Negara: Jalur Gaza

  • Dihantam 2 Kali, Sandera Israel Nyaris Tewas Akibat Bom Zionis di Gaza – Halaman all

    Dihantam 2 Kali, Sandera Israel Nyaris Tewas Akibat Bom Zionis di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, merilis video seorang sandera Israel yang mengaku sebagai sandera nomor 24. Dalam rekaman itu, ia mengungkap telah dua kali menjadi korban serangan udara Israel sejak gencatan senjata dilanggar sekitar dua bulan lalu.

    Sandera pria dalam video itu diidentifikasi sebagai Maxim Herkin, menurut laporan media Israel The Times of Israel. 

    Dalam rekaman tersebut, Maxim tampak mengalami luka serius di wajah dan lengan kirinya. 

    Ia menyatakan nyaris tewas akibat pemboman pertama yang terjadi usai berakhirnya gencatan senjata tahap pertama, ketika Israel kembali melancarkan serangan di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.

    Demi keselamatannya, ia lalu dipindahkan ke terowongan bawah tanah oleh Al-Qassam.

    Namun, serangan kedua terjadi saat ia berada di bawah tanah.

    Lagi-lagi, nyawanya hampir melayang akibat pemboman tersebut.

    Maxim menyebut serangan yang menimpanya merupakan bagian dari tekanan militer yang diklaim oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai cara untuk membebaskan para sandera.

    Ia juga menggambarkan kondisi hidupnya yang sangat memprihatinkan—tanpa akses ke pengobatan dan mustahil untuk dievakuasi ke rumah sakit.

    Maxim mengaku tidak mengetahui nasib rekannya yang berada di tempat yang sama saat pemboman terjadi. 

    Ia menegaskan perang bisa segera berakhir jika saja putra Netanyahu atau anak pejabat Israel lainnya turut berada di Jalur Gaza, menyindir bahwa nyawa para sandera tampaknya dianggap tak sepenting keluarga para pemimpin Israel.

    Dalam video tersebut, ia juga menceritakan seorang rekannya bernama Bar yang berada di dalam terowongan, meminta agar pencarian dan penyelamatan dilakukan untuknya.

    Ia mencatat bahwa Israel mendekati peringatan Hari Kemerdekaan—menunjukkan bahwa video ini direkam sebelum malam 30 April.

    “Bagaimana kalian bisa merayakan dengan pesta barbekyu dan mengibarkan bendera, sementara 59 sandera masih tertahan di Gaza?” tanyanya dalam video, menyerukan kepada warga Israel untuk turun ke jalan menuntut pembebasan sandera.

    Ia menuduh pemerintah dan perdana menteri Israel telah mengabaikan keselamatan para tawanan.

    “Kami bukan prioritas mereka. Tidak ada yang peduli di mana kami berada atau apa yang terjadi pada kami. Kalian sendiri bisa melihatnya,” katanya, sambil meminta rakyat Israel tidak tinggal diam.

    Maxim menegaskan bahwa hanya tekanan dari masyarakat yang dapat mengubah keadaan.

    “Tanpa kalian, tak ada harapan,” ujarnya.

    Ia juga menuding Netanyahu mencoba menutupi kondisi para sandera dengan menyebutnya sebagai bagian dari perang psikologis. 

    “Tapi perang psikologis yang nyata adalah yang sedang saya alami sekarang,” tambahnya.

    Ia menutup dengan pernyataan bahwa video ini mungkin menjadi satu-satunya kenangan yang tersisa untuk keluarganya.

    Di akhir video, Brigade Al-Qassam menampilkan pesan bahwa para sandera hanya akan dibebaskan melalui kesepakatan, dan waktu semakin menipis.

    Video ini dirilis menjelang keputusan kabinet Israel untuk memperluas operasi militer di Gaza.

    Meski ada penolakan dari sebagian pihak di dalam negeri, Netanyahu tetap menegaskan bahwa perang akan berlanjut hingga semua sandera, baik yang hidup maupun meninggal, kembali, dan Hamas dihancurkan.

    Sementara itu, mediator dari Qatar dan Mesir terus mencoba menjembatani perbedaan pandangan antara Hamas dan Israel guna mencapai gencatan senjata tahap kedua.

    Gencatan senjata pertama sebelumnya disepakati pada 19 Januari 2025, berlangsung 42 hari, dan menghasilkan pembebasan 33 sandera Israel serta ribuan tahanan Palestina.

    Namun, pada 18 Maret 2025, Israel kembali meluncurkan serangan ke Gaza, melanggar perjanjian tersebut.

  • Cerita Sandera Israel Hampir Tewas, Diselamatkan Al-Qassam ke Terowongan Hamas, Kutuk Netanyahu – Halaman all

    Cerita Sandera Israel Hampir Tewas, Diselamatkan Al-Qassam ke Terowongan Hamas, Kutuk Netanyahu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas, merilis video baru yang menunjukkan seorang tahanan Israel yang mengatakan dia telah dibom dua kali sejak Israel melanggar perjanjian gencatan senjata hampir dua bulan lalu.

    Sandera Israel, yang mengidentifikasi dirinya sebagai nomor 24, muncul dengan luka yang terlihat di wajah dan lengan kirinya.

    Dalam rekaman itu, sandera nomor 24 menceritakan bagaimana dia selamat dari pemboman yang dilakukan Pasukan Zionis Israel.

    Usai diserang, pejuang Al-Qassam berupaya memindahkannya ke terowongan untuk perlindungan.

    Dia mengatakan dia dibom lagi saat berada di bawah tanah dan sekali lagi nyaris tidak lolos dengan hidupnya.

    “Ini adalah jenis tekanan militer yang Netanyahu dan klaim pemerintahnya akan membawa kita pulang,” kata tahanan itu.

    Sandera Israel itu menggambarkan kondisinya saat ini sangat mengerikan, dilansir Palestine Chronicle, Minggu (4/5/2025).

    Dia menyatakan dia tidak memiliki akses ke obat-obatan dan evakuasi ke rumah sakit bukanlah pilihan.

    Seminggu sebelumnya, Brigade Al-Qassam telah merilis video lain yang menunjukkan pejuang berusaha menyelamatkan tawanan Israel selama pemboman yang sedang berlangsung.

    Dalam video terbaru, tahanan menyebutkan seorang rekan tawanan bernama Bar, mendesak pejuang Qassam untuk menemukan dan membantunya.

    Dia juga mempertanyakan bagaimana Israel dapat merayakan Hari Kemerdekaan, sementara 59 tawanan tetap berada di Gaza.

    Dia meminta publik Israel untuk turun ke jalan dan menuntut tindakan pembebasan para tawanan yang masih ada di jalur Gaza.

    “Tidak ada yang peduli di mana kita berada atau apa yang terjadi pada kita. Bukan pemerintah, bukan perdana menteri. Kami bahkan tidak ada di radar mereka,” ujarnya mengkritik pemerintah Israel,

    “Tolong bantu kami. Aku mohon padamu. Jangan tinggal diam. Jangan biarkan pemerintah menjebak Anda dalam situasi ini. Kebebasan kita tergantung pada Anda,” lanjutnya.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Dihantam 2 Kali, Sandera Israel Nyaris Tewas Akibat Bom Zionis di Gaza – Halaman all

    Sandera Israel Luka Parah, Hampir Tewas Akibat 2 Pemboman Zionis di Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), merilis rekaman video seorang sandera Israel di mana ia mengatakan adalah sandera bernomor 24 dan telah dibom dua kali sejak Israel melanggar perjanjian gencatan senjata sekitar dua bulan lalu.

    Media Israel The Times of Israel mengidentifikasi sandera tersebut sebagai Maxim Herkin.

    Dalam video yang dirilis Brigade Al-Qassam, sandera bernama Maxim Herkin itu terlihat menderita luka parah di wajah dan lengan kirinya.

    Maxim Herkin mengatakan ia dibom setelah pertempuran kembali terjadi ketika perjanjian gencatan senjata tahap pertama berakhir dan Israel memulai kembali serangannya di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.

    Ia bercerita bahwa ia hampir tewas akibat pemboman tersebut, sehingga memaksa Brigade Al-Qassam untuk menempatkannya di dalam terowongan demi keselamatannya. 

    Setelah pemboman itu, ia mengatakan dia dibom lagi ketika berada di bawah tanah, dan sekali lagi dia hampir tewas akibat serangan tersebut.

    Ia mengatakan ini adalah tekanan militer yang diklaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya akan membawa kembali para sandera.

    Maxim kemudian menceritakan kehidupannya yang sangat sulit, kekurangan obat-obatan, dan tidak mungkin untuk mengevakuasi dirinya yang terluka ke rumah sakit.

    Sandera itu menjelaskan dia tidak tahu apa pun tentang rekannya yang berada bersamanya di tempat yang sama pada saat pengeboman itu.

    Ia mengatakan perang ini akan segera berhenti jika putra Netanyahu atau putra salah satu menterinya ada di Jalur Gaza, sambil menekankan bahwa nyawa para sandera seolah tidak lebih berharga daripada mereka.

    Ketika para pejuang Brigade Al-Qassam mencoba menyelamatkan tawanan dari dalam terowongan, ia bercerita tentang seorang rekannya yang bernama Bar dan meminta mereka untuk mencarinya dan menyelamatkannya.

    Sandera tersebut mencatat bahwa Israel sedang mendekati Hari Kemerdekaan, yang artinya video tersebut direkam sebelum malam tanggal 30 April, dan ia tidak tahu bagaimana mereka akan merayakannya sementara 59 sandera masih berada di Jalur Gaza.

    “Bagaimana Anda akan mengibarkan bendera dan mengadakan pesta barbekyu? Bagaimana Anda akan merayakannya?” lanjutnya sambil menyerukan seluruh warga Israel untuk segera turun ke jalan demi para sandera, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Tahanan itu berbicara kepada masyarakat Israel, dengan mengatakan semua orang di pemerintahan Israel menentang keselamatan para sandera, sedangkan mereka tidak peduli pada nasib para sandera.

    “Semua orang menentang kami, pemerintah dan perdana menterinya. Kami tidak menjadi incaran mereka. Tidak seorang pun peduli di mana kami berada atau apa yang terjadi pada kami. Kalian menyaksikannya sendiri,” katanya.

    “Tolong bantu kami. Saya mohon. Jangan berdiam diri di rumah. Jangan biarkan pemerintah memaksakan situasi ini kepada Anda,” ujarnya.

    “(Pembebasan mereka) ini dapat terjadi dengan bantuan Anda. Tanpa Anda, tidak ada harapan,” imbuhnya.

    Ia mengatakan ini adalah perang psikologis, bukan sekedar klaim militer seperti apa yang dipromosikan oleh Netanyahu.

    “Netanyahu akan berkata lagi, ‘Ini adalah perang psikologis,’ tetapi perang psikologis yang sebenarnya ada di dalam diri saya, situasi yang saya alami,” katanya.

    Ia menyimpulkan bahwa video tersebut mungkin merupakan momen terakhir yang akan dilihat keluarganya, dan mungkin itu satu-satunya yang tersisa darinya bagi orang tua dan anak-anaknya. 

    Sementara itu, Brigade Qassam mengakhiri video tersebut dengan sebuah pesan yang berbunyi, “Mereka tidak akan dibebaskan kecuali melalui kesepakatan. Waktu hampir habis.”

    Video tersebut muncul saat kabinet keamanan Israel bersiap menyetujui keputusan untuk memperluas operasi militer di Jalur Gaza, meskipun adanya penentangan di dalam Israel.

    Selama perayaan Hari Kemerdekaan, Netanyahu menegaskan ia akan melanjutkan perang hingga kembalinya semua tawanan, baik yang hidup maupun yang mati, dan hingga Hamas dihancurkan. 

    Sementara itu, Kepala Staf tentara Israel Eyal Zamir mengatakan tentara siap mengaktifkan kekuatan di Jalur Gaza.

    Mediator Qatar dan Mesir masih berupaya untuk menengahi perbedaan pandangan antara Israel dan Hamas untuk mencapai perjanjian gencatan senjata tahap kedua.

    Sebelumnya, sencatan senjata tahap pertama disetujui pada 19 Januari 2025, yang berlangsung selama 42 hari dan berhasil membebaskan 33 sandera Israel dan ribuan warga Palestina.

    Namun, di tengah upaya pembicaraan untuk tahap kedua, Israel melanggar perjanjian tersebut dengan kembali meluncurkan serangan ke Jalur Gaza mulai 18 Maret 2025.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Israel Bunuh dan Bungkam Jurnalis di Gaza

    Israel Bunuh dan Bungkam Jurnalis di Gaza

    GELORA.CO – Ketika semua negara memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia, para jurnalis Palestina di Jalur Gaza terus menjalankan tugas profesional dan kemanusiaan mereka untuk meliput perang genosida yang dilakukan Israel sejak 7 Oktober 2023, meski menghadapi serangan bom, menjadi sasaran penembak jitu, hingga penangkapan.

    Semua itu terjadi di tengah keheningan yang memekakkan dari komunitas internasional dan lembaga-lembaga global yang seharusnya peduli pada hak-hak jurnalis. Keheningan tersebut, menurut lembaga-lembaga pemerintahan dan hak asasi manusia, justru mendorong Israel untuk terus melakukan pelanggaran.

    Sejak awal agresi, Israel telah membunuh 212 jurnalis Palestina –termasuk 13 jurnalis perempuan– dalam serangkaian serangan yang disebut Kantor Media Pemerintah Gaza sebagai ‘pembunuhan yang disengaja’.

    Angka itu merupakan jumlah kematian jurnalis tertinggi secara global sejak pencatatan dimulai pada 1992, menurut Pusat Hak Asasi Manusia Palestina per 26 April lalu.

    Meski organisasi hak asasi manusia dan badan-badan PBB kerap mengutuk serangan terhadap jurnalis di Jalur Gaza, mereka belum menunjukkan tindakan nyata untuk melindungi atau menjamin hak kebebasan pers bagi jurnalis.

    Seperti 2,4 juta warga Gaza lainnya yang telah 18 tahun hidup dalam blokade Israel, para jurnalis Gaza dan keluarganya juga menghadapi bahaya besar: dari serangan langsung, penangkapan, hingga perjuangan sehari-hari melawan kelaparan, kehausan, dan keterbatasan layanan medis.

    Pada 18 April lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan turut mengecam diamnya lembaga-lembaga media internasional atas pembunuhan jurnalis dan mengkritik pasifnya para pembela HAM terhadap pembantaian anak-anak di Gaza oleh Israel.

    Korban Kemanusiaan

    Hingga 25 April 2025, tentara Israel telah membunuh 212 jurnalis di Gaza dalam rangkaian serangan terhadap warga sipil. Menurut pernyataan Kantor Media Pemerintah Gaza, seluruh kematian itu terjadi sejak 7 Oktober 2023.

    Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail Al-Thawabta, kepada Anadolu Agency menyampaikan bahwa para korban mencakup jurnalis lokal, reporter kantor berita, hingga koresponden media internasional.

    Ia menambahkan bahwa Israel juga melukai 409 jurnalis, menangkap 48 orang, serta membunuh 21 aktivis media terkemuka yang dikenal aktif di media sosial.

    Al-Thawabta menyebut Israel juga menargetkan keluarga para jurnalis, termasuk membunuh anggota 28 keluarga media serta menghancurkan 44 rumah jurnalis –baik secara total maupun sebagian.

    Ia menyebut penargetan jurnalis tersebut sebagai ‘kejahatan yang disengaja dan tergolong kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan’, yang bertujuan ‘membungkam kebenaran dan menghalangi dokumentasi atas genosida dan pembersihan etnis’ yang terus berlangsung terhadap warga sipil Palestina.

    Ia juga mengutuk pembunuhan jurnalis, pengeboman kantor media, serta berbagai pembatasan peliputan sebagai ‘pelanggaran nyata’ terhadap Konvensi Jenewa dan hukum humaniter internasional, yang dengan tegas menjamin perlindungan jurnalis di wilayah konflik.

    Kerugian Finansial

    Menurut Al-Thawabta, sektor media di Gaza telah mengalami kerugian awal yang diperkirakan mencapai US$400 juta (sekitar Rp6,59 triliun) sejak awal agresi Israel yang telah berlangsung lebih dari 19 bulan.

    Kerugian itu mencakup kehancuran lembaga-lembaga media dan peralatannya, termasuk stasiun televisi, saluran radio, kantor berita, dan pusat pelatihan media.

    Sebanyak 12 kantor media cetak dan 23 media daring hancur sebagian atau sepenuhnya. Selain itu, 11 stasiun radio dan 16 saluran TV –empat media lokal dan 12 internasional– juga menjadi target serangan.

    Lima percetakan besar dan 22 percetakan kecil juga hancur, begitu pula lima serikat profesional dan hukum yang berkaitan dengan kebebasan media.

    Kendati kehancuran dan jatuhnya korban jiwa, sebanyak 143 lembaga media masih tetap beroperasi di Gaza.

    Sejak awal perang, pasukan Israel juga menargetkan kendaraan siaran, pemancar, puluhan kamera, dan kendaraan bertanda ‘PRESS’ secara terang-terangan.

    “Berbicara soal kebebasan pers menjadi tidak berarti selama dunia terus bungkam atas pembunuhan sistematis terhadap jurnalis,” tegas Al-Thawabta pada peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia.

    “Kami sampaikan kepada dunia, kebebasan pers tidak diukur dari pidato atau pernyataan, tetapi dari kemampuan dunia melindungi jurnalis dan memberi mereka hak untuk meliput dengan bebas,” tambahnya.

    Penargetan yang Disengaja

    Pada 26 April lalu, Pusat Hak Asasi Manusia Palestina menuduh Israel ‘dengan sengaja’ membunuh jurnalis di Gaza sebagai upaya intimidasi dan pencegahan terhadap peliputan realitas perang.

    Lembaga independen itu menyebut peningkatan pembunuhan jurnalis menunjukkan jelas bahwa ‘niat utamanya adalah membungkam kebenaran dan menutupi kejahatan’ terhadap warga sipil Gaza.

    Menurut laporan mereka, sebagian besar jurnalis tewas dalam serangan udara, sementara lainnya ditembak oleh penembak jitu.

    Pusat HAM tersebut menegaskan bahwa pembunuhan jurnalis secara sengaja merupakan ‘kejahatan perang di bawah yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)’, sesuai Pasal 8 Statuta Roma.

    Lembaga itu juga memperingatkan bahwa impunitas Israel akan mendorong lebih banyak kejahatan terhadap jurnalis dan keluarga mereka.

    Mereka menyerukan komunitas internasional untuk melindungi warga sipil di Gaza dan mendesak Jaksa ICC, Karim Khan, agar segera mengambil langkah konkret dalam menyelidiki kejahatan di Palestina –terutama pembunuhan jurnalis yang telah membayar harga tertinggi demi mengungkap kebenaran.

    Hari Kebebasan Pers Sedunia ditetapkan melalui resolusi PBB pada 20 Desember 1993, dan diperingati setiap tanggal 3 Mei.

  • Israel Makin Kejam, 9.000 Anak di Gaza Alami Kelaparan Akut

    Israel Makin Kejam, 9.000 Anak di Gaza Alami Kelaparan Akut

    Jakarta, CNBC Indonesia – United Nations Children’s Fund (UNICEF) mengungkap ada lebih dari 9.000 anak dirawat karena mengalami kekurangan gizi akut sejak awal 2025. Kondisi yang mengenaskan ini terjadi karena Israel menutup jalur pasokan makanan, air, dan pasokan penting lainnya ke wilayah pesisir yang dikepung dan dibombardir itu.

    Laporan Al Jazeera menyebut, situasi semakin memburuk sejak Israel memberlakukan blokade total di Gaza pada awal Maret.

    Foto: REUTERS/Mohammed Salem
    Palestinian children pull water containers as people flee Rafah after Israeli forces launched a ground and air operation in the eastern part of the southern Gaza city, amid the ongoing conflict between Israel and Hamas, in the southern Gaza Strip May 9, 2024. REUTERS/Mohammed Salem TPX IMAGES OF THE DAY

    “Selama dua bulan, anak-anak di Jalur Gaza menghadapi pemboman tanpa henti sementara mereka tidak memperoleh barang-barang penting, layanan, dan perawatan yang menyelamatkan nyawa,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell dalam sebuah pernyataan.

    “Dengan berlalunya blokade bantuan setiap hari, mereka menghadapi risiko kelaparan, penyakit, dan kematian yang semakin meningkat – tidak ada yang dapat membenarkan hal ini.”

    Israel telah memblokir semua bantuan kemanusiaan agar tidak sampai ke warga Palestina di Gaza sejak 2 Maret, yang memicu kecaman internasional.

    Program Pangan Dunia PBB mengatakan pada pekan lalu bahwa persediaan makanannya telah menipis di tengah blokade tersebut. Badan tersebut juga memperingatkan bahwa dapur umum yang menjadi andalan ribuan warga Palestina akan terpaksa ditutup.

    “Kami tidak bertanya apakah makanannya bergizi atau tidak, apakah segar atau enak; itu kemewahan bagi kami. Kami hanya ingin mengisi perut anak-anak kami,” kata warga Palestina yang mengungsi baru-baru ini kepada Amnesty International. “Saya tidak ingin anak saya mati kelaparan.”

    Pemerintah Israel mengatakan blokade tersebut dimaksudkan untuk menekan kelompok Palestina Hamas agar membebaskan tawanan yang ditahan di Gaza. Namun, blokade tersebut tidak menghasilkan pembebasan lebih lanjut sejak gencatan senjata singkat awal tahun ini, yang mengakibatkan pertukaran tahanan Palestina dengan tawanan Israel.

    Sementara itu, pejabat Hamas Abdel Rahman Shadid pada hari Jumat menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai “senjata perang yang disengaja” terhadap warga Palestina.

    “Anak-anak meninggal karena kekurangan susu, bukan hanya karena bom,” kata Shadid dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di saluran Telegram kelompok tersebut.

    (hsy/hsy)

  • Kapalnya yang Jalani Misi ke Gaza Diserang Drone, Freedom Flotilla Coalition Minta Dukungan ke Israel Diakhiri

    Kapalnya yang Jalani Misi ke Gaza Diserang Drone, Freedom Flotilla Coalition Minta Dukungan ke Israel Diakhiri

    JAKARTA – Kelompok organisasi non-pemerintah internasional Freedom Flotilla Coalition meminta dukungan terhadap Israel diakhiri, setelah kapal yang menjalani misi kemanusiaan yang digelarnya mengalami serangan drone langsung di perairan internasional, lepas pantai Malta pada Jumat dini hari.

    Dalam unggahan di situsnya LSM tersebut mengatakan, kapal bernama Conscience sedianya menjalani misi membawa bantuan kemanusiaan dan relawan dari berbagai negara ke Jalur Gaza, Palestina.

    “Pada pukul 00:23 waktu Malta, Conscience, kapal Freedom Flotilla Coalition diserang langsung di perairan internasional. Freedom Flotilla Coalition telah mengorganisasi aksi damai di bawah pengawasan media untuk menghindari potensi sabotase. Relawan dari lebih dari 21 negara melakukan perjalanan ke Malta untuk menaiki misi ke Gaza, termasuk tokoh-tokoh terkemuka,” kata organisasi itu di webnya seperti dikutip Jumat, 2 Mei.

    Lebih jauh dikatakan, drone bersenjata menyerang bagian depan kapal dua kali, menyebabkan kebakaran dan kebocoran besar di lambung kapal. Komunikasi terakhir pada dini hari tanggal 2 Mei, menunjukkan drone masih mengitari kapal.

    LSM itu mengungkapkan, kapal yang berada di perairan internasional di lepas pantai Malta itu mengeluarkan sinyal marabahaya SOS segera setelah serangan tersebut.

    Sebuah kapal dari Siprus Selatan diberangkatkan tetapi tidak memberikan dukungan listrik penting yang dibutuhkan.

    BREAKING: At 00:23 Maltese time, a #FreedomFlotilla ship was subjected to a drone attack. The front of the vessel was targeted twice, resulting in a fire and a breach in the hull. The ship is currently located in international waters near #Malta. An #SOS distress signal was sent. pic.twitter.com/J6oEQafuOb

    — Freedom Flotilla Coalition (@GazaFFlotilla) May 2, 2025

    Freedom Flotilla Coalition mengatakan, serangan drone tersebut diduga sengaja menargetkan generator kapal, membuat awak kapal tanpa listrik dan menempatkan kapal pada risiko besar tenggelam.

    Di atas kapal tersebut terdapat aktivis hak asasi manusia internasional yang sedang menjalankan misi kemanusiaan tanpa kekerasan untuk menentang pengepungan ilegal dan mematikan yang dilakukan Israel di Gaza, dan untuk mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan dan menyelamatkan nyawa, kata organisasi itu.

    “Duta besar Israel harus dipanggil dan bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional, termasuk blokade yang sedang berlangsung dan pemboman kapal sipil kami di perairan internasional,” kata organisasi itu, menuding Israel berada di balik serangan tersebut.

    Lebih lanjut, Freedom Flotilla Coalition meminta masyarakat internasional mengutuk agresi terhadap kapal bantuan kemanusiaan tak bersenjata, menuntut otoritas Malta segera bertindak.

    “Semua negara mengakhiri dukungan politik, finansial, dan militer terhadap pengepungan, blokade, pendudukan dan apartheid ilegal Israel,” seru organisasi itu.

    Terpisah, Pemerintah Malta mengatakan otoritas maritim telah menerima panggilan mayday dari sebuah kapal yang melaporkan kebakaran tak lama setelah tengah malam waktu setempat, dikutip dari Reuters.

    Kapal itu berada di luar perairan teritorial dan memiliki 12 awak kapal dan empat warga sipil di dalamnya, kata Pemerintah Malta.

    Sebuah kapal tunda di dekatnya menuju ke lokasi kejadian dan meluncurkan operasi pemadaman kebakaran dan sebuah kapal patroli Malta diberangkatkan. Setelah beberapa jam, kapal dan awaknya aman, kata pemerintah, seraya menambahkan awak kapal menolak untuk menaiki kapal tunda tersebut.

    Sementara itu, Kementerian luar negeri Israel tidak segera membalas permintaan komentar Reuters.

    Jauh sebelumnya, kapal koalisi lain yang menjalankan misi serupa ke Gaza pada tahun 2010 dihentikan dan dinaiki oleh pasukan Israel, menyebabkan sembilan aktivis tewas. Kapal lain juga telah dihentikan dan dinaiki, tanpa korban jiwa.

  • Israel Terus Gempur Gaza, 42 Orang Tewas dalam Sehari

    Israel Terus Gempur Gaza, 42 Orang Tewas dalam Sehari

    Gaza

    Israel kembali melancarkan serangan di Gaza, Palestina. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel menewaskan sedikitnya 42 orang pada hari Jumat.

    Dilansir AFP, Sabtu (3/5/2025), Israel melanjutkan kampanye militernya di Jalur Gaza pada tanggal 18 Maret setelah gagalnya gencatan senjata yang sebagian besar menghentikan pertempuran.

    Sembilan orang tewas ketika serangan udara Israel menghantam sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah. Hal itu diungkap oleh pejabat pertahanan sipil Mohammed al-Mughayyir kepada AFP.

    Rekaman AFP setelah serangan di kamp Bureij menunjukkan warga Palestina mencari korban di reruntuhan bangunan yang rata dengan tanah.

    “Mereka tidak memberi kami peringatan, tidak ada panggilan telepon — kami terbangun tengah malam karena asap, puing-puing, batu, dan pecahan peluru menghujani kami,” kata warga bernama Mohammed al-Sheikh, yang berdiri di antara lempengan beton yang runtuh.

    “Kami mengeluarkan para martir — tubuh dan anggota tubuh dari bawah reruntuhan,” imbuhnya.

    Sementara itu, badan pertahanan sipil melaporkan, di Kota Gaza, serangan terhadap dapur umum merenggut nyawa enam orang lagi. Di seluruh Jalur Gaza, sedikitnya 21 kematian lainnya dilaporkan dalam serangan serupa.

    Kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada hari Kamis bahwa sedikitnya 2.326 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan kampanyenya di Gaza, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak perang pecah menjadi 52.418.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa telah berulang kali memperingatkan tentang skala bencana kemanusiaan di lapangan, dengan kelaparan yang kembali mengancam.

    Pada hari Jumat, Komite Palang Merah Internasional mengatakan tanggapan kemanusiaan di Gaza berada di ambang kehancuran total.

    “Situasi ini tidak boleh — dan tidak dapat — dibiarkan memburuk lebih lanjut,” kata wakil direktur operasinya, Pascal Hundt, dalam sebuah pernyataan.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sirene Meraung-raung di Utara, Warga Israel Kocar-kacir, Houthi Tembakkan Rudal Balistik ke Israel – Halaman all

    Sirene Meraung-raung di Utara, Warga Israel Kocar-kacir, Houthi Tembakkan Rudal Balistik ke Israel – Halaman all

    Sirene Meraung-raung di Utara, Warga Israel Kocar-kacir, Houthi Tembakkan Rudal Balistik ke Israel

    TRIBUNNEWS.COM- Pasukan Pertahanan Israel mengonfirmasi pada hari Jumat bahwa mereka telah mencegat rudal balistik yang diluncurkan dari Yaman oleh pejuang Houthi, yang memicu sirene serangan udara di sebagian besar Israel utara, termasuk Haifa, kota terbesar ketiga di negara itu.

    Rudal tersebut terdeteksi dalam perjalanan menuju wilayah Israel dan dijatuhkan sebelum melintasi perbatasan. 

    Menurut IDF, intersepsi tersebut dilakukan sesuai dengan protokol pertahanan udara, dan tidak ada korban luka atau kerusakan langsung akibat serangan itu sendiri yang dilaporkan.

    Namun, puing-puing yang jatuh akibat intersepsi tersebut menembus atap sebuah gedung di Kibbutz Mishmar Ha’emek di Israel utara. 

    Untungnya, tidak ada seorang pun di dalam gedung pada saat itu dan tidak ada korban jiwa.

    Sirene dibunyikan di sebagian besar wilayah Israel utara sebagai bagian dari prosedur standar dalam pencegatan rudal. 

    Pejuang Houthi, yang telah melancarkan sejumlah serangan rudal jarak jauh dan pesawat nirawak sejak perang di Gaza dimulai, belum mengklaim bertanggung jawab atas peluncuran ini.

    Houthi tembakkan dua rudal ke Israel, yang memicu bunyi sirene di Haifa dan di wilayah utara

    Proyektil pertama dari Yaman ditembak jatuh, proyektil kedua belum jelas apakah berhasil dicegat, kata militer; kerusakan ringan terjadi di sebuah gedung.

    Houthi di Yaman diklaim Israel pada hari Jumat menembakkan dua rudal balistik ke Israel, setidaknya satu di antaranya dicegat sebelum mencapai wilayah Israel, kata militer.

    Rudal pertama memicu sirene sekitar pukul 5:30 pagi di Haifa dan di seluruh Israel utara. Pasukan Pertahanan Israel mengatakan rudal itu ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara.

    Puing-puing dari intersepsi rudal menembus atap gedung di Kibbutz Mishmar Ha’emek, menyebabkan beberapa kerusakan.

    Rudal kedua juga memicu sirene di Haifa dan wilayah utara, tepat setelah pukul 1:30 siang

    IDF mengatakan rudal pencegat diluncurkan untuk menjatuhkan proyektil kedua, tetapi keberhasilan upaya tersebut masih dalam penyelidikan. Tidak ada laporan tentang dampaknya.

    Tidak ada korban luka dalam kedua serangan itu, kecuali seorang berusia 40 tahun yang terluka ringan setelah terjatuh saat berlari ke tempat perlindungan bom, kata petugas medis.

    Serangan itu merupakan kedua dan ketiga kalinya rudal dari Yaman memicu sirene di wilayah utara.

    Setelah serangan pertama, juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, mengklaim bahwa rudal tersebut diluncurkan ke Pangkalan Udara Ramat David di Israel utara, barat daya Nazareth.

    Dalam kedua serangan tersebut, sebelum sirene berbunyi sekitar enam menit, peringatan peringatan dini dikeluarkan ke wilayah yang luas di Israel utara, memperingatkan warga sipil tentang serangan rudal jarak jauh melalui pemberitahuan push di ponsel mereka.

    Sistem peringatan baru , yang baru-baru ini diaktifkan, menghadapi masalah awal karena tidak mengirimkan peringatan atau mengirimkan peringatan ke area yang lebih luas daripada jangkauan sirene. 

    Peringatan dini hari Jumat lebih akurat daripada upaya sebelumnya untuk menggunakan sistem tersebut.

    Sejak 18 Maret, ketika IDF melanjutkan Genosida di Jalur Gaza, Houthi di Yaman telah meluncurkan sekitar 25 rudal balistik dan beberapa pesawat nirawak ke Israel. 

    Sekitar setengah dari rudal tersebut yang memicu sirene di negara itu dan ditembak jatuh, sementara yang lainnya gagal.

    Sirene sering kali membuat ratusan ribu warga Israel kocar-kacir berlarian ke tempat perlindungan sepanjang malam, yang menyebabkan sejumlah orang cedera dalam perebutan tersebut. 

    Sirene merupakan tindakan pencegahan terhadap jatuhnya puing-puing dari intersepsi yang terkadang menyebabkan cedera.

    Dalam beberapa minggu terakhir, Amerika Serikat telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Yaman terhadap Houthi, yang menargetkan kepemimpinan dan infrastruktur mereka.

     

    SUMBER: THE MEDIA LINE, TIMES OF ISRAEL

  • Afrika Selatan Mengatakan Pemboman Terbaru Israel di Gaza Melanggar Hukum Internasional – Halaman all

    Afrika Selatan Mengatakan Pemboman Terbaru Israel di Gaza Melanggar Hukum Internasional – Halaman all

    Afrika Selatan Mengatakan Pemboman Terbaru Israel di Gaza Melanggar Hukum Internasional

    TRIBUNNEWS.COM- Afrika Selatan mengatakan bahwa pemboman terbaru Israel di Jalur Gaza adalah “skala yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan melanggar hukum internasional, kantor berita Anadolu  melaporkan.

    Pelanggaran hukum humaniter internasional oleh Israel meliputi “secara terang-terangan menargetkan personel kemanusiaan, menghalangi bantuan kemanusiaan, penolakan layanan dasar, makanan, dan air sebagai senjata perang, serta penghancuran infrastruktur Gaza secara serampangan,” utusan PBB Mathu Joyini mengatakan kepada Dewan Keamanan.

    Ia mengatakan “pendekatan brutal” Israel menunjukkan pengabaian terhadap upaya gencatan senjata, sehingga menimbulkan kekhawatiran adanya niat genosida dan pelanggaran tambahan.

    “Harus ada pertanggungjawaban atas semua kekejaman, genosida yang sedang berlangsung, pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan perang yang dilakukan terhadap rakyat Palestina,” kata Joyini.

    Ia mendesak negara-negara anggota dan pihak-pihak lain untuk membaca laporan publik Afrika Selatan yang diserahkan kepada Dewan Keamanan, yang mendokumentasikan bukti tindakan genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

    “Tidak ada satu negara pun yang boleh melanggar hukum internasional dan pada saat yang sama meminta negara lain untuk mematuhinya,” kata Joyini.

    Dewan harus “bertindak sekarang,” katanya. “Kita harus tegas dalam tekad kita untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional, tanpa kecuali.”

    Setelah Afrika Selatan mengajukan proses hukum di Mahkamah Internasional (ICJ) terhadap Israel atas pelanggaran Konvensi Genosida 1948 di Gaza, beberapa negara bergabung dalam kasus tersebut termasuk Kolombia, Kuba, Libya, Meksiko, Spanyol, Belize, dan Türkiye.

    Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) secara terpisah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.​​​​​​​​

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • WHO Kecam Keras Serangan Israel, Kondisi Anak-anak di Gaza Bikin Merinding

    WHO Kecam Keras Serangan Israel, Kondisi Anak-anak di Gaza Bikin Merinding

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam serangan Israel yang memicu situasi mengerikan di Gaza pada Kamis (1/5/2025). Para pejabat di organisasi tersebut menyuarakan kemarahan bahwa dunia seperti membiarkan kekejaman itu terus berlanjut.

    “Kita harus bertanya pada diri sendiri, berapa banyak darah yang cukup untuk memenuhi tujuan politik apapun,” ungkap Direktur Darurat WHO Mike Ryan, dikutip dari Channel News Asia.

    “Kita menghancurkan tubuh dan pikiran anak-anak Gaza. Kita membuat anak-anak Gaza kelaparan, karena jika kita tidak melakukan sesuatu tentang hal itu, kita terlibat dalam apa yang sedang terjadi,” sambungnya.

    Israel secara ketat mengendalikan semua aliran bantuan internasional yang penting bagi 2,4 juta warga Palestina di Jalur Gaza.

    Israel menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza pada 2 Maret. Itu dilakukan beberapa hari setelah runtuhnya gencatan senjata yang secara signifikan mengurangi permusuhan usai 15 bulan perang.

    Sejak dimulainya blokade, PBB telah berulang kali memperingatkan tentang bencana kemanusiaan di lapangan, dengan kelaparan yang kembali mengancam.

    Berdasarkan laporan Program Pangan Dunia (WFP) PBB, mereka telah mengirimkan stok makanan terakhir yang tersisa ke dapur-dapur di sana.

    Kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada Kamis bahwa sedikitnya 2.326 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan serangan, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak perang naik menjadi 52.418.

    Ryan menunjuk pada lebih dari 1.000 anak di Gaza yang kehilangan anggota tubuh. Ribuan anak mengalami cedera tulang belakang, cedera kepala parah yang tidak akan pernah bisa disembuhkan, serta kondisi psikologis yang mengkhawatirkan.

    “Kita menyaksikan ini terjadi di depan mata kita sendiri, dan kita tidak melakukan apapun untuk mengatasinya,” tegas Ryan.

    Berbicara di hadapan para ahli dan jurnalis WHO lainnya yang berkumpul di kantor pusat badan tersebut di Jenewa, Ryan mengungkapkan kemarahannya.

    “Sebagai seorang dokter, saya marah pada diri sendiri karena tidak berbuat cukup banyak. Saya marah pada semua orang di sini,” terang dia.

    “Ini tidak bisa terus berlanjut… Ini adalah kekejian,” pungkasnya.

    (sao/naf)