Negara: Jalur Gaza

  • Terbaru! Norwegia Resmi Akui Kemerdekaan Palestina

    Terbaru! Norwegia Resmi Akui Kemerdekaan Palestina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Norwegia secara resmi mengumumkan pembentukan hubungan diplomatik dengan Negara Palestina pada Kamis (25/4/2025). Langkah ini menjadi sinyal kuat dari negara Eropa tersebut di tengah serangan Israel ke Gaza yang menuai kecaman luas dunia internasional.

    Pengumuman ini bertepatan dengan penyerahan surat kepercayaan oleh Duta Besar Palestina yang baru untuk Norwegia, Marie Sedin, dalam sebuah upacara resmi di Istana Kerajaan. Dalam seremoni tersebut, Sedin menyerahkan surat kepercayaan kepada Raja Harald V dari Norwegia.

    Dengan pengakuan resmi ini, Palestina kini memiliki saluran diplomatik di Oslo, menandai babak baru hubungan bilateral kedua negara.

    Norwegia bergabung dengan 13 negara Eropa lainnya yang telah lebih dulu mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Secara global, 148 dari 193 negara anggota PBB telah memberikan pengakuan serupa.

    Hak untuk Kemerdekaan Palestina

    Keputusan Norwegia untuk mengakui Palestina sebagai negara berdaulat sebenarnya telah diumumkan sejak 22 Mei tahun lalu, di tengah meningkatnya serangan Israel ke Gaza yang menyebabkan puluhan ribu korban jiwa di pihak Palestina.

    Norwegia telah berulang kali menyatakan bahwa Palestina memiliki hak untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri.

    Oslo juga mendukung solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina hidup berdampingan secara damai dalam negara mereka masing-masing.

    Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 51.200 warga Palestina dan melukai ratusan ribu lainnya.

    Israel kini tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), serta surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Tak hanya itu, Norwegia menjadi negara Eropa pertama yang secara terbuka menyatakan akan menangkap Netanyahu dan Gallant jika mereka memasuki wilayah Norwegia.

    (pgr/pgr)

  • BREAKING NEWS: Ledakan Besar Guncang Iran, 14 Orang Tewas – Halaman all

    BREAKING NEWS: Ledakan Besar Guncang Iran, 14 Orang Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, IRAN – Sebuah ledakan dahsyat terjadi di Pelabuhan Shahid Rajaee di Provinsi Hormozgan, Iran Selatan, Sabtu (26/4/2025) pagi ini.

    Ledakan tersebut setidaknya telah  mengakibatkan delapan 14 orang tewas dan 750 orang cidera.

    Jumlah korban tewas diperkirakan masih ada mengingat upaya penyelamatan korban masih terjadi.

    Ledakan diduga terjadi di tangki gas di bagian Shahid Rajaee, kompleks Pelabuhan Bandar Abbas, yang menyebabkan kerusakan parah pada bangunan dan mobil di dekatnya.

    Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyampaikan simpati kepada para korban ledakan tersebut.

    “Saya mengeluarkan perintah untuk menyelidiki situasi dan penyebab insiden tersebut. Menteri Dalam Negeri diutus ke wilayah tersebut sebagai perwakilan khusus untuk memeriksa secara saksama dimensi kecelakaan, melakukan koordinasi yang diperlukan, dan menangani kondisi para korban luka,” tulis  Presiden Iran Masoud Pezeshkian dari laman X-nya.

    Diduga Terkait Pembuatan Rudal

    Ledakan besar itu terjadi diduga terkait dengan pengiriman bahan kimia yang digunakan untuk membuat propelan rudal.

    Helikopter menyiramkan air dari udara ke api yang berkobar beberapa jam setelah ledakan awal.

    Ledakan ini terjadi di tengah pertemuan pejabat Iran dan Amerika Serikat di Oman terkait perundingan mengenai program nuklir Teheran yang berkembang pesat.

    Tidak seorang pun di Iran secara langsung menyatakan bahwa ledakan itu berasal dari sebuah serangan.

    Akan tetapi, sebelumnya Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengakui bahwa “dinas keamanan Iran dalam keadaan siaga tinggi mengingat adanya contoh-contoh sebelumnya tentang upaya sabotase dan operasi pembunuhan”.

    Menteri Dalam Negeri Iran Eskandar Momeni menyampaikan jumlah korban kepada media pemerintah.

    Namun, hanya ada sedikit rincian tentang apa yang memicu kebakaran di luar Bandar Abbas, yang terjadi hingga Sabtu malam, yang menyebabkan kontainer lain dilaporkan meledak.

    Perusahaan keamanan mengatakan pelabuhan menerima bahan kimia untuk bahan bakar rudal.

    Pelabuhan tersebut menerima kiriman bahan kimia bahan bakar rudal pada bulan Maret, kata firma keamanan swasta Ambrey.

    Bahan bakar tersebut merupakan bagian dari kiriman amonium perklorat dari Cina oleh dua kapal ke Iran yang pertama kali dilaporkan pada bulan Januari oleh Financial Times.

    Bahan kimia yang digunakan untuk membuat propelan padat untuk roket tersebut akan digunakan untuk mengisi kembali persediaan rudal Iran, yang telah habis akibat serangan langsungnya terhadap Israel selama perang dengan Hamas di Jalur Gaza .

    “Kebakaran itu dilaporkan terjadi akibat penanganan yang tidak tepat terhadap pengiriman bahan bakar padat yang dimaksudkan untuk digunakan dalam rudal balistik Iran,” kata Ambrey.

    Data pelacakan kapal yang dianalisis oleh The Associated Press menyebutkan salah satu kapal diyakini membawa bahan kimia di sekitar lokasi pada bulan Maret, seperti yang dikatakan Ambrey.

    Iran belum mengakui telah menerima kiriman tersebut.

    Misi Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak menanggapi permintaan komentar pada hari Sabtu.”

    Tidak jelas mengapa Iran tidak memindahkan bahan kimia dari pelabuhan, terutama setelah ledakan pelabuhan Beirut pada tahun 2020.

     Ledakan itu, yang disebabkan oleh penyalaan ratusan ton amonium nitrat yang sangat mudah meledak, menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang lainnya.

    Namun, Israel memang menargetkan lokasi rudal Iran tempat Teheran menggunakan mixer industri untuk membuat bahan bakar padat .

    Rekaman media sosial tentang ledakan pada hari Sabtu di Shahid Rajaei memperlihatkan asap berwarna kemerahan mengepul dari api sesaat sebelum ledakan.

    Hal itu menunjukkan adanya senyawa kimia yang terlibat dalam ledakan tersebut — seperti dalam ledakan di Beirut.

    Pada Sabtu malam, kantor berita milik pemerintah IRNA mengatakan bahwa Administrasi Bea Cukai Iran menyalahkan “tumpukan barang berbahaya dan bahan kimia yang disimpan di area pelabuhan” atas ledakan tersebut, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Pelabuhan menjadi tujuan utama kargo Iran

    Shahid Rajaei pernah menjadi target sebelumnya.

    Serangan siber tahun 2020 yang dikaitkan dengan Israel menargetkan pelabuhan tersebut.

     Serangan itu terjadi setelah Israel mengatakan bahwa mereka menggagalkan serangan siber yang menargetkan infrastruktur airnya, yang dikaitkan dengan Iran.

    Pejabat Israel tidak menanggapi permintaan komentar terkait ledakan hari Sabtu tersebut.

    Video di media sosial menunjukkan asap hitam mengepul setelah ledakan.

    Video lainnya menunjukkan kaca-kaca pecah dari gedung-gedung yang jaraknya beberapa kilometer dari episentrum ledakan.

    Rekaman media pemerintah menunjukkan korban luka berdesakan di sedikitnya satu rumah sakit, dengan ambulans berdatangan saat petugas medis bergegas membawa satu orang dengan tandu.

    Hasanzadeh, pejabat penanggulangan bencana provinsi, sebelumnya mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa ledakan itu berasal dari kontainer di pelabuhan Shahid Rajaei di kota itu, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

     Televisi pemerintah juga melaporkan bahwa telah terjadi keruntuhan bangunan akibat ledakan itu, meskipun tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.

    Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa pihaknya telah memulai penyelidikan atas ledakan tersebut.

    Pelabuhan Shahid Rajaei di provinsi Hormozgan terletak sekitar 1.050 kilometer (650 mil) di tenggara ibu kota Iran, Teheran, di Selat Hormuz, muara sempit Teluk Persia yang dilalui 20 persen dari seluruh minyak yang diperdagangkan.

    Sumber: Associated Press

     

  • Pemakaman Paus Fransiskus Digelar Hari Ini, 500 Ribu Orang Diprediksi Padati Lapangan Santo Petrus – Halaman all

    Pemakaman Paus Fransiskus Digelar Hari Ini, 500 Ribu Orang Diprediksi Padati Lapangan Santo Petrus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Prosesi pemakaman Paus Fransiskus akan berlangsung di Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan pada hari ini, Sabtu (26/4/2025) pukul 10.00 waktu setempat atau 15.00 WIB.

    Diperkirakan sebanyak 200.000 hingga 500.000 orang akan turun ke Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan untuk memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus.

    Dikutip dari The New Zealand Herald, setidaknya 130 pelayat merupakan kepala negara dan delegasi dari seluruh dunia.

    Upacara pemakaman akan dimulai pada pukul 10 pagi waktu setempat, mengikuti rencana yang ditetapkan oleh Ritus Pemakaman Paus Roma – sebuah dokumen setebal 20 halaman yang dijuluki Gembala Seluruh Kawanan Tuhan.

    Ibadah tersebut, yang diperkirakan akan dilakukan sepenuhnya dalam bahasa Latin, akan berlangsung sekitar dua setengah jam dan akan dipimpin oleh dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re yang berusia 91 tahun.

    Khotbah akan memberi penghormatan kepada kehidupan Paus Fransiskus.

    Upacara pemakaman Paus Fransiskus akan lebih sederhana dibandingkan dengan upacara pemakaman Paus sebelumnya, mengikuti instruksi yang ia tetapkan sendiri.

    Namun, sebagai kepala negara dan pemimpin lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia, itu akan tetap menjadi tontonan upacara dan tradisi.

    Rincian Jadwal Pemakaman

    Diberitakan BBC, para uskup agung dan uskup akan mulai berkumpul pada pukul 08.30 waktu setempat di Constantine Wing, koridor yang berdekatan dengan Basilika Santo Petrus.

    Pada saat yang sama, para pendeta Katolik akan berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

    Setengah jam kemudian, pada pukul 09.00 waktu setempat, para patriark gereja Ortodoks dan para kardinal akan berkumpul di Kapel Saint Sebastian, di dalam basilika, tempat jenazah Paus Yohanes Paulus II disemayamkan.

    Mereka akan berjalan dalam prosesi pemakaman sambil mengiringi peti jenazah Paus, yang telah menghabiskan empat hari terakhir di tengah Basilika Santo Petrus.

    Upacara pemakaman dimulai pukul 10.00 waktu setempat saat peti jenazah dibaringkan di alun-alun di depan Basilika Santo Petrus.

    Ibadah akan dipimpin oleh dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re.

    Para tamu dan pejabat tinggi akan duduk lebih dekat ke basilika dan peti jenazah, bersama ribuan pendeta dan anggota masyarakat lainnya di dalam dan sekitar Lapangan Santo Petrus, mirip dengan pemakaman Paus Benediktus XVI.

    Ibadah akan diakhiri dengan doa untuk Paus Fransiskus dan pujian terakhir – doa penutup di mana Paus akan secara resmi dipercayakan kepada Tuhan.

    Ini menandai dimulainya masa berkabung selama sembilan hari yang disebut Novemdiales dengan misa yang diadakan setiap hari untuk mengenangnya.

    Paus Fransiskus Mengubah Tradisi

    Secara tradisi, jenazah Paus akan dikubur sehari sebelum pemakaman dalam tiga peti mati bertingkat, terbuat dari cemara, timah, dan kayu ek.

    Peti mati dari kayu cemara melambangkan kerendahan hati dan kematian; peti mati dari kayu ek bagian luar, merupakan tanda “martabat dan kekuatan”, dan peti mati timah dilas untuk mengawetkan jenazah dan mencegah kerusakan.

    Namun, tahun lalu, Paus Fransiskus meminta agar ia dimakamkan di peti mati kayu yang lebih sederhana dengan bagian dalam seng.

    Ini adalah peti mati yang akan terlihat dalam upacara pemakaman.

    MISA REQUIEM – Umat Katolik mengikuti Misa Requiem Pope Francis di Gereja Katedral, Jakarta, Kamis (24/4/2025). Misa tersebut dilaksanakan untuk mendoakan Paus Fransiskus yang wafat pada Senin 21 April 2025 di Vatikan. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

    Menurut Monsignor Diego Ravelli, pemimpin upacara liturgi Vatikan, permintaan tersebut menekankan “bahkan lebih lagi bahwa pemakaman Paus Roma adalah pemakaman seorang gembala dan murid Kristus dan bukan pemakaman seorang manusia berkuasa di dunia ini”.

    Sebagai informasi, Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) dalam usia 88 tahun.

    Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan itu meninggal karena stroke yang membuatnya koma dan menyebabkan gagal jantung.

    Sebelum meninggal, Paus Fransiskus berbicara berkali-kali tentang konflik di Gaza dan terus berhubungan dengan sekelompok orang Kristen Palestina di Jalur Gaza.

    Hal ini sebagaimana diungkapkan Pastor Gabriel Romanelli, seorang pendeta di Gereja Keluarga Kudus ritus Latin di Gaza.

    Ia mengatakan kepada BBC Newshour bahwa Paus Fransiskus menelepon mereka setiap hari selama lebih dari satu setengah tahun untuk memeriksa keselamatan mereka – dan bahkan mempelajari beberapa frasa bahasa Arab.

    “Ia (Paus Fransiskus) memanggil kami dan memberikan berkat. Ia mengucapkan terima kasih atas doa-doa kami untuknya.”

    “Tidak mudah untuk tinggal di sini,” kata Romanelli, Selasa (22/4/2025), dilansir BBC.

    “Jadi sebagai seorang pendeta di sini, merasakan kedekatan dengan Paus sendiri bagi kami merupakan tanda yang sangat jelas dan sangat kuat akan belas kasihan Tuhan dan dorongan untuk melayani Tuhan di Gereja-Nya,” ungkapnya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Paus Fransiskus Wafat

  • Menlu RI Tekankan Urgensi Persatuan Negara Islam untuk Wujudkan Gencatan Senjata di Palestina

    Menlu RI Tekankan Urgensi Persatuan Negara Islam untuk Wujudkan Gencatan Senjata di Palestina

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono menekankan pentingan persatuan negara-negara Islam untuk mewujudkan gencatan senjata, serta membuka kembali akses bantuan kemanusiaan di Palestina, saat melakukan pembicaraan telepon dengan timpalannya Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi Hari Kamis.

    Berbicara melalui penggilan telepon pada Hari Kamis, kedua diplomat utama masing-masing negara membahas hubungan bilateral, serta perkembangan di regional dan global, selain masalah Jalur Gaza.

    Dalam percakapan kali ini, Menlu Araqchi menguraikan sikap Iran terkait perkembangan di Asia Barat, dengan menyebut pendudukan dan pembantaian warga Palestina yang sedang berlangsung sebagai salah satu masalah global yang paling mendesak, dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, Jumat 25 April.

    Menlu Iran menegaskan, Israel, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, telah mengubah Gaza dan Tepi Barat menjadi tempat genosida dan penyiksaan terhadap warga Palestina yang tidak bersalah.

    Meski ada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional dan perintah sementara dari Pengadilan Internasional untuk menghentikan genosida, lanjut Menlu Iran, kejahatan keji Zionis masih terus berlanjut.

    Menlu Araqchi mencatat, Israel terus melancarkan serangannya ke Lebanon dan Suriah, dan AS mendukungnya dengan melancarkan serangan ke Yaman.

    Ia menekankan, dalam situasi yang mengerikan ini, negara-negara Islam harus mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk menghentikan kejahatan tersebut dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang tertindas.

    Pada gilirannya, Menlu Sugiono mendukung sikap Araqchi mengenai kondisi parah yang dihadapi warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

    Menlu Sugiono menekankan urgensi bagi negara-negara Islam untuk bersatu guna segera mewujudkan gencatan senjata dan membuka kembali jalur bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

    Mengenai hubungan bilateral kedua negara, Menlu Araqchi menggarisbawahi pentingnya memperkuat hubungan antara Teheran dan Jakarta

    Ia menekankan perlunya menindaklanjuti perjanjian yang dibuat antara Iran dan Indonesia dan menyoroti pentingnya mempertahankan kontak tingkat tinggi untuk mencapai tujuan tersebut.

    Menanggapi hal tersebut, Menlu Sugiono menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk memperluas kerja sama dengan Iran baik di tingkat bilateral maupun multilateral, serta menyatakan persetujuannya terhadap usulan untuk memperkuat hubungan bilateral.

  • Israel Bunuh Hampir 2.000 Warga Gaza Sejak Langgar Gencatan Senjata Maret Lalu

    Israel Bunuh Hampir 2.000 Warga Gaza Sejak Langgar Gencatan Senjata Maret Lalu

    PIKIRAN RAKYAT – Pasukan Israel Penjajah telah membunuh hampir 2.000 warga Palestina di Gaza sejak mereka melanggar kesepakatan gencatan senjata pada Maret 2025. Sebagian besar di antara korban adalah perempuan dan anak-anak.

    Sejak genosida di Gaza dimulai 18 bulan lalu, total korban tewas warga Palestina telah mencapai lebih dari 61.700 orang.

    Selain itu, sebanyak 117.248 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat serangan Israel yang terus berlangsung.

    Serangan terbaru terjadi sejak Kamis pagi, 23 April 2025 waktu setempat, dengan lebih dari 60 korban jiwa dilaporkan dalam waktu singkat. Serangan udara dini hari Israel menyebabkan jumlah korban terus bertambah.

    Menurut laporan dari Layanan Pertahanan Sipil Palestina dan tim medis, 12 orang dari satu keluarga di Jabalia, wilayah utara Gaza, termasuk dalam daftar korban tewas akibat serangan tersebut.

    Kondisi kemanusiaan di Gaza juga semakin memburuk. Direktur Medis Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, Khalil al-Daqran, memperingatkan bahwa Gaza telah memasuki tahap kelima kelaparan, tingkat paling kritis menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akibat blokade Israel yang masih berlangsung, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Wafa.

    Kementerian Kesehatan Gaza menyampaikan bahwa dari total 38 rumah sakit di Jalur Gaza, hanya satu yang masih berfungsi.

    Rumah sakit anak Mohammed al-Durra yang terletak di sebelah timur Kota Gaza menjadi fasilitas medis terbaru yang tidak lagi beroperasi akibat kerusakan dan kekurangan sumber daya.

    ‘Krisis Kemanusiaan Terburuk’

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menggambarkan situasi di Gaza, Palestina saat ini sebagai krisis kemanusiaan terburuk. Bayangkan saja, Israel terus melakukan serangan udara sekaligus memblokade bantuan internasional hampir dua bulan terakhir.

    Saat ini warga Gaza menghadapi situasi sulit lantaran kekurangan makanan, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya. Padahal, dunia internasional telah mendesak Israel untuk menghentikan blokade juga serangan.

    Pada Kamis, 24 April 2025 dini hari Israel kembali melakukan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 13 orang yang mayoritas anak-anak dan perempuan. Sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini, hampir 52.000 warga Palestina meninggal dunia dan lebih dari 117.000 lainnya luka-luka.

    “Jalur Gaza tengah menyaksikan eskalasi militer yang nyata dan krisis kemanusiaan yang meningkat,” lapor Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera dari Deir el-Balah di Gaza bagian tengah. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Komandan IDF Israel Tewas Dihujani Peluru Brigade Al Qassam Hamas

    Komandan IDF Israel Tewas Dihujani Peluru Brigade Al Qassam Hamas

    GELORA.CO –  Upaya kelompok perlawanan Hamas terhadap kebiadaban genosida Israel tak pernah berhenti. Meski keberadaan mereka misterius, Brigade Izzuddin al Qassam tiba-tiba mengejutkan IDF dengan serangan-serangan mematikan.

    Kali ini, tentara penjajahan Israel mengumumkan pada Kamis malam bahwa seorang komandan tank dari Batalyon ke-79 tewas. Seorang perwira serta seorang prajurit terluka parah. Sementara prajurit lainnya terluka sedang, di Beit Hanoun, utara Jalur Gaza.

    Menurut penyelidikan militer, pejuang perlawanan menyerang sebuah tank dengan rudal anti-tank, kemudian melepaskan tembakan penembak jitu, sebelum mundur.

    Penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa “insiden tersebut terjadi di dekat lokasi militer lain di zona penyangga, di dalam wilayah yang dikuasai oleh pasukan tersebut selama beberapa bulan,” dan menambahkan bahwa “jalan administratif tempat insiden tersebut terjadi merupakan rute yang sama dengan insiden Sabtu lalu.”

    Terkait hal ini, pihak IDF menyatakan, “Kami belum bisa memastikan apakah sel bersenjata yang melakukan penyergapan pada hari Sabtu dan menewaskan prajurit tersebut adalah sel yang sama dengan yang melakukan operasi hari ini.” Disebutkan bahwa mereka gagal “membunuh sel tersebut pada hari Sabtu,” yang menunjukkan bahwa mereka “mungkin kembali ke daerah yang sama hari ini untuk melakukan serangan serupa.”

    Sementara itu, koresponden Radio Angkatan Darat Israel Doron Kadosh mencatat bahwa “para prajurit, yang sebagian besar adalah prajurit cadangan di korps lapis baja, sedang menaiki tank di dalam zona penyangga di utara Jalur Gaza,” seraya menambahkan bahwa “pada titik tertentu, para prajurit turun dari tank untuk melaksanakan misi operasional, sehingga mereka terekspos.”

    Kadoush menambahkan, “Ketika mereka menghadapi ancaman misi, orang-orang bersenjata menembakkan rudal anti-tank ke arah mereka dan, pada saat yang sama, melakukan serangan penembak jitu, menewaskan satu tentara dan melukai tiga lainnya.”

    Media Israel pada hari Kamis melaporkan insiden keamanan parah yang terjadi di Jalur Gaza utara.

    Kontrak yang gagal dan bencana

    Belum lama ini, Israel gagal mendapatkan uang Rp 115 miliar dari Spanyol. Negeri yang dahulu menjadi kejayaan peradaban Islam Andalusia itu membatalkan kontrak pengadaan amunisi senjata api, Sebabnya, pemerintah di sana berkomitmen menekan bahkan meniadakan segala bentuk perdagangan dan kerja sama dengan Israel. 

    Pemerintah Spanyol merupakan yang paling konsisten mengecam kebiadaban genosida Israel terhadap Gaza yang telah mengakibatkan puluhan ribu nyawa hilang. Hal tersebut merupakan bentuk pengabaian nilai kemanusiaan, keadilan, dan upaya bersama menyejahterakan dunia.

    Israel juga dilanda bencana kebakaran hebat di Yerusalem. Akibatnya, pemerintah setempat harus mengevakuasi seluruh warga di beberapa distrik yang ada di sana agar tidak ada korban jiwa.

    Israel juga dihajar kerugian karena sejumlah jutawan dan ahli angkat kaki dari Israel. Mereka lebih memilih berada di negara lain yang keamanan dan ekonominya stabil. Di sana mereka lebih mampu mengaktualisasikan diri sehingga dapat lebih berkarya dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas.

    Heboh Pengakuan mantan menteri 

    Mantan menteri perang Israel, Yoav Gallant telah mengakui bahwa pasukan pendudukan Israel telah membuat klaim palsu tentang penemuan terowongan besar di Rute Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir.

    Sebuah foto yang dirilis Agustus lalu, yang diklaim Israel menunjukkan terowongan bertingkat yang digunakan oleh kelompok-kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, sebenarnya hanya menggambarkan parit dangkal dengan kedalaman kurang dari satu meter dan saluran pembuangan air biasa.

    Dikutip dari laman Days of Palestine, Selasa (22/4/2025), Gallant mengungkapkan bahwa klaim palsu tersebut merupakan bagian dari upaya untuk membesar-besarkan pentingnya Rute Philadelphia, yang menggambarkannya sebagai jalur penyelundupan senjata untuk menunda kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.

    Pada saat itu, media Israel memuji penemuan tersebut sebagai pencapaian besar, menggambarkan terowongan tersebut sebagai bagian dari jaringan bawah tanah yang luas.

    Para kritikus mengutuk pengakuan tersebut sebagai bukti penggunaan informasi yang salah oleh Israel untuk membenarkan tindakan militer dan merusak upaya perdamaian.

    Para pemimpin Palestina menyebutnya sebagai contoh lain dari manipulasi fakta oleh Israel untuk mendelegitimasi perjuangan mereka dan memperpanjang penderitaan di Gaza, Palestina.

    Pengakuan ini menimbulkan pertanyaan tentang pendudukan Israel dan ketergantungannya pada propaganda, sekaligus menggarisbawahi kerugian yang harus ditanggung oleh korban jiwa akibat penipuan semacam itu. Untuk saat ini, pengakuan tersebut menyoroti ketidakpercayaan yang sedang berlangsung dan tantangan untuk menyelesaikan konflik.

    Dilaporkan Al-Jazeera pada Rabu (23/4), Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban wafat menjadi lebih dari 61.700 orang, dan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diperkirakan telah wafat oleh serangan Israel. 

  • Serangan Tiada Ampun dari Israel Sebabkan Krisis di Gaza Terus Meningkat

    Serangan Tiada Ampun dari Israel Sebabkan Krisis di Gaza Terus Meningkat

    PIKIRAN RAKYAT – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menggambarkan situasi di Gaza, Palestina saat ini sebagai krisis kemanusiaan terburuk. Bayangkan saja, Israel terus melakukan serangan udara sekaligus memblokade bantuan internasional hampir dua bulan terakhir.

    Saat ini warga Gaza menghadapi situasi sulit lantaran kekurangan makanan, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya. Padahal, dunia internasional telah mendesak Israel untuk menghentikan blokade juga serangan.

    Pada Kamis, 24 April 2025 dini hari Israel kembali melakukan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 13 orang yang mayoritas anak-anak dan perempuan. Sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini, hampir 52.000 warga Palestina meninggal dunia dan lebih dari 117.000 lainnya luka-luka.

    “Jalur Gaza tengah menyaksikan eskalasi militer yang nyata dan krisis kemanusiaan yang meningkat,” lapor Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera dari Deir el-Balah di Gaza bagian tengah.

    Tareq melaporkan bahwa tim penyelamat, dengan sebagian besar peralatan mereka rusak atau hancur, semakin kesulitan untuk menjangkau korban yang terjebak di bawah reruntuhan.

    Otoritas Palestina (PA) yang memerintah Tepi Barat yang juga diduduki menyebut serangan Israel tanpa jeda. Selain itu, tidak ada belas kasihan dari Israel saat melakukan serangan-serangan.

    “Di kamp pengungsi Shaboura, seperti di setiap sudut lain di Gaza, kehancuran tidak pernah berakhir,” kata PA dalam pernyataan tersebut.

    Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menggambarkan apa yang dilakukan Israel sebagai penghancuran kehidupan Palestina secara sengaja.

    “Jalur Gaza kini kemungkinan menghadapi krisis kemanusiaan terburuk dalam 18 bulan sejak meningkatnya permusuhan pada Oktober 2023,” kata OCHA dalam pembaruan situasi terbarunya pada 23 April 2025.

    Krisis besar

    Israel dilaporkan bakal terus melakukan blokade total terhadap bantuan internasional yang hendak masuk ke Jalur Gaza, Palestina. Militer Israel memperkirakan, dalam dua minggu ke depan akan terjadi krisis besar di daerah tersebut.

    Situs berita Israel, Walla menyebut militer Israel tidak khawatir dengan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. Warga Palestina di Gaza telah hidup tanpa bantuan selama 51 hari terakhir sejak blokade total Israel.

    “Dalam dua minggu, krisis besar akan dimulai di Jalur Gaza terkait makanan, peralatan medis, dan obat-obatan,” kata sumber di Komando Selatan Israel, yang berbicara kepada Walla.

    Menurut sumber tersebut, warga Palestina di Gaza akan beradaptasi dalam beberapa bulan mendatang. Syaratnya, warga di Gaza harus memiliki tepung, air, dan tempat berlindung yang layak.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Saya Baik-Baik Saja dengan Sebanyak Mungkin Anak yang Mati

    Saya Baik-Baik Saja dengan Sebanyak Mungkin Anak yang Mati

    PIKIRAN RAKYAT – Kekejaman Israel yang melakukan genosida warga Palestina di Jalur Gaza telah dikecam oleh dunia internasional. Berdasarkan data Otoritas Kesehatan setempat, sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini sudah hampir 52.000 warga yang meninggal dunia.

    Selain itu, 117,248 warga Palestina lainnya luka-luka. Mayoritas korban meninggal dan luka-luka merupakan anak-anak dan perempuan.

    Saat dunia internasional mengecam dan mendesak Israel untuk menghentikan genosida di Gaza, para pendukung Israel justru terus memancing amarah publik lewat pernyataan-pernyataan kontroversial.

    Contoh terbaru adalah cuitan dari seseorang yang bersembunyi di balik akun anonim di X (dulu Twitter). Pemilik akun @misfitpatriot_ mengatakan tak peduli dengan banyaknya anak yang menjadi korban di Gaza. 

    Dia secara eksplisit menyebut genosida yang dilakukan Israel saat ini merupakan langkah yang diperlukan termasuk pembunuhan massal anak-anak Palestina. Hal ini dinilainya harus dilakukan untuk mencapai tujuan Israel di Gaza.

    “Saya baik-baik saja dengan sebanyak mungkin anak yang mati. Setiap orang Palestina bisa mati jika itu yang diperlukan untuk menyelamatkan Israel,” katanya seperti dilaporkan Middle East Monitor.

    Pesan tersebut berlanjut, secara kontroversial merujuk pada kejadian-kejadian dalam Alkitab, terutama penghancuran Sodom dan Gomora serta kematian anak-anak sulung Mesir, untuk membenarkan pembunuhan anak-anak di Gaza.

    Para pengamat menyoroti cuitan tersebut sebagai indikasi radikalisasi yang lebih luas di antara para pendukung vokal Israel, yang pernyataan publiknya semakin mencerminkan dukungan terbuka terhadap kekerasan ekstrem terhadap warga sipil Palestina. 

    Cuitan tersebut telah menuai reaksi keras dari berbagai pihak yang khawatir dengan normalisasi retorika semacam itu dalam ruang publik.

    Serang pusat bantuan dan makanan Gaza

    Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan sayap kanan Itamar Ben-Gvir mengatakan pihaknya sudah mendapat izin dari Partai Republik Amerika Serikat untuk melakukan serangan ke pusat bantuan dan makanan di Gaza.

    Hal ini diungkapkan Menteri Ekstrimis tersebut pada Rabu, 23 April 2025 atau sehari setelah acara makan malam dengan Presiden AS, Donald Trump yang digelar di Resort Mar-a-Lago di Florida pada Selasa malam.

    “Ini adalah cara untuk menciptakan tekanan militer dan politik (pada Hamas) agar memulangkan para sandera kami dengan selamat,” katanya dilaporkan Anadolu Agency.

    Sejak klaim tersebut, Partai Republik yang merupakan pengusung Donald Trump masih belum memberikan komentar. Ini merupakan kunjungan resmi pertama Ben-Gvir ke Washington sejak bergabung ke pemerintahan Benjamin Netanyahu pada 2022.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Presiden Palestina Minta Hamas Turunkan Ego, Serahkan Gaza dan Lepaskan Sandera Israel – Halaman all

    Presiden Palestina Minta Hamas Turunkan Ego, Serahkan Gaza dan Lepaskan Sandera Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak kelompok militan Hamas untuk segera menurunkan ego, menyerahkan tanggung jawabnya atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina.

    Dalam pidatonya di kota Ramallah, Tepi Barat, Abbas juga meminta Hamas menyerahkan senjata.

    Membebaskan para sandera Israel yang ditawan di Gaza, serta mengubah gerakan tersebut menjadi partai politik.

    Adapun permintaan tersebut diutarakan Abbas sebagai bagian dari upaya untuk menjawab keraguan internasional atas keberlangsungan Otoritas Palestina atas wilayah Gaza.

    Serta upaya untuk mencari solusi damai yang dapat mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama.​

    “Hamas telah memberikan alasan kepada pendudukan kriminal untuk melakukan kejahatannya di Jalur Gaza, yang paling menonjol adalah menahan para sandera,” kata Abbas mengutip BBC International.

    “Saya yang membayar harganya, rakyat kami yang membayar harganya, bukan Israel. Saudaraku, serahkan saja mereka,” imbuhnya.

    Akar Ketegangan Abbas–Hamas

    Tensi antara Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan kelompok Hamas semakin memanas sejak insiden penculikan warga Israel oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. 

    Serangan tersebut, yang menjadi salah satu yang paling mematikan dalam sejarah konflik Israel-Palestina.

    Abbas mengecam keras tindakan penculikan dan pembunuhan warga sipil Israel oleh Hamas, karena hal itu merusak citra perjuangan Palestina di mata dunia.

    Selain itu tindakan tersebut memicu perang besar di Jalur Gaza dan memperparah ketegangan politik internal Palestina.

    Ketegangan semakin tinggi karena Hamas merasa Abbas mencoba mengambil alih Gaza dengan restu internasional, bukan melalui rekonsiliasi nasional.

    Sebagai informasi, Hamas diketahui mulai mengambil alih kekuasaan di Gaza dari Otoritas Palestina yang didominasi Fatah pada 2007.

    Tepatnya saat konflik bersenjata terjadi pada Juni 2007, yang mengakibatkan Hamas mengambil alih Gaza dan mengusir pasukan Fatah dari wilayah tersebut.

    Sejak saat itu, Hamas telah menjadi penguasa de facto di Gaza, sementara Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Fatah tetap menguasai Tepi Barat.

    Warga Palestina Tuntut Hamas Mundur

    Kecaman terhadap Hamas tak hanya dilakukan oleh pemerintahan Abbas, beberapa waktu lalu ratusan warga Palestina menggelar demo besar-besar menuntut Hamas agar segera mengakhiri perang.

    Sambil meneriakkan slogan-slogan anti-Hamas, ratusan warga yang berkumpul menyerukan diakhirinya perang dengan Israel.

    “Keluar, keluar, keluar, Hamas keluar,” ujar teriakan massa yang terlihat di salah satu unggahan viral yang dipublikasikan di X, sebagaimana dilansir Reuters.

    Dalam unggahan lainnya terlihat, para pemuda berbaris melalui jalan-jalan di Beit Lahia, Gaza utara menuntut kelompok itu turun dari kekuasaan.

    Sementara sejumlah peserta aksi terlihat membawa spanduk bertuliskan “Hentikan perang” dan “Kami ingin hidup damai”. 

    Aksi protes di Gaza utara ini terjadi sehari setelah orang-orang bersenjata Jihad Islam meluncurkan roket ke Israel, yang memicu keputusan Israel untuk mengevakuasi sebagian besar Beit Lahia.

    Pasca insiden tersebut terjadi,  beberapa laporan menyebutkan bahwa seruan untuk bergabung dalam aksi demo mulai disebarluaskan melalui aplikasi perpesanan Telegram. 

    Selain di Beit Lahia, aksi serupa juga terjadi di kamp pengungsi Jabalia di bagian barat Kota Gaza. 

    Rekaman yang beredar menunjukkan puluhan orang membakar ban dan meneriakkan tuntutan untuk mengakhiri perang. 

    “Kami ingin makan,” seru mereka dalam aksi tersebut.

    Hamas sendiri hingga kini belum memberikan respon apapun terkait munculnya demonstrasi ini.

    Namun protes anti-Hamas ini tercatat jadi yang terbesar sejak perang dimulai setelah serangan 7 Oktober.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Mesir Disebut Sodorkan Usul Gencatan Baru Israel-Hamas Akhir Pekan Ini: 5 hingga 7 Tahun – Halaman all

    Mesir Disebut Sodorkan Usul Gencatan Baru Israel-Hamas Akhir Pekan Ini: 5 hingga 7 Tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mesir dilaporkan tengah menyiapkan usul baru gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

    Media Arab Saudi Asharq menyebut Mesir diperkirakan akan menyodorkan usul itu akhir pekan ini.

    Menurut narasumber yang didapatkan media itu, usul baru akan memenuhi permintaan Israel dan Hamas secara “berimbang”. Tujuan usul itu ialah mewujudkan gencatan jangka panjang yang mungkin mencapai lima hingga tujuh tahun.

    Nantinya akan ada perjanjian yang menyertakan jaminan dari pihak regional dan internasional guna memastikan Israel dan Hamas memenuhi tanggung jawab masing-masing dalam gencatan itu.

    Usul itu disiapkan oleh Mesir yang berkoordinasi dengan Qatar dan AS. Ketiga negara itu kini menjadi juru penengah.

    “Segera setelah rancangan perjanjiaan tercapai, situasi di lapangan akan dipulihkan dan semua operasi militer akan dihentikan,” kata narasumber Asharq dikutip dari The Jerusalem Post.

    “Bantuan kemanusiaan dan pemulihan akan mulai disalurkan menurut protokol internasional.”

    Sandera Israel akan dibebaskan

    Jika gencatan itu terwujud, warga Israel yang masih disandera Hamas akan dibebaskan. Mereka akan ditukar dengan sejumlah warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Disebutkan bahwa kesepakatan antara Israel dan Hamas akan bergantung pada empat hal.

    Keempatnya adalah gencatan senjata penuh, penarikan penuh tentara Israel dari Gaza, inisiasi proses pembangunan kembali Gaza, dan penghilangan blokade di Gaza sejak tahun 2007.

    Sementara itu, Israel menginginkan Hamas untuk menyatakan komitmennya terhadap gencatan senjata lima tahun. Lalu, Israel berharap Hamas tak lagi berkuasa di Gaza.

    Narasumber yang didapatkan The Jerusalem Post menyebut tidak ada perubahan mengenai sikap Hamas mengenai usulan gencatan.

    Kepada Mesir dan Qatar, Hamas sudah menjelaskan bahwa pihaknya tidak akan menerima kesepakatan yang menyertakan gencatan senjata sementara.

    SAYAP MILITER HAMAS – Personel Brigade Al Qassam, Sayap Militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer di Jalur Gaza beberapa waktu lalu. (RNTV)

    Adapun Israel mengaku hanya bersedia menerima gencatan yang menyertakan pembebasan 10 hingga 11 sandera. Israel menginginkan gencatan 45 hari.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah berulang kali menegaskan Israel tak akan setuju menghentikan perang di Gaza.

    Hamas disebut pernah usulkan gencatan jangka panjang

    Bulan kemarin Hamas juga  dilaporkan mengusulkan gencatan senjata selama lima hingga sepuluh tahun dengan Israel.

    Usul Hamas itu disampaikan saat Hamas melakukan pembicaraan langsung dengan Adam Boehler, seorang utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk urusan sandera.

    Ketika diwawancarai media penyiaran Israel bernama Kan, Boehler menyebut usul itu akan membuat Hamas dilucuti senjatanya dan tidak terlibat dalam politik pemerintahan.

    Saat ditanya mengenai kemajuan perihal gencatan senjata, dia mengatakan hanya ada kemajuan kecil.

    Menurut Boehler, Hamas menyarankan hal yang “relatif masuk akal dan bisa dilakukan”.

    “Mereka menyarankan pertukaran semua tahanan. Jadi, semua sandera kita saat ini ditukar dengan beberapa tahanan. Kami tidak tertarik dengan hal itu,” ujar Boehler dikutip dari All Israel News.

    Kemudian, dia mengungkapkan keinginan Hamas untuk melakukan gencatan senjata jangka panjang.

    “Dan mereka menyarankan gencatan senjata lima hingga sepuluh tahun, dan Hamas akan meletakkan semua senjata, dan AS akan membantu, serta negara-negara lain, memastikan tidak ada terowongan,” ujarnya.

    Di samping itu, dia mengklaim Hamas tidak akan terlibat dalam urusan politik.

    “Dan saya pikir itu bukan tawaran awal yang buruk,” kata Boehler.

    Meski demikian, Al Arabi Al Jadeed pada hari Senin melaporkan bahwa Hamas membantah bakal dilucuti senjatanya. Laporan itu didasarkan pada pernyataan juru bicara Hamas. (*)