Negara: Jalur Gaza

  • Hamas Kutuk Netanyahu Mau Caplok Gaza: Kejahatan Perang!

    Hamas Kutuk Netanyahu Mau Caplok Gaza: Kejahatan Perang!

    Jakarta

    Hamas mengutuk Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang ingin menguasai Jalur Gaza, Palestina. Hamas mengatakan rencana Netanyahu itu merupakan kejahatan perang baru.

    “Persetujuan kabinet Zionis atas rencana pendudukan Kota Gaza dan evakuasi penduduknya merupakan kejahatan perang baru yang ingin dilakukan tentara pendudukan terhadap kota tersebut,” ujar Hamas dalam sebuah pernyataan dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8/2025).

    Hamas memperingatkan operasi tersebut akan memakan biaya mahal. Hamas menyebut Israel tidak akan mudah menguasai Gaza.

    “Kami memperingatkan pendudukan kriminal bahwa petualangan kriminal ini akan memakan biaya besar dan tidak akan mudah,” imbuhnya.

    Hamas juga mewanti-wanti bila Israel merebut Gaza, maka mereka telah mengorbankan para sandera. Seperti diketahui, saat ini para sandera masih ditahan di wilayah Palestina.

    “Keputusan untuk menduduki Gaza menegaskan bahwa penjahat (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan pemerintahan Nazi-nya tidak peduli dengan nasib tawanan mereka,” kata Hamas.

    “Mereka memahami bahwa memperluas agresi berarti mengorbankan mereka,” tambahnya.

    Sebelumnya, kabinet keamanan Israel menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar militer “mengambil alih kendali” Kota Gaza. Demikian disampaikan kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat (8/8).

    Berdasarkan rencana untuk ‘mengalahkan’ Hamas di Jalur Gaza, pasukan Israel “akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”, demikian pernyataan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8).

    Kabinet keamanan–dengan suara mayoritas–mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: pelucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera, baik yang hidup maupun yang mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pemulangan para sandera,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/rfs)

  • Breaking: Israel Resmi Setujui Rencana Netanyahu Ambil Alih Total Gaza

    Breaking: Israel Resmi Setujui Rencana Netanyahu Ambil Alih Total Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu agar militer Israel (IDF) mengambil alih kendali Kota Gaza. Pernyataan baru dirilis oleh kantor kepresidenan Israel, Jumat (8/8/2025).

    Ini menjadi rencana baru Netanyahu, yang diklaimnya untuk “mengalahkan” Hamas. Dikatakan bahwa tentara Israel akan “bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”.

    “Mayoritas kabinet keamanan telah mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: pelucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera-hidup dan mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina,” tulis AFP menyadur pengumuman kantor Netanyahu.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pengembalian para sandera,” tambahnya.

    “Media Israel melaporkan bahwa perluasan serangan Israel di Gaza dapat mengakibatkan pasukan darat beroperasi di daerah padat penduduk tempat para sandera diyakini ditawan.”

    Hal ini menjadi update baru dari rapat kabinet yang dilakukan Netanyahu Kamis. Kemarin dalam sebuah wawancara dengan televisi Amerika Serikat (AS), Fox News, Netanyahu juga sesumbar dengan keinginannya itu seraya berusaha menyakinkan bahwa Israel tak berniat memerintah Gaza.

    Ia menambahkan bahwa Israel tidak ingin “mempertahankan” Jalur Gaza, yang diduduki Israel pada tahun 1967 tetapi telah menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005. Netanyahu mengatakan Israel menginginkan “perimeter keamanan” dan mengklaim akan menyerahkan wilayah Palestina kepada “pasukan Arab yang akan memerintah dengan benar tanpa mengancam kami dan memberikan kehidupan yang baik bagi warga Gaza.”

    “Itu tidak mungkin dilakukan dengan Hamas,” tambahnya.

    Sementara itu, rencana perluasan perang yang dilaporkan telah memicu kekhawatiran yang semakin besar di Israel tentang dampaknya bagi para sandera yang tersisa. Saat rapat kabinet dimulai, ratusan orang berunjuk rasa di dekat kantor perdana menteri di Yerusalem, menuntut kesepakatan untuk membebaskan para sandera.

    “Satu-satunya cara untuk memulangkan para sandera adalah dengan menghentikan perang dan mengakhiri penderitaan,” kata pengunjuk rasa Sharon Kangasa-Cohen.

    “Para sandera dan semua yang hidup dalam konflik mengerikan ini,” tambahnya.

    Hampir dua tahun perang di Gaza, Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin besar baik di dalam maupun luar negeri, untuk mencapai gencatan senjata guna menyelamatkan lebih dari dua juta penduduk wilayah Palestina dari ambang kelaparan dan menyelamatkan sandera yang ditawan oleh militan Palestina.

    Di sisi lain, kekhawatiran meningkat mengenai apa yang akan terjadi di Gaza jika Israel memperluas operasinya. Warga khawatir akan lebih banyak korban jiwa melayang.

    “Operasi darat berarti lebih banyak kerusakan dan kematian,” kata Ahmad Salem, 45 tahun.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Demi Kalahkan Hamas, Pasukan Israel Akan Ambil Alih Kota Gaza!

    Demi Kalahkan Hamas, Pasukan Israel Akan Ambil Alih Kota Gaza!

    Jakarta

    Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar militer “mengambil alih kendali” Kota Gaza. Demikian disampaikan kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat (8/8).

    Berdasarkan rencana untuk “mengalahkan” Hamas di Jalur Gaza, pasukan Israel “akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”, demikian pernyataan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8/2025).

    Kabinet keamanan — dengan suara mayoritas — mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: perlucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera, baik yang hidup maupun yang mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pemulangan para sandera,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Sebelumnya, saat menggelar rapat kabinet keamanannya pada hari Kamis (7/8) waktu setempat, Netanyahu mengatakan Israel berencana untuk mengambil kendali penuh atas Gaza, tetapi tidak berniat untuk memerintahnya.

    “Kami bermaksud demikian,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Bill Hemmer dari Fox News Channel, ketika ditanya apakah Israel akan mengambil alih seluruh wilayah pesisir tersebut, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (8/8/2025).

    “Kami tidak ingin mempertahankannya, kami ingin memiliki perimeter keamanan, kami tidak ingin memerintahnya, kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan,” imbuh Netanyahu.

    Dia mengatakan Israel ingin menyerahkan wilayah tersebut kepada pasukan Arab yang akan memerintahnya. Namun, ia tidak merinci pengaturan tata kelola atau negara-negara Arab mana yang terlibat.

    Salah satu sumber mengatakan Israel memiliki salah satu skenario yang dipertimbangkan, yakni pengambilalihan bertahap wilayah-wilayah di Gaza yang belum berada di bawah kendali militer. Peringatan evakuasi dapat dikeluarkan kepada warga Palestina di wilayah-wilayah tertentu di Gaza, yang berpotensi memberi mereka waktu beberapa minggu sebelum militer bergerak masuk, kata sumber tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Hamas Kutuk Netanyahu Mau Caplok Gaza: Kejahatan Perang!

    Mengemuka Kisruh Pemerintah dan Militer Israel soal Gaza

    Jakarta

    Baru-baru ini terkuak ada kisruh antara pemerintah dan militer Israel. Mereka ternyata ribut-ribut perihal rencana menguasai Jalur Gaza, Palestina.

    Dirangkum detikcom, Kamis (7/8/2025), Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa militer harus melaksanakan apa pun keputusan pemerintah terkait Jalur Gaza. Penegasan ini disampaikan Katz setelah mencuat laporan perselisihan internal mengenai prospek pendudukan sepenuhnya atas daerah kantong Palestina tersebut.

    Saat perang Gaza mendekati bulan ke-23, dilansir AFP, tanda-tanda keretakan dalam strategi Israel telah muncul dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersiap mengumumkan rencana baru. Sejauh ini belum ada keputusan yang diumumkan secara resmi oleh Netanyahu.

    Netanyahu, menurut laporan media lokal Israel, diperkirakan akan kembali menggelar rapat kabinet keamanannya pada Kamis (7/8) waktu setempat untuk menyelesaikan keputusan mengenai perluasan serangan di Jalur Gaza.

    Dia mengatakan bahwa Israel harus “menuntaskan” kekalahan kelompok Hamas untuk mengamankan pembebasan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang tanpa henti.

    Media lokal Israel, yang mengutip para pejabat setempat yang berbicara secara anonim, telah memperkirakan peningkatan operasi militer, termasuk di area-area padat penduduk yang menjadi tempat para sandera ditahan, seperti Gaza City dan kamp-kamp pengungsi.

    Pada Rabu (6/8), militer Israel merilis seruan evakuasi terbaru untuk sebagian Gaza City di bagian utara dan di Khan Younis di bagian selatan, dengan seorang juru bicara militer Tel Aviv mengatakan pasukan darat sedang bersiap untuk “memperluas cakupan operasi tempur”.

    Laporan sejumlah media lokal Israel sebelumnya menyebut Netanyahu dan kabinetnya mungkin memerintahkan pendudukan militer sepenuhnya terhadap Jalur Gaza, yang diduga memicu perselisihan dengan panglima militer Israel atau Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir.

    Dalam rapat membahas opsi kelanjutan perang Gaza pada Selasa (5/8), menurut laporan televisi Kan, Zamir memperingatkan bahwa pendudukan sepenuhnya atas Jalur Gaza akan seperti “masuk ke dalam jebakan”.

    Laporan televisi Israel lainnya, Channel 12, menyebut bahwa Zamir menyarankan alternatif untuk pendudukan penuh, seperti mengepung wilayah-wilayah tertentu yang diyakini menjadi tempat persembunyian Hamas dan melancarkan serangan.

    Merespons pemberitaan yang muncul, Katz dalam pernyataan via media sosial X mengatakan bahwa meskipun “merupakan hak dan kewajiban kepala staf untuk menyatakan posisinya dalam forum-forum yang tepat, namun militer terikat oleh setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

    “Setelah keputusan diambil oleh eselon politik, IDF akan melaksanakannya dengan tekad dan profesionalisme,” tegas Katz.

    Media lokal Israel, yang mengutip para pejabat setempat yang berbicara secara anonim, telah memperkirakan peningkatan operasi militer, termasuk di area-area padat penduduk yang menjadi tempat para sandera ditahan, seperti Gaza City dan kamp-kamp pengungsi.

    Pada Rabu (6/8), militer Israel merilis seruan evakuasi terbaru untuk sebagian Gaza City di bagian utara dan di Khan Younis di bagian selatan, dengan seorang juru bicara militer Tel Aviv mengatakan pasukan darat sedang bersiap untuk “memperluas cakupan operasi tempur”.

    Laporan sejumlah media lokal Israel sebelumnya menyebut Netanyahu dan kabinetnya mungkin memerintahkan pendudukan militer sepenuhnya terhadap Jalur Gaza, yang diduga memicu perselisihan dengan panglima militer Israel atau Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir.

    Dalam rapat membahas opsi kelanjutan perang Gaza pada Selasa (5/8), menurut laporan televisi Kan, Zamir memperingatkan bahwa pendudukan sepenuhnya atas Jalur Gaza akan seperti “masuk ke dalam jebakan”.

    Laporan televisi Israel lainnya, Channel 12, menyebut bahwa Zamir menyarankan alternatif untuk pendudukan penuh, seperti mengepung wilayah-wilayah tertentu yang diyakini menjadi tempat persembunyian Hamas dan melancarkan serangan.

    Merespons pemberitaan yang muncul, Katz dalam pernyataan via media sosial X mengatakan bahwa meskipun “merupakan hak dan kewajiban kepala staf untuk menyatakan posisinya dalam forum-forum yang tepat, namun militer terikat oleh setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

    “Setelah keputusan diambil oleh eselon politik, IDF akan melaksanakannya dengan tekad dan profesionalisme,” tegas Katz.

    Simak juga Video: Alasan Netanyahu Ingin Caplok Gaza: Demi Menjamin Keamanan Israel

    Halaman 2 dari 3

    (whn/fas)

  • Israel Mau Tingkatkan Agresi di Gaza, Hamas: Netanyahu Korbankan Tawanan

    Israel Mau Tingkatkan Agresi di Gaza, Hamas: Netanyahu Korbankan Tawanan

    Gaza

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sedang mempertimbangkan perluasan operasi militer di Gaza, Palestina. Kelompok militan Palestina, Hamas, menyebut Netanyahu mengorbankan sandera Israel yang ditawan.

    “Rencana Netanyahu untuk meningkatkan agresi menegaskan tanpa keraguan keinginannya untuk menyingkirkan para tawanan dan mengorbankan mereka demi kepentingan pribadi dan agenda ideologis ekstremisnya,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Jumat (8/8/2025).

    Pernyataan itu dikeluarkan saat Netanyahu sedang mengumpulkan kabinet keamanannya untuk memberikan suara atas perluasan kampanye militer di Gaza. Media Israel mengatakan hal itu dapat mengakibatkan pendudukan militer penuh atas wilayah Palestina.

    Pada Kamis kemarin, kantor berita Fox News menayangkan wawancara dengan Netanyahu, di mana ia menyebut bahwa Israel bermaksud untuk menguasai seluruh Jalur Gaza tetapi tidak mempertahankannya atau memerintahnya.

    “Menanggapi pernyataan penjahat perang… Benjamin Netanyahu, dalam wawancaranya dengan Fox News… Apa yang ia rencanakan adalah kelanjutan dari kebijakan genosida dan pemindahan paksa, melalui kejahatan lebih lanjut terhadap rakyat Palestina kami di Jalur Gaza,” kata Hamas.

    Perundingan tidak langsung dengan Hamas yang mengupayakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera gagal pada akhir Juli.

    Selama serangan Hamas tahun 2023 di Israel selatan, militan menyandera 251 orang. Empat puluh sembilan di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    (fas/fas)

  • 99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    Geneva

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut 99 orang tewas akibat malnutrisi di Jalur Gaza, Palestina, sepanjang tahun 2025. WHO menduga angka itu mungkin lebih rendah dari kondisi sebenarnya.

    “Sepanjang tahun ini, 99 orang telah meninggal dunia akibat malnutrisi, termasuk 29 anak balita. Angka yang dilaporkan ini kemungkinan besar masih di bawah angka sebenarnya,” kata Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir AFP, Kamis (7/8/2025).

    Kemarahan dunia internasional atas situasi kemanusiaan di Gaza telah meningkatkan tekanan terhadap Israel. PBB telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah Palestina.

    Tedros menyerukan bantuan ke Gaza ditingkatkan, berkelanjutan, dan tanpa hambatan melalui semua rute yang memungkinkan.

    “Warga Gaza memiliki akses terbatas ke layanan dasar, telah berulang kali menghadapi pengungsian, dan sekarang menderita blokade pasokan makanan,” kata Tedros kepada asosiasi koresponden PBB, ACANU.

    “Malnutrisi tersebar luas dan kematian akibat kelaparan meningkat,” tambahnya.

    Pemerintah Israel berada di bawah tekanan internasional dan domestik yang semakin meningkat untuk mengakhiri perang. Meski demikian, PM Israel Benyamin Netanyahu ogah menghentikan perang dengan dalih mau menghabisi Hamas.

    Tonton juga video “Data WHO: 47 Pasien dari Gaza Berhasil Dievakuasi ke 5 Negara Ini” di sini:

    (fas/haf)

  • Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Berlin

    Akhir pekan lalu, muncul video-video dari Hamas dan kaum jihadis yang memperlihatkan sandera-sandera yang tampak kelaparan di Jalur Gaza. Kelompok-kelompok militan Islamis dan para simpatisannya menculik para sandera dalam serangan berdarah ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dalang dari serangan tersebut adalah Hamas, yang oleh AS, Uni Eropa, Jerman, dan beberapa negara lain diklasifikasikan sebagai organisasi teroris.

    Kini diberitakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan ingin menduduki seluruh Jalur Gaza. Perdana Menteri yang kontroversial itu mengklaim bahwa ia akan melakukan segalanya untuk membebaskan sandera-sandera. Sementara itu, kelaparan dan kematian di kalangan warga sipil Palestina di Gaza terus berlanjut.

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan keterkejutannya atas gambar-gambar tersebut. “Hamas menyiksa para sandera, meneror Israel, dan menggunakan penduduknya sendiri di Jalur Gaza sebagai tameng manusia,” ujar Merz kepada surat kabar Bild.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis di platform X bahwa Hamas telah menunjukkan “ketidakmanusiawian yang tak berbatas.” Ia menegaskan bahwa pembebasan segera seluruh sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza merupakan “prioritas mutlak” bagi pemerintahannya.

    Merz juga menekankan kepada media Bild bahwa Hamas “tidak boleh memainkan peran apa pun di masa depan Gaza.” Macron menyuarakan hal serupa.

    Prancis dan Jerman tidak sepakat soal pengakuan Palestina sebagai negara

    Namun dalam hal pengakuan Palestina sebagai sebuah negara, Prancis dan Jerman saling bertolak belakang.

    Macron baru-baru ini mengumumkan bahwa ia berniat mengakui Palestina sebagai negara dalam Sidang Umum PBB bulan September mendatang. Israel segera mengutuk langkah tersebut setelah diumumkan oleh Prancis. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik, bahwa ini sama saja dengan “memberi penghargaan pada terorisme.”

    Sebaliknya, pemerintah Jerman untuk saat ini tidak merencanakan langkah tersebut, dan menganggap pengakuan negara Palestina hanya masuk akal apabila sebagai hasil dari proses negosiasi.

    Apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara?

    Ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat disebut sebagai negara, jelas pakar hukum internasional Aaron Dumont dari Institut Hukum Perlindungan Perdamaian dan Hukum Kemanusiaan Universitas Bochum dalam wawancara dengan DW.

    Kriteria tersebut adalah:

    Wilayah negara yang jelasPenduduk negaraPemerintahan yang menjalankan kekuasaan negara.

    “Dua dari tiga kriteria dasar tersebut sudah pasti terpenuhi. Yang sulit adalah soal kekuasaan negara. Bisa dikatakan bahwa hal itu belum dimiliki oleh Palestina. Karena itu, negara tersebut belum benar-benar ada.”

    Di kalangan pakar hukum internasional sendiri, definisi pengakuan negara masih diperdebatkan — dan dengan demikian juga pertanyaan apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara.

    Pakar Timur Tengah, Muriel Asseburg dari Lembaga Ilmu dan Politik, mengatakan dalam wawancara dengan DW bahwa pengakuan Palestina oleh negara-negara lain tidak akan langsung berdampak pada kehidupan nyata warga di wilayah tersebut. Beberapa negara saat ini pun sudah memiliki hubungan diplomatik langsung dengan Palestina, yang diwakili oleh Otoritas Palestina.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Otoritas Palestina mengelola Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas sejak 2013 menyatakan akan berhenti menggunakan istilah “Otoritas Palestina” dan mulai menyebutnya sebagai “Negara Palestina”. Namun, pemimpin berusia 89 tahun ini sendiri tidak populer di kalangan rakyatnya. Pemilu terakhir berlangsung hampir dua dekade lalu. Pemerintah Fatah yang dipimpinnya mengakui eksistensi negara Israel.

    Di Jalur Gaza, Hamas memegang kendali dan menciptakan rasa ketakutan serta teror, serta tidak mengakui negara Israel. Bagi sebagian besar negara yang telah mengakui Palestina sebagai negara, Hamas dianggap sebagai mitra negosiasi yang sama sekali tidak bisa diterima.

    Pengakuan negara juga menjadi rumit karena batas-batas antara Israel dan wilayah Palestina belum jelas, begitu pula status Yerusalem Timur. Israel secara de facto menguasai sebagian besar wilayah yang sebenarnya berada di bawah kendali Otoritas Palestina. Mahkamah Internasional dalam opini terakhirnya menyatakan bahwa pendudukan wilayah Palestina — Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza — adalah ilegal.

    Pakar politik Asseburg menjelaskan dalam wawancara dengan DW: “Pengakuan negara Palestina akan memberikan sinyal bahwa: Kita tidak hanya sekadar menuntut solusi dua negara secara abstrak, tetapi kita ingin berkontribusi agar negara Palestina benar-benar ada berdampingan dengan Israel. Untuk itu, harus ada langkah konkret untuk mengakhiri pendudukan Israel.”

    149 dari 193 negara anggota PBB sudah mengakui Palestina

    Saat ini, 149 dari total 193 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat. Pakar hukum internasional Dumont menegaskan: “Tidak bisa dikatakan bahwa kalau sejumlah negara mengakui Palestina, maka otomatis menjadi sebuah negara.”

    Namun, keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York masih dianggap tidak mungkin untuk saat ini. Pakar Timur Tengah Asseburg menjelaskan lebih lanjut:

    “Keanggotaan penuh Palestina di PBB tidak akan terjadi dalam waktu dekat, karena hal itu membutuhkan keputusan dari Dewan Keamanan PBB. Dan untuk itu dibutuhkan persetujuan Amerika Serikat — yang saat ini tampaknya tidak akan diberikan.”

    Sejak 2012, Palestina memiliki status pengamat di Sidang Umum PBB, jelas Asseburg. “Sejak memperoleh status pengamat, Palestina dapat bergabung dengan berbagai organisasi internasional lainnya — termasuk Mahkamah Pidana Internasional.”

    Status pengamat ini dianggap sebagai langkah awal menuju keanggotaan penuh di PBB.

    Komitmen Jerman terhadap Israel

    Tekanan terhadap pemerintah Jerman meningkat agar bersikap lebih kritis terhadap Israel. Setelah laporan mengenai niat Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk menduduki seluruh Gaza, juru bicara partai kiri yang merupakan oposisi – Die Linke, Lea Reisner, menuntut:

    “Harus ada tekanan politik, termasuk terhadap sekutu.” Ia menyebut sikap pemerintah koalisi Jerman sejauh ini sebagai “kebangkrutan total dalam kebijakan luar negeri Jerman.”

    Permintaan agar Palestina diakui sebagai negara terus bermunculan. Namun, Jerman masih jauh dari langkah tersebut. Salah satu alasan utama yang dikemukakan pemerintah Jerman adalah komitmen khusus terhadap Israel karena holokaus, yakni pembunuhan jutaan orang Yahudi selama masa rezim Nazi. Dari situ lahirlah apa yang disebut “raison d’etat” Jerman — komitmen nasional untuk menjamin keamanan Israel.

    Meskipun begitu, Kanselir Jerman Friedrich Merz telah memperkeras nada terhadap Israel. Ia menuntut gencatan senjata permanen di Gaza dan lebih banyak bantuan kemanusiaan dari Israel bagi warga di sana. Namun, di saat yang bersamaan, ia tidak ingin membuat Israel, tersinggung.

    Menurut Merz, pengakuan Palestina hanya bisa dilakukan di akhir dari proses menuju solusi dua negara antara Israel dan Palestina. Saat ini, ia tidak menganggap pengakuan itu sebagai “langkah yang tepat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Jerman Desak Israel Beri Bantuan ke Gaza” di sini:

    (nvc/nvc)

  • Israel Perintahkan Militer Laksanakan Keputusan Pemerintah Soal Gaza

    Israel Perintahkan Militer Laksanakan Keputusan Pemerintah Soal Gaza

    Tel Aviv

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa militer harus melaksanakan apa pun keputusan pemerintah terkait Jalur Gaza. Penegasan ini disampaikan Katz setelah mencuat laporan perselisihan internal mengenai prospek pendudukan sepenuhnya atas daerah kantong Palestina tersebut.

    Saat perang Gaza mendekati bulan ke-23, seperti dilansir AFP, Kamis (7/8/2025), tanda-tanda keretakan dalam strategi Israel telah muncul dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersiap mengumumkan rencana baru. Sejauh ini belum ada keputusan yang diumumkan secara resmi oleh Netanyahu.

    Netanyahu, menurut laporan media lokal Israel, diperkirakan akan kembali menggelar rapat kabinet keamanannya pada Kamis (7/8) waktu setempat untuk menyelesaikan keputusan mengenai perluasan serangan di Jalur Gaza.

    Dia mengatakan bahwa Israel harus “menuntaskan” kekalahan kelompok Hamas untuk mengamankan pembebasan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang tanpa henti.

    Media lokal Israel, yang mengutip para pejabat setempat yang berbicara secara anonim, telah memperkirakan peningkatan operasi militer, termasuk di area-area padat penduduk yang menjadi tempat para sandera ditahan, seperti Gaza City dan kamp-kamp pengungsi.

    Pada Rabu (6/8), militer Israel merilis seruan evakuasi terbaru untuk sebagian Gaza City di bagian utara dan di Khan Younis di bagian selatan, dengan seorang juru bicara militer Tel Aviv mengatakan pasukan darat sedang bersiap untuk “memperluas cakupan operasi tempur”.

    Laporan sejumlah media lokal Israel sebelumnya menyebut Netanyahu dan kabinetnya mungkin memerintahkan pendudukan militer sepenuhnya terhadap Jalur Gaza, yang diduga memicu perselisihan dengan panglima militer Israel atau Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir.

    Tonton juga video “Momen Seorang Anak di Gaza Lari Menghindari Tembakan Israel” di sini:

    Dalam rapat membahas opsi kelanjutan perang Gaza pada Selasa (5/8), menurut laporan televisi Kan, Zamir memperingatkan bahwa pendudukan sepenuhnya atas Jalur Gaza akan seperti “masuk ke dalam jebakan”.

    Laporan televisi Israel lainnya, Channel 12, menyebut bahwa Zamir menyarankan alternatif untuk pendudukan penuh, seperti mengepung wilayah-wilayah tertentu yang diyakini menjadi tempat persembunyian Hamas dan melancarkan serangan.

    Merespons pemberitaan yang muncul, Katz dalam pernyataan via media sosial X mengatakan bahwa meskipun “merupakan hak dan kewajiban kepala staf untuk menyatakan posisinya dalam forum-forum yang tepat, namun militer terikat oleh setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

    “Setelah keputusan diambil oleh eselon politik, IDF akan melaksanakannya dengan tekad dan profesionalisme,” tegas Katz.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Prabowo beri arahan bantu pengobatan 2.000 warga Gaza di Pulau Galang

    Prabowo beri arahan bantu pengobatan 2.000 warga Gaza di Pulau Galang

    “Terkait dengan Gaza, Presiden kemarin juga memberikan arahan untuk Indonesia memberikan bantuan pengobatan untuk sekitar 2.000 warga Gaza yang menjadi korban perang. Yang luka-luka, yang mengalami apa, mungkin kena bom, kena reruntuhan dan segala ma

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan agar Indonesia membantu pengobatan bagi sekitar 2.000 warga Gaza yang menjadi korban perang, dengan lokasi layanan medis direncanakan berada di Pulau Galang, Kepulauan Riau.

    “Terkait dengan Gaza, Presiden kemarin juga memberikan arahan untuk Indonesia memberikan bantuan pengobatan untuk sekitar 2.000 warga Gaza yang menjadi korban perang. Yang luka-luka, yang mengalami apa, mungkin kena bom, kena reruntuhan dan segala macam,” ujar Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi di Jakarta, Kamis.

    Hasan menyampaikan bahwa fasilitas kesehatan di Pulau Galang dipilih karena dinilai memadai untuk kebutuhan tersebut. Pulau ini sebelumnya pernah difungsikan sebagai lokasi pengungsian dan pusat penanganan pandemi COVID-19.

    Dia menyebut Pulau Galang memiliki rumah sakit serta fasilitas pendukung yang dapat digunakan untuk merawat korban luka akibat konflik, termasuk menampung anggota keluarga yang mendampingi pasien selama menjalani pengobatan.

    “Itu kan juga tempat yang terpisah dari warga kita yang bermukim di pulau-pulau lainnya,” ucap dia.

    Hasan menegaskan bahwa rencana ini bukan merupakan upaya evakuasi, melainkan bagian dari misi kemanusiaan untuk memberikan perawatan medis sementara. Setelah menjalani pengobatan dan dinyatakan pulih, para korban akan dikembalikan ke Gaza.

    “Jadi nanti setelah sembuh, setelah selesai pengobatan mereka tentu akan kembali lagi ke Gaza. Jadi bukan memindahkan warga, tapi kita semacam operasi kemanusiaan untuk membantu sebanyak yang kita bisa,” ujar Hasan.

    Hasan menambahkan Presiden Prabowo telah meminta Kementerian Pertahanan serta Kementerian Luar Negeri untuk menyiapkan sistem, tata cara, dan proses pelaksanaan pemberian pengobatan kepada 2.000 warga Gaza di Pulau Galang tersebut.

    Presiden Prabowo sebelumnya menyatakan kesiapannya untuk mengevakuasi warga sipil dari Jalur Gaza yang menjadi korban dalam perang dengan Israel. Indonesia disebut siap menampung sekitar 1.000 warga Gaza dalam gelombang pertama evakuasi kemanusiaan.

    Mereka yang akan dievakuasi terutama para korban luka-luka, anak-anak yatim piatu, dan mereka yang mengalami trauma berat akibat agresi militer Israel.

    “Kami siap akan kirim pesawat-pesawat untuk mengangkut mereka. Kami perkirakan jumlahnya 1.000 untuk gelombang pertama,” kata Presiden Prabowo kepada pers sebelum bertolak ke Uni Emirat Arab pada Rabu (9/4).

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Israel Larang Ulama Muslim Yerusalem Terkemuka Masuk ke Al-Aqsa

    Israel Larang Ulama Muslim Yerusalem Terkemuka Masuk ke Al-Aqsa

    Yerusalem

    Otoritas Israel melarang ulama Muslim terkemuka dari Yerusalem untuk memasuki kompleks suci Masjid Al-Aqsa. Larangan itu berlaku selama enam bulan, dan disebabkan oleh khotbah yang disampaikan sang ulama terkemuka baru-baru ini.

    Mufti agung Yerusalem, Muhammad Ahmad Hussein, seperti dilansir AFP, Kamis (7/8/2025), dilarang memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa yang ada di Old City, Yerusalem, yang dianeksasi Israel, hingga Januari 2026 mendatang.

    Pengacara Ahmad Hussein, Khaldoun Najem, mengatakan kepada AFP bahwa Kepolisian Israel “tidak menginterogasi” atau menggelar persidangan untuk kliennya sebelum memberlakukan larangan tersebut.

    Kepolisian Israel belum memberikan komentarnya saat dihubungi AFP.

    Najem menambahkan bahwa larangan untuk Ahmad Hussein itu disebabkan oleh khotbah Jumat yang disampaikan di Al-Aqsa pada akhir Juli lalu. Menurut Najem, khotbah yang disampaikan kliennya itu “tidak mengandung hal-hal yang tidak pantas”.

    Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan bahwa khotbah tersebut berfokus pada kondisi yang memburuk di Jalur Gaza dan meningkatnya kelaparan di wilayah tersebut, yang dilanda perang antara Israel dan Hamas selama hampir dua tahun terakhir hingga memicu krisis kemanusiaan yang mengerikan.

    Israel, sebut Wafa dalam laporannya, telah mengeluarkan larangan selama delapan hari terhadap Ahmad Hussein setelah khotbah Jumat tersebut.

    Masjid Al-Aqsa merupakan situs tersuci ketiga umat Islam dan simbol nasional Palestina. Kompleks tersebut juga disucikan oleh umat Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount.

    Israel menduduki dan mencaplok Yerusalem Timur, termasuk Old City, tahun 1967 silam. Sebagian besar komunitas internasional tidak mengakui pencaplokan wilayah tersebut oleh Israel.

    Awal bulan ini, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir secara terang-terangan memimpin doa Yahudi di halaman kompleks Al-Aqsa, sebuah langkah yang sangat kontroversial dan melanggar kesepahaman yang telah sejak lama dipegang di situs suci tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)