Negara: Jalur Gaza

  • Mesir Desak Gencatan Senjata di Gaza Harus Segara Dimulai

    Mesir Desak Gencatan Senjata di Gaza Harus Segara Dimulai

    Jakarta

    Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan bahwa penerapan gencatan senjata di Gaza harus “dimulai tanpa penundaan”. Desakan ini sehari setelah mediator mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah mencapai gencatan senjata.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (17/1/2025), kesepakatan tersebut, yang diumumkan oleh mediator Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir, akan mulai berlaku pada Minggu (19/1) dan melibatkan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, setelah itu persyaratan untuk mengakhiri perang secara permanen akan dirampungkan.

    Sejak kesepakatan tersebut diumumkan, badan pertahanan sipil Gaza mengatakan sedikitnya 80 orang telah tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan oleh militer Israel, yang mengatakan pada Kamis (16/1) telah menyerang sekitar 50 target selama sehari terakhir.

    Dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menyerukan dimulainya gencatan senjata segera dan menekankan “perlunya para pihak untuk mematuhi ketentuan-ketentuannya dan bekerja untuk melaksanakan tahapan-tahapannya pada tanggal yang ditentukan”.

    Dalam pernyataan terpisah, kementerian tersebut mengatakan Mesir siap menjadi tuan rumah konferensi internasional tentang rekonstruksi Jalur Gaza, di mana PBB mengatakan akan memakan waktu lebih dari satu dekade untuk membangun kembali infrastruktur sipil.

    Pada Kamis (16/1), Kairo menyerukan penyaluran bantuan kemanusiaan yang cepat, aman, dan efektif, serta “proyek pemulihan dini sebagai persiapan untuk rekonstruksi”.

    (rfs/rfs)

  • Menlu Tegaskan Solusi 2 Negara usai Gencatan Senjata Israel-Hamas Tercapai

    Menlu Tegaskan Solusi 2 Negara usai Gencatan Senjata Israel-Hamas Tercapai

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menyatakan pemerintah Indonesia mengapresiasi kesepakatan atas gencatan senjata antara Israel dan Hamas. 

    Melalui akun X @Menlu_RI, Menteri Sugiono menyampaikan bahwa kekejaman Israel di Palestina telah memakan puluhan ribu nyawa Palestina. Dia menegaskan bahwa setiap angka adalah nyawa, bukan statistik semata. 

    Usai gencatan senjata disepakati, Sugiono menekankan perlunya agar kesepakatan tersebut segera dilaksanakan secara menyeluruh. 

    “Oleh karena itu, Indonesia apresiasi kesepakatan gencatan senjata, sesuai dengan yang selama ini terus kita dorong bersama dengan masyarakat internasional. Langkah penting berikut adalah memastikan kesepakatan tersebut dilaksanakan segera & secara komprehensif, untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak,” ujarnya, dikutip Bisnis, Kamis (16/1/2025).

    Sugiono lalu menyampaikan harapannya agar gencata senjata itu bisa menjadi momentum mendorong perdamaian di Palestina. Dia lalu menegaskan bahwa perdamaian itu hanya akan terwujud dengan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Palestina. 

    “Saya tegaskan juga, bahwa perdamaian tersebut hanya dimungkinkan, jika Palestina telah merdeka dan berdaulat, sesuai dengan solusi dua negara yang telah disepakati masyarakat internasional,” ucap politisi Partai Gerindra itu. 

    Dari sisi Indonesia, terang Sugiono, pemerintah disebut siap berkontribusi kepada upaya pemulihan kehidupan bersmayarakat di Gaza. Hal itu dilakukan dengan bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap UNRWA maupun upaya rekonstruksi Gaza. 

    Proses Gencatan Senjata

    Sebelumnya, dilansir Reuters, pihak mediator dari Qatar telah mengirimkan proposal gencatan senjata masing-masing ke Israel dan Hamas. Proposal yang diajukan yakni untuk menghentikan serangan dan pertukaran tawanan warga Israel oleh Hamas dengan warga Palestina yang ditahan. 

    Terobosan proposal gencatan senjata itu dikabarkan tercapai di Doha, Qatar dan kesepakatan antara kedua belah pihak diperkirakan bisa tercapai.

    Di antara poin-poin proposal gencatan senjata itu adalah pengembalian warga Israel yang ditawan oleh kelompok Hamas. Pada tahap pertama, 33 orang tawanan akan dibebaskan. Mereka meliputi tentara perempuan, laki-laki berumur 50 tahun ke atas, korban luka-luka dan sakit. 

    Apabila tahap pertama berjalan lancar, pada hari ke-16 kesepakatan itu tercapai, maka akan dilanjutkan dengan pengembalian sisa tawanan yakni tentara laki-laki dan pria dengan umur prajurit. Mayat dari tawanan yang sudah meninggal dunia juga akan dikembalikan. 

    Kesepakatan dari pihak Israel akan berlangsung dalam beberapa fase. Namun, tentara negara itu akan tetap berada di batas wilayah perkotaan dan pedesaan Israel.

    Tentara Israel juga akan mundur dari sebagian wilayah di koridor Philadelphi serta ujung Selatan Gaza. Penduduk Gaza yang tak bersenjata akan diperbolehkan kembali, dan tentara Israel akan mundur dari koridor Netzarim di Gaza tengah. 

    Sementara itu, kelompok militan Palestina yang dinyatakan bersalah dalam pembunuhan dan serangan mematikan juga akan dibebaskan. Namun, jumlahnya akan tergantung dengan jumlah tawanan Hamas yang masih hidup. 

    Meski demikian, para tahanan tersebut tidak akan dilepaskan ke Tepi Barat. Tahanan kelompok Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 tidak akan dilepaskan.

    Dari segi bantuan, Israel akan memperbolehkan masuknya bantuan ke Jalur Gaza dengan peningkatan jumlah yang signifikan. 

    Terkait dengan masa depan Gaza, para pihak belum sampai ke pembahasan siapa yang memerintah di wilayah tersebut. Israel menegaskan bahwa Hamas dan Otoritas Palestina atau Palestinian Authority (PA) tidak boleh mengendalikan Gaza. Mereka menegaskan bahwa akan mempertahankan kendali bahkan setelah selesainya pertarungan. 

    Sementara itu, komunitas internasional menegaskan bahwa pemerintahan di Gaza harus dijalankan oleh bangsa Palestina kendati belum ditemukan faksi mana yang akan diberi mandat.

    Kendati demikian, ada pembahasan yang berlangsung di antara Israel, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat (AS) terkait dengan pemerintahan sementara untuk Gaza di bawah pengawasan sampai setelah adanya reformasi di tubuh PA. 

  • 8 Fakta Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza

    8 Fakta Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel dan Hamas dilaporkan telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata di Gaza mulai hari Minggu mendatang. Hal ini disampaikan oleh mediator Qatar, Kamis (16/1/2025).

    Pertukaran sandera dan tahanan setelah 15 bulan perang akan dilakukan. Sebanyak 33 sandera Israel akan dibebaskan pada tahap pertama. Perjanjian gencatan senjata itu bahkan disebut bisa menjadi perdamaian permanen.

    “Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang tahanan dan pertukaran sandera, dan (para mediator) mengumumkan gencatan senjata dengan harapan mencapai gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak,” kata kata Perdana Menteri (PM) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, dikutip AFP.

    “Kami berharap ini akan menjadi halaman terakhir perang, dan kami berharap semua pihak akan berkomitmen untuk melaksanakan semua ketentuan perjanjian ini,” tegasnya.

    Berikut sejumlah fakta yang masih meliputi perdamaian ini, sebagaimana dikutip berbagai sumber:

    1. Detail Kesepakatan

    Perjanjian gencatan senjata sendiri akan berlangsung tiga tahap dalam waktu 42 hari. Pada tahap pertama kesepakatan, sebanyak 33 sandera Israel yang diculik Hamas ke Gaza akan dibebaskan. Mereka yang dibebaskan adalah perempuan sipil dan rekrutan militer perempuan, anak-anak, orang tua, termasuk warga sipil yang sakit dan terluka.

    Sebagai gantinya, ratusan warga Palestina yang ditahan Israel akan dibebaskan. Namun, seorang pejabat Israel mengatakan angka itu tergantung berapa banyak dari 33 sandera yang masih hidup.

    Negosiasi tahap kedua akan dimulai pada hari ke-16 gencatan senjata tahap awal. Tahap ini, merujuk laporan Times of Israel, akan mencakup pembebasan tawanan yang tersisa, termasuk “tentara pria, pria usia militer Israel, dan jenazah sandera yang terbunuh”.

    Selama gencatan senjata awal yang berlangsung 42 hari, pasukan Israel akan mundur dari daerah padat penduduk Gaza. Menurut Sheikh Mohammed, ini untuk “memungkinkan pertukaran tahanan, serta pertukaran jenazah dan pemulangan orang-orang yang mengungsi”.

    Israel nantinya akan mempertahankan zona penyangga di Gaza selama tahap pertama. Pasukan Israel diperkirakan akan tetap berada hingga 800 meter di dalam Gaza yang membentang dari Rafah di selatan hingga Beit Hanun di utara.

    “Pasukan Israel tidak akan sepenuhnya mundur dari Gaza sampai semua sandera dikembalikan”, kata pejabat Israel.

    Media Haaretz mengatakan Israel menginginkan pergerakan penduduk dari Gaza selatan ke utara. Sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan pasukan Israel akan mundur dari koridor Netzarim ke arah barat menuju Jalan Salaheddin di timur, yang memungkinkan orang-orang yang mengungsi untuk kembali melalui pos pemeriksaan elektronik yang dilengkapi dengan kamera.

    “Tidak akan ada pasukan Israel yang hadir, dan militan Palestina akan dilarang melewati pos pemeriksaan selama pemulangan para pengungsi,” katanya.

    2. Sikap Netanyahu

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Kabinetnya tidak akan bertemu untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata Gaza. Hal ini disebabkan pihaknya menuduh kelompok perlawanan Palestina Hamas menciptakan krisis menit terakhir.

    Tanpa menjelaskan lebih lanjut, kantor Netanyahu menuduh Hamas mengingkari beberapa bagian perjanjian dalam upaya “memeras konsesi menit terakhir”. Diketahui,, hal ini terjadi saat kabinet Israel akan meratifikasi kesepakatan tersebut pada hari Kamis.

    Di sisi lain, pemimpin senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan pada hari Kamis bahwa ‘tidak ada dasar’ untuk tuduhan Israel bahwa kelompok militan Palestina itu menarik kembali unsur-unsur gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera yang diumumkan sehari sebelumnya.

    “Tidak ada dasar untuk klaim (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu tentang gerakan itu yang menarik kembali ketentuan-ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata,” kata Abu Zuhri kepada AFP.

    3. Israel Terus Bombardir Gaza

    Israel masih terus melancarkan serangan ke wilayah Gaza, Palestina, untuk menyerang milisi bersenjata Hamas, Kamis (16/1/2025). Hal ini terjadi saat keduanya sudah menyepakati poin gencatan senjata yang akan berlaku pada hari Minggu pekan ini.

    Serangan udara Israel terus berlanjut sepanjang malam dan Kamis dini hari. Pejabat kesehatan Gaza menyebut serangan ini menewaskan sedikitnya 46 warga Palestina.

    Di sisi lain, pada hari Kamis, militan Gaza menembakkan roket ke Israel. Serangan ini tidak menimbulkan korban jiwa.

    Dalam unggahan di media sosial, sejumlah warga Gaza juga mendesak warga lainnya untuk lebih berhati-hati karena yakin Israel dapat meningkatkan serangan dalam beberapa hari ke depan untuk memaksimalkan keuntungan sebelum gencatan senjata dimulai.

    4. Respon Hamas

    Wakil kepala Biro Politik Hamas, Khalil al-Hayya mengucapkan terima kasih kepada Iran dan Front Perlawanan- Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan gerakan perlawanan Irak- setelah tercapainya gencatan senjata itu. Ia menyebut ketiganya terus memberi dukungan terhadap wilayah pesisir itu, termasuk selama “perang genosida yang dilakukan rezim Israel”.

    “Terima kasih kepada Republik Islam, gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon, Angkatan Bersenjata Yaman, dan Perlawanan Irak,” katanya dimuat Press TV, dikutip Kamis (16/1/2025).

    Secara khusus, ia memuji Hizbullah karena kelompok itu, katanya, telah “mempersembahkan ratusan martir, pemimpin, dan pejuang” di perang yang menurutnya “jalan menuju (pembebasan kota suci yang diduduki) al-Quds”. Menurutnya, hal suci telah dipimpin Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah sebelum tewas.

    Pejabat itu juga merujuk pada ribuan operasi pembalasan yang dilancarkan oleh kelompok itu, pasukan Yaman, dan pejuang Irak untuk menanggapi serangan militer di Gaza dan agresi mematikan yang meningkat secara bersamaan terhadap Lebanon. Ia juga berterima kasih kepada para pejuang perlawanan Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

    “Terutama di kamp [pengungsi] Jenin yang heroik, di al-Quds, dan wilayah pedalaman yang diduduki, yang juga memberikan tekanan kepada para penjajah selama kekejamannya (rezim),” tegasnya lagi menyebut Israel.

    5. Komentar Iran

    Iran menjadi salah satu negara yang sangat vokal dalam menentang serangan Israel ke Gaza. Teheran bahkan sempat terlibat baku tembak rudal dengan Tel Aviv akibat isu Gaza, yang menimbulkan kekhawatiran perang besar di Timur Tengah.

    Sejauh ini, Negeri Persia telah menyambut baik kesepakatan gencatan senjata. Mereka menyebut pemberlakuan gencatan senjata terhadap rezim Zionis (Israel) merupakan kemenangan yang jelas dan besar bagi Palestina dan kekalahan yang lebih besar bagi rezim Zionis.

    “Perlawanan tetap hidup, berkembang, kuat … dan memiliki keyakinan yang lebih dalam pada janji Ilahi untuk membebaskan Masjid Al Aqsa dan Yerusalem,” kata Garda Revolusi, memperingatkan terhadap pelanggaran gencatan senjata oleh Israel dan mengatakan mereka mempertahankan persiapan lapangan untuk menghadapi “perang dan kejahatan baru.”

    6. Tanggapan Rusia

    Rusia ikut buka suara terkait kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Negeri Beruang Merah berharap hal itu dapat membawa “stabilisasi jangka panjang” dan menciptakan kondisi untuk “penyelesaian politik yang komprehensif” antara Israel dan Palestina.

    Dilansir AFP, Kamis (16/1/2025), Kremlin mengatakan bahwa pihaknya “menyambut” kesepakatan tersebut, meskipun menunjukkan sikap hati-hati setelah tuduhan Israel bahwa Hamas mundur dari kesepakatan yang rapuh ini.

    “Setiap penyelesaian yang mengarah pada gencatan senjata, mengakhiri penderitaan rakyat Gaza, dan meningkatkan keamanan Israel hanya bisa disambut,” kata juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov. “Tetapi mari kita tunggu finalisasi dari proses tersebut,” tambahnya.

    Juru bicara kementerian luar negeri, Maria Zakharova, mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan tersebut adalah “langkah praktis penting menuju stabilisasi jangka panjang di zona konfrontasi Palestina-Israel”. Dia juga berharap bahwa ini dapat menjadi dasar bagi “pembentukan proses penyelesaian politik yang komprehensif atas masalah Palestina.”

    7. Sikap Trump dan Kelanjutan Normalisasi Arab-Israel

    Perdamaian ini sendiri terjadi saat Donald Trump kembali akan dilantik sebagai presiden AS pada 20 Januari mendatang. Trump, yang pernah memimpin AS pada 2017-2021, merupakan motor normalisasi antara dunia Arab dengan Israel.

    Trump sendiri mengaku ‘sangat gembira’ dengan kesepakatan itu seraya menyatakan timnya akan ‘terus bekerja sama erat dengan Israel dan sekutu kami’ untuk memastikan Gaza bebas teror, memperluas perdamaian Timur Tengah (Timteng).

    Mengutip Reuters dan laman Times of Israel, ia bahkan sesumbar akan menggunakan momentum itu untuk memperluas kesepakatan Abraham Accords (Perjanjian Abraham), yang membuka hubungan normalisasi antara Israel dengan sejumlah negara Arab.

    “Dengan kesepakatan ini, tim Keamanan Nasional saya, melalui upaya Utusan Khusus untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, akan terus bekerja sama dengan Israel dan sekutu kami untuk memastikan Gaza TIDAK PERNAH lagi menjadi tempat berlindung yang aman bagi teroris,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, dikutip Kamis (16/1/2025).

    “Kami akan terus menggalakkan PERDAMAIAN MELALUI KEKUATAN di seluruh kawasan, seraya kami membangun momentum gencatan senjata ini untuk lebih memperluas Perjanjian Abraham yang bersejarah,” imbuhnya, merujuk pada perjanjian yang menormalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.

    “Perjanjian gencatan senjata EPIC ini hanya dapat terjadi sebagai hasil dari Kemenangan Bersejarah kita pada bulan November, karena hal itu memberi isyarat kepada seluruh Dunia bahwa Pemerintahan saya akan mencari Perdamaian dan menegosiasikan kesepakatan untuk memastikan keselamatan semua orang Amerika, dan Sekutu kita,” lanjut Trump.

    Perlu diketahui, Abraham Accords sendiri telah berupaya memperluas kesepakatan dengan menggaet Arab Saudi. Tetapi upaya tersebut terhenti oleh pecahnya perang, dan Riyadh mengatakan tidak akan mempertimbangkan normalisasi hubungan sampai Yerusalem berkomitmen pada “jalur yang kredibel” menuju negara Palestina.

    Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan telah berulang kali menekankan bahwa “normalisasi dan stabilitas sejati hanya akan terwujud dengan memberikan Palestina sebuah negara”. Menurut sumber, beberapa pemerintah Arab kini memang menunggu untuk melihat apakah Trump akan menghidupkan kembali upaya normalisasi itu, termasuk kesepakatan Israel-Saudi.

    “Ajudan Trump melakukan lebih banyak hal untuk memengaruhi perdana menteri (Israel Benjamin Netanyahu) dalam satu kali pertemuan daripada yang dilakukan Presiden Joe Biden yang akan lengser sepanjang tahun,” tulis The Times of Israel merujuk dua pejabat Arab.

    8. Respon RI

    Dalam unggahan di akun X resmi Kementerian Luar Negeri RI, @Kemlu_RI, pemerintah menyatakan menyambut baik kesepakatan gencatan senjata tersebut. Menurutnya, hal itu sesuai dengan tuntutan Indonesia dan masyarakat internasional.

    “Implementasi kesepakatan tersebut harus dilaksanakan segera dan secara menyeluruh demi terhentinya korban jiwa di Gaza,” tulis Kemlu, Kamis (16/1/2025).

    Pemerintah menambahkan penting untuk memulihkan kehidupan masyarakat di Gaza melalui akses penuh penyaluran bantuan kemanusiaan, termasuk pemulihan peran UNRWA, serta rekonstruksi Gaza.

    “Perdamaian di Palestina tidak dapat dicapai tanpa penghentian penjajahan Israel, serta berdirinya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, sesuai solusi dua negara berdasarkan parameter internasional yang telah disepakati,” pungkas Kemlu.

    (luc/luc)

  • Hamas Bantah Tuduhan Netanyahu Ingkari Kesepakatan Gencatan Senjata

    Hamas Bantah Tuduhan Netanyahu Ingkari Kesepakatan Gencatan Senjata

    Jakarta

    Dua pemimpin Hamas membantah tuduhan Israel bahwa kelompok Palestina itu mengingkari unsur-unsur kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang diumumkan sehari sebelumnya. Media Israel mengatakan pengesahan perjanjian oleh pemerintah mungkin tertunda sebagian karena ketidaksepakatan dalam koalisi yang berkuasa.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (16/1/2024), dua anggota biro politik Hamas menolak pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel (PM) Benjamin Netanyahu yang mengatakan kelompok itu mengingkari unsur-unsur kesepakatan untuk “memeras konsesi pada menit-menit terakhir”.

    “Tidak ada dasar bagi klaim Netanyahu tentang gerakan yang mengingkari ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata,” kata pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, kepada AFP.

    Anggota biro politik lainnya, Izzat al-Rishq, mengatakan secara terpisah dalam sebuah pernyataan: “Hamas berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata, yang diumumkan oleh para mediator.”

    Kantor Netanyahu sebelumnya mengatakan kabinet Israel tidak akan bersidang untuk memberikan suara pada kesepakatan itu sampai para mediator memberi tahu Israel bahwa Hamas telah menerima semua unsur kesepakatan.

    Kesepakatan tersebut, yang dicapai setelah berbulan-bulan negosiasi berakhir gagal, dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.

    Pada tengah malam Rabu (15/1) waktu setempat, kantor Netanyahu mengatakan bahwa “rincian akhir” masih dinegosiasikan dan bahwa perdana menteri tidak akan berkomentar sampai kesepakatan penuh disetujui.

    Mengutip sumber yang dekat dengan pembicaraan tersebut, penyiar publik Kan mengatakan bahwa Netanyahu ingin melindungi integritas pemerintahannya tetapi Smotrich menghadirkan “ancaman nyata”.

    Pada Rabu (15/1), Smotrich menyebutnya sebagai “kesepakatan berbahaya” bagi keamanan Israel. Partai Smotrich, Zionisme Religius, pada Kamis (16/1) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka mendukung menteri keuangan dan “sangat menentang kesepakatan tersebut”.

    Perjanjian gencatan senjata diharapkan dapat menghentikan perang yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan, dengan para mediator mengatakan bahwa perjanjian ini melibatkan tiga tahap.

    Pada tahap pertama, gencatan senjata akan dimulai pada Minggu (19/1) dan 33 sandera akan ditukar dengan 1.000 tahanan Palestina selama 42 hari, sementara bantuan untuk Jalur Gaza yang hancur akan meningkat.

    (rfs/eva)

  • Gencatan Senjata Gaza, Harapan Baru untuk Evakuasi Medis 12.000 Pasien ke Eropa – Halaman all

    Gencatan Senjata Gaza, Harapan Baru untuk Evakuasi Medis 12.000 Pasien ke Eropa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dengan disepakatinya gencatan senjata di Gaza, akan membawa peluang baru bagi ribuan pasien.

    Ghebreyesus mengatakan bahwa nantinya sekitar 12.000 pasien di Gaza akan dievakuasi ke Eropa untuk mendapatkan perawatan medis.

    Dari jumlah tersebut, termasuk anak-anak yang memerlukan perawatan medis.

    “Kesepakatan gencatan senjata menawarkan kesempatan untuk evakuasi medis yang dipercepat bagi lebih dari 12.000 orang, termasuk banyak anak-anak, yang sangat membutuhkan perawatan untuk menyelamatkan nyawa di luar Gaza,” kata Ghebreyesus, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Ia berharap, kesepakatan gencatan ini akan menjadi langkah awal perdamaian di Gaza.

    “Kami berharap kesepakatan ini akan terus berlanjut karena kehidupan bergantung padanya. Perdamaian adalah obat mujarab!,” tegasnya.

    Sementara itu, Ghebreyesus menjelaskan saat ini sekitar 12 pasien telah sampai di Eropa.

    “Sebanyak 12 pasien dari Gaza telah dievakuasi ke Eropa untuk perawatan medis,” katanya.

    Pasien dievakuasi di beberapa negara di Eropa seperti,  Albania, Prancis, Norwegia, dan Rumania.

    Belasan pasien ini tiba di Eropa pada malam hari bersama dengan 35 anggota keluarga mereka.

    “Didampingi oleh 35 anggota keluarga, pasien dari Gaza tiba di Albania, Prancis, Norwegia, dan Rumania pada malam hari untuk menerima perawatan medis khusus di sana,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus pada X.

    Atas dievakuasinya 12 pasien ini, Ghebreyesus berterima kasih kepada negara-negara yang memberikan fasilitas perawatan medis ini untuk mereka.

    “Berterima kasih kepada negara-negara tersebut dan Perlindungan Sipil dan Bantuan Kemanusiaan UE atas kerja sama dan dukungan mereka,” tambahnya.

    Sebagai informasi, Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengumumkan Rabu malam bahwa para mediator telah mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

    Kesepakatan itu mencakup pertukaran tahanan dan ketenangan berkelanjutan, yang bertujuan untuk gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan di Gaza.

    Dalam 42 hari pertama kesepakatan, 33 warga Israel diperkirakan akan dibebaskan.

    Israel juga secara bertahap akan menarik diri dari Koridor Netzarim dan Philadelphia.

    Sementara negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata.

    Konflik Palestina vs Israel

    Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Mereka mengabaikan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan tanpa henti hingga saat ini.

    Serangan Israel ini telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina.

    Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

    Sejak saat itu, militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, mengusir hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gencatan Senjata di Gaza

  • Sorak Sorai Warga Sambut Gencatan Senjata di Gaza

    Sorak Sorai Warga Sambut Gencatan Senjata di Gaza

    Jakarta

    Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza, Palestina. Warga Gaza dan Israel menyambut kesepakatan ini dengan suka cita.

    Gencatan senjata itu akan dimulai pada 19 Januari. “Kesepakatan itu akan mulai berlaku pada 19 Januari,” ujar Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman dilansir Reuters, Kamis (16/1/2025).

    Tahap pertama gencatan senjata ini, dimulai dengan penyaluran bantuan kemanusiaan ke seluruh Gaza. Selain itu, 33 tawanan Israel akan dibebaskan.

    “Kami tidak akan pernah menyerah terhadap rakyat Gaza,” sambungnya.

    Ia berharap gencatan senjata ini bisa permanen. Sehingga, perang bisa diakhiri.

    Diketahui, Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 orang kembali ke Gaza sebagai sandera.

    Serangan tersebut memicu serangan besar-besaran Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, menurut badan kesehatan yang dikelola Hamas Kementerian.

    Menurut penelitian BBC Verify, 94 sandera masih ditahan oleh Hamas, dan 34 orang di antaranya diduga tewas.

    Warga Bersuka Cita

    Perayaan gencatan senjata di Gaza. (AFP/Reuters)

    Dilansir AFP, Kamis (16/1/2025), wartawan AFP melihat kerumunan orang berpelukan. Mereka turut mengambil foto bersama merayakan pengumuman penting tersebut.

    “Saya tidak percaya mimpi buruk yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini akhirnya akan segera berakhir. Kami telah kehilangan begitu banyak orang, kami kehilangan segalanya,” kata warga Palestina bernama Randa Sameeh.

    “Kami perlu banyak istirahat. Segera setelah gencatan senjata dimulai, saya akan pergi ke pemakaman untuk mengunjungi saudara laki-laki dan anggota keluarga saya. Kami menguburkan mereka di pemakaman Deir el-Balah tanpa kuburan yang layak. Kami akan membangun kuburan baru untuk mereka dan menulis surat untuk mereka,” lanjutnya.

    Di luar Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir al-Balah, ratusan warga Palestina berkumpul untuk bernyanyi. Mereka juga mengibarkan bendera Palestina, menurut rekaman AFPTV.

    Sebuah ambulans terlihat menerobos kerumunan untuk mencapai rumah sakit. Teriakan “Allahu Akbar” menggema.

    Anak-anak kecil, sebagian terlihat bingung, juga berkumpul di luar rumah sakit. Mereka berlarian di antara orang dewasa.

    Sekelompok anak laki-laki di tengah kerumunan menyanyikan lagu soal perlawanan. Sejumlah orang dewasa merekam momen itu dari ponsel masing-masing.

    Rincian Perjanjian

    Warga Gaza merayakan kesepakatan gencatan senjata. DW (News)

    Dilansir Al Arabiya News, Kamis (16/1/2025), kesepakatan itu berlaku selama enam minggu. Lalu, apa saja yang ada dalam perjanjian gencatan senjata antara kelompok militan Palestina, Hamas, dengan Israel itu?

    Berikut rinciannya:

    1. Pertukaran Tahanan dan Sandera

    Israel disebut akan membebaskan 30 tahanan Palestina sebagai ganti setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan di Gaza.

    Sandera perempuan dan mereka yang berusia di bawah 19 tahun akan dibebaskan terlebih dahulu. Dengan demikian, 33 warga Israel akan dibebaskan dalam 42 hari pertama sejak perjanjian tersebut ditandatangani.

    Menurut sumber Al Arabiya, jumlah warga Palestina yang ditahan Israel mencapai 1.650 orang. Lebih lanjut, warga yang mengungsi dari Gaza Utara dapat kembali mulai 22 Januari.

    2. Penarikan Pasukan Israel dari Koridor Philadelphi

    Dalam perjanjian ini, Israel mengatakan akan menarik pasukannya secara bertahap dari koridor Netzarim dan Philadelphi.

    Sumber Al Arabiya mengatakan Israel menginginkan peran pengawasan di Philadelphi yang kemudian ditolak Hamas dalam kesepakatan gencatan senjata. Kemudian digantikan dengan permintaan Israel agar memiliki perwakilan permanen di penyebrangan Rafah.

    Kantor PM Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan Hamas telah mengajukan permintaan di menit terakhir untuk mengubah penempatan pasukan Israel di koridor yang membentang di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza.

    “Karena desakan kuat dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Hamas membatalkan permintaannya pada menit-menit terakhir untuk mengubah penempatan pasukan [militer Israel] di Koridor Philadelphi,” kantor Netanyahu menambahkan.

    3. Negoisasi Tahap 2

    Perundingan untuk perjanjian tahap kedua akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata. Fase ini akan mencakup pembebasan seluruh sandera yang tersisa dan penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza.

    4. Bantuan untuk Gaza
    Kemudian dalam perjanjian juga dibahas mengenai perbantuan Gaza. Diketahui, pasukan Israel kerap menghadang bantuan untuk warga Gaza.

    Enam ratus truk bantuan kemanusiaan disebut akan memasuki Gaza setiap hari selama enam minggu gencatan senjata. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan gencatan senjata “sangat penting” untuk menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan ketika ia menyambut baik kesepakatan tersebut.

    Sumber mengatakan penyeberangan Rafah diperkirakan akan dibuka mulai 16 Januari.

    Halaman 2 dari 3

    (aik/aik)

  • Perdamaian hanya Dimungkinkan Jika Palestina Merdeka dan Berdaulat

    Perdamaian hanya Dimungkinkan Jika Palestina Merdeka dan Berdaulat

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan pada Hari Kamis, Indonesia menyambut kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel, diharapkan bisa menjadi momentum mendorong perdamaian di Palestina yang hanya bisa terwujud jika Palestina merdeka dan berdaulat.

    Kelompok militan Palestina Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata bertahap pada Hari Rabu, setelah konflik yang berlangsung sekitar 15 bulan itu menewaskan lebih dari 46 ribu warga Palestina dan melukai lebih dari 110 ribu orang.

    Dalam cuitannya di X Menlu RI Sugiono menuliskan, kekejaman Israel di Palestina telah memakan korban puluhan ribu nyawa warga Palestina.

    “Ini bukan statistik semata. Setiap angka adalah nyawa manusia,” tulis Menlu Sugiono seperti dikutip Kamis 16 Januari.

    Menlu Sugiono menuliskan, Indonesia apresiasi kesepakatan gencatan senjata, sesuai dengan yang selama ini didorong oleh Indonesia dan masyarakat internasional.

    “Langkah penting berikut adalah memastikan kesepakatan tersebut dilaksanakan segera dan secara komprehensif, untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak,” cuitnya.

    4. Indonesia juga siap berkontribusi kepada upaya pemulihan kehidupan bermasyarakat di Gaza, baik itu melalui bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap peran UNRWA, ataupun upaya rekonstruksi Gaza.

    — Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) January 16, 2025

    Lebih lanjut, gencatan senjata ini diharapkan bisa menjadi momentum untuk mendorong perdamaian di Palestina.

    “Saya tegaskan, perdamaian tersebut hanya dimungkinkan, jika Palestina telah merdeka dan berdaulat, sesuai dengan solusi dua negara yang telah disepakati masyarakat internasional,” tegasnya.

    Menlu Sugiono menambahkan, Indonesia siap berkontribusi kepada upaya pemulihan kehidupan bermasyarakat di Gaza, baik itu melalui bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap peran UNRWA (badan PBB untuk pengungsi Palestina), ataupun upaya rekonstruksi Gaza.

    Diberitakan sebelumnya, negosiator mencapai kesepakatan bertahap pada Hari Rabu untuk mengakhiri perang di Gaza antara Israel dan Hamas setelah 15 bulan konflik sejak 7 Oktober 2023, mengobarkan ketegangan di Timur Tengah. Ini akan mulai berlaku pada Hari Minggu mendatang.

    Kesepakatan tersebut mencakup pembebasan bertahap para sandera yang ditangkap oleh militan yang dipimpin Hamas, dengan imbalan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Kesepakatan ini juga diharapkan mampu meredakan ketegangan di Timur Tengah yang dipicu konflik di Gaza, kemudian menyulut Tepi Barat yang diduduki Israel, Lebanon, Suriah, Yaman dan Iran, hingga menimbulkan kekhawatiran perang Israel dengan Iran.

    Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah pada 15 Oktober 2023, saat kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 250 lainnya menjadi sandera, menurut perhitungan Israel.

    Kemarin, otoritas medis di Gaza mengonfirmasi, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik pecah telah mencapai 46.707 orang dan korban luka-luka 110.265 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.

  • Menlu Sugiono Apresiasi Gencatan Senjata Israel dan Hamas di Gaza

    Menlu Sugiono Apresiasi Gencatan Senjata Israel dan Hamas di Gaza

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono mengapresiasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, Palestina usai perundingan yang digelar di Qatar baru-baru ini.

    Dia mengatakan bahwa upaya ini telah didorong selama ini oleh Indonesia agar ada penurunan tendensi ketegangan dari kedua belah pihak.

    “Indonesia mengapresiasi kesepakatan gencatan senjata sesuai dengan yang selama ini terus kita dorong bersama dengan masyarakat internasional,” ujarnya dikutip melalui akun twitter atau X @Menlu_RI, Kamis (16/1/2025).

    Lebih lanjut, Sugiono menilai bahwa perang yang telah terjadi sejak Oktober 2023 itu telah memberikan kekejaman dan menewaskan puluhan ribu warga Palestina.

    “Kekejaman Israel di Palestina telah memakan korban puluhan ribu nyawa warga Palestina. Ini bukan statistik semata, setiap angka adalah nyawa manusia,” katanya.

    Selanjutnya, dia menyebut bahwa penting agar kesepakatan gencatan senjata Gaza dilaksanakan segera dan secara komprehensif sehingga dapat mencegah bertambahnya jumlah korban.

    Termasuk, kata Sugiono, agar gencatan senjata bisa menjadi momentum mendorong perdamaian di Palestina. Dia juga menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk mendukung Palestina yang merdeka dan berdaulat.

    “Saya tegaskan juga bahwa perdamaian tersebut hanya dimungkinkan, jika Palestina telah merdeka dan berdaulat, sesuai dengan solusi dua negara yang telah disepakati masyarakat internasional,” imbuhnya.

    Menurutnya, selain mendoroang upaya dengan two-state solution atau solusi dua negara yang telah disepakati masyarakat internasional. Indonesia juga siap berkontribusi kepada upaya pemulihan kehidupan bermasyarakat di Gaza, seperti bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap peran badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), hingga upaya rekonstruksi Gaza.

    “Indonesia juga siap berkontribusi kepada upaya pemulihan kehidupan bermasyarakat di Gaza, baik itu melalui bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap peran UNRWA, ataupun upaya rekonstruksi Gaza,” pungkas Sugiono.

    Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata Gaza pada Rabu malam, yang menurut mediator akan berlaku pada Minggu (19/1/2025)

    Nantinya, kesepakatan ini termasuk pembebasan sandera yang ditahan di sana selama 15 bulan pertumpahan darah yang menghancurkan Gaza dan mengobarkan Timur Tengah.

    Kesepakatan bertahap yang kompleks itu menguraikan gencatan senjata awal selama enam pekan dengan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza, di mana puluhan ribu orang telah tewas. Sandera yang diambil oleh kelompok pejuang Hamas, yang menguasai Gaza, akan dibebaskan dengan imbalan ribuan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.

  • Gencatan Senjata Gaza, Harapan Baru untuk Evakuasi Medis 12.000 Pasien ke Eropa – Halaman all

    PIJ: Perlawanan Palestina Harus Tetap Siaga, Pastikan Gencatan Senjata Terlaksana – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) memuji pengumuman kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

    Menurut PIJ, Palestina berhasil mengamankan ‘kesepakatan yang bermartabat’ untuk mengakhiri agresi Israel di Gaza.

    “Hari ini, rakyat dan perlawanan kita memberlakukan perjanjian yang bermartabat untuk menghentikan agresi, memastikan penarikan pasukan, dan melaksanakan pertukaran tahanan yang terhormat, yang dimungkinkan oleh ketangguhan legendaris mereka dan para pejuang pemberani kita,” katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    PIJ menekankan komitmennya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam melayani kebutuhan warga Palestina, khususnya di Jalur Gaza. 

    Meski begitu, PIJ juga meminta agar kelompok perlawanan untuk tetap waspada dalam masa gencatan senjata ini.

    “Perlawanan akan tetap waspada untuk memastikan implementasi penuh perjanjian ini,” ujar pernyataan resmi tersebut, dikutip dari Al Mayadeen.

    Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perjanjian telah tercapai, kesiapsiagaan tetap menjadi prioritas utama demi menjaga keamanan dan keberlangsungan perdamaian.

    Selain itu, PIJ menyampaikan penghormatan mendalam kepada seluruh rakyat Palestina, baik yang berada di Jalur Gaza maupun diaspora di luar negeri.

    Penghormatan serupa juga diberikan kepada para pejuang perlawanan yang setia mendukung perjuangan rakyat Palestina dari waktu ke waktu. 

    Dukungan ini, menurut PIJ, adalah bukti solidaritas yang menguatkan semangat perlawanan.

    Pernyataan ini juga diiringi ucapan terima kasih kepada Qatar dan Mesir atas peran penting mereka dalam menengahi proses perjanjian gencatan senjata.

    Perdana Menteri Qatar sekaligus Menteri Luar Negeri, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengumumkan keberhasilan upaya mediasi tersebut dalam konferensi pers. 

    Ia mengonfirmasi bahwa pihak Palestina dan Israel telah menyetujui persyaratan gencatan senjata yang akan mulai diberlakukan pada Minggu, 19 Januari.

    Kesepakatan itu mencakup pertukaran tahanan dan ketenangan berkelanjutan, yang bertujuan untuk gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Al Thani mengatakan perjanjian tersebut terdiri dari tiga tahap, dimulai hari Minggu dengan tahap pertama selama 42 hari.

    Kesepakatan Gencatan Senjata

    Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah mengumumkan kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran di Gaza. 

    Kesepakatan ini mencakup pembebasan sandera dan penarikan bertahap pasukan Israel dari daerah kantong tersebut.

    Kesepakatan gencatan senjata ini berlaku selama enam minggu dan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025

    Berikut rincian kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas:

    1. Pertukaran Tahanan dan Sandera

    Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan di Gaza.

    Untuk tahapan ini, yang akan menjadi prioritas adalah sandera perempuan dan mereka yang berusia di bawah 19 tahun, dikutip dari Al-Arabiya.

    Dalam 42 hari pertama kesepakatan, 33 warga Israel diperkirakan akan dibebaskan.

    Sebagai informasi, jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan bisa mencapai 1.650.

    2. Negosiasi tentang Koridor Philadelphia

    Israel akan secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim dan Philadelphi.

    Awalnya, Israel menginginkan peran pengawasan di Koridor Philadelphia, tetapi permintaan ini ditolak dalam kesepakatan akhir.

    Tuntutan Israel untuk perwakilan tetap di Penyeberangan Rafah juga tidak diterima.

    3. Fase Kedua

    Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata.

    Tahap ini mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    4. Bantuan Kemanusiaan

    Sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari selama periode enam minggu gencatan senjata.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik kesepakatan ini dan menekankan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gencatan Senjata di Gaza

  • Muhammadiyah Sambut Gembira Gencatan Senjata Hamas-Israel

    Muhammadiyah Sambut Gembira Gencatan Senjata Hamas-Israel

    loading…

    Warga Palestina di seluruh Jalur Gaza menyambut gembira atas kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Foto/Abed Rahim Khatib/Anadolu Agency

    JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyambut gembira gencatan senjata antara pejuang rakyat sipil Palestina, Hamas dan Israel . Gencatan senjata dicapai setelah 460 hari berkonflik.

    “Kami menyambut gembira gencatan senjata itu, karena menjadi peluang untuk perdamaian dan kemaslahatan rakyat Gaza secara keseluruhan dan juga Palestina secara keseluruhan,” kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syafiq Mughni dalam keterangannya, Kamis (16/1/2025).

    Syafiq mengatakan upaya damai melalui gencatan senjata juga harus disertai catatan untuk bersungguh-sungguh menghentikan kekerasan terhadap rakyat Palestina di sepanjang jalur Gaza.

    Gencatan senjata yang akan dimulai pada 19 Januari 2024 itu harus ditaati. Sebab seringkali sejak lama kesepakatan yang dibuat dilanggar oleh Israel. “Dan kadang kesepakatan-kesepakatan multilateral pun dilanggar oleh Israel,” katanya.

    Di tengah skeptisisme perdamaian di Palestina, kata Syafiq, Muhammadiyah dan bahkan dunia internasional menaruh harapan besar untuk terus ikut mendukung perdamaian.

    Sementara, dunia internasional, khususnya Amerika Serikat (AS) yang kerap menjadi kunci ketidakadilan dan terkatung-katungnya Palestina. AS diharapkan mengurangi keterlibatannya karena kerap memperumit proses kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.

    Muhammadiyah, kata Syafiq, berharap pemerintah Indonesia bisa terlibat lebih kuat dalam proses kemerdekaan Palestina, serta mendukung Palestina sebagai anggota sah dari PBB.

    Syafiq menuturkan, Muhammadiyah juga tidak diam dalam usaha membangun resiliensi bagi rakyat Palestina bukan hanya dalam menghadapi serangan dari luar, tapi juga dari internal harus ada perdamaian dan persatuan.

    “Secara internal di kalangan bangsa Palestina sendiri harus ada perdamaian dan persatuan sikap untuk isu Palestina dan Israel ini,” imbuhnya.

    (abd)