Negara: Jalur Gaza

  • Siapa Menyerang Kami, Kami Akan Menyerangnya!

    Siapa Menyerang Kami, Kami Akan Menyerangnya!

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk terus menyerang siapa pun yang berencana menyerang Israel. Hal ini disampaikannya setelah Israel melancarkan serangan udara terbaru terhadap kelompok pemberontak Houthi di Yaman.

    Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Katz mengklaim serangan Israel tersebut “menghancurkan istana presiden Houthi di Yaman.” Namun, belum ada laporan serupa dari Yaman. Netanyahu hanya mengindikasikan bahwa Angkatan Udara Israel (IAF) menggempur istana tersebut.

    “Siapa pun yang menyerang kami, kami akan menyerangnya,” kata Netanyahu. “Siapa pun yang berencana menyerang kami – kami akan menyerangnya. Saya pikir seluruh kawasan sedang mempelajari kekuatan dan tekad Israel,” ujarnya dari pusat komando Angkatan Udara Israel di Tel Aviv, dilansir kantor berita AFP, Senin (25/8/2025).

    “Rezim teroris Houthi sedang belajar dengan cara yang sulit bahwa mereka akan membayar dan membayar harga yang sangat mahal atas agresinya terhadap Israel,” kata Netanyahu dalam pernyataan video yang dirilis oleh kantornya, setelah IAF menargetkan kompleks-kompleks militer di Sanaa, ibu kota Yaman, tempat istana presiden Yaman berada, sebuah depot bahan bakar, dan dua pembangkit listrik.

    Serangan itu terjadi tak lama setelah militer Israel mengatakan bahwa investigasi IAF terhadap serangan rudal balistik dari Yaman pada Jumat lalu menemukan bahwa, untuk pertama kalinya, Houthi menggunakan proyektil dengan hulu ledak bom cluster.

    “Untuk setiap rudal yang mereka luncurkan ke Israel, Houthi akan membayar berkali-kali lipat,” cetus Katz.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi mengatakan via media sosial X bahwa serangan Israel terhadap Yaman tersebut menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 86 orang lainnya.

    “Serangan-serangan itu dilancarkan sebagai tanggapan atas serangan berulang kali oleh rezim teroris Houthi terhadap Negara Israel dan warga sipilnya, termasuk peluncuran rudal-rudal jenis permukaan-ke-permukaan dan UAV (drone) ke wilayah Israel dalam beberapa hari terakhir,” kata militer Israel dalam pernyataannya.

    Houthi, pada Jumat (22/8), mengatakan kelompoknya telah menembakkan sebuah rudal balistik ke wilayah Israel dalam serangan terbaru mereka, yang mereka sebut sebagai dukungan untuk warga Palestina di Jalur Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Pilu 42 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Gaza

    Pilu 42 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Gaza

    Gaza City

    Serangkaian serangan udara Israel menghujani wilayah Jalur Gaza pada Minggu (24/8) waktu setempat, saat militer Tel Aviv bersiap melancarkan serangan terbaru terhadap Kota Gaza, kota terbesar di wilayah tersebut. Sedikitnya 42 orang tewas akibat serangan-serangan terbaru Tel Aviv.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza Mahmoud Bassal, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (25/8/2025), mengatakan bahwa beberapa serangan udara melanda area sekitar Kota Gaza — yang sedang dipersiapkan militer Israel untuk direbut.

    Salah satu serangan udara itu, ujar Bassal, menghantam area lingkungan al-Sabra hingga menewaskan sedikitnya delapan orang.

    Beberapa serangan lainnya melanda berbagai area di wilayah tersebut. dengan Bassal mengatakan: “Jumlah total korban tewas saat ini bertambah menjadi sedikitnya 42 orang.”

    Militer Israel belum menanggapi laporan badan pertahanan sipil Gaza soal serangan mematikan tersebut.

    Penduduk Gaza menuturkan situasi di wilayah tersebut kini “sangat berbahaya” dengan keselamatan warga sipil terancam.

    “Situasinya sangat berbahaya … Setiap hari, setiap menit, ada pengeboman, ada yang martir, ada kematian, dan ada darah — kami tidak tahan lagi,” kata Ibrahim al-Shurafa, warga al-Sabra, saat berbicara kepada AFP.

    Dia menjelaskan bahwa serangan dan pengeboman masih berlangsung.

    “Kami tidak tahu harus ke mana. Kematian mengikuti kami ke mana-mana,” sebut Al-Shurafa.

    Data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 62.686 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Korban Tewas Serangan Israel ke Yaman Bertambah Jadi 6 Orang, 86 Luka

    Korban Tewas Serangan Israel ke Yaman Bertambah Jadi 6 Orang, 86 Luka

    Sanaa

    Korban tewas akibat rentetan serangan udara Israel terhadap target-target kelompok Houthi di Sanaa, ibu kota Yaman, bertambah menjadi sedikitnya enam orang. Sekitar 86 orang lainnya mengalami luka-luka akibat gempuran tersebut.

    Serangan udara Tel Aviv itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (25/8/2025), membalas serangan rudal yang diluncurkan oleh Houthi dari Yaman ke wilayah Israel.

    Serangan udara yang terjadi pada Minggu (24/8) waktu setempat itu menjadi yang terbaru selama lebih dari setahun meningkatnya aksi saling serang antara Israel dan Houthi yang bermarkas di Yaman, yang merupakan imbas dari perang yang terus berkecamuk di Jalur Gaza.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut target-target yang digempur termasuk kompleks militer yang menjadi lokasi istana kepresidenan, kemudian dua pembangkit listrik, dan sebuah lokasi penyimpanan bahan bakar.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi mengatakan via media sosial X bahwa serangan-serangan Israel terhadap ibu kota Yaman itu menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 86 orang lainnya.

    “Serangan-serangan itu dilancarkan sebagai tanggapan atas serangan berulang kali oleh rezim teroris Houthi terhadap Negara Israell dan warga sipilnya, termasuk peluncuran rudal-rudal jenis permukaan-ke-permukaan dan UAV (drone) ke wilayah Israel dalam beberapa hari terakhir,” kata militer Israel dalam pernyataannya.

    Houthi, pada Jumat (22/8), mengatakan kelompoknya telah menembakkan sebuah rudal balistik ke wilayah Israel dalam serangan terbaru mereka, yang mereka sebut sebagai dukungan untuk warga Palestina di Jalur Gaza.

    Seorang pejabat Angkatan Udara Israel, yang enggan disebut namanya, mengatakan pada Minggu (24/8), bahwa rudal yang terdeteksi diluncurkan dari Yaman kemungkinan besar membawa sub-munisi yang “dimaksudkan untuk meledak saat terjadi benturan”.

    “Ini adalah pertama kalinya rudal semacam ini diluncurkan dari Yaman,” kata pejabat Angkatan Udara Israel tersebut.

    Sejak perang antara Israel dan kelompok Hamas berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023, Houthi yang didukung oleh Iran telah melancarkan rentetan serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim serangannya itu sebagai aksi solidaritas untuk Palestina.

    Kelompok yang kini menguasai ibu kota Yaman itu juga sering meluncurkan rudal ke wilayah Israel, meskipun sebagian besar berhasil dicegat oleh pertahanan udara Tel Aviv. Israel merespons serangan Houthi dengan melancarkan serangan-serangan balasan, termasuk menargetkan pelabuhan vital Hodeidah di Yaman.

    Seorang pejabat senior Houthi, Abdul Qader al-Murtada, mengatakan pada Minggu (24/8) bahwa Houthi akan terus bertindak dalam solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza yang terus digempur Israel.

    “(Israel) Harusnya mengetahui bahwa kami tidak akan meninggalkan saudara-saudara kami di Gaza, apa pun pengorbanannya,” tegas Al-Murtada.

    Lihat Video ‘Netanyahu Klaim Rudal Israel Hantam Istana Presiden Yaman’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Hancurkan 1.000 Bangunan di Gaza, Ratusan Warga Terjebak Reruntuhan

    Israel Hancurkan 1.000 Bangunan di Gaza, Ratusan Warga Terjebak Reruntuhan

    Jakarta

    Lebih dari 1.000 bangunan di wilayah permukiman Zeiton dan Sabra di Kota Gaza hancur akibat serangan tentara Israel di bulan ini. Ratusan orang dilaporkan terjebak reruntuhan bangunan.

    “Israel telah menghancurkan lebih dari 1.000 bangunan di permukiman Zeitoun dan Sabra di Kota Gaza sejak memulai invasi pada 6 Agustus, menjebak ratusan orang di bawah reruntuhan,” kata Pertahanan Sipil Palestina dilansir Al Jazeera, Senin (25/8/2025).

    Badan Pertahanan Sipil Palestina mengatakan penembakan terus dilakukan oleh tentara Israel di dua permukiman tersebut. Israel juga memblokir rute akses ke wilayah itu hingga operasi penyelamatan semakin sulit dilakukan.

    “Ada kekhawatiran besar tentang berlanjutnya invasi pasukan Israel ke Kota Gaza, di saat kru lapangan tidak memiliki kapasitas untuk menghadapi intensitas serangan Israel yang terus berlanjut,” kata Pertahanan Sipil.

    “Tidak ada wilayah aman di Jalur Gaza, baik di utara maupun selatan, di mana penembakan terus menargetkan warga sipil di rumah, tempat penampungan, dan bahkan di kamp-kamp pengungsian mereka,” sambungnya.

    Tank-tank Israel telah memasuki permukiman Sabra saat Israel bergerak untuk menduduki Kota Gaza sepenuhnya. Hampir 1 juta warga Palestina di sana mengungsi ke selatan.

    Setidaknya 51 orang tewas dalam serangan Israel di Gaza pada hari Minggu (24/8). Jumlah korban tewas ini termasuk 27 orang di Kota Gaza dan 24 pencari bantuan.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan delapan orang lagi meninggal karena kelaparan yang disebabkan oleh Israel seiring meningkatnya kelaparan di daerah kantong tersebut. Sejauh ini tercatat jumlah kematian akibat malnutrisi menjadi 289 orang, termasuk 115 anak-anak, sejak perang dimulai.

    Kementerian Dalam Negeri Gaza memperingatkan rencana Israel untuk menggusur paksa penduduk dari Kota Gaza dan kegubernuran utara, mendesak warga untuk tidak meninggalkan rumah mereka meskipun terjadi pemboman besar-besaran.

    Kementerian tersebut mengimbau penduduk untuk tetap tinggal di komunitas mereka, atau jika terancam, untuk pindah hanya ke daerah-daerah terdekat daripada pindah ke selatan.

    “Kami mendesak warga dan pengungsi yang tinggal di Kota Gaza untuk tidak menanggapi ancaman dan terorisme pendudukan, dan untuk menolak penggusuran dan pindah ke daerah-daerah yang tersisa di kegubernuran tengah dan Khan Younis,” katanya.

    “Tidak ada tempat yang aman di kegubernuran mana pun di Jalur Gaza, dan pendudukan melakukan kejahatan paling keji setiap hari, bahkan mengebom tenda-tenda pengungsi di daerah-daerah yang secara keliru diklaim sebagai wilayah kemanusiaan atau aman.”

    Simak Video ‘PBB: Bencana Kelaparan Gaza Adalah Bencana Kelaparan Dunia’:

    (ygs/eva)

  • Deklarasi Telat Bencana Kelaparan di Gaza

    Deklarasi Telat Bencana Kelaparan di Gaza

    Jakarta

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menyatakan bencana kelaparan di Jalur Gaza, Palestina. Namun warga Palestina menilai deklarasi PBB itu terlambat.

    Pengumuman PBB tersebut datang setelah berbulan-bulan peringatan mengenai krisis pangan di Gaza. Pada akhir Juli lalu, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebuah inisiatif yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan kriris kelaparan akibat konflik di Gaza.

    IPC menyebut semakin banyak bukti menunjukkan bahwa kelaparan, malnutrisi, dan penyakit yang meluas mendorong peningkatan kematian akibat kelaparan. Tercatat lebih dari 20.000 anak dirawat untuk perawatan malnutrisi akut antara April dan pertengahan Juli. Jumlah itu di antaranya 3.000 anak lebih mengalami malnutrisi parah.

    “Data terbaru menunjukkan bahwa ambang batas kelaparan telah tercapai untuk konsumsi pangan di sebagian besar Jalur Gaza dan untuk malnutrisi akut di Kota Gaza,” demikian bunyi peringatan tersebut, yang menyerukan tindakan segera untuk mengakhiri permusuhan dan memungkinkan respons kemanusiaan yang luas, tanpa hambatan, dan menyelamatkan nyawa.

    Pada bulan Mei, IPC melaporkan bahwa seluruh penduduk daerah kantong tersebut mengalami “ingkat ketahanan pangan akut yang tinggi. Dan wilayah tersebut berada dalam risiko tinggi kelaparan, jenis krisis kelaparan yang paling parah.

    PBB Umumkan Bencana Kelaparan

    Seperti dilansir AFP, Jumat (22/8), laporan panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menyebut sedikitnya 500.000 orang di Gaza menghadapi “bencana besar” kelaparan. Kepala bantuan PBB Tom Fletcher menegaskan bahwa krisis ini sebenarnya bisa dicegah jika akses bantuan tidak dihambat.

    “Ini adalah kelaparan yang sebenarnya bisa kita cegah jika kita diizinkan. Namun, makanan menumpuk di perbatasan karena hambatan sistematis oleh Israel,” kata Fletcher di Jenewa.

    IPC juga memproyeksikan bahwa pada akhir September, jumlah warga yang terdampak bisa mencapai 641.000 orang atau hampir sepertiga populasi Gaza. Kelaparan diperkirakan meluas hingga Deir al-Balah dan Khan Younis.

    Israel Bantah Ada Kelaparan

    Kementerian Luar Negeri Israel dengan tegas membantah temuan PBB. Dalam pernyataannya, Tel Aviv menyebut laporan IPC “didasarkan pada kebohongan Hamas yang diproses melalui organisasi-organisasi berkepentingan”.

    “Tidak ada kelaparan di Gaza,” tegas Kementerian Luar Negeri Israel, dikutip AFP, Jumat (22/8). Tel Aviv mengklaim gelombang bantuan besar-besaran telah masuk ke Jalur Gaza dalam beberapa pekan terakhir dan menurunkan harga pangan secara signifikan.

    Israel juga mengecam laporan tersebut dan menyebutnya hanya sebagai dokumen politik yang layak dibuang.

    Seruan dari Hamas hingga UNRWA

    Kelompok Hamas menyambut deklarasi PBB sekaligus menilai keputusan itu datang terlambat. Hamas mendesak agar pengepungan Israel segera dicabut dan penyeberangan dibuka tanpa batas untuk memungkinkan masuknya bantuan makanan, obat-obatan, air, dan bahan bakar.

    “Kami di gerakan Hamas menekankan pentingnya deklarasi PBB ini, meskipun datangnya sudah sangat terlambat,” bunyi pernyataan Hamas.

    Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini juga mendesak Israel berhenti menyangkal bencana kelaparan. “Sudah saatnya Pemerintah Israel berhenti menyangkal bencana kelaparan yang telah diciptakannya di Gaza,” ujarnya, Minggu (24/8).

    Warga Palestina Sebut Deklarasi Terlambat

    Sehari setelah pengumuman PBB, warga Palestina terlihat berebut makanan di dapur umum Kota Gaza. Rekaman AFP menunjukkan perempuan dan anak-anak berdesakan meminta beras untuk dimasak.

    “Kami tidak punya rumah lagi, tidak ada makanan, tidak ada penghasilan… jadi kami terpaksa beralih ke dapur amal, tetapi mereka tidak memuaskan rasa lapar kami,” kata Yousef Hamad (58), pengungsi dari Beit Hanoun.

    Seorang ibu bernama Umm Mohammad (34) menyebut deklarasi PBB “terlalu terlambat” karena banyak anak-anak sudah jatuh sakit akibat kekurangan makanan dan air.

    Lihat Video ‘Kelaparan di Gaza Makin Parah, 132 Ribu Anak Berisiko Meninggal’:

    Halaman 2 dari 2

    (wia/idn)

  • PBB Nyatakan Bencana Kelaparan di Gaza, Warga Palestina: Terlambat

    PBB Nyatakan Bencana Kelaparan di Gaza, Warga Palestina: Terlambat

    Jakarta

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, yang terus dilanda perang. Sehari setelahnya, warga Palestina berebut beras sambil memegang panci dan ember plastik, di dapur umum di Kota Gaza.

    Dilansir AFP, Minggu (24/8/2025), berdasarkan rekaman AFP menunjukkan perempuan dan anak-anak kecil berada di antara kerumunan puluhan orang yang berdesakan dan berteriak meminta makanan di kota terbesar di Gaza.

    Seorang anak laki-laki menggunakan tangannya untuk mengikis beberapa butir beras sisa dari dalam tong masak. Seorang anak perempuan lainnya duduk di tepi tenda dan menyendok beras dari kantong plastik di tanah.

    “Kami tidak punya rumah lagi, tidak ada makanan, tidak ada penghasilan… jadi kami terpaksa beralih ke dapur amal, tetapi mereka tidak memuaskan rasa lapar kami,” kata Yousef Hamad, 58, yang mengungsi dari kota Beit Hanoun di utara.

    Sementara itu, di sebuah dapur amal di Deir el-Balah, Umm Mohammad (34) mengatakan deklarasi PBB tentang kelaparan “terlalu terlambat”.

    Anak-anak “terhuyung-huyung karena pusing, tidak bisa bangun karena kekurangan makanan dan air,” kata Umm Mohamad.

    Sebelumnya, PBB secara resmi menyatakan kelaparan di Gaza. PBB menyalahkan “penghambatan sistematis” bantuan oleh Israel selama lebih dari 22 bulan perang.

    Inisiatif Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang berbasis di Roma mengatakan kelaparan memengaruhi 500.000 orang di Kegubernuran Gaza, yang mencakup sekitar seperlima wilayah Palestina termasuk Kota Gaza.

    Israel Bantah

    Sementara itu, Israel membantah PBB yang secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, berdasarkan laporan ketahanan pangan di wilayah tersebut. Tel Aviv bersikeras menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza dan temuan PBB itu didasarkan pada “kebohongan Hamas”.

    Bantahan disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Israel setelah panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berkantor di Roma, Italia, dan didukung PBB melaporkan bahwa “dengan bukti yang memadai”, kelaparan saat ini “terkonfirmasi” di wilayah administrasi Gaza — Kota Gaza — yang mencakup sekitar 20 persen Jalur Gaza.

    “Tidak ada kelaparan di Gaza,” tegas Kementerian Luar Negeri Israel dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Jumat (22/8/2025).

    Halaman 2 dari 2

    (yld/knv)

  • Kepala UNRWA Desak Israel Berhenti Sangkal Bencana Kelaparan di Gaza

    Kepala UNRWA Desak Israel Berhenti Sangkal Bencana Kelaparan di Gaza

    Jakarta

    Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, Philippe Lazzarini, mendesak Israel untuk berhenti menyangkal tanggung jawab atas bencana kelaparan yang ditimbulkannya di Jalur Gaza. UNRWA juga meminta negara-negara berpengaruh untuk segera bertindak demi mengakhiri krisis.

    “Sudah saatnya Pemerintah Israel berhenti menyangkal bencana kelaparan yang telah diciptakannya di Gaza,” ujar Philippe Lazzarini di platform media sosial AS, X, dilansir Anadolu, Minggu (24/8/2025).

    “Semua pihak yang berpengaruh harus menggunakannya dengan tekad dan rasa tanggung jawab moral. Setiap jam berharga,” tambahnya.

    Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), pemantau kelaparan global yang didukung PBB, mengonfirmasi bahwa bencana kelaparan telah terjadi di wilayah Gaza, dan memproyeksikan bahwa bencana tersebut akan menyebar ke wilayah tengah dan selatan wilayah tersebut pada akhir September.

    Diketahui serangan Israel telah membunuh lebih dari 62.000 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023. Kampanye militer tersebut telah menghancurkan daerah kantong tersebut, menyebabkan kematian akibat kelaparan, migrasi paksa, dan penyebaran penyakit.

    November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Lihat juga Video: Kelaparan di Gaza Makin Parah, 132 Ribu Anak Berisiko Meninggal

    (yld/knv)

  • Sepekan, Presiden berhentikan Wamenaker hingga bantuan untuk Gaza

    Sepekan, Presiden berhentikan Wamenaker hingga bantuan untuk Gaza

    Jakarta (ANTARA) – Beragam berita politik telah diwartakan Kantor Berita Antara, berikut kami rangkum berita politik terpopuler dalam sepekan yang masih layak dibaca kembali sebagai sumber informasi serta referensi untuk mengisi akhir pekan Anda.

    Presiden Prabowo berhentikan Immanuel Ebenezer sebagai Wamenaker

    Presiden Prabowo Subianto resmi memberhentikan Immanuel Ebenezer Gerungan sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan terkait pengurusan sertifikat keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

    Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi, yang juga Juru Bicara Presiden RI, menjelaskan Presiden Prabowo telah menandatangani surat keputusan untuk memberhentikan Noel, sapaan populer Immanuel Ebenezer.

    “Bapak Presiden telah menandatangani putusan Presiden tentang pemberhentian Saudara Immanuel Ebenezer dari jabatannya sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan. Selanjutnya, kami menyerahkan seluruh proses hukum untuk dijalankan sebagaimana mestinya. Dan kami berharap ini menjadi pembelajaran bagi kita semuanya terutama bagi seluruh anggota Kabinet Merah Putih dan seluruh pejabat pemerintahan,” kata Prasetyo Hadi kepada wartawan di Jakarta, Jumat malam.

    Selengkapnya klik di sini.

    Prabowo hormati proses hukum penangkapan Wamenaker oleh KPK

    Presiden Prabowo Subianto menghormati proses hukum yang sedang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer.

    “Bapak Presiden sudah mendapatkan laporan dan beliau menyampaikan bahwa itu ranah hukum, beliau menghormati proses di KPK dan dipersilahkan untuk proses hukum itu dijalankan sebagaimana mestinya,” ujar Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dalam keterangan pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.

    Selengkapnya klik di sini.

    TNI terjunkan bantuan logistik untuk warga Gaza pada HUT Ke-80 RI

    TNI melalui Satgas Garuda Merah Putih-II berhasil mendaratkan bantuan logistik dengan metode air drop atau menjatuhkan dari pesawat untuk warga di Jalur Gaza, Palestina tepat pada perayaan HUT Ke-80 RI pada Minggu (17/8).

    “Keberhasilan ini menjadi catatan bersejarah, sekaligus hadiah istimewa bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-80 Republik Indonesia,” ujar Kepala Biro Informasi Pertahanan (Infohan) Sekretariat Jenderal (Setjen) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang di Jakarta, Senin.

    Selengkapnya klik di sini.

    Anggota DPR: Wamenaker Ebenezer terkena OTT seperti “gol bunuh diri”

    Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil menilai bahwa fenomena Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) seperti “gol bunuh diri”.

    Sebab, kata dia, Presiden Prabowo Subianto selalu menyuarakan isu-isu terkait pemberantasan korupsi. Dia pun mengaku terkejut usai mendengar kabar OTT terhadap Wamenaker itu.

    “Kita sangat prihatin dengan kejadian ini, karena presiden sangat gencar menyuarakan isu-isu soal pemberantasan korupsi,” kata Nasir Djamil di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis.

    Selengkapnya klik di sini.

    Istana sebut tunjangan rumah DPR urusan Kemenkeu

    Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyatakan bahwa urusan tunjangan rumah bagi anggota DPR sepenuhnya berada pada kewenangan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

    Pernyataan itu disampaikan dalam wawancara cegat di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, menanggapi pernyataan anggota DPR yang menyebut adanya kenaikan tunjangan rumah terkait peralihan fasilitas dari rumah jabatan.

    “Makanya, tanyakan ke Bu Menkeu,” katanya saat ditanya terkait hal itu.

    Selengkapnya klik di sini.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • PBB Nyatakan Bencana Kelaparan di Gaza, Warga Palestina: Terlambat

    Pertama Kalinya PBB Umumkan Bencana Kelaparan di Gaza

    Jakarta

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, Palestina. Ini merupakan pertama kalinya, bencana kelaparan dinyatakan oleh PBB di kawasan Timur Tengah.

    seperti dilansir AFP, Jumat (22/8/2025), para pakar PBB menyebut sedikitnya 500.000 orang saat ini menghadapi “bencana besar” kelaparan.

    Kepala bantuan PBB Tom Fletcher mengatakan bencana kelaparan di Gaza sepenuhnya dapat dicegah. Dia menuturkan bahwa makanan tidak dapat sampai ke daerah kantong Palestina tersebut “karena hambatan sistematis oleh Israel”.

    Namun, Kementerian Luar Negeri Israel dengan cepat memberikan respons, dengan mengatakan: “Tidak ada bencana kelaparan di Gaza”.

    Dalam pernyataannya, Tel Aviv mengecam laporan panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berkantor di Roma, Italia, dengan menyebut laporan itu “didasarkan pada kebohongan Hamas yang ‘dicuci’ melalui organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan pribadi”.

    Badan-badan PBB telah berbulan-bulan memperingatkan tentang memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah Palestina.

    Dalam laporan terbarunya pada Jumat (22/8), IPC menyatakan “per 15 Agustus 2025, bencana kelaparan (IPC Fase 5) — dengan bukti yang memadai — telah terkonfirmasi di wilayah administrasi Gaza”, Kota Gaza yang mencakup sekitar 20 persen wilayah Jalur Gaza.

    Kelaparan diproyeksikan akan meluas ke wilayah administrasi Deir al-Balah dan Khan Younis pada akhir September, yang akan mencakup sekitar dua pertiga wilayah Palestina.

    “Setelah 22 bulan konflik yang tak henti-hentinya, lebih dari setengah juta orang di Jalur Gaza menghadapi kondisi bencana besar yang ditandai dengan kelaparan, kemiskinan, dan kematian,” sebut laporan IPC tersebut.

    Jumlah tersebut, berdasarkan informasi yang dikumpulkan antara 1 Juli dan 15 Agustus, diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 641.000 orang — hampir sepertiga populasi — pada akhir September.

    IPC dalam laporannya mengatakan bahwa ini merupakan kemunduran paling parah dalam situasi tersebut, sejak mereka mulai menganalisis kelaparan di Jalur Gaza.

    Diketahui, pada awal Maret, Israel sepenuhnya melarang pasokan bantuan masuk ke Gaza, sebelum mengizinkan masuknya bantuan dalam jumlah yang sangat terbatas pada akhir Mei, yang menyebabkan kekurangan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar yang parah.

    Berbicara di Jenewa, Fletcher mengatakan bahwa kelaparan ini seharusnya “menghantui kita semua”.

    “Ini adalah kelaparan yang sebenarnya bisa kita cegah jika kita diizinkan. Namun, makanan menumpuk di perbatasan karena hambatan sistematis oleh Israel,” tegasnya saat berbicara kepada wartawan.

    FILE PHOTO: Palestinians wait to receive food from a charity kitchen, in Khan Younis, southern Gaza Strip, August 21, 2025. REUTERS/Hatem Khaled/File Photo Foto: REUTERS/Hatem Khaled

    Israel Bantah

    Israel membantah PBB yang secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza. Tel Aviv bersikeras menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza dan temuan PBB itu didasarkan pada “kebohongan Hamas”.

    “Tidak ada kelaparan di Gaza,” tegas Kementerian Luar Negeri Israel dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Jumat (22/8/2025).

    Kementerian Luar Negeri Israel juga menyebut laporan panel IPC itu “didasarkan pada kebohongan Hamas yang diproses melalui organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan pribadi”.

    “Dalam beberapa pekan terakhir, gelombang bantuan besar-besaran telah membanjiri Jalur Gaza dengan bahan pangan pokok dan menyebabkan penurunan harga pangan yang tajam,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.

    “Hasil penilaian ini juga akan dibuang ke tong sampah untuk dokumen politik yang tercela,” imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel.

    An Indonesian Hercules aircraft drops humanitarian aid packages over the Gaza Strip, as seen from Israel, August 21, 2025. REUTERS/Amir Cohen TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/Amir Cohen

    Hamas Desak Akses Logistik Dibuka

    Hamas menyerukan diakhirinya segera perang di Gaza dan pencabutan pengepungan Israel di wilayah tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan secara daring, kelompok tersebut menyerukan “tindakan segera oleh PBB dan Dewan Keamanan untuk menghentikan perang dan mencabut pengepungan”.

    Hamas juga menuntut agar penyeberangan dibuka “tanpa batasan untuk memungkinkan masuknya makanan, obat-obatan, air, dan bahan bakar secara mendesak dan berkelanjutan”.

    Kelompok tersebut melanjutkan dengan mengatakan bahwa deklarasi PBB tersebut mengonfirmasi “bencana kemanusiaan” di Gaza dan menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai “alat perang”.

    “Kami di gerakan Hamas menekankan pentingnya deklarasi PBB ini, meskipun datangnya sudah sangat terlambat – setelah berbulan-bulan peringatan dan penderitaan yang dialami rakyat kami di bawah pengepungan dan kelaparan sistematis,” kata kelompok itu.

    “Komunitas internasional dan seluruh lembaganya memikul tanggung jawab hukum dan moral yang mendesak untuk menghentikan kejahatan terhadap kemanusiaan dan menyelamatkan lebih dari dua juta orang yang menghadapi genosida, kelaparan, dan penghancuran sistematis di seluruh aspek kehidupan,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 3

    (aik/aik)

  • PBB Umumkan Bencana Kelaparan di Gaza, Arab Saudi Kutuk Israel!

    PBB Umumkan Bencana Kelaparan di Gaza, Arab Saudi Kutuk Israel!

    Jakarta

    Pemerintah Arab Saudi menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang bencana kelaparan di Gaza. Ini merupakan pertama kalinya, bencana kelaparan dinyatakan oleh PBB di kawasan Timur Tengah.

    Para pakar PBB mengatakan sekitar 500.000 orang di wilayah kantong yang dihancurkan Israel tersebut, saat ini sedang menghadapi kelaparan parah.

    Dilansir Al Arabiya, Sabtu (23/8/2025), dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Saudi, Riyadh juga mengutuk “kejahatan genosida yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap warga sipil yang tak berdaya di Gaza”.

    Kepala Bantuan PBB Tom Fletcher mengatakan bahwa hal ini sepenuhnya dapat dicegah. Dia mengatakan bahwa makanan tidak dapat sampai ke wilayah Palestina tersebut “karena hambatan sistematis oleh Israel.”

    Kerajaan Saudi mengecam bencana kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, yang dikatakannya merupakan akibat langsung “dari ketiadaan mekanisme untuk mencegah dan meminta pertanggungjawaban atas kejahatan pendudukan Israel yang berulang.”

    Arab Saudi menyatakan hal ini akan “tetap menjadi noda” bagi komunitas internasional, khususnya anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Kecuali, jika dilakukan upaya untuk segera mengakhiri kelaparan dan menghentikan perang “genosida dan kejahatan” yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

    Badan-badan PBB telah berbulan-bulan memperingatkan tentang memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah Palestina. Namun, Kementerian Luar Negeri Israel dengan cepat memberikan respons, dengan mengatakan: “Tidak ada bencana kelaparan di Gaza”.

    Dalam pernyataannya, Israel mengecam laporan panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berkantor di Roma, Italia, dengan menyebut laporan itu “didasarkan pada kebohongan Hamas yang ‘dicuci’ melalui organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan pribadi”.

    Dalam laporan terbarunya pada Jumat (22/8), IPC menyatakan “per 15 Agustus 2025, bencana kelaparan (IPC Fase 5) — dengan bukti yang memadai — telah terkonfirmasi di wilayah administrasi Gaza”, Kota Gaza yang mencakup sekitar 20 persen wilayah Jalur Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)