Hamas atas pelanggaran gencatan senjata yang menghentikan pertempuran selama dua tahun di wilayah tersebut.

    Penduduk Gaza menuturkan bahwa pasukan Israel terus menghancurkan rumah-rumah di area timur Rafah, Khan Younis, dan Kota Gaza, di mana tentara-tentara Tel Aviv masih beroperasi.

    Gencatan senjata yang meredakan sebagian besar pertempuran di Jalur Gaza itu, telah memungkinkan ratusan ribu warga Palestina untuk kembali ke rumah-rumah mereka yang sudah menjadi puing.

    Israel sendiri telah menarik pasukannya dari beberapa posisi di wilayah Jalur Gaza. Lebih banyak bantuan kemanusiaan juga diizinkan masuk ke daerah kantong Palestina tersebut.

    Namun, kekerasan belum sepenuhnya berhenti di Jalur Gaza. Otoritas kesehatan Palestina melaporkan pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 239 orang dalam serangan-serangan di Jalur Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan.

    Dalam pembelaannya, militer Tel Aviv mengklaim pihaknya membalas serangan-serangan terhadap pasukannya yang masih berada di Jalur Gaza.

    Lihat juga Video Perintah Netanyahu Jika Pasukannya Diserang di Gaza: Serang Balik!

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Akan Serahkan 3 Jasad Sandera Israel di Terowongan Jalur Gaza

    Hamas Akan Serahkan 3 Jasad Sandera Israel di Terowongan Jalur Gaza

    Jakarta

    Sayap bersenjata Hamas mengatakan akan menyerahkan jenazah tiga sandera Israel pada Minggu malam sebagai bagian dari pertukaran sandera dan tahanan. Hal itu perjanjian gencatan senjata antara Gaza dan Israel.

    “Brigade Ezzedine Al-Qassam akan menyerahkan jenazah… yang ditemukan hari ini di sepanjang rute salah satu terowongan di Jalur Gaza selatan pukul 20.00 waktu Gaza (18.00 GMT),” kata kelompok itu di kanal Telegramnya, dilansir AFP, Senin (3/11/2025).

    Meskipun terjadi gejolak sesekali, gencatan senjata yang rapuh telah berlangsung di Gaza sejak 10 Oktober di bawah kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS) yang berfokus pada pengembalian semua sandera Israel, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.

    Sejak gencatan senjata dimulai, Hamas telah membebaskan 20 sandera yang masih hidup dan mulai menyerahkan jenazah mereka yang tewas. Dari 28 jenazah, sejauh ini Hamas telah memulangkan 17 jenazah, termasuk 15 warga Israel, satu warga negara Thailand, dan satu warga Nepal.

    Israel menuduh Hamas lamban dalam memulangkan jenazah-jenazah tersebut, sementara kelompok Palestina tersebut mengatakan prosesnya lambat karena banyak jenazah terkubur di bawah reruntuhan Gaza.

    “Keluarga Sandera menuntut agar perdana menteri bertindak dengan tekad dan ketegasan untuk segera mewujudkan komitmen Hamas berdasarkan perjanjian tersebut dan mengembalikan semua sandera yang meninggal ke tangan Israel,” kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang.

    (azh/azh)

  • Hamas Akan Serahkan 3 Jasad Sandera Israel di Terowongan Jalur Gaza

    Israel Serahkan 30 Jenazah Tahanan Palestina

    Gaza City

    Israel telah menyerahkan 30 jenazah tahanan Palestina ke Jalur Gaza, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang sedang berlangsung. Hal itu dilakukan setelah Hamas sebelumnya memulangkan dua jenazah sandera kepada Tel Aviv.

    Kompleks Medis Al-Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan, seperti dilansir AFP, Jumat (31/10/2025), telah mengonfirmasi bahwa jenazah tahanan Palestina telah diterima dari pihak Israel.

    “Jenazah 30 tahanan Palestina telah diterima dari pihak Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran,” kata otoritas Kompleks Medis Al-Nasser kepada AFP.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel akan mengembalikan 15 jenazah warga Palestina yang tewas dalam penahanannya untuk setiap jenazah sandera Israel yang diserahkan oleh Hamas.

    Dua jenazah sandera baru saja diserahkan Hamas kepada Israel pada Kamis (30/10) waktu setempat. Sebagai imbalannya, Tel Aviv menyerahkan 30 jenazah tahanan Palestina ke Jalur Gaza.

    Penyerahan jenazah tersebut menjadikan jumlah jenazah tahanan Palestina yang telah dipulangkan Israel sejauh ini menjadi 225 jenazah.

    Jenazah-jenazah tahanan Palestina itu dibawa ke Al-Nasser oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC), setelah diserahkan oleh Israel. ICRC selalu memfasilitasi pertukaran jenazah tahanan Palestina dan jenazah sandera Israel selama gencatan senjata Gaza berlangsung.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku 10 Oktober lalu, Hamas telah menyerahkan semua 20 sandera yang masih hidup kepada Israel.

    Kelompok tersebut juga telah mulai memulangkan 28 jenazah sandera, yang dilaporkan hilang, secara bertahap. Namun prosesnya lambat, yang membuat kemarahan Israel memuncak. Hamas mengakui adanya kesulitan mencari jenazah sandera karena banyak puing yang disebabkan pengeboman Israel yang menghancurkan Jalur Gaza.

    Sejauh ini, Hamas baru memulangkan 15 jenazah sandera yang telah diidentifikasi sebagai warga negara Israel dan dua jenazah pekerja asing — satu warga Thailand dan satu lagi warga Nepal.

    Hamas juga telah memulangkan sebagian jenazah seorang sandera Israel yang telah ditemukan, serta satu jenazah tidak teridentifikasi yang tidak terdaftar di antara 28 sandera yang dilaporkan hilang itu.

    Terdapat 10 jenazah sandera yang diperkirakan masih berada di Jalur Gaza, ditambah satu jenazah lagi yang hilang sejak tahun 2014 di sana. Semuanya merupakan warga negara Israel, kecuali satu warga negara Tanzania dan satu warga negara Thailand.

    Lihat juga Video ‘100 Warga Gaza Tewas saat Gencatan Senjata, PBB: Mengerikan!’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trauma Berat, 279 Tentara Israel Berusaha Bunuh Diri Selama Genosida Gaza

    Trauma Berat, 279 Tentara Israel Berusaha Bunuh Diri Selama Genosida Gaza

    Jakarta

    Sebanyak 279 tentara Israel mencoba bunuh diri selama 18 bulan di tengah genosida yang diluncurkan pemerintahan Netanyahu itu di Jalur Gaza.

    Media lokal Israel, KAN, mengatakan sebuah laporan baru dari Pusat Penelitian dan Informasi Knesset menunjukkan ‘Data yang mengkhawatirkan mengenai upaya bunuh diri di antara tentara Israel.’

    Data tersebut menyoroti upaya bunuh diri antara Januari 2024 dan Juli 2025, mencatat bahwa 12 persen dari upaya ini sangat serius, 88 persen sedang, dan 36 di antaranya mengakibatkan kematian.

    Menurut laporan tersebut yang dikutip dari Anadolu Agency, 124 tentara Israel meninggal karena bunuh diri sejak 2017 hingga Juli 2025, dengan 68 persen menjalani wajib militer, 21 persen menjadi cadangan, dan 11 persen bertugas permanen.

    Data itu menunjukkan peningkatan signifikan kasus bunuh diri di kalangan tentara cadangan sejak 2023, yang menghubungkan hal ini dengan peningkatan jumlah tentara aktif sejak pecahnya perang Gaza.

    Epidemi Bunuh Diri Tentara Israel

    “Epidemi bunuh diri, yang diperkirakan akan meningkat seiring berakhirnya perang, membutuhkan pembentukan sistem pendukung yang nyata bagi para tentara, upaya untuk mengakhiri perang, dan pencapaian perdamaian sejati,” kata Ofer Cassif, anggota Knesset sayap kiri.

    “Pemerintah yang mengirim tentaranya berperang dan membiarkan mereka menanggung akibatnya sendirian, sebenarnya merugikan mereka,” tambah Cassif, yang meminta agar laporan tersebut dipersiapkan.

    Israel telah menewaskan lebih dari 68.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 170.000 orang lainnya dalam serangan di Gaza sejak Oktober 2023.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Faktor Meningkatnya Kasus Bunuh Diri “
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Ratusan Tentara Israel Coba Bunuh Diri Selama Perang Gaza

    Ratusan Tentara Israel Coba Bunuh Diri Selama Perang Gaza

    Tel Aviv

    Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

    Ratusan tentara Israel melakukan percobaan bunuh diri selama 18 bulan terakhir saat perang Gaza berkecamuk. Puluhan percobaan bunuh diri di antaranya berujung kematian.

    Laporan terbaru yang dirilis Pusat Penelitian dan Informasi Knesset, parlemen Israel, seperti dilaporkan media Israel KAN dan dilansir kantor berita Anadolu Agency, Jumat (31/10/2025), menyebutkan bahwa total 279 tentara Israel telah melakukan percobaan bunuh diri selama 18 bulan terakhir.

    KAN dalam laporannya menyebut data resmi yang dirilis Knesset itu menunjukkan “data yang mengkhawatirkan mengenai percobaan bunuh diri di kalangan tentara Israel”.

    Data tersebut menyoroti percobaan bunuh diri antara Januari 2024 hingga Juli 2025, dengan 12 persen di antaranya tergolong sangat serius dan 88 persen lainnya tergolong sedang.

    Sebanyak 36 kasus percobaan bunuh diri, menurut data yang dirilis Knesset, mengakibatkan kematian.

    Menurut laporan terbaru itu, sebanyak 124 tentara Israel tewas karena bunuh diri sejak tahun 2017 lalu hingga Juli 2025, dengan 68 persen di antaranya menjalani wajib militer, 21 persen menjadi tentara cadangan, dan 11 persen lainnya bertugas secara permanen.

    Laporan tersebut menunjukkan peningkatan signifikan kasus bunuh diri di kalangan tentara cadangan Israel sejak tahun 2023, yang menghubungkannya dengan peningkatan jumlah tentara aktif sejak pecahnya perang Gaza.

    “Epidemi bunuh diri, yang diperkirakan akan meningkat seiring berakhirnya perang, membutuhkan pembentukan sistem pendukung yang nyata bagi para tentara, upaya untuk mengakhiri perang, dan mencapai perdamaian sesungguhnya,” kata anggota sayap kiri Knesset, Ofer Cassif, mengomentari laporan tersebut.

    “Pemerintah yang mengirimkan tentaranya berperang dan membiarkan mereka menanggung akibatnya sendirian, sebenarnya merugikan mereka,” sebutnya. Cassif merupakan sosok yang mendesak agar laporan tersebut disusun.

    Perang Gaza yang berkecamuk sejak Oktober 2023, di mana militer Israel melancarkan gelombang serangan udara dan darat terhadap Jalur Gaza, telah menewaskan lebih dari 68.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 170.000 orang lainnya.

    Perang mematikan itu terhenti di bawah kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober lalu, berdasarkan rencana perdamaian 20 poin yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Kembali Terima 2 Jenazah Sandera di Gaza

    Israel Kembali Terima 2 Jenazah Sandera di Gaza

    Jakarta

    Israel mengatakan pasukan keamanannya di Jalur Gaza telah menerima jenazah dua sandera dari Palang Merah yang dikembalikan oleh Hamas. Pemulangan jenazah ini sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Dilansir AFP, Jumat (31/10/2025), sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, sebelumnya telah mengumumkan akan mengembalikan dua jenazah pada Kamis sore waktu setempat.

    Tanpa termasuk dua jenazah terbaru, Hamas telah mengembalikan jenazah 15 dari 28 sandera.

    “Israel telah menerima, melalui Palang Merah, jenazah dua sandera yang diserahkan kepada pasukan IDF dan Shin Bet di Jalur Gaza,” demikian pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Ditambahkan pula bahwa jenazah tersebut akan dibawa ke pusat medis forensik untuk identifikasi.

    Israel melancarkan gelombang serangan di Gaza sepanjang malam dari Selasa hingga Rabu. Israel mengatakan serangan ini sebagai balasan atas tewasnya seorang tentara Israel di selatan wilayah Palestina tersebut.

    Pada Rabu pagi, Israel mengatakan telah memulai “penegakan kembali gencatan senjata”, dan baik Presiden AS Donald Trump maupun mediator regional Qatar mengatakan mereka berharap gencatan senjata akan tetap berlaku.

    Hamas mengatakan para pejuangnya “tidak terkait dengan insiden penembakan di Rafah”. Hamas menegaskan kembali komitmennya terhadap gencatan senjata.

    Hamas juga menunda penyerahan jenazah sandera yang telah meninggal. Hamas menambahkan bahwa “eskalasi apa pun akan menghambat pencarian, penggalian jenazah”.

    Setelah dimulainya gencatan senjata bulan ini, kelompok tersebut mengembalikan 20 sandera yang masih hidup yang masih dalam tahanannya dan memulai proses pengembalian 28 jenazah sandera yang telah meninggal.

    Israel menuduh Hamas mengingkari kesepakatan dengan tidak segera mengembalikan mereka, tetapi kelompok militan Palestina itu mengatakan akan membutuhkan waktu untuk menemukan sisa-sisa jenazah yang terkubur di reruntuhan.

    (lir/lir)

  • Keji! Israel Tembak Mati 3 Warga Gaza Saat Gencatan Senjata

    Hamas Tuduh Israel Sabotase Rencana Perdamaian Trump untuk Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas menyatakan Israel bertanggung jawab penuh atas “eskalasi berbahaya” yang terjadi di Jalur Gaza, menyusul rentetan pengeboman mematikan oleh militer Tel Aviv yang menewaskan lebih dari 100 orang saat gencatan senjata berlangsung.

    Hamas menuduh Israel berupaya melakukan sabotase terhadap rencana perdamaian yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang Gaza.

    Dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (30/10/2025), Hamas menekankan bahwa mereka tidak akan membiarkan Israel memaksakan “realitas baru” di Jalur Gaza yang sedang dihujani serangan.

    “Hamas menegaskan bahwa pendudukan (Israel) bertanggung jawab penuh atas eskalasi berbahaya ini, beserta konsekuensinya di lapangan dan secara politik, dan atas upaya menyabotase rencana Trump dan kesepakatan gencatan senjata,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Hamas menegaskan kembali komitmen penuh terhadap kesepakatan gencatan senjata dan meminta para mediator, serta para penjamin kesepakatan itu, untuk memikul tanggung jawab mereka dan memberikan tekanan segera kepada Israel agar menghentikan “pembantaian” terhadap warga Palestina.

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 104 orang, termasuk 46 anak dan 24 perempuan, tewas dalam pengeboman Israel pada Selasa (28/10) malam waktu setempat. Pengeboman itu terjadi setelah Tel Aviv mengumumkan kematian seorang tentaranya dalam penembakan di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.

    Militer Israel mengklaim pengeboman itu menargetkan 30 militan senior di Jalur Gaza, dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Katz mengklaim “puluhan komandan Hamas telah dinetralisir”.

    Namun Hamas, dalam pernyataan sebelumnya, telah menegaskan bahwa para petempurnya “tidak ada hubungannya dengan insiden penembakan di Rafah” dan menegaskan kembali komitmen terhadap gencatan senjata Gaza.

    Dalam perkembangan situasi terbaru, militer Israel kembali melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza pada Rabu (29/10), yang diklaim menargetkan sebuah gudang senjata.

    Militer Tel Aviv mengumumkan bahwa pasukannya telah melancarkan serangan presisi terhadap sebuah lokasi di wilayah Beit Lahia, Jalur Gaza bagian utara, yang diklaim sebagai tempat senjata-senjata ditimbun untuk “serangan teror yang akan segera terjadi”.

    Ditegaskan militer Israel dalam pernyataannya bahwa pasukannya akan tetap dikerahkan “sesuai dengan perjanjian gencatan senjata dan akan terus beroperasi untuk mengatasi ancaman langsung apa pun”.

    Otoritas Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang menerima korban jiwa akibat serangan itu, melaporkan sedikitnya dua warga Palestina tewas dalam serangan terbaru Israel tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Gencatan Senjata Pepesan Kosong! Israel Menggila Bom Gaza, 109 Tewas

    Gencatan Senjata Pepesan Kosong! Israel Menggila Bom Gaza, 109 Tewas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel terus menggempur Gaza seharian melalui serangan udara Rabu. Dalam update Al-Jazeera, Kamis (30/10/2025), setidaknya 109 orang tewas, termasuk 52 anak-anak.

    Pernyataan resmi yang diberikan Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut serangan dilakukan selama 12 jam. Selain anak-anak, dijelaskan bahwa ada 23 perempuan, empat lansia, dan tujuh penyandang disabilitas yang juga tewas karena serangan itu.

    Kampanye sistematis misinformasi, pemalsuan, dan kebohongan yang bertujuan untuk memutarbalikkan fakta dan menutupi kejahatan yang terus berlanjut terhadap warga sipil di Jalur Gaza,” ujar kantor itu merujuk Israel.

    “Pendudukan menerbitkan daftar berisi 26 nama, termasuk 21 foto, yang mengklaim bahwa nama-nama tersebut milik orang-orang yang tewas dalam agresi brutal terbarunya yang terjadi dalam 24 jam terakhir,” tambahnya.

    “Setelah pemeriksaan yang cermat, ditemukan bahwa daftar tersebut berisi tiga nama yang salah, bukan nama Arab dan tidak tercatat dalam catatan resmi Palestina, di samping nama-nama fiktif yang tidak ada dalam kenyataan, beberapa di antaranya sengaja tidak disertai foto.”

    Israel pun disebut telah melakukan pelanggaran mencolok dan disengaja pada gencatan senjata Gaza. Israel dikatakan berulang kali menargetkan lingkungan pemukiman, rumah sakit, dan tempat penampungan, dalam serangan terbarunya.

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menggambarkan serangan itu “sangat mengecewakan”. Ia menegaskan update terbaru itu sebagai hal yang membuatnya frustrasi.

    Ia mengatakan kepada Dewan Hubungan Luar Negeri di New York bahwa Hamas telah menyatakan dengan jelas bahwa mereka bersedia menyerahkan pemerintahan di Gaza. Qatar sendiri sedang berusaha mendesakkelompok itu untuk melucuti senjatanya.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]