Negara: Jalur Gaza

  • Netanyahu Bikin Ulah Lagi, Perintahkan IDF ‘Basmi’ Hamas dan Duduki Gaza Selamanya – Halaman all

    Netanyahu Bikin Ulah Lagi, Perintahkan IDF ‘Basmi’ Hamas dan Duduki Gaza Selamanya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyetujui untuk mengerahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di wilayah mana pun di Jalur Gaza, Senin (5/5/2025).

    Benjamin Netanyahu mengatakan, setelah kabinet keamanan memberikan suara, ia akan segera mengesahkan operasi intensif di Gaza.

    Selain menduduki Gaza selamanya, Benjamin Netanyahu juga memerintahkan IDF untuk “membasmi Hamas”.

    “Ini adalah rekomendasi dari Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir — untuk bergerak, seperti yang dia katakan, menuju kekalahan Hamas,” kata Netanyahu, dikutip dari The Times of Israel.

    Netanyahu mengatakan, operasi intensif bernama Gideon Chariots ini juga memiliki tujuan untuk menyelamatkan sandera yang tersisa.

    “Ia yakin ini juga akan membantu kami menyelamatkan para sandera di sepanjang jalan,” ujar Netanyahu.

    “Kami tidak akan membicarakan rinciannya karena kami sudah berbicara secara rinci tentang kedua hal ini: apa yang kami lakukan untuk para sandera, dan apa yang kami lakukan untuk mengalahkan (Hamas),” tambahnya.

    “Satu hal yang jelas — kami tidak akan masuk dan keluar (dari Gaza) hanya untuk memanggil pasukan cadangan agar mereka datang dan merebut wilayah, kami akan menarik diri dari wilayah tersebut, dan melakukan penyerbuan terhadap apa yang tersisa. Itu bukan tujuannya. Apa tujuan kami? Sebaliknya,” pungkasnya.

    Sementara itu, juru bicara IDF, Brigjen Effie Defrin, mengatakan tujuan operasi intensif ini adalah pengembalian sandera dan kekalahan kekuasaan Hamas.

    Serangan ini, ungkap Defrin, akan mencakup serangan berskala luas dan pergerakan mayoritas penduduk Jalur Gaza.

    Defrin mengatakan IDF akan menerapkan “model Rafah”, di mana seluruh infrastruktur Hamas dihancurkan dan wilayah tersebut dinyatakan sebagai bagian zona penyangga Israel, di bagian lain Jalur Gaza.

    Tak hanya merebut Gaza dan mengalahkan Hamas, operasi intensif ini juga untuk merelokasi warga Palestina yang masih berada di Gaza.

    Operasi ini akan berlaku setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump selesai mengunjungi Timur Tengah pada minggu ini.

    Trump akan melakukan perjalanan ke Timur Tengah mulai Senin untuk kunjungan tiga hari ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.

    Dilansir Axios, Trump saat ini tidak diharapkan untuk mengunjungi Israel.

    Para pejabat AS dan Israel mengatakan perang yang sedang berlangsung di Gaza adalah alasan utamanya.

    “Tidak ada hal baik yang bisa dihasilkan dari kunjungan ke Israel saat ini,” kata seorang pejabat AS.

    Pejabat AS dan Arab yang terlibat dalam persiapan perjalanan tersebut mengatakan Gaza bukanlah prioritas utama bagi Trump, dan ia diharapkan untuk fokus pada isu bilateral dan investasi.

    “Pandangan seputar kunjungan Presiden Trump ke wilayah tersebut dalam konteks perang di Gaza sangat buruk.”

    “Ia membuat gebrakan besar dengan mendorong gencatan senjata sebelum pelantikannya dan berhasil melakukannya, tetapi tiga bulan kemudian situasi di Gaza memburuk,” kata seorang pejabat Arab.

    Nasib Gaza Pascaperang Belum Jelas

    Israel belum memberikan visi yang jelas untuk Gaza pascaperang setelah kampanye yang telah menggusur sebagian besar penduduk Gaza dan membuatnya bergantung pada pasokan bantuan yang telah berkurang dengan cepat sejak blokade.

    Para menteri Israel mengatakan, penyaluran bantuan tidak dapat diserahkan kepada organisasi internasional yang dituduh membiarkan Hamas menyita pasokan yang ditujukan bagi warga sipil.

    Sebaliknya, para pejabat telah melihat rencana bagi kontraktor swasta untuk menangani distribusi, melalui apa yang digambarkan PBB sebagai pusat-pusat Israel.

    Pada hari Senin, Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, mengatakan di X, Israel menuntut PBB dan organisasi non-pemerintah untuk menutup sistem distribusi bantuan mereka di Gaza.

    Keputusan untuk memperluas operasi tersebut langsung dipuji oleh kelompok garis keras pemerintah Israel yang telah lama mendesak pengambilalihan penuh Jalur Gaza oleh Israel dan pemindahan permanen penduduk, sejalan dengan rencana “Riviera” yang digariskan oleh Trump pada bulan Februari.

    “Kami akhirnya akan menaklukkan Gaza. Kami tidak lagi takut dengan kata ‘pendudukan’,” kata Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, dikutip dari Reuters.

    Namun, jajak pendapat menunjukkan publik Israel semakin menginginkan kesepakatan untuk membawa kembali 59 sandera yang masih ditawan di Gaza dan ada adegan kemarahan di luar parlemen dengan puluhan pengunjuk rasa yang bentrok dengan polisi.

    “Semua keluarga sudah lelah,” kata Ruby Chen, yang putranya Itay tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    “Semua keluarga takut dengan manuver baru ini karena tidak ada jaminan bahwa ini akan membawa kita ke tempat yang diinginkan keluarga,” lanjutnya.

    Dengan Israel menghadapi ancaman dari Houthi di Yaman, Suriah yang tidak stabil di sebelahnya, dan situasi yang tidak stabil di Tepi Barat yang diduduki, kapasitas untuk operasi militer jangka panjang juga menghadapi kendala yang semakin besar.

    Kepala Staf IDF, Letjen Eyal Zamir, mengatakan pada hari Minggu, militer telah mulai mengeluarkan puluhan ribu perintah panggilan untuk prajurit cadangan.

    Seorang juru bicara pemerintah mengatakan tentara cadangan dikerahkan untuk memperluas operasi di Gaza, bukan untuk mendudukinya.

    Zamir telah menepis seruan garis keras pemerintah yang ingin menghentikan bantuan sepenuhnya dan telah mengatakan kepada para menteri, bantuan harus segera diberikan, menurut lembaga penyiaran publik Israel, Kan.

    (*)

  • Israel Perluas Serangan ke Gaza, PBB Khawatirkan Warga Sipil

    Israel Perluas Serangan ke Gaza, PBB Khawatirkan Warga Sipil

    Jakarta

    Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana militer untuk memperluas serangan ke wilayah Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mengkhawatirkan rencana tersebut.

    Dilansir AFP, Selasa (6/5/2025), PBB telah berulang kali memperingatkan tentang bencana kemanusiaan dengan kelaparan usai dua bulan Israel memblokade bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Juru Bicara PBB Farhan Haq mengatakan Sekjen PBB Antonio Guterres khawatir dengan rencana terbaru Israel.

    Dia mengatakan Sekjen PBB “khawatir” oleh rencana Israel yang “pasti akan menyebabkan lebih banyak warga sipil terbunuh dan kehancuran Gaza lebih lanjut”.

    “Gaza harus tetap, menjadi bagian integral dari negara Palestina di masa depan,” kata juru bicara Farhan Haq.

    Salah satu pejabat keamanan senior Israel mengatakan bahwa “komponen utama dari rencana tersebut adalah evakuasi besar-besaran seluruh penduduk Gaza dari zona pertempuran… ke wilayah di Gaza selatan”.

    Juru bicara militer Effie Defrin mengatakan serangan yang direncanakan akan mencakup “pemindahan sebagian besar penduduk Jalur Gaza… untuk melindungi mereka”.

    Hampir semua dari 2,4 juta penduduk Jalur Gaza telah mengungsi setidaknya sekali selama perang, yang dipicu oleh serangan militan Hamas pada Oktober 2023 terhadap Israel.

    Bagi warga Palestina, pemindahan paksa apa pun membangkitkan kenangan akan “Nakba”, atau bencana — pemindahan massal dalam perang yang menyebabkan pembentukan Israel pada tahun 1948.

    Uni Eropa menyuarakan kekhawatiran dan mendesak Israel menahan diri, dengan mengatakan rencana itu “akan mengakibatkan lebih banyak korban dan penderitaan bagi rakyat Palestina”.

    ‘Lihat juga Video: Demo di Israel Memanas Usai Deklarasi Serangan Intensif ke Gaza’

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Siap Gandeng Erdogan Akhiri Konflik Ukraina dan Rusia

    Trump Siap Gandeng Erdogan Akhiri Konflik Ukraina dan Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan siap bekerja sama dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina. Kedua pemimpin itu sempat berbincang melalui sambungan telepon.

    Trump melalui jejaring sosial Truth Social miliknya mengatakan bahwa Erdogan juga telah mengundangnya untuk mengunjungi Turki. Undangan balasan agar pemimpin Turki itu ke Washington juga disiapkan.

    “Saya berharap dapat bekerja sama dengan Presiden Erdogan untuk mengakhiri perang yang konyol namun mematikan antara Rusia dan Ukraina — Sekarang!,” tulis Trump dilansir AFP, Selasa (6/5/2025).

    Trump, yang berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 24 jam setelah memulai masa jabatan keduanya pada bulan Januari, telah mendesak Kyiv dan Moskow untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    Turki, anggota NATO, telah berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan kedua tetangganya di Laut Hitam tersebut sejak invasi Rusia dan telah dua kali menjadi tuan rumah pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri perang.

    Kedua pemimpin tersebut juga membahas tentang Suriah hingga Gaza. Trump menyebut percakapan teleponnay dengan Erdogan sebagai hal produktif.

    Trump mengatakan bahwa ia dan Erdogan memiliki hubungan yang sangat baik selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden AS dari tahun 2017 hingga 2021.

    Washington mengatakan bahwa normalisasi atau pencabutan sanksi apa pun setelah penggulingan Bashar al-Assad pada bulan Desember akan bergantung pada kemajuan yang dapat diverifikasi oleh otoritas baru Suriah mengenai prioritas termasuk tindakan melawan “teror.”

    Erdogan juga berterima kasih kepada Trump atas “pendekatannya untuk mengakhiri perang,” dengan pernyataan yang menyebutkan Ukraina, Gaza, dan negosiasi tentang Iran.

    Ia mengangkat isu Jalur Gaza yang dilanda perang. Erdogan memberi tahu Trump bahwa bantuan kemanusiaan harus “dikirim ke Gaza tanpa gangguan.”

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas: Israel Tak Akan Sukses Duduki Gaza, Perlawanan Semakin Kuat – Halaman all

    Hamas: Israel Tak Akan Sukses Duduki Gaza, Perlawanan Semakin Kuat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin senior Gerakan Perlawanan Palestina Hamas, Mahmoud al-Mardawi, menegaskan bahwa rencana Israel untuk menduduki seluruh Jalur Gaza tidak akan berhasil dan perlawanan rakyat Palestina akan terus menguat.

    Menurutnya, ancaman Israel itu hanyalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk menghancurkan semangat rakyat Palestina, memaksa mereka menyerahkan hak-hak mereka, dan meninggalkan tempat-tempat suci mereka, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Pernyataan ini muncul setelah bocoran yang mengungkapkan bahwa pemerintah Israel telah menyetujui rencana besar untuk menduduki Jalur Gaza sepenuhnya. 

    Media Israel melaporkan bahwa rencana tersebut mencakup perluasan operasi militer di seluruh wilayah Gaza hingga mencapai kendali penuh. 

    Sehari sebelumnya, Kepala Staf Israel Eyal Zamir mengumumkan bahwa puluhan ribu panggilan cadangan telah dikeluarkan untuk menghadapi operasi tempur yang diperluas.

    Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, al-Mardawi menegaskan bahwa Hamas tidak akan menerima penyelesaian apa pun yang gagal memenuhi tuntutan utama rakyat Palestina.

    Tuntutan tersebut mencakup pembebasan semua tawanan Israel yang ditahan oleh kelompok perlawanan, gencatan senjata total, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dimulainya proses rekonstruksi pasca-kerusakan besar-besaran, serta pembebasan semua tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

    Di sisi lain, pemerintah Israel semakin agresif. 

    Kabinet Keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyetujui rencana untuk memanggil pasukan cadangan dan menyerahkan tanggung jawab distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza kepada militer Israel.

    Rencana tersebut mencakup penguasaan total wilayah Gaza serta pemindahan penduduk ke wilayah selatan demi alasan ‘perlindungan’.

    Namun, kebijakan ini mendapat penolakan dari sebagian pihak di Israel sendiri. 

    Kepala Angkatan Darat Eyal Zamir memperingatkan bahwa operasi militer besar-besaran dapat membahayakan para sandera yang masih ditahan Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Sementara tokoh oposisi seperti Yair Lapid mempertanyakan tujuan militer yang tidak jelas dari Netanyahu.

    Selain itu, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir bahkan mendorong pemblokiran total terhadap makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, sebuah langkah yang dikritik Zamir karena dapat memicu tuduhan pelanggaran hukum internasional.

    Sementara itu, al-Mardawi menggambarkan kondisi di Gaza sebagai bencana kemanusiaan akibat blokade total dan serangan yang terus berlanjut. 

    Ia memperingatkan bahwa anak-anak Gaza menghadapi ancaman kematian akibat kekurangan gizi akut.

    Di Tepi Barat, katanya, rakyat Palestina juga menderita akibat kebijakan Yahudisasi, pemindahan paksa, dan kelaparan.

    Meski krisis memburuk, al-Mardawi menegaskan bahwa keteguhan dan perlawanan rakyat Palestina tetap menjadi satu-satunya cara untuk menghadapi agresi Israel.

    “Semua upaya pendudukan untuk memaksakan kehendaknya melalui ancaman dan kekerasan massal akan gagal,” ujarnya. 

    Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak punya pilihan lain selain menuntut kesepakatan komprehensif yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan mereka.

    Sementara itu, Israel terus melancarkan serangannya di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Korban sipil akibat serangan Israel terus meningkat. 

    Lebih dari 52.500 warga Palestina dilaporkan telah tewas dalam pembantaian di Gaza.

    Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. 

    Serangan ini juga telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menyebabkan hampir seluruh populasinya mengungsi.

    Selain itu, Israel memperketat pengepungan terhadap wilayah tersebut dengan menghalangi masuknya makanan, air, obat-obatan, listrik, dan bantuan kemanusiaan lainnya yang sangat dibutuhkan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Hamas dan Konflik Palestina vs Israel

  • Kabinet Israel Setujui Perluasan Operasi Militer di Gaza – Halaman all

    Kabinet Israel Setujui Perluasan Operasi Militer di Gaza – Halaman all

    Kabinet Israel Setujui Perluasan Operasi Militer di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Militer Israel meningkatkan serangannya terhadap Gaza saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengizinkan tindakan militer yang lebih luas, memobilisasi puluhan ribu tentara cadangan.

    Kabinet keamanan “Israel”, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah menyetujui perluasan bertahap perang yang sedang berlangsung di Gaza, menurut lembaga penyiaran publik Israel Kan , mengutip sumber-sumber informasi.

    Militer Israel mengerahkan puluhan ribu tentara cadangan.

    Letnan Jenderal Eyal Zamir, panglima militer Israel, mengonfirmasi bahwa militer telah mulai mengeluarkan puluhan ribu perintah panggilan untuk pasukan cadangan.

    Dalam pernyataan video yang diunggah di X, Netanyahu mengatakan bahwa ia sedang mengadakan pertemuan kabinet keamanan untuk membahas “tahap selanjutnya” perang di Gaza. 

    Pernyataannya muncul beberapa jam setelah sebuah rudal, yang diluncurkan dari Angkatan Bersenjata Yaman, mendarat di dekat Bandara Ben Gurion “Israel”.

    “Kami meningkatkan tekanan dengan tujuan memulangkan rakyat kami [tawanan] dan mengalahkan Hamas,” kata Zamir, berbicara kepada pasukan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh militer.

    “Israel” melanjutkan operasi daratnya di Gaza pada bulan Maret, setelah mengingkari gencatan senjata yang didukung AS yang telah menghentikan sementara perang selama dua bulan. Sejak saat itu, entitas pendudukan telah menguasai sekitar sepertiga wilayah Gaza.

    Hal ini terjadi saat Perlawanan Palestina terus menghadapi perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan telah menegaskan kesiapannya untuk menanggapi setiap eskalasi lebih lanjut oleh pendudukan.

    Krisis kemanusiaan di Gaza makin parah akibat blokade Israel

    Perang di Gaza semakin memanas di tengah meningkatnya seruan internasional agar “Israel” mencabut blokade bantuan yang diberlakukan pada bulan Maret. 

    Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk dengan cepat, dengan lebih dari 2,3 juta warga Palestina kini bergantung pada pasokan bantuan yang sangat terbatas.

    “Israel” melancarkan perang genosida di Gaza setelah serangan oleh Perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023. Sejak saat itu, lebih dari 52.000 warga Palestina telah terbunuh , menurut otoritas kesehatan setempat.

    Jalur Gaza masih hancur, dan korban kemanusiaan terus meningkat karena blokade Israel membatasi pasokan penting.

    ‘Israel’ tolak gencatan senjata sementara, berencana tingkatkan aksi di Gaza

    Pada hari Jumat, surat kabar Israel, Israel Hayom, melaporkan bahwa “Israel bersikeras memperluas operasi militernya” di wilayah kantong Palestina.

    Surat kabar itu menambahkan bahwa “Israel” “memberi tahu para mediator tentang penolakannya terhadap usulan gencatan senjata di Gaza dan penarikannya dari persyaratan yang telah disepakati dalam beberapa hari terakhir.”

    Menurut Israel Hayom , “Israel menyatakan keinginannya untuk mempertahankan kehadiran militernya di dalam Jalur Gaza hingga akhir tahun dan memperluas cakupan operasi militernya.”

    Media Israel juga melaporkan bahwa “Israel” sedang bergerak menuju tindakan yang lebih agresif di Gaza dalam waktu dekat dan perluasan pertempuran secara bertahap.

    Negosiasi gencatan senjata di Gaza menemui jalan buntu.

    Pada akhir April, kepala intelijen Mesir, Hassan Rashad, bertemu dengan negosiator Israel di Kairo untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan mencapai gencatan senjata di Gaza, menurut media yang berafiliasi dengan pemerintah Mesir.

    Pertemuan dengan delegasi Israel, yang dipimpin oleh Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, menyusul kunjungan delegasi Hamas ke Kairo beberapa hari sebelumnya, Al-Qahera News melaporkan.

    Mesir, bersama Qatar dan Amerika Serikat, telah berada di garis depan upaya diplomatik untuk mengakhiri perang yang menghancurkan di Jalur Gaza, yang kini memasuki bulan ke-18.

    Seorang pejabat Hamas, yang berbicara kepada AFP dengan syarat anonim, mengatakan kelompoknya terbuka terhadap “pertukaran tahanan satu kali dan gencatan senjata selama lima tahun.”

    Putaran perundingan baru ini terjadi setelah Hamas menolak usulan Israel awal bulan ini, dan menyebutnya sebagian.

    Hamas terus bersikeras bahwa perjanjian apa pun harus mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza dan gencatan senjata permanen, suatu kondisi yang sejauh ini ditolak “Israel” untuk diterima.

    “Israel” menuntut pembebasan semua tawanan di Gaza dan pelucutan senjata Hamas, persyaratan yang dianggap kelompok Palestina sebagai “garis merah”.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Kian Mencekam di Gaza Gara-gara Israel Blokir Bantuan

    Kian Mencekam di Gaza Gara-gara Israel Blokir Bantuan

    Jakarta

    Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza yang terus-terusan digempur militer Israel semakin mencekam. Keadaan ini diperparah karena tidak ada bantuan yang masuk akibat diblokir oleh Israel.

    Dirangkum detikcom, Senin (5/5/2025), sudah hampir 19 bulan perang berkecamuk di Gaza. Warga Gaza mulai kehabisan cara untuk bertahan hidup dan khawatir dengan kondisi masa depan.

    Blokade Israel atas semua pasokan bantuan kemanusiaan dan komersial telah berlangsung selama dua bulan. Sementara, pengeboman Israel di seluruh Gaza masih terus berlanjut.

    “Kenyataan di Gaza tidak bisa digambarkan,” kata Ahmad Qattawi kepada Deutsche Welle (DW) melalui sambungan telepon dari Kota Gaza.

    “Kami hidup dalam tragedi, mencoba bertahan hidup tanpa mengetahui keselamatan kami nantinya. Kami mungkin bisa bertahan hidup, tapi jiwa kami sudah lama mati. Ketakutan akan serangan bom adalah salah satu penyebabnya, dan menemukan makanan yang cukup adalah masalah lainnya,” katanya.

    “Kami sibuk mencari makan setiap hari, menyimpan makanan untuk beberapa hari ke depan,” ujarnya.

    “Kami makan dengan hemat, dan cukup,” lanjutnya.

    Sejumlah lembaga bantuan secara konsisten memperingatkan tentang meningkatnya risiko malnutrisi dan kelaparan akibat penutupan toko-toko roti, melambungnya harga bahan makanan pokok, dan penutupan perbatasan yang terus berlanjut.

    Sejumlah kecil sayuran masih tersedia di pasaran, tapi sekarang harganya tidak terjangkau bagi kebanyakan orang. Harga-harga melambung tinggi dan banyak warga Gaza yang tidak memiliki penghasilan. Satu kilogram tomat, bahan pokok di dapur-dapur Palestina, sekarang harganya sekitar 30 shekel (sekitar Rp137 ribu). Padahal sebelum perang harganya hanya 1-3 shekel (sekitar Rp4-13.000). Saat ini, satu kilogram gula bisa mencapai lebih dari 60 shekel (sekitar Rp274 ribu).

    Tak Ada Tempat Aman, Semua Orang Kelaparan

    Dapur Umum di Gaza Terancam Tutup gegara Stok Makanan Habis (Foto: REUTERS/Mahmoud Issa)

    Direktur Jaringan Organisasi Nonpemerintah Palestina (Palestinian Non-Govermental Organizations Network/PNGO), Amjad Shawa, mengatakan situasi yang terjadi di Gaza saat ini adalah bencana.

    “Sepanjang sejarah Gaza, kami tidak pernah mengalami situasi seperti ini,” kata Amjad Shawa kepada DW lewat sambungan telepon. “Ini adalah bencana.”

    “Ada serangan udara, artileri, serangan ke tenda-tenda, dan ke tempat perlindungan,” ujar Shawa.

    “Tidak ada tempat aman. Ditambah lagi, semua orang kelaparan. Bahkan, secara pribadi, kami tidak tahu harus makan apa. Hampir tidak ada apa-apa,” imbuhnya

    Shawa menyatakan bahwa warga merasa terus terdesak dan disudutkan tanpa ada tanda-tanda situasi akan berakhir. Dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.

    “Hal terburuk bagi kami sebagai pekerja kemanusiaan adalah kami tidak bisa berbuat apa-apa, tidak punya apa-apa untuk diberikan,” jelasnya.

    “Kami berusaha sekuat tenaga memberi harapan di sana-sini, tapi di sisi lain, kami adalah bagian dari masyarakat dan tidak bisa memisahkan diri dari keadaan ini,” kata dia.

    Sistem Kesehatan di Ambang Kehancuran

    Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian/OCHA) menyatakan bahwa sistem layanan kesehatan Gaza “berada di ambang kehancuran, kewalahan menangani korban massal dan sangat terhambat oleh pemblokiran total yang memutus pasokan obat-obatan penting, vaksin, hingga peralatan medis.”

    Badan Pangan Dunia (WFP) baru-baru ini mengumumkan bahwa stok makanan mereka untuk Gaza telah habis, dan sisa persediaan terakhir dikirimkan ke dapur umum yang menyediakan makanan dasar bagi kelompok paling rentan, serta sisa tepung terigu ke para tukang roti.

    “Pada 31 Maret, semua 25 tukang roti yang didukung WFP tutup karena stok tepung terigu dan bahan bakar memasak habis,” kata WFP dalam sebuah pernyataan.

    “Di minggu yang sama, paket makanan WFP yang dibagikan ke keluarga, yang isinya stok makanan untuk dua minggu, juga telah habis. WFP sangat prihatin dengan kekurangan air bersih dan bahan bakar untuk memasak sehingga memaksa warga mencari barang apa saja yang bisa dibakar untuk memasak.”

    Saat persediaan menipis, kekhawatiran tentang cara menghidupi keluarga mengalahkan segalanya, kata Mahmoud Hassouna, warga Kota Khan Younis di Gaza selatan, kepada DW melalui telepon. Pemuda 24 tahun ini mengungsi di awal perang 2023, saat rumah keluarganya hancur akibat serangan bom Israel.

    Dia menghabiskan hari dengan beraktivitas di sekitar rumah darurat keluarganya dan membantu ibunya menyiapkan makanan.

    “Kami kembali bergantung pada makanan kaleng,” ungkapnya. “Kami tak punya cukup uang untuk membeli sayuran, yang harganya melambung tinggi di pasaran.”

    Tugas Hassouna adalah mencari kayu bakar, yang sekarang menjadi sangat sulit karena sebagian besar pohon telah ditebang atau hancur oleh bom. Banyak warga nekat memasuki rumah-rumah yang hancur untuk menyelamatkan pintu atau barang kayu.

    “Hampir dua tahun hidupku dihabiskan di bawah bom, pembunuhan, dan kematian. Aku bahkan tak lagi mengenali diriku sendiri.”

    Gencatan senjata yang dimulai Januari 2025 dan berlangsung hingga awal Maret 2025 sempat memberi sedikit kelegaan bagi warga Gaza, sekaligus waktu untuk mengisi pasokan gudang organisasi bantuan. Namun, situasi kembali memburuk ketika Israel melanggar gencatan senjata dan melanjutkan serangan pada 18 Maret 2025, setelah fase pertama kesepakatan gencatan dan pembebasan sandera berakhir, sementara negosiasi fase kedua gagal.

    Sebelum melanggar gencatan senjata, pemerintah Israel telah memerintahkan penutupan semua perlintasan perbatasan dan menghentikan seluruh pengiriman bantuan kemanusiaan serta komersial ke Gaza.

    Blokade Israel

    Hancur Lebur Sekolah yang Tampung Pengungsi Palestina Dibombardir Israel (Foto: REUTERS/Mahmoud Issa)

    Blokade ini merupakan bagian dari strategi yang disebut pihak Israel sebagai “tekanan maksimum” untuk memaksa Hamas membebaskan sisa sandera di bawah kesepakatan baru gencatan senjata sementara, sekaligus bertujuan menggulingkan kelompok militan Palestina tersebut. Pejabat Israel menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan dan menggunakannya untuk pasukan mereka sendiri.

    Media Israel melaporkan bahwa dewan keamanan sedang menyiapkan persetujuan rencana operasional untuk memperluas serangan militer, termasuk memanggil pulang puluhan ribu pasukan cadangan. Hanya saja, belum dijelaskan waktu pelaksanaan ekspansi tersebut.

    Hamas menolak semua tuntutan pelucutan senjata dan bersikeras pada kesepakatan yang menjamin berakhirnya perang.

    Sejak penyerangan Hamas pada 7 Oktober 2023, pejabat Israel menyatakan 59 sandera masih berada di Gaza, dengan kurang dari separuhnya diperkirakan masih hidup.

    Pekan lalu, jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 52.000, menurut data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Sementara, ribuan lainnya diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.

    Sejumlah lembaga bantuan hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat politik. Tindakan ini berpotensi menjadi kejahatan perang karena berdampak pada seluruh populasi Gaza yang berjumlah 2,2 juta jiwa.

    Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Tom Fletcher, mengingatkan Israel dalam sebuah pernyataan: “Hukum internasional cukup jelas: Sebagai kekuatan pendudukan, Israel wajib mengizinkan akses bantuan kemanusiaan. Bantuan, dan nyawa sipil yang diselamatkannya, tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar.”

    Sepanjang perang, populasi Gaza hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan dan pasokan komersial dari luar. Militer Israel secara terus menerus membuat warga mengungsi hingga membentuk zona penyangga besar di utara, perbatasan timur, serta selatan, yang berakibat pada hilangnya akses warga Palestina ke lahan pertanian paling subur di Gaza.

    “Secara sederhana, Israel tidak hanya menghalangi makanan masuk ke Gaza, tetapi juga menciptakan keadaan yang membuat warga Palestina tidak bisa menanam atau memproduksi makanannya sendiri,” ujar Gavin Kelleher, pekerja kemanusiaan Dewan Pengungsi Norwegia yang baru kembali dari Gaza, dalam konferensi pers.

    Warga Gaza juga melaporkan adanya insiden penjarahan gudang serta suasana mencekam dan keamanan internal yang rapuh selama serangan Israel.

    Berdasarkan laporan OCHA pada hari Kamis (01/05): “Serangan baru-baru ini dilaporkan menghantam gedung permukiman dan tenda pengungsian, terutama di Rafah dan Gaza Timur. Hingga Selasa (29/04), lembaga kemanusiaan memperkirakan lebih dari 423.000 orang di Gaza kembali mengungsi tanpa adanya tempat aman.”

    Ini menjadi mimpi buruk bagi Mahmoud Hassouna. “Harapanku satu-satunya adalah tidak lagi mengungsi,” katanya. “Setelah itu, aku ingin perang mengerikan ini berakhir.”

    19 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel

    Gempuran Israel di Gaza tak ada habis-habisnya di tengah blokade bantuan kemanusiaan. Pada Senin (5/5) dini hari waktu setempat, dua serangan udara Israel menghantam sejumlah apartemen dan rumah di wilayah Jalur Gaza. Nahas, sedikitnya 19 orang tewas akibat rentetan serangan tersebut.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Senin (5/5), mengatakan bahwa dua serangan udara Tel Aviv itu menghantam area-area permukiman yang ada di Gaza City.

    “Tim kami menemukan 15 martir dan 10 orang luka-luka, sebagian besar anak-anak dan wanita, setelah serangan Israel terhadap tiga apartemen (di barat laut Gaza City),” kata Bassal dalam pernyataannya.

    Empat orang lainnya, sebut Bassal, tewas dalam serangan udara yang menghantam sebuah rumah di area Beit Lahiya, sebelah utara Gaza City. Bassal menambahkan bahwa empat orang lainnya mengalami luka-luka dalam serangan yang sama.

    Militer Israel belum memberikan komentar langsung atas laporan serangan mematikan itu.

    Tel Aviv semakin mengintensifkan pengeboman udara dan memperluas operasi darat di Jalur Gaza, sejak melanjutkan kembali serangannya di daerah kantong Palestina tersebut pada 18 Maret lalu, menyusul kolapsnya gencatan senjata dengan Hamas.

    Halaman 2 dari 3

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Eksekusi Mati Pelaku Penjarahan di Gaza

    Hamas Eksekusi Mati Pelaku Penjarahan di Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas mengeksekusi mati sejumlah terduga pelaku penjarahan di Jalur Gaza, setelah beberapa insiden melibatkan geng-geng bersenjata berat yang menyerang toko-toko makanan dan dapur umum di daerah kantong Palestina tersebut pekan ini.

    Informasi itu, seperti dilansir Reuters, Senin (5/5/2025), diungkapkan sejumlah sumber yang dekat dengan kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza. Namun tidak disebutkan secara detail soal jumlah pelaku penjarahan yang telah dieksekusi mati oleh Hamas.

    Para pejabat Hamas menuduh para penjarah itu bekerja sama dengan Israel, yang menutup akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza selama dua bulan terakhir. Belum ada komentar langsung dari Tel Aviv terkait tuduhan tersebut.

    Dalam salah satu insiden, Kementerian Dalam Negeri Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan seorang polisi tewas dan beberapa orang lainnya mengalami luka-luka ketika sebuah drone Israel menembakkan rudal ke unit polisi yang sedang mengejar penjahat di area Gaza City.

    “Kami akan menyerang semua pemberontak ini dengan tangan besi, dan kami akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghalangi mereka, apa pun risikonya, dan kami tidak akan membiarkan mereka terus meneror warga, mengancam nyawa mereka, dan mencuri harta benda mereka,” kata Kementerian Dalam Negeri Gaza dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (3/5), yang merujuk pada para pelaku penjarahan.

    Direktur kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas, Ismail Al-Thawabta, mengatakan beberapa pelaku penjarahan bertindak di bawah naungan semacam klan tertentu, dan para penjarah lainnya bertindak sebagai kelompok yang terorganisasi.

    Bahkan diklaim oleh Al-Thawabta bahwa beberapa penjara di antaranya menerima dukungan langsung dari Israel.

    ‘Lihat juga Video Warga Israel Demo Minta Netanyahu Setop Serang Gaza-Bebaskan Sandera’

    Dia mengatakan sejumlah “putusan eksekusi revolusioner” telah dilaksanakan terhadap “beberapa penjahat kelas atas” yang terbukti terlibat dalam penjarahan.

    Dengan situasi itu, beberapa warga Gaza dan media lokal Palestina menyebut sayap bersenjata Hamas memberlakukan jam malam mulai pukul 21.00 waktu setempat untuk membatasi pergerakan warga sipil dan mengejar para penjahat.

    “Geng-geng tersebut, beberapa di antaranya bersenjata, telah meneror orang-orang, tidak hanya mencuri makanan, tetapi juga mencegat orang-orang di jalan dan merampas uang serta ponsel mereka,” tutur seorang warga Gaza City bernama Ahmed saat berbicara kepada Reuters via aplikasi chat.

    “Mereka membantu pendudukan (Israel) dengan membuat kami kelaparan; mereka harus diperlakukan sebagai kaki tangan,” ucapnya.

    Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan tentang situasi kemanusiaan semakin buruk yang dihadapi warga Gaza, yang hancur lebur akibat rentetan serangan Israel sejak Oktober 2023.

    Israel membela blokade bantuan kemanusiaan Gaza yang diberlakukan sejak Maret lalu, dengan menuduh Hamas telah mencuri pasokan yang ditujukan untuk warga sipil dan menyimpannya untuk para petempur mereka sendiri atau menjualnya. Tuduhan itu telah dibantah oleh Hamas.

    ‘Lihat juga Video Warga Israel Demo Minta Netanyahu Setop Serang Gaza-Bebaskan Sandera’

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Iran Bantah Dukung Serangan Houthi ke Bandara Israel

    Iran Bantah Dukung Serangan Houthi ke Bandara Israel

    Jakarta

    Pemerintah Iran membantah mendukung serangan Houthi terhadap bandara internasional utama Israel setelah kelompok pemberontak di Yaman tersebut mengklaim serangan rudal tersebut.

    “Tindakan Yaman untuk mendukung rakyat Palestina adalah keputusan independen yang diambil sebagai bentuk solidaritas dengan mereka,” kata kementerian luar negeri Iran dalam sebuah pernyataan pada Senin (5/5), dilansir kantor berita AFP, Senin (5/5/2025).

    Sebelumnya, sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman pada hari Minggu (4/5) lalu menimbulkan kawah yang dalam di sekeliling Bandara Internasional Ben Gurion. Serangan rudal itu melukai enam orang dan sempat menghentikan penerbangan.

    Houthi yang didukung Iran mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Houthi mengatakan mereka menembakkan “rudal balistik hipersonik” ke Ben Gurion, dan memperingatkan akan adanya serangan-serangan lain di bandara-bandara Israel Israel.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan memberikan respons yang keras kepada Houthi dan Iran atas serangan itu.

    Dalam sebuah video yang dipublikasikan di Telegram, Netanyahu mengatakan Israel telah “bertindak melawan” Houthi di masa lalu dan “akan bertindak di masa mendatang”.

    “Itu tidak akan terjadi dalam satu ledakan, tetapi akan ada banyak ledakan,” tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    ‘Lihat juga Video Detik-detik Rudal Houthi Meledak di Dekat Bandara Ben Gurion Israel’

    Kemudian di platform media sosial X, Netanyahu mengatakan Israel juga akan menanggapi Iran di “waktu dan tempat yang kami pilih”.

    Menanggapi ancaman ini, pemerintah Iran pada hari Senin (5/5) memperingatkan akan membalas setiap serangan terhadap wilayahnya.

    “Iran menggarisbawahi tekadnya yang kuat… untuk membela diri,” kata pernyataan kementerian luar negeri Iran, seraya memperingatkan Israel dan Amerika Serikat tentang “konsekuensinya”.

    Houthi adalah bagian dari “poros perlawanan” Iran terhadap Israel dan Amerika Serikat, yang menampilkan diri sebagai pembela warga Palestina di Jalur Gaza.

    ‘Lihat juga Video Detik-detik Rudal Houthi Meledak di Dekat Bandara Ben Gurion Israel’

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pilu 19 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Gaza

    Pilu 19 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Gaza

    Gaza City

    Dua serangan udara Israel menghantam sejumlah apartemen dan rumah di wilayah Jalur Gaza pada Senin (5/5) dini hari waktu setempat. Nahas, sedikitnya 19 orang tewas akibat rentetan serangan tersebut.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Senin (5/5/2025), mengatakan bahwa dua serangan udara Tel Aviv itu menghantam area-area permukiman yang ada di Gaza City.

    “Tim kami menemukan 15 martir dan 10 orang luka-luka, sebagian besar anak-anak dan wanita, setelah serangan Israel terhadap tiga apartemen (di barat laut Gaza City),” kata Bassal dalam pernyataannya.

    Empat orang lainnya, sebut Bassal, tewas dalam serangan udara yang menghantam sebuah rumah di area Beit Lahiya, sebelah utara Gaza City. Bassal menambahkan bahwa empat orang lainnya mengalami luka-luka dalam serangan yang sama.

    Militer Israel belum memberikan komentar langsung atas laporan serangan mematikan itu.

    Tel Aviv semakin mengintensifkan pengeboman udara dan memperluas operasi darat di Jalur Gaza, sejak melanjutkan kembali serangannya di daerah kantong Palestina tersebut pada 18 Maret lalu, menyusul kolapsnya gencatan senjata dengan Hamas.

    ‘Lihat juga Video: Terus Bertambah, Korban Tewas di Gaza Capai 52.495 Orang’

    Israel juga memblokir akses masuk bagi semua bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang dihuni sekitar 2,4 juta orang tersebut.

    Diklaim oleh Tel Aviv bahwa blokade dan pengeboman yang intensif itu dimaksudkan untuk semakin menekan Hamas agar membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Kelompok-kelompok militan di wilayah itu disebut masih menahan sedikitnya 58 sandera yang diculik sejak serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang perang tanpa henti di Jalur Gaza. Militer Tel Aviv meyakini 34 sandera di antaranya telah terbunuh.

    ‘Lihat juga Video: Terus Bertambah, Korban Tewas di Gaza Capai 52.495 Orang’

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kabinet Israel Setujui Perluasan Serangan Militer untuk Taklukkan Gaza

    Kabinet Israel Setujui Perluasan Serangan Militer untuk Taklukkan Gaza

    Tel Aviv

    Kabinet keamanan dalam pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah menyetujui perluasan secara bertahap untuk serangan militer terhadap wilayah Jalur Gaza. Perluasan serangan itu mencakup target “penaklukan” Jalur Gaza dan mendorong emigrasi penduduk Gaza.

    Informasi itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Senin (5/5/2025), dilaporkan sumber politik Israel yang dikutip AFP dan dilaporkan oleh televisi lokal Israel, Kan, yang mengutip sejumlah sumber yang mengetahui rincian keputusan kabinet keamanan Tel Aviv tersebut.

    “Rencana (perluasan serangan militer) tersebut akan mencakup, antara lain, penaklukan Jalur Gaza dan penguasaan atas wilayah tersebut, memindahkan penduduk Gaza ke wilayah selatan untuk melindungi mereka,” ucap sumber politik Israel yang dikutip AFP.

    Disebutkan sumber itu bahwa Netanyahu “terus mempromosikan” rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pemulangan sukarela untuk para penduduk Gaza.

    Hal tersebut diungkapkan ke publik setelah Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, mengatakan pada Minggu (4/5) bahwa militer telah mengeluarkan puluhan ribu perintah pemanggilan untuk pasukan cadangan, yang bertujuan memperluas operasi di Jalur Gaza dalam melawan Hamas.

    “Kami meningkatkan tekanan dengan tujuan mengembalikan orang-orang kami (para sandera-red) dan mengalahkan Hamas,” ucap Zamir saat berbicara kepada pasukan Israel, menurut pernyataan yang dirilis militer Tel Aviv.

    Netanyahu, dalam pernyataan terpisah via video yang diunggah pada hari yang sama, mengatakan dirinya menggelar rapat kabinet keamanan untuk membahas “tahap selanjutnya” untuk perang Gaza.

    Israel melanjutkan kembali serangan udara dan darat di Jalur Gaza pada Maret lalu, setelah gagalnya gencatan senjata yang didukung AS yang telah menghentikan pertempuran di daerah kantong Palestina itu selama dua bulan.

    Selain menyetujui perluasan serangan, menurut laporan situs berita Ynet, kabinet keamanan Israel juga menyetujui rencana baru untuk distribusi bantuan di dalam Jalur Gaza, meskipun tidak diketahui secara jelas kapan pasukan akan diizinkan masuk ke wilayah tersebut.

    Israel yang kini menguasai sepertiga wilayah Jalur Gaza, menghadapi tekanan internasional yang semakin meningkat untuk mencabut blokade bantuan kemanusiaan yang diberlakukan sejak Maret lalu.

    Tel Aviv berdalih blokade itu diperlukan karena Hamas telah menyita bantuan kemanusiaan yang ditujukan untuk warga sipil dan menyimpannya untuk para petempur mereka sendiri atau menjualnya. Tuduhan itu telah dibantah oleh Hamas dan beberapa kelompok hak asasi manusia (HAM) internasional.

    Tonton juga “Netanyahu Akan Balas Houthi soal Penyerangan Bandara di Israel” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini