Negara: Jalur Gaza

  • Menlu Faisal Tegaskan Prioritas Arab Saudi saat Ini Adalah Gencatan Senjata Permanen di Gaza

    Menlu Faisal Tegaskan Prioritas Arab Saudi saat Ini Adalah Gencatan Senjata Permanen di Gaza

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menegaskan pada Hari Jumat, gencatan senjata permanen di Gaza merupakan prioritas Riyadh saat ini.

    Itu dikatakan Menlu Faisal saat ditanya tentang kemungkinan normalisasi hubungan dengan Israel, saat tengah berkunjung ke Moskow.

    “Apa yang kita lihat adalah Israel menghancurkan Gaza, penduduk sipil Gaza,” jelas Menlu Faisal, melansir Reuters 4 Juli.

    “Ini sama sekali tidak perlu, sama sekali tidak dapat diterima dan harus dihentikan,” tegasnya.

    Pada tahun 2024, Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan, tidak akan ada normalisasi hubungan dengan Israel tanpa menyelesaikan masalah Palestina.

    Konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, saat kelompok militan Palestina menyerang wilayah selatan Israel, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel.

    Itu dibalas dengan melakukan blokade, serangan udara, hingga operasi darat di wilayah kantong Palestina oleh militer Israel.

    Pada 19 Januari, kelompok militan Hamas dan Israel mulai melakukan gencatan senjata dan melakukan pertukaran sandera-tahanan.

    Berdalih menekan Hamas agar segera menerima kesepakatan pembebasan sandera, Israel kembali memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza pada 2 Maret.

    Seiring dengan berakhirnya perjanjian, Israel kembali melakukan operasi militer di Gaza pada 18 Maret.

    Terpisah, sumber medis di Gaza mengonfirmasi jumlah korban Palestina sejak konflik baru pecah pada 7 Oktober 2023 hingga kemarin telah mencapai 57.130 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 135.173 orang, dikutip dari WAFA.

  • Hamas Bilang Siap Mulai Kembali Perundingan Gencatan Senjata Gaza

    Hamas Bilang Siap Mulai Kembali Perundingan Gencatan Senjata Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas mengatakan siap untuk “segera” memulai kembali perundingan mengenai usulan gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza. Proposal terbaru yang diajukan mediator mengatur soal gencatan senjata selama 60 hari, yang melibatkan pembebasan para sandera oleh Hamas dan tahanan Palestina oleh Israel.

    Pengumuman itu, seperti dilansir AFP, Sabtu (5/7/2025), disampaikan Hamas setelah kelompok tersebut melakukan konsultasi dengan faksi-faksi Palestina lainnya, dan sebelum kunjungan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu ke Amerika Serikat (AS) pada Senin (7/7) mendatang.

    “Gerakan ini siap untuk terlibat segera dan secara serius dalam siklus perundingan mengenai mekanisme untuk menerapkan (ketentuan dalam usulan gencatan senjata yang diterima dari mediator),” ucap Hamas dalam pernyataan pada Jumat (4/7).

    Usulan gencatan senjata terbaru itu didukung oleh AS, dan diklaim oleh Presiden Donald Trump telah disetujui oleh Israel.

    Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas, mengatakan pihaknya mendukung perundingan gencatan senjata terbaru, namun menuntut “jaminan” bahwa Israel “tidak akan melanjutkan agresinya” setelah para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza dibebaskan.

    Seorang sumber Palestina yang memahami negosiasi yang terjadi mengatakan kepada AFP bahwa proposal terbaru mencakup “gencatan senjata selama 60 hari, di mana Hamas akan membebaskan setengah dari para tawanan Israel yang masih hidup di Jalur Gaza” — diperkirakan berjumlah 22 orang — “sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan dan tawanan Palestina oleh Israel”.

    Dua gencatan senjata sebelumnya yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan AS mampu menghentikan sementara pertempuran Hamas dan Israel, yang melibatkan pembebasan sandera Israel di Gaza dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina oleh Tel Aviv.

    Trump mengatakan pada Kamis (3/7) bahwa dirinya menginginkan “keselamatan bagi rakyat Gaza”.

    “Mereka telah melalui neraka,” sebutnya.

    Sementara Netanyahu, pada Jumat (4/7), berjanji untuk memulangkan semua sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, setelah mendapat tekanan domestik yang besar atas nasib mereka.

    “Saya merasakan komitmen yang mendalam, pertama dan terutama, untuk memastikan kembalinya semua orang yang diculik, semuanya,” ujarnya.

    Dari 251 sandera yang diculik Hamas dan sekutunya dalam serangan Oktober 2023 lalu, sebanyak 49 orang di antaranya masih ditahan di Jalur Gaza, termasuk 27 orang yang, disebut oleh militer Israel, sudah tewas.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kabar Keji Tentara Bayaran AS Tembaki Warga Gaza Pencari Bantuan

    Kabar Keji Tentara Bayaran AS Tembaki Warga Gaza Pencari Bantuan

    Jakarta

    Kekejian tentara Israel di Gaza terus berlanjut. Tanpa pandang pilih, warga yang mencari bantuan pun menjadi sasaran kebengisan pasukan zionis Israel.

    Seorang warga di Gaza bernama Mahmoud Qassem kehilangan putranya, Khader, pekan lalu. Remaja berusia 19 tahun itu dilaporkan tewas saat sedang berusaha mencapai pusat distribusi makanan yang dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF), lembaga bantuan yang didukung Amerika Serikat, di wilayah Gaza tengah.

    “Terakhir kali saya dan ibunya mendengar kabar dari Khader pukul 11 malam. Dia bilang berada di tempat aman, dia pergi ke pusat distribusi Netzarim, dan saya sempat berpesan agar dia berhati-hati,” kata Qassem kepada DW dari sebuah tenda di Kota Gaza, tempat keluarganya kini mengungsi.

    “Jam satu pagi saya mencoba meneleponnya lagi, tapi ponselnya tidak aktif. Saya mulai cemas. Tidak ada kabar sama sekali hingga Jumat siang jam dua. Rasanya seperti ada api membakar dada saya,” ujar pria berusia 50 tahun itu.

    Qassem kemudian pergi dan memeriksa sejumlah rumah sakit di Gaza tengah. Di sanalah dia mengetahui bahwa Khader telah tewas. Jenazahnya baru ditemukan setelah berkoordinasi dengan militer Israel. Dari kondisi tubuhnya, Khader diketahui meninggal akibat beberapa luka tembak.

    “Seorang anak 19 tahun yang bahkan belum sempat menjalani hidupnya, semuanya demi mengambil satu kotak bantuan,” ujarnya nyaris tidak kuasa menahan air mata. Dia menambahkan bahwa dirinya sebenarnya tidak mau anaknya pergi, tetapi Khader merasa bertanggung jawab menafkahi keluarga.

    “Saya kehabisan kata-kata menggambarkan situasi di sini. Orang-orang rela mengorbankan diri demi bertahan hidup. Hanya Tuhan yang tahu apa yang kami alami. Tidak ada yang peduli, tidak Hamas, tidak Israel, tidak negara-negara Arab, tidak seorang pun.”

    Makanan dan Pasokan Bantaun Langka di Gaza

    Foto: Kondisi di Gaza (REUTERS/Mahmoud Issa)

    Laporan kekerasan, luka-luka, hingga kematian yang hampir terjadi setiap hari di sekitar distribusi bantuan menyoroti kenyataan tak tertahankan yang dihadapi 2,3 juta penduduk Gaza. Warga Gaza hampir sepenuhnya bergantung pada pasokan yang masuk melalui perlintasan dengan Israel.

    Sejak Oktober 2023, hampir seluruh penduduk Gaza telah mengungsi. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sekitar 57.000 orang, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel. Analisis pada Mei lalu menunjukkan bahwa 93 persen populasi yang tersisa mengalami kerawanan pangan akut.

    Kelangkaan makanan dan kebutuhan dasar lainnya masih terjadi, bahkan setelah PBB kembali mengirimkan bantuan dan tiga pusat distribusi baru dibuka. Pusat-pusat itu dijalankan oleh GHF, lembaga bantuan AS-Israel, akibat blokade Israel yang berlangsung hampir tiga bulan.

    Pihak Israel berdalih, blokade dilakukan karena Hamas mencuri bantuan dan menggunakannya untuk membiayai operasinya. Namun, klaim ini dibantah oleh PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan internasional maupun lokal yang telah lama memiliki jaringan distribusi bantuan yang mapan di Gaza.

    Truk-truk bantuan di Gaza berulang kali dijarah, baik oleh kelompok bersenjata maupun warga sipil yang putus asa mencari makanan. Di saat yang sama, militer Israel terus meningkatkan serangan udara dan mengeluarkan perintah evakuasi massal di sebagian besar wilayah utara dan selatan Gaza.

    Ratusan Orang Tewas di Lokasi Distribusi Makanan

    Foto: Pengungsi di Gaza (REUTERS/Mahmoud Issa)

    Kementerian Kesehatan di Gaza, yang berada di bawah kendali Hamas, melaporkan bahwa lebih dari 500 orang tewas dalam beberapa pekan terakhir akibat serangan udara, tembakan, dan pengeboman oleh Israel. Menurut pejabat kesehatan, sebagian besar korban tewas saat tengah menunggu di lokasi distribusi bantuan atau di sekitar truk-truk pembawa makanan.

    Kantor hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat sedikitnya 613 pembunuhan terjadi di titik-titik distribusi bantuan kemanusiaan Gaza yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel, yang beroperasi sejak akhir Mei.

    Pembunuhan juga tercatat terjadi di dekat konvoi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Jumat (4/7/2025).

    “Kami telah mencatat 613 pembunuhan, baik di titik-titik GHF maupun di dekat konvoi kemanusiaan — ini merupakan angka yang tercatat per 27 Juni. Sejak saat itu … telah terjadi insiden-insiden lebih lanjut,” kata juru bicara Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Ravina Shamdasani, kepada wartawan di Jenewa, Swiss.

    Lebih lanjut dikatakan oleh Shamdasani bahwa kantor HAM PBB tidak dapat menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan tersebut.

    Namun, dia juga mengatakan bahwa: “Jelas bahwa militer Israel telah menggempur dan menembaki warga-warga Palestina yang berusaha mencapai titik-titik distribusi (bantuan yang dioperasikan oleh GHF).”

    Shamdasani mengatakan tidak diketahui secara jelas soal berapa banyak dari pembunuhan yang tercatat oleh PBB itu, yang terjadi di lokasi-lokasi GHF, dan berapa banyak yang terjadi di dekat konvoi bantuan kemanusiaan Gaza.

    Saat berbicara kepada wartawan di Jenewa, Shamdasani mengatakan bahwa angka tersebut mencakup periode mulai 27 Mei, ketika GHF pertama beroperasi di Jalur Gaza, hingga 27 Juni. Jumlahnya mungkin telah bertambah mengingat lebih banyak insiden terjadi sejak akhir Juni.

    Halaman 2 dari 3

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 138 Warga Tewas, 452 Terluka Cari Bantuan Medis

    138 Warga Tewas, 452 Terluka Cari Bantuan Medis

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan data terbaru mengenai jumlah korban akibat serangan Israel. Sebanyak 138 orang dilaporkan tewas dalam 24 jam terakhir.

    Dilansir Al Jazeera, Jumat (4/7/2025), korban tewas dibawa ke rumah sakit. Sementara 452 orang dilaporkan luka-luka dan tengah mencari perawaatan medis.

    Data Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan 62 dari 138 korban jiwa meninggal dalam 24 jam terakhir saat berupaya mencari bantuan.

    Sejumlah korban masih tertimbun reruntuhan bangunan. Petugas darurat tidak dapat menjangkau mereka.

    Serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan sedikitnya 57.268 warga Palestina dan melukai sedikitnya 135.625 lainnya. Sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret, sedikitnya 6.710 warga Palestina telah tewas dan 23.584 lainnya terluka.

    Dilansir AFP, Israel baru-baru ini memperluas operasi militernya di wilayah Jalur Gaza, di mana perang telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang mengerikan bagi lebih dari dua juta jiwa penduduk wilayah tersebut.

    (dek/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Gempur Gaza via Darat-Udara, Klaim Targetkan 100 Markas Pejuang Hamas

    Israel Gempur Gaza via Darat-Udara, Klaim Targetkan 100 Markas Pejuang Hamas

    Jakarta

    Militer Israel terus melancarkan serangan di wilayah Gaza lewat darat dan udara. Israel mengklaim ada 100 target teroris telah diserang di Gaza.

    “Pasukan darat Israel menargetkan infrastruktur, senjata, dan pejuang Hamas di Khan Younis dan Rafah di selatan daerah kantong itu,” kata militer Israel dilansir Al Jazeera, Jumat (4/7/2025).

    Serangan itu terjadi pada Kamis (3/7). Tentara Israel menyebut berhasil menghancurkan fasilitas penyimpanan senjata hingga alat peledak di utara Gaza.

    “Dan melenyapkan teroris baik di atas maupun di bawah tanah”, katanya.

    Seperti dilaporkan sebelumnya, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 41 orang di daerah kantong itu sejak fajar.

    Dilaporkan bahwa target serangan itu termasuk tenda darurat yang melindungi warga Palestina yang mengungsi di daerah al-Mawasi di selatan daerah kantong itu.

    Militer Israel juga mengatakan salah satu tentaranya tewas di Jalur Gaza.

    Dua tantara Israel juga dilaporkan terluka parah. Asaf adalah prajurit kedua yang kematiannya diumumkan hari ini.

    (azh/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • PBB Catat 613 Pembunuhan di Pusat Bantuan Kemanusiaan di Gaza

    PBB Catat 613 Pembunuhan di Pusat Bantuan Kemanusiaan di Gaza

    Jenewa

    Kantor hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat sedikitnya 613 pembunuhan terjadi di titik-titik distribusi bantuan kemanusiaan Gaza yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel, yang beroperasi sejak akhir Mei.

    Pembunuhan juga tercatat terjadi di dekat konvoi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Jumat (4/7/2025).

    “Kami telah mencatat 613 pembunuhan, baik di titik-titik GHF maupun di dekat konvoi kemanusiaan — ini merupakan angka yang tercatat per 27 Juni. Sejak saat itu … telah terjadi insiden-insiden lebih lanjut,” kata juru bicara Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Ravina Shamdasani, kepada wartawan di Jenewa, Swiss.

    Lebih lanjut dikatakan oleh Shamdasani bahwa kantor HAM PBB tidak dapat menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan tersebut.

    Namun, dia juga mengatakan bahwa: “Jelas bahwa militer Israel telah menggempur dan menembaki warga-warga Palestina yang berusaha mencapai titik-titik distribusi (bantuan yang dioperasikan oleh GHF).”

    Shamdasani mengatakan tidak diketahui secara jelas soal berapa banyak dari pembunuhan yang tercatat oleh PBB itu, yang terjadi di lokasi-lokasi GHF, dan berapa banyak yang terjadi di dekat konvoi bantuan kemanusiaan Gaza.

    Saat berbicara kepada wartawan di Jenewa, Shamdasani mengatakan bahwa angka tersebut mencakup periode mulai 27 Mei, ketika GHF pertama beroperasi di Jalur Gaza, hingga 27 Juni. Jumlahnya mungkin telah bertambah mengingat lebih banyak insiden terjadi sejak akhir Juni.

    Informasi yang disampaikan ini, sebut Shamdasani, didasarkan pada laporan situasi internal pada kantor Komisioner Tinggi PBB untuk HAM.

    Dia menjelaskan bahwa angka-angka itu, yang dikumpulkan melalui proses pemeriksaan standar, tidak mungkin memberikan gambaran yang lengkap soal situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

    “Kita mungkin tidak akan pernah bisa memahami skala penuh dari apa yang terjadi di sini karena kurangnya akses bagi tim PBB ke wilayah tersebut,” sebutnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Terus Gempur Gaza, 15 Orang Tewas Termasuk 3 Anak

    Israel Terus Gempur Gaza, 15 Orang Tewas Termasuk 3 Anak

    Gaza City

    Serangan udara Israel kembali melanda sejumlah wilayah Jalur Gaza pada Jumat (4/7) dini hari, saat perang antara Israel dan kelompok Hamas terus berkecamuk selama 21 bulan terakhir. Sedikitnya 15 orang, termasuk tiga anak, tewas akibat rentetan serangan terbaru Israel tersebut.

    Israel baru-baru ini memperluas operasi militernya di wilayah Jalur Gaza, di mana perang telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang mengerikan bagi lebih dari dua juta jiwa penduduk wilayah tersebut.

    Seorang pejabat pertahanan sipil Gaza, Mohammad al-Mughayyir, seperti dilansir AFP, Jumat (4/7/2025), melaporkan bahwa sedikitnya tujuh orang tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam tenda-tenda pengungsi di area dekat kota Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.

    Salah satu korban tewas akibat gempuran Israel di area itu merupakan anak-anak, yang tidak disebutkan usianya.

    Mughayyir menyebutkan sedikitnya delapan orang lainnya tewas dalam dua serangan terpisah yang menghantam area perkemahan tenda di pantai Khan Younis.

    Salah satu serangan itu, sebut Mughayyir, menewaskan dua anak-anak pada Jumat (4/7) dini hari waktu setempat.

    Saat dihubungi oleh AFP, militer Israel mengatakan pihaknya tidak dapat mengomentari serangan tertentu tanpa koordinat yang tepat. Namun ditekankan oleh militer Tel Aviv bahwa pasukan mereka “beroperasi untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas”.

    Lihat juga Video: Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza Tembus 57 Ribu Orang

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Pada Kamis (3/7), badan pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 73 orang tewas dalam rentetan serangan Israel.

    Pembatasan media di Jalur Gaza dan kesulitan dalam mengakses banyak area membuat AFP tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban tewas dan rincian yang disampaikan oleh badan pertahanan sipil Gaza.

    Para pemimpin Israel tetap teguh pada tujuan mereka untuk menghancurkan Hamas, bahkan ketika kelompok militan itu mengatakan pada Kamis (3/7) bahwa mereka sedang membahas proposal terbaru untuk gencatan senjata Gaza yang diajukan para mediator.

    Proposal gencatan senjata Gaza terbaru itu diajukan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Israel telah menyetujui usulan gencatan senjata selama 60 hari dengan Hamas, yang dapat mengarah pada pembebasan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Lihat juga Video: Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza Tembus 57 Ribu Orang

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dipasangi Pagar oleh Israel, Kota di Tepi Barat Bak Penjara Besar

    Dipasangi Pagar oleh Israel, Kota di Tepi Barat Bak Penjara Besar

    Tepi Barat

    Sebuah kota Palestina di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel berubah menjadi “penjara besar” setelah dipasangi pagar besi setinggi lima meter oleh Israel. Warga setempat mengeluhkan terputusnya mata pencaharian mereka imbas pemasangan pagar besi tersebut.

    Pagar tinggi yang membelah kota Sinjil, ditambah keberadaan gerbang baja yang berat dan pembatas jalan, telah menutup semua akses, kecuali satu rute masuk dan keluar untuk kota tersebut, yang diawasi oleh tentara Israel yang siaga di pos-pos jaga.

    “Sinjil sekarang menjadi sebuah penjara besar,” sebut seorang warga setempat, Mousa Shabaneh (52), yang merupakan ayah dari tujuh anak, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (4/7/2025).

    Shabaneh hanya bisa pasrah melihat para pekerja memasang pagar besi di tengah-tengah sebuah kebun pembibitan di tepi kota Sinjil, yang menjadi tempatnya menanam pohon-pohon untuk dijual, satu-satunya sumber pendapatannya.

    “Tentu saja, kami sekarang dilarang pergi ke kebun pembibitan. Semua pohon yang saya miliki telah terbakar dan musnah. Pada akhirnya, mereka memutus mata pencaharian kami,” ucapnya.

    Tembok pembatas dan pos pemeriksaan yang dibangun oleh pasukan Israel telah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi hampir 3 juta jiwa penduduk Palestina yang ada di Tepi Barat.

    Namun, banyak warga yang mengatakan bahwa pemasangan pembatas semacam yang meningkat drastis sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza telah membuat kota-kota dan desa-desa di area itu dalam keadaan terkepung secara permanen.

    Lihat juga Video: Warga Israel Picu Bentrok di Tepi Barat, 3 Warga Palestina Tewas

    Pagar besi yang dipasang di sekitar Sinjil menjadi contoh nyata dari pembatas yang telah muncul di wilayah tersebut, yang berdampak pada kehidupan sehari-hari penduduk setempat. Militer Israel mengatakan pagar besi dibangun untuk melindungi jalan raya Ramallah-Nablus di dekat kota tersebut.

    “Mengingat insiden teror yang berulang di area ini, diputuskan untuk memasang pagar guna mencegah aksi pelemparan batu di jalur utama dan gangguan ketertiban umum yang berulang, dengan demikian menjaga keamanan warga sipil di wilayah tersebut,” demikian pernyataan militer Israel.

    Karena penduduk setempat masih diizinkan masuk dan keluar melalui satu-satunya gerbang masuk yang tersisa, maka menurut militer Tel Aviv, kebijakan tersebut dianggap memungkinkan “akses bebas” ke kota tersebut.

    Faktanya, menurut penduduk setempat, orang-orang yang tinggal di kota Sinjil harus berjalan kaki atau berkendara melalui jalanan sempit dan berliku menuju ke satu-satunya titik masuk yang diizinkan oleh Israel.

    Wakil Wali Kota Sinjil, Bahaa Foqaa, mengatakan bahwa bagi mereka yang dulunya mencari nafkah di area sekitar kota tersebut, kini secara efektif terputus mata pencahariannya.

    “Ini adalah kebijakan yang digunakan tentara pendudukan (Israel) untuk mengintimidasi orang-orang dan menghancurkan keinginan rakyat Palestina,” sebutnya.

    Lihat juga Video: Warga Israel Picu Bentrok di Tepi Barat, 3 Warga Palestina Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tentara Bayaran AS Disebut Tembaki Warga Gaza yang Cari Bantuan

    Tentara Bayaran AS Disebut Tembaki Warga Gaza yang Cari Bantuan

    Gaza City

    Sejumlah tentara bayaran Amerika Serikat (AS) yang dikontrak untuk menjaga pusat-pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, dilaporkan menggunakan peluru tajam dan granat kejut saat warga sipil Palestina mencari bantuan makanan di area tersebut.

    Informasi itu, dilansir dari Associated Press, Jumat (4/7/2025), terungkap dari keterangan sejumlah tentara bayaran AS yang enggan disebut namanya, dan dari beberapa rekaman video yang didapatkan oleh Associated Press (AP).

    Dua tentara bayaran AS, yang berbicara kepada AP tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi ini karena merasa terganggu oleh apa yang mereka anggap sebagai praktik berbahaya dan tidak bertanggung jawab.

    Keduanya mengatakan bahwa para petugas keamanan yang dipekerjakan sering kali tidak memenuhi syarat dan tidak menjalani pemeriksaan latar belakang secara menyeluruh, namun diberi senjata lengkap saat bertugas, serta tampaknya memiliki izin terbuka untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.

    Menurut kedua tentara bayaran itu, beberapa kolega mereka sesama tentara bayaran AS secara rutin melemparkan granat kejut dan semprotan merica ke arah warga sipil Palestina. Salah satunya mengatakan bahwa peluru tajam juga ditembakkan ke segala arah — ke udara, ke tanah, dan terkadang ke arah warga sipil Palestina.

    Dia menyebut bahwa setidaknya satu kejadian di mana dia mengira seseorang terkena tembakan kontraktor AS.

    “Ada orang-orang tidak bersalah yang terluka. Sangat parah. Sungguh tidak perlu,” kata kontraktor AS yang berbicara kepada AP tersebut.

    Disebutkan juga bahwa staf AS yang berada di lokasi itu memantau orang-orang yang datang untuk mencari bantuan makanan dan mendokumentasikan siapa pun yang dianggap “mencurigakan”. Dia mengatakan bahwa mereka membagikan informasi tersebut kepada militer Israel.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Sejumlah video yang diberikan oleh salah satu kontraktor AS itu, yang diambil dari lokasi pusat distribusi bantuan Gaza, menunjukkan ratusan warga Palestina berdesakan di antara gerbang logam, berebut bantuan di tengah suara tembakan, granat kejut, dan semprotan merica.

    Beberapa video lainnya menunjukkan percakapan antara pria-pria dengan berbahasa Inggris yang membahas soal cara membubarkan kerumunan dan saling menyemangati setelah terjadi baku tembak.

    Keterangan dari para tentara tersebut, dikombinasikan dengan video, laporan internal, pesan teks yang diperoleh AP, memberikan pandangan langka tentang Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), organisasi Amerika yang baru dibentuk secara rahasia dan didukung Israel untuk memberi makan warga Gaza.

    Bulan lalu, pemerintah AS menjanjikan US$ 30 juta agar GHF dalam melanjutkan operasinya di Jalur Gaza — sumbangan AS pertama yang diketahui secara publik untuk kelompok tersebut, yang selama ini sumber pendanaannya tidak jelas.

    Wartawan tidak dapat mengakses pusat bantuan GHF di Jalur Gaza, yang berada di dalam zona yang dikuasai militer Israel. Sementara AP tidak dapat memverifikasi secara independen cerita para tentara bayaran AS tersebut.

    Belum ada tanggapan langsung dari AS dan Israel terkait laporan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gencatan Senjata Gaza di Depan Mata, Ini Satu Hal yang Diminta Hamas

    Gencatan Senjata Gaza di Depan Mata, Ini Satu Hal yang Diminta Hamas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya mencapai gencatan senjata antara Hamas dan Israel kembali menguat setelah Amerika Serikat mendorong adanya perdamaian di wilayah tersebut. Namun, di tengah lonjakan diplomasi itu, serangan militer Israel ke Gaza terus berlanjut tanpa henti, menewaskan sedikitnya 59 warga Palestina hanya dalam satu hari.

    Sumber yang dekat dengan kelompok Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa mereka saat ini tengah menilai proposal gencatan senjata baru yang didukung AS, namun menekankan bahwa kelompok tersebut menginginkan jaminan jelas bahwa gencatan senjata itu benar-benar akan mengarah pada penghentian perang secara permanen.

    “Hamas sedang membahas proposal gencatan senjata ini dengan faksi-faksi Palestina lainnya dan akan menyampaikan responsnya kepada para mediator setelah diskusi itu selesai,” demikian pernyataan Hamas pada Jumat (4/7/2025).

    Sementara itu, dua pejabat Israel menyatakan bahwa rincian dari proposal itu masih dalam pembahasan, namun peluang untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera kini sangat tinggi, hampir 21 bulan sejak perang Israel-Hamas meletus.

    Presiden AS Donald Trump pada Selasa lalu menyebut bahwa Israel telah menyetujui syarat-syarat untuk menyelesaikan gencatan senjata selama 60 hari, periode yang dimaksudkan untuk membuka jalan menuju berakhirnya perang.

    Namun, apakah kesepakatan ini benar-benar akan terwujud sangat bergantung pada tanggapan akhir dari Hamas.

    Menurut sumber dari pihak keamanan Mesir, mediator dari Mesir dan Qatar saat ini berupaya mengamankan jaminan dari AS dan komunitas internasional bahwa negosiasi untuk mengakhiri perang akan tetap berlangsung. Jaminan tersebut dinilai krusial agar Hamas bersedia menerima proposal gencatan senjata dua bulan tersebut.

    Seorang pejabat senior Israel yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pemerintah siap menyetujui kesepakatan.

    Sumber lain yang mengetahui proses negosiasi mengatakan Israel menantikan respons resmi dari Hamas pada Jumat, dan jika tanggapannya positif, delegasi Israel akan ikut serta dalam pembicaraan tidak langsung untuk meresmikan kesepakatan tersebut.

    Isi proposal itu mencakup pembebasan secara bertahap terhadap 10 sandera Israel yang masih hidup, serta pemulangan jenazah 18 sandera lainnya, sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

    Dari 50 sandera yang diyakini masih berada di Gaza, sekitar 20 orang diperkirakan masih hidup.

    Selain itu, bantuan kemanusiaan akan segera masuk ke Gaza dan pasukan militer Israel akan menarik diri secara bertahap dari beberapa wilayah di Jalur Gaza. Negosiasi mengenai gencatan senjata permanen juga akan dimulai segera setelah kesepakatan diberlakukan.

    “Kami benar-benar berharap kesepakatan ini akan tercapai, tapi semuanya tergantung pada sejauh mana Hamas bersedia menerima syarat-syarat tersebut,” ujar Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, kepada Channel 12 Israel.

    “Satu hal yang pasti: Presiden ingin perang ini berakhir. Perdana Menteri ingin perang ini berakhir. Rakyat Amerika dan rakyat Israel juga menginginkan perang ini segera berakhir,” tambah Huckabee, yang dijadwalkan ikut dalam pembicaraan di Gedung Putih pekan depan saat Netanyahu bertemu dengan Trump.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]