Negara: Jalur Gaza

  • Mesir Dibantu Israel Disebut Segera Serang Houthi Yaman : Cuan Terusan Suez Drop Gegara Blokade – Halaman all

    Mesir Dibantu Israel Disebut Segera Serang Houthi Yaman : Cuan Terusan Suez Drop Gegara Blokade – Halaman all

    Cuan Terusan Suez Drob, Mesir Dibantu Israel Disebut Segera Serang Houthi Yaman

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah sumber informasi di Israel mengklaim kalau Mesir, di bawah tekanan Israel, berencana untuk melakukan serangan udara intensif terhadap kelompok Ansarullah (Houthi) di Yaman.

    IRNA mengutip laporan media Yaman pada Rabu (1/1/2025), melansir kalau indikasi Mesir segera mengyerang Houthi itu dinyatakan Yehoshua Meir Lichter, seorang peneliti Israel dan anggota Pusat Dayan di Universitas Tel Aviv, dalam sebuah unggahan di platform X (dulu twitter).

    Lichter mengatakan, ada “informasi rahasia” tentang intervensi yang segera dilakukan Mesir, didukung oleh Israel, untuk menghalangi aksi blokade jalur pelayaran Laut Merah oleh Houthi.

    Intervensi ini, dinyatakan untuk menghentikan penurunan pendapatan Terusan Suez bagi Mesir.

    “Angkatan Udara Mesir sedang merencanakan tindakan ofensif terhadap Houthi, yang telah menyebabkan kerugian signifikan bagi Mesir,” tambah Lichter.

    Pendapatan Mesir dari Terusan Suez turun 40 persen setelah pemberontak Houthi yang didukung Iran melakukan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal kargo di Laut Merah. (Anadolu Agency)

    Pakar Geopolitik: Mesir Punya Hak Menyerang

    Terkait kabar ini, Mohamed Mahmoud Mehran, pakar hukum internasional, menekankan kalau Mesir memiliki hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna melindungi keamanan nasionalnya.

    Mehran menjelaskan kalau ancaman terhadap navigasi maritim dan jalur pelayaran merupakan ancaman langsung terhadap keamanan Mesir.

    Ia mencatat bahwa hukum internasional, termasuk Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, memberikan hak kepada sebuah negara untuk membela diri atas kepentingannya. 

    Ia juga menyoroti bahwa Konvensi Hukum Laut 1982 menegaskan hak negara untuk melindungi rute maritim dan menekankan bahwa setiap tindakan potensial Mesir harus proporsional dengan skala ancaman dan sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional.

    Ia memperingatkan, pelanggaran berkelanjutan Israel di kawasan tersebut merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya ketegangan regional.

    “Masyarakat internasional harus bertindak untuk memastikan penghormatan terhadap hukum internasional dan stabilitas regional,” katanya.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Siapkan Kejutan Buat Israel

    Adapun kelompok Houthi atau Ansrallah di Yaman mengaku sedang menyiapkan “kejutan” untuk Israel.

    Awalnya seorang pejabat senior Houthi mengatakan Yaman tak akan berhenti membela warga Palestina di Jalur Gaza. Caranya ialah dengan cara terus menyerang Israel.

    Menurut pejabat itu, peningkatan teknologi Yaman tak hanya perihal senjata stratregis, tetapi juga intelijen dan rencana Yaman untuk mencegah agenda musuh.

    Dia menyebut operasi militer terbaru Yaman di laut dan serangan ke wilayah Israel dilakukan dengan beberapa taktik militer.

    Kata pejabat itu, beberapa rudal Houthi mampu menjangkau Tel Aviv, ibu kota Israel, tanpa bisa ditangkis sistem pertahanan. Rudal-rudal itu termasuk rudal balistik hipersonik dan rudal balistik Zulfiqar.

    Lalu, dia menyebut tentara Yaman sedang menyiapkan “kejutan” untuk Israel.

    “Yaman memiliki banyak sekali pilihan dalam hal militer. Amerika dan Inggris gagal memecahkan kode teknis Yaman,” kata pejabat itu dikutip dari Al Mayadeen.

    Sistem pertahanan udara Arrow Israel mencegat rudal yang ditembakkan kelompok Houthi Yaman. Untuk ketiga kali dalam sepekan, Houthi menyerang Israel tengah dengan Tel Aviv sebagai sasarannya, Selasa (24/12/2024). (khaberni/tangkap layar)

    Dia mengklaim pihaknya memiliknya senjata canggih dan akurat yang dirancang untuk mengalahkan dan menembus semua sistem pertahanan udara.

    Tentara Yaman, kata dia, kini memberlakukan “keadilan” dalam dunia militer. Serangan terhadap pembangkit listrik Yaman akan dibalas dengan serangan terhadap pembangkit listrik musuh, begitu pula dengan serangan terhadap bandara.

    Kemudian, pejabat itu mengatakan Houthi kini memantau ketat semua pergerakan yang mencurigakan.

    Dia menyinggung serangan terhadap Hodeidah dan Sanaa oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada hari Selasa, (31/12/2024). Menurutnya, serangan musuh-musuh Houthi itu tak akan mengubah sikap Yaman.

    Serangan tersebut menargetkan Taman 21 September yang berada di barat laut Sanaa. Tempat itu sebelumnya menjadi markas Divisi Lapis Baja Pertama.

    Pejabat itu mengatakan AS dan Inggris trut menargetkan kompleks yang berisi kantor-kantor Kementerian Pertahanan dan administrasi militer di area Bab al-Yaman, Sanaa bagian tengah.

    Lalu, ada pula serangan terhadap Kompleks Industri Militer 22 Mei di kawasan al-Nahda, barat laut Sanaa.

    Juru bicara Houthi, Mohammad Abdelsalam, menyebut serangan terhadap Yaman merupakan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan suatu negara yang merdeka. Serangan itu dilakukan sebagai dukungan kepada Israel.

    “Yaman akan terus membela diri untuk melawan setiap agresi dan tetap teguh mendukung Gaza,” kata Abdelsalam.

    Pemukim Israel jadi “zombie”

    Media Israel Yedioth Ahronoth menyebut serangan Houthi telah membuat warga Israel menjadi semacam “zombie” atau mayat hidup.

    Hal itu karena dalam sepekan kemarin warga Israel harus bangun sebanyak empat kali karena mendengar sirine yang memperingatkan adanya serangan Houthi.

    Di sisi lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merampungkan penyelidikannya tentang serangan rudal Houthi ke Tel Aviv. Sirene peringatan tidak langsung berbunyi setelah ada serangan.

    Israel mengaku sudah mendapat pelajaran dari insiden itu dan bersiap untuk menghadapi eskalasi selanjutnya.

    Teknologi Houthi lebih canggih dari perkiraan

    Seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

     

    (oln/irna/*)

  • Ancaman Israel untuk Melarang UNRWA Selamatnya Nyawa Warga Palestina Membayangi Gaza – Halaman all

    Ancaman Israel untuk Melarang UNRWA Selamatnya Nyawa Warga Palestina Membayangi Gaza – Halaman all

    Ancaman Israel untuk Melarang UNRWA Selamatnya Nyawa Warga Palestina Membayangi Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Seorang pejabat PBB mempertanyakan apa tujuan akhir pendudukan Israel jika mereka sepenuhnya menghilangkan kemampuan UNRWA untuk menyelamatkan nyawa warga Palestina.

    Menurut The New York Times , jika pemerintah Israel melarang Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) , maka hal itu akan memutus sumber bantuan penting bagi warga Palestina di Gaza, yang menyediakan makanan, air, dan obat-obatan bagi mereka yang terkena dampak perang yang sedang berlangsung. 

    Larangan ini akan memperburuk situasi yang sudah buruk di Gaza, di mana para ahli memperingatkan akan datangnya bencana kelaparan. Akibatnya, pejabat PBB bersiap untuk menutup operasi di Gaza dan Tepi Barat.

    Jamie McGoldrick, yang memimpin upaya kemanusiaan PBB di Gaza dan Tepi Barat hingga April, menyatakan bahwa tindakan tersebut akan berdampak buruk pada “situasi yang sudah sangat buruk.” 

    Ia mempertanyakan niat pemerintah Israel, dengan bertanya, “Jika memang itu niat Israel — untuk menghilangkan kemampuan kita menyelamatkan nyawa — Anda harus mempertanyakan apa pemikirannya dan apa tujuan akhirnya?”

    Bulan lalu, kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyerukan tindakan internasional yang mendesak untuk mencegah runtuhnya layanan penting bagi jutaan pengungsi Palestina, dan memperingatkan bahwa badan tersebut menghadapi kemungkinan meninggalkan “investasi selama puluhan tahun dalam pengembangan manusia dan hak asasi manusia” jika dibubarkan.  

    Ia juga memperingatkan bahwa jika undang-undang Israel berlaku, respons kemanusiaan di Gaza akan hancur dan membuat jutaan pengungsi Palestina kehilangan fasilitas dasar di Tepi Barat, termasuk bagian timur al-Quds. 

    Hal itu juga akan membungkam kesaksian atas berbagai trauma dan ketidakadilan yang telah dihadapi warga Palestina selama beberapa dekade, menurut kepala badan tersebut.   

    Masa depan kegiatan UNRWA di Gaza dan Tepi Barat dipertanyakan akibat undang-undang baru Israel. Meskipun peraturan tersebut tidak secara khusus membahas pekerjaan UNRWA di lokasi-lokasi tersebut, pejabat Israel bersikap ambigu tentang niat penegakannya.

    Wakil Menteri Luar Negeri Israel Sharren Haskel mendesak agar pejabat Palestina mengelola UNRWA di Tepi Barat dan menuduh organisasi tersebut melindungi pejuang Perlawanan Palestina di Gaza, sebuah klaim yang diulang oleh “Israel” dan tidak menunjukkan bukti. 

    Pejabat PBB berencana untuk menangguhkan operasi karena aturan tersebut akan menghalangi kerja sama Israel, yang diperlukan bagi UNRWA untuk memberikan bantuan di wilayah tersebut.

    Louise Wateridge, pejabat senior UNRWA di Gaza, memperingatkan bahwa jika informasi tersebut tidak dapat dibagikan dengan Israel, “maka nyawa staf kami dalam bahaya,” dan menjelaskan bagaimana lebih dari 250 staf UNRWA telah terbunuh.

    UNRWA peringatkan kondisi musim dingin yang mengerikan saat warga Gaza kedinginan hingga meninggal

    UNRWA melaporkan awal minggu ini bahwa lebih dari 500 keluarga Palestina, yang saat ini tinggal di pesisir Gaza sedang berjuang menghadapi kondisi musim dingin yang sulit. 

    Organisasi bantuan tersebut secara konsisten memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang makin memburuk di Jalur Gaza, akibat kerawanan pangan dan kekurangan bantuan kemanusiaan yang parah, dan menekankan bahwa timnya tengah berupaya untuk menyalurkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, tetapi menekankan bahwa bantuan tersebut “jauh dari kata cukup.”

    Sementara itu, juru bicara Pertahanan Sipil di Gaza, Mahmoud Basal, merinci penderitaan warga Palestina di Jalur Gaza, dan mencatat bahwa sejumlah besar warga Palestina telah memadati kamp-kamp pengungsian di tengah cuaca yang sangat dingin.

    Basal, berbicara kepada  Al Mayadeen , menyebutkan bahwa warga Palestina yang sekarat akibat pemboman dan kelaparan, kini menghadapi risiko mati kedinginan, dan menyatakan bahwa tujuh anak-anak dan bayi sejauh ini telah meninggal karena kedinginan. 

    Pertahanan Sipil di Gaza melaporkan pada hari Selasa bahwa mereka telah menerima ratusan panggilan darurat  dari penduduk yang mengungsi paksa yang tenda dan tempat perlindungannya terendam banjir akibat hujan deras, dan banyak di antara mereka yang memohon bantuan segera untuk menyelamatkan anak-anak mereka.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Kondisi Gaza Memprihatinkan! WHO: Butuh 5-10 Tahun Selamatkan Semua Pasien Kritis

    Kondisi Gaza Memprihatinkan! WHO: Butuh 5-10 Tahun Selamatkan Semua Pasien Kritis

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Israel segera mempercepat evakuasi medis di tengah kondisi warga Gaza semakin memprihatinkan. Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sejauh ini pihak Israel masih sangat lambat menangani banyaknya korban luka parah di tengah serangan, yang juga menyasar rumah sakit.

    WHO melaporkan hanya ada 5.383 pasien yang dievakuasi sejak perang dimulai Oktober 2023. “Artinya, hanya bertambah 436 orang sejak penyeberangan Rafah ditutup,” kata Tedros dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial.

    Ia mengatakan lebih dari 12.000 orang masih membutuhkan evakuasi medis.

    “Pada tingkat ini, akan memakan waktu 5-10 tahun untuk mengevakuasi semua pasien yang sakit kritis ini, termasuk ribuan anak-anak. Sementara itu, kondisi mereka memburuk dan beberapa meninggal,” wanti-wanti WHO.

    Tedros melaporkan baru ada 55 pasien dan 72 pendamping dievakuasi ke Uni Emirat Arab (UEA) pada 31 Desember.

    UNICEF melaporkan lima anak muda dilaporkan tewas pada Rabu malam, dan yang lainnya terluka, dalam serangan terhadap sebuah tenda di Mawasi, yang disebut sebagai ‘zona aman’.

    Saat ini lebih dari 80 persen Jalur Gaza berada di bawah perintah evakuasi Israel. Di tengah situasi ini, kemampuan pekerja kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan di seluruh Gaza semakin berkurang.

    “Desember menjadi kondisi yang sangat tragis saat beberapa pembatasan terberat terhadap pergerakan kemanusiaan semakin banyak. Ini termasuk memblokir akses ke daerah perbatasan untuk mengumpulkan pasokan dan menolak upaya untuk mengirimkan barang dan jasa atau menilai kebutuhan di seluruh Gaza,” kata OCHA.

    Secara keseluruhan, Israel menolak 39 persen upaya PBB untuk memindahkan pekerja bantuan ke mana pun di Gaza, dengan 18 persen lainnya terganggu di lapangan atau terhalang.

    Selain itu, untuk daerah yang terkepung di Gaza Utara, akses telah ditolak selama 88 hari berturut-turut, atau sejak 6 Oktober.

    (naf/kna)

  • Cuaca Dingin Selimuti Gaza, 6 Bayi Meninggal Gegara Hipotermia – Halaman all

    Cuaca Dingin Selimuti Gaza, 6 Bayi Meninggal Gegara Hipotermia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hanya dalam seminggu cuaca dingin menyelimuti Gaza, enam bayi di seluruh wilayah itu meninggal karena hipotermia.

    Serangan Israel terus berlangsung, termasuk pada rumah sakit, dan pembatasan yang diberlakukan menghalangi masuknya bantuan musim dingin serta intervensi medis.

    Perang ini telah menewaskan lebih dari 45.500 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

    Populasi Gaza, yang berjumlah sekitar 2,3 juta orang, kini terancam.

    Sebagian besar dari mereka mengungsi, bertahan hidup di tengah cuaca dingin yang ekstrem, tanpa cukup makanan dan air bersih.

    Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuan untuk memproduksi panas.

    Tubuh manusia biasanya mempertahankan suhu inti sekitar 37 derajat Celcius.

    Hipotermia bisa terjadi bahkan ketika suhu luar tidak terlalu rendah, misalnya di atas 4 derajat Celcius.

    Secara medis, hipotermia dimulai ketika suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celcius.

    Tingkat Keparahan Hipotermia

    Tingkat keparahan hipotermia terbagi menjadi beberapa kategori:

    Hipotermia ringan terjadi pada suhu tubuh 32–35 derajat Celcius (89,6–95 derajat Fahrenheit).
    Hipotermia sedang terjadi pada suhu tubuh 28–32 derajat Celcius (82,4–89,6 derajat Fahrenheit).
    Hipotermia berat terjadi pada suhu tubuh di bawah 28 derajat Celcius (82,4 derajat Fahrenheit).

    Pada tahap awal hipotermia, tubuh mulai menggigil untuk menghasilkan panas.

    Seiring berlanjutnya paparan dingin, tubuh semakin kesulitan mempertahankan suhu tubuh.

    Pada tahap yang lebih parah, denyut jantung, pernapasan, dan metabolisme melambat, dan kesadaran bisa menurun.

    Hipotermia ringan bisa ditangani dengan memindahkan orang ke tempat yang lebih hangat dan menutupinya dengan selimut.

    Untuk hipotermia parah, perawatan medis diperlukan, seperti pemanasan aktif atau cairan infus hangat.

    Apakah Bayi Lebih Rentan Terhadap Hipotermia?

    Bayi lebih berisiko terkena hipotermia dibandingkan orang dewasa karena tubuh mereka kehilangan panas lebih cepat.

    Bayi juga tidak bisa menghasilkan panas dengan efisien seperti orang dewasa.

    Mereka sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda hipotermia dengan jelas.

    Pada akhir Desember 2024, suhu di Gaza berkisar antara 11 derajat Celcius hingga 20 derajat Celcius.

    Namun, cuaca sangat sulit bagi mereka yang tinggal di tenda tanpa perlindungan yang memadai.

    Hujan lebat dan angin kencang telah merusak tempat penampungan sementara.

    Dengan terbatasnya bahan bakar, listrik, dan pemanas karena pembatasan dari Israel, banyak penduduk terpaksa menebang pohon untuk kayu bakar.

    Selama Januari, suhu di Gaza bisa turun hingga 9 derajat Celcius (45 derajat Fahrenheit).

    Meski salju jarang turun di Gaza, cuaca di daerah pesisir ini bisa terasa lebih dingin karena hujan lebat.

    Desember dan Januari adalah bulan dengan curah hujan tertinggi di Gaza.

    Kamp Pengungsi Gaza Terendam Banjir

    Di tengah perang yang tak kunjung berakhir, hujan deras dilaporkan mengguyur wilayah Gaza dan menyebabkan banjir besar.

    Setelah Gaza diguyur hujan semalam, petugas darurat melaporkan banyak tempat penampungan serta kamp pengungsi terendam air di Gaza selatan.

    Sebagian besar penduduk Gaza saat ini tinggal di kamp-kamp pengungsi sementara dengan tenda-tenda yang telah mereka gunakan selama lebih dari 14 bulan.

    Tenda-tenda tersebut tidak cukup untuk melindungi mereka dari cuaca dingin, dan beberapa bahkan berlubang.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa jumlah kematian akibat hipotermia telah meningkat menjadi tujuh orang.

    Seiring dengan berkembangnya situasi ini, banyak orang tua yang khawatir akan kehilangan bayi mereka karena berusaha melindungi mereka semaksimal mungkin dari dinginnya cuaca.

    Banyak keluarga yang telah mengungsi beberapa kali dalam 15 bulan terakhir dan tidak mampu membeli pakaian musim dingin atau selimut untuk anak-anak mereka.

    Departemen Meteorologi Palestina memperkirakan cuaca buruk akan terus berlanjut dengan hujan lebat dan badai petir sepanjang hari ini, sementara suhu diperkirakan tetap dingin hingga sangat dingin.

    Wafa, mengutip Departemen Meteorologi Palestina, menyebutkan bahwa cuaca diperkirakan akan membaik pada Rabu (1/1/2025), dengan awan yang mulai menghilang.

    Kendati demikian pihak berwenang mengungkapkan kalau dampak dari hujan lebat masih dirasakan.

    Warga Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan, terutama pakaian musim dingin, tenda, dan terpal.

    Namun, banyak dari mereka belum menerima bantuan tersebut, begitu juga dengan kebutuhan mendesak akan makanan.

    Kebanyakan anak hanya makan sekali sehari.

    Para ibu mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk memberikan kehangatan kepada anak-anak mereka adalah dengan memeluk mereka karena mereka tidak memiliki selimut.

    Krisis kemanusiaan ini semakin memburuk dengan cuaca buruk yang terus mengguyur Gaza, memperburuk kondisi yang sudah sangat sulit bagi pengungsi.

    Serangan Israel Tewaskan 52 Warga Palestina

    Sumber-sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 52 orang telah tewas dalam serangan Israel di beberapa wilayah Jalur Gaza sejak pagi.

    Dalam satu jam terakhir, serangan berikut dilaporkan:

    Serangan udara Israel menewaskan tiga warga Palestina dan melukai lainnya di dekat Persimpangan Lababidi, sebelah barat Kota Gaza.
    Serangan Israel terhadap gedung Kementerian Dalam Negeri di pusat selatan Khan Younis menewaskan enam warga Palestina dan melukai sejumlah lainnya.
    Sebuah pesawat tak berawak Israel menargetkan sebuah sekolah yang menampung orang-orang terlantar di kamp Nuseirat di Gaza tengah, melukai sejumlah orang.
    Lima warga Palestina tewas dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel di dekat Persimpangan al-Oyoun di Kota Gaza.

    Konfrontasi di Tulkarem

    Pada Kamis (2/1/2025) pagi, terjadi konfrontasi sengit di kota Tulkarem, Palestina, di mana pejuang perlawanan Palestina menghadapi serangan militer Israel.

    Konfrontasi ini dimulai ketika Brigade Al-Quds dari Batalyon Tulkarm melaporkan bahwa mereka berhasil memukul mundur serangan Israel.

    Serangan tersebut dilancarkan pada pukul 01:58 dini hari dan berdampak pada rumah Mohammad Talal Abu Yassin, yang merupakan seorang tahanan Palestina.

    Pejuang perlawanan tidak hanya mempertahankan diri tetapi juga melakukan serangan balasan dengan menggunakan tembakan dan alat peledak.

    Mereka menargetkan kendaraan militer Israel dan meluncurkan rentetan tembakan, yang dilaporkan menyebabkan cedera pada sejumlah prajurit Israel.

    Sekitar pukul 02:53 dini hari, Brigade Al-Quds meluncurkan serangan lebih lanjut dengan meledakkan alat peledak yang telah diposisikan sebelumnya.

    Ledakan tersebut menargetkan kendaraan militer Panther Israel di daerah Wadi Al-Shair dekat Anabta, dan berhasil melumpuhkan kendaraan tersebut serta menimbulkan kerusakan yang signifikan.

    Dalam penyerbuan ini, sekitar 30 kendaraan militer, termasuk dua buldoser, berpartisipasi dalam operasi pengepungan dan penghancuran properti warga sipil.

    Salah satu bangunan yang dihancurkan adalah properti milik keluarga Abu Yassin, yang terpaksa dievakuasi setelah perintah pembongkaran dikeluarkan oleh otoritas Israel.

    Bangunan tersebut terdiri dari dua lantai dan ruang penyimpanan, yang sangat berharga bagi keluarga yang tinggal di sana.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Tentara IDF Sibuk di Gaza Utara, Hamas Kendalikan Lagi Gaza Tengah: Basmi Geng Pencuri Truk Bantuan – Halaman all

    Tentara IDF Sibuk di Gaza Utara, Hamas Kendalikan Lagi Gaza Tengah: Basmi Geng Pencuri Truk Bantuan – Halaman all

    Tentara Israel Sibuk di Gaza Utara, Hamas Kendalikan Lagi Gaza Tengah: Basmi Geng Pencuri Truk Bantuan

    TRIBUNNEWS.COM – Surat kabar Israel berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth, menyoroti efektivitas operasi militer pasukan Israel (IDF) dalam agresi yang sudah berlangsung lebih dari 14 bulan sejak 7 Oktober 2023 ke Jalur Gaza.

    Saat IDF tengah sibuk dan memfokuskan serangan pada Gaza Utara, gerakan pembebasan Palestina, Hamas dilaporkan justru bisa kembali merebut kendali wilayah Gaza Tengah.

    “Mengutip pernyataan para pejabat Barat, “Hamas akhirnya berhasil memulihkan sebagian besar kemampuannya untuk mengendalikan wilayah sipil di Jalur Gaza”,” kata laporan Yedioth Ahronoth, dikutip Khaberni, Selasa (2/12/2024).

    Laporan itu menambahkan, para pejabat Barat mengatakan, “Daerah di mana Hamas mendapatkan kembali sebagian kemampuannya terletak di pusat Jalur Gaza (Gaza Tengah), seperti Al-Mawasi dan Al-Nuseirat.”

    Kendali Hamas di Gaza Tengah ini dibuktikan saat mereka mampu membasmi kelompok kriminal, yang diduga dipersenjatai oleh Israel, penyebotase truk-truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza.

    “Hamas tiba-tiba mendapatkan kembali sebagian kemampuannya dan melenyapkan entitas kriminal yang mencuri konvoi,” kata narasumber laporan tersebut.

    Menurut laporan media tersebut, para pejabat Barat mengkonfirmasi bahwa “Hamas menyerang pencuri yang menyita bantuan di depan tentara Israel”.

    Truk bantuan mulai memasuki Penyeberangan Erez yang baru saja dibuka Israel (Tangkapan Layar Video X/Twitter)

    Pasukan Israel Kutip Jatah dari Geng Bersenjata

    Sebelumnya dilaporkan, Otoritas Palestina (PA) pada November silam mengklaim kalau tentara Israel (IDF) mengizinkan geng-geng bersenjata menjarah truk-truk bantuan di Jalur Gaza yang diblokade .

    Selain itu, PA juga menuduh IDF malah meminta ‘jatah’ dengan mengutip biaya ke geng-geng tersebut dari hasil penjarahan yang dilakukan.

    “Tentara mengizinkan geng-geng bersenjata mencuri truk-truk bantuan dan barang-barang serta mengenakan biaya,” kata Ismail Thawabteh, yang mengepalai kantor media pemerintah Gaza, kepada Anadolu, dikutip RNTV, Selasa (12/11/2024).

    Ia mengatakan pasukan Israel mencegah petugas polisi Palestina dan perusahaan-perusahaan keamanan swasta mengamankan truk-truk bantuan dan mengancam akan menargetkan mereka.

    “Strategi ini sesuai dengan kebijakan (Israel) yang sengaja membuat warga Palestina kelaparan , dan menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk mencegah pengiriman bantuan,” tambahnya.

    Beberapa polisi dan petugas keamanan Palestina tewas dalam serangan-serangan Israel saat menjaga truk-truk bantuan di Gaza.

    Bulan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan tentang kelaparan yang “tidak dapat ditoleransi” di daerah kantong Palestina itu. “Khawatir dengan temuan laporan IPC

    “(Integrated Food Security Phase Classification) hari ini bahwa pengungsian yang tinggi dan pembatasan aliran bantuan kemanusiaan berarti orang-orang di Gaza menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah,” tulis Guterres di X.

    Israel telah melanjutkan serangannya yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Serangan itu telah menewaskan lebih dari 43.600 korban dan membuat daerah kantong itu hampir tidak dapat dihuni. Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikannya di Gaza.

    Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan lebih dari satu juta orang di Gaza tengah dan Gaza selatan tidak menerima pasokan makanan apa pun selama bulan Agustus dan situasi kemanusiaan di Gaza masih sangat buruk. (Anadolu Agency)

    Rencana Kejam Membuat Warga Gaza Mati Kelaparan

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan sedang memeriksa proposal untuk menutup bantuan kemanusiaan ke Gaza utara, dengan tujuan membuat ratusan ribu orang yang tidak bisa meninggalkan rumah mereka mati kelaparan.

    Dalam proposal tersebut, yang dilihat oleh Associated Press, warga yang masih berada di Gaza utara akan diklasifikasikan sebagai kombatan.

    Artinya, tentara Israel diperbolehkan menembak mereka.

    Warga pun akan dilarang mengakses makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar.

    Proposal itu dibuat oleh sekelompok pensiunan jenderal Israel.

    Mereka menyerukan agar Israel tetap mengendalikan Gaza utara dalam waktu yang tidak terbatas untuk membentuk administrasi baru, sehingga membagi Jalur Gaza menjadi dua bagian.

    Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu mengatakan dalam sesi tertutup komite parlemen bahwa ia sedang mempertimbangkan rencana tersebut.

    Otoritas Israel yang mengetahui masalah tersebut mengatakan sebagian dari rencana itu bahkan sudah dilaksanakan.

    Rencana tersebut memberi warga Palestina waktu seminggu untuk meninggalkan sepertiga utara Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza, sebelum mendeklarasikan wilayah tersebut sebagai zona militer tertutup.

    Israel telah mengeluarkan banyak perintah evakuasi untuk wilayah Gaza utara selama satu tahun ini, dan yang terbaru adalah pada hari Minggu (6/10/2024).

    Pasukan Israel memperluas serangan militer brutal mereka di Gaza utara pada hari Minggu pagi, setelah menewaskan 300 orang selama sembilan hari dalam serangan darat yang semakin intensif yang menargetkan kamp pengungsi Jabalia.

    Tank-tank Israel bergerak menuju tepi utara Kota Gaza, sementara serangan udara dari atas terus berlanjut.

    Penduduk mengatakan mereka terisolasi dari wilayah Gaza lainnya.

    Mereka mengatakan bahwa pasukan Israel tidak mengizinkan siapa pun masuk atau keluar dari wilayah utara.

    Tidak ada truk makanan, air, atau obat-obatan yang memasuki wilayah utara sejak 30 September, menurut PBB.

    Sejauh ini, sangat sedikit warga Palestina yang mematuhi perintah evakuasi terbaru.

    Sebab, banyak yang takut bahwa tidak ada lagi tempat yang aman untuk dituju dan mereka tidak akan pernah diizinkan kembali.

    “Semua warga Gaza takut dengan rencana itu,” kata Jomana Elkhalili, seorang pekerja bantuan Palestina berusia 26 tahun untuk Oxfam yang tinggal di Kota Gaza bersama keluarganya.

    “Namun, mereka tidak akan melarikan diri. Mereka tidak akan membuat kesalahan lagi. Kami tahu tempat lain di sana tidak aman,” katanya.

    “Itulah sebabnya orang-orang di utara mengatakan lebih baik mati daripada pergi.”

    Para wanita Palestina mengulurkan piring mereka ke arah seorang pria, untuk menerima jatah roti sayur yang disiapkan oleh para sukarelawan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara pada tanggal 14 Agustus 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Photo by Omar AL-QATTAA / AFP) (AFP/OMAR AL-QATTAA)

    Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan pada hari Kamis bahwa hanya sekitar 100 warga Palestina yang telah melarikan diri dari utara sejak Minggu.

    “Setidaknya 400.000 orang terjebak di daerah itu,” kata Lazzarini.

    “Dengan hampir tidak ada persediaan dasar yang tersedia, kelaparan menyebar.”

    Kelompok HAM Khawatir Israel Menggunakan Makanan sebagai Senjata

    Mengutip PressTV, kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa rencana tersebut kemungkinan akan membuat warga sipil kelaparan.

    Rencana itu juga bertentangan dengan hukum internasional, yang melarang penggunaan makanan sebagai senjata dan pemindahan paksa.

    Fakta bahwa Israel secara sengaja membatasi makanan ke Gaza merupakan inti dari kasus genosida yang diajukan terhadapnya di Mahkamah Internasional.

    Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa jika strategi tersebut berhasil di Gaza utara, strategi itu dapat ditiru di wilayah lain, termasuk kamp-kamp tenda di selatan yang menampung ratusan ribu warga Palestina.

    Agresi Israel terhadap Gaza dimulai pada Oktober tahun lalu, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 42.000 orang.

    Lebih dari 98.000 orang lainnya juga terluka sejak saat itu.

     

    (oln/anadolu/rntv/*)

     

  • Media Israel: IDF Kelabakan, Hamas Upgrade Metode Perang Gerilya di Wilayah yang Telah Hancur – Halaman all

    Media Israel: IDF Kelabakan, Hamas Upgrade Metode Perang Gerilya di Wilayah yang Telah Hancur – Halaman all

    Media Ibrani: Tentara Israel Kelabakan, Hamas Beralih ke Metode Perang Gerilya di Wilayah yang Telah Hancur

    TRIBUNNEWS.COM – Surat kabar Israel berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth menerbitkan laporan baru mengenai perkembangan pertempuran di Jalur Gaza utara.

    Laporan itu menunjukkan kalau militer Israel (IDF) kewalahan seiring berubahnya situasi militer di wilayah tersebut.

    “Situasi di Gaza Utara menjadi lebih kompleks dan sulit untuk mengakhiri pertempuran saat ini,” kata laporan media itu dilansir Khaberni, Selasa (2/1/2024).

    Surat kabar tersebut menjelaskan, “Tingginya harga yang harus dibayar oleh tentara Israel dalam hal hilangnya nyawa personel menunjukkan kalau pertempuran tersebut belum mencapai tahap yang menentukan.”

    Surat kabar tersebut melaporkan kalau gerakan pembebasan Palestina, Hamas terus melakukan perlawanan dengan kegigihan.

    “Hamas tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah, namun terus melanjutkan upayanya untuk menembakkan roket ke kota-kota utara Israel,” kata laporan tersebut.

    Laporan tersebut menambahkan, Hamas semakin banyak menggunakan taktik gerilya yang disempurnakan.

    Selain menyesuaikan diri dengan situasi medan yang hancur, serangan dilakukan dengan menggunakan kelompok kecil yang terdiri dari tiga hingga empat orang atau mungkin kurang, dalam upaya untuk melumpuhkan tentara Israel.

    Tentara Israel berdiri di atas tank, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Pembebasan Palestina Hamas, dekat perbatasan Israel-Gaza, di Israel selatan, 1 Januari 2024. (Tangkap Layar/REUTERS/Violeta Santos Moura)

    Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Hamas telah berhasil beradaptasi dengan kondisi perang saat ini.

    “Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas telah beralih ke metode perang gerilya di wilayah yang telah hancur, sehingga meningkatkan kesulitan operasi militer bagi tentara Israel di wilayah tersebut,” kata khaberni, mengutip laporan itu.

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas di Jalur Gaza. Hamas menyatakan tidak ada pertukaran sandera sebelum pasukan Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza. (khaberni/HO)

    Jumlah Anggota Hamas Bertambah

    Selain metode perang, pasukan militan Palestina, Hamas, dikabarkan bangkit dengan menambah jumlah prajuritnya.

    Namun, jumlah penambahan milisi baru yang bergabung masih simpang siur, sejumlah media memiliki jumlah versinya masing-masing.

    Sementara dari versi penambahan jumlah tersebut, berbeda dengan versi agresi militer dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

    IDF disebut-sebut berbohong dengan jumlah pasukan Hamas yang terluka akibat pertempuran.

    Baik The Jerusalem Post maupun Channel 12 telah menerima informasi yang menunjukkan bahwa Hamas tengah melakukan upaya bangkit secara substansial dengan merekrut pasukan baru.

    Channel 12 mengatakan pada Rabu (1/1/2025) malam bahwa Hamas memiliki sekitar 20.000-23.000 pejuang, bersama dengan Jihad Islam

    Informasi yang diterima The Post dalam periode terkini menunjukkan jumlahnya mendekati sekitar 12.000.

    Fluktuasi liar dalam angka-angka tersebut menjadi lebih mencolok jika dibandingkan dengan angka-angka sebelumnya yang dikeluarkan oleh IDF atau Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Angka terakhir yang dipublikasikan adalah bahwa IDF telah membunuh sekitar 17.000-20.000 pasukan Hamas dan Jihad Islam selama perang.

    Terjadi perbedaan beberapa ribu antara IDF dan Netanyahu sepanjang perang, yang membuat beberapa perkiraan dipertanyakan.

    Pada bulan Juni, IDF mengatakan bahwa sekitar 14.000-16.000 pejuang Hamas telah terluka.

    Lebih jauh, The Post mengetahui bahwa lebih dari 6.000 warga Gaza telah ditahan oleh IDF selama perang, dengan setidaknya 4.300 orang masih dalam tahanan dan paling banyak 2.200 orang dikembalikan ke Gaza karena dianggap kurang berbahaya.

    Perbedaan Jumlah

    Mengingat pada awal perang, IDF mengatakan pasukan penuh Hamas berjumlah 25.000.

    Jumlah tersebut tidak mendekati jumlah sebenarnya kecuali jika seseorang memperhitungkan bahwa Hamas telah merekrut hampir seluruh pasukan baru, yang sepenuhnya menggantikan pasukan lamanya.

    Alternatif lain adalah meskipun IDF memperkirakan pada awal perang bahwa pasukan Hamas berjumlah 25.000 orang, perkiraan sebelumnya sebelum perang dimulai memperkirakan jumlahnya 30.000 atau bahkan 40.000 orang.

    Post diberi tahu pada Rabu malam bahwa angka 40.000 lebih akurat.

    Hal ini dapat menunjukkan bahwa mayoritas pejuang Hamas masih berasal dari pasukan asli mereka, sementara mereka pasti telah menambah ribuan rekrutan baru.

    Bulan Juni menandai laporan pertama mengenai kebangkitan besar Hamas setelah IDF menarik diri dari Gaza utara pada bulan Januari-Februari dan menarik diri dari Khan Yunis pada tanggal 7 April.

    Jika laporan Channel 12 benar, laporan itu mengatakan bahwa sekitar 9.000 pasukan Hamas terbagi antara Gaza utara dan selatan, bahwa Jihad Islam memiliki 4.000 pejuang lainnya, dan bahwa ada 7.000-10.000 pejuang yang tidak terorganisir, lebih lokal, dan tersebar di seluruh Jalur tersebut.

    Angka-angka ini tampaknya bertentangan dengan pengarahan terbaru IDF kepada Post dan media lainnya yang menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Gaza utara telah dibersihkan dari para pejuang.

    Sebaliknya, jumlah Hamas mendekati 12.000, dengan lebih banyak pejuang di Gaza selatan daripada di Gaza utara.

    Namun, beberapa sumber pada Rabu malam mendukung angka-angka Channel 12.

    Namun, bahkan angka-angka Channel 12 memiliki kesenjangan dan spektrum yang signifikan, sehingga perkiraan IDF mungkin lebih terbatas dalam kurun waktu ketika sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza berdesakan bersama di beberapa wilayah kemanusiaan kecil, dengan sedikit kemampuan untuk membedakan antara teroris dan warga sipil.

    Sumber lain mengatakan kepada  The Post bahwa jumlah totalnya tidak jelas tetapi kualitas pejuang Hamas baru yang diberi senjata oleh kelompok teror itu jauh lebih rendah daripada sebelumnya dalam perang, mengingat banyak dari mereka adalah anak di bawah umur yang belum terlatih.

    Populasi Turun

    Populasi Gaza telah turun enam persen sejak perang Israel di daerah kantong yang terkepung itu dimulai hampir 15 bulan yang lalu ketika sekitar 100.000 warga Palestina meninggalkan daerah kantong itu sementara lebih dari 55.000 orang diperkirakan tewas, menurut Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS).

    Sekitar 45.500 warga Palestina, lebih dari separuhnya wanita dan anak-anak, telah terbunuh sejak perang dimulai tetapi 11.000 lainnya hilang, kata biro tersebut, mengutip angka dari Kementerian Kesehatan Palestina.

    Dengan demikian, populasi Gaza telah menurun sekitar 160.000 selama perang menjadi 2,1 juta, dengan lebih dari satu juta atau 47 persen dari total anak-anak berusia di bawah 18 tahun, kata PCBS, dikutip dari NewArab.

    Ditambahkan pula bahwa Israel telah “melancarkan agresi brutal terhadap Gaza yang menyasar semua jenis kehidupan di sana; manusia, bangunan, dan infrastruktur vital… seluruh keluarga telah dihapus dari catatan sipil. Terjadi kerugian manusia dan material yang sangat besar.”

    Israel menghadapi tuduhan genosida di Gaza karena skala kematian dan kehancuran.

    Mahkamah Internasional (ICJ), badan hukum tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa, memutuskan Januari lalu bahwa Israel harus mencegah tindakan genosida terhadap warga Palestina.

    Sementara Paus Fransiskus menyarankan masyarakat global harus mempelajari apakah kampanye Israel di Gaza merupakan genosida.

    PCBS mengatakan sekitar 22 persen penduduk Gaza saat ini menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang sangat parah, menurut kriteria Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu, sebuah pemantau global.

    Termasuk dalam 22 persen itu sekitar 3.500 anak yang berisiko meninggal karena kekurangan gizi dan kekurangan makanan, kata biro tersebut.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Amerika Serikat Kirim Bantuan Militer Lebih dari Rp 356 Triliun untuk Israel Sejak 7 Oktober 2023 – Halaman all

    Amerika Serikat Kirim Bantuan Militer Lebih dari Rp 356 Triliun untuk Israel Sejak 7 Oktober 2023 – Halaman all

    AS Mengirimkan Lebih dari 22 Miliar Dolar Bantuan Militer untuk ‘Israel’ Sejak 7 Oktober 2023

    TRIBUNNEWS.COM- Israel Hayom mengatakan total pendapatan dari tiga perusahaan manufaktur senjata utama “Israel” meningkat sebesar 15 persen setelah dimulainya agresi di Gaza, mencapai $13,6 miliar.

    “Israel” telah menerima bantuan militer dari Amerika Serikat senilai lebih dari $22 miliar (lebih dari Rp 356 Triliun)  sejak 7 Oktober 2023, surat kabar Israel, Israel Hayom, mengungkapkan dalam sebuah laporan.

    Laporan tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 10.000 ton amunisi, senilai $2,4 miliar, awalnya dikirim ke “Israel”, mencatat bahwa jumlah ini telah meningkat lima kali lipat, mencapai 50.000 ton pada Agustus 2024.

    Menurut laporan itu, Washington juga mengirim “Israel” berbagai peralatan militer canggih, termasuk rudal untuk sistem pertahanan Iron Dome, bom berpemandu presisi, helikopter angkut berat CH-53, helikopter serang AH-64 Apache, peluru artileri 155 mm, bom penghancur bunker, dan kendaraan lapis baja.

    Israel Hayom menyoroti bahwa total pendapatan dari tiga perusahaan manufaktur senjata utama “Israel” meningkat sebesar 15 persen setelah dimulainya agresi di Gaza, mencapai $13,6 miliar.

    Pada akhir Desember, Saluran 13 Israel mengisyaratkan bahwa kesepakatan pertukaran tahanan dan diakhirinya perang di Gaza tidak akan disetujui oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “kecuali jika itu datang sebagai arahan atau perintah yang jelas dari presiden AS .”

    Saluran tersebut menambahkan bahwa, sejauh ini, tampaknya “Israel” belum menerima perintah yang jelas dari presiden Amerika, meskipun kerugian terus menerus dialami oleh militer Israel.

    Namun, hal ini dapat berubah jika “Donald Trump mengambil alih kekuasaan di Gedung Putih dan mengatakan kepada Netanyahu: Cukup. Pada titik itu, mungkin kita akan mencapai titik yang cukup,” menurut media tersebut.

    Pada pertengahan November, Amerika Serikat mengonfirmasi akan melanjutkan bantuan militernya yang besar kepada “Israel “, meskipun terjadi genosida di Gaza, yang mengakibatkan terbunuhnya lebih dari 45.000 warga Palestina.

    Saat itu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa tidak ada perubahan pada kebijakannya mengenai aliran senjata ke “Israel”.

    Keputusan Washington muncul bahkan ketika “Israel” telah mengabaikan batas waktu 30 hari yang ditetapkan oleh sekutu terbesarnya untuk meningkatkan bantuan ke Jalur Gaza Palestina yang dilanda perang.

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Otoritas Palestina Larang Al-Jazeera Meliput di Tepi Barat, Dituding Pro-Kelompok Perlawanan – Halaman all

    Otoritas Palestina Larang Al-Jazeera Meliput di Tepi Barat, Dituding Pro-Kelompok Perlawanan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Palestina memutuskan untuk menghentikan penyiaran media pers Al Jazeera dan membekukan pekerjaan kantor dan karyawannya di Palestina.

    Kebijakan ini dilakukan dengan alasan Al Jazeera dinilai melanggar hukum Otoritas Palestina.

    “Keputusan itu diambil setelah Al Jazeera melakukan gangguan dan campur tangan dalam urusan dalam negeri Palestina dan menyiarkan materi dan laporan yang menghasut yang ditandai dengan menyesatkan dan menghasut,” lapor Kantor Berita Palestina, Rabu (1/1/2025).

    “Keputusan untuk menghentikan siaran Al Jazeera terjadi karena melanggar hukum dan peraturan yang berlaku di Palestina,” lanjutnya.

    Otoritas Palestina menegaskan penghentian siaran Al Jazeera hanya bersifat sementara sampai status hukumnya diperbaiki.

    Bentrok Pasukan PA dan Kelompok Perlawanan Palestina

    Penghentian siaran Al Jazeera ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya ketegangan di Tepi Barat seminggu lalu.

    Pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) melakukan operasi penangkapan terhadap kelompok perlawanan Palestina di Jenin, pada Minggu (22/12/2024).

    Kedua pihak terlibat baku tembak, menyebabkan tujuh orang tewas, termasuk seorang anggota pasukan keamanan PA serta beberapa pejuang perlawanan.

    Setelah bentrok tersebut, berbagai kelompok perlawanan dan organisasi politik Palestina mengutuk tindakan PA, serta menuduh PA sebagai kolaborator Israel.

    Al Jazeera meliput peristiwa ini secara luas, namun menghadapi kritik dan kampanye hasutan dari pihak tertentu di Tepi Barat yang mendukung PA.

    Laporan Al Jazeera dituduh bias dan tidak cukup mendukung PA dalam menghadapi kelompok perlawanan.

    Media pers Qatar itu dituding sebagai alat media asing yang berpihak pada kelompok perlawanan dan mengabaikan upaya PA untuk menegakkan hukum keamanan di Tepi Barat.

    Jaringan media Al Jazeera mengutuk kampanye hasutan yang dilakukan terhadap Al Jazeera dan jurnalisnya, terutama koresponden Al Jazeera Muhammad Al-Atrash yang meliput bentrokan tersebut.

    Sebelumnya, otoritas pendudukan Israel juga menutup kantor Al Jazeera di Ramallah di Tepi Barat pada September lalu dan menyerbunya sesuai perintah militer.

    Israel menyita semua peralatan dan dokumen di kantor tersebut dan mencegah para pekerjanya untuk bekerja.

    Pada bulan Mei lalu, pemerintah Israel menyetujui usulan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Komunikasi Shlomo Karai untuk menutup kantor Al Jazeera di Israel.

    Meningkatnya ketegangan dan perlawanan Palestina di Tepi Barat terjadi seiring dengan berlanjutnya serangan Israel di Jalur Gaza.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 45.553 jiwa dan 108.379 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (1/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Sedih, Bayi-bayi Gaza Meninggal Kena Hipotermia di Tengah Gempuran Israel

    Sedih, Bayi-bayi Gaza Meninggal Kena Hipotermia di Tengah Gempuran Israel

    Jakarta

    Setidaknya empat bayi meninggal karena hipotermia dalam beberapa minggu terakhir di Jalur Gaza, tempat ratusan ribu warga Palestina mengungsi akibat gempuran terus menerus oleh pihak Isreal.

    Jomaa al-Batran, baru berusia 20 hari ketika ditemukan dengan kepala “dingin seperti es”. Saudara kembar bayi itu, Ali, dipindahkan ke unit perawatan intensif Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa.

    Ayah mereka mengatakan si kembar lahir prematur satu bulan dan hanya menghabiskan satu hari di kamar bayi di rumah sakit, yang seperti pusat kesehatan lainnya di Gaza telah kewalahan dan hanya berfungsi sebagian.

    Ia mengatakan petugas medis memberi tahu ibu mereka untuk menjaga bayi yang baru lahir tetap hangat, tetapi itu tidak mungkin karena mereka tinggal di tenda dan suhu secara teratur turun di bawah 10 derajat Celsius di malam hari.

    “Kami delapan orang, dan kami hanya punya empat selimut,” kata al-Batran sambil menggendong tubuh pucat putranya kepada APNews. Ia menggambarkan tetesan embun yang merembes melalui penutup tenda semalaman.

    “Lihat warna kulitnya karena kedinginan. Apakah Anda melihat betapa dinginnya dia?”

    Anak-anak, beberapa dari mereka bertelanjang kaki, berdiri di luar dan menyaksikannya berduka. Bayi yang diselimuti kain kafan itu dibaringkan di kaki seorang imam, yang tingginya hampir sama dengan sepatunya. Setelah salat, imam itu melepaskan mantelnya yang panjangnya sampai mata kaki dan melilitkannya di tubuh sang ayah.

    Dr. Fidda Al-Nadi, seorang dokter di Rumah Sakit Nasser, mengatakan kepada CBS News bahwa mereka menerima satu atau dua kasus hipotermia setiap hari. Anak-anak yang paling muda, kata Al-Nadi, adalah yang paling rentan.

    “Dalam tekanan yang kita alami saat ini, banyak anak yang lahir prematur, dan ini membuatnya lebih rentan terhadap hipotermia,” kata Al-Nadi.

    Mahmoud al-Faseeh menguburkan putrinya Sila minggu lalu – ia meninggal karena hipotermia saat baru berusia 3 minggu.

    “Saya membangunkannya untuk menyusui dan dia kedinginan dan membiru, hidungnya berdarah. Jantungnya berhenti berdetak karena suhu dingin yang ekstrem,” ujar Mahmoud.

    (kna/kna)

  • Hari Pertama Tahun Baru 2025, Drone Israel Bantai 17 Warga Palestina di Jalur Gaza – Halaman all

    Hari Pertama Tahun Baru 2025, Drone Israel Bantai 17 Warga Palestina di Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Israel kembali melakukan serangan militer menggunakan drone di hari pertama tahun baru 2025 dan menewaskan 17 warga Palestina di Jalur Gaza, Rabu, 1 Januari 2025.

    Data sedikitnya 17 warga Palestina yang tewas dalam serangan ini dikutip Anadolu Agency dari sumber petugas medis di Gaza.

    Drone Israel menghantam sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah, menewaskan seorang wanita dan anak-anak serta melukai beberapa orang, kata sumber itu.

    Artileri Israel juga menembaki bagian timur dan utara kamp Bureij dan Nuseirat, namun belum ada informasi mengenai korban jiwa.

    Lima belas orang juga kehilangan nyawa dan beberapa lainnya terluka, termasuk anak-anak, dalam serangan udara terhadap sebuah rumah di kota utara Jabalia, kata sumber medis lainnya.

    Saksi mata mengatakan pasukan Israel terus meledakkan rumah dan bangunan tempat tinggal di Beit Lahia dan Jabalia di Gaza utara.

    Di Gaza selatan, beberapa orang terluka dalam serangan udara terhadap sebuah rumah di daerah al-Fukhari di timur Khan Younis.

    Tentara Israel terus melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.500 korban, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Dewan Keamanan PBB sudah menerbitka resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera namun tak digubris Israel.

    Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan adi Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional karena perangnya di wilayah kantong tersebut.