Negara: Jalur Gaza

  • Majelis Umum PBB Akan Voting Resolusi Negara Palestina Bebas dari Hamas

    Majelis Umum PBB Akan Voting Resolusi Negara Palestina Bebas dari Hamas

    New York

    Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan melakukan pemungutan suara atau voting untuk mendukung “Deklarasi New York”, sebuah resolusi yang berupaya menghidupkan kembali solusi dua negara untuk Israel dan Palestina, namun tanpa melibatkan kelompok Hamas.

    Meskipun Israel telah mengkritik badan-badan PBB selama hampir dua tahun terakhir atas kegagalan badan dunia itu mengutuk serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, deklarasi yang diajukan oleh Prancis dan Arab Saudi tersebut tidak meninggalkan ambiguitas.

    Deklarasi yang secara resmi disebut sebagai “Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara” ini, seperti dilansir AFP, Jumat (12/9/2025), menyatakan di dalamnya bahwa “Hamas harus membebaskan semua sandera”.

    Deklarasi itu kemudian menyatakan bahwa Majelis Umum PBB mengutuk “serangan yang dilakukan Hamas terhadap warga sipil pada 7 Oktober”.

    Voting akan digelar dalam rangkaian Sidang Umum PBB yang digelar di markas besar badan dunia tersebut di New York, Amerika Serikat (AS).

    Deklarasi New York tersebut juga menyerukan “tindakan kolektif untuk mengakhiri perang di Gaza, mewujudkan penyelesaian konflik Israel-Palestina yang adil, damai, dan langgeng berdasarkan implementasi efektif solusi Dua-Negara”.

    Deklarasi ini juga lebih dari sekadar mengutuk Hamas, melainkan berupaya untuk sepenuhnya menyingkirkan kelompok itu dari kepemimpinan di Jalur Gaza.

    “Dalam konteks mengakhiri perang di Gaza, Hamas harus mengakhiri kekuasaannya di Gaza dan menyerahkan persenjataannya kepada Otoritas Palestina, dengan keterlibatan dan dukungan internasional, sejalan dengan tujuan Negara Palestina yang berdaulat dan mereka,” demikian bunyi penggalan pernyataan deklarasi itu.

    Tidak hanya itu, deklarasi tersebut juga mencakup pembahasan mengenai “pengerahan misi stabilisasi internasional sementara” ke wilayah yang terdampak di bawah mandat Dewan Keamanan PBB, yang bertujuan untuk mendukung penduduk sipil Palestina dan memfasilitasi tanggung jawab keamanan Otoritas Palestina.

    Deklarasi New York itu telah disetujui oleh Liga Arab dan ditandatangani bersama pada Juli lalu oleh 17 negara anggota PBB, termasuk beberapa negara Arab.

    Voting untuk Deklarasi New York itu akan mendahului digelarnya pertemuan puncak PBB mendatang yang diketuai bersama oleh Riyadh dan Paris pada 22 September mendatang di New York, di mana Presiden Prancis Emmanuel Macron telah berjanji untuk secara resmi mengakui negara Palestina.

    Selain Prancis, beberapa negara Barat lainnya, seperti Inggris, Kanada dan Australia, juga akan memberikan pengakuan resmi untuk negara Palestina selama Sidang Umum PBB berlangsung.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Tuduh AS Terlibat dalam Serangan Israel ke Pejabatnya di Qatar

    Hamas Tuduh AS Terlibat dalam Serangan Israel ke Pejabatnya di Qatar

    Gaza City

    Kelompok Hamas menuduh Amerika Serikat (AS) terlibat dalam serangan mematikan Israel terhadap para pejabat dan negosiatornya di Qatar. Hamas menyebut serangan Tel Aviv itu sebagai “pembunuhan terhadap seluruh proses negosiasi”.

    Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, menuding Israel, dengan serangannya di Qatar, berupaya menggagalkan perundingan gencatan senjata Gaza yang kembali dilanjutkan beberapa pekan terakhir.

    Serangan udara Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap wilayah Qatar pada Selasa (9/9) waktu setempat, mengirimkan gelombang kejut ke seluruh wilayah yang telah lama terlindungi dan menghentikan perundingan gencatan senjata Gaza yang sudah tersendat.

    “Kejahatan ini adalah … pembunuhan terhadap seluruh proses negosiasi dan penargetan yang disengaja terhadap peran saudara-saudara kita yang melakukan mediasi di Qatar dan Mesir,” kata seorang pejabat Hamas, Fawzi Barhoum, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (12/9/2025).

    Barhoum menuding AS, sekutu dekat Israel, sebagai “kaki tangan penuh” dalam serangan Tel Aviv yang menargetkan para pejabat senior Hamas di Qatar tersebut.

    Gedung Putih sebelumnya mengatakan bahwa Presiden Donald Trump tidak setuju dengan keputusan Israel untuk mengambil tindakan militer di wilayah Qatar, sekutu AS di Timur Tengah.

    Trump mengatakan dirinya tidak diberitahu lebih awal oleh Tel Aviv, dan ketika mendengar rencana serangan dalam waktu dekat, dia meminta utusannya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, untuk segera memperingatkan Qatar — namun serangan tersebut sudah terlanjut dimulai oleh Israel.

    Militer Israel mengklaim serangannya menargetkan para pemimpin senior Hamas di Doha, ibu kota Qatar. Namun Hamas mengatakan bahwa para pejabat tingginya berhasil selamat dari serangan Tel Aviv.

    Diungkapkan Hamas bahwa lima anggotanya tewas, yang terdiri atas Hamam yang merupakan putra negosiator utama Hamas Khalil al-Hayya, kemudian Jihad Labad yang merupakan direktur kantor al-Hayya, dan tiga pengawal Hamas, yakni Ahmad Mamlouk, Abdallah Abdelwahd, dan Mumen Hassoun.

    Otoritas Qatar menambahkan bahwa salah kopral militer Badr Saad Mohammed al-Humaidi al-Dosari juga tewas dalam serangan Israel.

    Barhoum, dalam pernyataannya, menyebut istri dan menantu al-Hayya, serta cucu-cucu mereka, mengalami luka-luka dalam serangan yang menargetkan kompleks tempat tinggal sang negosiator utama Hamas tersebut.

    Dalam wawancara dengan CNN pada Rabu (10/9), Perdana Menteri (PM) Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan dirinya tidak dapat memastikan nasib al-Hayya usai serangan Israel tersebut. Sosok al-Hayya tidak terlihat saat pemakaman para korban tewas, termasuk putranya, digelar di Doha.

    Pemakaman itu digelar dengan pengamanan ketat di sekeliling masjid yang menjadi tempat digelarnya salat jenazah. Para pemimpin Qatar, termasuk Al Thani, tampak bergabung dengan para pelayat.

    Tayangan langsung dari televisi lokal Qatar menunjukkan satu peti mati diselimuti bendera nasional Qatar dan lima peti mati lainnya diselimuti bendera Palestina.

    Kementerian Dalam Negeri Qatar, secara terpisah, mengatakan bahwa jenazah para korban tewas akan dimakamkan di Pemakaman Mesaimeer setelah seremoni pemakaman digelar di Masjid Sheikh Mohammed bin Abdul Wahhab.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idn)

  • Suara Tegas Putra Mahkota Arab Saudi: Gaza Milik Palestina

    Suara Tegas Putra Mahkota Arab Saudi: Gaza Milik Palestina

    Jakarta

    Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, tiba-tiba bersuara terkait kondisi di Gaza. Ia menegaskan Gaza milik Palestina.

    Dilansir Al Arabiya, Kamis (11/9/2025), Ia menegaskan bahwa Gaza adalah tanah milik Palestina dan hak-hak rakyatnya tidak dapat dirampas oleh agresi apa pun. Dia menyampaikan itu saat pidato yang disiarkan televisi nasional Saudi pada hari Rabu (10/9) waktu setempat.

    Berbicara pada pembukaan tahun kedua sidang kesembilan Dewan Syura, Pangeran Mohammed mengatakan bahwa upaya Kerajaan telah membantu mengamankan dukungan internasional untuk solusi dua negara bagi konflik Israel-Palestina.

    Putra Mahkota mengatakan bahwa Arab Saudi menolak dan mengutuk “serangan-serangan” Israel di wilayah tersebut.

    Tak cuma Putra Mahkota, Kabinet Arab Saudi juga pernah menyampaikan kecaman terhadap tindakan Israel di Gaza. Kabinet Arab Saudi mengatakan Tel Aviv sedang melakukan “pembersihan etnis” terhadap warga Palestina.

    Kecaman terhadap Israel itu, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (12/8) yang lalu, disampaikan oleh kabinet Saudi saat menggelar rapat di NEOM, yang dipimpin langsung oleh Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), yang secara resmi menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Saudi.

    “Kabinet dengan tegas dan dengan suara keras mengecam keputusan pendudukan Israel untuk menduduki Jalur Gaza dan mengutuk kegigihan mereka dalam melakukan serangkaian kejahatan kelaparan, praktik brutal, dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina,” demikian dilaporkan Saudi Press Agency (SPA).

    Kabinet Saudi, menurut SPA, juga “menekankan bahwa ketidakmampuan komunitas internasional dan Dewan Keamanan yang berkelanjutan untuk menghentikan serangan dan pelanggaran ini telah merusak dasar sistem internasional dan legitimasi internasional”.

    Arab Saudi Kecam Serangan Israel ke Qatar

    Tak hanya serangan Israel di Gaza, MBS juga mengecam serangan terbaru Israel ke Doha, Qatar. Ia mengecam keras serangan tersebut.

    “Agresi brutal terhadap negara saudara kita Qatar membutuhkan tindakan Arab, Islam, dan internasional,” katanya, dilansir Al Arabiya, Kamis (11/9).

    “Arab Saudi akan mendukung Qatar dalam semua langkah yang diambilnya, tanpa batas,” kata Pangeran Mohammed.

    MBS juga menyampaikan kecaman itu kala menghubungi Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, pada Selasa (9/9) waktu setempat.

    “Yang Mulia Putra Mahkota menegaskan solidaritas penuh Kerajaan (Saudi) dengan … Qatar dan menegaskan kecaman atas serangan secara terang-terangan oleh Israel terhadap negara Qatar, yang merupakan aksi kriminal dan pelanggaran berat terhadap hukum dan norma internasional,” demikian bunyi pernyataan yang dirilis kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA).

    MBS, menurut SPA, juga menekankan bahwa “Kerajaan (Saudi) mengerahkan seluruh kemampuannya” untuk mendukung Qatar dan langkah-langkah yang diambilnya untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya.

    Simak juga Video: 1.800 Seniman Hollywood Boikot Lembaga Film Israel

    Halaman 2 dari 3

    (maa/lir)

  • Google Bantah Kabar Dibayar Pemerintah Israel Tutupi Isu Kelaparan di Gaza

    Google Bantah Kabar Dibayar Pemerintah Israel Tutupi Isu Kelaparan di Gaza

    Bisnis.com, JAKARTA— Google membantah laporan yang menyebut perusahaan menerima bayaran dari Pemerintah Israel untuk menyebarkan propaganda di tengah meningkatnya kecaman internasional atas pengepungan dan penghancuran Jalur Gaza.

    Sebelumnya, beredar laporan bahwa Pemerintah Israel dilaporkan membayar Google sebanyak US$45 juta atau sekitar Rp741,9 miliar. 

    Dana tersebut disebut-sebut digunakan untuk menutup isu kelaparan yang dialami masyarakat Gaza dengan memanfaatkan iklan digital. 

    Google menegaskan informasi tersebut tidak benar. Perwakilan Google mengungkap dokumen yang menjadi dasar pemberitaan itu bukanlah perjanjian antara perusahaan dengan Pemerintah Israel.

    “Kami secara konsisten memastikan bahwa semua iklan mematuhi kebijakan kami,” ujar perwakilan Google kepada Bisnis pada Kamis (11/9/2025). 

    Melansir laman New Arab pada Selasa (9/9/2025) kabar Pemerintah  Israel membayar Google diungkap oleh investigasi Drop Site News awal pekan ini. 

    Menurut laporan tersebut, pembahasan di Knesset (parlemen Israel) mengenai kampanye hubungan masyarakat ini dimulai hanya beberapa jam setelah pemerintah Israel mengumumkan penghentian total pasokan makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya ke jalur Gaza pada 2 Maret 2025.

    Para anggota Knesset disebut lebih mengkhawatirkan citra Israel di mata dunia ketimbang kondisi kemanusiaan warga sipil Palestina yang terdampak.  Sejak kebijakan itu diterapkan, setidaknya 367 warga Gaza meninggal akibat kelaparan, termasuk 131 anak-anak. 

    Kontrak senilai US$45 juta tersebut diteken pada akhir Juni 2025 untuk sebuah kampanye iklan berdurasi enam bulan.  Saat itu, pasukan Israel gencar menyerang warga Palestina yang tengah berdesakan di lokasi distribusi bantuan yang dijalankan Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga yang justru kerap dicap negatif oleh pemerintah Israel. 

    Serangan udara ke kawasan sipil Gaza pun terjadi setiap hari. Kampanye ini diusulkan oleh Avichay Adraee, juru bicara militer Israel untuk dunia Arab, yang menyarankan agar diluncurkan kampanye digital untuk membantah adanya kelaparan. 

    “Kita bisa meluncurkan kampanye digital dalam konteks ini, untuk menjelaskan bahwa tidak ada kelaparan dan menyajikan data,” kata Adraee. 

    Salah satu iklan paling menonjol muncul di YouTube, platform berbagi video milik Google, yang memperlihatkan warga Palestina sedang menyiapkan dan memakan makanan. 

    Video tersebut diakhiri dengan kalimat, “Ada makanan di Gaza. Klaim lain adalah kebohongan.”

    Iklan itu tayang di tengah meningkatnya kecaman global terhadap kasus kelaparan dan gizi buruk di Gaza, serta hanya beberapa saat sebelum PBB secara resmi menyatakan terjadinya kelaparan di Kota Gaza dan wilayah sekitarnya.

    Selain dengan Google, pemerintah Israel juga dilaporkan membayar US$3 juta atau sekitar Rp49,5 miliar kepada platform media sosial X (sebelumnya Twitter) untuk kampanye serupa. 

    Mereka bahkan mendatangkan influencer asal Amerika Serikat ke Gaza untuk menyebarkan narasi pro-Israel, sementara jurnalis internasional dilarang masuk dan wartawan Palestina kerap menjadi target serangan. Meski berusaha membantah adanya kelaparan, sejumlah menteri Israel secara terbuka justru pernah menyerukan agar warga Gaza dibuat kelaparan. 

    “Menurut saya, mereka bisa dikepung. Tidak ada air, tidak ada listrik, mereka bisa mati kelaparan atau menyerah,” kata Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich. 

    Pernyataan senada juga datang dari Menteri Warisan Amichay Eliyahu yang menegaskan bahwa warga Palestina perlu dibuat kelaparan kecuali mereka mau meninggalkan Gaza.

    Langkah Israel menggandeng Google ini juga muncul setelah salah satu pendiri Google, Sergey Brin, menyebut PBB sebagai lembaga yang secara transparan antisemit usai Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese, mengkritik Google karena mendapat keuntungan dari agresi Israel dengan menyediakan layanan cloud bagi pemerintah Israel.

  • Secuil Plot Serangan Gagal Israel, Petinggi Hamas Selamat karena Tinggalkan Ruang Rapat untuk Shalat

    Secuil Plot Serangan Gagal Israel, Petinggi Hamas Selamat karena Tinggalkan Ruang Rapat untuk Shalat

    GELORA.CO – Hingga Rabu (10/9/2025) malam, para pejabat Israel tak memberikan informasi jelas atas hasil serangan udara mereka ke Doha, Qatar sehari sebelumnya yang menargetkan pimpinan Hamas. Pada jam-jam pertama setelah serangan dilancarkan, media-media Israel memberitakan dengan nada optimistis bahwa serangan berujung sukses dengan terbunuhnya para petinggi Hamas.

    Namun, pada Rabu dini hari pukul 1:00 waktu setempat, pesimisme di kalangan Israel mulai menyeruak tatkala media-media Arab khususnya Al Jazeera berani mengonfirmasi, para petinggi Hamas berhasil selamat dari upaya pembunuhan. Mereka yang terbunuh dan mengalami luka-luka berasal dari kalangan pengawal pribadi dan staf Hamas.

    Pada Rabu malam, beberapa media Arab yang kemudian dilansir Jerusalem Post mengungkap cerita, bahwa para pemimpin Hamas selamat karena mereka secara bersama-sama meninggalkan telepon seluler di dalam suatu ruangan untuk melaksanakan ibadah shalat. Jika merujuk pada waktu serangan yakni pukul 15:46 waktu Doha, para petinggi Hamas itu menunaikan ibadah shalat Ashar.

    Media-media Israel memunculkan spekulasi bahwa, serangan udara di Doha pada Selasa menggunakan munisi spesifik ketimbang bom yang lebih besar sehingga, para petinggi Hamas berhasil selamat. Penggunaan rudal-rudal dengan eksplosivitas lebih kecil digunakan dengan tujuan untuk menghindari korban jatuh dari kalangan masyarakat sipil Qatar.

    Pada Rabu, bocor informasi di kalangan media Israel, bahwa Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir menentang operasi serangan udara ke Qatar, namun akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk tetap menjalankan operasi setelah keputusan diambil oleh kabinet. Berbeda dengan Zamir, Pelaksana tugas Badan Keamanan Israel, Shin Bet berinisial S setuju dengan keputusan kabinet Netanyahu.

    Direktur Mossad David Barnea juga dilaporkan sebagai pihak yang menentang operasi serangan udara ke Doha. Barnea dilaporkan, secara konsisten lebih menginginkan jalur negosiasi untuk membebaskan sandera tersisa Israel ketimbang melancarkan operasi pembunuhan terhadap negosiator Hamas.

    Apalagi, menurut Barnea, Mossad memandang Qatar sejauh ini sebagai pihak yang memiliki dampak positif terhadap proses negosiasi antara Israel dan Hamas. Pandangan itu berdasarkan dua kali fase pembebasan sandera hasil dari proses negosiasi: pertama pada November 2023 dan kedua pada Januari 2025.

    Bantuan Turki dan Qatar

    Berhasil selamatnya petinggi Hamas dari serangan udara Israel disebut-sebut juga atas andil bantuan informasi intelijen dari Turki dan Mesir seperti laporan Wall Street Journal (WSJ) pada Selasa (8/9/2025). Dua negara itu sudah memberikan peringatan kepada pimpinan Hamas agar memperketat pengamanan pertemuan mereka di Doha menimbang pergerakan militer Israel beberapa waktu terakhir.

    Menurut laporan WSJ, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan otorisasi serangan setelah menerima laporan dari pemimpin militer bahwa mereka memiliki kesempatan menarget pejabat senior Hamas. Sedikitnya 10 pesawat jet melepaskan munisi jarak jauh dari luar ruang udara Qatar, lalu menghantam gedung tempat di mana para pemimpin Hamas menggelar rapat.

    Mengutip beberapa pejabat Israel dan Arab, pertemuan itu digelar guna membahas proposal gencatan senjata Gaza yang disodorkan oleh Amerika Serikat (AS) lewat utusan, Steve Witkoff. Pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya dan Zaher Jabarin di antara yang hadir, dan selamat dari upaya pembunuhan.

    Menurut WSJ, Gedung Putih diinformasikan oleh Israel terkait rencana serangan hanya beberapa menit setelah jet-jet tempur dikirim menuju ke Doha, namun tidak diberi tahu titik targetnya. Gedung Putih pun, menurut laporan WSJ, baru diberi tahu setelah rudal-rudal ditembakkan, dan Presiden Donald Trump kemudian mengekspresikan “ketidaksenangannya” atas serangan dan lokasi serangan.

    Trump frustrasi

    Donald Trump dilaporkan WSJ, mengadakan panggilan telepon yang emosional dengan Benjamin Netanyahu pada Selasa (9/9/2025), menyampaikan rasa frustrasi dan terkejut atas serangan Israel terhadap pimpinan Hamas di Qatar. Pejabat senior AS mengungkapkan, Trump menilai, keputusan Netanyahu untuk menyerang para pemimpin politik kelompok perjuangan Palestina itu adalah tidak bijaksana.

    Trump dilaporkan, “sangat marah bahwa seolah-olah serangan dilancarkan dari pangkalan militer AS, bukan dari Israel, dan rudal tersebut menyerang wilayah sekutu AS lainnya yang sedang memediasi negosiasi untuk mengakhiri perang Gaza.”

    Netanyahu menanggapi dengan mengatakan bahwa ia memiliki waktu singkat untuk melancarkan serangan dan memanfaatkan kesempatan itu. Namun pada panggilan telepon kedua yang berlangsung hangat, kata para pejabat, Trump bertanya kepada Netanyahu apakah serangan itu berhasil, yang tidak dapat dijawab Netanyahu dengan pasti.

    Meskipun Trump dikenal sebagai pendukung setia Israel, ia semakin frustrasi dengan Netanyahu, yang terus-menerus membatasinya dengan langkah-langkah agresif yang diambil tanpa masukan AS yang bertentangan dengan tujuan Timur Tengah Trump sendiri, menurut WSJ.

    Qatar dilaporkan tengah mengevaluasi kemitraan keamanan mereka dengan AS usai serangan Israel ke Doha yang menargetkan pimpinan Hamas pada Selasa (9/9/2025). Hal itu berdasarkan laporan Axios, Kamis (11/9/2025), yang menyebut bahwa Perdana Menteri Qatar Mohammad bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani menginformasikan kepada Washington bahwa serangan Israel sebagai “aksi pengkhianatan” oleh Washington.

    Lebih jauh, Al-Thani dilaporkan berkara kepada Utusan Spesial AS, Steve Witkoff bahwa, Qatar akan menggelar “sebuah evaluasi mendalam atas kemitraan keamanan mereka” dengan AS, “dan mungkin akan mencari mitra-mitra lain,” menurut laporan Axios dilansir Jerusalem Post.

    Al-Thani, pada Rabu, mengatakan bahwa respon regional kolektif sedang dipersiapkan untuk melawan serangan Israel di Doha. Ia menekankan bahwa konsultasi sedang berlangsung dengan mitra Arab dan Islam.

    “Akan ada respon dari kawasan ini. Respon ini saat ini sedang dikonsultasikan dan didiskusikan dengan mitra lain di kawasan ini,” ujar Al Thani kepada CNN dilansir Anadolu.

    Dia mengonfirmasi bahwa Doha akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak Arab-Islam dalam beberapa hari mendatang untuk memutuskan langkah-langkah terhadap serangan Israel tersebut.

    Perdana Menteri menyuarakan kemarahannya atas serangan tersebut, dengan menyatakan: “Saya tidak dapat mengungkapkan betapa marahnya kami atas tindakan seperti itu, ini adalah teror negara,” katanya. “Kami dikhianati.”

    Dia juga menuduh pemimpin Israel Benjamin Netanyahu menghancurkan harapan bagi para sandera di Jalur Gaza yang ditahan oleh Hamas, dan menghalangi upaya gencatan senjata.

    Netanyahu “telah menghancurkan harapan bagi para sandera itu … Dia harus diadili … Dia melanggar setiap hukum – dia melanggar setiap hukum internasional,” ujarnya.

  • Konflik Gaza Jadi Perhatian Dunia Perfilman

    Konflik Gaza Jadi Perhatian Dunia Perfilman

    Jakarta

    Lebih dari 1.200 insan perfilman ternama, termasuk di dalamnya Tilda Swinton (Film “Narnia”), Olivia Colman (“The Favourite”), Mark Ruffalo (“Hulk”), dan sutradara Yorgos Lanthimos (“Poor Things”), menandatangani petisi yang digagas kelompok “Film Workers for Palestine”.

    Dalam petisi tersebut mereka menyatakan tidak akan bekerja sama dengan lembaga film Israel yang dianggap terlibat dalam tindakan genosida dan apartheid terhadap rakyat Palestina. Seperti festival-festival film besar di Israel yang masih bekerja sama dengan pemerintah.

    Namun, para penandatangan petisi menekankan bahwa boikot ini ditujukan pada institusi, bukan pada individu pembuat film asal Israel.

    Asosiasi produser film Israel menyebut petisi ini salah arah dan menyasar pihak yang keliru.

    Aksi ini terinspirasi dari inisiatif “Filmmakers United Against Apartheid” yang muncul di akhir tahun 1980an, menyerukan boikot budaya terhadap rezim apartheid di Afrika Selatan. Aksi yang digagas sutradara Martin Scorsese.

    “The Road Between Us: The Ultimate Rescue” sempat batal tayang

    Film terkait konflik Gaza antara Palestina dan Israel turut hadir dalam Festival Film Internasional Toronto yang digelar 4-14 September 2025.

    Pada Rabu (10/09) film dokumenter “The Road Between Us: The Ultimate Rescue” akan tayang perdana. Film ini menceritakan kisah seorang pensiunan jenderal yang melakukan perjalanan ke Kibbutz Nahal Oz pada 7 Oktober 2023 untuk menyelamatkan putra dan keluarganya dari serangan Hamas.

    Film yang diproduksi di Kanada oleh sutradara Barry Avrich ini menggunakan rekaman dari pihak Hamas yang merekam serangan. Karena kurangnya “izin penggunaan material film secara hukum” film ini sempat batal tayang dan dihapus dari program festival, meski pada akhirnya kembali diputar setelah menghadapi serangkaian protes dan tuduhan penyensoran.

    Lebih dari 1.000 orang dari industri hiburan, termasuk warga Amerika Amy Schumer dan Debra Messing, menandatangani petisi yang menuduh Festival Film Toronto ingin membungkam suara Yahudi.

    Penyelenggara pun meminta maaf dan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan solusi untuk mengatasi masalah hukum tersebut. Sutradara Barry Avrich, dalam wawancaranya dengan majalah film Deadline, berencana membawa tim keamanannya sendiri untuk menghadiri festival.

    “Standing Ovations” untuk ” The Voice of Hind Rajab”

    Film “The Voice of Hind Rajab” karya sutradara Tunisia, Kaouther Ben Hania, juga akan turut diputar di Toronto. Film yang digarap dari kisah nyata seorang gadis kecil yang tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza pada Januari 2024 ini berhasil memenangkan penghargaan Silver Lion pada Festival Film Venesia di Italia. Film ini membuat para penonton yang hadir pada penayangan perdananya begitu terharu dan memberikan tepuk tangan meriah selama lebih dari 20 menit.

    Namun film ini juga memicu reaksi keras. Sutradara Kaouther Ben Hania mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kru filmnya menerima “ribuan bahkan puluhan ribu” pesan intimidasi pasca pemutaran perdananya.

    Seruan atau petisi di industri film belum satu suara. Dalam sebuah opini di New York Times, jurnalis Sharon Waxman menulis bahwa Timur Tengah adalah “isu sensitif” bagi Hollywood, yang memicu “emosi yang mendalam dan kemarahan” di mana-mana.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Diserang Israel, Qatar Tegaskan Tetap Mediasi Gencatan Senjata Gaza” di sini:

    (ita/ita)

  • Sayap Bersenjata Hamas Dalangi Penembakan di Yerusalem

    Sayap Bersenjata Hamas Dalangi Penembakan di Yerusalem

    Gaza City

    Sayap bersenjata kelompok Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengklaim mendalangi serangan penembakan di sebuah halte bus di pinggiran Yerusalem, yang menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai belasan orang lainnya pada Senin (8/9) waktu setempat.

    Penembakan mematikan itu terjadi di sebuah halte bus yang berada di dekat Persimpangan Ramot, yang terletak dekat permukiman Ramot di wilayah Yerusalem Timur. Kepolisian Israel menyebut ada dua pelaku yang tiba di lokasi dengan menggunakan mobil.

    Menurut Kepolisian Israel, kedua pelaku itu ditembak mati setelah melepaskan tembakan ke arah halte bus tersebut. Dikatakan oleh Kepolisian Israel bahwa seorang petugas keamanan dan seorang warga sipil yang ada di lokasi yang telah menembak kedua pelaku hingga tewas.

    Beberapa senjata, amunisi dan pisau yang digunakan oleh para pelaku penyerangan ditemukan di lokasi kejadian.

    Brigade Ezzedine al-Qassam dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Xinhua, Rabu (10/9/2025), menyebut serangan penembakan itu dilakukan oleh dua anggotanya yang bernama Muthanna Naji Omar dan Mohammed Bassam Taha.

    Brigade Ezzedine al-Qassam mengatakan bahwa kedua anggotanya itu tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel.

    “Brigade Al-Qassam menyatakan tanggung jawabnya atas serangan penembakan yang terjadi kemarin (8/9) pagi… di dekat persimpangan permukiman Ramot, yang terletak di tanah Yerusalem tercinta kita,” demikian pernyataan Brigade Ezzedine al-Qassam via Telegram pada Selasa (9/9).

    Menurut Brigade Ezzedine al-Qassam, penembakan itu merupakan “respons atas tindakan pendudukan (Israel) yang terus berlanjut terhadap rakyat Palestina”.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir New York Times (NYT), Brigade Ezzedine al-Qassam juga memperingatkan bahwa perang Israel di Jalur Gaza dan pendudukan Tel Aviv atas wilayah Tepi Barat akan “disambut dengan keteguhan hati rakyat dan keberanian perlawanan”.

    Diklaim juga oleh Brigade Ezzedine al-Qassam bahwa serangan penembakan itu menewaskan tujuh orang, bukan enam orang seperti dilaporkan oleh Israel.

    Sesaat usai pernyataan Brigade Ezzedine al-Qassam dirilis, menurut laporan NYT, Israel melancarkan serangan mengejutkan terhadap para pemimpin senior Hamas yang ada di Doha, Qatar, pada Selasa (9/9) waktu setempat.

    Menurut pengumuman yang dirilis kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Selasa (9/9) malam, penembakan mematikan di halte bus Yerusalem itu turut mendorong keputusan Israel untuk melancarkan serangan terarah di Doha.

    Tonton juga video “Hamas: Para Pemimpin Senior Selamat dari Serangan Israel ke Doha” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Netanyahu: Perang Gaza Berakhir Jika Hamas Terima Proposal Trump

    Netanyahu: Perang Gaza Berakhir Jika Hamas Terima Proposal Trump

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perang Gaza dapat berakhir “segera” jika kelompok Hamas menyetujui proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Netanyahu menyebut pemerintahnya telah menerima persyaratan yang disebutkan dalam usulan gencatan senjata tersebut.

    “Israel telah menerima prinsip-prinsipnya, proposal yang diajukan oleh Presiden Trump untuk mengakhiri perang, dimulai dengan pembebasan segera semua sandera kami,” kata Netanyahu dalam sebuah acara di Kedutaan Besar AS di Yerusalem. “Jika proposal Presiden Trump diterima, perang dapat segera berakhir,” tambahnya, dilansir kantor berita AFP, Rabu (10/9/2025).

    Sebelumnya, Trump mengumumkan pada hari Minggu (7/9) lalu bahwa ia telah mengajukan usulan untuk mengamankan pembebasan para sandera di Gaza. Namun, Gedung Putih belum merilis detail apa pun tentang hal itu.

    Sementara itu, militer Israel pada Selasa (9/9) waktu setempat mengatakan mereka akan bertindak dengan “kekuatan lebih besar” dalam operasi militer di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza yang ingin mereka kuasai. Militer Israel pun memperingatkan penduduk Kota Gaza untuk segera mengungsi.

    Militer Israel dalam pernyataannya, mengatakan pengerahan “kekuatan lebih besar” di Kota Gaza itu bertujuan untuk mengalahkan kelompok Hamas, yang menguasai daerah kantong Palestina tersebut.

    “Kepada seluruh penduduk Kota Gaza… pasukan pertahanan bertekad untuk mengalahkan Hamas dan akan bertindak dengan kekuatan yang lebih besar di wilayah Kota Gaza,” kata juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan via media sosial X.

    “Segera mengungsi melalui poros Al-Rashid,” cetus Adraee dalam pernyataannya.

    Imbauan mengungsi itu disampaikan militer Israel setelah Netanyahu memperingatkan penduduk Kota Gaza untuk mengungsi sesegera mungkin.

    Israel semakin mengintensifkan pengeboman terhadap Kota Gaza sebagai persiapan untuk operasi mengambil alih kendali atas kota tersebut dari Hamas, meskipun negara-negara Barat dan lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan telah berulang kali meminta Tel Aviv untuk membatalkan rencananya itu.

    “Dalam dua hari ini, kami telah merobohkan 50 menara teror, dan ini hanyalah tahap awal dari manuver darat yang intensif di Kota Gaza. Saya mengatakan kepada para penduduk: kalian telah diperingatkan, pergi sekarang!” kata Netanyahu dalam pernyataan via video pada Senin (8/9) malam.

    “Semua ini hanyalah pendahuluan, hanya pembukaan, untuk operasi intensif utama — manuver darat pasukan kami, yang sekarang sedang bersiap dan berkumpul untuk memasuki Kota Gaza,” tegasnya memberi peringatan.

    Dalam tanggapannya, Hamas menyebut ancaman yang dilontarkan Netanyahu sebagai “tindakan nyata untuk pemindahan paksa” para penduduk Kota Gaza.

    “Ini terjadi di bawah tekanan pengeboman, pembantaian, kelaparan, dan ancaman kematian — yang merupakan tantangan secara terang-terangan dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap hukum dan konvensi internasional,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Tonton juga video “Netanyahu di Ruang Operasi Militer Israel saat Serangan ke Qatar” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Gempar Kepala Babi Ditemukan di Luar Masjid Prancis

    Gempar Kepala Babi Ditemukan di Luar Masjid Prancis

    Paris

    Kepolisian Prancis meluncurkan penyelidikan setelah potongan kepala babi ditemukan di luar sejumlah masjid di yang ada di wilayah ibu kota Paris. Penyelidikan bertujuan mencari pelaku di balik temuan kepala babi tersebut.

    “Segala upaya sedang dilakukan untuk menemukan pelaku dari tindakan tercela ini,” tegas Kepala Kepolisian Kota Paris, Laurent Nunez, dalam pernyataan via media sosial X, seperti dilansir AFP, Selasa (9/9/2025).

    Seorang sumber yang mengetahui penyelidikan tersebut mengatakan kepada AFP bahwa beberapa kepala babi itu ditemukan di ruas jalanan umum di dalam wilayah Paris dan dua kepala babi lainnya ditemukan di area di luar kota Paris.

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Bruno Retailleau, dalam pernyataannya, mengutuk keras tindakan itu. Dia menyebutnya sebagai tindakan yang “keterlaluan” dan “sama sekali tidak dapat diterima”.

    “Saya ingin rekan-rekan Muslim kita dapat menjalankan keyakinan mereka dengan damai,” ucap Retailleau dalam pernyataannya.

    Prancis merupakan rumah bagi komunitas Muslim terbesar di kawasan Uni Eropa. Negara ini juga menjadi tempat tinggal bagi populasi Yahudi terbesar di luar Israel dan Amerika Serikat (AS).

    Beberapa negara Uni Eropa, menurut Badan Hak Asasi Fundamental Uni Eropa, telah melaporkan lonjakan “kebencian anti-Muslim” dan “antisemitisme” sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023.

    Beberapa waktu lalu, Presiden Emmanuel Prancis mengumumkan rencana Prancis untuk secara resmi mengakui negara Palestina di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menggelar sidang pada September ini di markas PBB di New York, AS.

    Rencana itu menuai kecaman keras dari Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu yang menyebut rencana Macron itu justru “mengobarkan api antisemitisme”.

    Macron, dalam pernyataan terbarunya, menegaskan bahwa Israel tidak bisa menghentikan upaya untuk mengakui negara Palestina dengan perluasan serangan di Jalur Gaza atau dengan mencaplok lebih banyak wilayah Palestina.

    “Tidak ada serangan, upaya aneksasi, atau pemindahan paksa penduduk yang akan menggagalkan momentum yang telah kami ciptakan,” tegasnya.

    Lihat juga Video: Jemaah di Masjid Prancis Tewas Ditikam Saat Salat

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Bersiap Kerahkan Kekuatan Lebih Besar di Kota Gaza

    Israel Bersiap Kerahkan Kekuatan Lebih Besar di Kota Gaza

    Gaza City

    Militer Israel mengatakan mereka akan bertindak dengan “kekuatan lebih besar” dalam operasi militer di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza yang ingin mereka kuasai. Militer Tel Aviv pun memperingatkan penduduk Kota Gaza untuk segera mengungsi.

    Militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (9/9/2025), mengatakan pengerahan “kekuatan lebih besar” di Kota Gaza itu bertujuan untuk mengalahkan kelompok Hamas, yang menguasai daerah kantong Palestina tersebut.

    “Kepada seluruh penduduk Kota Gaza… pasukan pertahanan bertekad untuk mengalahkan Hamas dan akan bertindak dengan kekuatan yang lebih besar di wilayah Kota Gaza,” kata juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan via media sosial X.

    “Segera mengungsi melalui poros Al-Rashid,” cetus Adraee dalam pernyataannya.

    Imbauan mengungsi itu disampaikan militer Israel setelah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu memperingatkan penduduk Kota Gaza untuk mengungsi sesegera mungkin.

    Israel semakin mengintensifkan pengeboman terhadap Kota Gaza sebagai persiapan untuk operasi mengambil alih kendali atas kota tersebut dari Hamas, meskipun negara-negara Barat dan lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan telah berulang kali meminta Tel Aviv untuk membatalkan rencananya itu.

    “Dalam dua hari ini, kami telah merobohkan 50 menara teror, dan ini hanyalah tahap awal dari manuver darat yang intensif di Kota Gaza. Saya mengatakan kepada para penduduk: kalian telah diperingatkan, pergi sekarang!” kata Netanyahu dalam pernyataan via video pada Senin (8/9) malam.

    “Semua ini hanyalah pendahuluan, hanya pembukaan, untuk operasi intensif utama — manuver darat pasukan kami, yang sekarang sedang bersiap dan berkumpul untuk memasuki Kota Gaza,” tegasnya memberi peringatan.

    Dalam tanggapannya, Hamas menyebut ancaman yang dilontarkan Netanyahu sebagai “tindakan nyata untuk pemindahan paksa” para penduduk Kota Gaza.

    “Ini terjadi di bawah tekanan pengeboman, pembantaian, kelaparan, dan ancaman kematian — yang merupakan tantangan secara terang-terangan dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap hukum dan konvensi internasional,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa rentetan serangan udara Israel terus berlanjut semalaman di Kota Gaza.

    Tonton Video Israel Siap Luncurkan Serangan, Minta Warga Gaza Pergi

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)