Negara: Jalur Gaza

  • WFP Desak Israel Segera Beri Persetujuan Bagi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    WFP Desak Israel Segera Beri Persetujuan Bagi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    JAKARTA – Badan bantuan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa membutuhkan persetujuan segera dari Israel agar truk-truknya dapat memasuki Gaza jika ingin memanfaatkan jeda kemanusiaan yang direncanakan Israel dalam pertempuran, ujar seorang pejabat senior Program Pangan Dunia (WFP) pada Hari Minggu.

    Menghadapi kecaman global yang semakin meningkat seiring dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kelaparan massal telah melanda Gaza, Israel kemarin mengatakan mereka akan menghentikan operasi militer selama 10 jam setiap harinya di beberapa bagian wilayah kantong tersebut dan mengizinkan koridor bantuan baru.

    “Kita tidak hanya membutuhkan kata-kata, tetapi kita membutuhkan tindakan di sana. Kita membutuhkan izin dan persetujuan yang sangat cepat,” ujar Ross Smith, direktur kedaruratan WFP, kepada Reuters pada Hari Minggu, seperti dikutip 28 Juli.

    “Jika waktu tunggu terus berlanjut hingga 10 jam, maka kita tidak akan dapat memanfaatkan jeda ini,” lanjutnya.

    Sementara itu, COGAT, badan koordinasi bantuan militer Israel, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Sejak Israel mencabut blokade 11 minggu di Gaza pada 19 Mei dan mengizinkan operasi kemanusiaan yang dipimpin PBB untuk melanjutkan pengiriman terbatas, salah satu keluhan utama PBB adalah penundaan panjang yang dilakukan Israel dalam mengizinkan konvoi meninggalkan titik penyeberangan untuk mengangkut bantuan ke gudang dan titik distribusi di Gaza.

    Data PBB menunjukkan hanya kurang dari 8 persen dari 1.718 truk WFP yang berhasil mencapai tujuan mereka di Gaza dalam hampir sepuluh minggu sejak Israel mencabut blokadenya.

    Sisanya dijarah “baik secara damai oleh orang-orang yang kelaparan maupun secara paksa oleh pelaku bersenjata selama transit,” menurut data PBB.

    Israel diketahui mewajibkan PBB dan kelompok-kelompok lain untuk menurunkan bantuan mereka di titik penyeberangan dan kemudian mengirim truk dari Gaza untuk mengambilnya dan mengangkutnya ke dalam wilayah kantong yang dilanda perang, tempat sekitar 2,1 juta orang masih tinggal.

    “Semua orang bisa melihat mereka berkendara masuk, jadi mereka tahu bahwa makanan akan segera dimuat, dan mereka mulai menunggu dan berkerumun,” kata Smith, menambahkan beberapa konvoi bisa menunggu hingga 20 jam sebelum Israel memberi mereka lampu hijau untuk memasuki Gaza.

    “Jika mereka menunggu di sana selama 10 jam, memuat dan menunggu, maka pada saat itu ada 10.000 orang yang berkerumun di luar,” tegasnya.

    Israel mengendalikan semua akses ke Gaza, mengatakan mereka mengizinkan cukup bantuan makanan masuk ke daerah kantong tersebut, tempat mereka berperang dengan militan Palestina, Hamas, selama hampir 22 bulan.

    Israel menuduh Hamas mencuri bantuan, yang dibantah oleh para militan, sementara PBB mengatakan belum melihat bukti pengalihan bantuan massal di Gaza oleh Hamas.

    Kemarin, Yordania dan Uni Emirat Arab menerjunkan 25 ton bantuan ke Jalur Gaza, pengiriman udara pertama mereka dalam beberapa bulan, kata seorang sumber resmi Yordania, menambahkan pengiriman udara tersebut bukanlah pengganti pengiriman melalui darat.

    Smith mengatakan, pengiriman bantuan melalui udara “sepenuhnya simbolis.”

  • Blokade Gaza Harus Dibuka, Bantuan Kemanusiaan Jangan Dipersulit

    Blokade Gaza Harus Dibuka, Bantuan Kemanusiaan Jangan Dipersulit

    GELORA.CO -Dukungan penuh langkah Pemerintah Indonesia dalam menjalankan diplomasi kemanusiaan kepada negara-negara Arab, khususnya Mesir dan Yordania, diapresiasi Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Kholid.

    Hal ini penting untuk segera membuka akses logistik dan menyalurkan bantuan kemanusiaan secara aman dan berkelanjutan ke Jalur Gaza, Palestina.

    “Gaza sedang menghadapi krisis kelaparan yang sangat parah. Ribuan anak-anak dan perempuan mengalami kelaparan ekstrem akibat tertutupnya akses terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan,” ujar Kholid lewat keterangan resminya, Senin, 28 Juli 2025.

    Berdasarkan laporan IPC (Integrated Food Security Phase Classification), lebih dari 2 juta penduduk Gaza, termasuk sekitar 1 juta anak-anak, terancam kelaparan masif dan malnutrisi.

    “Jika tidak segera ditangani, ini akan menjadi bencana kemanusiaan yang lebih luas. PKS mendukung penuh upaya Pemerintah RI untuk mendesak negara-negara Arab membuka blokade dan mengizinkan distribusi bantuan secara aman, luas, dan tanpa syarat yang menyulitkan,” tambahnya

    Kholid menegaskan bahwa Indonesia, sebagai negara mayoritas Muslim yang konsisten membela perjuangan Palestina, memiliki posisi strategis untuk memimpin inisiatif diplomasi kemanusiaan baik secara bilateral, regional, maupun multilateral melalui forum Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Liga Arab, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    “Kami mendorong Pemerintah Indonesia untuk memperkuat tekanan diplomatik terhadap negara-negara yang memiliki pengaruh geopolitik atas akses darat Gaza, terutama Mesir dan Yordania. Jalur bantuan harus dibuka dan dijamin keamanannya untuk memastikan makanan dan obat-obatan sampai ke warga sipil yang membutuhkan,” lanjutnya.

    Ia juga menekankan bahwa solidaritas dunia Islam tidak boleh berhenti pada pernyataan politik semata. Negara-negara Arab memiliki tanggung jawab moral, sejarah, dan keagamaan untuk bertindak cepat menyelamatkan rakyat Gaza dari kelaparan dan kepunahan yang sistematis.

    “Ini bukan sekadar tragedi kemanusiaan ini adalah ujian moral bagi solidaritas dunia Islam. Jangan biarkan Gaza berubah menjadi kuburan massal akibat kelaparan yang sebenarnya bisa dicegah. Indonesia harus terus berada di garis depan perjuangan kemanusiaan global,” tegas Kholid.

    Di akhir pernyataannya, Kholid juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk terus menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina melalui doa, aksi kemanusiaan, serta kampanye publik di berbagai media dan forum.

    “Mari kita perkuat suara, kirim bantuan, dan terus menekan dunia internasional untuk menghentikan blokade dan membuka akses kehidupan bagi rakyat Gaza. Ini bukan hanya tentang Palestina, ini tentang kemanusiaan,” tutupnya. 

  • Israel Umumkan Jeda Pertempuran 10 Jam Setiap Hari di 3 Wilayah Gaza

    Israel Umumkan Jeda Pertempuran 10 Jam Setiap Hari di 3 Wilayah Gaza

    Jakarta

    Israel mengumumkan jeda taktis dalam pertempuran di tiga wilayah Gaza. Israel menyebut akan mengizinkan PBB dan badan-badan bantuan untuk membuka rute darat yang aman guna mengatasi krisis kelaparan.

    Dilansir AFP, Minggu (27/7/2025), militer juga mengatakan telah mulai mengirimkan makanan melalui udara ke wilayah tersebut. Israel bersikeras menolak tuduhan bahwa mereka menggunakan kelaparan sebagai senjata melawan warga sipil Palestina.

    Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan telah berkoordinasi dengan PBB dan badan-badan internasional untuk “meningkatkan skala bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza,”. Kepala kebijakan regional lembaga bantuan Oxfam, Bushra Khalidi, menyebut keputusan Israel sebagai “langkah awal yang disambut baik” tetapi memperingatkan bahwa hal itu mungkin belum cukup untuk menyelesaikan krisis.

    “Kelaparan tidak akan teratasi hanya dengan beberapa truk atau bantuan udara. Yang dibutuhkan adalah respons kemanusiaan yang nyata: gencatan senjata, akses penuh, semua penyeberangan dibuka, dan aliran bantuan yang stabil dan berskala besar ke Gaza,” ujarnya kepada AFP.

    “Kita membutuhkan gencatan senjata permanen, pencabutan pengepungan sepenuhnya, dan jaminan yang jelas bahwa ini bukan sekadar tindakan sementara. Saat ini, belum jelas bagaimana ini akan terwujud di lapangan,” sambungnya.

    Jeda pertempuran akan terbatas pada wilayah-wilayah yang menurut militer tidak dioperasi oleh pasukan Israel saat ini, yaitu di Al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Kota Gaza, dan akan berlangsung dari pukul 10.00 pagi (07.00 GMT) hingga pukul 20.00 malam setiap hari.

    Seorang warga di distrik Tel al-Hawa, Kota Gaza, Suad Ishtaywi (30) mengatakan ia berharap truk bantuan kini dapat mencapai tenda-tenda pengungsian keluarganya.

    “Harapan hidup saya adalah makan sepotong roti dan dapat menyediakan roti untuk anak-anak saya,” ujar Suad Ishtaywi kepada AFP.

    IShtaywi mengeluhkan suaminya pulang setiap hari setelah perjalanan yang sia-sia ke titik-titik distribusi bantuan.

    Sementara itu warga lainnya di Gaza, Mohammed al-Daduh (44) berharap bantuan dapat datang hari ini karena kelaparan hari ini.

    “Kami berharap bantuan datang hari ini, karena kelaparan membunuh kami setiap hari. Mesir mengatakan akan mengirimkan bantuan, tetapi kami tidak tahu apakah Israel akan mengizinkannya masuk,” imbuhnya.

    Sementara itu, truk-truk bantuan Mesir telah mulai menyeberang ke Gaza melalui perlintasan perbatasan Rafah, sebagaimana disaksikan oleh wartawan AFP.

    (yld/idn)

  • Dikecam Dunia, Israel Akhirnya Buka Jalur Bantuan Warga Gaza

    Dikecam Dunia, Israel Akhirnya Buka Jalur Bantuan Warga Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel telah membuka kembali akses pengiriman bantuan ke jalur Gaza, Palestina, Sabtu (26/7/2025). Hal itu disampaikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kepada CNN International.

    Sebelumnya ada desakan dari masuarakat dan komunitas internasional yang memprotes keras karena Israel membiarkan warga Gaza tewas karena kelaparan.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, kematian akibat kekurangan gizi mencapai 101 orang, dengan 80 di antaranya merupakan anak-anak. Data Kemenkes Gaza menyebutkan 900 ribu anak saat ini dilanda kelaparan, sementara 70 ribu lainnya menunjukkan gejala malnutrisi.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah mencatat seluruh warga Gaza saat ini dilanda krisis pangan. Mereka tak lagi memiliki akses pada makanan yang cukup, bergizi, dan aman.

    Seiring dengan pernyataan Israel, pada Minggu (27/7) dini hari, Al Jazeera melaporkan bahwa sejumlah kecil bantuan makanan telah dikirimkan dari udara ke area pengungsian warga di Gaza utara.

    Kendati begitu, 11 orang terluka akibat paket bantuan yang jatuh langsung ke tenda warga

    Kelompok-kelompok internasional sejak awal telah mengkritik keputusan Israel mengirimkan bantuan melalui udara. Pasalnya, pengiriman semacam itu tak efektif karena mahal serta membahayakan keselamatan warga Gaza.

    “Airdrop tidak bisa mengatasi kelaparan yang sudah sangat parah ini. Airdrop mahal, tidak efisien, dan bahkan bisa membunuh warga sipil yang kelaparan,” kata Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, seperti dikutip CNN.

    Menurut Lazzarini, alih-alih menerjunkan bantuan dari udara, militer Israel harusnya membuka jalur darat dan mengizinkan truk-truk bantuan masuk. Meski begitu, pengiriman via darat menurutnya tetap memerlukan jaminan pergerakan yang aman melalui koridor kemanusiaan.

    Aksi genosida Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 59 ribu warga Palestina, serta melukai 143 ribu orang lainnya, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza. Mayoritas korban merupakan warga sipil perempuan dan anak-anak.

    Meski begitu, jumlah korban tewas diperkirakan bisa lebih dari 61 ribu jiwa. Sebab, ribuan orang masih hilang di bawah reruntuhan bangunan yang digempur Israel dan diyakini telah meninggal dunia.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Via Udara Usai Panen Kecaman

    Israel Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Via Udara Usai Panen Kecaman

    Jakarta

    Israel mengatakan pihaknya telah mengirimkan bantuan melalui udara ke Jalur Gaza usai menghadapi kecaman internasional atas krisis kelaparan yang semakin dalam di wilayah Palestina. Israel juga akan membuka koridor kemanusiaan buntut kecaman tersebut.

    Dilansir AFP, Minggu (27/7/2025), sebelumnya Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza pada 2 Maret setelah perundingan gencatan senjata gagal. Pada akhir Mei, Israel mulai mengizinkan sedikit bantuan untuk dilanjutkan.

    Sebelum Israel mengumumkan pengiriman tujuh paket bantuan, Uni Emirat Arab telah mengatakan akan memulai kembali pengiriman bantuan dan Inggris mengatakan akan bekerja sama dengan mitra termasuk Yordania untuk membantu mereka.

    Keputusan untuk melonggarkan aliran bantuan muncul ketika badan pertahanan sipil Palestina mengatakan lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan dan penembakan Israel, beberapa di antaranya saat mereka menunggu di dekat pusat distribusi bantuan.

    “Ini akan memperbaiki situasi kemanusiaan, dan membantah “klaim palsu tentang kelaparan yang disengaja di Jalur Gaza”, tambahnya.

    Sementara itu, militer Israel melalui Telegramnya mengumumkan bahwa mereka “melaksanakan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengizinkan dan memfasilitasi masuknya bantuan ke Jalur Gaza,”.

    Israel sebelumnya mengatakan koridor kemanusiaan bagi konvoi bantuan PBB untuk mengirimkan makanan dan obat-obatan juga akan ditetapkan.

    Ini akan memperbaiki situasi kemanusiaan, dan membantah “klaim palsu tentang kelaparan yang disengaja di Jalur Gaza”, tambahnya.

    Kementerian Luar Negeri Israel juga menambahkan pihaknya akan melakukan jeda kemanusiaan.

    “Jeda kemanusiaan akan berlaku di beberapa wilayah Gaza pada Minggu pagi untuk memfasilitasi pengiriman bantuan,” katanya.

    Truk Bantuan Mulai Bergerak dari Mesir ke Gaza

    Dilasir Reuters, puluhan truk yang membawa berton-ton bantuan kemanusiaan mulai bergerak menuju perlintasan Karam Abu Salem (Kerem Shalom) di Gaza selatan. Hal itu dilaporkan kata koresponden Al Qahera dari perlintasan perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.

    Organisasi-organisasi bantuan internasional mengatakan terjadi kelaparan massal di antara 2,2 juta penduduk Gaza, dengan persediaan makanan menipis setelah Israel memutus semua pasokan ke wilayah tersebut pada bulan Maret, sebelum melanjutkannya pada bulan Mei dengan pembatasan baru.

    Israel mengatakan telah membiarkan cukup banyak makanan masuk ke Gaza dan menuduh Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal mendistribusikannya. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan mereka beroperasi seefektif mungkin di bawah pembatasan Israel.

    (yld/gbr)

  • Gaza Hadapi Kelaparan Massal yang Dibuat dan Disengaja

    Gaza Hadapi Kelaparan Massal yang Dibuat dan Disengaja

    JAKARTA – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan kelaparan massal di Jalur Gaza “dibuat dan disengaja.”

    Mereka mengatakan mekanisme distribusi bantuan yang didukung Israel dan AS, yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza,” atau GHF, dibentuk untuk memuluskan “tujuan militer dan politik.”

    “Kelaparan massal yang disengaja dan terencana. Hari ini, lebih banyak anak meninggal, tubuh mereka kurus kering karena kelaparan,” demikian pernyataan tersebut dilansir ANTARA dari Anadolu, Sabtu, 26 Juli.

    Mereka menekankan “sistem distribusi (GHF) yang cacat tersebut tidak dirancang untuk mengatasi krisis kemanusiaan.”

    UNRWA menekankan sistem itu “melayani tujuan militer dan politik. Sistem ini kejam karena lebih banyak merenggut nyawa daripada menyelamatkan nyawa.”

    Badan tersebut menjelaskan di bawah sistem tersebut, Israel mengendalikan “semua aspek akses kemanusiaan, baik di luar maupun di dalam Gaza.”

    Sejak 27 Mei, Tel Aviv mulai melaksanakan rencana penyaluran bantuan melalui “Yayasan Kemanusiaan Gaza,” mekanisme yang didukung oleh Israel dan AS tetapi ditolak oleh PBB dan organisasi-organisasi kemanusiaan besar.

    UNRWA mencatat selama gencatan senjata sebelumnya pada 2025, yang dimulai pada Januari dan kemudian tidak diimplementasikan oleh Israel pada Maret, mereka “membalikkan kelaparan yang semakin dalam.”

    Badan tersebut menambahkan “saat ini, UNRWA sendiri memiliki 6.000 truk bantuan makanan dan medis yang tertahan di Mesir dan Yordania.”

    UNRWA telah berulang kali menyerukan pengaktifan kembali mekanisme distribusi bantuan yang diawasi PBB untuk membantu meringankan krisis kelaparan di Gaza.

    Sejak 2 Maret, Israel sudah tidak melaksanakan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas serta menutup perlintasan Gaza, sehingga ratusan truk bantuan terdampar di perbatasan.

    Israel menolak seruan internasional untuk melaksanakan gencatan senjata dan terus melancarkan serangan brutal di Gaza sejak akhir 2023, sehingga menewaskan lebih dari 59.600 warga Palestina.

    Kematian akibat kelaparan melonjak dalam beberapa hari terakhir akibat blokade yang telah berlangsung selama berbulan-bulan dan buruknya distribusi bantuan yang dilakukan oleh lembaga bantuan GHF yang kontroversial.

    Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk PM Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

  • Data Ngeri PBB Ungkap Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari

    Data Ngeri PBB Ungkap Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari

    Jakarta

    Penderitaan warga di Gaza seperti tak kunjung usai. Di tengah gempuran Israel, kelaparan massal kini turut mereka rasakan.

    Badan bantuan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa nyaris sepertiga warga Gaza “tidak makan selama berhari-hari” saat kelaparan massal menyelimuti daerah kantong Palestina yang dilanda perang sejak Oktober 2023 lalu.

    Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, sebut badan bantuan pangan PBB Program Pangan Dunia (WFP), seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), telah mencapai “tingkat keputusasaan yang baru dan mencengangkan”.

    WFP yang berbasis di Roma, Italia, sebelumnya telah memperingatkan “risiko kelaparan kritis” di Jalur Gaza yang dilanda perang tanpa henti. Israel telah menuai kecaman internasional atas situasi terkini di wilayah tersebut.

    “Hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari. Malnutrisi meningkat dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan,” sebut WFP dalam pernyataannya pada Jumat (25/7).

    470 Ribu Orang di Gaza Terancam Kelaparan

    Disebutkan oleh WFP bahwa sekitar 470.000 orang di Jalur Gaza diperkirakan akan menghadapi “bencana kelaparan” atau “catastrophic hunger” — kategori paling parah dalam klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu PBB — antara Mei dan September tahun ini.

    “Bantuan pangan adalah satu-satunya cara bagi masyarakat untuk mengakses makanan karena harga pangan sedang melambung tinggi,” kata WFP dalam pernyataannya.

    “Banyak orang sekarat karena kurangnya bantuan kemanusiaan,” imbuh pernyataan WFP tersebut.

    Palestinians inspect the damage at an UNRWA school sheltering displaced people that was hit in an Israeli air strike on Sunday, in Gaza City, June 30, 2025. REUTERS/Mahmoud Issa Foto: REUTERS/Mahmoud Issa

    Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan telah memperingatkan akan melonjaknya jumlah anak-anak yang mengalami kekurangan gizi di Jalur Gaza, yang diblokade Israel pada Maret lalu di tengah perangnya melawan kelompok Hamas.

    Israel sebelumnya membantah sebagai penyebab kelaparan massal di Jalur Gaza. Bantahan itu disampaikan setelah kritikan internasional semakin meningkat yang menuduh Tel Aviv berada di balik kekurangan pangan kronis yang memicu kelaparan massal yang kini menyelimuti berbagai wilayah Jalur Gaza.

    Israel Bantah Jadi Pemicu Kelaparan

    Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM), dalam pernyataan bersama pada Rabu (23/7), menyatakan bahwa “kelaparan massal” sedang menyebar di Jalur Gaza.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga turut berkomentar mengatakan bahwa “sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan”. Dia bahkan menyebut kelaparan massal itu merupakan “buatan manusia”, namun tanpa menyebut nama Israel.

    Reaksi keras diberikan Israel, dengan juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menegaskan Israel tidak memicu kelaparan massal di Jalur Gaza. Tel Aviv justru menyalahkan kelompok Hamas yang dituding secara sengaja menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza.

    “Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas,” tegas Mencer dalam pernyataannya.

    25 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel, Mayoritas Korban Sedang Cari Bantuan

    Sedikitnya 25 orang tewas akibat rentetan serangan udara dan tembakan pasukan Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (26/7) dini hari. Sebagian besar korban kehilangan nyawa saat menunggu truk bantuan kemanusiaan.

    Palestinians walk with aid supplies which they received from the U.S.-backed Gaza Humanitarian Foundation, in the central Gaza Strip, May 29, 2025. REUTERS/Ramadan Abed REFILE – CORRECTING LOCATION FROM “NEAR AN AREA OF GAZA KNOWN AS THE NETZARIM CORRIDOR” TO “IN THE CENTRAL GAZA STRIP”. Foto: REUTERS/Ramadan Abed

    Staf rumah sakit Shifa, yang menjadi tempat jenazah korban dibawa, seperti dilansir Associated Press dan AFP, Sabtu (26/7/2025), melaporkan sebagian besar korban tewas akibat tembakan yang mengarah ke mereka saat menunggu truk bantuan kemanusiaan di dekat perlintasan perbatasan Zikim.

    Badan pertahanan sipil Gaza juga melaporkan bahwa “pasukan Israel menembaki orang-orang yang menunggu bantuan kemanusiaan” di barat laut Gaza City. Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa ribuan orang telah berkumpul di area tersebut untuk menunggu bantuan.

    Salah satu saksi mata, Abu Hamir Hamoudeh, mengatakan bahwa militer Israel melepaskan tembakan “ketika orang-orang sedang menunggu untuk mendekati titik distribusi”, yang terletak di dekat pos militer Israel area Zikim, barat laut Sudaniyah.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan kepada AFP bahwa empat warga Palestina tewas akibat serangan udara di area Al-Rimal, Gaza City, di bagian utara Jalur Gaza.

    Satu orang lainnya tewas akibat serangan drone di dekat Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan. Sedangkan tembakan artileri di kamp Al-Bureij di Jalur Gaza bagian tengah, menurut badan pertahanan sipil Gaza, menewaskan satu orang lainnya.

    Halaman 2 dari 3

    (ygs/ygs)

  • Bantuan Via Udara ke Gaza Tak Efektif Atasi Krisis Kelaparan

    Bantuan Via Udara ke Gaza Tak Efektif Atasi Krisis Kelaparan

    Jakarta

    Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa rencana pengiriman bantuan melalui udara ke jalur Gaza tidak akan menyelesaikan krisis kelaparan. Krisis pangan ini disebabkan oleh pembatasan pasokan selama berbulan-bulan.

    “Pengiriman bantuan melalui udara tidak akan membalikkan kelaparan yang semakin parah. Biayanya mahal, tidak efisien, dan bahkan dapat membunuh warga sipil yang kelaparan,” tulis Kepala UNRWA Philippe Lazzarini di X, sembari menyebut gelombang kelaparan yang melanda Gaza sebagai buatan manusia, dilansir AFP, Minggu (27/7/2025).

    Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP pada hari Jumat (25/7) bahwa pengiriman bantuan di Gaza akan segera dilanjutkan. Juga menambahkan bahwa pengiriman tersebut akan dilakukan oleh Uni Emirat Arab dan Yordania.

    Situasi kemanusiaan di wilayah Palestina telah memburuk secara drastis dalam beberapa hari terakhir, dengan LSM internasional memperingatkan akan melonjaknya malnutrisi di kalangan anak-anak.

    “Cabut pengepungan, buka gerbang, dan jamin pergerakan yang aman + akses yang bermartabat bagi orang-orang yang membutuhkan,” kata Lazzarini, merujuk pada berbagai titik masuk di bawah kendali Israel yang mengatur akses ke Gaza.

    Israel memberlakukan blokade total terhadap masuknya bantuan ke Gaza pada 2 Maret setelah perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata gagal. Israel mulai mengizinkan masuknya sedikit bantuan lagi pada akhir Mei.

    PBB dan LSM di lapangan telah mengecam kelangkaan parah yang dihadapi 2,4 juta penduduk Gaza, dengan kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan, dan bahan bakar.

    Militer Israel mengatakan pada hari Jumat bahwa negara itu tidak membatasi jumlah truk yang masuk ke Jalur Gaza. dan bahwa organisasi kemanusiaan dan PBB tidak mengambil bantuan setelah berada di dalam wilayah tersebut.

    (azh/azh)

  • Presiden JDF: Kelaparan massal di Gaza bukan lagi konflik geopolitik

    Presiden JDF: Kelaparan massal di Gaza bukan lagi konflik geopolitik

    Sudah cukup! Dunia tidak boleh gagal sebagai manusia hanya karena takut menghentikan kebiadaban Israel. Jangan biarkan generasi kita dikenang sebagai generasi yang membiarkan anak-anak mati kelaparan tanpa berbuat apa-apa. Kita harus bertindak, sekar

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Justice and Democracy Forum (JDF) Asia Pasifik Jazuli Juwaini menyatakan tindakan Israel yang terus menerus memblokade Gaza hingga menyebabkan kelaparan massal seluruh lapisan rakyat Palestina bukan lagi persoalan menyangkut konflik geopolitik.

    Menurut legislator itu, tindakan Israel tersebut tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga telah melampaui batas nalar kemanusiaan.

    “Ini bukan lagi soal konflik atau geopolitik. Ini adalah kebiadaban murni. Israel membiarkan, bahkan membunuh, orang-orang yang hanya ingin makan agar tetap hidup. Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang paling telanjang yang kita saksikan di abad ini,” kata Jazuli dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

    Ia pun menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap lumpuhnya suara nurani dunia atas apa yang terjadi di Palestina oleh Israel.

    “Dunia telah kehilangan arah moral, kehilangan nurani, kehilangan keberanian untuk berdiri membela kebenaran. Ketika rakyat Palestina mati satu per satu karena kelaparan dan peluru, para pemimpin dunia hanya diam, atau sibuk berhitung dengan kepentingan politik mereka,” ujarnya.

    Dia lantas menyerukan kepada seluruh pemimpin negara-negara berdaulat, organisasi internasional, dan masyarakat sipil global untuk segera membentuk koalisi internasional yang menuntut pertanggungjawaban Israel, baik menjatuhkan sanksi tegas terhadap Israel dan seluruh komando militernya, hingga mendorong pengakhiran pendudukan brutal terhadap Palestina.

    “Sudah cukup! Dunia tidak boleh gagal sebagai manusia hanya karena takut menghentikan kebiadaban Israel. Jangan biarkan generasi kita dikenang sebagai generasi yang membiarkan anak-anak mati kelaparan tanpa berbuat apa-apa. Kita harus bertindak, sekarang!,” tuturnya.

    Dia menegaskan JDF berdiri tegak bersama rakyat Palestina, dan akan terus menyuarakan perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan, penindasan, dan pelanggaran HAM dimana pun terjadi.

    Sebelumnya (25/7), Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan kelaparan massal di Jalur Gaza “dibuat dan disengaja.”

    Mereka mengatakan bahwa mekanisme distribusi bantuan yang didukung Israel dan AS, yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza,” atau GHF, dibentuk untuk memuluskan “tujuan militer dan politik.”

    “Kelaparan massal yang disengaja dan terencana. Hari ini, lebih banyak anak meninggal, tubuh mereka kurus kering karena kelaparan,” demikian pernyataan tersebut.

    Otoritas kesehatan Gaza pada Jumat (25/7) melaporkan sembilan kematian tambahan akibat kelaparan dan malanutrisi dalam 24 jam terakhir, sehingga total kematian terkait kelaparan sejak dimulainya konflik pada Oktober 2023 itu menjadi 122 korban.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Serangan Israel Tewaskan 25 Orang di Gaza, Mayoritas Saat Tunggu Bantuan

    Serangan Israel Tewaskan 25 Orang di Gaza, Mayoritas Saat Tunggu Bantuan

    Gaza City

    Sedikitnya 25 orang tewas akibat rentetan serangan udara dan tembakan pasukan Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (26/7) dini hari. Sebagian besar korban kehilangan nyawa saat menunggu truk bantuan kemanusiaan.

    Staf rumah sakit Shifa, yang menjadi tempat jenazah korban dibawa, seperti dilansir Associated Press dan AFP, Sabtu (26/7/2025), melaporkan sebagian besar korban tewas akibat tembakan yang mengarah ke mereka saat menunggu truk bantuan kemanusiaan di dekat perlintasan perbatasan Zikim.

    Badan pertahanan sipil Gaza juga melaporkan bahwa “pasukan Israel menembaki orang-orang yang menunggu bantuan kemanusiaan” di barat laut Gaza City. Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa ribuan orang telah berkumpul di area tersebut untuk menunggu bantuan.

    Salah satu saksi mata, Abu Hamir Hamoudeh, mengatakan bahwa militer Israel melepaskan tembakan “ketika orang-orang sedang menunggu untuk mendekati titik distribusi”, yang terletak di dekat pos militer Israel area Zikim, barat laut Sudaniyah.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan kepada AFP bahwa empat warga Palestina tewas akibat serangan udara di area Al-Rimal, Gaza City, di bagian utara Jalur Gaza.

    Satu orang lainnya tewas akibat serangan drone di dekat Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan. Sedangkan tembakan artileri di kamp Al-Bureij di Jalur Gaza bagian tengah, menurut badan pertahanan sipil Gaza, menewaskan satu orang lainnya.

    Militer Israel belum memberikan tanggapan langsung atas laporan tersebut.

    Serangan-serangan itu terjadi saat perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas terhenti, setelah Amerika Serikat (AS) selaku mediator dan Tel Aviv menarik tim negosiator mereka pada Kamis (24/7) waktu setempat. Langkah itu membuat masa depan perundingan semakin tidak pasti.

    Israel Pertimbangkan Opsi Alternatif Usai Perundingan Terhenti

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan pada Jumat (25/7) bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan “opsi alternatif” untuk perundingan gencatan senjata dengan Hamas. Netanyahu tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan “opsi alternatif” tersebut.

    Pernyataan itu disampaikan saat pejabat Hamas mengatakan perundingan diperkirakan akan dilanjutkan pekan depan. Pejabat Hamas itu juga menggambarkan penarikan delegasi perunding AS dan Israel sebagai taktik tekanan belaka.

    Mesir dan Qatar, yang juga menjadi mediator bersama AS, mengatakan jeda itu hanya sementara dan perundingan akan dilanjutkan, meskipun tidak disebutkan kapan tepatnya.

    Lihat juga Video WHO: 1.026 Orang Tewas Saat Berusaha Cari Makan di Gaza

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)