Negara: Jalur Gaza

  • Kenapa Hamas Dinilai Masih Kuat Hadapi Gempuran Israel di Gaza?

    Kenapa Hamas Dinilai Masih Kuat Hadapi Gempuran Israel di Gaza?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok Hamas dinilai memiliki kekuatan yang tak bisa diremehkan, menyusul perlawanannya menghadapi agresi Israel ke Jalur Gaza Palestina selama dua bulan terakhir.

    Meski Israel terus mengepung Jalur Gaza dengan bombardir dan artileri, Hamas dan milisi sekutunya di wilayah itu masih terus mengangkat senjata dan melancarkan perlawanan.

    Sejak gencatan senjata berakhir, Israel kembali menggempur Gaza habis-habisan dan kini tengah menargetkan Gaza Selatan. Tel Aviv mengklaim invasi darat ke Gaza Selatan bertujuan memusnahkan milisi Hamas yang lari dari Gaza Utara dan tengah bersembunyi di wilayah itu. 

    Walau hanya sekadar milisi dan gerakan perlawanan, sejumlah pengamat menilai kekuatan sayap bersenjata Hamas tak bisa diremehkan. Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai Hamas masih kuat meski terus terkepung gempuran Israel sejak dua bulan terakhir.

    “Tujuan Israel dalam perang adalah melenyapkan kelompok Hamas, tetapi yang terjadi Hamas masih kuat posisinya,” kata Yon kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/12).

    Ia kemudian berujar, “Bahkan kemarin [Hamas] bisa bernegosiasi untuk mengatur [pembebasan] tawanan perang.”

    Pembebasan tawanan perang merupakan bagian poin dalam gencatan senjata.

    Israel dan Hamas sepakat gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang dua kali hingga berakhir pada 30 November.

    Kesepakatan itu mencakup pembebasan 50 sandera dari Gaza dan 150 tahanan Palestina dari penjara Israel, dan jeda pertempuran.

    Jumlah sandera itu lebih sedikit daripada tahanan yang dilepas Israel. Ini mengindikasikan Hamas punya daya tawar yang kuat.

    Selain itu, jumlah tahanan Palestina yang berada di penjara Israel juga mencapai ribuan.

    Dengan situasi ini, Yon menilai Israel belum mendapat kemenangan dari agresi yang berlangsung sejak 7 Oktober.

    Selain Yon, lembaga think-tank yang berbasis di Washington DC, Institute for the Study of War (ISW), juga menganggap taktik Hamas melawan Israel semakin canggih. ISW memaparkan Hamas fokus melakukan serangan yang menyasar pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka.

    Strategi ini, lanjut mereka, konsisten dengan strategi pembersihan atau clearing operation.

    ISW juga menilai Hamas makin sering menggunakan peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang tank Israel.

    “Kelompok ini bahkan mengklaim mereka memenuhi terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak,” demikian menurut ISW.

    Hamas lalu meledakkan bahan itu saat terdapat sekitar 60 tentara Israel.

    Agresi Israel ke Palestina telah menelan korban jiwa hingga 16.000. Mereka juga menggempur fasilitas sipil seperti sekolah hingga rumah sakit.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kesaksian Eks Sandera: Kami Lebih Takut Bom-bom Israel daripada Hamas

    Kesaksian Eks Sandera: Kami Lebih Takut Bom-bom Israel daripada Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Warga Israel yang pernah menjadi sandera Hamas mengungkapkan ketakutan mereka terhadap bom-bom militer Israel selama diculik di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza.

    Kengerian itu diungkapkan eks sandera ketika bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Salah satu warga mengaku pada masa penyanderaan itu ia merasa lebih takut akan serangan bom Israel daripada Hamas.

    “Hari-hari di tahanan sangat mengerikan. Kami ada di dalam terowongan dan takut bukan karena Hamas, melainkan justru Israel yang mungkin membunuh kami,” ujar salah satu mantan sandera Hamas kepada Netanyahu, seperti diberitakan Al Jazeera pada Rabu (6/12).

    Keluarga sandera lain juga menyampaikan keresahan terhadap serangan Israel ke terowongan bawah tanah di Gaza. Salah satu warga yang suaminya hingga kini masih disandera Hamas menuding Israel menyerang terowongan yang menjadi lokasi penyanderaan.

    Ia juga mengaku khawatir dengan nasib suaminya jika Israel benar-benar membanjiri terowongan dengan air laut.

    “Anda mengebom rute terowongan persis di mana [para sandera] berada,” ujar warga tersebut.

    Keresahan itu diungkapkan keluarga sandera di tengah rencana Israel membanjiri terowongan bawah tanah yang ditengarai dipakai Hamas di Gaza. Pasukan Israel diklaim tengah mengatur pompa air dari laut untuk diarahkan ke terowongan-terowongan Hamas.

    Dalam laporan Wall Street Journal yang dikutip Reuters, Senin (4/12), pembangunan sistem pompa air sudah dikerjakan sejak pertengahan November lalu.

    Setidaknya ada lima pompa dengan saluran sepanjang 1,6 kilometer yang dibangun di sisi utara kamp pengungsi Al Shati.

    “Pompa itu mampu mengalirkan ribuan meter kubik air per jam dan bisa membanjiri terowongan dalam hitungan pekan,” tulis laporan Wall Street Journal seperti diberitakan Reuters.

    Sampai saat ini, belum ada kejelasan apakah pompa tersebut akan aktif sebelum para sandera dilepaskan. Pasalnya, pihak Hamas menyebut sandera disebut berada di terowongan-terowongan tersebut.

    Sementara itu, pihak Israel Defense Force (IDF) membantah memiliki rencana membanjiri terowongan dengan air. IDF mengklaim bakal menghentikan operasi Hamas dengan berbagai cara.

    “IDF beroperasi untuk membongkar taktik Hamas melalui berbagai cara menggunakan alat-alat militer berteknologi,” demikian tulis IDF.

    Sejauh ini belum ada keputusan yang diambil oleh pihak Israel. Kendati demikian gempuran Israel ke Gaza terus berlanjut sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12) lalu.

    (frl/bac)

  • Taktik Gila Hamas Ladeni Agresi Israel di Gaza, Disebut Makin Canggih

    Taktik Gila Hamas Ladeni Agresi Israel di Gaza, Disebut Makin Canggih

    Jakarta, CNN Indonesia

    Milisi Hamas Palestina disebut menggunakan taktik yang lebih canggih selama dua bulan melawan agresi Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober.

    Lembaga think tank berbasis di Washington D.C, Institute for the Study of War (ISW), memaparkan Hamas dan milisi sekutunya di Gaza terus menerapkan taktik yang lebih canggih untuk melawan Israel terutama sejak gencatan senjata berakhir dan perang memasuki fase baru.

    ISW menganalisis bahwa milisi Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Menurut lembaga itu, strategi ini konsisten dengan “strategi pembersihan” atau clearing operations.

    Menurut ISW, milisi Hamas juga semakin sering menggunakan peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang pasukan dan tank-tank Israel.

    Pada 5 Desember, ISW juga melaporkan sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, meluncurkan setidaknya enam roket ke wilayah Israel termasuk salah satu roket salvo yang menargetkan Ibu Kota Tel Aviv.

    ISW juga menyebut milisi Hama sempat merekam isi barak militer Israel, di mana tentara negara Zionis terlihat sedang bersantai di dekat Juhor ad Dik.

    “Kelompok (Hamas) ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW.

    Meski begitu, ISW juga memaparkan bahwa militer Israel terlihat tak tinggal diam. Menurut lembaga tersebut, Israel berupaya melancarkan invasi darat ke Gaza selatan sama seperti yang mereka lakukan d awal agresinya dengan fokus menggempur Gaza Utara.

    [Gambas:Twitter]

    ISW meyakini Komandan Komando Selatan militer Israel saat ini memfokuskan gempuran untuk mengepung dan merangsek lebih dalam lagi ke Khan Younis, kota terbesar di Gaza Selatan.

    “Pasukan Israel memasuki wilayah perkotaan di Khan Younis dan Bani Suheila. Pasukan milisi Palestina, termasuk Brigade al Qassem dan Brigade al Quds, berusaha melawan serangan Israel ke wilayah Khan Younis,” bunyi laporan ISW.

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Keluarga Sandera Hamas Ngamuk saat Dikunjungi PM Israel Netanyahu

    Keluarga Sandera Hamas Ngamuk saat Dikunjungi PM Israel Netanyahu

    Jakarta, CNN Indonesia

    Situasi tegang dan kisruh terjadi ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi para keluarga sandera yang telah dibebaskan Hamas saat gencatan senjata beberapa waktu lalu.

    Diberitakan the Guardian pada Selasa (5/12), pertemuan yang juga dihadiri pihak keluarga sandera Hamas yang belum dibebaskan itu disebut penuh kemarahan.

    Beberapa orang yang datang bahkan disebut memaki-maki dan menuntut PM Israel itu untuk mundur dari jabatannya.

    Reuven Yablonka, yang anaknya masih ditahan oleh kelompok perlawanan Hamas, mengatakan rapat itu diwarnai “kekacauan dan teriakan.” Sejumlah orang juga dilaporkan keluar dari gedung ketika Netanyahu membacakan pidatonya.

    Sikap itu diduga berkaitan dengan ucapan Netanyahu yang dibocorkan Kan, lembaga penyiaran publik Israel. Dalam rekaman itu, Netanyahu terdengar mengatakan “saat ini tak ada kemungkinan membawa pulang semua orang.”

    “Hamas memiliki tuntutan yang bahkan Anda tidak akan menerimanya,” ujar Netanyahu dalam bocoran dialog tersebut.

    Pihak keluarga sandera dilaporkan masih berteriak hingga memaki-maki Netanyahu. Mereka menuding PM Israel itu berbohong ketika menjelaskan alasan masih ada sandera yang ditahan Hamas.

    Namun, Perdana Menteri Israel itu kembali membantah bahwa dirinya yang menghentikan gencatan senjata. Ia disebut mengklaim bahwa kesepakatan itu batal karena pihak Hamas, bukan dirinya.

    “Pihak yang menghentikan kesepakatan [pembebasan sandera] adalah pihak mereka, bukan kami!” teriak Netanyahu dalam bocoran rekaman perbincangan itu.

    “Apa yang saya katakan adalah fakta yang jelas. Saya memberi tahu kalian banyak hal, saya menghormati kalian. Saya mendengar keluhan kalian, yang juga menggugah hati kalian,” lanjutnya.

    Sementara itu, Israel sebelumnya menyatakan jumlah warga mereka yang masih disandera Hamas sebanyak 138 orang. Angka itu bertambah seorang dari laporan sebelumnya yang menyebut 137 sandera masih ada di Jalur Gaza, termasuk 20 wanita dan dua anak.

    Gencatan senjata yang berlangsung pada 24 hingga 30 November lalu telah membebaskan sejumlah tahanan dan sandera dari kedua pihak. Hamas membebaskan puluhan sandera, sementara Israel membebaskan ratusan warga Palestina tahanan mereka sebagai bagian dari perjanjian.

    Namun, gencatan senjata yang sempat berlangsung sepekan itu berakhir tanpa perpanjangan lagi. Hamas dan Israel saling menyalahkan atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata.

    Israel menuding Hamas telah melancarkan serangan roket ke wilayahnya detik-detik gencatan senjata berakhir.

    Sebaliknya, Hamas juga menuding Israel telah lebih dulu melancarkan gempuran dan serangan di Gaza sebelum gencatan berakhir.

    (frl/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Bombardir Israel Makin Asal-asalan, 61 Persen Rumah Warga Gaza Hancur

    Bombardir Israel Makin Asal-asalan, 61 Persen Rumah Warga Gaza Hancur

    Jakarta, CNN Indonesia

    Serangan Israel terhadap Palestina semakin sembarangan sehingga menyebabkan 61 persen rumah dan permukiman sipil di Jalur Gaza hancur.

    Catatan itu diungkapkan kelompok perlawanan Hamas yang menyusuri wilayah Gaza sejak serangan 7 Oktober lalu.

    Serangan Israel itu juga disebut telah menjatuhkan 50 ribu ton bahan peledak yang menghancurkan berbagai bangunan di Gaza.

    “Selama agresi terhadap Gaza, pesawat Israel telah menjatuhkan lebih dari 50.000 ton bahan peledak ke rumah warga sipil, ruma sakit, sekolah, dan institusi sipil,” ungkap Hamas, seperti diberitakan CNN pada Selasa (5/12).

    Hamas mencatat total bangunan yang terkena dampak serangan Israel setidaknya mencapai 305.000 unit. Dari total tersebut, 52.000 unit hancur total dan 253.000 unit rusak sebagian.

    Kerusakan juga dialami gedung-gedung pemerintahan hingga fasilitas pendidikan. Terdapat setidaknya 121 gedung pemerintah dan 69 sekolah yang rusak dan tidak berfungsi sama sekali, sementara 275 sekolah lainnya rusak sebagian.

    Imbas kerusakan itu, Hamas menuntut 1.000 unit truk bantuan harian segera disalurkan ke Gaza. Wilayah itu juga disebut membutuhkan satu juta liter bahan bakar untuk membangun kembali fasilitas vital yang hancur akibat serangan Israel.

    Sementara itu, agresi Israel terhadap Palestina masih bergulir sejak 7 Oktober. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan sekitar 16 ribu warga Palestina tewas akibat agresi brutal Israel dalam periode yang sama.

    Sekitar 70 persen korban tewas ini merupakan anak-anak dan perempuan. Jumlah korban tewas akibat agresi militer Israel ke Palestina bahkan telah melebihi jumlah korban meninggal invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak Februari 2022 lalu.

    Agresi itu juga terus berlanjut meski sempat terjadi gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan di Palestina, Hamas.

    (bac/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Membabi Buta Bom 2 Sekolah di Gaza yang Tampung Ratusan Warga

    Israel Membabi Buta Bom 2 Sekolah di Gaza yang Tampung Ratusan Warga

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel dilaporkan menggempur habis-habisan dua sekolah di Jalur Gaza Palestina dalam 24 jam pada Selasa (5/12) malam.

    Gempuran terbaru Israel ini berlangsung kala Israel mulai melancarkan “fase baru peperangan” dengan memulai invasi darat Gaza selatan.

    Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan setidaknya 50 orang tewas dalam gempuran yang terjadi di permukiman Al Darraj, Kota Gaza, ini.

    Wafa melaporkan jet tempur dan artileri Israel menghantam Sekolah Ad Din dan Sekolah Martyr Assad Saftawi di Al Darraj yang tengah menampung ratusan warga Palestina yang mengungsi mencari perlindungan.

    Sekolah Ad Din menjadi satu dari beberapa sekolah yang dioperasikan badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina (UNRWA) dan ikut digempur Israel.

    Puluhan jasad korban gempuran Israel ini lantas dibawa ke Rumah Sakit Al Ahli di permukiman Al Zeitoun yang tak jauh dari lokasi kejadian.

    Petugas ambulans mengaku kesulitan mencapai dua sekolah tersebut untuk mengevakuasi jenazah dan korban luka lainnya karena Israel masih terus menggempur daerah itu tanpa ampun.

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tangis Warga Palestina Hadapi 2 Bulan Agresi Israel

    Tangis Warga Palestina Hadapi 2 Bulan Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia
    Warga Palestina terutama di Jalur Gaza masih terus menghadapi agresi brutal Israel yang menginjak bulan kedua pada Kamis (7/12).

    Bagikan:

    url telah tercopy

  • Tangis Warga Palestina Hadapi 2 Bulan Agresi Israel

    Jurnalis Gaza Putus Asa: Liput Apa Lagi buat Setop Agresi Israel?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Jurnalis peliput agresi Israel ke Palestina semakin putus asa lantaran dokumentasi kebrutalan negara Zionis di hampir dua bulan terakhir tak cukup membuat dunia bisa menghentikan Tel Aviv menggempur Jalur Gaza.

    Seorang pewarta foto sekaligus aktivis di Gaza, Ismail Jood, mengaku kebingungan harus meliput dan mendokumentasikan suasana pilu dan tragis seperti apa lagi agar bisa menghentikan agresi Israel ke Palestina.

    “Kami tidak mengerti lagi apa yang harus kami dokumentasikan lagi agar bisa menghentikan perang di Gaza,” kata Jood dalam sebuah video yang ia unggah dan viral di media sosial.

    Jood mengatakan hal itu saat berdiri di antara puluhan jasad warga Palestina yang tergeletak di tanah di sebuah kamp. Ia mengatakan puluhan jasad anak-anak hingga orang dewasa ini korban gempuran terbaru Israel ke Deir el-Balah, Gaza.

    “Semua pembantaian ini terjadi dan Anda tidak melakukan apa-apa,” ucap Jood dalam videonya yang sudah diverifikasi Al Jazeera.

    “Hari ini, lebih dari 50 orang yang tidak ada hubungannya dengan perang terbunuh begitu saja. Anak-anak, perempuan, lansia. Jujur saja, kami tidak tahu apa lagi yang bisa kami katakan dari sini,” papar Jood.

    “Selama Anda tinggal di Gaza, Anda adalah target Israel. Tidak ada tempat yang aman di Gaza.”

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    [Gambas:Instagram]

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • ‘Ramalan’ Erdogan soal Akhir Buruk Netanyahu, ‘Si Tukang Jagal Gaza’

    ‘Ramalan’ Erdogan soal Akhir Buruk Netanyahu, ‘Si Tukang Jagal Gaza’

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali membahas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang masih ngotot melancarkan agresi brutal ke Palestina setelah gencatan senjata di Jalur Gaza berakhir pekan lalu.

    Dalam pidatonya di rapat Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI (Organisation of Islamic Cooperation/OIC) pada Senin (4/12), menuturkan negara Barat yang masih membela Israel hanya memberikan “dukungan tanpa syarat untuk membunuh bayi” dan terlibat dalam kejahatannya.

    Erdogan bahkan meyakini akhir Netanyahu sebentar lagi akan datang. Menurutnya, Netanyahu pada akhirnya akan diadili sebagai penjahat perang.

    “Selain menjadi penjahat perang, Netanyahu, yang saat ini menjadi penjagal Gaza, akan diadili sebagai pembantai Gaza, sama seperti Milosevic yang diadili,” ucap Erdogan.

    Erdogan merujuk pada mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic yang diadili karena kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Mahkamah Kriminal Internasional di Den Haag, Belanda.

    “Mereka (Israel) mencoba mengabaikan kematian orang tak berdosa dengan menggunakan alasan Hamas, tidak punya apa-apa lagi saat melihat sisi kemanusiaan,” paparnya menambahkan.

    Tidak seperti kebanyakan negara Barat dan beberapa negara Teluk, Turki yang merupakan anggota NATO tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris.

    Erdogan bahkan secara gamblang menyebut Israel sebagai negara teroris lantaran agresinya ke Palestina pada 7 Oktober lalu telah menewaskan lebih dari 16 ribu orang per Selasa (5/12).

    Dalam pidatonya di OKI, Erdogan bahkan tak segan mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang dinilai gagal menangani kejahatan Israel ke Palestina.

    “Kita harus benar-benar mengevaluasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dalam kerangka ini,” katanya seperti dikutip Reuters.

    Erdogan juga telah lama menyerukan agar Dewan Keamanan PBB direformasi menjadi lebih inklusif. Ia juga mengatakan anggota permanen DK PBB yakni Amerika Serikat. , Rusia, Cina, Inggris, dan Prancis tidak mewakili dunia seperti seharusnya terutama dalam menangani agresi Israel ke Palestina.

    “Upaya tulus Sekretaris Jenderal (Antonio) Guterres disabotase oleh anggota Dewan Keamanan.Tidak seorang pun dari kita harus menerima sistem ini,” ujar Erdogan.

    “Struktur seperti itu tidak mungkin membawa perdamaian atau harapan bagi umat manusia.”

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • AS Umumkan Larangan Visa Warga Israel Imbas Kekerasan di Tepi Barat

    AS Umumkan Larangan Visa Warga Israel Imbas Kekerasan di Tepi Barat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Amerika Serikat pada Selasa (5/12) mengatakan akan menolak visa bagi ekstremis Israel yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat selama memanasnya konflik di Gaza dalam beberapa bulan terakhir.

    Penolakan itu menjadi langkah sekaligus sanksi yang jarang dilakukan AS terhadap Israel, terutama saat Presiden Joe Biden mendorong sekutu AS tersebut untuk melindungi warga sipil tetapi juga menjanjikan dukungan yang kuat.

    Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan menolak masuk siapa pun yang terlibat dalam perusakan perdamaian, keamanan atau stabilitas di Tepi Barat.

    Pernyataan itu menambahkan bahwa anggota keluarga dekat juga mungkin terkena pembatasan tersebut.

    “Hari ini, saya mengumumkan kebijakan pembatasan visa baru yang menargetkan individu dan anggota keluarga mereka yang terlibat atau berkontribusi secara signifikan terhadap tindakan yang merusak perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Tepi Barat,” cuit Blinken.

    Larangan masuk, seperti diberitakan AFP, juga berlaku bagi mereka yang dinilai terlalu membatasi akses warga sipil terhadap layanan penting dan kebutuhan dasar.

    “Kami telah menggarisbawahi kepada pemerintah Israel perlunya berbuat lebih banyak untuk meminta pertanggungjawaban para pemukim ekstremis yang melakukan serangan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat,” kata Blinken.

    “Seperti yang telah berulang kali dikatakan oleh Presiden Biden, serangan-serangan itu tidak dapat diterima,” Blinken menegaskan.

    Blinken menggarisbawahi bahwa Israel tidak berbuat cukup untuk menghentikan kekerasan pemukim di Tepi Barat yang diduduki, yang menurut kelompok hak asasi manusia kekerasan meningkat di tengah agresi militer Israel.

    “Ketidakstabilan di Tepi Barat merugikan rakyat Israel dan Palestina serta mengancam kepentingan keamanan nasional Israel. Mereka yang bertanggung jawab harus bertanggung jawab.”

    [Gambas:Twitter]

    Blinken tidak secara terbuka mengidentifikasi siapa saja yang akan ditolak visanya. Namun, pembatasan memasuki Amerika Serikat itu tidak akan berlaku bagi pemukim ekstremis yang merupakan warga negara AS.

    Al Jazeera memberitakan Blinken turut menambahkan bahwa Washington juga akan “terus melibatkan Otoritas Palestina untuk memperjelas bahwa mereka harus berbuat lebih banyak untuk mengekang serangan Palestina terhadap Israel.”

    Lebih dari 250 warga Palestina telah dibunuh tentara dan pemukim Israel di Tepi Barat, menurut penghitungan pemerintah Palestina, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober memicu perang baru dengan Israel.

    Hamas menguasai Jalur Gaza, bukan Tepi Barat, dan warga Palestina mengeluhkan impunitas atas serangan dan pelecehan yang terjadi di sana.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkoalisi dengan partai-partai sayap kanan yang sangat mendukung pemukiman Yahudi di tanah yang disita pada 1967, sebuah konstruksi yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.

    (tim/chri)