Negara: Jalur Gaza

  • Militer Israel Tahan Direktur RS Kamal Adwan, Operasional Disetop

    Militer Israel Tahan Direktur RS Kamal Adwan, Operasional Disetop

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel menahan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan yang terletak di Jalur Gaza, Sabtu (28/12), setelah mereka menggempur hingga membakar gedung rumah sakit utama yang tersisa di wilayah tersebut.

    Para pejabat kesehatan di wilayah Gaza mengatakan serangan brutal tentara Zionis terhadap RS Kamal Adwan membuat fasilitas tersebut “tidak berguna”, dan semakin memperburuk krisis kesehatan di Jalur Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan operasi militer tersebut membuat “fasilitas kesehatan utama terakhir di Gaza utara tidak dapat beroperasi”.

    “Laporan awal menunjukkan bahwa beberapa departemen utama terbakar parah dan hancur selama serangan tersebut,” kata WHO dalam sebuah pernyataan di X, melansir AFP, Sabtu (28/12).

    Menurut WHO ada 60 petugas kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk beberapa pasien yang menggunakan ventilator, masih berada di rumah sakit.

    Pasien dengan kondisi sedang dan parah terpaksa dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia yang sudah hancur dan tidak berfungsi. WHO juga menambahkan bahwa pihaknya “sangat prihatin atas keselamatan mereka”.

    Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan bahwa pasukan Israel telah menahan direktur Kamal Adwan, Hossam Abu Safiyeh, beserta beberapa anggota staf medis.

    AFP tidak dapat memverifikasi secara independen apakah Abu Safiyeh telah ditahan. Namun, beberapa upaya untuk menghubunginya tidak berhasil.

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan Abu Safiyeh ditahan bersama dengan kepala Gaza utara, Ahmed Hassan al-Kahlout. Sementara itu, pihak militer Israel tidak memberikan komentar atas penahanan tersebut.

    Salah satu warga Gaza yang dievakuasi dari rumah sakit mengatakan bahwa beberapa pengungsi diinterogasi tentang Hamas.

    “Ketika kami mulai keluar, tentara meminta semua pemuda untuk melepaskan pakaian mereka dan berjalan ke luar rumah sakit,” kata salah seorang warga.

    “Mereka [tentara] membawa puluhan pemuda, serta dokter dan pasien, ke tempat yang tidak diketahui. Para pemuda itu diinterogasi, mereka ditanya tentang pejuang perlawanan, Hamas, dan senjata,” lanjut dia.

    Sebelumnya, tentara Zionis menghancurkan sebagian besar fasilitas medis dan memaksa ratusan orang untuk meninggalkan tempat yang selama ini menjadi satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di wilayah tersebut.

    Dilansir Al Jazeera, aksi keji Israel ini terjadi pada Jumat (27/12) waktu setempat. Saat itu fasilitas medis yang terletak di Beit Lahiya tersebut telah menghadapi pengepungan dan tekanan berat dari pasukan Israel selama berminggu-minggu.

    (tim/dmi)

  • WHO: Serangan Israel di RS Kamal Adwan Akibatkan Layanan Medis Terhenti di Gaza – Halaman all

    WHO: Serangan Israel di RS Kamal Adwan Akibatkan Layanan Medis Terhenti di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara telah menghentikan seluruh layanan medis di fasilitas kesehatan terakhir yang tersisa di wilayah tersebut.

    Serangan ini menyebabkan beberapa departemen utama rumah sakit terbakar dan hancur parah.

    “Laporan awal menunjukkan bahwa serangan ini telah membuat rumah sakit tidak dapat beroperasi kembali,” ungkap WHO dalam pernyataannya yang dikutip dari Al Arabiya.

    WHO juga melaporkan bahwa 60 petugas kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis masih terjebak di dalam rumah sakit.

    Beberapa pasien lainnya terpaksa dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia yang juga mengalami kerusakan.

    Pembatasan Akses

    WHO menyoroti bahwa serangan ini terjadi setelah meningkatnya pembatasan akses bagi mereka dan mitra-mitra kesehatan di RS Kamal Adwan.

    “Permusuhan dan penggerebekan seperti ini menggagalkan semua upaya kami untuk menjaga fasilitas tersebut tetap berfungsi secara minimal,” tambah WHO.

    Organisasi ini juga memperingatkan bahwa serangan yang terus berlanjut akan menyebabkan lebih banyak korban jiwa di Gaza.

    WHO menegaskan bahwa serangan terhadap fasilitas kesehatan harus dihentikan.

    “Kengerian ini harus diakhiri dan perawatan kesehatan harus dilindungi,” tegas WHO.

    Penahanan Staf Medis

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa kontak dengan staf di dalam rumah sakit telah terputus.

    “Pasukan pendudukan telah menahan direktur rumah sakit dan puluhan staf medis untuk diinterogasi,” kata pernyataan kementerian yang dikelola Hamas.

    Di antara yang ditahan adalah direktur RS, Hossam Abu Safiyeh, dan direktur pertahanan, Ahmed Hassan al-Kahlout.

    Militer Israel mengeklaim bahwa mereka melakukan operasi di area Rumah Sakit Kamal Adwan karena rumah sakit tersebut diduga menjadi markas Hamas.

    Namun, klaim ini langsung dibantah oleh Hamas.

    Juru bicara Hamas, Osama Hamdan, menyebut tuduhan tersebut sebagai kebohongan dan menegaskan bahwa tidak ada anggota Hamas yang berada di rumah sakit tersebut.

    Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza, mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata.

    Serangan ini telah menewaskan lebih dari 45.400 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, memaksa hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang untuk mengungsi dari rumah mereka.

     

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • WHO Kutuk Serangan ke RS Kamal Adwan Faskes Utama Terakhir Gaza Utara

    WHO Kutuk Serangan ke RS Kamal Adwan Faskes Utama Terakhir Gaza Utara

    Jakarta, CNN Indonesia

    Serangan Israel ke Rumah Sakit (RS) Kamal Adwan menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di wilayah Gaza utara.

    WHO pun mengutuk serangan itu, dan memaksa agar ‘kengerian tersebut harus berakhir’ hingga jaminan perlindungan pelayanan kesehatan.

    Demikian pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia di bawah PBB, WHO, dalam unggahannya di akun resmi X pada Jumat (27/12).

    “Serangan pagi ini ke RS Kamal Adwan telah membuat fasilitas kesehatan utama di #Gaza Utara tak bisa melayani lagi. Laporan awal menunjukkan beberapa departemen penting [di RS Kamal Adwan] terbakar dan hancur akibat serangan tersebut,” demikian ditulis akun WHO yang dikutip Sabtu (28/12).

    Selain itu, WHO melaporkan 60 tenaga kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis di pasien itu terpaksa bertahan di rumah sakit yang hancur itu. Sementara pasien-pasien yang dalam kondisi moderat hingga berat dievakuasi ke bangunan RS Indonesia di Gaza yang sebetulnya pun sudah hancur dan tak lagi beroperasi.

    “WHO sangat prihatin terhadap keselamatan mereka,” demikian pernyataan badan PBB itu.

    WHO menyatakan serangan Israel terhadap RS Kamal Adwan itu terjadi setelah meningkatnya pembatasan terhadap pekerjanya dan mitranya untuk menyuplai bantuan kemanusiaan ke Gaza. Selain itu, WHO menyatakan serangan berulang terhadap fasilitas kesehatan ataupun lokasi penunjang medis dan sekitarnya di Gaza telah meningkat sejak awal Oktober lalu.

    Badan PBB itu menyatakan, serangan Israel yang tak kunjung berhenti itu sangat mengganggu upaya WHO memastikan fasilitas kesehatan di Gaza Utara berfungsi bahkan secara minimal.

    “Penghancuran sistem kesehatan secara sistematis di Gaza menjadi tanda kematian bagi puluhan ribu jiwa Rakyat Palestina yang membutuhkan penanganan kesehatan secara mendesak,” kata WHO.

    memaksa agar ‘kengerian tersebut harus berakhir’ hingga jaminan perlindungan pelayanan kesehatan di Gaza.

    “Kengerian ini harus segera berakhir dan pelayanan kesehatan harus dilindungi. Gencatan senjata segera!” demikian pernyataan WHO.

    Sebagai informasi, Israel kembali melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza Utara pada 5 Oktober 2024 dengan dalih mencegah berhimpunnya kembali milisi Palestina dari kelompok Hamas di Gaza.

    Publik Palestina dan pendukungnya menyebut niat Israel melakukan serangan besar-besaran, sebenarnya adalah untuk menduduki kembali Gaza Utara dan mengusir warga Palestina yang masih bertahan di sana.

    Itulah yang kemudian diklaim membuat Israel terus menghalangi pengantaran bantuan kemanusiaan, seperti pangan, obat-obatan, dan bahan bakar bagi  masyarakat Palestina di Gaza Utara untuk bertahan hidup.

    Rezim Zionis terus menerus melakukan agresi militer ke Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 45.400 orang sejak awal Oktober 2023 lalu. Sebagian besar dari korban-korban itu adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.

    Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan ketua otoritas pertahanan Israel Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan atas tindak genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.

    [Gambas:Twitter]

    (kid/kid)

    [Gambas:Video CNN]

  • Netanyahu Tangkap 5 Warga yang Demo di Depan Rumahnya

    Netanyahu Tangkap 5 Warga yang Demo di Depan Rumahnya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Aparat Israel menahan setidaknya lima warga yang menggelar demonstrasi di depan kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Sabtu (28/12).

    Media Israel dan para aktivis pagi ini mempublikasikan adegan-adegan yang telah diverifikasi oleh agensi Sanad Al Jazeera, mengenai demonstrasi di depan kediaman sang PM tersebut.

    Dikutip Al Jazeera, para pengunjuk rasa menuntut Netanyahu segera menyepakati perjanjian dengan Hamas yang utamanya demi membebaskan para sandera yang tersisa.

    Lembaga penyiaran nasional Israel, Kan, melaporkan bahwa polisi Israel menangkap lima orang peserta dalam aksi protes tersebut.

    Sejauh ini, Israel dan Hamas masih belum sepaham soal negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina. Perundingan gencatan senjata bahkan dilaporkan mandek hingga beberapa negara mediator seperti Qatar hampir angkat tangan memediasi kedua belah pihak.

    Di dalam negeri, Netanyahu pun semakin tertekan lantaran demonstrasi terkait protes atas pembebasan sandera Hamas yang tak kunjung berlangsung semakin meluas.

    Meski begitu, alih-alih mempercepat perundingan, Netanyahu masih terus memerintahkan militer Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza.

    Hari ini, Israel bahkan membakar Rumah Sakit Kamal Adwan, salah satu RS terakhir di Gaza utara yang berfungsi. Insiden itu menewaskan lima staf RS yang dilaporkan meninggal karena terbakar hidup-hidup.

    Israel juga baru-baru ini melancarkan serangan udara dan darat ke Gaza utara, yang selama ini diyakini menjadi markas persembunyian Hamas.

    Sejauh ini, agresi brutal Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah menewaskan lebih dari 45.500 warga Palestina di wilayah itu. Sebagian besar merupakan anak-anak dan perempuan.

    (rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Serbu RS Kamal Adwan: Direktur dan Staf Ditahan – Halaman all

    Israel Serbu RS Kamal Adwan: Direktur dan Staf Ditahan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya, Jalur Gaza utara, pada hari Jumat, 28 Desember 2024.

    Dalam serangan tersebut, sebagian besar bangunan di fasilitas medis yang tersisa di wilayah tersebut dibakar, memaksa ratusan orang di dalamnya untuk mengungsi.

    Menurut Direktur Kementerian Kesehatan Gaza, Munir al-Bursh, “Pasukan pendudukan sekarang berada di dalam rumah sakit dan mereka membakarnya.” Kontak dengan staf di dalam rumah sakit telah terputus, dan Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa IDF (Angkatan Pertahanan Israel) telah menahan direktur rumah sakit, Hossam Abu Safiyeh, serta puluhan staf medis lainnya untuk diinterogasi.

    “Direktur pertahanan, Ahmed Hassan al-Kahlout, juga ditahan oleh IDF,” tambah Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

    Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, menyatakan bahwa serangan Israel telah menghancurkan sistem medis di rumah sakit tersebut, membuatnya tidak dapat digunakan lagi.

    Setelah serangan, militer Israel mengeklaim bahwa Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi markas Hamas.

    Namun, klaim tersebut dibantah oleh Hamas.

    Juru bicara Hamas, Osama Hamdan, mengatakan bahwa “apa yang dituduhkan Israel adalah kebohongan.” Ia menambahkan bahwa penargetan rumah sakit tersebut merupakan bagian dari rencana jenderal Israel untuk mencegah keteguhan warga sipil.

    Kerusakan Rumah Sakit

    Wakil Menteri Kesehatan Gaza, Youssef Abu el-Rish, mengungkapkan bahwa serangan tersebut telah menghanguskan departemen bedah, laboratorium, dan gudang di rumah sakit.

    “Semua ruangan di RS Kamal Adwan telah terbakar habis,” ujarnya.

    Pasien yang berada di rumah sakit juga dipaksa pindah oleh IDF ke Rumah Sakit Indonesia, yang mengalami kekurangan pasokan medis, air, dan listrik.

    Sekitar 350 orang yang berada di Kamal Adwan terpaksa dipindahkan ke sekolah terdekat, termasuk 75 pasien dan pendampingnya, serta 185 staf medis.

    Latar Belakang Konflik

    Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza, mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata.

    Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 45.400 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, mengusir hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • WHO: Serangan Israel di RS Kamal Adwan Akibatkan Layanan Medis Terhenti di Gaza – Halaman all

    WHO: Serangan Israel Hancurkan Rumah Sakit Kamal Adwan, Layanan Medis Terhenti – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan serangan Israel yang menargetkan Rumah Sakit Kamal Adwan, yang merupakan fasilitas kesehatan terakhir di Gaza tak bisa beroperasi kembali.

    “Serangan pagi ini terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan telah menghentikan layanan fasilitas kesehatan utama terakhir di Gaza utara. Laporan awal menunjukkan bahwa beberapa departemen utama terbakar dan hancur parah selama serangan itu,” kata WHO dalam sebuah pernyataan pada X, dikutip dari Al-Arabiya.

    WHO mengatakan 60 petugas kesehatan dan 25 pasien di dalam kondisi kritis masih berada di rumah sakit.

    Namun beberapa pasien lainnya harus dilarikan ke RS Indonesia.

    “Pasien dalam kondisi sedang hingga parah terpaksa dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia yang hancur dan tidak berfungsi,” jelas WHO.

    Menurut WHO, serangan dan penggerebakan Israel ini terjadi setelah Israel memberlakukan pembatasan terhadap WHO di RS Kamal Adwan.

    “Penggerebekan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan ini terjadi setelah meningkatnya pembatasan akses bagi WHO dan mitra, serta serangan berulang terhadap atau di dekat fasilitas tersebut sejak awal Oktober,” kata WHO.

    Tak terima dengan insiden ini, WHO mengatakan bahwa serangan Israel ini justru membuat fasilitas medis ini lumpuh total.

    WHO juga memperingatkan bahwa serangan Israel akan menimbulkan lebih banyak korban jiwa.

    “Permusuhan dan penggerebekan seperti itu menggagalkan semua upaya dan dukungan kami untuk menjaga fasilitas tersebut tetap berfungsi secara minimal. Pembongkaran sistematis sistem kesehatan di Gaza merupakan hukuman mati bagi puluhan ribu warga Palestina yang membutuhkan perawatan kesehatan,” tambahnya.

    Dengan tegas, WHO meminta kepada Israel untuk menghentikan serangan mereka di fasilitas kesehatan.

    “Kengerian ini harus diakhiri dan perawatan kesehatan harus dilindungi,” tegasnya.

    Tak hanya itu, WHO juga menyerukan kembali gencatan senjata Hamas-Israel.

    Sebagai informasi, Israel membakar Rumah Sakit Kamal Adwan pada hari Jumat (28/12/2024).

    Sebagian besar bangunan di fasilitas medis terakhir yang tersisa di Jalur Gaza utara itu hangus terbakar.

    Wakil menteri kesehatan Gaza, Youssef Abu el-Rish mengatakan bahwa serangan Israel telah membuat departemen bedah, laboratorium dan gudang di rumah sakit hangus terbakar.

    “Kamal Adwan menderita pengepungan yang menyesakkan, karena departemen operasi dan bedah, laboratorium, pemeliharaan, unit ambulans dan gudang telah terbakar habis,” kata Youssef Abu el-Rish.

    Direktur dan Staf Medis Ditahan

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan kontak telah terputus dengan staf di dalam rumah sakit di Beit Lahiya, yang telah dikepung selama berminggu-minggu.

    Tak hanya membakar RS Kamal Adwan, IDF juga menahan direktur RS dan staff medis.

    “Pasukan pendudukan telah membawa puluhan staf medis dari Rumah Sakit Kamal Adwan ke pusat penahanan untuk diinterogasi, termasuk direktur, Hossam Abu Safiyeh,” kata kementerian kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al-Arabiya.

    Badan Pertahanan Sipil Gaza juga melaporkan bahwa direktur pertahanan, Ahmed Hassan al-Kahlout juga ditahan oleh IDF.

    Atas serangan Israel ini, sistem medis di rumah sakit hancur, tak ada yang tersisa.

    “Pendudukan telah menghancurkan sistem medis, kemanusiaan, dan pertahanan sipil di utara, sehingga tidak dapat digunakan lagi,” kata Mahmud Bassal, juru bicara Badan Pertahanan Sipil.

    Beberapa saat setelah serangan terjadi, militer Israel mengatakan telah melakukan operasi di area Rumah Sakit Kamal Adwan dan mengklaim bahwa RS tersebut menjadi markas Hamas.

    Namun klaim Israel tersebut langsung dibantah oleh Hamas.

    Juru bicara Hamas, Osama Hamdan mengatakan bahwa apa yang dituduhkan Israel adalah kebohongan.

    Tidak ada anggota Hamas yang berada di rumah sakit tersebut.

    Hamdan mengatakan bahwa Israel menggunakan ‘rencana jenderal’ untuk menyerang RS Kamal Adwan.

    “Menargetkan Rumah Sakit Kamal Adwan merupakan implementasi dari rencana jenderal dan untuk mencegah segala bentuk keteguhan warga sipil,” kata Hamdan kepada Al Jazeera.

    Apa yang disebut “rencana jenderal” tersebut melibatkan Israel yang secara paksa memindahkan penduduk di Gaza utara, mengepung wilayah tersebut dan menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.

    Konflik Palestina vs Israel

    Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Mereka mengabaikan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan tanpa henti hingga saat ini.

    Serangan Israel ini telah menewaskan lebih dari 45.400 warga Palestina.

    Sejak saat itu, militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, mengusir hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • UNICEF: Hampir Satu dari Lima Anak Tinggal di Zona Konflik – Halaman all

    UNICEF: Hampir Satu dari Lima Anak Tinggal di Zona Konflik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hampir satu dari lima anak di dunia tinggal di daerah yang terkena dampak konflik, dengan lebih dari 473 juta anak menderita tingkat kekerasan terburuk sejak perang dunia kedua, menurut angka yang diterbitkan oleh PBB, laman resmi UNICEF melaporkan.

    Organisasi bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk anak-anak, UNICEF, mengatakan pada Sabtu (28/12/2024) bahwa persentase anak-anak yang tinggal di zona konflik di seluruh dunia telah meningkat dua kali lipat dari sekitar 10 persen pada tahun 1990-an menjadi hampir 19 persen.

    UNICEF juga memperingatkan bahwa peningkatan dramatis dalam bahaya terhadap anak-anak ini tidak boleh menjadi “kenormalan baru”.

    Dengan semakin banyaknya konflik yang terjadi di seluruh dunia dibandingkan dengan masa mana pun sejak 1945, UNICEF mengatakan bahwa anak-anak semakin banyak menjadi korban.

    Mengutip data terbaru yang tersedia, dari tahun 2023, PBB memverifikasi rekor 32.990 pelanggaran berat terhadap 22.557 anak.

    Angka ini merupakan yang tertinggi sejak dewan keamanan mengamanatkan pemantauan dampak perang terhadap anak-anak di dunia hampir 20 tahun yang lalu, dikutip dari The Guardian.

    Jumlah korban tewas setelah hampir 15 bulan perang Israel di Gaza diperkirakan lebih dari 45.000 dan dari kasus yang telah diverifikasi, PBB mengatakan 44 persen adalah anak-anak.

    Di Ukraina, PBB mengatakan telah memverifikasi lebih banyak korban anak selama sembilan bulan pertama tahun 2024 dibandingkan sepanjang tahun 2023, dan memperkirakan akan ada peningkatan lebih lanjut pada tahun 2025.

    Penderitaan Anak-anak

    Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, menyatakan bahwa dari hampir semua aspek, tahun 2024 merupakan salah satu tahun terburuk yang pernah tercatat bagi anak-anak yang berkonflik dalam sejarah UNICEF.

    Ia menjelaskan bahwa hal ini berlaku baik dari segi jumlah anak yang terkena dampak maupun tingkat dampaknya terhadap kehidupan mereka.

    “Seorang anak yang tumbuh di daerah konflik lebih mungkin putus sekolah, kekurangan gizi, atau dipaksa meninggalkan rumah mereka – terlalu sering berulang kali – dibandingkan dengan seorang anak yang tinggal di tempat yang damai,” ungkap Russell.

    “Ini tidak boleh menjadi hal yang biasa. Kita tidak boleh membiarkan satu generasi anak-anak menjadi korban perang yang tidak terkendali di dunia.”

    UNICEF khususnya menyoroti penderitaan perempuan dan anak perempuan, di tengah maraknya laporan pemerkosaan dan kekerasan seksual dalam konflik.

    Dikatakan bahwa di Haiti telah terjadi peningkatan 1.000 persen dalam jumlah insiden kekerasan seksual terhadap anak yang dilaporkan sepanjang tahun 2024 saja.

    UNICEF juga menunjukkan bahwa anak-anak khususnya terkena dampak kekurangan gizi pada masa perang, ancaman yang sangat mematikan di Sudan dan Gaza.

    Lebih dari setengah juta orang di lima negara yang dilanda konflik mengalami kelaparan.

    Konflik juga berdampak serius pada akses anak-anak terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.

    Sebanyak 40 persen anak-anak yang tidak divaksinasi atau kurang divaksinasi tinggal di negara-negara yang sepenuhnya atau sebagian terkena dampak konflik, membuat mereka jauh lebih rentan terhadap wabah penyakit seperti campak dan polio.

    Polio terdeteksi di Gaza pada bulan Juli, pertama kalinya virus tersebut muncul di sana selama seperempat abad.

    Kampanye vaksinasi yang dipimpin PBB, yang dimungkinkan oleh serangkaian gencatan senjata sementara dan sebagian, berhasil menjangkau lebih dari 90 persen populasi anak.

    UNICEF melaporkan bahwa lebih dari 52 juta anak di negara-negara yang dilanda konflik kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan.

    Sebagian besar anak di Jalur Gaza dan sebagian besar anak di Sudan tidak bersekolah selama lebih dari satu tahun.

    Di negara-negara lain yang dilanda konflik, termasuk Ukraina, Republik Demokratik Kongo, dan Suriah, sekolah-sekolah telah rusak, hancur, atau dialihfungsikan, sehingga jutaan anak tidak dapat mengakses pendidikan.

    “Dampaknya terhadap kesehatan mental anak-anak juga sangat besar,” kata UNICEF.

    Sebuah studi yang didukung oleh lembaga amal War Child awal bulan ini melaporkan bahwa 96 persen anak-anak di Gaza merasa bahwa kematian mereka sudah dekat dan hampir setengahnya ingin mati sebagai akibat dari trauma yang telah mereka alami.

    “Anak-anak di zona perang menghadapi perjuangan sehari-hari untuk bertahan hidup yang merampas masa kecil mereka,” kata Russell.

    “Sekolah mereka dibom, rumah-rumah hancur, dan keluarga-keluarga tercerai-berai,”

    “Mereka tidak hanya kehilangan keamanan dan akses terhadap kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, tetapi juga kesempatan untuk bermain, belajar, dan sekadar menjadi anak-anak. Dunia ini mengabaikan anak-anak ini,”

    “Saat kita menatap tahun 2025, kita harus berbuat lebih banyak untuk membalikkan keadaan dan menyelamatkan serta meningkatkan kehidupan anak-anak.”

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Israel Cari Pembenaran untuk Bunuh Warga & Rusak RS Kamal Adwan

    Israel Cari Pembenaran untuk Bunuh Warga & Rusak RS Kamal Adwan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok pejuang Palestina, Hamas, membantah klaim Israel pada hari Jumat (27/12) tentang keberadaan pejuangnya di dalam rumah sakit yang diserbu oleh militer Israel di Jalur Gaza utara.

    Tentara Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan di kota Beit Lahia, Gaza utara pada hari Jumat 927/12), membakar sebagian besar bagian dan memaksa pasien serta warga sipil yang mengungsi untuk melarikan diri.

    Tentara Negeri Zionis itu mengklaim bahwa penyerbuan terhadap fasilitas medis tersebut ditujukan untuk menargetkan pejuang Hamas di dalam rumah sakit.

    “Kami dengan tegas membantah keberadaan pejuang perlawanan di rumah sakit, yang terbuka untuk semua orang, termasuk badan-badan internasional dan PBB,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu.

    Hamas menyatakan klaim Israel itu bertujuan untuk membenarkan kejahatan keji yang dilakukan oleh militer Negeri Zionis tersebut untuk mengevakuasi dan membakar semua bagian rumah sakit sebagai bagian dari rencana genosida dan pemindahan paksa penduduk Palestina.

    Hamas mendesak PBB untuk membentuk panel investigasi guna menyelidiki kejahatan Israel di Gaza utara, yang menjadi saksi rencana pemusnahan dan pemindahan paksa penduduk asiinya.

    Israel telah melanjutkan serangan darat skala besar di Gaza utara sejak 5 Oktober lalu untuk mencegah Hamas berkumpul kembali. Namun, Palestina menuduh Israel berusaha menduduki wilayah tersebut dan menggusur paksa penduduknya.

    Tidak ada bantuan kemanusiaan yang cukup termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar yang diizinkan masuk oleh militer Israel ke wilayah tersebut, sehingga penduduk yang tersisa berada di ambang kelaparan yang mengancam.

    Serangan itu merupakan episode terbaru dalam perang genosida Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.400 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

    Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas invasinya di Gaza.

    (wiw/wiw)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Acak-Acak Arab, Bombardir Sana-sini dari Gaza hingga Yaman

    Israel Acak-Acak Arab, Bombardir Sana-sini dari Gaza hingga Yaman

    CNBC Indonesia

    News

    Foto News

    Foto Internasional

    Reuters, AP Photo, CNBC Indonesia

    28 December 2024 06:00

    Kepulan asap terlihat usai serangan Israel di dekat bandara Sanaa, Yaman, Kamis (26/12/2024) waktu setempat. (AP Photo/Osamah Abdulrahman)

    Sedikitnya dua daerah termasuk Bandara Internasional Sanaa terkena dampak serangan tersebut, dengan tiga orang dilaporkan tewas dan 11 lainnya terluka. Serangan tersebut merupakan wilayah yang terkait dengan gerakan kelompok militan Houthi (REUTERS/Yemen TV)

    Tentara Israel berdiri di atas buldoser militer Suriah di garis gencatan senjata antara Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan Suriah, Rabu (25/12/2024). (REUTERS/Jamal Awad)

    Georges Elia menghias pohon Natal di dalam Gereja Katolik St. George Melkit yang hancur akibat serangan udara Israel, di kota Dardghaya, Lebanon selatan, Minggu (22/12/2024). (AP Photo/Hassan Ammar)

    Gereja tersebut diserang saat Israel membombardir Lebanon selatan dan mengirim pasukan darat, mengubah apa yang tadinya merupakan konflik intensitas rendah dengan baku tembak hampir setiap hari menjadi perang habis-habisan. (AP Photo/Hassan Ammar)

    Serangan Israel terhadap sebuah rumah, di tengah konflik Israel-Hamas, di Deir Al-Balah, Jalur Gaza tengah, Minggu (22/12/2024). (REUTERS/Ramadan Abed)

    Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 8 orang termasuk anak-anak dan terjadi ditengah pembicaraan terkait gencatan senjata. (REUTERS/Ramadan Abed)

    rael mengatakan berencana untuk membangun pemukiman dan menggandakan populasinya di wialayah Dataran Tinggi Golan. (REUTERS/Jamal Awad)

    `;
    });

    let elem = document.querySelector(“#samsung”);

    elem.innerHTML = elem.innerHTML + html;
    }
    })
    .catch(function (err) {
    // There was an error
    console.warn(“Something went wrong.”, err);
    });
    }

    (function () {
    // panggil fungsi fetch Data G20
    // pastikan memanggil fungsi fetch dengan nama yg sudah didefine di atas
    fetchData20();
    })();

  • Petempur Al Qassam ‘Peluk’ Tentara Israel Lalu Meledak, Mayor Komandan Kompi IDF Tewas di Jabalia – Halaman all

    Petempur Al Qassam ‘Peluk’ Tentara Israel Lalu Meledak, Mayor Komandan Kompi IDF Tewas di Jabalia – Halaman all

    Petempur Hamas ‘Peluk’ Tentara Israel Lalu Meledak, Mayor Komandan Kompi IDF Tewas di Jabalia

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan operasi rumit penyerangan yang menargetkan unit Pasukan Pendudukan Israel (IDF) di daerah Tel Al-Zaatar, timur kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.

    Pada Jumat, brigade Al-Qassam melaporkan, operasi penyerangan ke IDF itu dinyatakan kompleks karena melibatkan sejumlah metode dalam beberapa fase.

    Fase pertama, seorang anggota Brigade Al-Qassam melakukan aksi bom bunuh diri dengan ‘memeluk’ tentara Israel yang terdiri dari beberapa personel.

    “Al Qassam menyatakan salah satu pejuangnya meledakkan sabuk peledak di antara kelompok lima tentara IDF, yang mengakibatkan korban di kedua belah pihak,” kata laporan tersebut.

    Setelah insiden ini, Brigade Al Qassam melaksanakan fase kedua serangan dengan menargetkan pasukan evakuasi yang hendak menolong para personel IDF yang tewas dan terluka karena serangan pertama.

    “Al Qassam lebih lanjut menyatakan kalau saat tim penyelamat IDF mendekati lokasi kejadian untuk menyelamatkan rekan mereka, para pejuang mereka berhasil menembak mati dua tentara tambahan sebelum melemparkan beberapa granat rakitan ke arah pasukan yang tersisa,” kata pernyataan itu dilansir RNTV, Jumat (27/12/2024).

    Mayor Komandan Kompi IDF Tewas

    Terkait serangan di Jabalia, Gaza Utara tersebut, dilansir Khaberni, pihak tentara pendudukan Israel mengumumkan pada Jumat malam kalau satu di antara korban tewas adalah komandan kompi pasukan.

    “Seorang komandan kompi IDF tewas dalam bentrokan di Jabalia, Jalur Gaza utara, IDF menjelaskan kalau personel yang tewas adalah seorang (berpangkat) mayor,” kata laporan Khaberni.

    Tentara IDF mengindikasikan kalau dua tentaranya juga terluka dalam insiden yang sama, salah satunya mengalami luka-luka serius.

    Penembak runduk Brigade Al Qassam menembakkan senapan sniper Ghoul hasil produksi lokal Milisi Perlawanan Palestina di Jalur Gaza. (Brigade Al-Qassam/Media militer)

    Perwira IDF Tewas Kena Penembak Jitu di Netzarim

    Sebelumnya, Tentara pendudukan Israel mengumumkan pada Kamis bahwa seorang perwira juga terbunuh di Jalur Gaza.

    Radio Angkatan Darat Israel, mengutip sumber militer di IDF, mengkonfirmasi pembunuhan seorang perwira berpangkat mayor di Jalur Gaza.

    Sumber tersebut menjelaskan, petugas tersebut tewas terkena peluru penembak jitu hari ini di kawasan Netzarim di Jalur Gaza tengah.

    “Sumber menyebutkan, orang tersebut bernama Amit Levy, ketua tim batalion patroli, dan berusia 35 tahun,” kata laporan itu.

    Sejauh ini, Tentara pendudukan Israel mengakui kalau sebanyak 823 tentaranya telah tewas sejak awal perang pada 7 Oktober 2023.  

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)

    IDF Didera Burnout

    Pakar militer Israel mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza punya masalah besar yang bisa memicu bencana bagi Israel.

    Avi Askhenazi, nama pakar itu, dengan tegas mengatakan masalah itu ialah burnout atau kelelahan fisik dan mental.

    Askhenazi yang menjadi kontributor media Israel Maariv menyebut burnout merupakan perkara besar, tetapi tidak terperikan.

    Menurutnya, perang di Gaza yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun membuat para tentara Israel merasa tidak nyaman dan memunculkan kesalahan.

    Awalnya Askhenazi menyinggung tewasnya seorang kapten Israel di Gaza yang bernama Amit Levi.

    Kematian Levi masih misterius. Belum diketahui dengan pasti apakah dia tewas ditembak oleh rekan sendiri ataukah diserang pejuang Hamas.

    Pada saat kejadian, pasukan Levi sedang bergerak di atas sebuah kendaraan. Kendaraan itu melaju tanpa penerangan.

    Diyakini ada ada pasukan lain yang beroperasi di area itu dan melepaskan tembakan setelah melihat gerakan misterius.

    Pasukan Israel dalam agresi militernya di Jalur Gaza mendapat serangan sergapan berupa peledakan rumah jebakan oleh kelompok milisi pembebasan Palestina, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. (Khaberni)

    “Tampaknya pasukan Levi didentifikasi sebagai pasukan musuh [oleh pasukan Israel lainnya] dan tidak ada koordinasi di antara dua pasukan itu,” kata Askhenazi dalam kolom di Maariv hari Kamis, (26/12/2024).

    Namun, hingga kini belum ada konfirmasi dari IDF mengenai penyebab pasti kematian misterius Levy.

    Lalu, Askhenazi mengatakan Divisi 99 dan 162 IDF sudah beroperasi di Gaza selama berbulan-bulan. Tingkat keletihan kedua divisi itu sangat tinggi.

    Dia mengatakan tentara Israel yang beroperasi di tempat yang sama memunculkan burnout.

    “Tentara mulai membuat kesalahan, fokus dalam misi mulai berkurang, ketegangan operasional berkurang, risiko kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa meningkat,” kata seorang narasumber militer yang dikutip oleh Askhenazi.

    Askhenazi mengatakan tentara Israel dikerahkan terlalu lama di medan tempur akan merasa lebih aman dan kurang terancam. Hal itu membuat banyak musuh bisa mendekat tanpa diketahui.

    “Ada kekacauan di dalam batalion. Para tentara dan komandan sudah letih. Ada masalah dengan para penjaga, ada masalah dengan keputusan komandan kompi yang merencanakan keluarnya kita dari posisi bertahan dengan cara yang berbahaya,” kata salah satu tentara Israel yang terluka karena kecelakaan.

    Askhenazi menyebut IDF telah mengakui bahwa keletihan tentara akibat operasi militer memang tinggi, terutama di Divisi 162 dan 99 yang hanya beroperasi di Gaza.

    Sementara itu, satuan dan divisi lain beroperasi di zona tempur berbeda, misalnya di Israel, Lebanon, dan Suriah.

    Dua Tentara Israel di pagar keamanan yang memisahkan wilayah pendudukan Israel dengan Jalur Gaza. (Khaberni)

    Jumlah tentara Israel yang tewas

    IDF mengklaim jumlah tentara Israel yang tewas sejak perang meletus ialah 822 personel.

    Sebanyak 390 di antaranya tewas sejak operasi militer Israel di Gaza. Adapun korban luka mencapai 5.524 tentara.

    Di sisi lain, warga Palestina yang tewas karena serangan Israel kini mencapai lebih dari 45.000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.