Negara: Jalur Gaza

  • Hamas Puji ICJ yang Perintahkan Israel Setop Serangan ke Rafah

    Hamas Puji ICJ yang Perintahkan Israel Setop Serangan ke Rafah

    Gaza City

    Kelompok Hamas melontarkan pujian untuk putusan Mahkamah Internasional (ICJ), yang merupakan pengadilan tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam memerintahkan Israel untuk segera menghentikan serangannya di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.

    Namun, Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel itu mengkritik putusan ICJ yang mengecualikan wilayah Jalur Gaza lainnya yang juga menjadi medan pertempuran.

    “Menyambut baik putusan Mahkamah Internasional,” demikian pernyataan Hamas, seperti dilansir AFP, Sabtu (25/5/2024).

    Lebih lanjut, Hamas mengharapkan putusan ICJ bisa “mengakhiri agresi dan genosida terhadap rakyat kami di seluruh Jalur Gaza, dan bukan hanya di Rafah”.

    “Apa yang terjadi di Jabalia (wilayah di Jalur Gaza bagian utara-red) dan wilayah lainnya di sektor (utara) adalah sama-sama tindak kriminal dan sama berbahayanya dengan apa yang terjadi di Rafah,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Hamas yang menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007 silam, menyerukan kepada “komunitas internasional dan PBB untuk memberikan tekanan pada pendudukan (Israel) agar segera mematuhi putusan ini”.

    Disebutkan juga bahwa badan dunia itu memiliki “tanggung jawab historis untuk memastikan bahwa prinsip keadilan internasional dihormati”.

    Putusan ICJ yang berkantor di Den Haag, Belanda, ini bersifat mengikat secara hukum, namun tidak memiliki mekanisme penegakan secara langsung.

    ICJ dalam putusannya memerintahkan Israel untuk “segera menghentikan serangan militernya” di Rafah dan tetap “membuka perlintasan perbatasan Rafah untuk penyediaan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan tanpa hambatan”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Viral Video Tentaranya Bakar Al-Qur’an di Gaza, Israel Menyelidiki!

    Viral Video Tentaranya Bakar Al-Qur’an di Gaza, Israel Menyelidiki!

    Gaza City

    Militer Israel melakukan penyelidikan terhadap foto dan video yang viral di media sosial menunjukkan seorang tentara Israel yang ada di Jalur Gaza sedang membakar buku-buku, dengan salah satunya diduga merupakan kitab suci agama Islam, Al-Qur’an.

    “Penyelidikan telah dibuka oleh divisi investigasi kriminal pada polisi militer,” demikian pernyataan militer Israel kepada AFP merespons pertanyaan soal video yang beredar, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (25/5/2024).

    “Perilaku tentara dalam video itu tidak sejalan dengan nilai-nilai (militer Israel),” tegas pernyataan militer Israel itu.

    Disebutkan juga bahwa militer Israel “menghormati semua agama dan dengan tegas mengutuk perilaku seperti itu”.

    Video yang viral di media sosial itu belum bisa diverifikasi keasliannya oleh AFP hingga Jumat (24/5) malam. Video itu menunjukkan seorang tentara yang mengenakan seragam militer mirip dengan yang biasa dipakai tentara-tentara Israel, melemparkan sebuah buku yang diduga salinan Al-Qur’an ke dalam api.

    Baik video maupun foto insiden itu disiarkan di televisi lokal Israel.

    Seorang jurnalis dari situs investigasi Bellingcat melaporkan bahwa rak buku yang muncul dalam video itu sama dengan rak buku yang ada di perpustakaan Universitas Al-Aqsa di Gaza City.

    Saksikan juga ‘Saat Israel Tembaki Toko di Jalur Gaza, 12 Orang Tewas’:

    Sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu, tentara Israel berulang kali dituduh mengunggah konten yang merendahkan warga sipil Palestina pada akun-akun media sosial mereka.

    Salah satu video yang sempat viral pada November tahun lalu diduga menunjukkan seorang tentara Israel mendedikasikan ledakan di Jalur Gaza untuk anak perempuannya yang saat itu sedang berulang tahun.

    Pada Februari lalu, pengacara militer top Israel memulai penyelidikan kriminal terhadap beberapa insiden dugaan pelanggaran oleh tentara-tentara Tel Aviv selama perang di Jalur Gaza.

    Disebutkan oleh Korps Advokat Jenderal Militer Israel dalam pernyataan pada saat itu bahwa insiden-insiden yang terjadi “menimbulkan kecurigaan akan adanya penganiayaan terhadap para tahanan, kematian tahanan, penjarahan, dan penggunaan kekerasan secara ilegal”.

    Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober tahun lalu telah memicu kehancuran dan memakan banyak korban jiwa. Data yang dilaporkan otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 35.800 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Disinggung Presiden Palestina Soal Perang di Gaza, Hamas Bilang Gini

    Disinggung Presiden Palestina Soal Perang di Gaza, Hamas Bilang Gini

    Jakarta

    Kelompok Hamas menyesalkan pernyataan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyebut kelompok tersebut telah memberikan dalih kepada Israel untuk melancarkan perang di Gaza. Pernyataan itu dilontarkan Abbas dalam pertemuan KTT Liga Arab di Bahrain.

    “Kami menyampaikan penyesalan kami mengenai pernyataan yang dibuat oleh presiden Otoritas Palestina … pada pertemuan puncak Arab yang diadakan di Manama,” kata kelompok milisi Palestina tersebut, seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Jumat (17/5/2024).

    Hamas juga meminta negara-negara Arab untuk “memaksa” Israel mengakhiri serangannya di Gaza, setelah para pemimpin Arab menuntut “gencatan senjata segera dan permanen.”

    Sebelumnya, Abbas mengatakan bahwa kelompok Hamas telah memberi Israel dalih untuk melancarkan perang di Gaza dengan serangannya pada 7 Oktober tahun lalu.

    “Operasi militer yang dilakukan Hamas melalui keputusan sepihak pada hari itu, 7 Oktober, memberi Israel lebih banyak dalih dan pembenaran untuk menyerang Jalur Gaza,” kata Abbas dalam pertemuan KTT Liga Arab di Bahrain, seperti dilansir media Al Arabiya, Jumat (17/5/2024).

    KTT Liga Arab ke-33 digelar pada Kamis (16/5) waktu setempat di ibu kota Bahrain, Manama. Di sana, para pemimpin Arab berkumpul dalam pertemuan yang didominasi oleh isu perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza.

    Dalam pidatonya di KTT tersebut, Abbas juga mengatakan bahwa pemerintah Palestina belum menerima dukungan finansial yang diharapkan dari mitra internasional dan regional.

    “Sekarang menjadi penting untuk mengaktifkan jaring pengaman Arab, untuk meningkatkan ketahanan rakyat kami dan memungkinkan pemerintah melaksanakan tugasnya,” kata Abbas.

    Pendanaan untuk Otoritas Palestina, badan yang menjalankan pemerintahan terbatas di Tepi Barat, sangat dibatasi oleh perselisihan mengenai transfer pendapatan pajak yang dikumpulkan Israel atas nama Palestina.

    Pendanaan dari donor internasional juga berkurang, turun dari 30 persen dari anggaran tahunan sebesar US$6 miliar menjadi sekitar 1 persen, kata mantan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Presiden Palestina Sebut Hamas Beri Israel Dalih untuk Serang Gaza

    Presiden Palestina Sebut Hamas Beri Israel Dalih untuk Serang Gaza

    Jakarta

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa kelompok Hamas telah memberi Israel dalih untuk melancarkan perang di Gaza dengan serangannya pada 7 Oktober tahun lalu.

    “Operasi militer yang dilakukan Hamas melalui keputusan sepihak pada hari itu, 7 Oktober, memberi Israel lebih banyak dalih dan pembenaran untuk menyerang Jalur Gaza,” kata Abbas dalam pertemuan KTT Liga Arab di Bahrain, seperti dilansir media Al Arabiya, Jumat (17/5/2024).

    KTT Liga Arab ke-33 digelar pada Kamis (16/5) waktu setempat di ibu kota Bahrain, Manama. Di sana, para pemimpin Arab berkumpul dalam pertemuan yang didominasi oleh isu perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza.

    Dalam pidatonya di KTT tersebut, Abbas juga mengatakan bahwa pemerintah Palestina belum menerima dukungan finansial yang diharapkan dari mitra internasional dan regional.

    “Sekarang menjadi penting untuk mengaktifkan jaring pengaman Arab, untuk meningkatkan ketahanan rakyat kami dan memungkinkan pemerintah melaksanakan tugasnya,” kata Abbas.

    Pendanaan untuk Otoritas Palestina, badan yang menjalankan pemerintahan terbatas di Tepi Barat, sangat dibatasi oleh perselisihan mengenai transfer pendapatan pajak yang dikumpulkan Israel atas nama Palestina.

    Pendanaan dari donor internasional juga berkurang, turun dari 30 persen dari anggaran tahunan sebesar US$6 miliar menjadi sekitar 1 persen, kata mantan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Negara Mana Saja yang Tegas Menentang Israel, Apa Dampaknya?

    Negara Mana Saja yang Tegas Menentang Israel, Apa Dampaknya?

    Jakarta

    Tentara Israel pada Senin (06/05) memerintahkan warga Palestina meninggalkan wilayah bagian timur Kota Rafah di bagian selatan Jalur Gaza sebelum menggelar operasi militer.

    Melalui pesan teks, selebaran, dan unggahan di media sosial, militer Israel memerintahkan sekitar 100.000 orang untuk bermigrasi ke kamp-kamp di kota-kota tetangga, yaitu Khan Younis dan al-Mawasi.

    Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, telah memperingatkan Israel untuk menghindari serangan terhadap Rafah tempat perlindungan terakhir bagi satu juta lebih warga Palestina.

    ReutersPengungsi Palestina yang melarikan diri dari Rafah ke Khan Younis pada 6 Mei 2024.

    Sementara itu, semakin banyak suara dari komunitas internasional menyerukan agar Israel menghentikan serangan di seluruh wilayah tersebut.

    Beberapa negara bahkan telah mengambil langkah-langkah konkret menekan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, baik dengan memutus hubungan diplomatik, menangguhkan penjualan senjata, hingga menempuh jalur hukum internasional.

    Pekan lalu, Kolombia mengumumkan bahwa mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    ReutersAsap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, selatan Jalur Gaza pada 6 Mei 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok milisi Palestina Hamas.

    Dampak dari tindakan-tindakan ini bisa jadi “hanya bersifat simbolis”, ujar Yossi Mekelberg, seorang pengamat Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House, sebuah lembaga konsultasi dan penelitian di London, kepada BBC News Mundo.

    “Namun, efek kumulatifnya terhadap isolasi diplomatik atau apa yang mereka sampaikan tentang Israel, dan bagaimana Israel melakukan perang adalah penting.”

    Ini bukan pertama kalinya Israel menghadapi kecaman dari negara-negara lain atas tindakannya di Gaza atau Tepi Barat.

    Namun, tekanan internasional tidak pernah sekuat sekarang, terutama mengingat skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan ini merupakan aksi balasan Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober.

    Saat itu Israel mendapat serangan terburuk selama 75 tahun terakhir yang menewaskan 1.200 orang, dan juga 253 orang disandera.

    Israel merespons dengan sangat keras: lebih dari 34.000 orang tewas di Gaza sejak saat itu akibat serangan bom tentara Israel; 85% penduduk telah mengungsi dari rumah mereka; dan sekitar setengahnya atau sekitar 1,1 juta orang berada di ambang kelaparan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Dengan latar belakang ini, kami akan menjelaskan negara mana saja yang telah memutuskan untuk mengambil tindakan nyata terhadap Israel.

    Memutus hubungan diplomatik

    Setelah perang pecah, dan seiring meningkatnya kehancuran di Gaza, sejumlah negara menarik duta besar mereka atau menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel.

    Negara-negara di wilayah Timur Tengah seperti Yordania, Bahrain dan Turki, memulangkan duta besar mereka. Aksi ini disusul oleh Chad dan beberapa negara di Amerika Latin, seperti Cile, Honduras, dan Kolombia.

    Mereka kini memutuskan untuk mengambil langkah lebih jauh dengan menangguhkan hubungan diplomatik. Langkah ini juga diikuti Bolivia dan Belize.

    Baca juga:

    Getty ImagesPresiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pada tanggal 1 Mei bahwa ia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    “Hari ini umat manusia, di semua jalan, setuju dengan kami. Era genosida, pemusnahan seluruh bangsa di depan mata kita, di depan kemanusiaan kita, tidak dapat kembali,” kata Presiden Kolombia Gustavo Petro dalam pidatonya saat mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel beberapa waktu lalu.

    Enam bulan sebelumnya, pada 31 Oktober, juru bicara pemerintah Bolivia mengumumkan keputusan yang sama, dengan menggunakan kata-kata serupa.

    “(Bolivia) mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Negara Israel sebagai bentuk penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional yang dilakukan di Jalur Gaza,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri, Freddy Mamani pada saat itu.

    Getty ImagesDi jantung Universitas California, Los Angeles (UCLA) salah satu kampus paling bergengsi di Amerika Serikat tengah berlangsung unjuk rasa menentang kondisi di Gaza saat ini.

    Dua minggu kemudian, Belize mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel karena “pengeboman tanpa pandang bulu yang tak henti-hentinya” di Gaza, karena Israel “terus-menerus” melanggar hukum internasional sejak 7 Oktober.

    Namun, apa arti pemutusan hubungan ini?

    Faktanya, tidak jelas. Tak satu pun dari ketiga negara ini yang memiliki pengaruh politik yang besar di Timur Tengah. Hubungan perdagangan dan diplomatik mereka dengan Israel sebelum krisis ini juga tidak banyak.

    Namun, Kolombia adalah mitra dagang terbesar kedua Israel di Amerika Latin, setelah Brasil.

    Kolombia dan Israel menandatangani perjanjian perdagangan bebas pada tahun 2020. Angkatan Darat Kolombia menggunakan pesawat serta senjata Israel untuk memerangi kartel narkoba dan kelompok pemberontak.

    Namun untuk saat ini, perjanjian ini tampaknya tidak berpengaruh, dan Kementerian Luar Negeri Kolombia telah mengumumkan niatnya untuk “mempertahankan aktivitas masing-masing bagian konsuler di Tel Aviv dan Bogota”.

    ReutersPengunjuk rasa pro-Palestina berfoto di depan Mahkamah Internasional (ICJ) ketika hakim memutuskan putusan sela atas gugatan Afrika Selatan terhadap Israel

    Efek dari pemutusan hubungan diplomatik ini, bersifat “simbolis, dan menunjukkan rasa terisolasi dan perubahan sikap terhadap Israel,” demikian analisis Mekelberg.

    Namun, pakar dari Chatham House ini juga menunjukkan bahwa keputusan semacam ini biasanya memiliki muatan ideologis dan pengaruh politik dalam negeri.

    “Ini seperti yang terjadi di Brasil; dengan [mantan presiden Jair] Bolsonaro, yang dulu mendukung penuh Israel, tapi ketika sayap kiri kembali [berkuasa], kritik itu kembali muncul.”

    Memutus hubungan perdagangan

    Pekan lalu, Turki mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan semua perdagangan dengan Israel sampai pemerintah pimpinan Benjamin Netanyahu itu menerima “aliran bantuan kemanusiaan yang tidak terputus dan cukup” ke Gaza.

    Menurut menteri perdagangan Turki, “transaksi ekspor dan impor yang terkait dengan Israel, yang mencakup semua produk, telah dihentikan”.

    Perdagangan antara kedua negara mencapai Rp111,7 triliun tahun lalu.

    ReutersBenjamin Netanyahu menjawab dengan mengatakan Turki di bawah “kediktatoran kelam”.

    Turki adalah negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel pada tahun 1949. Namun hubungan bilateralnya memburuk dalam beberapa dekade terakhir.

    Episode paling menegangkan terjadi pada tahun 2010, ketika Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    Saat itu, Israel menyerang enam armada kapal Turki di perairan internasional yang mencoba mencapai Gaza. Mereka menerobos blokade maritim yang diberlakukan Israel di wilayah tersebut.

    Serangan oleh militer Israel tersebut mengakibatkan tewasnya 10 aktivis pro-Palestina asal Turki.

    Hubungan kedua negara kembali membaik pada tahun 2016, namun kedua negara kembali mengusir duta besar masing-masing dua tahun kemudian karena konflik baru terkait pembunuhan warga Palestina di perbatasan Gaza.

    Getty ImagesPresiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengeraskan sikapnya terhadap Israel.

    Situasinya makin memburuk sejak 7 Oktober. Netanyahu dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan makin sering saling baku tuduh.

    Erdogan membandingkan pemimpin Israel seperti Hitler, Mussolini dan Stalin – dan menyebut Netanyahu “penjagal Gaza”.

    Sebaliknya, Netanyahu mengeklaim bahwa presiden Turki “mendukung pembunuhan masal dan pemerkosaan oleh Hamas, menyangkal genosida Armenia (dan) membantai orang-orang Kurdi di negaranya sendiri”.

    Penangguhan penjualan senjata

    Beberapa negara seperti Kanada, Italia, Jepang, Belgia dan Spanyol telah mengumumkan dalam beberapa bulan terakhir ini bahwa mereka akan menghentikan penjualan senjata ke Israel.

    Tetapi jika kita menganalisa keputusan-keputusan ini secara lebih rinci, kenyataan yang ada agak berbeda.

    Di Belgia, hanya wilayah Walloon yang memutuskan untuk menangguhkan penjualan mesiu ke Israel.

    ReutersSistem anti-rudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Gaza, seperti yang terlihat dari Ashkelon, pada 7 Mei 2024.

    Italia juga mengumumkan penangguhan ekspor senjata mulai 7 Oktober. Namun, menteri pertahanannya mengatakan tetap mengirim senjata ke Israel yang sudah dipesan sebelum tanggal tersebut, dengan jaminan senjata-senjata itu tidak akan digunakan di Gaza.

    Hal serupa juga terjadi di Spanyol, yang juga mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan pengiriman senjata dan kemudian diketahui bahwa mereka tetap mengirimkan amunisi. Namun, Madrid mengatakan bahwa senjata-senjata itu dimaksudkan untuk latihan militer.

    Situasi di Kanada juga serupa. Perdana Menteri negara itu, Justin Trudeau, mengumumkan bahwa kemungkinan perjanjian penjualan senjata baru dengan Israel ditangguhkan, tetapi tidak untuk perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya.

    Di Jepang, sebuah perusahaan, Itochu Corporation yang menangguhkan kolaborasinya dengan produsen senjata Israel. Dan di Belanda, sebuah pengadilan memaksa negara itu untuk menghentikan penjualan pesawat militer ke Israel.

    Getty ImagesSebagian besar senjata yang diimpor Israel berasal dari Amerika Serikat dan Jerman.

    Namun, keputusan-keputusan ini sepertinya tidak akan berdampak pada serangan di Gaza.

    Lebih dari 95% impor senjata Israel berasal dari Amerika Serikat dan Jerman, yang tidak jelas memberikan tanda-tanda bahwa mereka akan menghentikannya.

    Dampak langkah penangguhan ini penjualan senjata “terbatas, karena Amerika Serikat dan Jerman-lah yang memasok sebagian besar senjata, sementara yang lain terutama mengirim komponen atau peralatan yang sangat spesifik yang mungkin bisa digantikan oleh yang lain, sehingga tidak akan mengubah apa pun,” kata Yossi Mekelberg.

    Pengadilan internasional

    Menghadapi serangan Israel di Gaza dan meningkatnya jumlah korban jiwa di wilayah tersebut, pada bulan Desember lalu, Afrika Selatan memilih strategi yang berbeda untuk mencoba menghentikan Israel: Afrika Selatan beralih ke peradilan internasional.

    Para pengacaranya mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, di mana mereka menuduh Israel melakukan genosida terhadap penduduk Palestina di Gaza, yang dibantah oleh negara Israel.

    Bagaimana dengan Indonesia?

    Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan Indonesia “secara moral dan politis” mendukung sepenuhnya upaya hukum Afrika Selatan atas dugaan genosida Israel di Gaza.

    “Namun secara hukum Indonesia tidak bisa ikut menggugat karena dasar gugatan adalah Konvensi Genosida dimana Indonesia bukan Negara Pihak,” ujar juru bicara Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan teks yang diterima BBC Indonesia.

    Baca juga:

    Getty ImagesMenteri Kehakiman Afrika Selatan Ronald Lamola menjelaskan kasus yang diajukan negaranya terhadap Israel di Mahkamah Internasional.

    Pada bulan Januari, pengadilan, yang mengadili sengketa antarnegara, mengeluarkan keputusan sementara: memerintahkan Israel mengambil langkah-langkah mencegah tindakan genosida di Gaza. Tapi pengadilan tidak sampai menuntut Israel menghentikan serangan militer.

    “Israel muncul relatif tanpa cedera dari proses ini, tetapi fakta bahwa proses [pengadilan] ini terbuka, berarti Israel telah kalah dalam pertarungan,” kata Michael Oren, duta besar Israel untuk Amerika Serikat periode 2009-2013, kepada BBC.

    Namun, saat ini, ada kekhawatiran yang kuat di antara para petinggi Israel, terutama karena langkah-langkah yang mungkin diambil oleh pengadilan internasional lainnya.

    Kemungkinan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin politik dan militer Israel, termasuk Netanyahu sendiri, merupakan sumber ketegangan.

    EPA-EFE/REX/SHUTTERSTOCKPutusan pengadilan dibacakan oleh Hakim Joan E. Donoghue (kedua dari kiri) pada Jumat (26/01).

    ICC, yang memiliki wewenang untuk mendakwa dan mengadili individu atas kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan, telah menyelidiki tindakan Israel di wilayah pendudukan selama tiga tahun – dan, baru-baru ini, tindakan Hamas.

    Di masa lalu, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin negara seperti Vladimir Putin dari Rusia, Muammar Gaddafi dari Libya, dan gerilyawan Uganda, Joseph Kony.

    Meskipun ICC belum mengkonfirmasi apa pun, ketika kepala jaksa penuntut mahkamah, Karim Khan, mengunjungi Israel dan Tepi Barat yang diduduki pada bulan Desember tahun lalu, ia menegaskan bahwa “semua protagonis harus mematuhi hukum kemanusiaan internasional”.

    “Jika Anda tidak melakukan hal ini, jangan mengeluh ketika kantor saya dipaksa untuk bertindak,” tambahnya pada saat itu.

    Mekelberg mengatakan: “Ke mana arahnya (keputusannya), saya tidak tahu, tetapi ini seharusnya mengirimkan pesan kepada Israel bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Ungkap Lebih dari 100 Akademisi Tewas Akibat Perang di Gaza

    Hamas Ungkap Lebih dari 100 Akademisi Tewas Akibat Perang di Gaza

    Jakarta

    Hamas mencatat lebih dari 100 akademisi dan peneliti tewas dalam serangan Israel di Gaza, Palestina. Hamas mengutuk keras pembunuhan tersebut.

    “Kami mengutuk keras pembunuhan yang dilakukan pendudukan terhadap ilmuwan, akademisi, profesor universitas dan peneliti, yang merupakan kelompok terkemuka dalam masyarakat Palestina di Jalur Gaza,” kata kantor media pemerintah Hamas dalam sebuah pernyataan dilansir AFP, Jumat (17/5/2024).

    “Ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa mereka bertujuan untuk menghilangkan ilmuwan dan peneliti di sektor pendidikan,” tambahnya.

    Di antara mereka yang masuk dalam daftar 104 nama adalah Sufyan Tayeh, yang merupakan rektor Universitas Islam dan peneliti terkemuka di bidang fisika dan matematika terapan. Ahli bedah terkemuka dan profesor kedokteran Adnan al-Barsh juga masuk dalam daftar akademisi yang tewas saat ditahan di penjara Israel.

    Pemerintah Hamas menyerukan negara-negara di dunia dan semua organisasi yang terkait dengan pendidikan dan pendidikan tinggi di seluruh dunia untuk mengutuk kejahatan bersejarah ini dan menghentikan perang genosida.

    Perang telah menewaskan sedikitnya 35.272 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Netanyahu Kembali Berulah Sebut Tak Ada Bencana Kemanusiaan di Rafah

    Netanyahu Kembali Berulah Sebut Tak Ada Bencana Kemanusiaan di Rafah

    Tel Aviv

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali berulah. Terbaru, Netanyahu menyebut tak ada bencana kemanusiaan di Rafah, Jalur Gaza, Palestina.

    Netanyahu awalnya menyebut hampir 500.000 orang mengungsi dari Rafah saat ancaman invasi darat membayangi. Netanyahu lalu menepis kekhawatiran dunia soal potensi terjadinya bencana kemanusiaan di Rafah.

    “Upaya kami yang bertanggung jawab telah membuahkan hasil. Sejauh ini, di Rafah, hampir setengah juta orang telah dievakuasi dari zona pertempuran,” ucap Netanyahu dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (16/5/2024).

    Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu utama Israel, telah mendesak Tel Aviv untuk menahan diri dari serangan darat secara besar-besaran di Rafah. Dunia khawatir serangan itu bakal menimbulkan bencana kemanusiaan di Rafah yang menjadi tempat mengungsi 1,4 juta.

    Namun, Netanyahu bersikeras menyatakan tidak ada bencana kemanusiaan di Rafah. Dia tetap mengabaikan desakan internasional untuk segera melakukan gencatan senjata.

    “Bencana kemanusiaan yang dibahas-bahas tidak terjadi, dan tidak akan terjadi,” tegas Netanyahu.

    Israel telah mengabaikan peringatan internasional, termasuk dari AS, dan mengirimkan pasukan militernya bersama tank-tank ke wilayah Rafah bagian timur untuk memburu militan di sana sejak pekan lalu. PBB menyebut 450.000 orang telah mengungsi dari Rafah sejak Israel mengeluarkan perintah evakuasi untuk wilayah timur area tersebut pada 6 Mei lalu.

    Sekitar 100.000 orang lainnya, menurut PBB, telah meninggalkan rumah-rumah mereka di tengah pertempuran baru yang berkecamuk di Jalur Gaza bagian utara. Hal itu berarti sekitar seperempat penduduk Jalur Gaza telah mengungsi lagi hanya dalam waktu seminggu.

    “Pasukan kami bertempur di seluruh Jalur Gaza. Kami melakukan hal ini sambil mengevakuasi penduduk sipil dan memenuhi komitmen kami terhadap kebutuhan kemanusiaan mereka,” ujar Netanyahu.

    Netanyahu juga menyatakan Israel ingin menghancurkan Hamas sepenuhnya usai serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Jalur Gaza. Serangan Hamas itu menewaskan 1.200 orang di Israel. Sementara, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 35 ribu orang.

    “Memusnahkan Hamas adalah langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa pada ‘hari berikutnya’, tidak akan ada elemen di Gaza yang mengancam kita,” ujarnya.

    Netanyahu Tuduh Mesir Sandera Warga Gaza

    Netanyahu juga menuduh Mesir ‘menyandera’ warga Jalur Gaza dengan tidak mau bekerja sama dengan Tel Aviv untuk membuka perlintasan perbatasan Rafah. Israel beberapa waktu terakhir menekan Kairo membuka perlintasan perbatasan Rafah, namun negara itu menolak karena mengkhawatirkan hal tersebut dimanfaatkan Tel Aviv untuk mengusir paksa warga Palestina dari Rafah.

    Dilansir AFP dan Al Arabiya, pernyataan Netanyahu itu disampaikan sehari setelah Mesir dengan marah menuding Israel menyangkal tanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Mesir merupakan negara Arab pertama yang berdamai dengan Israel dan menjadi tuan rumah perundingan gencatan senjata serta pembebasan sandera yang kini berujung kebuntuan.

    Perlintasan perbatasan Rafah menghubungkan Jalur Gaza bagian selatan dengan wilayah Mesir. Perlintasan Rafah menjadi pintu gerbang utama bagi masuknya barang juga orang ke daerah kantong Palestina tersebut.

    Perlintasan perbatasan Rafah di sisi Gaza telah ditutup sejak militer Israel pada 7 Mei lalu mengumumkan pasukannya berhasil mengambil alih perlintasan perbatasan itu dari Hamas. Mesir pun menolak untuk berkoordinasi dengan Israel mengenai perlintasan perbatasan Rafah karena mengkhawatirkan pengambilalihan itu menjadi bagian dari upaya Netanyahu melancarkan serangan darat di dalam Rafah.

    “Kami ingin melihatnya terbuka,” ucap Netanyahu dalam wawancara dengan media AS, CNBC.

    “Saya berharap kami bisa mencapai kesepahaman (dengan Mesir),” imbuhnya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Netanyahu mengatakan perlintasan perbatasan Rafah akan dibuka ‘kemarin’ jika semuanya bergantung pada Israel.

    “Maksud saya, itu bukan masalah kami. Kami tidak menunda pembukaan Rafah. Saya berharap Mesir mempertimbangkan apa yang saya katakan sekarang,” ujarnya.

    “Tidak seorang pun boleh menyandera penduduk Palestina dengan cara apa pun dan saya tidak menyandera mereka. Saya pikir tidak ada pihak yang seharusnya melakukan itu,” ujar Netanyahu merujuk pada Mesir.

    Klaim Setengah Korban Tewas di Gaza Adalah Hamas

    Netanyahu juga mengklaim hampir setengah korban tewas dalam perang Gaza merupakan pejuang Hamas. Netanyatu menyebut jumlah korban jiwa keseluruhan lebih rendah ketimbang data dari pihak berwenang Palestina.

    Dilansir AFP, pernyataan itu diucapkan Netanyahu dalam sebuah podcast ‘Call Me Back’. Dia meremehkan jumlah korban sipil yang telah memicu kemarahan global.

    Data Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, setidaknya 35.091 orang telah tewas di wilayah tersebut selama lebih dari tujuh bulan perang antara Israel dan militan Palestina.

    Namun, Netanyahu menyatakan bahwa jumlah korban tewas di Gaza sekitar 30.000. Dia juga menyebut pejuang Hamas menyumbang hampir setengah dari jumlah korban tersebut.

    Pihak berwenang Gaza tidak memberikan gambaran umum mengenai jumlah militan Palestina yang tewas, namun berulang kali mengatakan bahwa sebagian besar korban tewas dalam perang tersebut adalah perempuan dan anak-anak. PBB dan banyak negara telah menyuarakan kekhawatiran atas jumlah kematian warga sipil.

    Netanyahu bersikeras kepada podcaster Dan Senor bahwa Israel ‘mampu menjaga rasio warga sipil dan kombatan yang terbunuh… (menjadi) rasio sekitar satu banding satu’.

    “Empat belas ribu orang tewas, kombatan, dan mungkin sekitar 16.000 warga sipil tewas,” katanya.

    Dia memberikan angka serupa pada bulan Maret saat wawancara dengan Politico, pada saat Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban jiwa sedikitnya 31.045 orang. Netanyahu mengklaim saat itu jumlah tersebut termasuk 13.000 militan dan jumlah warga sipil ‘jauh kurang dari’ 20.000.

    Komentar terbarunya ini muncul di saat meningkatnya tekanan dari pemasok militer utama Israel, AS, mengenai jumlah korban jiwa di pihak Palestina dalam perang tersebut. Washington telah menghentikan pengiriman 3.500 bom, dan Presiden AS Joe Biden memperingatkan dia akan berhenti memasok peluru artileri dan senjata lainnya jika Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah.

    Laporan Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat menyebut ‘menilai secara masuk akal’ bahwa Israel telah menggunakan senjata Amerika dengan cara yang tidak sesuai dengan standar hak asasi manusia, namun Amerika Serikat tidak dapat mencapai ‘temuan yang meyakinkan’.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Balas Serangan Udara, Hizbullah Luncurkan 60 Roket ke Israel

    Balas Serangan Udara, Hizbullah Luncurkan 60 Roket ke Israel

    Beirut

    Kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon meluncurkan rentetan serangan roket ke wilayah Israel, tepatnya posisi militer Tel Aviv. Rentetan roket ini diluncurkan Hizbullah untuk membalas serangan udara Tel Aviv semalam sebelumnya.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (16/5/2024), kelompok Hizbullah dalam pernyataannya mengumumkan pasukannya “meluncurkan serangan rudal dengan lebih dari 60 roket Katyusha” terhadap sejumlah posisi militer Israel, termasuk di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Tel Aviv.

    Disebutkan Hizbullah bahwa serangan roket itu dimaksudkan untuk “merespons serangan musuh Israel semalam di wilayah Bekaa”, yang merupakan wilayah di Lebanon bagian timur.

    Laporan kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), sebelumnya menyebut serangan udara Israel menghantam wilayah Lebanon bagian timur, yang dikuasai Hizbullah, pada Rabu (15/5) malam waktu setempat.

    “Pinggiran area pegunungan di Lebanon bagian timur, pada tengah malam (15/5), menjadi sasaran dari lima serangan musuh,” sebut NNA dalam laporannya.

    Serangan di area Baalbek, Lebanon bagian timur itu, menurut NNA, “memicu luka ringan pada seorang warga” dan sempat memicu kebakaran.

    Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah menuturkan kepada AFP bahwa salah satu serangan “menghantam kamp militer Hizbullah”.

    Dalam pernyataan terpisah, juru bicara militer Israel mengonfirmasi pasukannya menggempur target Hizbullah di Lebanon bagian timur pada Rabu (15/5) malam.

    “Saya bisa mengonfirmasi bahwa serangan udara memang dilancarkan jauh ke dalam wilayah Lebanon, terhadap target teror terkait proyek rudal presisi Hizbullah,” sebut juru bicara militer Israel itu kepada AFP.

    Belum ada tanggapan resmi Tel Aviv soal serangan roket terbaru Hizbullah ke wilayahnya.

    Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Yunani dan Turki Ingin Pererat Hubungan Dagang

    Yunani dan Turki Ingin Pererat Hubungan Dagang

    Athena

    Turki dan Yunani sejak lama dipisahkan jurang konflik, yang sebagian besar berpusar pada kisruh soal perbatasan laut dan status Pulau Siprus yang terbelah dua sejak invasi Turki sekitar 50 tahun lalu.

    Selama ini, ketegangan antara Athena dan Ankara seringkali mengarah kepada konflik militer. Namun sekitar satu setengah tahun yang lalu, kedua musuh bebuyutan ingin mengupayakan damai lewat dialog.

    Hasilnya, pesawat tempur Turki dan Yunani tidak lagi berpatroli di atas Laut Aegea sudah sejak 18 bulan terakhir. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga tidak lagi melayangkan serangan verbal ke arah negeri jiran. Pada Desember 2023, dia berkunjung ke Athena dan menandatangani perjanjian persahabatan dengan Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis.

    Pada Senin (13/5), giliran Mitsotakis yang mengunjungi ibu kota Ankara. Tapi harapan yang sempat meruak pada awal 2024, kembali surut seiring buntunya perundingan seputar garis perbatasan atau status Siprus.

    Meski demikian, Mitsotakis dan Erdogan bersikeras menampilkan “agenda positif” yang ingin diupayakan dalam relasi kedua negara. Keduanya mengaku puas atas prospek kerja sama di bidang pariwisata, perdagangan dan manajemen kebencanaan.

    Polemik Hamas

    Kedua kepala negara berkesan berusaha mengecilkan perbedaan, kecuali menyangkut perang di Jalur Gaza.

    Ketika perdana menteri Yunani menegaskan hak Israel untuk membela diri, presiden Turki menuduh Israel melakukan genosida. Erdogan juga menolak penetapan Hamas sebagai organisasi teroris.

    Tapi ketimbang perbedaan sikap, Mitsotakis lebih memilih menegaskan kesamaan. “Mengenai masalah Hamas, kami memiliki pendapat yang berbeda. Namun kami setuju bahwa gencatan senjata segera diperlukan, terutama untuk melindungi warga sipil Palestina.”

    Pendekatan diplomatik berbuah manis

    Mitsotakis dan Erdogan mengaku lebih memilih fokus pada isu yang sudah disepakati. Perdana Menteri Yunani berbicara tentang “normalitas produktif” dalam kerja sama dengan presiden Turki, yang telah bertemu sebanyak empat kali dalam sepuluh bulan terakhir.

    Hasil positif dari pemulihan hubungan Yunani-Turki mencakup, antara lain, kerja sama dalam mencegah krisis pengungsi dan kemudahan visa bagi warga negara Turki yang ingin mengunjungi pulau-pulau tertentu di Yunani.

    Kedua kepala negara menilai penting untuk lebih memperdalam kerja sama di laut dan darat untuk mencegah migrasi ilegal. Erdogan juga mendukung kerja sama yang lebih erat dengan Yunani dalam memerangi terorisme.

    Mereka menegaskan kembali tujuan yang sudah ditetapkan pada bulan Desember untuk menggandakan volume perdagangan bilateral menjadi USD10 miliar dalam lima tahun ke depan, serta merayakan pembentukan Dewan Ekonomi Yunani-Turki.

    Mitsotakis dan Erdogan juga menandatangani nota kerja sama dalam penanganan bencana alam, berdasarkan solidaritas timbal balik kedua negara saat terjadi gempa.

    Kebuntuan di Siprus

    Meski Erdogan berulang kali menekankan bahwa “tidak ada masalah antara Yunani dan Turki yang tidak dapat diselesaikan, tidak peduli seberapa besar masalah tersebut,” terlihat jelas bahwa kedua negara memiliki posisi yang sangat berbeda mengenai berbagai isu sentral.

    Dia menyerukan “solusi yang adil” terhadap masalah Siprus, dengan merujuk pada “solusi dua negara merdeka”. Bagi Yunani, Siprus dan PBB, satu-satunya solusi yang dapat diterima adalah reunifikasi total.

    Erdogan menilai, “minoritas Turki” di Yunani dapat membangun “jembatan persahabatan” antara kedua bangsa. Namun pemerintah Yunani tidak mengakui minoritas Turki, melainkan hanya minoritas Muslim. Karena begitulah penduduk Turki dan Yunani digolongkan secara eksplisit dalam Perjanjian Lausanne yang mengatur hubungan kedua negara pada tahun 1923.

    Namun perbedaan terbesar dirasakan dalam isu Biara Khora yang kini diubah menjadi masjid oleh Erdogan. Khora adalah gereja peninggalan era Bizantium dan berfungsi sebagai museum sejak pendirian Republik Turki. Bangunan bersejarah itu sejak lama mendapat status warisan dunia UNESCO.

    Mitsotakis sempat berjanji akan membicarakan masalah ini dengan Erdogan. Setelah pertemuan, dia mengaku telah mengungkapkan keprihatinannya secara langsung, namun menegaskan pentingnya “menjaga nilai kultural dari situs ini agar bisa dikunjungi oleh semua pihak.”

    rzn/as

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Tentara Israel Tewas di Gaza Utara, Ditembak Rekan Sendiri

    5 Tentara Israel Tewas di Gaza Utara, Ditembak Rekan Sendiri

    Gaza City

    Militer Israel melaporkan lima tentaranya tewas dalam pertempuran di wilayah Jalur Gaza bagian utara. Namun Tel Aviv mengungkapkan bahwa kelima tentaranya itu kehilangan nyawa akibat tembakan rekan sesama tentara Israel.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (16/5/2024), militer Israel dalam pernyataannya menyebut lima tentaranya tewas “dalam pertempuran” di Jalur Gaza bagian utara pada Rabu (15/5) malam. Area itu menjadi lokasi pertempuran sengit terbaru antara pasukan Israel dan militan Hamas yang berperang selama tujuh bulan terakhir.

    Awalnya militer Israel tidak menjelaskan lebih lanjut soal penyebab kematian tentara-tentaranya itu.

    Namun kemudian militer Israel mengakui bahwa kelima tentaranya tewas akibat tembakan rekan sesama tentara, atau terkena “friendly fire”, saat bertempur melawan militan Hamas.

    Saat diminta untuk mengonfirmasi laporan media yang menyebut lima tentaranya tewas akibat tembakan sesama tentara Israel, salah satu juru bicara militer Tel Aviv menjawab singkat: “Iya.”

    Dalam pernyataan terbaru, militer Israel menyebut kelima tentara yang tewas berasal dari Batalion Penerjun Payung yang ditugaskan ke Jalur Gaza bagian utara.

    “Lima tentara dari Batalion Penerjun Payung ke-202 tewas tadi malam dalam insiden yang menimbulkan korban massal akibat tembakan pasukan kami,” demikian pernyataan terbaru militer Israel.

    Disebutkan juga bahwa tujuh tentara Israel lainnya mengalami luka-luka dalam insiden yang sama.

    Lebih lanjut, militer Israel dalam pernyataannya menjelaskan bahwa dua tank, yang terlibat pertempuran sengit di area tersebut, melepaskan tembakan ke arah sebuah rumah yang digunakan oleh seorang wakil komandan batalion Israel.

    “Penembakan itu melibatkan dua peluru tank. Dari penyelidikan awal…tampaknya para petempur tank, dari kompi penerjun payung Hetz ultra-Ortodoks, mengidentifikasi laras senapan yang keluar dari salah satu jendela bangunan, dan saling membidik satu sama lain untuk menembak ke arah bangunan itu,” sebut militer Israel dalam penjelasannya.

    Kematian lima tentaranya itu menambah jumlah personel militer Israel yang terbunuh dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Sedikitnya 278 tentara Israel, menurut data otoritas Tel Aviv, tewas di Jalur Gaza sejak serangan darat dilancarkan pada 27 Oktober tahun lalu.

    Pertempuran berkobar kembali dalam beberapa hari terakhir di Jalur Gaza bagian utara. Juru bicara militer Israel menyebut ada “upaya-upaya Hamas untuk membangun kembali kemampuan militernya” beberapa bulan setelah Israel menyatakan struktur komando kelompok militan itu dimusnahkan.

    Pertempuran sengit dan pengeboman besar-besaran oleh militer Israel dilaporkan melanda area kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza bagian utara dan kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah, sejak pasukan Tel Aviv melancarkan operasi “terarah” yang fokus pada Rafah di selatan daerah kantong Palestina itu pada awal Mei.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini