Negara: Jalur Gaza

  • Inggris Akan Akui Negara Palestina Jika Israel Tak Hentikan Perang Gaza

    Inggris Akan Akui Negara Palestina Jika Israel Tak Hentikan Perang Gaza

    Jakarta

    Inggris akan mengakui negara Palestina pada September, kecuali Israel mengambil langkah signifikan untuk mengakhiri “kondisi yang sangat memprihatinkan” di Gaza dan memenuhi beberapa syarat lainnya, kata Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, pada Selasa (29/07).

    “Tujuan kami tetap sama: Israel yang aman, berdampingan dengan negara Palestina yang layak dan berdaulat,” ujar Starmer dalam pernyataannya dari Downing Street.

    Ia menyampaikan bahwa pemerintah Inggris sebenarnya sudah lama berniat mengakui negara Palestina “sebagai kontribusi terhadap proses perdamaian demi memberikan dampak maksimal bagi solusi dua negara,” yang menurutnya “kini sedang terancam.”

    “Sebagai bagian dari proses menuju perdamaian ini, saya mengonfirmasi bahwa Inggris akan mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB pada September, kecuali pemerintah Israel mengambil langkah nyata untuk mengakhiri kondisi yang memprihatinkan di Gaza,” tegas Starmer.

    Starmer: Krisis kemanusiaan ini butuh solusi jangka panjang

    Starmer juga menyerukan agar Israel “menyetujui gencatan senjata dan berkomitmen pada perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan, serta menghidupkan kembali prospek solusi dua negara.”

    Ini termasuk “mengizinkan PBB untuk kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan, dan menegaskan bahwa tidak akan ada aneksasi di Tepi Barat,” lanjutnya.

    Ia juga kembali menegaskan sikap pemerintahannya terhadap Hamas, kelompok militan Palestina yang didukung Iran dan menguasai Jalur Gaza.

    Di tengah kekhawatiran besar akan kelaparan massal di Gaza, Starmer menyerukan agar lebih banyak bantuan dapat menjangkau rakyat Palestina di wilayah tersebut.

    “Kita perlu memastikan sedikitnya 500 truk masuk ke Gaza setiap hari. Namun, pada akhirnya satu-satunya cara untuk mengakhiri krisis kemanusiaan ini adalah melalui penyelesaian jangka panjang,” jelasnya.

    PM Inggris ini juga menyatakan dukungannya terhadap upaya mediasi yang dilakukan oleh AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai “gencatan senjata yang sangat penting.”

    “Gencatan senjata itu harus berkelanjutan dan mengarah pada rencana perdamaian yang lebih luas, yang sedang kami kembangkan bersama mitra-mitra internasional kami,” tambahnya.

    Sama seperti AS, Uni Eropa dan Israel, Inggris telah menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris. Jika Hamas nantinya tetap terlibat dalam pemerintahan, hal ini dapat mempersulit upaya pengakuan kenegaraan Palestina.

    Israel: Inggris telah ‘memberi hadiah’ pada Hamas

    Pernyataan Starmer ini muncul setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan akan secara resmi mengakui negara Palestina pada September.

    Tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat selama beberapa minggu terakhir, mulai dari desakan untuk mengakhiri kampanye militer hingga mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan. Desakan ini juga diiringi dengan peringatan dari kelompok bantuan serta PBB mengenai ancaman kelaparan di Jalur Gaza.

    Sejauh ini, Israel justru meremehkan atau bahkan menolak klaim tentang kelaparan massal tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pernyataan Starmer “memberi hadiah pada terorisme keji Hamas dan menghukum para korbannya”

    “Negara jihadis di perbatasan Israel HARI INI akan mengancam Inggris BESOK,” tulis Netanyahu dalam unggahan di platform X.

    Kementerian Luar Negeri Israel juga menolak pernyataan Starmer tersebut dengan mengatakan bahwa Inggris “menyusul langkah Prancis dan tekanan politik dalam negeri, merupakan hadiah bagi Hamas dan merusak upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza serta kerangka kerja pembebasan para sandera.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani

    Editor: Tezar Aditya dan Prita Kusumaputri

    (ita/ita)

  • 60 Ribu Orang Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel, 145 Ribu Terluka

    60 Ribu Orang Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel, 145 Ribu Terluka

    Jakarta

    Sebanyak 60.034 orang warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023. Selain itu, ada 145.870 warga lainnya terluka.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (30/7/2025), Kementerian kesehatan di Gaza mengatakan jumlah korban tewas akibat perang Israel-Hamas telah melampaui 60.000 orang. Jumlah korban tewas itu dihimpun sejak pertempuran yang telah berkecamuk selama hampir 22 bulan.

    “Jumlah korban tewas akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 60.034 orang yang gugur,” tulis Kementerian Kesehatan Gaza.

    Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan Gaza juga mencatat ratusan ribu orang terluka akibat serangan Israel. Ada 145.870 warga Gaza yang terluka sejak 7 Oktober 2023.

    “Dan 145.870 orang yang terluka sejak 7 Oktober 2023,” kata Kementerian Kesehatan Gaza.

    Israel Tolak Gencatan Senjata

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, menolak apa yang disebutnya sebagai “kampanye yang terdistorsi” dari tekanan internasional untuk gencatan senjata Gaza dan pengakuan resmi untuk negara Palestina.

    “Itu tidak akan terjadi, tidak peduli seberapa besar tekanan yang diberikan kepada Israel,” tegas Saar dalam pernyataannya.

    Israel menggencarkan operasi militer melawan Hamas di Jalur Gaza selama hampir 22 bulan terakhir, sejak serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023 dilancarkan oleh Hamas.

    Dalam beberapa pekan terakhir, tekanan internasional semakin meningkat untuk gencatan senjata agar badan-badan bantuan dapat membanjiri Jalur Gaza dengan bantuan pangan dan mencegah apa yang disebut oleh para pemantau yang didukung PBB sebagai kelaparan yang meluas.

    Namun, dalam konferensi pers di Yerusalem, Saar bersikeras menegaskan bahwa Hamas bertanggung jawab penuh atas konflik tersebut dan bahwa tekanan terhadap Israel hanya akan mendorong Hamas untuk mengambil sikap garis keras.

    “Ketika mereka menuntut diakhirinya perang ini, apa sebenarnya maksudnya? Mengakhiri perang saat Hamas tetap berkuasa di Gaza?” tanyanya.

    (whn/whn)

  • Inggris Perdana Kirim Bantuan Via Udara ke Gaza yang Lagi Krisis Pangan

    Inggris Perdana Kirim Bantuan Via Udara ke Gaza yang Lagi Krisis Pangan

    Jakarta

    Pemerintah Inggris mengirim bantuan untuk pertama kalinya melalui udara ke Gaza, Palestina. Inggris menyebut bantuan ini harus segera disalurkan ke warga Gaza yang tengah dilanda kelaparan.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (29/7/2025), Kantor Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bantuan melalui udara pertama Inggris mendarat hari ini waktu setempat. Bantuan itu berisi sekitar setengah juta pound perlengkapan penyelamatan jiwa.

    Starmer mengatakan kondisi di Gaza sangat mengerikan saat ini. Dia menyebut banyak bayi hingga anak-anak yang kelaparan karena akses bantuan diblokade Israel.

    “Rakyat Palestina kini telah menanggung penderitaan yang mengerikan di Gaza akibat kegagalan bantuan yang dahsyat. Kami melihat bayi-bayi kelaparan, anak-anak yang terlalu lemah untuk berdiri,” ujar Starmer dalam pidato yang disiarkan televisi.

    “Penderitaan ini harus diakhiri,” ujarnya.

    “Konflik dan pengungsian telah meningkat, dan akses terhadap makanan serta barang dan jasa penting lainnya telah anjlok ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata IPC, dilansir CNN, Selasa (29/7).

    IPC menyebut semakin banyak bukti menunjukkan bahwa kelaparan, malnutrisi, dan penyakit yang meluas mendorong peningkatan kematian akibat kelaparan. IPC juga mengatakan bahwa peringatan tersebut dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia.

    Tercatat lebih dari 20.000 anak dirawat untuk perawatan malnutrisi akut antara April dan pertengahan Juli. Jumlah itu di antaranya 3.000 anak lebih mengalami malnutrisi parah.

    “Data terbaru menunjukkan bahwa ambang batas kelaparan telah tercapai untuk konsumsi pangan di sebagian besar Jalur Gaza dan untuk malnutrisi akut di Kota Gaza,” demikian bunyi peringatan tersebut, yang menyerukan tindakan segera untuk mengakhiri permusuhan dan memungkinkan respons kemanusiaan yang luas, tanpa hambatan, dan menyelamatkan nyawa.

    Pada bulan Mei, IPC melaporkan bahwa seluruh penduduk daerah kantong tersebut mengalami “ingkat ketahanan pangan akut yang tinggi. Dan wilayah tersebut berada dalam risiko tinggi kelaparan, jenis krisis kelaparan yang paling parah.

    (whn/azh)

  • Gaza Krisis Kelaparan, PBB Ajak Dunia Kirim Bantuan Pangan Skala Besar

    Gaza Krisis Kelaparan, PBB Ajak Dunia Kirim Bantuan Pangan Skala Besar

    Jakarta

    Badan-badan bantuan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengajak seluruh dunia untuk membanjiri Gaza, Palestina, dengan bantuan pangan. PBB menyerukan bantuan pangan skala besar.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (29/7/2025), Badan-badan bantuan utama PBB memperingatkan bantuan pangan harus segera dilakukan. PBB mengatakan Gaza kini tengah di ambang kelaparan skala penuh.

    “Kita perlu membanjiri Gaza dengan bantuan pangan berskala besar, segera dan tanpa hambatan, dan terus mengalirkannya setiap hari untuk mencegah kelaparan massal,” ujar Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain dalam pernyataan bersama UNICEF dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).

    Skenario terburuk kelaparan saat ini sedang terjadi di Jalur Gaza. Peringatan ini dikeluarkan oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebuah inisiatif yang didukung PBB.

    “Konflik dan pengungsian telah meningkat, dan akses terhadap makanan serta barang dan jasa penting lainnya telah anjlok ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata IPC, dilansir CNN, Selasa (29/7).

    IPC menyebut semakin banyak bukti menunjukkan bahwa kelaparan, malnutrisi, dan penyakit yang meluas mendorong peningkatan kematian akibat kelaparan. IPC juga mengatakan bahwa peringatan tersebut dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia.

    Tercatat lebih dari 20.000 anak dirawat untuk perawatan malnutrisi akut antara April dan pertengahan Juli. Jumlah itu di antaranya 3.000 anak lebih mengalami malnutrisi parah.

    “Data terbaru menunjukkan bahwa ambang batas kelaparan telah tercapai untuk konsumsi pangan di sebagian besar Jalur Gaza dan untuk malnutrisi akut di Kota Gaza,” demikian bunyi peringatan tersebut, yang menyerukan tindakan segera untuk mengakhiri permusuhan dan memungkinkan respons kemanusiaan yang luas, tanpa hambatan, dan menyelamatkan nyawa.

    Pada bulan Mei, IPC melaporkan bahwa seluruh penduduk daerah kantong tersebut mengalami tingkat ketahanan pangan akut yang tinggi. Dan wilayah tersebut berada dalam risiko tinggi kelaparan, jenis krisis kelaparan yang paling parah.

    (whn/azh)

  • Bunuh Diri di Kalangan Tentara Israel Melonjak, Sebulan 6 yang Mati

    Bunuh Diri di Kalangan Tentara Israel Melonjak, Sebulan 6 yang Mati

    GELORA.CO – Kasus bunuh diri di kalangan tentara Israel (IDF) melonjak seiring berlanjutnya agresi militer ke Jalur Gaza. Pada bulan Juli ini saja, tercatat enam kasus bunuh diri.

    Kasus bunuh diri terbaru menimpa Ariel Meir Taman, seorang tentara cadangan IDF yang pernah bertugas di Rabbinate IDF. Rabbinate adalah  lembaga keagamaan Yahudi yang berperan sebagai otoritas agama di lingkungan militer.

    Taman juga terlibat dalam mengindentifikasi jenazah tentara Israel yang tewas di Gaza.

    Taman tewas karena bunuh diri pada Minggu (27/7/2025) di rumahnya di Ofakim, Israel bagian selatan.

    “Kematian Taman menjadikan jumlah tentara yang bunuh diri bulan ini menjadi enam orang,” lapor media Israel, Haaretz, Selasa (29/7).

    Media Israel lainnya, Ynet, melaporkan awal bulan ini, hanya dalam rentang 1,5 minggu, tiga tentara IDF mengakhiri hidup mereka sendiri.

    “Peristiwa ini menyoroti persoalan yang menyakitkan dan kompleks. Banyak tentara, terutama yang masih muda, mengalami tekanan berat. Mereka harus menyaksikan kekejaman di medan perang. Tak jarang, mereka juga kehilangan rekan-rekan seperjuangan. Semua itu meninggalkan luka psikologis yang dalam,” lapornya.

    Menurut media tersebut, lonjakan kasus bunuh diri di kalangan militer mulai terlihat sejak awal tahun 2024. IDF tidak merilis data bunuh diri secara berkala kecuali melalui laporan tahunan, “sehingga sulit untuk memahami sepenuhnya sejauh mana krisis ini berlangsung.”

    IDF hanya melansir data resmi bahwa tahun 2024 ada 21 kasus bunuh diri, tertinggi sejak tahun 2011. Sedang pada 2023 ada 17 kasus.

    Sementara Haaretz menghitung sejak agresi Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023, lebih 40 tentara Israel mengakhiri hidupnya sendiri.

    Sedangkan France24 melaporkan, mayoritas kasus bunuh diri menimpa tentara cadangan. IDF mengakui ribuan tentara cadangan telah berhenti bertugas di medan tempur. Alasannya: tekanan mental yang berat.

    Ahli kesehatan mental Israel, Profesor Yossi Levi-Belz, memperingatkan bahwa gelombang bunuh diri mungkin masih akan terjadi.

    Laporan berbagai media internasional, sejauh ini Israel telah membunuh hampir 60.000 warga Jalur Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Serangan brutal Israel telah menghancurkan wilayah Palestina itu, melumpuhkan sistem kesehatan, dan menyebabkan krisis pangan yang parah.

  • Bencana Kelaparan di Gaza, 20 Ribu Anak Dirawat Akibat Malnutrisi Akut

    Bencana Kelaparan di Gaza, 20 Ribu Anak Dirawat Akibat Malnutrisi Akut

    Jakarta

    Skenario terburuk kelaparan saat ini sedang terjadi di Jalur Gaza. Peringatan ini dikeluarkan oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebuah inisiatif yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    “Konflik dan pengungsian telah meningkat, dan akses terhadap makanan serta barang dan jasa penting lainnya telah anjlok ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata IPC, dilansir CNN, Selasa (29/7/2025).

    IPC menyebut semakin banyak bukti menunjukkan bahwa kelaparan, malnutrisi, dan penyakit yang meluas mendorong peningkatan kematian akibat kelaparan. IPC juga mengatakan bahwa peringatan tersebut dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia.

    “Mengingat informasi dan data terbaru yang tersedia, analisis IPC baru akan segera dilakukan,” katanya.

    Tercatat lebih dari 20.000 anak dirawat untuk perawatan malnutrisi akut antara April dan pertengahan Juli. Jumlah itu di antaranya 3.000 anak lebih mengalami malnutrisi parah.

    “Data terbaru menunjukkan bahwa ambang batas kelaparan telah tercapai untuk konsumsi pangan di sebagian besar Jalur Gaza dan untuk malnutrisi akut di Kota Gaza,” demikian bunyi peringatan tersebut, yang menyerukan tindakan segera untuk mengakhiri permusuhan dan memungkinkan respons kemanusiaan yang luas, tanpa hambatan, dan menyelamatkan nyawa.

    Pada bulan Mei, IPC melaporkan bahwa seluruh penduduk daerah kantong tersebut mengalami “ingkat ketahanan pangan akut yang tinggi. Dan wilayah tersebut berada dalam risiko tinggi kelaparan, jenis krisis kelaparan yang paling parah.

    (azh/ygs)

  • Akal-akalan Israel Tak Ada Kelaparan di Gaza Tak Masuk Akal

    Akal-akalan Israel Tak Ada Kelaparan di Gaza Tak Masuk Akal

    Gaza City

    Kelaparan hebat terjadi di Jalur Gaza, Palestina yang terus dibombardir oleh Israel. Namun, Israel membuat klaim tak masuk akal soal tak ada kelaparan di Gaza.

    Dilansir AFP, situasi krisis di Jalur Gaza semakin memprihatinkan, dengan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam beberapa pekan terakhir memperingatkan akan terjadinya kelaparan yang mengancam jiwa seiring menipisnya pasokan bantuan.

    Tekanan internasional juga semakin meningkat untuk gencatan senjata guna memungkinkan operasi penyaluran bantuan secara besar-besaran.

    Namun pemerintah Israel, di bawah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, dengan tegas membantah tuduhan bahwa mereka menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

    Sementara itu, dilansir BBC pada Senin (28/7), menyebut kondisi saat ini sebagai “masa paling berat yang pernah saya alami sejak lahir. Ini adalah krisis dahsyat yang penuh penderitaan dan kondisi penuh kekurangan.”

    Pakar ketahanan pangan global belum mengklasifikasikan situasi di Gaza sebagai bencana kelaparan, tapi badan-badan di bawah PBB telah memperingatkan bahwa situasi kelaparan massal akibat perbuatan manusia tengah berlangsung di wilayah tersebut. Israel membantah atas kesalahan kontrol pangan berlebihan terhadap wilayah Palestina.

    Mereka–identitas para jurnalis disenyumbinyakan atas alasan keselamatan–menuturkan, kondisi paling menyakitkan saat ini adalah ketidakmampuan mereka memberi makan orang-orang terdekat, terutama anak kecil dan kelompok rentan.

    “Anak saya yang mengidap autisme tidak menyadari situasi yang tengah terjadi. Dia tidak bisa bicara dan tidak paham bahwa kami sedang terjebak di tengah peperangan,” ujar salah seorang juru kamera di Gaza yang memiliki empat anak.

    “Hari-hari belakangan dia sangat kelaparan, bahkan sampai memukul-mukul perutnya untuk mengisyaratkan bahwa dia ingin makan.”

    Jurnalis muda yang bertugas di Gaza selatan mengisahkan bahwa dia merupakan tulang punggung keluarga yang harus menghidupi orang tua dan saudaranya. “Saya terus memikirkan cara mendapatkan makanan untuk keluarga,” ujarnya.

    Israel Klaim Kirim Bantuan

    Israel mengatakan pihaknya telah mengirimkan bantuan melalui udara ke Jalur Gaza usai menghadapi kecaman internasional atas krisis kelaparan yang semakin dalam di wilayah Palestina. Israel juga akan membuka koridor kemanusiaan buntut kecaman tersebut.

    Dilansir AFP, Minggu (27/7/2025), sebelumnya Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza pada 2 Maret setelah perundingan gencatan senjata gagal. Pada akhir Mei, Israel mulai mengizinkan sedikit bantuan untuk dilanjutkan.

    Sebelum Israel mengumumkan pengiriman tujuh paket bantuan, Uni Emirat Arab telah mengatakan akan memulai kembali pengiriman bantuan dan Inggris mengatakan akan bekerja sama dengan mitra termasuk Yordania untuk membantu mereka.

    Keputusan untuk melonggarkan aliran bantuan muncul ketika badan pertahanan sipil Palestina mengatakan lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan dan penembakan Israel, beberapa di antaranya saat mereka menunggu di dekat pusat distribusi bantuan.

    “Ini akan memperbaiki situasi kemanusiaan, dan membantah “klaim palsu tentang kelaparan yang disengaja di Jalur Gaza”, tambahnya.

    PM Australia Heran dengan Klaim Israel

    Dilansir ABC Australia, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyatakan heran atas klaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengatakan “tidak ada kelaparan di Gaza.”

    Kepada anggota parlemen Partai Buruh yang dipimimpinnya, PM Albanese mengatakan pernyataan tersebut “tidak masuk akal.”

    Albanese melontarkan komentar tersebut menanggapi pertanyaan dari seorang anggota parlemen dari Partai Buruh tentang kapan Australia akan mengakui kenegaraan Palestina.

    PM Albanese sepertinya secara langsung mengkritik PM Netanyahu, yang mengunggah sebuah video ke X dengan mengatakan “tidak ada kelaparan di Gaza, tidak ada kebijakan kelaparan di Gaza.”

    PM Australia Heran dengan Pernyataan Israel yang Menyangkal Tidak Ada Kelaparan di Gaza (Foto: ABC Australia)

    Pernyataan tersebut juga pernah diucapkan oleh Wakil Duta Besar Israel untuk Australia, Amir Meron.

    “Klaim bahwa tidak ada kelaparan di Gaza tidak masuk akal,” kata PM Albanese kepada anggota Partai Buruh, menurut seorang juru bicara.

    Ia kemudian menjelaskan prasyarat Australia untuk mengakui Palestina, salah satunya “reformasi demokratis” di wilayah tersebut.

    Tapi ia mengindikasikan adanya hambatan yang bukannya tidak dapat diatasi, merujuk pada kutipan terkenal dari Nelson Mandela yang mengatakan “segalanya selalu tampak mustahil sampai terwujud.”

    Pemimpin Oposisi di Australia, Sussan Ley dari Partai Liberal, mengatakan ia “sangat terpukul melihat gambar-gambar” yang muncul dari Gaza, tetapi menolak mengatakan apakah menurutnya kelaparan sedang terjadi.

    “Ini adalah situasi yang kompleks di lapangan … saya senang melihat bantuan mengalir lebih jauh dan lebih baik,” ujarnya kepada para wartawan di Canberra.

    Belanda Bakal Panggil Dubes Israel

    Pemerintah Belanda mengatakan pihaknya akan memanggil Duta Besar (Dubes) Israel yang bertugas di wilayahnya. Pemanggilan itu dimaksudkan untuk menyampaikan kecaman terhadap situasi yang “tak tertahankan” di wilayah Jalur Gaza, yang terus dilanda perang.

    Rencana pemanggilan itu, seperti dilansir Reuters, Selasa (29/7/2025), diumumkan melalui sebuah surat pernyataan yang dirilis oleh pemerintah Belanda pada Senin (28/7) tengah malam waktu setempat.

    Disebutkan pemerintah Belanda dalam pernyataannya bahwa Duta Besar Israel akan dipanggil untuk mendengarkan kecaman terhadap situasi yang “tak tertahankan dan tak dapat dimaafkan” di wilayah Jalur Gaza, yang diselimuti perang antara Israel dan Hamas selama 21 bulan terakhir.

    Pemerintah Belanda, dalam pengumumannya, juga mengatakan akan memberlakukan larangan perjalanan terhadap dua menteri kontroversial Israel, yakni Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, dan Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich.

    Kedua menteri dalam kabinet pemerintah Israel, yang beraliran sayap kanan itu, tidak akan lagi diizinkan memasuki wilayah Belanda.

    Otoritas Belanda menuduh Ben-Gvir dan Smotrich telah berulang kali memicu kekerasan terhadap warga Palestina dan menyerukan “pembersihan etnis” di wilayah Jalur Gaza.

    Keputusan Belanda ini menyusul langkah serupa yang diambil terlebih dahulu oleh beberapa negara lainnya, seperti Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Norwegia, bulan lalu.

    Halaman 2 dari 4

    (rdp/rdp)

  • Israel Tolak Gencatan Senjata Jika Hamas Masih Berkuasa di Gaza

    Israel Tolak Gencatan Senjata Jika Hamas Masih Berkuasa di Gaza

    Tel Aviv

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, menolak apa yang disebutnya sebagai “kampanye yang terdistorsi” dari tekanan internasional untuk gencatan senjata Gaza dan pengakuan resmi untuk negara Palestina.

    Saar mengatakan kepada wartawan, seperti dilansir AFP, Selasa (29/7/2025), jika Israel menghentikan konflik saat Hamas masih berkuasa di Jalur Gaza dan masih menahan para sandera, maka itu akan menjadi “tragedi bagi Israel dan Palestina”.

    “Itu tidak akan terjadi, tidak peduli seberapa besar tekanan yang diberikan kepada Israel,” tegas Saar dalam pernyataannya.

    Israel menggencarkan operasi militer melawan Hamas di Jalur Gaza selama hampir 22 bulan terakhir, sejak serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023 dilancarkan oleh Hamas.

    Dalam beberapa pekan terakhir, tekanan internasional semakin meningkat untuk gencatan senjata agar badan-badan bantuan dapat membanjiri Jalur Gaza dengan bantuan pangan dan mencegah apa yang disebut oleh para pemantau yang didukung PBB sebagai kelaparan yang meluas.

    Namun, dalam konferensi pers di Yerusalem, Saar bersikeras menegaskan bahwa Hamas bertanggung jawab penuh atas konflik tersebut dan bahwa tekanan terhadap Israel hanya akan mendorong Hamas untuk mengambil sikap garis keras.

    “Ketika mereka menuntut diakhirinya perang ini, apa sebenarnya maksudnya? Mengakhiri perang saat Hamas tetap berkuasa di Gaza?” tanyanya.

    Saar juga menanggapi langkah-langkah beberapa negara, termasuk Prancis, untuk menghidupkan kembali upaya solusi dua negara bagi konflik Israel-Palestina.

    “Menteri Luar Negeri Prancis mengatakan di New York kemarin bahwa Eropa harus menekan Israel untuk menerima solusi dua negara,” ucapnya.

    “Mendirikan negara Palestina saat ini sama saja dengan mendirikan negara Hamas, negara jihadis. Itu tidak akan terjadi,” tegas Saar dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • 120 Truk Bantuan Pangan Masuk Gaza yang “Kelaparan” di Hari Pertama Israel Buka Blokade

    120 Truk Bantuan Pangan Masuk Gaza yang “Kelaparan” di Hari Pertama Israel Buka Blokade

    JAKARTA – Israel mengklaim lebih dari 120 truk bantuan pada hari ini telah memasuki Gaza di Palestina setelah mereka menahan bantuan kemanusiaan internasional yang ingin mendistribusikan pangan dan air bersih untuk warga Pelestina.

    Berdasarkan laporan AFP, Senin 28 Juli, Isrel mengatakan bantuan itu kemudian didistribukan oleh PBB dan badan-badan bantuan di Jalur Gaza di hari pertama jeda kemanusiaan. 

    “Lebih dari 120 truk dikumpulkan dan didistribusikan kemarin oleh PBB dan organisasi-organisasi internasional,” kata COGAT, sebuah badan kementerian pertahanan Israel yang mengawasi urusan sipil di wilayah Palestina, dalam unggahan di akun X-nya, Senin 28 Juli.

    Jeda kemanusiaan yakni keputusan Israel membuka blokade bantuan kemanusiaan masuk Jalur Gaza per hari ini setelah diumumkan kemarin. 

    Blokade itu dilakukan setelah tingkat kerawanan berujung kematian menghantui penduduk Palestina termasuk anak-anak dan lansia di Gaza yang mengalami malnutrisi dan kelaparan. 

  • Jerit Payah Warga Palestina Dapatkan Bantuan Udara di Jalur Gaza

    Jerit Payah Warga Palestina Dapatkan Bantuan Udara di Jalur Gaza

    Bantuan kemanusiaan dikirimkan ke Jalur Gaza. Salah satunya melalui jalur udara ke Beit Lahiya, Gaza, mulai Minggu (27/7).

    Warga Palestina pun bercerita bagaimana jerit payah berjalan ke sekitar lokasi di mana pasokan bantuan diterjunkan demi mendapatkan bantuan. Namun, tak semua dapat bantuan, seperti yang diakui seorang warga dalam video berikut.

    Tonton juga video menarik lainnya di sini…