Negara: Jalur Gaza

  • Israel Pecat 3 Jenderal Atas Serangan Hamas 7 Oktober 2023

    Israel Pecat 3 Jenderal Atas Serangan Hamas 7 Oktober 2023

    Jakarta

    Militer Israel mengumumkan pemecatan tiga jenderal atas kegagalan mereka mencegah serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023, serangan paling mematikan dalam sejarah negara itu. Militer Israel juga menerapkan tindakan disipliner terhadap beberapa perwira senior lainnya terkait serangan Hamas tersebut.

    Langkah ini diambil dua minggu setelah Panglima Militer Eyal Zamir menyerukan “investigasi sistematis” atas kegagalan yang menyebabkan serangan Hamas tersebut, bahkan ketika pemerintah menunda pembentukan komisi penyelidikan negara, meskipun ada tekanan publik.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (24/11/2025), daftar jenderal yang dipecat mencakup tiga komandan divisi, salah satunya saat itu menjabat sebagai kepala intelijen militer.

    Sebuah pernyataan militer yang dirilis pada hari Minggu (23/11) mengatakan bahwa ketiga jenderal tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas kegagalan angkatan bersenjata dalam mencegah serangan yang dilancarkan Hamas dari Jalur Gaza.

    Pemecatan tersebut terjadi setelah ketiganya mengundurkan diri dari jabatan mereka.

    Tindakan disipliner juga diumumkan terhadap kepala angkatan laut dan angkatan udara, beserta langkah-langkah terhadap empat jenderal lainnya dan beberapa perwira senior.

    Awal bulan ini, sebuah laporan oleh komite ahli yang ditunjuk oleh Panglima Angkatan Darat Zamir diterbitkan, menandai kesimpulan dari investigasi internal Angkatan Darat Israel atas serangan 7 Oktober.

    Laporan tersebut menyimpulkan bahwa telah terjadi “kegagalan sistemik dan organisasional yang berkepanjangan dalam aparatur militer”.

    Investigasi tersebut juga mencatat “kegagalan intelijen” militer atas “ketidakmampuannya untuk membunyikan alarm peringatan” atas serangan tersebut — meskipun Angkatan Darat memiliki “informasi yang luar biasa dan berkualitas tinggi.”

    Investigasi tersebut juga menyesalkan “proses pengambilan keputusan dan pengerahan pasukan yang kurang memadai pada malam 7 Oktober 2023” dan menunjukkan kegagalan di seluruh rantai komando militer.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Netanyahu Bersumpah Akan Terus Serang Hamas dan Hizbullah

    Netanyahu Bersumpah Akan Terus Serang Hamas dan Hizbullah

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan Israel akan melakukan apapun untuk menghentikan kelompok Hizbullah dan Hamas. Dia bersumpah Israel akan terus menyerang dua kelompok itu.

    Dilansir AFP, Senin (24/11/2025), selama seminggu terakhir, Israel menyerang beberapa target di Lebanon. Mereka mengklaim menyerang lokasi militer Hizbullah di Lebanon.

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan 21 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam beberapa serangan udara Israel pada Sabtu (22/11), sementara Hamas dan Israel kembali saling tuduh melanggar gencatan senjata yang rapuh yang telah berlaku sejak 10 Oktober.

    “Kami terus menyerang terorisme di beberapa perbatasan,” kata Netanyahu saat membuka rapat kabinet.

    Netanyahu menyebut pihaknya menyerang Hizbullah akhir pekan ini, belakangan diketahui serangan itu benar terjadi. Dia bahkan mengklaim Hamas juga telah melanggar kesepakatan gencatan senjata.

    “Akhir pekan ini, IDF (militer Israel) menyerang Lebanon, dan kami akan terus melakukan segala yang diperlukan untuk mencegah Hizbullah membangun kembali kemampuan ancamannya terhadap kami,” katanya.

    “Ini juga yang kami lakukan di Jalur Gaza. Sejak gencatan senjata, Hamas terus melanggarnya, dan kami bertindak sesuai dengan itu,” imbuhnya.

    Netanyahu mengklaim beberapa hari lalu Hamas telah melakukan “beberapa upaya” untuk menyusup melewati garis kuning untuk “mencoba melukai tentara kami”.

    “Kami telah menggagalkan ini dengan kekuatan besar dan juga membalas serta menuntut harga yang sangat mahal. Itu termasuk banyak teroris yang kami basmi,” tambahnya.

    Netanyahu juga mengatakan “kebohongan mutlak” jika Israel membutuhkan persetujuan dari luar sebelum mengambil tindakan. Dia mengatakan Israel akan melakukan tindakan apapun atas kemauannya sendiri.

    “Kami memutuskan secara independen dari faktor apa pun, dan memang seharusnya begitu. “Israel bertanggung jawab atas keamanannya sendiri,” katanya.

    Militer Israel dan badan keamanan domestik Shin Bet mengklaim bahwa serangannya di Gaza beberapa waktu lalu “menghilangkan kepala pasokan dan peralatan di markas produksi Hamas”.

    Alaa Haddadeh “beroperasi untuk mentransfer senjata dari markas Hamas ke komandan batalion dan lapangan”, menurut pernyataan bersama.

    Serangan Israel di Lebanon

    Diketahui, militer Israel menyerang Beirut, Lebanon. Israel mengklaim serangan itu menewaskan petinggi Hizbullah, Haitham Ali Tabatabai.

    “(Militer Israel) menyerang di wilayah Beirut dan melenyapkan teroris Haitham Ali Tabatabai, kepala staf umum Hizbullah,” katanya dalam sebuah pernyataan.

    Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan setidaknya lima orang tewas dalam serangan itu dan 28 lainnya luka-luka. Serangan ini diluncurkan tepat beberapa hari sebelum Netanyahu bersumpah akan menyerang dua kelompok itu.

    Tonton juga video “Netanyahu Tolak Negara Palestina: Saya Menolak Upaya Ini!”

    Halaman 2 dari 3

    (zap/yld)

  • Israel Kembali Gempur Gaza Lewat Udara, 21 Orang Tewas

    Israel Kembali Gempur Gaza Lewat Udara, 21 Orang Tewas

    Jakarta

    Israel kembali melakukan serangan udara ke Gaza. Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan 21 orang tewas dan puluhan orang luka.

    Dilansir AFP, Minggu (23/11/2025), beberapa serangan udara dilakukan Israel pada Sabtu, (22/11/2025) waktu setempat. Sementara, Hamas dan Israel kembali saling tuduh melanggar gencatan senjata yang rapuh.

    Gencatan senjata diketahui ditengahi AS antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 10 Oktober, setelah dua tahun perang. Militer Israel mengatakan seorang “teroris bersenjata” telah melintasi apa yang disebut Garis Kuning di Jalur Gaza, tempat pasukan Israel telah mundur, dan menembaki tentara Israel.

    Menanggapi insiden di Gaza selatan, yang dikatakan berada di rute yang digunakan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut, militer Israel mengatakan “mulai menyerang target teror di Jalur Gaza”.

    Juru bicara badan pertahanan sipil yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, Mahmud Bassal mengatakan kepada AFP bahwa “21 martir malam ini dalam lima serangan udara Israel yang terpisah, yang jelas-jelas melanggar gencatan senjata di Gaza”.

    (dek/dek)

  • Indonesia Siapkan Pasukan Perdamaian ke Gaza, Dino Patti Djalal: Jangan Sampai TNI Diberi Tugas Lucuti Senjata Hamas

    Indonesia Siapkan Pasukan Perdamaian ke Gaza, Dino Patti Djalal: Jangan Sampai TNI Diberi Tugas Lucuti Senjata Hamas

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Indonesia saat ini tengah mempersiapkan mengirim 20.000 pasukan TNI ke Jalur Gaza Palestina.

    Mabes TNI pun sedang menunggu mandat dari Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) perihal pengiriman pasukan bantuan kemanusiaan untuk Gaza, Palestina.

    Menanggapi hal itu, mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, meminta agar prajurit TNI jangan sampai ditugaskan melucuti senjata Hamas.

    “Kalau Indonesia kelak kirim pasukan penjaga perdamaian di Gaza, yang harus dipastikan: jangan sampai TNI diberi tugas untuk melucuti senjata Hamas,” tulis Dino melalui keterangan tertulisnya di media sosial X, dikutip Sabtu (22/11/2025).

    Menurutnya, Indonesia harus mencegah agar tidak terjadi bentrok fisik antara TNI dengan Hamas karena bakal berdampak mencoreng citra TNI.

    “Kita harus cegah skenario di mana TNI bisa bentrok fisik dengan Hamas di Gaza, karena ini akan coreng citra TNI di dalam dan luar negeri,” tegas Dino.

    “Jaminan ini harus jelas tercermin dalam mission statement dari PBB yang nantinya akan diberikan kepada Peacekeepers Indonesia,” tutup Dino Patti Djalal.

    Sebelumnya diberitakan, Kapuspen Mabes TNI, Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah, mengatakan bahwa untuk saat ini, sembari menunggu mandat, TNI selalu mempersiapkan seleksi rutin dari masing-masing matra untuk dikirim sebagai pasukan perdamaian.

    “TNI berada pada tahap kesiapsiagaan standar. Untuk proses seleksi, masih di tingkat matra masing-masing berupa perencanaan, sambil menunggu mandat final Dewan Keamanan (DK) PBB dan keputusan politik pemerintah,” jelas Freddy, dikutip Rabu (19/11/2025).

  • Gunung Semeru Meletus, Australia Beri Peringatan Penerbangan

    Gunung Semeru Meletus, Australia Beri Peringatan Penerbangan

    Anda sedang menyimak rangkuman informasi pilihan dari berbagai negara selama 24 jam terakhir.

    Berita pembuka edisi Kamis, 20 November 2025, datang dari tanah air.

    Gunung Semeru meletus

    Letusan Gunung Semeru memicu Pusat Peringatan Abu Vulkanik (VAAC) dari Biro Meteorologi Australia mengeluarkan peringatan penerbangan.

    Tetapi tidak ada penerbangan yang dibatalkan antara Australia dan Bandara Denpasar akibat letusan tersebut.

    Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini meletus, Rabu kemarin, mendorong pemerintah setempat untuk meningkatkan tingkat ancaman ke level tertinggi.

    Badan vulkanologi mengatakan awan abu mencapai ketinggian 5,6 kilometer ke langit, sekitar 2 km lebih tinggi dari puncak gunung.

    Awan abu panas dan campuran batuan, lava, dan gas bergerak hingga 7 kilometer menuruni lereng Gunung Semeru sejak siang sampai sore hari dan menyelimuti beberapa desa, tetapi tidak ada laporan korban jiwa.

    Serangan udara Israel tewaskan puluhan orang di Gaza

    Otoritas kesehatan setempat menyebut setidaknya 25 warga Palestina tewas dalam empat serangan udara Israel di wilayah Gaza yang dikuasai Hamas.

    Para petugas medis mengatakan 10 orang tewas di Zeitoun, pinggiran Kota Gaza, dua orang di pinggiran Shejaia di timur, dan sisanya tewas dalam dua serangan terpisah di Khan Younis di Jalur Gaza selatan.

    Militer Israel mengatakan pasukannya menyerang sasaran-sasaran Hamas di seluruh Gaza setelah anggota kelompok militan Palestina tersebut menembaki pasukannya, melanggar gencatan senjata yang telah berlangsung hampir enam minggu.

    Tidak ada pasukan Israel yang terluka.

    Serangan di Gaza terjadi ketika militer Israel meningkatkan serangannya di Lebanon selatan pada Rabu (19/11) waktu setempat dan menewaskan setidaknya satu orang.

    Ukraina jadi korban serangan drone Rusia

    Serangan udara besar-besaran dari pesawat nirawak dan rudal Rusia menewaskan 25 orang dan melukai setidaknya 73 orang di sebuah kota di Ukraina barat, menurut pemerintah Ukraina.

    Rusia menembakkan 476 pesawat nirawak, serta 48 rudal berbagai jenis, ke sasaran-sasaran Ukraina semalam, kata angkatan udara Kyiv.

    Sementara itu Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskyy bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kemarin malam, sebagai bagian dari upayanya untuk mengisolasi Presiden Rusia Vladimir Putin secara diplomatik dan meningkatkan tekanan internasional terhadapnya.

    Presiden Putin sejauh ini menolak untuk berkompromi, meskipun ada tekanan dari Amerika Serikat.

    Kebakaran besar di Jepang

    Kebakaran yang disebut-sebut sebagai kebakaran perkotaan terbesar di Jepang dalam hampir 50 tahun terakhir ini, menewaskan satu orang dan menghanguskan 170 bangunan di kawasan permukiman di kota Oita, Jepang.

    Pemerintah setempat menyebut, petugas pemadam kebakaran masih berjuang memadamkan api di kota bagian selatan tersebut saat api menyebar ke gunung berhutan di dekatnya.

    Helikopter militer dan pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api kebakaran terbesar itu yang telah melalap 48.900 meter persegi kawasan, atau kira-kira seukuran tujuh lapangan sepak bola.

    NHK melaporkan api yang menyebar dengan cepat kemungkinan dikarenakan sedikitnya hujan, udara kering, dan rumah-rumah kayu yang padat di daerah tersebut.

    Lihat juga Video: Kondisi Ratusan Rumah di Lumajang Rusak Akibat Erupsi Gunung Semeru

  • Usai Tewaskan 27 Orang, Israel Kembali Serang Gaza Saat Gencatan Senjata

    Usai Tewaskan 27 Orang, Israel Kembali Serang Gaza Saat Gencatan Senjata

    Jakarta

    Pasukan Israel kembali melancarkan serangan di Jalur Gaza. Sebuah rumah sakit di Gaza mengatakan empat orang tewas pada hari Kamis (20/11) dalam serangan udara Israel di wilayah Palestina itu. Serangan ini terjadi di tengah gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas yang telah berlangsung selama berminggu-minggu.

    Serangan baru itu terjadi setelah serangan Israel menewaskan 27 orang pada Rabu (19/11), salah satu serangan paling mematikan di Jalur Gaza sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (20/11/2025), Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza selatan, mengatakan empat orang tewas dalam serangan pada Kamis pagi. Sebelumnya, badan pertahanan sipil Gaza memberikan jumlah korban tewas yang lebih rendah, yakni tiga orang.

    Korban tewas termasuk tiga orang dari satu keluarga, termasuk seorang anak perempuan berusia satu tahun, dalam serangan terhadap sebuah rumah di sebelah timur Khan Yunis. Satu orang lainnya tewas dalam serangan udara di kota Abasan al-Kabira, juga di sebelah timur Khan Yunis.

    Seorang sumber di Kementerian Dalam Negeri Gaza yang dikelola Hamas, mengatakan tembakan artileri terus berlanjut di wilayah Khan Yunis.

    Wilayah yang disebut Garis kuning tersebut menandai batas di dalam Jalur Gaza tempat pasukan Israel telah ditarik ke posisi di sebelah timur, sebagai bagian dari gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat.

    “Kami mengetahui adanya serangan di sebelah timur Garis Kuning yang dilakukan untuk menghancurkan infrastruktur teror,” kata militer Israel kepada AFP.

    “Kami tidak mengetahui adanya korban yang dilaporkan. Itu adalah bagian dari operasi rutin IDF (militer Israel) di sebelah timur Garis Kuning,” imbuhnya.

    Israel telah melancarkan serangan berulang kali terhadap apa yang disebutnya sebagai target Hamas selama gencatan senjata di Gaza. Rentetan serangan itu mengakibatkan kematian lebih dari 312 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

    “Kejahatan yang terus berlanjut ini merupakan pengabaian terang-terangan oleh pendudukan terhadap perjanjian gencatan senjata,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

    Hamas pun mendesak Presiden AS Donald Trump dan mediator gencatan senjata lainnya untuk “mengambil tindakan serius guna menghentikan kejahatan ini”.

    Lihat juga Video: Israel Lancarkan Serangan Udara ke Gaza, 10 Orang Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Menhan: TNI siap kirim pasukan ke Gaza di bawah naungan PBB

    Menhan: TNI siap kirim pasukan ke Gaza di bawah naungan PBB

    Morowali (ANTARA) – Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memastikan TNI siap mengirimkan pasukan perdamaian ke Gaza setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan mandat untuk pengiriman pasukan.

    “TNI sudah mempersiapkan satuannya untuk tugas-tugas perdamaian di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” kata Sjafrie saat ditemui awak media di Bandara IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah, Kamis.

    Walau sudah mendapat persetujuan dari PBB, Sjafrie mengaku jajarannya masih harus menunggu keputusan pemerintah dalam hal ini Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan pengiriman pasukan.

    “Kita tunggu keputusan politik dari pemerintah,” jelas dia.

    Untuk diketahui, TNI sudah menyiapkan 20.000 pasukan untuk dikirim ke Gaza melakoni misi perdamaian PBB. Ke-20.000 pasukan itu terdiri dari satuan kesehatan dan Zeni yang membidangi pembangunan konstruksi.

    Tidak hanya pasukan, TNI juga sudah menyiapkan peralatan dari mulai di bidang kesehatan dan pengerjaan konstruksi untuk mendukung kerja pasukan di Gaza.

    Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB, Senin (17/11) mengadopsi resolusi yang disponsori Amerika Serikat (AS) untuk membentuk ISF di Jalur Gaza.

    Menurut resolusi tersebut, ISF akan beroperasi di Gaza melalui kerja sama dengan Israel dan Mesir, serta dengan mandat awal selama dua tahun.

    Pasukan tersebut bertugas mengamankan perbatasan Gaza, melindungi warga sipil, menyalurkan bantuan kemanusiaan, melatih kembali kepolisian Palestina, serta mengawasi proses pelucutan senjata Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.

    Sebanyak 13 negara anggota DK PBB mendukung resolusi tersebut, sementara Rusia dan China menyatakan abstain.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • WHO Kejar Target Vaksinasi 40 Ribu Anak di Gaza

    WHO Kejar Target Vaksinasi 40 Ribu Anak di Gaza

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa mereka berencana untuk memvaksinasi lebih dari 40.000 anak di Gaza sebagai perlindungan terhadap berbagai penyakit. Ini akan dilakukan dengan memanfaatkan gencatan senjata yang baru-baru ini berlaku.

    WHO dan mitra-mitranya telah memvaksinasi lebih dari 10.000 anak di bawah usia tiga tahun dalam delapan hari pertama dari fase awal kampanye yang diluncurkan pada 9 November.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (20/11/2025), kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan fase pertama program telah diperpanjang hingga Sabtu mendatang, dan berharap dapat melindungi anak-anak dari campak, gondongan, rubela, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, tuberkulosis, polio, rotavirus, dan pneumonia.

    Fase kedua dan ketiga dari kampanye ini, yang dilaksanakan bekerja sama dengan UNICEF, badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), dan kementerian kesehatan di Gaza yang berada di bawah kendali Hamas, direncanakan berlangsung pada bulan Desember dan Januari mendatang.

    Tedros mengatakan ia “terdorong untuk memastikan gencatan senjata terus berlanjut, karena memungkinkan WHO dan mitra-mitranya untuk mengintensifkan layanan kesehatan esensial di seluruh Gaza dan mendukung upaya melengkapi kembali peralatan serta rekonstruksi yang diperlukan untuk sistem kesehatannya yang hancur”.

    Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB pada hari Senin lalu memberikan suara untuk mendukung rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang memfasilitasi tercapainya gencatan senjata pada 10 Oktober antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

    Gencatan senjata tersebut telah ditandai dengan beberapa pecahnya kekerasan di Gaza, yang hancur akibat perang selama lebih dari dua tahun, yang pecah setelah serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023.

    Serangan itu telah mengakibatkan kematian 1.221 orang di pihak Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP dari data resmi.

    Lebih dari 69.500 warga Palestina juga telah tewas akibat serangan militer Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Tonton juga video “WHO Ungkap Hampir 15 Juta Remaja di Dunia Ngevape”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Israel Terus Bombardir Gaza di Tengah Gencatan Senjata, 22 Orang Tewas

    Israel Terus Bombardir Gaza di Tengah Gencatan Senjata, 22 Orang Tewas

    Gaza

    Israel terus melancarkan serangan Gaza di tengah gencatan senjata. Akibat serangan itu, sebanyak 22 orang tewas.

    Dilansir AFP, Kamis (20/11), Israel mengklaim serangan tersebut menargetkan Hamas. Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan 12 orang tewas di Kota Gaza di utara wilayah Palestina dan 10 orang tewas di wilayah selatan Khan Yunis.

    Militer Israel mengatakan serangan tersebut menargetkan Hamas setelah militan Hamas melepaskan tembakan ke arah area di mana pasukan Israel beroperasi di selatan wilayah tersebut.

    “Tindakan ini merupakan pelanggaran perjanjian gencatan senjata. Tidak ada laporan cedera dari IDF (militer Israel). Sebagai tanggapan, IDF mulai menyerang target teroris Hamas di seluruh Jalur Gaza,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

    Meskipun terjadi gejolak, gencatan senjata yang rapuh sebagian besar telah bertahan di Gaza sejak 10 Oktober. Sejak itu, Israel telah melancarkan serangan berulang kali.

    (isa/isa)

  • Rusia Nilai Resolusi Gaza Dewan Keamanan PBB Bertentangan dengan Keputusan Internasional

    Rusia Nilai Resolusi Gaza Dewan Keamanan PBB Bertentangan dengan Keputusan Internasional

    JAKARTA – Rusia mengatakan pada Hari Selasa, adopsi resolusi rancangan Amerika Serikat tentang Jalur Gaza oleh Dewan Keamanan PBB bertentangan dengan keputusan hukum internasional tentang pembentukan Negara Palestina.

    Dewan Keamanan pada Hari Senin mengadopsi resolusi yang membentuk Dewan Perdamaian transisi dan memberi wewenang kepada Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF) untuk mengawasi tata kelola, rekonstruksi, dan upaya keamanan di Jalur Gaza.

    Keduanya akan beroperasi di Gaza hingga 31 Desember 2027, dengan ketentuan Dewan akan mengambil tindakan lebih lanjut.

    Resolusi ini disahkan dengan 13 suara mendukung, sementara Rusia dan Tiongkok abstain.

    Menanggapi keputusan tersebut, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan resolusi tersebut tidak memberikan Dewan Keamanan “hak prerogatif yang diperlukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan.”

    Dalam siaran pers, Kementerian Luar Negeri Rusia berargumen, resolusi tersebut bertentangan dengan “keputusan hukum internasional yang diakui secara umum yang mengatur pembentukan Negara Palestina yang merdeka dan bersebelahan secara teritorial di dalam perbatasan tahun 1967 dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, dan hidup berdampingan secara damai dan aman dengan Israel,” melansir Anadolu 19 November.

    Mencatat bahwa Rusia abstain dalam pemungutan suara hari Senin, dengan mempertimbangkan posisi Otoritas Palestina (PA) dan negara-negara Arab dan Muslim yang mendukung resolusi tersebut, pernyataan tersebut lebih lanjut menyatakan, abstain itu bertujuan untuk “menghindari terulangnya kekerasan dan aksi militer di Gaza.”

    Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan, perang di Gaza dapat dihentikan lebih awal jika Washington tidak menggunakan hak vetonya terhadap rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera, dan mencatat hal tersebut (veto AS) telah dilakukan enam kali selama dua tahun terakhir.

    “Hal utama saat ini adalah bahwa keputusan ini tidak menjadi kedok untuk eksperimen yang tidak terkendali di wilayah Palestina yang diduduki, dan tidak berubah menjadi putusan akhir tentang hak-hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri, atau aspirasi rakyat Israel untuk keamanan dan koeksistensi damai di kawasan tersebut,” jelas kementerian.

    Sebelumnya, Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Duta Besar Vasily Nebenzya menjelaskan abstainnya Moskow dengan mengatakan, hal itu dilakukan karena rencana tersebut mengesampingkan partisipasi Palestina.

    “Tidak ada kejelasan dalam draf mengenai jadwal pengalihan kendali atas Gaza kepada Otoritas Palestina, juga tidak ada kepastian mengenai Dewan Perdamaian dan Pasukan Stabilisasi Internasional, yang akan dapat bertindak sepenuhnya secara otonom, tanpa memperhatikan posisi dan pendapat Ramallah,” ujarnya kepada Dewan Keamanan setelah pemungutan suara.

    Diketahui, Konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan 1.200 orang dan 251 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel, dikutip dari Reuters.

    Sementara itu, sejak Oktober 2023, hampir 69.500 warga Palestina telah tewas – kebanyakan perempuan dan anak-anak – dan lebih dari 170.700 orang terluka agresi Israel yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong tersebut.