Negara: Jalur Gaza

  • DK PBB Setujui Resolusi Bantuan Kemanusiaan Gaza Usai AS Abstain

    DK PBB Setujui Resolusi Bantuan Kemanusiaan Gaza Usai AS Abstain

    New York

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui resolusi terbaru soal penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang diselimuti perang selama beberapa bulan terakhir. Resolusi ini disetujui setelah Amerika Serikat (AS), yang bisa saja menolak dengan hak veto, memilih abstain.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (23/12/2023), resolusi yang disponsori oleh Uni Emirat Arab ini mengalami perubahan pada beberapa bagian penting demi mengamankan kompromi. Resolusi ini akhirnya disepakati Dewan Keamanan PBB dalam voting pada Jumat (22/12) setelah mengalami penundaan beberapa hari.

    Hasil voting menunjukkan 13 negara anggota Dewan Keamanan PBB memberikan suara dukungan untuk resolusi yang isinya menuntut semua pihak dalam perang antara Israel dan Hamas untuk mengizinkan “pengiriman bantuan kemanusiaan dalam skala besar yang aman dan tanpa hambatan”.

    AS, yang sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB memiliki hak veto yang bisa digunakan untuk menolak resolusi itu, memilih abstain dalam voting. Sama seperti AS, Rusia juga memilih abstain.

    Namun demikian, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menyebut resolusi tersebut sebagai “langkah maju yang kuat”.

    “Dewan ini memberikan secercah harapan di tengah lautan penderitaan,” sebutnya.

    Diketahui bahwa resolusi ini juga menyerukan penciptaan “kondisi untuk penghentian permusuhan yang berkelanjutan”, namun tidak menyerukan diakhirinya pertempuran dengan segera.

    Pada awal bulan ini, Washington menggunakan hak veto untuk menolak resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera demi mengakhiri pertempuran sengit antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Akibatnya, resolusi itu gagal untuk diadopsi meskipun didukung oleh 13 negara anggota Dewan Keamanan PBB lainnya.

    Inggris, sekutu AS, memilih untuk memberikan suara abstain pada saat itu.

    Sebelum voting untuk resolusi terbaru itu digelar, Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut bahwa serangan Israel menjadi “masalah sebenarnya” dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Guterres juga menyerukan kembali untuk gencatan senjata kemanusiaan.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Desakan Hamas Agar Agresi Israel Setop atau Tak Ada Sandera Dibebaskan

    Desakan Hamas Agar Agresi Israel Setop atau Tak Ada Sandera Dibebaskan

    Jakarta

    Hamas mendesak agar agresi Israel segera disetop. Jika tidak, kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu memastikan tidak akan ada pembebasan sandera lagi sampai Israel menyetujui ‘penghentian agresi sepenuhnya’.

    Dilansir BBC, Jumat (22/12/2023), Hamas menyampaikan desakan ini di tengah upaya perundingan gencatan senjata. Israel menyatakan telah membunuh lebih dari 2.000 pejuang Hamas di Gaza sejak gencatan senjata awal bulan ini ketika lebih dari 100 sandera dibebaskan. Sekitar 120 orang yang diculik dari Israel pada 7 Oktober diyakini masih ditahan di Gaza.

    Upaya terus dilakukan di PBB untuk mengeluarkan resolusi mengenai perang. Amerika Serikat (AS), yang mendukung Israel, mengatakan pihaknya mempunyai kekhawatiran serius terhadap rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB.

    Gencatan senjata selama seminggu pada bulan ini juga membawa peningkatan aliran bantuan ke Gaza di mana PBB telah memperingatkan bahwa penduduk Gaza berisiko mengalami kelaparan jika perang antara Israel dan Hamas terus berlanjut. Negosiasi mengenai gencatan senjata baru juga sedang berlangsung di Kairo, Mesir, meski pembicaraan awal pada pekan ini tidak menghasilkan kesepakatan apapun.

    “Ada keputusan nasional Palestina bahwa tidak boleh ada pembicaraan mengenai tahanan atau kesepakatan pertukaran kecuali setelah penghentian agresi sepenuhnya,” demikian pernyataan Hamas.

    Namun, Hamas tidak menyebut faksi Palestina mana yang dimaksud dalam pernyataan tersebut. Jihad Islam, sebuah kelompok kecil di Jalur Gaza, termasuk di antara mereka yang diketahui juga menyandera Israel.

    Pernyataan Hamas itu telah menempatkan pemerintah Israel pada posisi yang sangat sulit. Mereka berpendapat bahwa cara terbaik untuk membebaskan sandera adalah dengan memberikan tekanan militer terhadap Hamas dan dengan melakukan operasi penyelamatan.

    Pemerintah Israel juga mendapat tekanan besar dari keluarga para sandera yang masih ditahan dan beberapa orang mengatakan bahwa strategi kekerasan tidak berhasil. Hamas terus memberikan tekanan pada Israel untuk menghentikan perang tersebut, namun tanpa adanya jaminan bahwa kelompok tersebut akan menghentikan aksi bersenjatanya.

    Pemerintah Israel pun enggan untuk menghentikan pertempuran sampai mereka merasa telah benar-benar menurunkan kemampuan Hamas dan mereka merasa belum melakukan hal tersebut. Hal tersebut akan menjadi kekecewaan besar bagi masyarakat Gaza, yang sangat ingin menghentikan perang ini.

    Sebagai informasi, perang di Gaza pecah usai Hamas dan sekutunya menerobos perimeter yang dijaga ketat Israel pada tanggal 7 Oktober. Serangan Hamas itu menyebabkan 1.200 orang tewas.

    Israel kemudian mendeklarasikan perang dan menyerang Gaza. Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas menyebutkan jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza sejak 7 Oktober mencapai lebih dari 20.000 orang, termasuk 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • DK PBB Setujui Resolusi Bantuan ke Jalur Gaza

    DK PBB Setujui Resolusi Bantuan ke Jalur Gaza

    Jakarta

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) tidak menyerukan resolusi penghentian gencatan senjata. Namun DK PBB menyetujui resolusi yang mendesak pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Dilansir CNN, Sabtu (23/12/2023) hal ini diambil setelah beberapa hari perundingan alot yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS), DK PBB tidak juga menghasilkan resolusi yang menyerukan penghentian segera kekerasan di Gaza oleh Israel.

    Resolusi tersebut menyerukan “jeda dan koridor kemanusiaan yang mendesak dan diperpanjang di seluruh Jalur Gaza selama beberapa hari untuk memungkinkan akses kemanusiaan secara penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan,” seperti dikutip CNN,

    Amerika Serikat dan Rusia abstain dalam pemungutan suara tersebut. Keduanya juga memutuskan untuk tidak menggunakan hak veto mereka sebagai anggota tetap badan yang akan membatalkan resolusi tersebut.

    Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield memuji resolusi tersebut meski abstain dalam pemungutan suara.

    “Kami ingin sekali melihat kecaman terhadap Hamas,” kata seorang diplomat senior AS kepada CNN.

    “Kami tidak mengerti mengapa dewan tidak bisa menjelaskan dengan tepat bagaimana kami bisa mencapai posisi kami saat ini. Namun pada akhirnya, itulah arti diplomasi,” tuturnya.

    (dwia/dwia)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Gaza Bakal Hadapi Kelaparan Jika Perang Israel Vs Hamas Lanjut

    Gaza Bakal Hadapi Kelaparan Jika Perang Israel Vs Hamas Lanjut

    Gaza

    Badan Pangan PBB mengatakan seperempat rumah tangga atau sekitar 500.000 orang menghadapi ‘kondisi bencana’ di Gaza, Palestina. Badan Pangan PBB mengatakan penduduk di wilayah tersebut, yang berjumlah sekitar 2,2 juta orang, menderita kekurangan pangan akut.

    “Tidak ada seorang pun di Gaza yang aman dari kelaparan,” kata Cindy McCain dari Program Pangan Dunia (WFP) PBB seperti dilansir BBC, Jumat (22/12/2023).

    “Akses kemanusiaan diperlukan saat ini agar pasokan dapat mengalir ke dan ke seluruh Gaza dan agar warga sipil dapat menerima bantuan penyelamatan nyawa dengan aman,” sambungnya.

    Laporan tersebut diterbitkan pada hari Kamis (21/12) oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), yang merupakan badan PBB dengan fungsi menilai status ketahanan pangan di tempat-tempat yang terkena dampak konflik atau bencana alam.

    “Jumlah komoditas, termasuk makanan, yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza sebagian besar tidak mencukupi,” demikian isi pernyataan itu.

    Truk-truk memang telah membawa bantuan ke Gaza dari Mesir selama berminggu-minggu, namun WFP baru-baru ini memperkirakan bahwa hanya 10% dari makanan yang dibutuhkan saat ini sudah masuk ke wilayah tersebut. Pada hari Rabu, konvoi yang membawa bantuan dari Yordania menyeberang ke Gaza melalui Israel untuk pertama kalinya sejak dimulainya perang.

    Sementara itu, Dewan Keamanan PBB sedang berusaha menyetujui pemungutan suara yang menyerukan lebih banyak bantuan untuk masuk ke Gaza. Pemungutan suara telah ditunda selama beberapa hari karena perdebatan soal isinya.

    Rancangan baru ini bertujuan untuk menciptakan mekanisme untuk mempercepat bantuan, namun jelas bahwa hal itu akan melibatkan pihak-pihak terkait seperti Israel. Pernyataan tersebut juga menyerukan agar semua rute yang tersedia digunakan untuk pengiriman tetapi tidak berupaya untuk segera mengakhiri pertempuran.

    Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menggambarkannya sebagai ‘resolusi sangat kuat yang didukung penuh oleh kelompok Arab’. Sementara itu, pertempuran di dalam dan sekitar Gaza terus berlanjut.

    Pihak berwenang Hamas pada hari Kamis menuduh Israel menyerang penyeberangan Rafah – menewaskan empat orang, termasuk direktur penyeberangan Kerem Shalom yang baru dibuka kembali. Militer Israel belum mengomentari insiden yang dilaporkan tersebut.

    Pembicaraan telah berlangsung di Mesir untuk mencapai gencatan senjata baru – serupa dengan jeda pertempuran selama seminggu bulan lalu yang menyebabkan para sandera dibebaskan. Namun pada hari Kamis, mereka mengalami kemunduran ketika Hamas mengatakan mereka tidak akan menyetujui pembebasan beberapa sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata parsial.

    Dikatakan bahwa kelompok-kelompok Palestina telah menolak prospek pembebasan lebih banyak sandera sampai Israel setuju untuk mengakhiri perang. Israel telah berulang kali menolak gencatan senjata permanen dengan Hamas, dan mengatakan bahwa hal itu bertujuan untuk menghancurkan kelompok tersebut.

    Lebih dari 240 sandera Israel ditangkap pada tanggal 7 Oktober ketika Hamas menerobos perimeter yang dijaga ketat dengan Israel, menewaskan 1.200 orang. Sebanyak 110 sandera dibebaskan dalam gencatan senjata bulan lalu.

    Awal pekan ini, Hamas mengatakan jumlah orang yang tewas di Gaza dalam 10 minggu pertempuran telah melampaui 20.000 orang.

    (haf/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rudal Israel Hantam Suriah, 2 Tentara Terluka

    Rudal Israel Hantam Suriah, 2 Tentara Terluka

    Damaskus

    Serangan udara Israel menargetkan sejumlah area di dekat Damaskus, ibu kota Suriah. Sedikitnya dua tentara Suriah mengalami luka-luka akibat serangan tersebut.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (18/12/2023), serangan udara Israel yang menggunakan rudal pada Minggu (17/12) waktu setempat itu dilaporkan oleh Kementerian Pertahanan Suriah dalam pernyataannya, seperti dikutip kantor berita SANA.

    “Sekitar pukul 22.05 waktu setempat, musuh Israel melakukan agresi udara dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki, menargetkan beberapa area di dekat ibu kota Damaskus,” sebut Kementerian Pertahanan Suriah dalam pernyataannya.

    “Dua tentara mengalami luka-luka,” imbuh pernyataan tersebut.

    Dilaporkan oleh Kementerian Pertahanan Suriah bahwa sistem pertahanan anti-pesawat Suriah berhasil mencegat beberapa rudal Israel yang mengudara di wilayah negara tersebut.

    Seorang koresponden AFP yang sedang berada di dekat Damaskus melaporkan dirinya mendengar suara pengeboman.

    Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemantau HAM yang berbasis di Inggris, melaporkan bahwa jet-jet tempur Israel menyerang “pertahanan anti-pesawat rezim Suriah serta posisi Hizbullah (yang didukung Iran) di dekat Sayyida Zeinab” — distrik di sebelah selatan ibu kota Suriah.

    Lihat juga Video ‘Detik-detik Serangan Rudal ke Jurnalis Lebanon di Dekat Perbatasan Israel’:

    Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap Suriah, negara tetangganya, sejak perang sipil dimulai tahun 2011 lalu. Sebagian besar serangan militer Israel menargetkan pasukan yang didukung Iran dan para petempur Hizbullah, serta posisi tentara Suriah.

    Namun serangan-serangan Israel semakin intensif sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas, sekutu Hizbullah, di Jalur Gaza pada awal Oktober lalu. Serangan lintas perbatasan juga marak terjadi antara Israel dan Hizbullah dalam beberapa pekan terakhir.

    Pada 10 Desember lalu, dua petempur Hizbullah dan dua personel pasukan keamanan Suriah, yang bekerja dengan kelompok itu, tewas akibat serangan Israel yang menghantam distrik Sayyida Zeinab.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Solidaritas untuk Gaza, Tak Ada Perayaan Natal di Betlehem

    Solidaritas untuk Gaza, Tak Ada Perayaan Natal di Betlehem

    Bethlehem

    Perayaan Natal tampaknya dibatalkan di Bethlehem, sebuah kota di wilayah Tepi Barat, yang diyakini oleh umat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus. Suasana Natal tidak terlihat di kota Betlehem, yang biasanya menggelar perayaan secara meriah.

    Seperti dilansir AFP dan Mirror.co.uk, Senin (18/12/2023), kerumunan wisatawan dan peziarah yang biasanya berkumpul di kota Bethlehem, dengan banyak orang mengenakan kostum Sinterklas, disertai marching band, menghilang dari pandangan untuk tahun ini.

    Sama sekali tidak ada lampu kerlap-kerlip yang menandai perayaan Natal dan tidak ada juga keberadaan pohon cemara besar yang biasanya dipajang untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus, yang diyakini oleh umat Kristen terjadi di Betlehem sekitar 2.000 tahun lalu.

    Gereja Kelahiran atau Church of Nativity yang biasanya dipenuhi banyak peziarah saat menjelang Natal, kini tampak kosong.

    Manger Square di Bethlehem, yang biasanya menjadi lokasi berdirinya pohon cemara setinggi 6 meter, terlihat kosong. Menurut penduduk setempat, minimnya suasana perayaan Natal menjadi bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang dilanda perang di Jalur Gaza yang berjarak 74 kilometer dari kota itu.

    Ketika perang antara Israel dan Hamas berkecamuk di Jalur Gaza, perayaan Natal tampaknya menjadi hal yang diredam untuk tahun ini di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel. Sedikitnya 18.800 warga Palestina tewas dan hampir dua juta orang mengungsi juga terjebak bencana kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Di Tepi Barat sendiri, tindak kekerasan meningkat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza. Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 290 warga Palestina di Tepi Barat tewas dibunuh oleh tentara atau pemukim radikal Israel.

    Pada tahun-tahun normal, menurut seorang pemilik toko souvenir yang bernama Abooh Suboh (30), Bethlehem biasanya menjadi “kota yang penuh dengan orang, penuh dengan turis”. Toko Suboh yang menjual syal kasmir dan tas kulit tampak kosong pada akhir tahun ini.

    “Perang ini menghentikan segalanya,” ucapnya.

    Para pemimpin-pemimpin gereja di Yerusalem dan dewan kota Bethlehem telah mengambil keputusan, sejak bulan lalu, untuk tidak menggelar perayaan Natal yang “tidak perlu” sebagai bentuk solidaritas untuk warga di Jalur Gaza.

    Patriark Latin Yerusalem tetap akan datang untuk menyampaikan khotbah tengah malam yang secara tradisi digelar pada Malam Natal. Namun dengan banyaknya peziarah yang menghindari Bethlehem saat ini, dan akses ke kota itu yang dibatasi oleh Israel, jumlah jemaat yang hadir kemungkinan akan berkurang.

    Sementara itu, seorang pendeta Palestina bernama Dr Munther Isaac dari Gereja Evangelis Lutheran di Bethelehem menciptakan adegan palungan saat kelahiran Yesus dengan menggambarkan bayi Yesus dikelilingi oleh puing-puing.

    “Kami melakukan ini untuk diri kami sendiri, untuk menekankan bahwa Yesus ada dalam solidaritas dengan mereka yang menderita,” ucapnya.

    “Yesus menyertai kita dalam penderitaan kita, ketika kita menjadi korban marginalisasi dan ketidakadilan. Ini adalah Natal bagi kita. Dan saya berharap Anda memikirkan arti sebenarnya dari Natal saat Anda merayakannya dengan cara Anda sendiri,” ujar Dr Isaac dalam pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Jerit Pilu Keluarga Sandera yang Tak Sengaja Dibunuh Tentara Israel

    Jerit Pilu Keluarga Sandera yang Tak Sengaja Dibunuh Tentara Israel

    Tel Aviv

    Salah satu dari tiga warga Israel yang tewas ditembak secara keliru oleh tentara Israel di Jalur Gaza telah dimakamkan pada Minggu (17/12) waktu setempat. Saudara laki-laki dari salah satu sandera yang tewas itu mengecam militer Israel yang disebutnya telah meninggalkan dan membunuhnya.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (18/12/2023), Alon Shamriz yang berusia 26 tahun merupakan salah satu dari tiga sandera yang ditembak mati oleh tentara Israel dalam operasi militer di Shejaiya, pinggiran Gaza CIty. Dua sandera lainnya diidentifikasi sebagai Yotam Haim dan Samer El-Talalqa.

    Ketiga sandera itu tewas ditembak setelah melambaikan bendera putih dan berteriak minta tolong dalam bahasa Ibrani. Menurut keterangan militer Israel, tentaranya keliru mengira ketiga sandera itu sebagai ancaman dan melepaskan tembakan yang menewaskan mereka.

    “Mereka yang meninggalkanmu juga membunuhmu setelah semua yang kamu lakukan dengan benar,” ucap Ido, saudara laki-laki Shamriz, saat berbicara dalam seremoni pemakaman saudaranya itu di kibbutz Shefayim di sebelah utara Tel Aviv yang dihadiri puluhan anggota keluarga dan kerabat.

    “Kamu bertahan selama 70 hari di neraka. Sesaat lagi dan kamu akan berada dalam pelukanku,” tutur ibunda Shamriz, Dikla, dalam pernyataannya mengenang sang putra.

    Selain Shamriz, menurut laporan media lokal Israel, Talalqa telah dimakamkan pada Sabtu (16/12) waktu setempat, sedangkan Haim baru akan dimakamkan pada Senin (18/12) waktu setempat.

    Kematian ketiga pria Israel, yang semuanya berusia 20-an tahun, telah memicu aksi protes di Tel Aviv ketika para demonstran menuntut otoritas berwenang menawarkan rencana baru untuk memulangkan sisa sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Juru bicara militer Israel Richard Hecht, pada Minggu (17/12) waktu setempat, menyatakan bahwa kematian ketiga pria Israel itu sedang diselidiki lebih lanjut. Hecht menyebut apa yang dilakukan oleh para tentara Israel di Jalur Gaza sebagai “pelanggaran aturan keterlibatan”.

    Militer Israel sebelumnya menyebut ketiga sandera yang tewas itu diculik dari kibbutz Kfar Aza dan kibbutz Nir Am saat kelompok Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu. Serangan itu, menurut otoritas Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat sekitar 250 orang lainnya disandera.

    Bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan memulangkan para sandera, Israel melancarkan serangan militer bear-besaran terhadap Jalur Gaza yang memicu kehancuran besar. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 18.800 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel.

    Setidaknya 129 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Militer Israel Tahan 1.000 Orang dalam Perang di Gaza

    Militer Israel Tahan 1.000 Orang dalam Perang di Gaza

    Tel Aviv

    Militer Israel menyebut pasukannya telah menawan lebih dari 1.000 orang dalam perang melawan Hamas yang berkecamuk selama nyaris tiga bulan terakhir di Jalur Gaza. Diklaim oleh militer Tel Aviv bahwa pihaknya mendapatkan banyak informasi intelijen dari para tawanan yang ditangkap di Jalur Gaza tersebut.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (18/12/2023), klaim itu disampaikan oleh Kepala Staf Jenderal militer Israel, Mayor Jenderal Herzi Halevi, dalam pernyataan via video yang dipublikasikan oleh pihak militer pada Minggu (17/12) waktu setempat.

    “Ketika kombatan meletakkan senjata dan mengangkat tangan mereka, kami menangkap mereka, kami tidak menembak mereka,” ucap Halevi saat berbicara kepada para tentara Israel yang ditugaskan dalam operasi darat ke wilayah Jalur Gaza.

    “Kami mendapatkan banyak informasi intelijen dari para tawanan yang kami tahan, kami sudah mendapatkan lebih dari seribu tawanan,” klaim Halevi.

    Pernyataan Halevi itu muncul setelah tentara-tentara Israel dilaporkan secara tidak sengaja menembak mati tiga warganya yang disandera di Jalur Gaza. Penembakan itu terjadi saat ketiga sandera Israel itu melambaikan bendera putih dan bergerak mendekati pasukan Israel karena ingin diselamatkan.

    Angkatan Bersenjata Israel atau IDF, dalam pernyataannya, menyampaikan penyesalan mendalam dan menjelaskan bahwa para tentara keliru mengidentifikasi ketiga sandera itu sebagai ancaman.

    Halevi, yang juga menanggapi insiden itu, menyatakan dirinya bertanggung jawab atas tewasnya tiga sandera Israel yang ditahan Hamas di Jalur Gaza tersebut. Dia menyebutnya sebagai insiden salah sasaran oleh pasukan Israel, dan memastikan insiden serupa tidak akan terulang kembali.

    “Insiden di mana tentara IDF secara keliru membunuh Yotam Haim, Alon Shamriz dan Samar Talalka, semoga kenangan mereka selalu diingat, adalah peristiwa yang sulit dan menyakitkan,” sebutnya.

    Halevi juga mengaku pasukannya telah gagal. Dia juga menyampaikan duka mendalam atas insiden tersebut. “Kami tidak berhasil dalam kasus ini. Kami menyampaikan duka mendalam untuk keluarga atas kematian para sandera,” ucapnya.

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyatakan dirinya sangat sedih saat mengetahui insiden tewasnya tiga warga Israel yang disandera di Jalur Gaza di tangan pasukan Israel sendiri, dalam insiden salah identifikasi.

    “Ini menghancurkan hati saya. Ini menghancurkan hati seluruh bangsa,” ucap Netanyahu seperti dilansir AFP.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Temukan Terowongan Terbesar Hamas Dekat Perbatasan Gaza

    Israel Temukan Terowongan Terbesar Hamas Dekat Perbatasan Gaza

    Gaza City

    Militer Israel mengklaim pasukannya menemukan sebuah terowongan bawah tanah berukuran sangat besar di dekat perbatasan Jalur Gaza, yang diduga kuat digunakan oleh kelompok Hamas.

    Terowongan yang dibuat dari beton dan memiliki rangka besi itu diduga dirancang untuk membawa mobil-mobil para militan Hamas dari Jalur Gaza sampai ke area perbatasan. Demikian seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (18/12/2023).

    Menghancurkan atau melumpuhkan terowongan bawah tanah sepanjang ratusan kilometer maupun bungker di wilayah Jalur Gaza menjadi salah satu tujuan dari serangan militer Israel, yang diluncurkan setelah Hamas menyerang wilayah selatan negara Yahudi itu pada 7 Oktober lalu.

    Tentara Israel berjalan di dalam terowongan terbesar Hamas di dekat perbatasan Gaza Foto: REUTERS/Amir Cohen Acquire Licensing Rights

    Salah satu lokasi yang diserang Hamas pada saat itu adalah perlintasan perbatasan Erez, yang menghubungkan Jalur Gaza dan Israel. Dalam jarak 100 meter di sebelah selatan pos pemeriksaan, militer Israel menunjukkan kepada wartawan titik keluar dari apa yang disebutnya sebagai “proyek andalan Hamas”, yang tersembunyi di dalam bukit pasir.

    Terowongan itu membentang secara diagonal hingga kedalaman 50 meter, kemudian diperluas hingga tinggi dan lebar terowongan mencapai 3 meter, dengan jaringan listrik ada di dalamnya.

    Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, memperkirakan panjang terowongan itu mencapai 4 kilometer — cukup untuk menjangkau bagian utara Gaza City, yang pernah menjadi jantung pemerintahan Hamas dan sekarang menjadi zona pertempuran yang diselimuti kehancuran.

    “Itu merupakan terowongan terbesar yang kami temukan di Gaza … yang dimaksudkan untuk menargetkan perlintasan perbatasan (Erez),” sebut Hagari, tanpa menyebutkan secara spesifik apakah terowongan itu digunakan Hamas dalam serangan 7 Oktober lalu.

    Penampakan terowongan terbesar Hamas yang ditemukan militer Israel di dekat perbatasan Gaza Foto: REUTERS/Amir Cohen Acquire Licensing Rights

    Terowongan besar itu sedikit berbeda dengan terowongan bawah tanah lainnya yang ditemukan militer Israel dalam operasi darat di wilayah Jalur Gaza. Kebanyakan terowongan yang ditemukan pasukan Israel sebelumnya berukuran kecil dan sempit, yang diduga dirancang untuk pergerakan pasukan bersenjata yang berjalan kaki.

    Terowongan yang ditunjukkan oleh Hagari kepada wartawan memiliki poros yang terjun secara vertikal ke bawah, yang disebutnya sebagai bagian dari jaringan yang lebih luas.

    Hamas belum memberikan tanggapannya atas klaim militer Israel tersebut.

    Saksikan juga Sosok pilihan minggu ini: Mutia Ribowo, Seniman Penyembuh Jiwa

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel-Hamas Terbuka untuk Gencatan Senjata Terbaru, Tapi…

    Israel-Hamas Terbuka untuk Gencatan Senjata Terbaru, Tapi…

    Gaza City

    Israel dan Hamas dilaporkan sama-sama terbuka untuk gencatan senjata terbaru dan pembebasan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Namun demikian, masih ada sejumlah perbedaan pendapat soal bagaimana hal itu akan dilaksanakan.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (18/12/2023), informasi tersebut diungkapkan oleh dua sumber keamanan Mesir, yang menjadi salah satu mediator dalam kesepakatan gencatan senjata yang dicapai oleh Israel dan Hamas pada akhir November lalu.

    Qatar dan Amerika Serikat (AS) juga turut menjadi mediator dalam kesepakatan gencatan senjata yang berlangsung selama sepekan pada akhir November lalu, dan diwarnai pembebasan sandera oleh Hamas yang ditukar dengan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.

    Dituturkan oleh dua sumber keamanan itu bahwa Mesir dan Qatar bersikeras mempercepat bantuan dan pembukaan perlintasan perbatasan Kerem Shalom sebelum negosiasi terbaru dimulai. Kerem Shalom merupakan perlintasan perbatasan yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Israel dan Mesir.

    Meskipun perlintasan perbatasan itu dibuka, menurut sumber keamanan yang dikutip Reuters, bantuan kemanusiaan masih tertunda karena adanya inpeksi di perbatasan dan masih belum bisa masuk ke wilayah Jalur Gaza.

    Harapan untuk perdamaian mencuat pada Sabtu (16/12) waktu setempat, ketika seorang sumber mengungkapkan bahwa kepala badan intelijen Israel telah berbicara dengan Perdana Menteri (PM) Qatar sehari sebelumnya atau pada Jumat (15/12) waktu setempat.

    Hamas, menurut sumber-sumber yang dikutip Reuters, bersikeras menetapkan secara sepihak daftar sandera yang akan dibebaskan, dan menuntut agar pasukan militer Israel mundur ke posisi di belakang garis yang telah ditetapkan di Jalur Gaza.

    Sementara Israel, masih menurut sumber-sumber tersebut, menyetujui jika Hamas yang menetapkan daftar sandera yang akan dibebaskan tersebut.

    Namun Tel Aviv juga menuntut adanya batas waktu dan meminta diperbolehkan melihat daftar sandera sebelum menetapkan waktu maupun durasi gencatan senjata terbaru.

    Disebutkan juga oleh sumber-sumber itu bahwa Israel menolak untuk menarik mundur posisi pasukan militernya di Jalur Gaza.

    Pertempuran antara Israel dan Hamas berlanjut di Jalur Gaza sejak gencatan senjata berakhir pada awal Desember. Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 18.800 orang tewas akibat rentetan serangan Israel sejak awal Oktober lalu.

    Sebanyak 70 persen dari angka tersebut merupakan wanita dan anak-anak.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu