Negara: Jalur Gaza

  • Paramedis Gaza yang Selamat dari Serangan Israel Kini Dibebaskan, Langsung Peluk Rekan-rekannya – Halaman all

    Paramedis Gaza yang Selamat dari Serangan Israel Kini Dibebaskan, Langsung Peluk Rekan-rekannya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang paramedis Palestina yang selamat dari serangan mematikan Israel terhadap sekelompok responden pertama di Gaza selatan bulan lalu telah dibebaskan dari penahanan Israel, kata Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).

    Assaad al-Nassasra, seorang pengemudi ambulans, termasuk di antara sedikitnya 10 tahanan Palestina yang dibebaskan ke Jalur Gaza pada Selasa (29/4/2025), kata PRCS.

    PRCS membagikan rekaman di media sosial yang menunjukkan al-Nassasra yang tampak emosional.

    Pria itu mengenakan jaket PRCS merah cerah, memeluk rekan-rekannya setelah 37 hari di tahanan Israel.

    Keberadaan al-Nassasra tidak diketahui secara pasti setelah militer Israel menembaki petugas tanggap pertama Palestina di wilayah Rafah, Gaza selatan, pada 23 Maret 2025.

    Serangan itu menewaskan 15 petugas kesehatan dan memicu kemarahan luas serta seruan untuk penyelidikan independen.

    “Dia ditangkap saat menjalankan tugas kemanusiaannya selama pembantaian tim medis di wilayah Tel Al-Sultan, Provinsi Rafah,” kata PRCS.

    PRCS melaporkan bulan lalu bahwa pasukan Israel menembaki petugas medis, yang sedang mengendarai ambulans untuk membantu warga Palestina yang terluka di lokasi serangan Israel sebelumnya.

    Badan tersebut mengatakan pihaknya kehilangan kontak dengan timnya dan pasukan Israel memblokir akses ke lokasi insiden.

    Ketika pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Palestina dapat mencapai daerah itu seminggu kemudian, mereka menemukan kuburan massal tempat ambulans dan mayat-mayat dikubur dengan buldoser.

    Delapan pekerja PRCS tewas bersama dengan enam anggota tim Pertahanan Sipil Palestina dan satu pegawai PBB, kata PRCS.

    “Pembantaian tim kami ini merupakan tragedi bukan hanya bagi kami di Bulan Sabit Merah Palestina, tetapi juga bagi kerja kemanusiaan dan kemanusiaan,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan pada tanggal 30 Maret.

    Sebuah video yang diambil dari ponsel salah satu petugas medis yang terbunuh menunjukkan saat-saat terakhir mereka.

    Mereka mengenakan seragam yang sangat reflektif dan berada di dalam kendaraan penyelamat yang dapat dikenali dengan jelas sebelum mereka ditembak oleh pasukan Israel.

    Di tengah kecaman internasional, militer Israel mengumumkan akan menyelidiki apa yang terjadi.

    Minggu lalu, militer menyatakan bahwa penyelidikannya telah mengidentifikasi serangkaian “kegagalan profesional”.

    Militer menyatakan kode etiknya tidak dilanggar dan seorang prajurit dipecat.

    PRCS mengecam temuan militer Israel dan menyerukan penyelidikan independen dan imparsial oleh badan PBB.

    Al-Nassasra (47) adalah salah satu dari dua orang yang selamat dari serangan itu.

    Korban selamat lainnya, Munther Abed, mengatakan saat itu bahwa ia melihat al-Nassasra ditangkap, diikat, dan dibawa pergi.

    Ayah enam anak ini terakhir kali berbicara dengan keluarganya pada malam serangan Israel ketika ia menghilang.

    Ia memberi tahu mereka dirinya sedang dalam perjalanan ke markas PRCS untuk berbuka puasa Ramadan bersama rekan-rekannya, menurut putranya, Mohamed.

    Ketika keluarganya mencoba menghubunginya sekitar fajar keesokan harinya, dia tidak menjawab.

    Mereka mengetahui dari PRCS bahwa tidak seorang pun yang dapat menghubunginya atau pekerja darurat lainnya.

    Al-Nassasra selalu memperingatkan keluarganya bahwa setiap kali ia pergi menjalankan misi, ia mungkin tidak akan kembali, kata putranya.

    Keluarganya berusaha untuk tidak memikirkan hal itu karena al-Nassasra terus melanjutkan tugasnya selama perang Israel di Gaza yang berlangsung selama 18 bulan.

    Rekannya Ibrahim Abu al-Kass juga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa al-Nassasra selalu membawa permen untuk ditawarkan kepada anak-anak guna mendorong mereka bermain di tempat yang aman, bukan di tengah jalan.

    Israel telah melakukan kampanye penangkapan yang intensif selama perang.

    Menurut jaringan pendukung tahanan Palestina Addameer, sedikitnya 9.900 warga Palestina saat ini ditahan di fasilitas penahanan Israel, termasuk 400 anak-anak.

    Lebih dari 3.400 orang ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan berdasarkan apa yang dikenal sebagai “penahanan administratif”, yang dapat diperpanjang untuk jangka waktu enam bulan tanpa batas waktu.

    Al-Nassasra dilepaskan ke Gaza melalui pos pemeriksaan Kissufim bersama dengan 10 tahanan lainnya sebelum mereka dikirim ke rumah sakit di Deir el-Balah, Gaza tengah untuk pemeriksaan medis.

    Melaporkan dari kota tersebut, Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera mengatakan para tahanan yang dibebaskan melaporkan disiksa dengan “cara yang mengerikan” dan berada dalam kondisi fisik dan psikologis yang buruk.

    Pasukan Israel secara rutin menargetkan responden pertama, pekerja kemanusiaan, dan jurnalis selama pemboman Gaza.

    Lebih dari 52.300 warga Palestina telah tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, sementara sedikitnya 117.905 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Developer Indie Tarik Game dari Xbox, Bentuk Dukungan ke Palestina

    Developer Indie Tarik Game dari Xbox, Bentuk Dukungan ke Palestina

    Jakarta

    Pengembang game indie, Badru, menarik game mereka berjudul Tenderfoot Tactics dari Xbox. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungannya terhadap Palestina.

    “Kami telah menghapus Tenderfoot Tactics dari penjualan di Xbox sebagai bentuk solidaritas terhadap BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi). Kami menyerukan kepada orang lain di komunitas kami untuk melakukan apa pun yang mereka bisa untuk melawan ketidakadilan bersejarah ini. Bebaskan Palestina.” tulis Badru di media sosial, sebagaimana dilansir detikINET dari Eurogamer, Selasa (29/4/2025).

    Diketahui kalau awal bulan ini, Komite Nasional BDS Palestina menambahkan Microsoft ke dalam daftar perusahaan, yang ditandai memiliki hubungan dengan militer Israel. Dalam kasus Microsoft, mereka menyatakan Windows dan Xbox menyediakan layanan cloud dan AI Azure, yang dinilai mempercepat genosida Israel terhadap 2,3 juta warga Palestina di Jalur Gaza.

    Dari situ mereka mengeluarkan seruan untuk memboikot produk Microsoft termasuk Xbox. Ini merupakan salah satu cara BDS menekan raksasa teknologi tersebut. Lebih lanjut, mereka menyarankan untuk membatalkan langganan Xbox Game Pass, dan menghindari sederet game milik Microsoft, di antaranya Minecraft, Call of Duty, dan Candy Crush.

    “Dengan memboikot merek Xbox, kami menekan Microsoft untuk mengakhiri keterlibatannya dalam genosida, pendudukan, dan apartheid Israel terhadap warga Palestina. Warga Palestina menyerukan kepada semua orang untuk memboikot Xbox dan produk game Microsoft karena ada alternatif game yang layak. Genosida bukanlah permainan,” kata Gerakan BDS.

    Selain Microsoft, ada beberapa perusahaan lain yang masuk daftar boikot oleh BDS. Beberapa namanya pun cukup santer di masyarakat seperti HP, dan Reebok yang mensponsori Asosiasi Sepakbola Israel.

    Sebagai tambahan informasi, Microsoft belum lama ini telah memecat dua karyawannya yang dianggap mengganggu perayaan ulang tahun perusahaan yang ke-50. Dua mantan pekerjanya ini ketika itu memprotes pekerjaannya dalam memasok teknologi kecerdasan buatan (AI) kepada militer Israel.

    Protes dimulai ketika insinyur perangkat lunak Microsoft, Ibtihal Aboussad, berjalan menuju panggung acara. Pada waktu bersamaan, seorang eksekutif sedang mengumumkan fitur produk baru perusahaan dan visi jangka panjang untuk ambisi Microsoft terhadap AI.

    “Anda mengaku peduli dengan penggunaan AI untuk kebaikan, tetapi Microsoft menjual senjata AI kepada militer Israel. Lima puluh ribu orang telah tewas dan Microsoft mendukung genosida ini di wilayah kami,” teriak Aboussad kepada CEO Microsoft AI, Mustafa Suleyman.

    Aboussad melanjutkan, sembari meneriaki Suleyman dan perusahaannya yang telah berlumuran darah. Ia juga melempar syal keffiyeh ke atas panggung, yang mana menjadi simbol dukungan bagi rakyat Palestina.

    (hps/fyk)

  • Inggris Komitmen Dukung Negara Palestina, Kedua Perdana Menteri Bertemu di London

    Inggris Komitmen Dukung Negara Palestina, Kedua Perdana Menteri Bertemu di London

    GELORA.CO – Perdana Menteri Inggris Keir Starmer bertemu dengan mitranya dari Palestina, Mohammed Mustafa, di London sebagai bagian dari upaya pemerintah Inggris untuk membantu perjuangan negara Palestina.

    Dalam pertemuan mereka, Senin (28/4/2025), Starmer menyampaikan belasungkawa yang tulus atas hilangnya nyawa yang mengerikan di Gaza, di mana tindakan militer Israel sejak akhir 2023 telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina.

    Ia mengatakan Inggris akan terus mendesak perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas, serta menentang dimulainya kembali perang di Gaza setelah gagalnya gencatan senjata sebelumnya pada pertengahan Maret.

    Mustafa, pemimpin Otoritas Palestina (PA) pertama yang mengunjungi Downing Street sejak 2021, juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri David Lammy. “Mereka menandatangani nota kesepahaman yang meneguhkan komitmen mereka untuk memajukan negara Palestina sebagai bagian dari solusi dua negara,” kata Kantor Luar Negeri Inggris, mengutip Arab News.

    Dokumen tersebut menegaskan pandangan bahwa otoritas Palestina adalah satu-satunya entitas pemerintahan yang sah di wilayah Palestina, meliputi Gaza, Yerusalem Timur, dan Tepi Barat. “Saya menegaskan kembali komitmen Inggris untuk mengakui negara Palestina sebagai kontribusi terhadap proses tersebut,” kata Menlu David Lammy.

    Hal ini juga menekankan perlunya menyatukan kembali Gaza dan Tepi Barat di bawah otoritas Palestina berpusat di Ramallah, yang pada gilirannya diharuskan berkomitmen pada reformasi politik dan keuangan.

    Selain itu, Inggris mengumumkan paket bantuan senilai £101 juta (sekitar Rp2,2 triliun) untuk Palestina guna mendukung operasi bantuan kemanusiaan, pembangunan ekonomi, dan reformasi.

    Lammy mengatakan kunjungan Mustafa menandai langkah signifikan dalam memperkuat hubungan Inggris dengan Otoritas Palestina, mitra utama perdamaian di Timur Tengah, di saat yang kritis.

    “Kami tidak akan menyerah pada solusi dua negara, di mana negara Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai, bermartabat, dan aman. Saya menegaskan kembali komitmen Inggris untuk mengakui negara Palestina sebagai kontribusi terhadap proses tersebut.”

    Hamas, yang telah menguasai Jalur Gaza sejak 2007 dan melancarkan serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, tidak akan memiliki peran apa pun di masa depan daerah kantong pantai Palestina itu, tambahnya.

    Kantor Luar Negeri mengatakan, Hamas harus segera membebaskan sandera (Israel) dan melepaskan kendali atas Gaza. Inggris akan bekerja sama dengan PA dalam rencana bersama untuk masa depan Gaza, yang dibangun di atas inisiatif dipimpin oleh negara-negara Arab.

    Prancis dan Arab Saudi akan menjadi ketua bersama pertemuan di PBB pada bulan Juni untuk menggalang dukungan bagi pengakuan negara Palestina. Anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh yang berkuasa baru-baru ini mendesak Kantor Luar Negeri untuk secara resmi mengakui negara Palestina, dan mengatakan inisiatif Prancis-Saudi memberikan peluang bagi Inggris.

    Pemerintah Israel tetap teguh dalam penentangannya terhadap pengakuan apa pun tentang negara Palestina. Pemerintah sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengambil langkah-langkah untuk melemahkan Otoritas Palestina didukung Barat, termasuk menahan jutaan dolar pajak Palestina atas nama otoritas tersebut.

    Netanyahu menolak peran apa pun bagi PA dalam masa depan Gaza serta mengkritik rencana Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk konferensi kenegaraan Palestina. Dari 193 anggota PBB, 147 telah secara resmi mengakui kenegaraan Palestina, termasuk Spanyol, Irlandia, dan Norwegia. Prancis, Kanada, Inggris, Italia, dan Jerman termasuk di antara negara-negara yang belum melakukannya.

  • BKSAP harap sosok pengganti Paus lanjutkan semangat kemanusiaan

    BKSAP harap sosok pengganti Paus lanjutkan semangat kemanusiaan

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Ravindra Airlangga berharap sosok yang akan meneruskan kepemimpinan sebagai kepala negara Vatikan sekaligus pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia mampu melanjutkan semangat kemanusiaan dari sosok Paus Fransiskus.

    “Tentu kami berharap kepemimpinan Vatikan dari segi kemanusiaan seperti ini, dilanjutkan oleh penerus semangat Paus Fransiskus,” kata Ravindra yang hadir secara daring dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk “Mengenang Kesederhanaan Paus Fransiskus, Gong Bapak Suci untuk Perdamaian Israel-Palestina” di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa.

    Sebab, kata dia, Paus Fransiskus tidak hanya berperan sebagai pemuka agama bagi umat Katolik, melainkan kepemimpinannya mampu menjadikan Vatikan sebagai pusat diplomasi global yang aktif.

    “Dengan jaringan luas yang dimiliki, Vatikan dapat menjangkau dan mempertemukan berbagai pihak hingga pimpinan negara yang sedang terlibat dalam konflik,” ujarnya.

    Sebagai pemimpin, kata dia, Paus Fransiskus juga sangat aktif mengedepankan isu-isu kemanusiaan, salah satunya tercermin dari pertemuannya dengan Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb di Kairo, Mesir, pada 2019 silam.

    Pertemuan kedua tokoh tersebut membuahkan Dokumen Abu Dhabi yang ditandatangani keduanya dengan judul “The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together” atau “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama”.

    “Dokumen terkait persaudaraan antarmanusia, yang menguatkan komitmen bersama untuk mengedepankan perlindungan kaum marjinal, toleransi antarberagama, dan memperjuangkan perdamaian di berbagai wilayah-wilayah terlanda konflik,” paparnya.

    Tak hanya itu, dia menyebut bahwa pesan-pesan kemanusiaan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus memiliki bobot moral yang selalu diperhitungkan.

    Bahkan, ujarnya lagi, Paus Fransiskus memberikan perhatian besar kepada warga Gaza agar dapat memperoleh kedamaian di tanah Palestina, yang menjadi salah satu pesan terakhirnya sebelum sang Uskup Roma itu wafat.

    “Pesan terakhir kepada jamaah, Paus Fransiskus pada 20 April 2025, sehari sebelum beliau wafat, menyerukan ‘My only wish in Gaza is peace’, bahwa salah satu hal yang diharapkan adalah selesainya konflik di Gaza dan terjadi kedamaian,” ucap dia.

    Dia lantas berkata,”Setiap malam, beliau selalu menyempatkan diri untuk menelpon saudara-saudara di Gaza untuk menanyakan kabar, mendoakan mereka, dan menyuarakan komitmen untuk mencapai perdamaian di Jalur Gaza.”

    Paus Fransiskus, Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin, wafat pada 21 April lalu dalam usia 88 tahun di kediamannya di Kota Vatikan.

    Adapun prosesi pemakaman Paus Fransiskus berlangsung pada Sabtu (26/4), di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, yang menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Klaim Israel Hanya Buru Hamas Ditepis, Euro-Med: 94 Persen Korban Tewas di Gaza Warga Sipil – Halaman all

    Klaim Israel Hanya Buru Hamas Ditepis, Euro-Med: 94 Persen Korban Tewas di Gaza Warga Sipil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Euro-Med, sebuah organisasi pemantau hak asasi manusia (HAM), membantah klaim Israel bahwa pasukannya hanya memburu pejuang Hamas di Jalur Gaza.

    Menurut Euro-Med, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terus membunuh warga sipil di tanah Palestina itu.

    “Meski Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah Israel menargetkan warga sipil, pesawat militer dengan sengaja terus melancarkan serangan yang membunuh wanit adan anak-anak di Jalur Gaza,” kata Euro-Med dalam artikelnya di laman resmi yang terbit hari Senin, (28/4/2025).

    Euro-Med mengatakan dalam waku satu minggu saja (20 hingga 26 April 2025) Israel sudah membunuh 345 warga Palestina dan melukai 770 lainnya.

    “Data lapangan mengindikasikan bahwa setidaknya 94 persen korban adalah adalah warga sipil. Anak-anak (51 persen), wanita (16 persen), dan lansia (8 persen), menyumbang angka 75 persen dari korban tewas.”

    Sementara itu, berdasarkan data yang tersedia, tidak ada bukti yang mengindikasikan korban laki-laki terlibat dalam pertempuran atau terkait dengan aktivitas militan.

    Kata Euro-Med, Israel tidak menyodorkan bukti yang kredibel mengenai dugaan keterlibatan para korban laki-laki.

    Menurut organisasi itu, meningkatnya korban sipil itu terjadi bersamaan dengan Netanyahu yang terus melontarkan klaim palsu, yakni Israel tidak menargetkan warga sipil.

    “Itu upaya terang-terangan untuk menyesatkan opini masyarakat dunia dan menutupi kejahatan Israel di lapangan.”

    “Sementara itu, banyaknya bukti di lapangan, kesaksian langsung, foto, dan dokumen langsung, semuanya mengonfirmasi bahwa wanit dan anak-anak menjadi mayoritas korban.”

    Lalu, bangunan, infrastruktur, dan tempat berlindung yang masih tersisa di Gaza kini dibombardir secara sistematis oleh Israel.

    Euro-Med menyebut tujuan Israel menyerang target sipil ialah membunuh warga sipil dan menghancurkan fondasi kehidupan warga Palestina sehingga mempercepat pengusiran mereka dari Gaza.

    “Selama beberapa minggu terakhir, tim lapangan Euro-Med telah mendokumentasikan contoh-contoh seluruh keluarga dilenyapkan, serta penargetan yang disengaja terhadap keluarga spesifik dalam pola yang menunjukkan tujuan yang jelas untuk menghancurkan mereka.”

    “Israel terus membuat narasi palsu, bersamaan dengan meningkatnya kejahatan ini, menegaskan kembali kebijakan sistematisnya untuk menutupi pelanggaran dan melindungi pelaku.”

    Euro-Med lalu menyinggung serangan Israel dilakukan saat fajar hari.

    “Pesawat Israel mengebom sebuah rumah di Khan Yunis, di Gaza selatan, tanggal 28 April saat fajar. Serangan itu menewaskan 12 anggota keluarga Kaware, termasuk Zainab al-Majayda dan enam anaknya. Salah satu saudara laki-laki al-Majayda telah tewas dibunuh Israel tiga bulan silam.”

    PASUKAN PERTAHANAN ISRAEL – Foto yang diambil dari laman resmi IDF tanggal 12 Maret 2025 memperlihatkan beberapa tentara Israel saat beroperasi. (IDF)

    Organisasi itu juga mengklaim Israel belakangan ini mengintensifkan penggunaan drone bunuh diri untuk menyerang tenda dan rumah yang berisi para pengungsi.

    Drone itu dilengkai dengan kamera pengintaian dan sistem pemandu canggih sehingga memungkinkan pelacakan target. Teknologi itu memungkinkan Israel memantau target hingga detik-detik terakhir dan memutuskan apakah akan menyerang target.

    Hal itu mengonfirmasi bahwa Israel memang sengaja menargetkan warga sipil.

    Kebanyakan korban tewas adalah wanita, anak, dan lansia

    Seperti Euro-Med, kantor media pemerintah Gaza juga mengatakan korban serangan Israel di Gaza kebanyakan adalah wanita, anak, dan lansia.

    Menurut kantor itu, saat ini sudah ada 52.243 korban tewas. Sebanyak 65 persen di antaranya adalah tiga kategori di atas.

    Sudah ada lebih dari 18.000 anak yang tewas. Lalu, jumlah wanita yang tewas lebih dari 12.400 orang.

    Kemudian, Israel disebut telah melenyapkan lebih dari 2.180 keluarga Palestina. Anggota ribuan keluarga itu lenyap tak bersisa.

    Israel juga telah membunuh lebih dari 1.400 dokter dan tenaga kesehatan lainnya, 113 anggota pertahanan sipil, dan 212 jurnalis serta pekerja media. (*)

  • 65 Persen Korban Merupakan Perempuan, Anak-Anak, dan Lansia

    65 Persen Korban Merupakan Perempuan, Anak-Anak, dan Lansia

    PIKIRAN RAKYAT – Pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza telah menewaskan 52.314 orang dan 117.792 lainnya terluka. Hal ini dilaporkan otoritas kesehatan setempat sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini.

    Kantor Media Pemerintah yang berpusat di Gaza melaporkan 65% korban serangan Israel di Gaza adalah perempuan, anak-anak, dan lansia.

    Sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 18.000 anak-anak, 12.400 wanita. Israel telah membantai 2.180 keluarga secara keseluruhan

    Tak hanya itu, ada sekitar 5.070 keluarga lainnya kini selamat namun hanya satu anggota keluarga yang tersisa. Lebih dari itu, Israel juga menewaskan 1.400 personel medis, 212 jurnalis, dan 750 pekerja kemanusiaan. 

    “Serangan sistematis telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan Gaza dan berusaha membungkam kebenaran,” demikian pernyataan tersebut.

    Data tersebut juga ditambah dengan fakta di lapangan berdasarkan kesaksian dari pilot Israel dan kebocoran militer, diakui bahwa pengeboman sengaja dilakukan terhadap rumah dan lingkungan warga sipil.

    “Fakta-fakta tersebut tidak menyisakan keraguan bahwa menargetkan warga sipil di Gaza merupakan kebijakan sistematis Israel dalam rencananya untuk melakukan kejahatan genosida dan pembersihan etnis,” kata pernyataan tersebut.

    Tentara Israel melanjutkan serangannya di Gaza pada 18 Maret, yang menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan pada 19 Januari.

    Negara-negara tak berdaya

    Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard mengatakan pasukan pendudukan Israel telah terbukti melakukan genosida di Gaza.

    “Amnesty International telah mendokumentasikan genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina di Gaza,” katanya dalam pernyataan Selasa, 29 April 2025 yang disiarkan langsung televisi.

    “Negara-negara telah menyaksikan, tanpa daya, ketika Israel telah membunuh ribuan warga Palestina, membantai seluruh keluarga, dan menghancurkan rumah, rumah sakit, dan lembaga pendidikan,” tuturnya.

    Lebih lanjut, dia meminta semua negara harus melakukan segala hal dalam mewujudkan keadilan internasional serta mendukung upaya Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) dalam menegakkan keadilan.

    “Semua pemerintah harus melakukan segala hal yang mereka mampu untuk mendukung keadilan internasional, meminta pertanggungjawaban para pelaku, dan melindungi ICC beserta stafnya dari sanksi,” ujarnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Disebut Tayangkan ‘Siaran Langsung’ Genosida di Gaza, Amnesty: IDF Serang Warga Sipil – Halaman all

    Israel Disebut Tayangkan ‘Siaran Langsung’ Genosida di Gaza, Amnesty: IDF Serang Warga Sipil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amnesty International mengatakan Israel telah menayangkan “siaran langsung genosida” di Jalur Gaza.

    Menurut laporan Amnesty International yang terbit hari Senin (28/4/2025), Israel telah melakukan tindakan terlarang yang bertujuan untuk melenyapkan warga Palestina.

    Di samping itu, Israel juga disebut telah melanggar Konvensi Genosida Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat berbagai tindakan. Dua di antaranya adalah “membahayakan tubuh dan mental warga sipil” dan menciptakan kondisi kehidupan yang memunculkan kerusakan fisik.

    Menurut Amnesty International, Israel berulang kali menghalangi akses bantuan kemanusian untuk Gaza dan menyerbu Kota Rafah meski sudah berkali-kali diperingatkan.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga kerap menyerang warga sipil yang mematuhi perintah evakuasi.

    Organisasi itu menyebut “siaran langsung genosida” di Gaza terjadi sejak perang di sana meletus.

    “Sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas melakukan kejahatan mengerikan terhadap warga Israel dan lainnya serta menangkap lebih dari 250 sandera, dunia telah menjadi penonton genosida yang disiarkan langsung,” ujar Sekjen Amnesty International Agnes Callamard dalam laporan itu, dikutip dari Al Jazeera.

    “Negara-negara melihatnya seolah tak berdaya, ketika Israel membunuh ribuan demi ribuan warga Palestina, melenyapakan keluarga multigenerasi, menghancurkan rumah, kehidupan, rumah sakit, dan sekolah.”

    Menurut Callamard, Israel dan sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat (AS), bertindak seolah hukum internasional tidak diterapkan kepada negara-negara itu.

    Di sisi lain, Israel menolak mengakui telah melakukan genosida. Negara Zionis itu menegaskan hanya membela diri terhadap Hamas dan melakukan tindakan yang bertujuan untuk melindungi warga sipil.

    Otoritas kesehatan Gaza melaporkan kini sudah ada lebih dari 51.300 warga Palestina yang tewas karena serangan Israel. Sebnyak 17.400 di antaranya adalah anak-anak.

    SERANGAN UDARA ISRAEL – Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan bekas ledakan bom dari serangan udara Israel di Beit Lahia, Gaza Utara, Sabtu (14/3/2025). (khaberni/tangkap layar)

    Sementara itu, Israel mengatakan ada sekitar 1.200 orang yang tewas ketika Hamas menyerang Israel tanggal 7 Oktober 2023.

    Dalam laporannya, Amnesty International juga memperingatkan, AS memunculkan ancaman terhadap HAM secara global.

    Menurut organisasi itu, seratus hari pertama pemerintahan Presiden AS Donald Trump diwarnai oleh banyak serangan terhadap HAM, hukum internasional, dan PBB.

    Sepanjang 2024, Amnesty telah mendokumentasikan berbagai kejahatan perang yang dilakukan Israel.

    “Termasuk serangan langsung terhadap warga sipil dan objek sipil, dan serangan yang membabi buta,” kata Amnesty.

    Tindakan Israel telah membuat 1,9 juta warga Palestina (sekitar 90 persen rakyat Gaza) menjadi pengungsi. Israel disebut sengaja membuat bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Kebanyakan korban tewas adalah wanita, anak, dan lansia

    Kantor media pemerintah Gaza mengatakan korban serangan Israel di Gaza kebanyakan adalah wanita, anak, dan lansia.

    Menurut kantor itu, saat ini sudah ada 52.243 korban tewas. Sebanyak 65 persen di antaranya adalah tiga kategori di atas.

    Sudah ada lebih dari 18.000 anak yang tewas. Lalu, jumlah wanita yang tewas lebih dari 12.400 orang.

    Kemudian, Israel disebut telah melenyapkan lebih dari 2.180 keluarga Palestina. Anggota ribuan keluarga itu lenyap tak bersisa.

    Israel juga telah membunuh lebih dari 1.400 dokter dan tenaga kesehatan lainnya, 113 anggota pertahanan sipil, dan 212 jurnalis serta pekerja media.

  • Negara-Negara Tak Berdaya, Israel Telah Membantai Ribuan Warga Palestina

    Negara-Negara Tak Berdaya, Israel Telah Membantai Ribuan Warga Palestina

    PIKIRAN RAKYAT – Israel penjajah tak henti melakukan genosida ke warga Palestina di Gaza. Berdasarkan data otoritas kesehatan yang dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA, Israel telah menewaskan 52.314 orang dan 117.792 lainnya terluka.

    Tak hanya melakukan serangan menggunakan senjata, Israel juga melakukan blokade bantuan sejak dua bulan terakhir. Hal ini menyebabkan bantuan-bantuan internasional yang hendak memasuki Gaza tidak bisa lewat.

    Akibat blokade bantuan ini, warga Palestina di Jalur Gaza berada dalam situasi sulit lantaran kekurangan makanan, air, hingga bahan bakar. Atas hal ini, Israel telah dikecam dunia internasional lantaran dianggap menggunakan blokade bantuan sebagai senjata yang mematikan secara perlahan.

    Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard mengatakan pasukan pendudukan Israel telah terbukti melakukan genosida di Gaza.

    “Amnesty International telah mendokumentasikan genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina di Gaza,” katanya dalam pernyataan Selasa, 29 April 2025 yang disiarkan langsung televisi.

    “Negara-negara telah menyaksikan, tanpa daya, ketika Israel telah membunuh ribuan warga Palestina, membantai seluruh keluarga, dan menghancurkan rumah, rumah sakit, dan lembaga pendidikan,” tuturnya.

    Lebih lanjut, dia meminta semua negara harus melakukan segala hal dalam mewujudkan keadilan internasional serta mendukung upaya Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) dalam menegakkan keadilan.

    “Semua pemerintah harus melakukan segala hal yang mereka mampu untuk mendukung keadilan internasional, meminta pertanggungjawaban para pelaku, dan melindungi ICC beserta stafnya dari sanksi,” ujarnya.

    Keruntuhan ekonomi dahsyat

    Blokade yang dilakukan hampir dua bulan telah menyebabkan kelangkaan kebutuhan dasar warga di Gaza.

    Hal ini turut berdampak pada meroketnya harga barang-barang pokok yang telah mencapai 527%. Hal ini diungkapkan Kamar Dagang dan Industri Gaza.

    “Pendudukan (Israel) terus mencegah masuknya truk-truk dari sektor swasta, yang menyebabkan kelumpuhan (ekonomi) yang hampir menyeluruh,” kata majelis tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Bahkan, disebutkan bahwa kondisi ini telah menyebabkan keruntuhan sistem ekonomi yang dahsyat di Gaza. 

    Israel telah melakukan penutupan penyeberangan di Gaza yang menyebabkan bantuan makanan, medis, dan bantuan lainnya tidak bisa memasuki wilayah yang telah dikepung Israel sejak 2007 tersebut.

    Berbagai negara dan organisasi internasional telah mengecam apa yang dilakukan Israel saat ini. Pasalnya, krisis kemanusiaan yang terjadi telah berada di titik yang paling kritis.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • PBB Gelar Sidang soal Bantuan Kemanusiaan Palestina Usai Disetop Israel

    PBB Gelar Sidang soal Bantuan Kemanusiaan Palestina Usai Disetop Israel

    Jakarta

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan membuka sidang selama sepekan. Sidang akan membahas mengenai bantuan kemanusiaan untuk Palestina setelah Israel memblokade bantuan yang memasuki wilayah Gaza.

    Dilansir AFP, Selasa (29/4/2025), sidang dibuka Senin pagi di Mahkamah Internasional di Den Haag pukul 10.00 waktu setempat, diikuti dengan pengajuan Palestina. Kemudian, 38 negara lainnya akan menyampaikan pendapat di hadapan panel yang beranggotakan 15 hakim, termasuk Amerika Serikat (AS), China, Prancis, Rusia, dan Arab Saudi.

    Liga Negara Arab, Organisasi Kerja Sama Islam, dan Uni Afrika juga dalam sidang juga akan mengajukan pengajuan.

    Majelis Umum PBB menyetujui sebuah resolusi pada bulan Desember yang meminta ICJ untuk memberikan pendapat penasihat mengenai masalah tersebut “atas dasar prioritas dan dengan urgensi yang sangat tinggi”.

    PBB diketahui telah meminta para hakim untuk mengklarifikasi kewajiban hukum Israel terhadap PBB dan badan-badannya, organisasi internasional, atau negara pihak ketiga untuk “memastikan dan memfasilitasi penyediaan pasokan yang sangat dibutuhkan tanpa hambatan yang penting bagi kelangsungan hidup penduduk sipil Palestina”.

    Israel secara ketat mengendalikan semua aliran masuk bantuan internasional yang vital bagi 2,4 juta warga Palestina di Jalur Gaza. Israel juga telah menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza pada tanggal 2 Maret, beberapa hari sebelum runtuhnya gencatan senjata yang telah secara signifikan mengurangi permusuhan setelah 15 bulan perang.

    PBB memperkirakan 500.000 warga Palestina telah mengungsi sejak gencatan senjata dua bulan berakhir pada pertengahan Maret. Di tengah kegentingan itu, Israel tetap melanjutkan pemboman udara pada tanggal 18 Maret, diikuti oleh serangan darat baru.

    (zap/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Klaim Israel Hanya Buru Hamas Ditepis, Euro-Med: 94 Persen Korban Tewas di Gaza Warga Sipil – Halaman all

    Israel Hancurkan Rafah, Gaza Dikepung Kelaparan: Warga Khawatir Digiring ke Kamp Tertutup – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel meratakan sisa-sisa Kota Rafah di tepi selatan Jalur Gaza. Hal ini memicu kekhawatiran warga akan digiring ke kamp raksasa di tanah tandus.

    Blokade total Israel diberlakukan sejak gagalnya gencatan senjata enam minggu lalu, dikutip dari Reuters.

    Tindakan ini telah memutus akses pangan dan obat-obatan untuk 2,3 juta penduduk Gaza selama hampir dua bulan.

    Sejak pertengahan Maret 2025, Israel kembali melancarkan operasi darat dan merebut sebagian besar wilayah di Jalur Gaza.

    Operasi ini juga memaksa evakuasi warga dari apa yang disebut sebagai “zona penyangga”, termasuk seluruh wilayah Rafah yang mencakup sekitar 20 persen Jalur Gaza.

    Menurut penyiar publik Israel, Kan, militer Israel tengah membangun “zona kemanusiaan” baru di Rafah.

    Warga sipil akan dipindahkan ke zona tersebut setelah menjalani pemeriksaan keamanan untuk mencegah penyusupan pejuang Hamas.

    Distribusi bantuan di zona tersebut kabarnya akan dilakukan oleh perusahaan swasta.

    Hingga kini, militer Israel belum memberikan komentar atas laporan tersebut.

    Anak-anak Sulit Tidur

    Warga di Gaza melaporkan bahwa ledakan terus-menerus terdengar dari kawasan Rafah yang kini menjadi “zona mati”.

    “Ledakan tidak pernah berhenti, siang dan malam,”  ujar Tamer, seorang pengungsi dari Kota Gaza yang kini berlindung di Deir Al-Balah, dalam pesan singkat kepada Reuters.

    “Setiap kali tanah berguncang, kami tahu ada rumah lagi yang dihancurkan di Rafah. Rafah sudah hancur,” lanjutnya.

    Tamer juga mengungkapkan, teman-temannya di Mesir melaporkan bahwa anak-anak mereka sulit tidur akibat dentuman ledakan yang mengguncang sepanjang malam.

    Abu Mohammed, seorang pengungsi lainnya, menyatakan kekhawatirannya.

    “Kami takut dipaksa masuk ke Rafah, yang akan menjadi seperti kamp konsentrasi, benar-benar terisolasi dari dunia luar,” katanya.

    Israel Anggap Warga Gaza Tidak Kelaparan

    Israel berdalih bahwa selama masa gencatan senjata sebelumnya, cukup banyak bantuan yang masuk ke Gaza, sehingga penduduk dianggap tidak dalam bahaya kelaparan.

    Tel Aviv mengklaim tidak dapat mengizinkan masuknya pasokan tambahan karena dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh Hamas.

    Sementara itu, badan-badan PBB memperingatkan bahwa Gaza kini berada di ambang kelaparan massal dan krisis kesehatan, dalam kondisi terburuk sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Korban Jiwa Bertambah

    Pada Senin (28/4/2025), pejabat kesehatan Gaza melaporkan setidaknya 23 orang tewas dalam serangan terbaru Israel di seluruh Jalur Gaza.

    Sekitar 10 orang, termasuk anak-anak, dilaporkan tewas dalam serangan udara terhadap sebuah rumah di Jabalia.

    Sementara enam orang lainnya tewas dalam serangan di sebuah kafe di wilayah selatan.

    Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan sejumlah korban luka berat masih duduk di sekitar meja di kafe tersebut.

    Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika pejuang Hamas menyerang komunitas Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, menurut data Israel.

    Sejak itu, lebih dari 51.400 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel, menurut pejabat kesehatan Palestina.

    Bertahan Hidup dengan Rumput Liar dan Kura-Kura

    Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah.

    Program Pangan Dunia (WFP) mengungkapkan pada Jumat lalu kalau mereka telah kehabisan stok makanan akibat penutupan terlama yang pernah terjadi di wilayah tersebut.

    Dengan tidak adanya pasokan makanan, banyak warga Gaza terpaksa memetik rumput liar dan daun kering untuk bertahan hidup.

    Beberapa nelayan bahkan mulai menangkap kura-kura, mengulitinya, dan menjual dagingnya.

    “Saya pergi ke dokter, diberi tahu ada batu ginjal dan butuh operasi seharga 300 dolar.”

    “Saya memilih menahan rasa sakit dan menggunakan uang itu untuk membeli makanan bagi anak-anak saya,” ujar seorang perempuan asal Kota Gaza kepada Reuters, meminta agar identitasnya dirahasiakan demi keamanan.

    “Saat ini tidak ada daging, tidak ada gas untuk memasak, tidak ada tepung, dan bahkan tidak ada kehidupan.”

    “Inilah Gaza, dalam makna yang paling sederhana namun paling menyakitkan,” tambahnya.

    Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata

    Sejauh ini, upaya diplomatik yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir belum berhasil memperpanjang gencatan senjata.

    Dalam gencatan sebelumnya, Hamas membebaskan 38 sandera, sedangkan Israel membebaskan ratusan tahanan Palestina.

    Saat ini, 59 sandera Israel masih ditahan di Gaza, dengan kurang dari setengahnya diyakini masih hidup.

    Hamas bersikeras hanya akan membebaskan para sandera jika ada kesepakatan untuk mengakhiri perang sepenuhnya.

    Sebaliknya, Israel menolak menghentikan pertempuran kecuali Hamas dilucuti, sesuatu yang ditolak keras oleh kelompok tersebut.

    Perdana Menteri Qatar pada Minggu lalu menyebut ada sedikit kemajuan dalam negosiasi, namun belum cukup untuk mencapai gencatan senjata baru.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)