Negara: Jalur Gaza

  • Israel Lakukan Penggerebekan di Tepi Barat, Uang Rp 7,3 M Disita

    Israel Lakukan Penggerebekan di Tepi Barat, Uang Rp 7,3 M Disita

    Tepi Barat

    Pasukan keamanan Israel melakukan operasi penggerebekan di wilayah Tepi Barat, yang diwarnai penyitaan uang sebesar 1,5 juta Shekel, atau setara Rp 7,3 miliar, yang disebut sebagai “dana teror”. Sembilan tersangka ditangkap dengan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka dalam operasi Israel tersebut.

    Laporan Bulan Sabit Merah, seperti dilansir AFP, Rabu (27/8/2025), menyebut pasukan keamanan Israel menargetkan tempat penukaran uang di area Ramallah, Tepi Barat, pada Selasa (26/8) waktu setempat, yang menyebabkan puluhan warga Palestina mengalami luka-luka.

    Israel sering melakukan operasi penggerebekan di Tepi Barat, di mana ketegangan tetap tinggi selama perang berkecamuk di Jalur Gaza. Namun, aksi penyerbuan ke pusat kota Ramallah, kantor pusat Otoritas Palestina, relatif jarang dilakukan.

    Pernyataan dari juru bicara Kepolisian Israel, pada Rabu (27/8), menyebutkan bahwa para personel kepolisian perbatasan dan militer Israel “menggerebek sebuah bisnis penukaran uang di jantung kota Ramallah yang digunakan untuk mentransfer dana ke kelompok Hamas”.

    “Pasukan menyita sejumlah besar uang dalam bentuk mata uang asing dan lokal, dengan total nilainya sekitar 1.528.832 Shekel, termasuk dolar AS, dinar Yordania, Euro, dan beberapa mata uang asing lainnya,” demikian pernyataan juru bicara Kepolisian Israel.

    “Sembilan tersangka yang dicari dan dituduh terlibat dalam aktivitas teror telah ditangkap dan dibawa, beserta barang bukti yang disita, untuk penyelidikan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Sejak dimulainya perang Gaza pada Oktober 2023, serangan Israel terhadap pusat-pusat populasi Palestina di Tepi Barat, khususnya di bagian utara wilayah tersebut, semakin intensif.

    Beberapa operasi Israel sebelumnya, pada awal tahun ini dan pada Desember 2023, juga menargetkan kantor-kantor penukaran mata uang di Tepi Barat, yang diduduki Tel Aviv sejak tahun 1967 silam.

    Pasukan atau pemukim Israel di Tepi Barat, menurut penghitungan AFP berdasarkan Otoritas Palestina, telah menewaskan sedikitnya 972 warga Palestina, termasuk militan dan warga sipil, sejak awal perang Gaza.

    Dalam periode yang sama, menurut data otoritas Israel, sedikitnya 36 warga Israel, baik tentara maupun sipil, tewas dalam serangan atau selama operasi militer di wilayah tersebut.

    Lihat Video ‘Trump soal 5 Jurnalis Tewas Kena Serangan Israel: Saya Tidak Suka!’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Ratusan Eks Diplomat Desak Uni Eropa Tindak Israel

    Ratusan Eks Diplomat Desak Uni Eropa Tindak Israel

    Jakarta

    Sebanyak 209 mantan duta besar dan staf negara anggota Uni Eropa (UE) menandatangani surat terbuka yang mendesak agar perkumpulan negara di Benua Biru tersebut segera mengimplementasikan langkah-langkah terhadap “tindakan ilegal Israel di Gaza dan Tepi Barat”.

    Surat tersebut berisi sembilan langkah UE yang diusulkan terhadap pemerintah Israel.

    Salah satu poin dalam usulan tersebut adalah penangguhan atau pencabutan sepihak izin ekspor senjata ke Israel dan penghentian pendanaan proyek-proyek nasional yang didanai bersama, yang melibatkan entitas Israel.

    Selain itu, surat tersebut mendesak penerapan sanksi atas dasar hak asasi manusia dan undang-undang antiterorisme, yang meliputi larangan visa dan pembekuan aset.

    Surat yang telah ditanda tangan itu ditujukan kepada pemimpin 27 negara anggota UE dan struktur kepemimpinan Komisi Eropa. Surat ini, merupakan tindak lanjut dari surat terbuka lain yang dilayangkan pada akhir Juli 2025 lalu.

    “Dengan rasa kecewa kami sampaikan bahwa dalam empat minggu sejak surat kami dikirim, tidak ada gencatan senjata yang disepakati di Gaza, tidak ada sandera Israel yang dibebaskan, dan yang lebih mengkhawatirkan, pemerintah Israel telah mulai melaksanakan rencana untuk mengosongkan Kota Gaza dan sekitarnya,” bunyi pernyataan surat tersebut.

    Para mantan diplomat tersebut mencatat bahwa sejak komunikasi terbuka sebelumnya, lebih dari 2.600 warga Palestina telah tewas di Gaza. Banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

    “Kami mengekspresikan kekecewaan yang mendalam bahwa sebagai respons terhadap situasi yang semakin memburuk di Gaza, UE tidak mengambil langkah-langkah penting untuk menekan Israel agar menghentikan perang brutalnya,” jelas surat tersebut.

    Warga Israel desak pembebasan sandera dan stop serangan di Gaza

    Selasa pagi (26/08) waktu setempat, para demonstran dan aktivis turun ke sejumlah ruas jalan di beberapa wilayah Israel. Mereka menyerukan pembebasan segera pada sandera yang masih diduga selamat dan mendesak penghentian pertempuran di Gaza.

    Menurut sebuah laporan media, sebuah jalan raya utama di dekat Tel Aviv diblokir dan para demonstran membakar ban di jalur utara kota tersebut.

    Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang telah menyerukan aksi massa dengan slogan “Israel Bersatu.”

    Media Israel juga melaporkan demonstrasi di dekat cabang Kedutaan Besar AS di Tel Aviv, serta di luar rumah-rumah menteri di kota tersebut.

    “Sudah ada penawaran yang diberikan. Kami menuntut agar para pemimpin kami duduk di meja perundingan dan tidak beranjak hingga ada kesepakatan,” kata Hagit Chen, ibu dari seorang anak yang diculik oleh Hamas pada Oktober 2023. Dikutip dari pernyataan yang dirilis oleh forum perwakilan keluarga sandera.

    Selain itu, aktivis juga mendesak agar pemerintah Israel membatalkan keputusannya untuk mengambil alih Kota Gaza.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu baru-baru ini memerintahkan pembicaraan segera untuk membebaskan semua sandera yang tersisa di Gaza, sambil tetap bersikeras pada rencana serangan baru untuk merebut kota terbesar di Gaza. Sebanyak 50 sandera masih ditahan di Jalur Gaza, 20 di antaranya diyakini masih hidup.

    Sehari sebelumnya, pada Senin (25/08), Israel menyerang Rumah Sakit Nasser di bagian selatan Jalur Gaza. Serangan ini menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis yang bekerja untuk kantor berita Reuters, Associated Press (AP), Al Jazeera, dan media lainnya.

    Serangan Israel tewaskan jurnalis, ini kata Kanselir Jerman

    Merespons serangan pada Senin (25/08) itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa dia tidak percaya jurnalis menjadi target langsung Israel ketika penyerangan terhadap rumah sakit di Gaza.

    “Saat ini saya tidak percaya bahwa ini adalah serangan yang ditargetkan terhadap jurnalis,” kata Merz kepada editor politik utama DW, Michaela Kuefner, di Berlin.

    “Namun, ini tentu saja merupakan hasil dari apa yang dimulai oleh tentara Israel beberapa hari yang lalu dan apa yang diputuskan oleh pemerintah Israel untuk dilakukan,” kata Merz.

    Merz mengatakan bahwa keputusannya untuk menangguhkan izin ekspor senjata baru ke Israel untuk digunakan di Gaza adalah keputusan yang tepat.

    “Saya merasa bahwa keputusan saya dalam kondisi ini, Israel tidak boleh menerima senjata yang akan digunakan di Jalur Gaza, telah terbukti lebih dari cukup sebagai keputusan yang tepat,” kata Merz.

    Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa tindakan Israel saat ini di Gaza “tidak dapat diterima.”

    “Apa yang dilakukan pemerintah Israel di sana dan apa yang dilakukan tentara Israel dalam melaksanakan keinginan pemerintah Israel tidak dapat diterima dan peristiwa kemarin mencoreng tindakan yang seharusnya dilakukan, dalam segala hal, merupakan tindakan yang dibenarkan terhadap Hamas,” kata Merz.

    Mediator Qatar: Israel harus respons usulan gencatan senjata

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan bahwa para mediator sedang menunggu respons Israel terhadap usulan gencatan senjata yang disetujui oleh kelompok Hamas.

    “Yang penting bukanlah tempatnya, tetapi agar kesepakatan tercapai sekarang. Sudah ada tawaran di atas meja, Israel harus merespons,” kata al-Ansari dalam konferensi pers.

    “Upaya menunda dengan memindahkan lokasi atau taktik lain sudah jelas bagi komunitas internasional dan saatnya Israel memberikan jawaban serius atas apa yang telah disetujui sebelumnya,” ujar al-Ansari.

    Usulan terbaru yang diajukan oleh mediator melibatkan gencatan senjata awal selama 60 hari dan pertukaran bertahap sandera Israel dengan tahanan Palestina.

    Saat mediator menunggu tanggapan Israel terhadap usulan baru pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa dia telah memberikan instruksi untuk negosiasi baru yang bertujuan “membebaskan semua sandera kami dan mengakhiri perang dengan syarat yang dapat diterima oleh Israel.”

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Muhammad Hanafi

    Editor: Rahka Susanto dan Hani Anggraini

    Lihat Video ‘PBB soal 5 Jurnalis Tewas Kena Serangan Israel: Harus Ada Keadilan’:

    (ita/ita)

  • Rudal Melesat dari Yaman ke Israel, Sirene Peringatan Meraung-raung

    Rudal Melesat dari Yaman ke Israel, Sirene Peringatan Meraung-raung

    Tel Aviv

    Militer Israel melaporkan pasukannya telah mencegat sebuah rudal yang ditembakkan dari wilayah Yaman, yang menjadi markas kelompok pemberontak Houthi. Serangan rudal dari Yaman itu sempat memicu diaktifkannya sirene peringatan serangan udara yang meraung-raung di beberapa wilayah Israel.

    Militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (27/8/2025), mengatakan bahwa serangan rudal dari Yaman itu berhasil dicegat oleh pasukan Angkatan Udara Israel (IAF) Rabu (27/8) waktu setempat.

    “Menyusul sirene yang berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa wilayah di Israel, sebuah sirene yang diluncurkan dari Yaman telah dicegat oleh IAF,” sebut militer Israel dalam pernyataan via Telegram.

    Houthi, yang menguasai beberapa area strategis di Yaman, diketahui secara rutin melancarkan serangan udara yang mereka klaim sebagai respons atas rentetan serangan militer Israel terhadap Jalur Gaza.

    Sejauh ini, belum ada klaim tanggung jawab dari Houthi atau kelompok lainnya terkait serangan rudal terbaru dari Yaman tersebut.

    Houthi yang didukung Iran ini telah berulang kali melancarkan rentetan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel, sejak perang berkecamuk antara kelompok Hamas, sekutunya, dan militer Tel Aviv di Jalur Gaza pada Oktober 2023.

    Houthi yang mengakui serangannya sebagai solidaritas untuk Palestina ini, sempat menghentikan serangan mereka saat gencatan senjata berlangsung selama dua bulan di Jalur Gaza yang berakhir pada Maret lalu. Serangan-serangan Houthi kembali dilanjutkan setelah militer Israel melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza.

    Israel juga telah melancarkan beberapa serangan balasan ke wilayah Yaman, yang menargetkan pelabuhan-pelabuhan dan bandara di ibu kota Sanaa yang dikuasai oleh Houthi.

    Serangan terbaru Israel, pada Minggu (24/8) waktu setempat, terhadap ibu kota Sanaa telah menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai lebih dari 90 orang lainnya.

    Militer Israel mengatakan pasukannya menyerang sebuah kompleks militer di dekat istana kepresidenan di Sanaa, kemudian menyerang dua pembangkit listrik, dan sebuah depot bahan bakar “sebagai respons” atas serangan Houthi terhadap wilayahnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Bunuh 5 Jurnalis di Gaza, Israel Berdalih Targetkan Kamera Hamas

    Bunuh 5 Jurnalis di Gaza, Israel Berdalih Targetkan Kamera Hamas

    Tel Aviv

    Militer Israel berdalih pasukannya menargetkan kamera yang dioperasikan oleh kelompok Hamas, setelah dua serangannya ke Rumah Sakit (RS) Al-Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan, menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis.

    Serangan mematikan Israel pada Senin (25/8) itu memicu gelombang kecaman internasional.

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan mematikan Israel itu diawali dengan drone bermuatan peledak yang menghantam salah satu gedung di kompleks RS Al-Nasser, yang diikuti dengan serangan udara saat para korban luka sedang dievakuasi oleh petugas penyelamat.

    Lima jurnalis di antara 20 korban tewas dalam serangan itu dilaporkan bekerja untuk media-media terkemuka seperti Reuters, Associated Press, dan Al Jazeera.

    Militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (27/8/2025), mengatakan bahwa serangan terhadap pusat medis itu terjadi setelah tentara-tentaranya “mengidentifikasi sebuah kamera yang ditempatkan oleh Hamas di area Rumah Sakit Al-Nasser”.

    Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya “beroperasi untuk menghilangkan ancaman dengan menyerang dan membongkar kamera tersebut”.

    “Enam orang yang tewas adalah teroris,” sebut militer Israel dalam pernyataan mereka.

    Militer Israel menambahkan bahwa Kepala Staf Militer telah menginstruksikan “untuk memeriksa lebih lanjut beberapa celah”, termasuk “proses otorisasi sebelum serangan”.

    Hamas memberikan respons keras dengan menuduh militer Israel “berupaya membenarkan kejahatan ini dengan mengarang klaim palsu bahwa mereka telah menargetkan ‘kamera’ milik elemen perlawanan — sebuah tuduhan yang tidak berdasar, tidak memiliki bukti, dan hanya bertujuan untuk menghindari tanggung jawab hukum dan moral atas pembantaian massal”.

    Beberapa jam setelah serangan mematikan itu terjadi, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan penyesalannya atas apa yang disebutnya sebagai “kecelakaan tragis”.

    Serangan Israel itu dikecam oleh banyak pihak, termasuk sekutu-sekutu Israel juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), media, kelompok hak asasi manusia (HAM), dan Asosiasi Pers Asing yang berbasis di Israel.

    Menurut pemantau pers, perang yang terus berkecamuk di Jalur Gaza telah menjadi salah satu yang paling mematikan bagi wartawan, dengan sekitar 200 pekerja media tewas selama hampir dua tahun Israel terus menggempur wilayah tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Akan Pimpin Rapat Besar Bahas Rencana Pascaperang untuk Gaza

    Trump Akan Pimpin Rapat Besar Bahas Rencana Pascaperang untuk Gaza

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan memimpin rapat besar untuk membahas rencana pascaperang untuk Gaza. Rapat besar ini akan digelar di Gedung Putih pada Rabu (27/8) waktu setempat.

    Rencana digelarnya rapat besar yang dipimpin langsung oleh Trump ini, seperti dilansir AFP, Rabu (27/8/2025), diungkapkan oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dalam wawancara dengan media terkemuka AS, Fox News.

    “Kami akan menggelar rapat besar di Gedung Putih besok, dipimpin oleh Presiden, dan ini adalah rencana yang sangat komprehensif yang akan kami susun untuk hari berikutnya,” ucap Witkoff dalam wawancara dengan Fox News pada Selasa (26/8) waktu setempat.

    Witkoff tidak menjelaskan lebih lanjut soal “rapat besar” tersebut, terutama soal siapa saja yang akan hadir.

    Pernyataan Witkoff itu disampaikan ketika dia ditanya soal apakah ada “rencana untuk hari esok di Gaza”, merujuk pada berakhirnya perang antara Israel dan Hamas di daerah kantong Palestina tersebut yang berkecamuk sejak Oktober 2023.

    Awal tahun ini, Trump mengejutkan dunia dengan mengusulkan agar AS mengambil alih Jalur Gaza, merelokasi dua juta penduduknya, dan membangun properti tepi pantai di sana.

    Trump saat itu mengatakan bahwa AS akan membersihkan puing-puing dan bom-bom yang belum meledak, kemudian mengubah Jalur Gaza menjadi “Riviera-nya Timur Tengah” — merujuk pada resor tepi pantai populer French Riviera, sudut tenggara Prancis, yang menjadi tujuan wisata dunia.

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu saat itu memuji usulan Trump tersebut, meskipun banyak negara Eropa dan Arab mengkritiknya.

    Witkoff, dalam wawancara dengan Fox News, tidak merinci rencana yang digembar-gemborkan tersebut. Namun, dia mengatakan bahwa dirinya meyakini orang-orang akan “melihat betapa teguhnya rencana tersebut dan betapa baiknya rencana tersebut”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Rentetan Kejahatan Israel Serang RS di Gaza Dikecam!

    Rentetan Kejahatan Israel Serang RS di Gaza Dikecam!

    Jakarta

    Militer Israel tak habis-habisnya membombardir Gaza. Rentetan kejahatan Israel menyerang rumah sakit di Gaza menuai kecaman.

    Kini giliran Rumah Sakit Nasser di wilayah Jalur Gaza yang jadi sasaran serangan Israel. Sebanyak 20 orang tewas, lima di antaranya merupakan jurnalis.

    Dilansir Reuters, Selasa (26/8/2025), para jurnalis yang meninggal dunia berasal dari media Reuters, Associated Press, hingga Al Jazeera. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan juru kamera Hussam al-Masri, seorang kontributor Reuters, tewas di dekat posisi siaran langsung yang dioperasikan Reuters di lantai atas tepat di bawah atap rumah sakit di Khan Younis dalam serangan awal.

    Wartawan serta petugas penyelamat dan petugas medis yang bergegas ke lokasi turut tewas dalam serangan kedua Israel. Kemudian wartawan yang tewas lainnya adalah Mariam Abu Dagga, yang bekerja lepas untuk Associated Press dan media lainnya. Mohammed Salama, yang bekerja untuk penyiar Al Jazeera yang berbasis di Qatar.

    Moaz Abu Taha seorang jurnalis lepas yang bekerja dengan beberapa organisasi berita termasuk sesekali berkontribusi untuk Reuters juga menjadi korban tewas. Lalu, Ahmed Abu Aziz Fotografer Hatem Khaled, yang juga seorang kontraktor Reuters, terluka.

    Israel Klaim Tak Targetkan Jurnalis

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel sangat menyesalkan apa yang disebutnya sebagai “kecelakaan tragis”. Israel menyebut pihaknya menghargai kerja keras para jurnalis dan staf medis.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengakui telah menyerang area Rumah Sakit Nasser dan mengatakan bahwa Kepala Staf Umum telah memerintahkan penyelidikan. Namun demikian, IDF mengklaim tidak menargetkan jurnalis dalam serangannya.

    “IDF menyesalkan segala kerugian yang dialami individu yang tidak terlibat dan tidak menargetkan jurnalis. IDF bertindak untuk mengurangi kerugian yang dialami individu yang tidak terlibat semaksimal mungkin dengan tetap menjaga keselamatan pasukan IDF,” katanya.

    Reuters menyampaikan duka atas meninggalnya para wartawan. Reuters mengatakan saat ini sedang meminta pihak Gaza dan Israel memberi bantuan kepada jurnalisnya yang tewas dalam peristiwa itu.

    “Kami sedang mencari informasi lebih lanjut dan telah meminta pihak berwenang di Gaza dan Israel untuk membantu kami mendapatkan bantuan medis darurat bagi Hatem,” kata juru bicara Reuters.

    Saudi Serukan Akhiri Kejahatan Israel

    Kementerian Luar Negeri Saudi, seperti dilansir Al Arabiya, mengecam “penargetan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap para tenaga medis, pekerja bantuan kemanusiaan, dan personel media di Kompleks Medis Al-Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan”.

    Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Saudi menyerukan komunitas internasional untuk “mengakhiri kejahatan-kejahatan Israel ini” dan menekankan perlunya memastikan perlindungan bagi para pekerja medis, pekerja bantuan kemanusiaan, dan pekerja medis.

    Serangan yang menghantam RS Nasser itu merupakan salah satu dari rentetan serangan Israel terhadap rumah sakit atau fasilitas medis di Jalur Gaza sejak perang berkecamuk pada Oktober 2023. RS Nasser sendiri terus bertahan dari serangan dan pengeboman selama 22 bulan terakhir perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Para pejabat menyebut adanya kekurangan pasokan dan kekurangan staf yang kritis. Dari 20 korban tewas, sebanyak lima orang di antaranya merupakan jurnalis yang bekerja untuk kantor berita terkemuka seperti Reuters, Associated Press dan Al Jazeera.

    China Mengecam Serangan Israel

    Otoritas China terkejut serangan Israel ke rumah sakit di Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis. Beijing mengecam serangan Israel yang merenggut nyawa jurnalis dan petugas medis.

    China juga menyerukan Israel untuk “segera menghentikan operasi militernya” di Jalur Gaza. Guo juga menyampaikan belasungkawa.

    “Kami terkejut dan mengutuk fakta bahwa para tenaga medis dan jurnalis sekali lagi sangat disayangkan telah kehilangan nyawa dalam konflik ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers terbaru di Beijing, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (26/8/2025).

    “Kami menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan simpati kami untuk keluarga mereka,” imbuh Guo dalam pernyataannya.

    Shina prihatin dengan situasi terkini di Jalur Gaza. Dia menambahkan bahwa China mengecam “semua tindakan yang merugikan warga sipil… termasuk tindak kekerasan terhadap jurnalis”.

    Guo kemudian menyerukan Israel untuk segera menghentikan serangannya di Jalur Gaza dan menyetujui gencatan senjata.

    “Israel harus segera menghentikan operasi militernya di Gaza, mewujudkan gencatan senjata yang komprehensif dan bertahan lama sesegera mungkin, memulihkan sepenuhnya pasokan kemanusiaan, mencegah krisis kemanusiaan berskala lebih besar, dan berupaya meredakan ketegangan secepat mungkin,” cetusnya.

    Halaman 2 dari 2

    (idn/idn)

  • Video: Serangan Maut Israel ke RS di Gaza Bikin Trump Marah

    Video: Serangan Maut Israel ke RS di Gaza Bikin Trump Marah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengungkapkan kemarahannya atas serangan Israel terhadap sebuah rumah sakit di Gaza pada malam sebelumnya yang menewaskan 20 orang, termasuk lima jurnalis, pada Senin (25/8).

    Trump mengatakan ia merasa tidak senang dengan kejadian tersebut.

    Israel menyerang Rumah Sakit Nasser di wilayah selatan Jalur Gaza pada hari Senin (25/8), menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk
    Juru kamera Hussam al-Masri, seorang jurnalis Reuters.

  • Update Korban Serangan Israel ke Yaman: 10 Tewas-92 Luka

    Update Korban Serangan Israel ke Yaman: 10 Tewas-92 Luka

    Jakarta

    Pemberontak Houthi Yaman merilis data terbaru korban tewas dan luka-luka dalam serangan Israel di ibu kota Sanaa. Tercatat kini sebanyak 10 orang tewas dan 92 orang terluka.

    “Sepuluh orang tewas dan 92 orang terluka dalam agresi Zionis,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees Alasbahi, dilansir AFP, Selasa (26/8/2025).

    Pihak Houthi sebelumnya mengatakan enam orang tewas dan 86 orang terluka dalam serangan hari Minggu (24/8) itu. Mereka menyebut serangan itu menargetkan sebuah pom bensin dan sebuah pembangkit listrik di ibu kota yang dikuasai pemberontak.

    Militer Israel mengatakan telah menyerang sebuah kompleks militer tempat istana presiden berada, beserta dua pembangkit listrik dan sebuah depot bahan bakar.

    Serangan itu sebagai respons atas serangan berulang kali oleh rezim teroris Houthi terhadap Israel dan warga sipilnya. Termasuk dalam beberapa hari terakhir.

    Sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Jalur Gaza pada Oktober 2023, kelompok Houthi telah berulang kali menembakkan rudal dan drone ke Israel, dengan dalih melakukan tindakan solidaritas terhadap Palestina.

    (azh/azh)

  • PBB Umumkan Bencana Kelaparan di Gaza, Legislator: RI Tak Boleh Diam

    PBB Umumkan Bencana Kelaparan di Gaza, Legislator: RI Tak Boleh Diam

    Jakarta

    Anggota Komisi I DPR RI, Yudha Novanza Utama, menyoroti pengumuman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai bencana kelaparan di Gaza, Palestina. Ia menyebut peringatan itu harus menjadi alarm untuk Indonesia mengambil langkah insiatif menghentikan segala bentuk penindasan.

    “Deklarasi PBB menandai pertama kalinya bencana kelaparan dinyatakan di kawasan Timur Tengah. Fakta ini menunjukkan penderitaan rakyat Palestina sudah pada tahap yang sangat darurat,” kata Yudha kepada wartawan, Senin (25/8/2025).

    Yudha menyoroti pernyataan Kepala Bantuan PBB Tom Fletcher yang menegaskan bahwa kelaparan ini seharusnya tidak perlu terjadi. Ia menyebut peristiwa yang terjadi di Gaza bukan bencana alam melainkan kejatahan politik pada akses kemanusiaan.

    “Fletcher mengatakan dengan sangat jelas bahwa makanan tidak bisa sampai ke Gaza karena hambatan sistematis oleh Israel. Artinya, ini bukan bencana alam, tetapi akibat dari kebijakan politik yang menutup akses kemanusiaan,” ujarnya.

    Legislator Golkar ini menyerukan komunitas internasional segera bersatu untuk menekan Israel membuka jalur bantuan kemanusiaan. Ia meminta pemerintah RI untuk berusaha lebih lantang di forum dunia.

    “Pemerintah Indonesia harus lebih aktif memimpin inisiatif diplomatik, baik di PBB, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), maupun forum internasional lainnya. Indonesia tidak boleh diam, harus berdiri di garis depan memperjuangkan pembukaan jalur bantuan dan penghentian blokade Israel,” sambungnya.

    Ia mengutuk keras blokade bantuan makanan terhadap Gaza hingga membuat anak-anak menderita dan akhirnya meninggal dunia. Yudha meminta negara di seluruh dunia tak tutup mata atas peristiwa ini.

    “Anak-anak adalah korban paling tidak berdaya. Mereka menderita kelaparan, sakit, bahkan kehilangan masa depan karena perang dan blokade. Dunia tidak boleh menutup mata ketika generasi muda Palestina dibiarkan mati perlahan akibat kelaparan,” ungkapnya.

    Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menyatakan bencana kelaparan di Jalur Gaza, Palestina. Namun warga Palestina menilai deklarasi PBB itu terlambat.

    Pengumuman PBB tersebut datang setelah berbulan-bulan peringatan mengenai krisis pangan di Gaza. Pada akhir Juli lalu, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebuah inisiatif yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan krisis kelaparan akibat konflik di Gaza.

    IPC menyebut semakin banyak bukti menunjukkan bahwa kelaparan, malnutrisi, dan penyakit yang meluas mendorong peningkatan kematian akibat kelaparan. Tercatat lebih dari 20.000 anak dirawat untuk perawatan malnutrisi akut antara April dan pertengahan Juli. Jumlah itu di antaranya 3.000 anak lebih mengalami malnutrisi parah.

    “Data terbaru menunjukkan bahwa ambang batas kelaparan telah tercapai untuk konsumsi pangan di sebagian besar Jalur Gaza dan untuk malnutrisi akut di Kota Gaza,” demikian bunyi peringatan tersebut, yang menyerukan tindakan segera untuk mengakhiri permusuhan dan memungkinkan respons kemanusiaan yang luas, tanpa hambatan, dan menyelamatkan nyawa.

    (dwr/azh)

  • Panas! Wali Kota Barcelona Ditolak Masuk ke Israel

    Panas! Wali Kota Barcelona Ditolak Masuk ke Israel

    Tel Aviv

    Wali Kota Barcelona Jaume Collboni ditolak masuk ke Israel menjelang kunjungan yang telah dijadwalkan sebelumnya. Penolakan ini terjadi setelah pemerintah kota Barcelona di Spanyol memutuskan hubungan dengan Israel terkait perang yang terus berkecamuk di Jalur Gaza.

    Kementerian Dalam Negeri Israel, seperti dilaporkan surat kabar Yedioth Ahronoth dan dilansir Anadolu Agency, Senin (25/8/2025), mengumumkan bahwa Collboni dilarang untuk masuk ke negara Yahudi tersebut. Dia sebelumnya dijadwalkan tiba di Israel pada Jumat (29/8) malam.

    “Penolakan ini menyusul beberapa pernyataan sang Wali Kota baru-baru ini yang menentang Israel, dan setelah dewan kota merilis resolusi pada Mei lalu untuk memutuskan hubungan dengan Israel,” demikian laporan surat kabar Yedioth Ahronoth.

    Keputusan dewan kota Barcelona itu merupakan tanggapan atas kejahatan perang Israel yang dilakukan terhadap warga sipil di Jalur Gaza, setahun setelah pengakuan yang secara resmi diberikan Spanyol terhadap negara Palestina pada Mei 2024.

    Menurut laporan media Israel lainnya, Channel 12, Collboni dijadwalkan mengunjungi Yad Vashem, sebuah museum di Yerusalem Timur, dan bertemu dengan para pejabat Otoritas Palestina.

    Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah melarang masuk banyak pejabat dan aktivis Barat yang menunjukkan solidaritas dengan Palestina dan mengkritik tindakan militer Israel di Jalur Gaza.

    Perang berkecamuk di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 lalu, setelah Hamas melancarkan serangan mematikan terhadap Israel. Sebagai respons, militer Tel Aviv terus membombardir berbagai wilayah Jalur Gaza, yang diklaim oleh Israel untuk memusnahkan Hamas yang menguasai daerah kantong Palestina tersebut.

    Data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 62.686 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel yang menghancurkan wilayah tersebut.

    Pekan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, berdasarkan laporan ketahanan pangan yang mengonfirmasi sedikitnya 500.000 orang menghadapi “bencana besar” kelaparan.

    Israel menolak mentah-mentah pengumuman itu dan bersikeras menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza. Tel Aviv menuding temuan PBB itu didasarkan pada “kebohongan Hamas”.

    Lihat juga Video ‘Netanyahu Klaim Rudal Israel Hantam Istana Presiden Yaman’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)