Negara: Jalur Gaza

  • Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Perbatasan Mesir, 7 Orang Luka

    Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Perbatasan Mesir, 7 Orang Luka

    Kairo

    Sedikitnya tujuh orang mengalami luka-luka akibat serpihan peluru yang ditembakkan tank Israel yang menghantam sebuah pos perbatasan Mesir. Beberapa korban luka termasuk para tentara penjaga perbatasan Mesir.

    Seperti dilansir Al Jazeera, Senin (23/10/2023), militer Israel dalam pernyataannya telah mengonfirmasi bahwa pihaknya ‘secara tidak sengaja’ mengenai posisi militer Mesir di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza dalam insiden pada Minggu (22/10) malam waktu setempat.

    “Insiden ini sedang diselidiki dan rinciannya sedang ditinjau. IDF (Angkatan Bersenjata Israel) menyatakan kesedihan atas insiden tersebut,” demikian pernyataan militer Israel tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

    Juru bicara militer Israel, dalam pernyataan terpisah, membenarkan adanya insiden tersebut. Namun mereka tidak menyebutkan secara spesifik jumlah personel militernya yang mengalami luka-luka.

    Salah satu saksi mata dan seorang sumber media menyebut para korban luka dibawa ke rumah sakit setempat.

    Beberapa saksi mata melaporkan mereka mendengar suara ledakan yang diikuti oleh suara ambulan yang dikerahkan dari wilayah Mesir.

    Menurut laporan media lokal Mesir, beberapa saksi mata mengatakan serangan Israel itu tidak akan mengganggu aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang sedang diblokade dan digempur Israel.

  • Perang Hamas Vs Israel Memanas, Paus Fransiskus: Hentikan, Hentikan!

    Perang Hamas Vs Israel Memanas, Paus Fransiskus: Hentikan, Hentikan!

    Vatican City

    Paus Fransiskus menyerukan agar perang antara Hamas dan Israel diakhiri di tengah meningkatnya kekhawatiran akan meluasnya perang. Pemimpin umat Katolik sedunia ini juga menyerukan lebih banyak bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke wilayah Jalur Gaza saat perang berkecamuk.

    Seperti dilansir AFP, Senin (23/10/2023), seruan itu disampaikan Paus Fransiskus setelah menyampaikan doa Angelus di Alun-Alun Saint Peter, Vatikan, pada Minggu (22/10) waktu setempat.

    “Perang selalu merupakan kekalahan, itu adalah kehancuran persaudaraan manusia. Saudara-saudara, hentikan! Hentikan!” cetus Paus Fransiskus.

    “Saya mengulangi seruan saya agar ruang-ruang dibuka, bantuan kemanusiaan terus berdatangan, dan para sandera dibebaskan,” tegasnya.

    Perang antara Hamas dan Israel pecah setelah kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu melancarkan serangan mematikan terhadap negara Yahudi tersebut pada 7 Oktober lalu. Para pejabat Israel melaporkan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian warga sipil, tewas akibat serangan Hamas tersebut.

    Serangan udara besar-besaran kemudian dilancarkan oleh militer Israel terhadap Jalur Gaza selama lebih dari dua pekan terakhir untuk membalas serangan Hamas. Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut lebih dari 4.600 orang tewas akibat serangan udara Israel.

    “Perang, perang apa pun yang terjadi di dunia — saya juga berpikir soal Ukraina yang tersiksa — adalah sebuah kekalahan,” sebut Paus Fransiskus dalam pernyataannya.

  • Hizbullah Bikin Kesalahan Besar Jika Gabung Perang di Gaza!

    Hizbullah Bikin Kesalahan Besar Jika Gabung Perang di Gaza!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Hizbullah yang berbasis di Lebanon bahwa kelompok itu akan melakukan ‘kesalahan besar dalam hidup’ jika memulai perang dengan Israel. Peringatan ini disampaikan saat Israel sedang berperang melawan Hamas di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (23/10/2023), Netanyahu melontarkan peringatan untuk Hizbullah, yang didukung oleh Iran itu, saat berbicara dalam kunjungan ke posisi tentara Israel di dekat perbatasan Lebanon. Perbatasan Israel dan Lebanon memanas beberapa waktu terakhir dengan markanya serangan lintas perbatasan.

    “(Hizbullah) Akan membuat kesalahan besar dalam hidup mereka. Kita akan menyerang mereka dengan kekuatan yang bahkan tidak bisa mereka bayangkan, dan dampaknya bagi mereka dan terhadap negara Lebanon akan sangat menghancurkan,” ucap Netanyahu dalam peringatannya pada Minggu (22/10).

    “Saya tidak bisa memberi tahu Anda saat ini apakah Hizbullah akan memutuskan untuk memasuki perang (Gaza) sepenuhnya,” imbuhnya.

    Perang di Gaza, sebut Netanyahu, merupakan ‘lakukan atau mati’ bagi Israel. Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah kelompok yang menguasai Gaza itu melancarkan serangan mematikan terhadap negara Yahudi tersebut pada 7 Oktober lalu.

    Para pejabat Israel melaporkan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian warga sipil, tewas akibat serangan Hamas. Sementara otoritas kesehatan Gaza melaporkan sejauh ini lebih dari 4.600 orang tewas akibat serangan udara Israel yang berlangsung selama lebih dari dua pekan terakhir.

    Sebelumnya, seperti dilansir AFP, Hizbullah menyatakan mereka ‘sepenuhnya siap’ untuk bergabung dengan Hamas, sekutu Palestina mereka, dalam perang melawan Israel ketika waktunya tepat.

    Saksikan juga ‘Saat PM Lebanon Minta Hizbullah Tak Terprovokasi Israel’:

  • 1 Tentara Israel Tewas Kena Rudal Hamas di Gaza

    1 Tentara Israel Tewas Kena Rudal Hamas di Gaza

    Tel Aviv

    Militer Israel menyebut seorang tentaranya tewas dalam operasi darat yang dilancarkan ke Jalur Gaza pada akhir pekan. Tel Aviv menyebut tentaranya itu tewas akibat rudal anti-tank yang diluncurkan oleh kelompok Hamas saat operasi darat berlangsung.

    Seperti dilansir Al Jazeera, Senin (23/10/2023), militer Israel dalam pernyataannya juga menyebut bahwa selain satu tentara tewas, tiga tentara lainnya mengalami luka-luka dalam operasi yang dilancarkan pada Minggu (22/10) waktu setempat.

    “Satu orang mengalami luka sedang, dan dua orang mengalami luka ringan akibat terkena rudal anti-tank,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut tujuan dari operasi darat itu adalah untuk menemukan orang-orang yang disandera Hamas di wilayah Khan Younis, Gaza dan untuk ‘menggagalkan infrastruktur teroris’.

    Tentara Israel telah melancarkan beberapa operasi melintasi perbatasan, yang menurut militer Israel, dimaksudkan untuk membersihkan wilayah tersebut dan mengumpulkan informasi intelijen soal orang-orang yang disandera oleh Hamas di Jalur Gaza.

    Secara terpisah, sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, dalam pernyataan via Telegram mengklaim mereka telah memukul mundur pasukan militer Israel yang melakukan operasi ke Jalur Gaza.

    Menurut laporan koresponden Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, dari Khan Younis di Jalur Gaza, operasi militer Israel itu memaksa Hamas bersiap menghadapi invasi darat yang diperkirakan akan dilakukan oleh militer Tel Aviv.

  • Israel Ancam Cap Warga Gaza ‘Kaki Tangan Teroris’ Jika Ogah Ngungsi

    Israel Ancam Cap Warga Gaza ‘Kaki Tangan Teroris’ Jika Ogah Ngungsi

    Gaza City

    Militer Israel melontarkan ancaman terbaru untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang terus digempur militer negara Yahudi tersebut. Israel mengancam warga Gaza bisa diidentifikasi sebagai simpatisan ‘organisasi teroris’ jika tetap bertahan dan menolak perintah evakuasi dari zona utara ke zona selatan.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (23/10/2023), ancaman itu disampaikan oleh militer Israel dalam selebaran yang ditandai nama dan logo Angkatan Bersenjata Israel (IDF). Selebaran itu disebarkan mulai Sabtu (21//10) dan dikirimkan dalam bentuk pesan audio via ponsel kepada seluruh warga Jalur Gaza.

    “Peringatan mendesak, kepada warga Gaza. Kehadiran Anda di Wadi Gaza bagian utara membahayakan hidup Anda. Siapa pun yang memilih untuk tidak meninggalkan Gaza bagian utara ke Wadi Gaza bagian selatan, bisa diidentifikasi sebagai kaki tangan organisasi teroris,” demikian bunyi selebaran itu.

    Israel terus menggempur Jalur Gaza dengan serangan udara sejak Hamas melancarkan serangan mematikan pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang. Israel membalasnya dengan serangan udara besar-besaran yang sejauh ini dilaporkan menewaskan lebih dari 4.600 orang di Jalur Gaza.

    Tidak hanya lewat udara, Israel juga diperkirakan akan melancarkan serangan darat terhadap Jalur Gaza. Pasukan serta kendaraan lapis baja Israel telah ditempatkan di dekat perbatasan Jalur Gaza yang semakin memperkuat kemungkinan serangan darat.

    Militer Israel mengatakan dalam pernyataan terbaru bahwa pihaknya ‘tidak berniat untuk mempertimbangkan orang-orang yang belum dievakuasi … sebagai anggota kelompok teroris’. Ditegaskan juga oleh militer Israel bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil dalam serangan-serangannya.

    “Untuk meminimalkan korban sipil, IDF mengirimkan permintaan kepada penduduk di wilayah utara Jalur Gaza untuk mengungsi ke wilayah selatan Wadi Gaza,” demikian pernyataan militer Israel.

  • Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini memuat konten yang mungkin membuat Anda merasa tidak nyaman.

    Di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza, para dokter dan perawat kehabisan bahan untuk mengafani korban meninggal dunia yang terus bertambah.

    Jenazah-jenazah tersebut ditumpuk di halaman luar rumah sakit. Para kerabat yang ditinggalkan mendaraskan doa dan tak jarang pula yang ambruk ke lantai sambil meratap dalam kesedihan.

    Di dalam rumah sakit, para dokter berjuang untuk merawat korban luka dan menyelamatkan mereka yang terluka parah di tengah menipisnya persediaan obat-obatan dan perbekalan.

    Seorang wartawan BBC Arabic menyaksikan betapa rumah sakit penuh dengan jenazah dan para dokter tergopoh-gopoh menyelesaikan tindakan untuk satu pasien kemudian berpindah ke pasien berikutnya.

    Beberapa tayangan video dan foto keadaan rumah sakit pada Minggu (22/10) terlalu mengerikan untuk ditampilkan. Anak-anak – termasuk setidaknya dua bayi – termasuk di antara korban meninggal dunia.

    Para pejabat dari Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas mengatakan lebih dari 100 orang tewas ketika Israel melancarkan serangan udara pada Minggu (22/10).

    Militer Israel sengaja menargetkan area dekat rumah sakit

    Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan aksi militer di Gaza “mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas”.

    Gallant berbicara setelah pengarahan operasional di Pusat Komando dan Kontrol Operasi Angkatan Udara Israel.

    “Dalam aspek operasional manuver, pada akhirnya, tidak ada yang bisa menghentikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel)”, katanya.

    “Ini harus menjadi operasi manuver terakhir kami di Gaza, dengan alasan sederhana bahwa setelah itu tidak akan ada lagi Hamas.”

    Gallant mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, “akan segera dilakukan”.

    Akan tetapi, seberapa cepat operasi tersebut masih belum jelas.

    ‘Rumah sakit kehabisan kain kafan’

    Pada Minggu (22/10) pagi, sejumlah kendaraan terlihat membawa orang-orang yang terluka ke rumah sakit.

    “Kami sudah berada di sini sejak fajar menyingsing dan jenazah telah memenuhi halaman rumah sakit. Tempat pendingin di kamar jenazah sudah penuh dengan mayat, begitu pula dengan di dalam gedung rumah sakit dan di luar gedung,” kata seorang staf.

    “Kami kehabisan kain kafan untuk mengafani jenazah karena jumlahnya sangat banyak. Semua jenazah tiba dalam keadaan tidak utuh. Kami tidak dapat mengidentifikasi mereka karena jenazah telah hancur.”

    Dia menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang “tak tertahankan”, dan menambahkan: “Walau kami telah banyak menyaksikan segala rupa, ini adalah pemandangan yang belum pernah kami lihat.”

    “Cepat, cepat!” seru pria ini agar korban yang berada di dalam mobilnya segera dirawat di rumah sakit. (BBC)

    Pemandangan serupa terjadi di berbagai rumah sakit di seluruh Gaza pada pekan ketiga perang Israel-Hamas.

    Di Rumah Sakit al-Quds di wilayah Tel al-Hawa, Kota Gaza, bom menghantam gedung-gedung di dekat rumah sakit ketika tim yang terdiri dari 23 dokter dan perawat menangani lebih dari 500 orang, menurut seorang dokter di rumah sakit melalui pesan suara ke BBC.

    Pasien dan warga sipil yang berlindung di rumah sakit hidup dalam “keadaan teror”, kata dokter tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya demi keselamatannya.

    Di tengah situasi yang digambarkannya sebagai “bencana besar”, para dokter harus memutuskan siapa yang harus ditangani terlebih dahulu. Sisanya bergabung dalam antrean.

    “Banyak korban luka telah menunggu beberapa hari untuk dioperasi,” kata dokter.

    Baca juga:

    Pesan suara sang dokter disampaikan oleh dokter dan aktivis Norwegia, Mads Gilbert, dari tim darurat Komite Bantuan Norwegia.

    Menurut dokter tersebut, staf medis telah berkurang karena beberapa orang tewas terbunuh dan yang lain tidak dapat mencapai lokasi. Staf yang tersisa sekarang berbagi gedung dengan 1.200 pengungsi yang berlindung di sana.

    “Ada 120 orang terluka dengan berbagai macam luka di sini, 10 pasien di ICU menggunakan ventilator, dan kami memiliki sekitar 400 pasien kronis,” kata dokter tersebut.

    “Ada sekitar 1.200 warga yang mengungsi di sini – tidak mudah untuk memindahkan orang dalam jumlah besar sehingga kami memutuskan untuk tidak mengungsi.”

    BBC

    Militer Israel kembali memperingatkan kepada semua orang di Jalur Gaza utara untuk menuju ke bagian selatan Wadi Gaza, sebuah jalur lahan basah yang melintasi wilayah tersebut. Kota Gaza berada di sebelah utara Wadi Gaza, sedangkan Deir al-Balah di selatan.

    Ratusan ribu orang telah mengungsi ke bagian selatan Gaza, namun ribuan lainnya masih bertahan di rumah mereka di Gaza utara.

    Nyawa bayi terancam karena tiada pasokan BBM

    Rumah sakit di seluruh Gaza sangat membutuhkan pasokan bantuan, bahkan setelah 20 truk bantuan pertama bisa masuk dari Mesir pada hari Sabtu.

    Meskipun sejumlah makanan dan pasokan medis dibawa rombongan truk tersbeut, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza sejak konflik dimulai. Rumah sakit mengandalkan generator bertenaga diesel.

    Pada Minggu (22/10), Unicef memperingatkan bahwa 120 bayi di inkubator – termasuk 70 bayi baru lahir prematur yang juga menggunakan ventilator – bergantung pada mesin yang terhubung dengan generator cadangan yang digunakan ketika pasokan listrik Gaza dari Israel dimatikan.

    “Saat ini kami memiliki 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator dan 70 di antaranya memiliki ventilasi mekanis. Tentu saja hal ini sangat kami khawatirkan,” kata juru bicara Unicef, Jonathan Crickx.

    Baca juga:

    Fikr Shalltoot, direktur lembaga amal Bantuan Medis untuk Palestina di Gaza, mengatakan beberapa bayi prematur telah lahir di tengah pertempuran terkini.

    “Di bangsal itu ada seorang bayi berusia 32 minggu yang berhasil diselamatkan oleh dokter setelah ibunya terbunuh dalam serangan udara,” katanya kepada BBC. Ibu dan seluruh keluarganya meninggal, namun bayinya berhasil diselamatkan.

    Dia mengatakan kematian pasti terjadi pada anak tersebut, dan orang lain di bangsal yang sama, jika generator berhenti bekerja.

    Persediaan bahan bakar untuk menghidupkannya terbatas.

    ‘Bantuan yang datang hanya setetes air di lautan’

    Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mengatakan konvoi truk gelombang kedua telah membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Sebanyak 14 truk telah masuk, sehari setelah 20 truk gelombang pertama melintasi perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.

    Griffiths, yang menjabat wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, menyatakan bahwa gelombang bantuan itu merupakan “Secercah harapan kecil bagi jutaan orang yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.”

    Menyusul kabar bahwa gelombang bantuan kedua telah tiba di Gaza, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan akan ada “aliran bantuan penting yang berkelanjutan” ke wilayah tersebut.

    Akan tetapi, kepala kemanusiaan lembaga Oxfam, Magnus Corfixen, menegaskan bantuan yang dikirim ke Gaza tidak cukup.

    “Oxfam tentu saja menyambut baik konvoi bantuan lain yang terdiri dari 14 truk dan 20 truk kemarin [Sabtu] yang telah masuk ke Gaza,” katanya, “tetapi kita juga harus mengatakan bahwa ini [bantuan yang datang] ibarat setetes air di lautan mengingat bantuan kemanusiaan berskala besar dibutuhkan saat ini di Gaza.”

    Tanpa gencatan senjata, menurutnya, situasi tidak akan membaik dan bantuan berkelanjutan sulit mencapai warga sipil yang membutuhkan.

    “Agar hal itu bisa terjadi, kita juga perlu segera melakukan gencatan senjata”.

    (ita/ita)

  • Usai Serukan Warganya Pergi, Israel Tarik Diplomat dari Turki

    Usai Serukan Warganya Pergi, Israel Tarik Diplomat dari Turki

    Ankara

    Israel menarik diplomatnya dari Turki di tengah panasnya konflik dengan Hamas. Hal ini sebagai tindakan pencegahan keamanan.

    “Itu tindakan sementara, yang seharusnya untuk jangka pendek,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya dilansir AFP, Jumat (20/10/2023).

    Dewan Keamanan Nasional Israel pada Selasa (17/10) meminta semua warganya untuk segera meninggalkan Turki. “Sesegera mungkin,” pernyataan Dewan Keamanan Nasional Israel.

    Pada hari Rabu (18/10), konsulat Israel di Istanbul mengatakan tindakan tersebut dilakukan mengingat meningkatnya “ancaman teroris” terhadap warga Israel di luar negeri. Tingkat kewaspadaan telah ditingkatkan, kata juru bicara konsulat kepada AFP.

    Perang Israel dengan Hamas makin panas. Pada Selasa (17/10), unjuk rasa besar-besaran terjadi di luar konsulat Istanbul dan kedutaan besar di Ankara buntut serangan mematikan ke rumah sakit di Jalur Gaza. Puluhan orang terluka dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyalahkan Israel terkait pertumpahan darah di Palestina.

    (isa/isa)

  • Biden Pasang Badan untuk Israel soal Polemik Pengeboman RS Gaza

    Biden Pasang Badan untuk Israel soal Polemik Pengeboman RS Gaza

    Jakarta

    Israel dituding menjadi penyebab ledakan di Rumah Sakit (RS) Al-Ahli Arab, di Jalur Gaza, Palestina. Namun, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memasang badan dan menyebut Israel tidak menyerang RS tersebut.

    Diketahui, kejadian mematikan itu terjadi pada Selasa (17/10) malam. Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, menyalahkan Israel. Namun, militer Israel menyakini ledakan dipicu oleh roket militan Jihad Islam.

    Negara-negara Arab, termasuk yang telah menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv, ramai-ramai menyalahkan Israel atas tragedi tersebut. Namun, Joe Biden membela sekutunya itu.

    Biden mengaku telah melihat ‘data’ dari Departemen Pertahanan AS. Menurutnya, data menunjukkan bukan Israel yang salah dalam serangan itu.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya News, Kamis (19/10/2023), Biden saat melakukan kunjungan ke Israel pada Rabu (18/10) waktu setempat, menyatakan dukungan untuk Israel yang bersikeras menuduh militan Palestina di Jalur Gaza yang menyebabkan ledakan pada Rumah Sakit Al-Ahli Arab.

    “Saya sangat sedih dan marah atas ledakan di rumah sakit Gaza kemarin. Dan berdasarkan apa yang saya lihat, sepertinya hal itu dilakukan oleh tim lainnya, bukan Anda,” ucap Biden saat membuka pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, seperti dikutip Reuters.

    “Tapi ada banyak orang di luar sana yang tidak yakin, jadi kita harus mengatasi banyak hal,” ujarnya.

    Ketika ditanya soal yang membuat dirinya yakin bahwa Israel tidak bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan ratusan orang pada Selasa (17/10) malam itu, Biden menjawab: “Data yang ditunjukkan oleh Departemen Pertahanan saya.”

    Gedung Putih: Foto Udara-Penyadapan Tunjukkan Israel Tak Terlibat

    Dalam penjelasan yang disampaikan terpisah, seperti dilansir Al Jazeera, Gedung Putih menyatakan bahwa sejumlah foto udara dan komunikasi hasil penyadapan yang didapatkan intelijen AS menunjukkan Israel tidak bisa disalahkan atas pengeboman rumah sakit di Jalur Gaza.

    “Sementara kami terus mengumpulkan informasi, penilaian kami saat ini — berdasarkan analisis citra dari udara, penyadapan, dan informasi open source — adalah Israel tidak bertanggung jawab atas ledakan di rumah sakit di Gaza kemarin,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Hamas Vs Israel di Gaza Berimbas Polarisasi di Eropa

    Hamas Vs Israel di Gaza Berimbas Polarisasi di Eropa

    Perdebatan Eropa soal bantuan ke Palestina

    Di Eropa, muncul pula perdebatan apakah mereka perlu melanjutkan bantuan untuk Palestina. Soalnya, pihak-pihak Eropa ini punya pikiran bahwa pemicu konflik di Jalur Gaza yang terbaru ini adalah Hamas, kelompok bersenjata dari Palestina. Bagi mereka, Hamas adalah pihak yang bersalah, bukan penduduk Israel yang mencaplok tanah Palestina atau permukiman sewenang-wenang Zionis di kawasan tersebut.

    Dilansir AFP, Selasa (10/10) lalu, Inggris meninjau ulang bantuan pembangunan untuk Palestina setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu. Inggris sebelumnya mengakolaksikan 17 juta Poundsterling atau Rp 326,9 miliar untuk Palestina setahun ke depan.

    “Kami saat ini sedang meninjau kembali bantuan kami. Meskipun sudah seperti itu, kami menjalani proses yang sangat ketat untuk jenis bantuan yang kami berikan,” ucap Wakil Perdana Menteri (PM) Inggris Oliver Dowden kepada ITV News, seperti dilansir AFP.

    Lain Inggris, lain Spanyol. Negara Eropa yang bertetangga dengan Maroko ini menentang penangguhan bantuan Uni Eropa untuk Palestina. Uni Eropa seharusnya tidak menyamakan Hamas dengan penduduk Palestina dan otoritas Palestina.

    Seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (10/10/2023), penegasan soal menentang penangguhan bantuan untuk Palestina itu disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Luar Negeri (Menlu) Spanyol Jose Manuel Albares dan Kementerian Luar Negeri Prancis dalam pernyataan terpisah awal pekan ini.

    “Kerja sama ini harus dilanjutkan; kita tidak bisa menyamakan Hamas, yang masuk dalam daftar kelompok teroris Uni Eropa, dengan penduduk Palestina, atau otoritas Palestina atau organisasi PBB di lapangan,” tegas Albares saat berbicara kepada radio lokal Spanyol, Cadena SER.

    Kementerian Luar Negeri Prancis, dalam pernyataan terpisah, juga menegaskan bahwa Prancis tidak mendukung penangguhan bantuan untuk Palestina.

    French police patrol at the Trocadero Square near the Eiffel Tower in Paris as French government puts nation on its highest state of alert after a deadly knife attack in northern France, October 15, 2023. REUTERS/Gonzalo Fuentes TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/GONZALO FUENTES

    Di Eropa bagian utara, Swedia dan Denmark menyetop bantuan ke Palestina. pemerintah Swedia mengatakan telah memberikan tugas kepada Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA) untuk meninjau bantuan kepada Palestina dan melaporkannya pada awal Desember. Denmark, sebelumnya mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan bantuannya.

    Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan mengakhiri bantuan kemanusiaan adalah hal yang ‘salah’.

    “Jutaan orang, termasuk banyak anak-anak, di wilayah Palestina, bergantung pada kami untuk makanan, air, dan obat-obatan,” tambahnya.

    Pernyataan Baerbock muncul setelah pejabat Komisi Oliver Varhelyi mengatakan pada hari Senin bahwa bantuan Uni Eropa akan dihentikan.

    Selanjutnya, perdebatan di kelompok muslim di Jerman:

  • AS Jatuhkan Sanksi terhadap 10 Anggota-Penyandang Dana Hamas

    AS Jatuhkan Sanksi terhadap 10 Anggota-Penyandang Dana Hamas

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap 10 anggota dan fasilitator keuangan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel. Penjatuhan sanksi dilakukan Washington menyusul serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (19/10/2023), Departemen Keuangan AS dalam pernyataannya menyebut sanksi-sanksi terbaru ini menargetkan individu-individu yang berbasis di Gaza dan beberapa lokasi lainnya, seperti Sudan, Turki, Aljazair dan Qatar.

    “Amerika Serikat mengambil tindakan cepat dan tegas untuk menargetkan penyandang dana dan fasilitator Hamas, menyusul pembantaian brutal dan tidak berperikemanusiaan terhadap warga sipil Israel, termasuk anak-anak,” sebut Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

    Hamas melancarkan serangan besar-besaran dengan mengirimkan ratusan militer bersenjata yang menyerbu wilayah Israel bagian selatan pada 7 Oktober lalu, dengan rentetan roket ditembakkan dari Jalur Gaza. Tidak hanya menewaskan 1.400 orang, Hamas juga menyandera ratusan orang yang dibawa ke Jalur Gaza.

    Serangan Hamas itu memicu gempuran besar-besaran Israel terhadap Jalur Gaza yang sudah berlangsung selama lebih dari sepekan terakhir. Menurut otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 3.478 orang tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza sejauh ini. Lebih dari 12.000 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Penjatuhan sanksi terhadap Hamas itu diumumkan saat Presiden AS Joe Biden mengunjungi Israel pada Rabu (18/10) waktu setempat, untuk bertemu Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    Dalam pernyataan terpisah, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken menyebut bahwa pihak-pihak yang dikenai sanksi telah membantu dalam memungkinkan Hamas ‘melancarkan tindakan-tindakan seperti serangan keji terhadap Israel’.