Negara: Jalur Gaza

  • Kala Biden Hendak ke Israel dan Putin Melawat ke China

    Kala Biden Hendak ke Israel dan Putin Melawat ke China

    Jakarta

    Perang berkecamuk di Jalur Gaza, Palestina. Israel bersiap melancarkan serangan darat. Di tengah situasi ini, dua pemimpin negara besar berkekuatan militer signifikan bakal melawat ke luar negeri.

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, akan mengunjungi Isral dan Yordania pekan ini. Dua negara tersebut memang bertetangga dengan batas darat yang menempel. Adapun AS merupakan negara ‘bestie’ alias ‘konco kenthel’ Israel.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya News, Selasa (17/10/2023), Gedung Putih mengungkapkan bahwa Biden akan mengunjungi Israel pada Rabu (18/10) waktu setempat untuk menunjukkan ‘dukungan teguh’ bagi sekutunya tersebut.

    Disebutkan Gedung Putih bahwa Biden dan para pejabat Israel juga akan ‘berkonsultasi mengenai langkah selanjutnya’.

    Dari Israel, Biden akan melanjutkan kunjungan ke Amman, ibu kota Yordania, untuk bertemu dengan Raja Abdullah. Dalam kunjungan ke Yordania, sebut Gedung Putih, Biden juga akan bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari yang sama.

    “Dia (Biden-red) akan menegaskan kembali bahwa Hamas tidak membela hak rakyat Palestina atas martabat dan penentuan nasib sendiri, serta membahas kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Gaza,” demikian pernyataan Gedung Putih.

    Negara-negara Arab dan Teluk berada di garis depan dalam menekan AS untuk mendorong Israel agar tidak menargetkan warga sipil dalam serangannya dan memastikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan sungguh-sungguh bisa sampai ke tangan warga sipil Jalur Gaza.

    Ilustrasi: Tentara Israel (HAZEM BADER/AFP)

    Seperti dilansir Al Arabiya News dan CNN, Selasa (17/10/2023), juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Letnan Kolonel Jonathan Conricus menyatakan bahwa dirinya meyakini Biden mendukung operasi Israel untuk mengalahkan Hamas. Israel tak akan mengurungkan niat melancarkan serangan darat ke Gaza meski Biden datang.

    “Saya pikir presiden juga mengatakan bahwa ‘Hamas perlu dihancurkan’, dan itulah tujuan militer kami,” ucap Conricus.

    Selanjutnya, Putin melawat ke China:

  • Apa Itu Perbatasan Rafah? Mengapa Jadi Jalur Penyelamat Warga Gaza?

    Apa Itu Perbatasan Rafah? Mengapa Jadi Jalur Penyelamat Warga Gaza?

    Jakarta

    Warga Palestina telah berkumpul di pintu perbatasan Rafah yang membatasi Mesir dan Gaza selatan. Mereka semua berharap dapat meninggalkan Gaza sebelum serangan darat Israel terjadi.

    Media AS telah melaporkan bahwa Mesir akan membuka perbatasan itu bagi warga dengan kewarganegaraan ganda keluar dari Gaza dan memberikan izin masuk bagi bantuan kemanusiaan, tanpa memberikan batasan waktunya.

    Namun, pos perbatasan tetap ditutup pada Senin (16/10) pagi.

    Apa itu perbatasan Rafah?

    Ini adalah pos perbatasan paling selatan dari Gaza dan berbatasan dengan semenanjung Sinai di Mesir .

    Hanya ada dua perlintasan perbatasan lain dari dan ke Jalur Gaza Erez, pos perbatasan bagi orang-orang dengan Israel di Gaza utara, dan Kerem Shalom, satu-satunya pos perbatasan untuk akses barang komersial dengan Israel di Gaza selatan. Keduanya ditutup.

    Mengapa ini penting sekarang?

    Kelompok milisi Palestina, Hamas, yang menguasai Gaza, menyerang Israel dengan melintasi perbatasan Erez di Gaza utara pada 7 Oktober.

    Serangan yang disebut belum pernah terjadi sebelumnya itu menewaskan lebih dari 1.300 warga Israel.

    Baca juga:

    Rafah kini juga menjadi satu-satunya akses untuk bantuan kemanusiaan.

    Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pihaknya mengarahkan penerbangan bantuan internasional umtuk Gaza ke bandara El-Arish di Sinai bagian utara.

    Sementara puluhan truk yang membawa bahan bakar dan barang-barang kemanusiaan diparkir di sisi penyeberangan Rafah di Mesir, menunggu untuk diizinkan lewat.

    BBC

    Apa yang terjadi di perbatasan?

    Sejak dimulainya serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, laporan yang berlainan mengenai situasi di perbatasan Rafah banyak beredar.

    Hamas dan Mesir memegang kendali atas siapa yang dapat melewatinya, namun serangan udara Israel di sekitar wilayah tersebut telah mengganggu operasi di pos perbatasan.

    Media Mesir mengatakan penyeberangan tersebut ditutup menyusul tiga serangan Israel di Rafah pada tanggal 9 dan 10 Oktober, yang menurut media tersebut menyebabkan korban luka di sisi perbatasan Mesir dan Palestina.

    Pada tanggal 12 Oktober, pemerintah Mesir meminta Israel untuk menghentikan serangan udara di dekat perbatasan Rafah sehingga dapat berfungsi sebagai “jalur bantuan” bagi orang-orang di Gaza.

    Pemerintah Mesir juga menegaskan bahwa mereka tidak akan membuka jalur tersebut sampai ada jaminan keamanan bagi petugas perbatasan.

    Baca juga:

    Negara-negara Barat juga turut terlibat dalam upaya memastikan bahwa Rafah adalah jalur yang aman bagi pemegang paspor asing di Gaza dan bantuan kemanusiaan.

    Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan mereka bekerja sama dengan Israel, Mesir, dan “pihak politik lainnya di kawasan untuk membuka perbatasan tersebut.

    Pekan lalu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa warganya diminta untuk pindah ke Rafah karena “mungkin hanya ada sedikit pemberitahuan jika penyeberangan dibuka dan mungkin hanya dibuka untuk waktu yang terbatas”.

    Desas-desus bahwa perbatasan itu mungkin akan dibuka membuat warga Gaza melakukan perjalanan ke sana dengan harapan bisa diizinkan lewat.

    Pada hari Senin, kerumunan orang berkumpul menyusul laporan yang menyatakan bahwa Rafah dapat dibuka kembali untuk sementara setelah adanya perjanjian gencatan senjata, namun baik Israel dan Hamas dengan cepat membantahnya.

    Mengapa perbatasan ditutup?

    Israel ingin mencegah kelompok milisi Hamas meninggalkan Gaza dan ingin memeriksa semua truk yang menuju Gaza untuk memastikan mereka tidak membawa senjata.

    Sementara itu, meskipun Mesir tampak bekerja sama dengan negara lain dalam merundingkan pembukaan kembali perbatasan bagi pemegang paspor asing dan bantuan kemanusiaan, pemerintah Mesir khawatir dengan potensi eksodus warga Palestina ke Sinai.

    Mesir kemungkinan besar tidak ingin membuka perbatasan kepada setiap dan seluruh warga Gaza yang ingin mengungsi.

    Mereka juga khawatir dengan kemungkinan masuknya milisi Hamas ke negara tersebut.

    Bagaimana biasanya perbatasan Rafah digunakan?

    Pos perbatasan Rafah tidak mengizinkan warga Palestina keluar dari Gaza dengan mudah.

    Warga Palestina yang ingin menggunakan melintasi perbatasan harus mendaftar ke otoritas Palestina setempat dua hingga empat minggu sebelumnya dan mungkin ditolak oleh otoritas Palestina atau Mesir tanpa peringatan atau penjelasan.

    Menurut PBB, pada Agustus 2023, pemerintah Mesir mengizinkan 19.608 orang keluar dari Gaza dan menolak masuk 314 orang.

    (ita/ita)

  • Israel Tegaskan Kunjungan Biden Tak Akan Tunda Invasi ke Gaza

    Israel Tegaskan Kunjungan Biden Tak Akan Tunda Invasi ke Gaza

    Tel Aviv

    Militer Israel menegaskan bahwa kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke wilayahnya tidak akan menunda atau memperumit rencana invasi darat ke Jalur Gaza. Biden dijadwalkan akan mengunjungi Israel pada Rabu (18/10) besok, saat perang masih berlangsung antara Israel dengan Hamas.

    Seperti dilansir Al Arabiya News dan CNN, Selasa (17/10/2023), juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Letnan Kolonel Jonathan Conricus menyatakan bahwa dirinya meyakini Biden mendukung operasi Israel untuk mengalahkan Hamas.

    “Saya pikir presiden juga mengatakan bahwa ‘Hamas perlu dihancurkan’, dan itulah tujuan militer kami,” ucap Conricus.

    Gedung Putih mengumumkan bahwa Biden dijadwalkan mengunjungi Israel pada Rabu (18/10) besok untuk ‘menunjukkan dukungan teguh kepada Israel dalam menghadapi serangan teroris brutal Hamas dan untuk berkonsultasi mengenai langkah-langkah selanjutnya’.

    Biden juga akan berkunjung ke Amman, ibu kota Yordania, di mana dia akan bertemu dengan Raja Yordania, Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

    “Dia (Biden-red) akan menegaskan kembali bahwa Hamas tidak membela hak rakyat Palestina atas martabat dan penentuan nasib sendiri, serta membahas kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Gaza,” demikian pernyataan Gedung Putih.

    Militer Israel, seperti dikutip The Times of Israel, menyatakan bahwa mereka akan melancarkan operasi darat besar-besaran ke Jalur Gaza dalam beberapa hari mendatang — berpotensi menjadi operasi terbesar dalam empat dekade terakhir.

    Saksikan juga ‘Trump Sebut Perang Israel-Hamas Terjadi Karena Kelalaian Biden’:

  • Hamas Sandera 250 Orang, Akan Bebaskan Jika Kondisi Memungkinkan

    Hamas Sandera 250 Orang, Akan Bebaskan Jika Kondisi Memungkinkan

    Gaza City

    Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, mengumumkan pihaknya saat ini menyandera sekitar 200-250 orang. Hamas juga mengatakan bahwa semua warga negara asing (WNA) yang disandera akan dibebaskan jika ‘kondisinya memungkinkan’.

    Seperti dikutip kantor berita Turki, Anadolu Agency, dan dilansir Al Jazeera, Selasa (17/10/2023), juru bicara sayap militer Hamas Brigade Al-Qassam, Abu Obeida, mengatakan pada Senin (16/10) bahwa kelompoknya dan beberapa faksi Palestina lainnya saat ini menyandera sekitar 200-250 orang.

    Lebih lanjut disebutkan oleh Obeida bahwa sekitar 200 sandera di antaranya berada dalam penahanan kelompoknya, sedangkan 50 sandera lainnya ditahan oleh sejumlah faksi Palestina lainnya.

    Dia menambahkan bahwa para sandera itu diperlakukan dengan baik dan sesuai dengan ‘iman Islam’.

    Soal sandera asing, Obeida enggan menyebut jumlahnya secara spesifik dengan alasan keamanan. Namun dia memberikan jaminan bahwa para sandera asing mungkin dibebaskan jika kondisi memungkinkan.

    “Semua sandera asing akan dibebaskan begitu kondisi di lapangan memungkinkan,” ujar Obeida dalam pernyataan via video yang dirilis Hamas dan disiarkan oleh Saluran Al-Aqsa yang berafiliasi dengan kelompok tersebut.

    Dia juga menyebut para sandera asing sebagai ‘tamu yang ramah tamah’ dan meminta maaf atas penahanan mereka.

  • 1 Lagi Komandan Hamas Diklaim Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    1 Lagi Komandan Hamas Diklaim Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    Gaza City

    Satu lagi komandan Hamas yang disebut telah dibunuh oleh militer Israel dalam serangan udara di Jalur Gaza pada Sabtu (14/10) waktu setempat. Militer Israel mengklaim serangan pesawat militernya menewaskan komandan yang memimpin pasukan elite Hamas dalam serangan ke wilayahnya pada 7 Oktober lalu.

    Seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Sabtu (14/10/2023), militer Israel dalam pernyataannya menyebut serangan pesawat militer telah ‘menewaskan Ali Qadi, seorang komandan kompi pasukan komando Nukhba (elite) Hamas’. Tidak disebutkan lebih lanjut soal lokasi atau waktu serangan itu dilancarkan.

    Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut Qadi sebagai komandan yang memimpin unit pasukan komando Hamas yang menembak mati banyak warga sipil dalam serangan pada Sabtu (7/10) lalu di wilayah Israel bagian selatan. Lebih dari 1.300 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas itu.

    Disebutkan juga oleh militer Israel bahwa serangan yang menewaskan Qadi itu dilakukan oleh Angkatan Udara di bawah pengawasan badan intelijen Shin Bet.

    Dalam tanggapannya, seorang pejabat Hamas yang enggan disebut namanya menuturkan kepada AFP bahwa kelompok mereka ‘no comment’ atas klaim Israel. Namun pejabat Hamas itu membenarkan bahwa Qadi yang berusia 37 tahun merupakan komandan unit pasukan elite Hamas.

    Baik pejabat Palestina maupun pernyataan militer Israel sama-sama menyebut Qadi sebagai salah satu dari lebih dari 1.000 tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel tahun 2011 lalu, dalam pertukaran tahanan dengan seorang tentara Israel bernama Gilad Shalit yang ditangkap Hamas tahun 2006.

    Qadi ditangkap oleh Israel tahun 2005 atas penculikan dan pembunuhan seorang pria Israel, yang menurut laporan media pada saat itu, diidentifikasi sebagai perantara untuk Shin Bet.

  • Israel Beri Waktu 6 Jam Bagi Warga Gaza Mengungsi Jelang Serangan Darat

    Israel Beri Waktu 6 Jam Bagi Warga Gaza Mengungsi Jelang Serangan Darat

    Dalam pernyataan terpisah, juru bicara militer Israel Richard Hecht menyatakan bahwa Israel telah menetapkan dua rute aman untuk lebih dari 1 juta penduduk Gaza bagian utara untuk mengungsi ke wilayah selatan.

    Dia menyebutkan bahwa rute jalanan yang aman itu mencakup ruas jalanan sepanjang pantai Gaza dan ruas jalanan melintasi pusat wilayah Gaza, yang panjangnya mencapai 40 kilometer.

    Saat pengumuman Israel ini disampaikan, ribuan warga Jalur Gaza dilaporkan memenuhi jalanan dengan menggunakan bus, mobil, dan kereta yang ditarik keledai untuk mengungsi dari zona utara — lokasi sebagian besar serangan udara Israel terjadi — ke zona selatan pada Sabtu (14/10) waktu setempat.

    Tanpa menyebut berapa lama ‘jendela waktu’ untuk warga Gaza itu diberlakukan, Hecht mengatakan kepada wartawan: “Kami mengetahui bahwa ini akan memakan waktu, tetapi kami menyarankan masyarakat untuk tidak menunda.”

    Sehari sebelumnya, atau pada Jumat (13/10), IDF mengerahkan tentara dan peralatan militer ke dekat perbatasan Jalur Gaza. Serangan udara terhadap Jalur Gaza juga terus berlanjut untuk membalas serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Sebelum peringatan Israel dirilis, lebih dari 400.000 warga Palestina yang ada di Jalur Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan udara Israel.

    Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut sedikitnya 2.215 orang, termasuk 724 anak-anak, tewas akibat serangan udara Israel. Sekitar 8.714 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka akibat gempuran selama tujuh hari terakhir.

    Israel menghadapi seruan dari PBB dan Uni Eropa untuk menunda serangan menyeluruh untuk memberikan waktu yang cukup bagi warga sipil Gaza mengungsi ke tempat yang aman.

    (nvc/idh)

  • Rusia Serukan Gencatan Senjata Kemanusiaan Antara Hamas-Israel

    Rusia Serukan Gencatan Senjata Kemanusiaan Antara Hamas-Israel

    New York

    Rusia menyerukan ‘gencatan senjata kemanusiaan’ di Jalur Gaza dan Israel saat perang terus berkecamuk antara Hamas dan Israel. Moskow menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas konflik yang sedang berlangsung.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/10/2023), rancangan resolusi yang diajukan Rusia kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan dilihat oleh AFP, menyerukan gencatan senjata ‘segera’ dan pembebasan semua sandera.

    Rancangan resolusi itu juga ‘mengutuk keras semua kekerasan dan permusuhan yang ditargetkan terhadap warga sipil dan semua tindakan terorisme’.

    Dokumen rancangan resolusi yang diajukan Moskow itu tidak secara spesifik menyebut nama Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza yang pada Sabtu (7/10) lalu menyerbu kota-kota di Israel bagian selatan dalam serangan yang menewaskan lebih dari 1.300 orang.

    Hamas yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa dan AS, juga dilaporkan menculik sekitar 150 warga Israel, warga negara asing dan warga berkewarganegaraan ganda lalu membawa mereka ke Jalur Gaza.

    Israel merespons dengan melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza yang padat penduduk, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 2.200 orang sejauh ini. Sebagian besar korban jiwa di Jalur Gaza merupakan warga sipil, yang mencakup lebih dari 700 anak.

    “Kami meyakini bahwa Dewan Keamanan harus bertindak untuk mengakhiri pertumpahan darah dan memulai kembali perundingan damai dengan tujuan untuk mendirikan negara Palestina seperti yang seharusnya dilakukan sejak lama,” cetus Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia dalam rapat tertutup Dewan Keamanan PBB pada Jumat (13/10) waktu setempat.

  • Israel Terus Gempur Gaza, Korban Tewas Bertambah Jadi 2.215 Orang

    Israel Terus Gempur Gaza, Korban Tewas Bertambah Jadi 2.215 Orang

    Gaza City

    Jumlah korban tewas akibat gempuran Israel terhadap Jalur Gaza dilaporkan kembali bertambah. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut lebih dari 2.200 orang tewas akibat serangan udara Israel yang berlangsung selama sepekan terakhir.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/10/2023), Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza dalam laporan terbaru menyebut bahwa sedikitnya 2.215 orang tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. Total korban tewas itu mencakup 724 anak-anak dan 458 wanita.

    Laporan Kementerian Kesehatan Palestina juga menyebut bahwa jumlah korban luka juga bertambah menjadi sekitar 8.714 orang.

    Lebih mendetail dalam laporannya, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut sedikitnya 324 orang tewas, mencakup 126 anak-anak dan 88 wanita, akibat serangan udara Israel dalam 24 jam terakhir.

    Sebanyak 1.018 orang mengalami luka-luka akibat gempuran Israel di Jalur Gaza juga dalam 24 jam terakhir.

    Dalam laporannya, Kementerian Kesehatan Palestina juga menyebutkan bahwa 54 orang tewas dan 1.100 orang mengalami luka-luka akibat serentetan kekerasan di wilayah Tepi Barat sejak Sabtu (7/10) lalu, saat Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel.

    Otoritas Israel melaporkan bahwa lebih dari 1.300 orang tewas akibat serangan Hamas di wilayahnya.

  • Gaza Memanas, Arab Saudi Tunda Pembicaraan Normalisasi dengan Israel

    Gaza Memanas, Arab Saudi Tunda Pembicaraan Normalisasi dengan Israel

    Riyadh

    Arab Saudi memutuskan untuk menunda pembicaraan soal kemungkinan normalisasi hubungan dengan Israel. Penundaan itu dilakukan saat perang terus berkecamuk antara Israel dan Hamas hingga memicu kehancuran parah di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/10/2023), Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada Sabtu (7/10) lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.300 orang dan melukai ribuan orang lainnya.

    Israel lantas melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas, dengan Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 1.900 tewas dan melukai lebih dari 7.000 orang lainnya. Bahkan Israel diperkirakan tengah mempersiapkan serangan darat terhadap Jalur Gaza.

    Di tengah situasi konflik tersebut, Saudi yang menyatakan dukungan untuk Palestina memutuskan menunda pembicaraan normalisasi dengan Israel, yang selama ini berlangsung dengan dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).

    “Arab Saudi telah memutuskan untuk menghentikan diskusi mengenai kemungkinan normalisasi dan telah memberitahu para pejabat AS,” tutur seorang sumber yang memahami diskusi tersebut kepada AFP.

    Selama beberapa minggu sebelum situasi memanas di Jalur Gaza, Saudi berbicara soal kemajuan dalam upaya diplomasi yang dipimpin oleh AS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel — yang akan menjadi langkah penting bagi kerajaan yang menjaga dua situs paling suci umat Muslim tersebut.

  • Dukung Israel, Biden Juga Sebut Krisis Kemanusiaan di Gaza Jadi Prioritas

    Dukung Israel, Biden Juga Sebut Krisis Kemanusiaan di Gaza Jadi Prioritas

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut bahwa krisis kemanusiaan yang kini terjadi di Jalur Gaza, yang terus digempur oleh Israel, menjadi prioritas. Namun Biden juga kembali menegaskan dukungannya untuk Israel yang sepekan lalu diserang oleh Hamas secara mengejutkan.

    Seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Sabtu (14/10/2023), pemerintahan Biden menuai kritikan karena tidak mengambil sikap lebih tegas dalam mendesak Israel, sekutu dekatnya, untuk menahan diri. Dalam sepekan terakhir, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas.

    Kritikan juga menghujani pemerintahan Biden yang tidak memberikan komentar apa pun terhadap seruan Israel agar seluruh warga sipil meninggalkan wilayah Jalur Gaza bagian utara dan bergerak ke wilayah selatan, menjelang terjadinya serangan darat oleh pasukan Tel Aviv.

    Seruan Israel itu dianggap, oleh Arab Saudi, sebagai ‘pengusiran paksa’ warga Palestina dari Jalur Gaza, dan dikecam keras oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi internasional lainnya.

    Biden, dalam pernyataan kepada wartawan pada Jumat (13/10) waktu setempat, menegaskan bahwa mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza adalah prioritas.

    “Kita tidak bisa melupakan fakta bahwa mayoritas warga Palestina tidak ada hubungannya dengan Hamas dan serangan-serangan mengerikan yang dilakukan Hamas, dan mereka juga menderita sebagai akibatnya,” ucap Biden dalam pernyataannya.

    “Ini juga menjadi prioritas bagi saya untuk segera mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza,” ujarnya.