Negara: Jalur Gaza

  • Israel Soal Serangan ke Khan Younis Gaza: Hari Paling Intens

    Israel Soal Serangan ke Khan Younis Gaza: Hari Paling Intens

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan Israel pada Selasa (5/12) mengungkapkan melakukan serangan ke Khan Younis di Jalur Gaza selatan. Tentara Israel mengungkapkan itu sembari menyatakan memperluas operasi dalam melawan Hamas.

    “Kami berada di jantung Jabalia, di jantung Shejaiya (di Gaza utara), dan sekarang juga di jantung Khan Younis,” kata Kepala Komando Selatan Mayor Jenderal Yaron Finkelman seperti dikutip dalam sebuah pernyataan militer.

    AFP memberitakan pernyataan itu juga disampaikan sambil menggambarkan serangan itu sebagai “hari paling intens sejak awal operasi darat.”

    Kondisi tersebut juga diberitakan Al Jazeera dan menyatakan serangan di Jalur Gaza tidak berhenti selama beberapa jam terakhir.

    Pasukan pendudukan Israel menyerang kamp pengungsi Jabalia, mencoba menyusup lebih dalam.

    Deir el-Balah, sebuah kota di tengah Jalur Gaza, telah banyak diserang; sebuah bangunan tempat tinggal hancur total dan lebih dari 20 warga Palestina tewas.

    Di selatan, serangan terhadap kota Khan Younis berlanjut sejak Selasa (5/12) dini hari. Lebih dari 50 warga Palestina tewas, dan bentrokan serta baku tembak terjadi di wilayah timur antara pejuang Hamas dan tentara pendudukan.

    Mayoritas warga di kota Khan Younis telah mengungsi dan mengungsi ke Rafah, yang menjadi daerah yang sangat padat penduduknya di tengah sangat terbatasnya bantuan kemanusiaan.

    Sementara itu, Komite Penyelamatan Internasional (IRC) telah menegaskan kembali peringatan bahwa tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza ketika Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi bagian selatan Gaza.

    IRC mengatakan dimulainya kembali konflik tidak hanya menyebabkan hilangnya ratusan nyawa tetapi juga membuat semakin suli bagi organisasi kemanusiaan untuk tetap aman, apalagi memberikan tingkat dukungan yang dibutuhkan masyarakat.

    “Bahkan di Rafah dan Khan Younis, di mana masyarakat didorong untuk mengungsi, pemboman setiap hari terus membunuh warga sipil dan merusak infrastruktur,” kata Bob Kitchen, wakil presiden IRC untuk Situasi Darurat.

    “Mereka yang mengungsi menghadapi kekurangan makanan dan air serta merebaknya penyakit. UNRWA telah memastikan adanya wabah hepatitis A di salah satu fasilitas mereka,” ungkapnya.

    “Perlunya gencatan senjata menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu, dengan lebih dari dua juta warga Palestina menghadapi bencana kemanusiaan,” desak Kitchen.

    (tim/chri)

  • WHO Kosongkan Hampir Seluruh Gudang Medis di Gaza Selatan

    WHO Kosongkan Hampir Seluruh Gudang Medis di Gaza Selatan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (5/12) telah mengosongkan hampir sepenuhnya gudang bantuan di Gaza selatan. Hal tersebut dilakukan setelah dapat pemberitahuan dari tentara Israel “serangan darat” segera terjadi.

    Perwakilan WHO di kawasan tersebut, Richard Peeperkorn, mengonfirmasi pemindahan. Pasokan medis disebut telah dipindahkan ke satu gudang di Rafah.

    “Ketika Anda diberitahu oleh tentara bahwa… Anda punya waktu 24 jam dan setelah itu… sangat kecil kemungkinannya Anda bisa mencapai gudang Anda, tentu saja Anda mematuhinya,” kata Peeperkorn, seperti diberitakan AFP.

    “Kami telah mengambil hampir 90 persen perbekalan,” tuturnya. “Itu adalah gerakan panik.”

    Situasi tersebut pertama kali diumumkan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus lewat cuitan di Twitter/X pada Senin (4/12). Ia mengatakan WHO diberi 24 jam untuk memindahkan pasokan medis dari Gaza selatan.

    Namun, tak lama setelah itu, Israel membantah menerbitkan perintah pengosongan gudang pasokan medis di Gaza.

    Peeperkorn buka suara mengenai perbedaan pernyataan itu. Ia mengakui tak ada perintah resmi dari Israel untuk mengosongkan gudang.

    Kendati demikian, seperti diberitakan AFP, ia menyatakan stafnya “disarankan” segera mengeluarkan stok dari gudang. Saran itu disampaikan secara lisan dan “tidak ada pernyataan tertulis soal hal itu.”

    Peeperkorn menjelaskan bahwa WHO pada Minggu (3/12) telah memberi tahu tentara Israel bahwa mereka bermaksud memindahkan pasokan dari gudang untuk membantu tim Doctors Without Borders dan juga untuk memberikan bantuan kepada UNRWA, badan PBB yang mendukung pengungsi Palestina.

    “Kemudian kemarin (4/12) pagi, kami diberi tahu bahwa sebaiknya Anda memindahkan sebanyak mungkin… Gudang Anda berada di area di mana penduduk diperintahkan untuk mengungsi, dan kemungkinan besar akan menjadi area pertempuran aktif dalam beberapa hari mendatang,” ungkapnya.

    Sejak agresi ke Gaza dimulai pada 7 Oktober, tentara Israel awalnya memfokuskan serangan di bagian utara wilayah yang dilanda perang. Namun, Israel kini mengirim pasukan untuk serangan darat ke Gaza selatan.

    Hal tersebut membuat mereka menyebarkan selebaran untuk memberi tahu warga sipil di sana supaya lebih banyak lagi yang mengungsi.

    Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah serangan kelompok tersebut pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan sekitar 240 sandera, menurut pihak berwenang Israel.

    Sebagai pembalasan atas serangan terburuk dalam sejarahnya, Israel telah berjanji memberantas Hamas dan menjamin pembebasan semua sandera yang ditahan di Jalur Gaza.

    Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza, agresi militer Israel telah menewaskan hampir 15.900 orang di wilayah tersebut, sekitar 70 persen di antaranya perempuan dan anak-anak.

    (tim/chri)

  • Cerita Pasien Kanker Gaza di Ambang Kematian Gegara Agresi Israel

    Cerita Pasien Kanker Gaza di Ambang Kematian Gegara Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Nasib sebagian besar pasien kanker di Palestina semakin berada di ambang akhir gegara agresi Israel ke Jalur Gaza 7 Oktober lalu.

    Selama agresinya berlangsung, Israel mengepung Jalur Gaza dan menggempur wilayah itu tanpa ampun, termasuk membombardir kamp pengungsi, sekolah, hingga rumah sakit.

    Hal ini menyebabkan sebagian besar rumah sakit di Jalur Gaza lumpuh dan tidak bisa membuka layanan medis secara menyeluruh, termasuk perawatan untuk pasien kanker.

    Salah satu pasien kanker di Gaza yang terdampak agresi Israel, Ahmed Al Yaqoubi (28) menceritakan kesulitannya mendapat perawatan sejak agresi Israel berlangsung. Al Yaqoubi didiagnosa kanker darah pada Februari 2021 lalu.

    Sebelum agresi Israel ke Gaza berlangsung, Al Yaqoubi mengaku sudah kesulitan mendapat perawatan lantaran kanker yang dideritanya sangat langka dan tidak semua rumah sakit di Gaza memiliki pengobatan yang diperlukannya.

    “Setelah menjalani biopsi dan menjalani tes komprehensif, jelas bahwa jenis leukemia yang saya derita adalah MDS [sindrom myelodysplastic], bentuk leukemia langka yang memerlukan transplantasi sumsum,” kata Yaqoubi kepada Middle East Eye.

    Sejak saat itu, Yaqoubi berpindah-pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain.

    Ia sempat dirawat di Rumah Sakit Al Rantisi di Gaza. Karena kondisi dia kian parah, Yaqoubi dibawa ke RS di An Najah, Nablus, Tepi Barat.

    Namun, agresi Israel ke Gaza membuat Yaqoubi tak lagi bisa mendapat perawatan. Kondisi semacam itu bisa berdampak ke peluang hidup dia.

    “Ini menjadi bencana besar sejak agresi Israel di Gaza dimulai. Obat yang saya minum untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah sistem kekebalan menyerang seluruh tubuh saya telah berhenti,” kata Yaqoubi.

    Yaqoubi bercerita karena terus memburuk dia perlu diperiksa di rumah sakit di Tepi Barat satu atau dua kali dalam sebulan.

    “Sistem saraf saya mulai memburuk sepenuhnya, menyebabkan rasa sakit yang parah pada saraf di mata dan di seluruh tubuh saya,” ungkap dia.

    Tanpa obat penghilang rasa sakit, Yaqoubi sulit tidur barang cuma satu jam di malam hari.

    Sejak agresi, setidaknya 26 rumah sakit di Gaza tak bisa beroperasi karena berbagai macam. Beberapa di antaranya rusak karena serangan Israel atau kehabisan bahan bakar minyak (BBM).

    Agresi Israel juga memperburuk peluang warga Gaza mendapatkan pengobatan, bahkan di kondisi kritis.

    Pihak berwenang Israel menyadari kondisi Yaqoubi. Namun, di tengah agresi, sulit mendapat perawatan yang intensif dan harus melewati pemeriksaan yang rumit.

    Yaqoubi bercerita sempat akan dibawa ke Tel Aviv untuk perawatan lebih lanjut. Namun, dia tertahan lebih dari empat jam di pos pemeriksaan Qalandiya, dekat Ramallah.

    “Saya saat itu betul-betul lelah dan haus, dan muncul masalah soal izin transit saya dari Nablus ke Tel Aviv,” ujar dia.

    Yaqoubi kemudian berkata, “Penantian yang sangat melelahkan, dan saya hampir tidak bisa bernapas.”

    Dia sempat terpapar Covid-19 pada 2021. Usai puluh, Yaqoubi perlu menjalani transplantasi sum-sum.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Cerita Miris Warga Palestina Berobat ke RS Pakai Gerobak Keledai

    Cerita Miris Warga Palestina Berobat ke RS Pakai Gerobak Keledai

    Jakarta, CNN Indonesia

    Seorang warga Palestina membawa dirinya sendiri dalam kondisi luka-luka dengan menggunakan gerobak keledai menuju rumah sakit di Gaza.

    Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melalui akun Twitter-nya, Selasa (5/12) mengunggah dua foto yang menampilkan seorang pria datang ke layanan kesehatan darurat PRCS di Dir Alb-Balah, Gaza selatan.

    “Seorang warga Palestina yang terluka tiba kemarin seorang diri menggunakan keledai di tempat layanan kesehatan PRCS di Dir Alb-Balah, wilayah selatan Gaza,” tulis PRCS.

    Pria tersebut dikabarkan terpaksa menggunakan gerobak keledai menuju rumah sakit karena tidak bisa menghubungi layanan darurat melalui sambungan telepon. Pasalnya, layanan telekomunikasi di Gaza sempat diputus.

    [Gambas:Twitter]

    “Dia tidak bisa menelepon karena pemutusan telekomunikasi [seluler],” tulis PRCS.

    Sebelumnya, layanan telekomunikasi di Jalur Gaza pada Senin (4/12) kembali terputus setelah diperbaiki. Perusahaan telekomunikasi Palestina Paltel mengonfirmasi hal tersebut dalam pernyataan resmi.

    “Kami dengan menyesal mengumumkan penghentian total layanan komunikasi dan Internet dengan Jalur Gaza, karena jalur utama yang sebelumnya tersambung kembali kini terputus lagi,” pemberitahuan Paltel, seperti diberitakan Reuters.

    Hal ini berdampak pada sambungan telepon rumah, serta layanan seluler dan internet. Patel mengatakan tim teknisnya bekerja “tanpa henti dengan segala cara yang tersedia untuk memulihkan layanan.”

    Terputusnya jalur komunikasi di Jalur Gaza diumumkan dua kali dalam 24 jam terakhir oleh Paltel. Meski sempat diperbaiki, jalur komunikasi di sana kembali terputus.

    Kementerian Komunikasi Palestina sebelumnya telah meminta negara tetangganya, Mesir, untuk mengoperasikan stasiun komunikasi di dekat perbatasan Gaza dan mengaktifkan layanan roaming di jaringan Mesir.

    Hal tersebut diminta sebab jaringan komunikasi di Gaza telah berulang kali terputus sejak perang dimulai akibat pemboman Israel. Namun, hal tersebut belum terealisasi.

    (isa/dna)

  • Israel Kepung RS di Gaza, Warga Palestina Takut Pembantaian Terulang

    Israel Kepung RS di Gaza, Warga Palestina Takut Pembantaian Terulang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza mengaku khawatir dengan aksi pengepungan pasukan Israel di Rumah Sakit Kamal Adwan baru-baru ini, usai gencatan senjata Israel-Hamas berakhir.

    Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Munir Al Bursh mengatakan tank dan penembak jitu Israel mengepung fasilitas medis tersebut.

    “Kami takut pembantaian di dalam Rumah Sakit Kamal Adwan, seperti yang sudah terjadi [di RS Al Shifa dan RS Indonesia],” kata Al Bursh, dikutip Al Jazeera, Selasa (5/12).

    Sebelum ke Kamal Adwan, Israel mengepung Rumah Sakit Al Shifa dan RS Indonesia di pekan-pekan awal agresi di Jalur Gaza. Mereka juga menyerang rumah sakit tersebut.

    Tak hanya itu, pasukan Israel menembak siapa saja yang bergerak atau mencoba keluar dari fasilitas medis ini. Kini, dua RS tersebut beroperasi dengan sumber daya minimum, akibat kepungan Israel.

    Di kesempatan ini, Al Bursh mengatakan terdapat sekitar 7.000 warga Palestina di RS Kamal.

    Sejak Israel melancarkan agresi, banyak warga yang mengungsi di rumah sakit karena menganggap tempat itu aman.

    Kamal Adwan merupakan satu dari enam rumah sakit yang masih beroperasi di Jalur Gaza.

    Di tengah agresi dan keterbatasan alat medis, RS ini menerima ratusan korban luka per hari.

    Israel melancarkan agresi pada 7 Oktober. Selama operasi, mereka menyerang warga dan objek sipil seperti rumah sakit hingga kamp pengungsian.

    Imbas serangan Israel, sebanyak 16.000 warga di Palestina meninggal.

     

    (isa/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Klaim dari 16 Ribu Korban Tewas, 5 Ribu Milisi Hamas

    Israel Klaim dari 16 Ribu Korban Tewas, 5 Ribu Milisi Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel mengakui sekitar dua warga Palestina terbunuh dalam setiap gempuran yang menewaskan satu milisi Hamas di Jalur Gaza.

    Seorang pejabat militer Israel mengklaim laporan media soal sekitar 5 ribu milisi Hamas telah terbunuh sejak agresi ke Jalur Gaza berlangsung pada 7 Oktober lalu adalah benar.

    “Jumlah tersebut kurang lebih benar. Saya tidak mengatakan bahwa tidak buruk jika kita memiliki rasio dua (warga sipil tewas) banding satu (milisi Hamas),” kata seorang pejabat militer Israel seperti dikutip AFP pada Senin (4/12).

    “Mudah-mudahan (rasionya) akan jauh lebih rendah dalam fase perang mendatang,” ucapnya lagi.

    Pejabat Israel itu kembali menuding Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng dan strategi inti kelompok itu untuk mempersulit tentara Zionis menggempur mereka.

    Sejak agresi Israel ke Palestina berlangsung pada 7 Oktober lalu, sebanyak 15.900 lebih warga sipil tewas. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Agresi Israel ke Palestina ini berlangsung dengan dalih memberangus milisi Hamas yang telah lebih dulu melancarkan serangan ke negara Zionis itu. Selain menyerang wilayah perbatasan Israel, Hamas juga menyusup masuk negara itu dan menyandera lebih dari 200 orang termasuk warga asing.

    Selama gencatan senjata berlangsung, Hamas sudah membebaskan puluhan sandera dan Israel pun telah membebaskan ratusan warga Palestina tahanan mereka sebagai bagian dari perjanjian.

    Namun, gencatan senjata yang sempat berlangsung pada 24-30 November itu berakhir tanpa perpanjangan lagi. Hamas dan Israel saling menyalahkan atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata.

    Tak lama setelah gencatan senjata berakhir, Israel langsung membombardir Gaza lagi, terutama Gaza Selatan.

    Israel menuding Hamas telah melancarkan serangan roket ke wilayahnya detik-detik gencatan senjata berakhir.

    Sebaliknya, Hamas juga menuding Israel telah lebih dulu melancarkan gempuran dan serangan di Gaza sebelum gencatan berakhir.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Mulai Invasi Darat ke Gaza Selatan Usir Warga Palestina

    Israel Mulai Invasi Darat ke Gaza Selatan Usir Warga Palestina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel dilaporkan mulai melancarkan invasi daratnya ke Jalur Gaza Palestina bagian selatan menyusul gencatan senjata yang berakhir tanpa ada perpanjangan lagi pada pekan lalu.

    Israel langsung membombardir lagi Jalur Gaza, khususnya Gaza selatan, tak lama setelah gencatan senjata berakhir.

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahkan mengatakan wilayah Gaza Selatan akan bernasib sama seperti Gaza Utara, bahkan akan lebih buruk lagi.

    Dikutip Al Jazeera, Israel juga telah mewanti-wanti warga Palestina agar tidak kembali ke Gaza Selatan kalau tak ingin jadi sasaran gempuran.

    Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan bahwa pasukannya “memperluas operasi darat untuk memberangus benteng Hamas di seluruh Jalur Gaza.”

    “Pasukan kami bertekad melakukan hal ini di mana pun kami perlukan, di Shajaiya, Jabalia, dan di mana pun terdapat benteng (Hamas),” ucap Hagari.

    Pada Senin (4/12), militer Israel menegaskan lagi perintah untuk warga Palestina agar segera meninggalkan Gaza selatan, terutama Khan Younis, kota terbesar di wilayah itu.

    Dikutip The New York Times, militer Israel juga memerintahkan warga Palestina yang ada di Gaza selatan mengungsi ke kamp-kamp perlindungan jauh di selatan Rafah, dekat perbatasan Mesir.

    Sementara itu, organisasi kemanusiaan mewanti-wanti Israel bahwa mengevakuasi warga Palestina dari Gaza Selatan ke Rafah hanya akan membuat situasi semakin sulit di sana.

    Sebab, kamp-kamp penampungan di Rafah kini saja sudah menampung warga Palestina lebih dari kapasitas yang seharunya.

    Menurut beberapa organisasi bantuan kemanusiaan, daerah Rafah juga tak luput dari gempuran Israel meski tak seintensif yang terjadi di Gaza utara dan Gaza selatan saat ini.

    Menurut analisis citra satelit New York Times, militer Israel memang telah memulai invasi daratnya memasuki Gaza selatan.

    Setelah mengepung dan meluluhlantakkan Gaza utara di awal agresinya pada 7 Oktober lalu, Israel kini memang mengincar wilayah Gaza Selatan yang diyakini menjadi tempat persembunyian sisa para petinggi Hamas dan milisinya.

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Korban Tewas Agresi Israel ke Palestina Tembus 16 Ribu Jiwa

    Korban Tewas Agresi Israel ke Palestina Tembus 16 Ribu Jiwa

    Jakarta, CNN Indonesia

    Korban tewas akibat agresi Israel ke Palestina sejak 7 Oktober lalu tembus 16.159 ribu jiwa per Selasa (5/12).

    Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan sebanyak 15.899 orang tewas akibat agresi Israel di wilayah itu. Sementara itu, sebanyak 42 ribu warga Palestina lainnya terluka akibat gempuran Israel ini.

    Dikutip Al Jazeera, selain di Gaza, korban tewas akibat serangan Israel di Tepi Barat Palestina dalam periode yang sama juga telah menewaskan 26 orang dan melukai 3.356 orang.

    Sebagian besar dari belasan ribu korban jiwa ini merupakan anak-anak dan perempuan.

    Lonjakan korban jiwa ini terjadi kala Israel kembali melancarkan agresinya ke Gaza usai gencatan senjata berakhir.

    Alih-alih meredam gempuran, Israel kembali melancarkan serangan membabi buta ke Jalur Gaza, terutama wilayah di selatan Gaza.

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahkan mengatakan wilayah Gaza Selatan akan bernasib sama seperti Gaza Utara, bahkan akan lebih buruk lagi.

    Israel juga telah mewanti-wanti warga Palestina agar tidak kembali ke Gaza Selatan kalau tak ingin jadi sasaran gempuran.

    Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan bahwa pasukannya “memperluas operasi darat untuk memberangus benteng Hamas di seluruh Jalur Gaza.”

    “Pasukan kami bertekad melakukan hal ini di mana pun kami perlukan, di Shajaiya, Jabalia, dan di mana pun terdapat benteng (Hamas),” ucap Hagari.

    Pada Senin (4/12), militer Israel menegaskan lagi perintah untuk warga Palestina agar segera meninggalkan Gaza selatan, terutama Khan Younis, kota terbesar di wilayah itu.

    Dikutip The New York Times, militer Israel juga memerintahkan warga Palestina yang ada di Gaza selatan mengungsi ke kamp-kamp perlindungan jauh di selatan Rafah, dekat perbatasan Mesir.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kenapa Gaza Disebut Seperti Penjara Terbesar di Dunia Gegara Israel?

    Kenapa Gaza Disebut Seperti Penjara Terbesar di Dunia Gegara Israel?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kondisi di Jalur Gaza kian memprihatinkan dengan gempuran agresi Israel yang tidak kunjung selesai.

    Kesepakatan gencatan selama beberapa hari hanya menunda penderitaan warga Gaza sesaat.

    Militer Israel kini kembali memperluas serangan daratnya di Gaza selatan yang menewaskan 700 warga menurut laporan pejabat Palestina, dikutip dari Al Jazeera.

    Penderitaan yang dialami warga Gaza sudah terjadi sejak lampau, tetapi semakin parah sejak Israel menduduki wilayah tersebut.

    Gaza disebut sebagai ‘penjara terbesar di dunia’ karena blokade-blokade yang diciptakan Israel.

    Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin juga mengutarakan hal yang sama bahwa Gaza sudah seperti penjara raksasa bagi warga Palestina yang dikepung blokade Israel.

    “Mereka mengatakan Hamas itu teroris. Saya bilang bahwa mereka tidak tahu, bahwa orang Palestina sudah lama dijajah oleh Israel. Karena itu orang mengatakan Palestina itu adalah penjara terbesar di dunia itu,” kata Ma’ruf di pembukaan Mukernas MUI, Hotel Mercure Ancol Jakarta.

    Ma’ruf menganggap bila warga Palestina melakukannya perlawanan, maka sebenarnya mereka sedang melakukan pembebasan. Bukan sebaliknya juga upaya mereka diartikan sebagai pemberontakan.

    “Tapi bagaimana dia melepaskan diri dari kekejaman selama berpuluh tahun itu,” kata dia.

    Gaza mulai bergejolak ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaannya Tahun 1948 dan puluhan ribu pengungsi Palestina melarikan diri ke sana untuk mencari perlindungan dari perang Arab-Israel, dikutip dari The Sunday Guardian.

    Perjanjian Gencatan Senjata Israel pada Februari 1949 membagi dan menetapkan pembatas antara Jalur Gaza, Mesir, dan Israel.

    Tercetusnya Perang Enam Hari pada Juni 1967 membuat Israel melakukan pendudukan jangka panjang di Gaza. Israel memaksa warga Palestina untuk meninggalkan Gaza menuju Tepi Barat, Mesir, Yordania, bahkan Amerika.

    Walaupun Hamas berhasil menguasai Gaza dengan memenangkan pemilu 2006, Israel tetap memegang kendali atas perbatasan darat, laut, dan udara di Jalur Gaza dengan membangun pagar tinggi yang terkenal kejam. Kekuasaan Hamas justru membuat Israel mengambil langkah politik di tingkat berikutnya.

    Dilansir dari Middle East Research and Project, rencana membangun kembali Gaza dalam konferensi donor di Kairo 2014 sebenarnya untuk memperketat sistem kontrol terhadap warga Palestina dan menempatkan aktor kemanusiaan dalam posisi menerapkan blokade yang diperketat Israel.

    Lebih dari 2,3 juta warga Gaza hidup di wilayah dengan panjang hanya 41 kilometer dan lebar 12km pada 2021. Besarnya populasi ini, menggambarkan kondisi Gaza seperti penjara pada umumnya yang kelebihan kapasitas. Gaza disebut sebagai kota dengan populasi penduduk terpadat di dunia.

    Setiap perbatasan Gaza dikelilingi oleh pagar yang sulit ditembus dengan sensor setiap beberapa meter. Gaza berbatasan dengan Mesir di selatan dan Laut Mediterania di Barat. Israel berusaha mengepung Gaza dari berbagai sisi dan menutupnya dari dunia luar.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Gaza digambarkan sebagai penjara terbuka karena tidak seorang pun bisa keluar atau masuk Gaza. Bahkan warga Palestina juga tidak bisa mengunjungi Gaza.

    Berbagai upaya impor dan ekspor berusaha dihalangi oleh Israel yang akhirnya memaksa industri untuk tutup.

    Nelayan sulit mendapatkan tangkapan karena daerah teritorial yang sangat dibatasi. Suplai bahan bakar dan listrik membuat kesulitan untuk menjalankan transportasi.

    Persedian obat-obatan dan peralatan medis yang menjadi kebutuhan penting masyarakat juga dibatasi.

    Dikutip dari The Guardian, militer Israel pernah menerapkan perhitungan kalori bagi warga Palestina selama penerapan blokade antara 2007 dan pertengahan 2010.

    Penghitungan kalori ini diduga untuk membatasi pasokan makanan warga Palestina demi menekan Hamas. Pada puncak blokade, Israel juga menetapkan daftar makanan yang diizinkan dan dilarang di Gaza.

    [Gambas:Infografis CNN]

    “Bukti bahwa blokade Gaza direncanakan dan sasarannya bukanlah Hamas atau pemerintah, seperti yang selalu diklaim oleh pendudukan. Blokade ini menargetkan semua umat manusia, dokumen ini harus digunakan untuk mengadili pendudukan (Israel) atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan di Gaza,” ungkap Fawzi Barhoum, juru bicara Hamas.

    Gaza yang sengaja dimiskinkan

    Saat ini, Gaza menjadi kota dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia dengan lebih dari 50 persen penduduknya hidup dalam jurang kemiskinan.

    Kondisi ini disebut sebagai bagian dari upaya Israel memiskinkan orang-orang di Gaza.

    Pada 2012, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa Jalur Gaza bisa menjadi tempat “tidak dapat dihuni” pada 2020 jika tren ekonomi yang buruk terus berlanjut, dilansir dari UN News.

    Kenyataanya setiap tahun serbuan Israel ke Gaza semakin parah yang mengakibatkan tewasnya puluhan ribu warga sipil dan puluhan ribu rumah rusak.

    Masyarakat Gaza sampai membuat terowongan untuk bisa mendapatkan bantuan kebutuhan mendesak dari Mesir. Namun, banjir bandang di Mesir pada 2015 menghancurkan terowongan tersebut.

    Pemompaan air asin yang dilakukan Mesir dari Mediterania ke dalam terowongan membuat air naik ke permukaan, mencemari air, mengancam lahan pertanian, dan menyebarkan penyakit.

    “Kami menghormati tetangga kami, kami mencintai Mesir, tapi tetangga kami membuat hidup kami lebih sulit,” ungkap Mahmoud Bakeer, berusia 61 tahun, warga Gaza, dilansir dari Reuters.

    Kini, setengah dari populasi Gaza adalah anak-anak yang hidupnya berada di bawah tekanan blokade.

    Mereka tidak pernah menjalani hari yang penuh dengan pasokan listrik. Hampir setiap hari mereka mendapat ancaman bom tanpa tahu tempat yang aman untuk berlindung. Mereka yang paling merasakan hidup di dalam penjara terbuka terbesar di dunia.

  • 5 Negara Pemasok Terbesar Senjata ke Israel

    5 Negara Pemasok Terbesar Senjata ke Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel saat ini mengklaim pasukan darat terus beroperasi di Jalur Gaza bersamaan dengan serangkaian serangan udara yang menargetkan 200 sasaran.

    Salah satu sasarannya adalah sebuah sekolah di kota timur laut Beit Hanoun. Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sekolah ini berisi “infrastruktur teror”, termasuk terowongan berisi senjata dan bahan peledak, dikutip dari CNN.

    “IDF melanjutkan dan memperluas operasi darat terhadap benteng Hamas di seluruh Jalur Gaza,” kata juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari.

    Perluasan serangan ini sesuai dengan ambisi Israel sebelumnya yang akan menumpas Hamas setelah gencatan senjata berakhir.

    Selama ini, Israel dikenal mendapat sokongan senjata canggih dari beberapa maju untuk melakukan perang.

    Berikut lima negara penyuplai terbesar senjata ke Israel.

    1. Amerika Serikat

    Amerika Serikat merupakan negara yang paling frontal menunjukkan dukungannya kepada Israel. Presiden Amerika Serikat Joe Biden bahkan mendapat kecaman dan tekanan dunia internasional atas aksinya mendukung Israel.

    Pada awal November lalu, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat menyetujui rencana Partai Republik untuk memberikan bantuan militer kepada Israel sebesar US$14,5 miliar, dilansir dari Al Jazeera.

    Rencana ini akhirnya disahkan dengan hasil suara 226 mendukung dan 196 menolak dengan memotong anggaran dana Internal Revenue Service.

    Paket bantuan yang dikirimkan mencakup US$4 miliar dana untuk mengisi kembali pertahanan rudal Iron Dome dan David’s Sling Israel serta peralatan militer yang ditransfer dari persediaan AS.

    Sebelum perang dengan Hamas, Amerika Serikat telah lama menyokong militer Israel dengan jumlah yang fantastis.

    Israel menjadi negara yang menerima bantuan ekonomi dan militer terbesar dari Amerika pada 1974-2002 dan 2021. Selama ini, Amerika telah menggelontorkan uang lebih dari US$260 miliar dan tambahan US$10 miliar untuk sistem pertahanan rudal, dikutip dari US News.

    2. Jerman

    Persetujuan ekspor atau pengiriman senjata dari pertahanan Jerman ke Israel telah meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan tahun lalu.

    Berlin memberikan izin prioritas untuk pengiriman ini sejak Hamas menyerang Israel Oktober lalu.

    Dilansir dari Reuters, pemerintah Jerman menyetujui ekspor peralatan pertahanan senilai 303 juta Euro atau US$323 juta ke Israel.

    Sebagai perbandingan, pada 2022 ekspor persenjataan dari Jerman hanya senilai 32 juta Euro.

    Jerman terutama memasok Israel dengan komponen-komponen untuk sistem pertahanan udara dan peralatan komunikasi.

    Dilansir dari Middle East Eye, dari tahun 2009 sampai 2020 Jerman menyumbang 24 persen impor senjata ke Israel.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    3. Italia

    Dengan skala yang lebih kecil dari Jerman, Italia telah memasok suku cadang untuk pesawat pelatihan dan tempur, termasuk helikopter ringan M-346 Master dan AW-119, menurut SIPRI, dikutip dari Euro News.

    Selama Tahun 2009 sampai 2020, Italia menyediakan 5,6 persen kuota impor senjata konvensional utama Israel.

    Dari 2013-2017, Italia mengirimkan senjata senilai 476 juta Euro atau US$581 juta ke Israel.

    Dilansir dari situs Trading Economics, sepanjang 2022, nominal perdagangan ekspor senjata Italia dalam bentuk senjata, amunisi, suku cadang, dan aksesoris mencapai US$18,88 miliar.

    Perusahaan Italia AgustaWestland, yang merupakan anak perusahaan dari grup usaha aviasi Leonardo, juga memasok komponen bagi helikopter serang Apache yang digunakan Israel.

    4. Inggris

    Berdasarkan data dari Kampanye Menentang Perdagangan Senjata (CAAT), Inggris telah melisensikan penjualan senjata kepada Israel sejak 2015 sebesar 400 juta Euro.

    Lembaga tersebut meminta agar pemerintahan Inggris menghentikan dukungan persenjataan ke Israel yang digunakan untuk membom warga Gaza.

    Jumlah senjata yang diekspor dari Inggris sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang ditampilkan kepada publik karena sistem perdagangannya tidak jelas atau “lisensi terbuka”.

    Perusahan swasta Inggris memasok senjata dan perangkat militer ke Israel dalam bentuk BAE Systems, Atlas Elektronik Inggri, MPE, Kontrol Meggitt, Penny + Giles, Teknik Redmayne, PLC Senior, penjelajah darat, dan G4S.

    Inggris diduga menghabiskan jutaan poundsterling setiap tahunnya untuk mendukung persenjataan Israel.

    Pada pertengahan Oktober lalu, Perdana Menteri inggris telah mengerahkan aset militer ke Mediterania timur untuk mendukung Israel, yaitu pesawat pengintai, dua kapal pendukung Angkatan Laut Kerajaan dan sekitar 100 Marinir, dikutip dari The Guardian.

    Unit militer dan pesawat tempur Inggris yang berbasis di RAF Akrotiri, Siprus juga disiapkan saat Israel akan menjalankan operasi darat ke Gaza.

    5. Kanada

    Warga Kanada untuk Keadilan dan Perdamaian di Timur Tengah (CJPME) menyoroti perdagangan ekspor senjata dengan Israel yang mencapai lebih dari US$20 juta pada 2022.

    2022 menjadi tahun tertinggi ketiga dalam sejarah ekspor militer Kanada ke Israel.

    Masyarakat menyayangkan tindakan pemerintah Kanada yang tetap bekerja sama dengan Israel di tengah meningkatnya konflik pengeboman dan pendudukan di Jalur Gaza.

    “Kanada terus mengekspor senjata ke Israel dengan mengabaikan risiko nyata bahwa senjata tersebut akan digunakan untuk membunuh, melukai, atau menindas warga Palestina di wilayah pendudukan,” kata Michael Bueckert, Wakil Presiden CJPME, dilansir dari CJPME.

    “Kanada harus mengambil tindakan sekarang untuk memastikan bahwa ekspor Kanada tidak terlibat, secara langsung atau tidak langsung, dalam kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan,” imbuh Bueckert.

    Dilansir dari Middle East Monitor, awal November lalu, Kanada meluncurkan “tim kecil pasukan operasi khusus” ke Israel yang mencakup Satuan Tugas Gabungan 2 (JTF2), unit Pasukan Khusus militer paling elit dan rahasia di Kanada yang bertanggung jawab atas misi paling berbahaya dan sensitif yang dilakukan militer, termasuk kontra-terorisme dan penyelamatan sandera.