Negara: Jalur Gaza

  • Cerita Warga Palestina Sambut Gencatan Senjata, Tidak Tidur Semalaman karena Ingin Segera Pulang – Halaman all

    Cerita Warga Palestina Sambut Gencatan Senjata, Tidak Tidur Semalaman karena Ingin Segera Pulang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah gencatan senjata mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025) pagi di Gaza, ribuan warga Palestina kini bisa kembali ke rumah mereka.

    Banyak orang berkumpul di seluruh Jalur Gaza untuk merayakan gencatan senjata tersebut.

    Koresponden The New Arab di Gaza berbicara dengan beberapa penduduk setempat tentang perasaan mereka setelah gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu akhirnya terlaksana.

    Yasser Abu Younis yang mengungsi ke daerah Mawasi di Khan Younis, kini bisa kembali ke Rafah, di selatan Gaza.

    “Saya tidak tidur tadi malam,” kata ayah empat anak itu kepada The New Arab.

    “Saya menunggu matahari terbit agar saya bisa segera kembali ke kota Rafah dan memeriksa rumah saya.”

    Namun, Younis terkejut dengan apa yang dilihatnya di kota itu.

    Rumahnya, yang telah ia bangun selama bertahun-tahun untuk dirinya dan keluarganya, rata dengan tanah.

    Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. (Quds News Network)

    “Rafah bukan lagi seperti kota setengah tahun lalu,” kata pria berusia 40 tahun itu.

    “Mayat-mayat tergeletak di jalan, beberapa membusuk, dan yang lainnya dimakan anjing.”

    “Kehancuran yang menyeluruh terjadi. Israel tidak meninggalkan satu batu pun di atas batu di kota kami.”

    Warga Palestina lainnya, Yahya Abu Zakaria, sudah mulai mempersiapkan barang-barangnya pada hari Minggu untuk kembali ke rumahnya di Jalur Gaza utara.

    Menurut perjanjian, tidak seorang pun di selatan boleh kembali ke utara sebelum tujuh hari sejak dimulainya gencatan senjata.

    “Saya tahu masih terlalu dini untuk mempersiapkan dan mengepak barang-barang saya,” kata Zakaria kepada The New Arab sambil tersenyum.

    “Tapi saya melakukannya karena optimisme dan kerinduan saya untuk kembali ke kota Beit Hanoun, yang saya tinggalkan pada hari pertama perang.”

    “Jika sudah diizinkan, saya akan kembali dengan berjalan kaki.”

    “Selama 15 bulan terakhir, saya hidup dalam neraka, kematian, dan kelaparan.”

    Sementara banyak orang merayakan gencatan senjata, beberapa masih bersikap hati-hati terhadap kesepakatan ini.

    Teman Zakaria, Taha Abu Saif, tidak memiliki optimisme yang sama.

    Pria berusia 30 tahun yang mengungsi dari Kota Gaza ke wilayah Mawasi di Khan Younis itu mengungkapkan rasa pesimismenya.

    Ia tidak yakin bahwa para pengungsi akan bisa kembali ke wilayah mereka.

    “Kita tidak boleh terlalu yakin bahwa Israel akan mematuhi perjanjian ini. Israel memiliki sejarah melanggar perjanjian dan kesepakatan,” kata ayah lima anak tersebut kepada The New Arab.

    “Waktu yang akan membuktikan apakah perjanjian ini akan berjalan, apakah kita bisa kembali, mengakhiri pembunuhan, perang, dan kehancuran, serta kembali pada perdamaian.”

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 46.913 orang dan melukai 110.750 orang sejak Oktober 2023, sementara lebih dari 11.000 warga Palestina masih hilang di bawah reruntuhan.

    Sebelum kesepakatan itu berlaku, Israel menewaskan 19 orang setelah batas waktu gencatan senjata awal, serta melukai 36 orang lainnya.

    Poin-poin Penting Gencatan Senjata Israel-Hamas

    Berikut adalah poin-poin utama dari kesepakatan gencatan senjata Gaza yang mulai berlaku pada hari Minggu setelah 15 bulan perang.

    Dimulainya gencatan senjata sempat tertunda hampir tiga jam karena masalah teknis seputar rincian nama sandera yang akan dibebaskan.

    Rincian lengkap kesepakatan gencatan senjata belum diumumkan secara publik oleh para mediator, Israel, atau Hamas.

    Namun, mengutip Asharq Al-Awsat, pejabat yang mengetahui kesepakatan itu menyebutkan poin-poin berikut:

    1. Fase gencatan senjata awal selama enam minggu mencakup penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza tengah dan pemulangan warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara.

    2. Kesepakatan ini mengharuskan 600 truk bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza setiap hari selama gencatan senjata, 50 di antaranya membawa bahan bakar. 

    Sebanyak 300 truk dialokasikan untuk Gaza utara, wilayah di mana kondisi warga sipil sangat sulit.

    3. Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk semua wanita (baik tentara maupun warga sipil), anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun.

    Hamas akan membebaskan sandera wanita dan yang berusia di bawah 19 tahun terlebih dahulu, diikuti oleh pria berusia di atas 50 tahun.

    Tiga sandera wanita pertama dibebaskan melalui Palang Merah pada hari Minggu.

    Pembebasan ketiga sandera tersebut telah terlaksana.

    Hamas dan warga Palestina memenuhi jalanan saat pembebasan sandera Israel (Quds News Network)

    4. Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera sipil dan 50 tahanan Palestina untuk setiap tentara wanita Israel yang dibebaskan oleh Hamas.

    5. Berdasarkan ketentuan kesepakatan, Hamas akan memberi tahu Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengenai titik pertemuan di dalam Gaza.

    ICRC diharapkan mulai berkendara ke lokasi tersebut untuk menjemput para sandera.

    6. Israel akan membebaskan semua perempuan dan anak-anak Palestina di bawah usia 19 tahun yang ditahan sejak 7 Oktober 2023 pada akhir fase pertama.

    Jumlah total warga Palestina yang dibebaskan akan bergantung pada jumlah sandera yang dibebaskan, dan bisa mencapai antara 990 hingga 1.650 tahanan Palestina, termasuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak.

    7. Hamas akan membebaskan para sandera selama periode enam minggu, dengan setidaknya tiga sandera dibebaskan setiap minggu dan sisanya dari 33 sandera sebelum akhir periode tersebut.

    Semua sandera yang masih hidup akan dibebaskan terlebih dahulu, diikuti oleh jenazah sandera yang telah meninggal.

    8. Pelaksanaan perjanjian ini akan dijamin oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

    9. Negosiasi fase kedua akan dimulai pada hari ke-16 fase pertama.

    Negosiasi ini diharapkan mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa, termasuk tentara laki-laki Israel, gencatan senjata permanen, dan penarikan penuh tentara Israel.

    10. Tahap ketiga diperkirakan akan mencakup pemulangan semua jenazah yang tersisa dan dimulainya rekonstruksi Gaza, yang akan diawasi oleh Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    (Tribunnews.com/Tiara Shelavie)

  • Jalan Menuju Ini Tak Mudah

    Jalan Menuju Ini Tak Mudah

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyambut baik gencatan senjata yang berlangsung antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Biden mengatakan “kawasan tersebut telah mengalami transformasi secara fundamental”.

    “Setelah begitu banyak penderitaan, kematian dan hilangnya nyawa, kini senjata-senjata di Gaza sudah menjadi sunyi,” ucap Biden dalam pernyataan yang disampaikan pada hari terakhirnya menjabat, seperti dilansir AFP, Senin (20/1/2025).

    “Jalan menuju kesepakatan ini sama sekali tidak mudah, ini merupakan jalan yang panjang,” sebutnya merujuk pada upaya perundingan selama setahun terakhir, beberapa jam setelah gencatan senjata dimulai pada Minggu (19/1) waktu setempat.

    “Tetapi kita telah mencapai titik ini, pada hari ini, karena tekanan yang diberikan Israel terhadap Hamas, yang didukung oleh Amerika Serikat,” ucap Biden.

    Pernyataan tersebut disampaikan Biden saat berkunjung ke South Carolina pada hari terakhir masa jabatannya, dengan Presiden terpilih AS Donald Trump akan menggantikannya mulai Senin (20/1) waktu setempat, dan mewarisi tugas rumit membantu mengawal pelaksanaan gencatan senjata menuju perdamaian abadi.

    Membela tekadnya mendukung Israel menghadapi kritikan bahwa hal itu dapat menyeret AS ke dalam perang yang lebih luas, Biden mengatakan bahwa dirinya telah mempertimbangkan kemungkinan tersebut.

    “Sekarang kawasan ini telah mengalami transformasi secara fundamental,” cetus Biden dalam pernyataannya.

    Simak berita selanjutnya di halaman berikutnya.

  • Israel Serahkan 90 Tahanan Palestina, Warga Menyambut di Tepi Barat

    Israel Serahkan 90 Tahanan Palestina, Warga Menyambut di Tepi Barat

    Jakarta

    Israel mengatakan telah membebaskan 90 orang tahanan Palestina pada Senin (20/1) pagi waktu setempat. Pembebasan ini sebagai tanda dimulainya kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

    “Semua dibebaskan dari penjara Ofer dan pusat penahanan Yerusalem,” kata layanan penjara Israel dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan sebelum pukul 01.30 pagi (Minggu 23.30 GMT) dilansir AFP, Senin (20/1/2025).

    Tahanan Tiba di Tepi Barat

    Setelah para tahanan tiba di Kota Beitunia di Tepi Barat, kerumunan orang pun bersorak. Mereka menyambut dua bus yang membawa tahanan Palestina yang dibebaskan Israel.

    Bus-bus tersebut menampung sekitar 90 tahanan yang dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata di Gaza yang dimulai pada hari Minggu (19/1) dan menyaksikan tiga sandera Israel dibebaskan oleh Hamas.

    Terlihat anggota kerumunan naik ke atas bus utama dan mengibarkan bendera Hamas.

    Sebelumnya, potoritas Qatar, yang merupakan salah satu mediator kesepakatan ini, mengumumkan bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza akan mulai berlaku pada Minggu (19/1) pagi, sekitar pukul 06.30 GMT atau pukul 08.30 waktu Gaza. Gencatan senjata disepakati akan berlangsung selama enam minggu.

    (zap/yld)

  • Truk Bantuan Masuk Gaza, Nama 90 Warga Palestina yang Akan Dibebaskan Diumumkan – Halaman all

    Truk Bantuan Masuk Gaza, Nama 90 Warga Palestina yang Akan Dibebaskan Diumumkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan mulai memasuki Gaza pada hari Minggu (19/1/2025) setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku.

    “Truk-truk pertama yang berisi pasokan mulai masuk beberapa menit setelah gencatan senjata dimulai pada hari Minggu pagi,” kata pejabat bantuan PBB, Jonathan Whittall, kepala sementara badan bantuan PBB OCHA untuk wilayah Palestina, di X.

    Sementara itu, tiga sandera Israel telah dibebaskan oleh Hamas sebagai bagian dari gencatan senjata.

    “Ketiga sandera wanita tersebut secara resmi diserahkan kepada Palang Merah di Lapangan Al-Saraya di lingkungan Al-Rimal, Kota Gaza bagian barat,” kata pejabat Hamas.

    “Penyerahan ini dilakukan setelah seorang anggota tim Palang Merah bertemu dengan mereka dan memastikan kesejahteraan mereka.”

    Sebagai ganti atas tiga warga Israel yang dibebaskan, 90 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel akan dibebaskan.

    Sebanyak 90 nama warga Palestina telah diumumkan, menurut The New Arab.

    Di antara mereka yang diperkirakan akan dibebaskan adalah Khalida Jarrar, anggota Dewan Legislatif Palestina dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina.

    Khalida Jarrar, anggota Dewan Legislatif Palestina dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina.

    Menurut pantauan Tribunnews, saat ini keluarga tahanan Palestina sedang menunggu di luar Penjara Ofer di Tepi Barat.

    Al Jazeera berbicara dengan ayah dari seorang tahanan yang akan dibebaskan hari ini.

    Ia menyatakan bahwa ia telah menunggu sejak pukul 3 sore waktu setempat di luar penjara, tetapi belum menerima informasi mengenai kapan mereka akan bertemu dengan anak-anak mereka.

    Ia juga mengungkapkan keprihatinan bahwa pasukan Israel bereaksi keras terhadap setiap ekspresi kegembiraan yang ditunjukkan oleh warga Palestina yang menunggu di luar penjara.

    Hamas akan patuhi gencatan senjata sesuai ‘komitmen musuh’

    Sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas mengatakan pada hari Minggu (19/1/2025), mereka akan mematuhi gencatan senjata di Gaza selama Israel melakukan hal yang sama, beberapa jam setelah gencatan senjata mulai berlaku.

    “Kami dan faksi-faksi perlawanan menyatakan komitmen penuh kami terhadap perjanjian gencatan senjata, sambil menekankan bahwa semua ini bergantung pada komitmen musuh,” kata Abu Obeida, juru bicara sayap bersenjata Ezzedine al-Qassam, dalam sebuah pesan video.

    Obeida juga memperingatkan bahwa pendudukan Israel yang berkelanjutan atas tanah Palestina akan memengaruhi seluruh wilayah dan dunia.

    Ia menambahkan, keterlibatan masyarakat internasional dalam apa yang disebutnya pendudukan Gaza akan menjadi bencana bagi pendudukan dan semua pendukungnya.

    Rincian Gencatan Senjata

    Gencatan senjata Israel-Hamas terbagi menjadi tiga tahap, dan saat ini kedua belah pihak baru menyepakati tahap pertama.

    Tahap pertama gencatan senjata akan berlangsung selama enam minggu.

    Pada tahap ini, sejumlah pertukaran tahanan, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, dan pengiriman bantuan ke wilayah tersebut akan dilakukan.

    Sebanyak 33 tahanan Israel, termasuk wanita, anak-anak, dan warga sipil berusia di atas 50 tahun, akan dibebaskan.

    Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan tahanan Palestina, termasuk tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup.

    Bersamaan dengan pertukaran tahanan, Israel akan menarik pasukannya dari pusat-pusat populasi di Gaza ke wilayah-wilayah yang berjarak tidak lebih dari 700 meter dari perbatasan Gaza dengan Israel.

    Namun, hal ini mungkin tidak mencakup Koridor Netzarim, sabuk militer yang membelah Jalur Gaza dan mengendalikan pergerakan di sepanjang wilayah tersebut.

    Penarikan pasukan dari Netzarim diharapkan dilakukan secara bertahap.

    Israel akan mengizinkan warga sipil untuk kembali ke rumah mereka di wilayah utara Gaza yang terkepung, di mana badan-badan bantuan memperingatkan bahwa kelaparan mungkin telah terjadi.

    Bantuan akan ditingkatkan hingga 600 truk per hari.

    Israel juga akan mengizinkan warga Palestina yang terluka untuk meninggalkan Jalur Gaza guna mendapatkan perawatan.

    Penyeberangan Rafah akan dibuka tujuh hari setelah dimulainya pelaksanaan tahap pertama.

    Pasukan Israel akan mengurangi kehadirannya di Koridor Philadelphia, wilayah perbatasan antara Mesir dan Gaza, dan kemudian menarik diri sepenuhnya paling lambat pada hari ke-50 setelah kesepakatan ini mulai berlaku.

    Rincian tahap kedua dan ketiga, meskipun disebutkan telah disetujui secara prinsip, baru akan dinegosiasikan selama tahap pertama.

    Presiden AS, Joe Biden, menyatakan gencatan senjata akan terus berlanjut bahkan jika negosiasi pada tahap kedua dan ketiga memakan waktu lebih lama dari enam minggu yang dialokasikan untuk tahap pertama.

    Israel menegaskan, tidak ada jaminan tertulis yang diberikan untuk mengesampingkan kemungkinan dimulainya kembali serangannya setelah tahap pertama selesai dan semua warga sipil yang ditawan telah dipulangkan.

    Namun, menurut sumber dari Mesir yang dikutip oleh kantor berita Associated Press, ketiga mediator yang terlibat dalam perundingan – Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat – telah memberikan jaminan lisan kepada Hamas bahwa negosiasi akan terus berlanjut.

    Ketiganya juga akan mendesak agar kesepakatan untuk tahap kedua dan ketiga dilaksanakan sebelum jangka waktu awal enam minggu habis.

    (Tribunnews.com)

  • Gencatan Senjata Resmi Dimulai, Begini Kondisi Terkini Israel dan Gaza

    Gencatan Senjata Resmi Dimulai, Begini Kondisi Terkini Israel dan Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gencatan senjata di Gaza resmi dimulai setelah sempat terjadi penundaan oleh pihak Israel. Hal ini ditandai dengan dipulangkannya tiga sandera Israel dan warga Palestina kembali ke lingkungan mereka yang hancur pada Minggu (19/1/2025).

    Di Tel Aviv, ratusan warga Israel bersorak dan menangis di sebuah alun-alun di luar markas pertahanan saat siaran langsung dari Gaza menampilkan ketiga sandera tersebut naik ke dalam kendaraan Palang Merah yang dikelilingi oleh pejuang Hamas.

    Militer Israel mengonfirmasi bahwa Romi Gonen, Doron Steinbrecher, dan Emily Damari telah dipertemukan kembali dengan ibu mereka dan merilis video yang menunjukkan mereka dalam kondisi sehat. Damari, yang kehilangan dua jari ketika diculik, tersenyum dan memeluk ibunya sambil mengangkat tangan yang dibalut perban.

    “Romi, Doron, dan Emily – seluruh bangsa memeluk kalian. Selamat pulang,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melalui telepon kepada seorang komandan, dilansir dari Reuters.

    Pusat Medis Sheba melaporkan bahwa ketiga wanita tersebut dalam kondisi stabil. Mereka adalah bagian dari lebih dari 250 orang yang diculik dan 1.200 orang yang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, menurut Israel.

    Adapun Lebih dari 47.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel sejak saat itu, menurut pejabat medis di Gaza, dengan hampir seluruh populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang menjadi tunawisma. Sekitar 400 tentara Israel juga tewas.

    Gencatan senjata ini menyerukan penghentian pertempuran, pengiriman bantuan ke Gaza, dan pembebasan 33 dari hampir 100 sandera Israel dan asing yang tersisa dalam fase pertama selama enam minggu dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel. Banyak dari sandera tersebut diyakini telah meninggal.

    Di Gaza bagian utara, warga Palestina menelusuri lanskap yang hancur penuh dengan puing-puing dan logam yang bengkok, sisa dari pertempuran paling intens dalam perang ini.

    “Rasanya seperti akhirnya menemukan air setelah tersesat di padang pasir selama 15 bulan,” kata Aya, yang mengaku telah mengungsi dari rumahnya di Gaza City selama lebih dari setahun.

    Di Tepi Barat yang diduduki Israel, bus-bus menunggu pembebasan tahanan Palestina dari penahanan Israel. Hamas mengatakan kelompok pertama yang dibebaskan dalam pertukaran untuk para sandera termasuk 69 wanita dan 21 remaja laki-laki.

    Fase pertama gencatan senjata ini berlaku setelah penundaan tiga jam di mana pesawat dan artileri Israel menyerang Jalur Gaza. Serangan di menit-menit terakhir tersebut menewaskan 13 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.

    Israel menyalahkan Hamas karena terlambat menyerahkan daftar nama sandera yang akan dibebaskan dan menyatakan bahwa mereka telah menyerang teroris. Hamas menyebutkan bahwa keterlambatan dalam memberikan daftar tersebut disebabkan oleh masalah teknis.

    “Hari ini senjata di Gaza telah diam,” kata Presiden AS Joe Biden pada hari terakhir masa jabatannya, menyambut gencatan senjata yang sulit dicapai melalui diplomasi AS selama lebih dari setahun.

    “Ini adalah perjalanan panjang,” kata Biden. “Tetapi kita mencapai titik ini hari ini karena tekanan yang dibangun Israel pada Hamas, yang didukung oleh Amerika Serikat.”

    Bagi Hamas, gencatan senjata ini bisa menjadi kesempatan untuk muncul dari persembunyian setelah 15 bulan. Polisi Hamas yang berpakaian seragam biru segera dikerahkan di beberapa wilayah, dan para pejuang bersenjata mengendarai kendaraan melalui kota Khan Younis di selatan, di mana kerumunan bersorak, “Salam kepada Brigade Al-Qassam,” sayap bersenjata kelompok tersebut.

    “Semua faksi perlawanan tetap ada meskipun ada Netanyahu,” kata seorang pejuang kepada Reuters.

    Pemerintahan Gaza Pascaperang

    Belum ada rencana rinci untuk memerintah Gaza setelah perang, apalagi untuk membangunnya kembali. Kembalinya Hamas akan menguji kesabaran Israel, yang telah menyatakan akan melanjutkan pertempuran kecuali kelompok militan tersebut benar-benar dibongkar.

    Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengundurkan diri dari kabinet karena gencatan senjata ini, meskipun partainya menyatakan tidak akan mencoba menjatuhkan pemerintahan Netanyahu. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, tokoh garis keras lainnya, tetap di pemerintahan tetapi menyatakan akan mundur jika perang berakhir tanpa penghancuran total Hamas.

    Gencatan senjata ini berlaku pada malam pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump. Penasihat keamanan nasional Trump, Mike Waltz, mengatakan jika Hamas melanggar kesepakatan, Amerika Serikat akan mendukung Israel “melakukan apa yang harus dilakukan.”

    “Hamas tidak akan pernah memerintah Gaza. Itu sepenuhnya tidak dapat diterima,” katanya.

    (luc/luc)

  • IRGC: Gencatan Senjata Gaza Adalah Aib Memalukan dan Kerugian Besar Bagi Israel! – Halaman all

    IRGC: Gencatan Senjata Gaza Adalah Aib Memalukan dan Kerugian Besar Bagi Israel! – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyebut bahwa gencatan senjata di Gaza menjadi momen memalukan bagi Israel. 

    Hal itu dikatakan oleh Esmail Qaani, komandan Pasukan Quds Iran di IRGC.

    Esmail Qaani menggambarkan gencatan senjata Gaza sebagai momen memalukan, aib, dan kerugian terbesar bagi pendudukan Israel.

    Qaani menyatakan bahwa setelah 15 bulan serangan gencar terhadap Gaza, Israel terpaksa menerima persyaratan Perlawanan, yang menurutnya konsisten dengan tuntutan yang diajukan dalam negosiasi sebelumnya.  

    Qaani menekankan bahwa negosiasi terbaru yang mengarah pada gencatan senjata tidak berbeda secara signifikan dari putaran sebelumnya.

    Khususnya yang ‘diganggu’ oleh Israel pada pertengahan tahun 2024, di mana Israel gagal mendapatkan konsesi dari Perlawanan.  

    Ia menekankan bahwa Perlawanan Kemerdekaan Palestina terus menekan pasukan Israel hingga hari ke-470 perang. 

    Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Israel diharuskan menarik diri dari seluruh Gaza, memenuhi tuntutan lama kelompok Palestina.  

    Namun meskipun ada gencatan senjata, pasukan Israel terus beroperasi hingga perjanjian diterapkan. 

    Diketahui Serangan Israel di Jalur Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober 2023, telah menyebabkan krisis kemanusiaan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

    Karena jumlah korban tewas di antara warga sipil Palestina yang terkepung dan kelaparan terus meningkat setiap hari, mengutip Al Mayadeen.

    Israel pun telah menghadapi tuduhan genosida terhadap warga Palestina di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ). 

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 46.899 warga Palestina telah terbunuh, dan 110.725 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Jumlah korban diperkirakan akan terus meningkat, dengan sedikitnya 11.000 orang masih hilang, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di Gaza.

    Perang tersebut, yang oleh warga Palestina disebut sebagai ‘Operasi Banjir Al-Aqsa’ dimulai setelah operasi militer yang dilakukan oleh Hamas di wilayah Israel.

    Sementara itu Israel melaporkan bahwa 1.139 tentara dan warga sipilnya tewas dalam pertarungan melawan perlawanan Palestina.

    Namun, media Israel telah menyuarakan kekhawatiran bahwa sejumlah besar korban Israel disebabkan oleh ‘tembakan kawan sendirii’ selama serangan tersebut.

    Organisasi Hak asasi manusia, baik Palestina maupun internasional, telah melaporkan bahwa mayoritas korban di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. 

    Kekerasan yang terus berlangsung juga telah memperburuk bencana kelaparan akut, dengan ribuan anak-anak di antara yang tewas, menyoroti parahnya bencana kemanusiaan tersebut.

    Perang telah menyebabkan hampir dua juta orang mengungsi dari rumah mereka di Gaza, dengan mayoritas pengungsi terpaksa pindah ke wilayah selatan Jalur Gaza yang sudah padat penduduk. Penduduk di Gaza masih terjebak dalam konflik yang sedang berlangsung, dengan sedikit akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan perawatan medis. 

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • 3 Sandera Israel Dibebaskan Hamas Usai Gencatan Senjata Terwujud

    3 Sandera Israel Dibebaskan Hamas Usai Gencatan Senjata Terwujud

    Jakarta

    Militer Israel menyampaikan tiga sandera telah dibebaskan oleh Hamas. Ketiga sandera yang telah dibebaskan berada bersama pasukan mereka di Jalur Gaza.

    Tiga sandera dibebaskan pada Minggu (19/1/2025) waktu setempat. Ketiganya akan menjalani pemeriksaan medis sebelum kembali kepada keluarga.

    “Ketiga sandera yang dibebaskan didampingi oleh pasukan khusus IDF dan pasukan ISA saat mereka kembali ke wilayah Israel, di mana mereka akan menjalani pemeriksaan medis awal,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Senin (20/1/2025).

    Gencatan senjata di Gaza sempat terhambat daftar sandera yang hendak dibebaskan oleh Hamas. Dilansir Al-Jazeera dan AFP, Minggu (19/1/2025), gencatan senjata ini disetujui setelah satu tahun mediasi intensif oleh Qatar dan Mesir. Hal ini menjadi langkah awal dalam proses panjang dan rapuh yang bertujuan untuk mengakhiri perang selama 15 bulan di Gaza.

    Perang besar di Gaza meletus sejak 7 Oktober 2023. Israel mengklaim serangannya di Gaza dilakukan untuk menghancurkan Hamas yang menyerang mereka dan menewaskan 1.200 orang di wilayah Israel.

    Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45 ribu orang yang mayoritas merupakan perempuan dan anak. Ada ratusan ribu orang yang terluka akibat serangan itu. Jutaan penduduk Gaza juga terpaksa mengungsi akibat perang.

    Hamas sendiri telah menyatakan komitmen untuk menyediakannya. Namun, Hamas beralasan ada kendala teknis sehingga daftar itu sulit diselesaikan tepat waktu.

    Hamas menyatakan anggotanya berkomunikasi secara fisik melalui utusan. Hal itu disebut membutuhkan waktu untuk menyetujui nama-nama dan lokasi para sandera ketika pesawat militer Israel masih berada di atas mereka.

    (dek/dek)

  • Gencatan Senjata Gaza: Warga Kembali ke Rumah Setelah 470 Hari – Halaman all

    Gencatan Senjata Gaza: Warga Kembali ke Rumah Setelah 470 Hari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah 470 hari mengalami serangan tanpa henti dari Israel, Jalur Gaza akhirnya memasuki fase gencatan senjata pada Minggu, 19 Februari 2025.

    Momen ini disambut dengan antusiasme oleh penduduk yang sebelumnya mengungsi, yang kini berbondong-bondong kembali ke rumah mereka.

    Meskipun banyak daerah di Gaza yang hancur akibat serangan udara, warga kembali pulang dengan semangat.

    Dari Rafah hingga kota-kota di utara seperti Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun, keluarga-keluarga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka kini berusaha kembali ke tempat tinggal yang telah menjadi puing-puing.

    “Ini bukan hanya sekadar pulang, tapi juga simbol kemenangan dan ketahanan,” ungkap salah satu warga yang kembali ke rumahnya.

    Gambar kendaraan militer Israel yang mundur menjadi simbol dari keberhasilan warga Gaza dalam mempertahankan diri.

    Gencatan senjata yang dimulai pada pukul 11:15 waktu setempat ini sempat tertunda setelah Hamas belum menyerahkan daftar sandera.

    Namun, setelah nama tiga tawanan, yaitu Romi Gonen (24 tahun), Emily Damari (28 tahun), dan Doron Steinbrecher (31 tahun), diserahkan, gencatan senjata pun resmi dimulai.

    Rincian Kesepakatan Gencatan Senjata

    1. Pertukaran Tahanan dan Sandera: Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel, dan 50 tahanan untuk setiap tentara wanita yang ditahan. Dalam 42 hari pertama, diperkirakan 33 warga Israel akan dibebaskan, dengan total tahanan Palestina yang dibebaskan bisa mencapai 1.650 orang.

    2. Negosiasi Koridor Philadelphia: Israel akan menarik diri secara bertahap dari Koridor Netzarim dan Philadelphia. Permintaan Israel untuk perwakilan tetap di Penyeberangan Rafah ditolak dalam kesepakatan akhir.

    3. Fase Kedua: Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata, mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    4. Bantuan Kemanusiaan: Sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari selama enam minggu gencatan senjata.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik kesepakatan ini dan menekankan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan.

    Dengan dimulainya gencatan senjata ini, masyarakat Gaza berharap untuk memulai kembali kehidupan mereka yang sempat terhenti akibat konflik berkepanjangan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Gencatan Senjata Dimulai, 3 Sandera Dibebaskan Hari Ini – Halaman all

    Gencatan Senjata Dimulai, 3 Sandera Dibebaskan Hari Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa tiga tawanan yang ditahan di Gaza akan dibebaskan hari ini setelah pukul 14:00 GMT atau sekitar pukul 21:00 WIB.

    Selain itu, empat sandera perempuan lainnya yang masih hidup dijadwalkan untuk dibebaskan dalam waktu tujuh hari ke depan.

    Dalam pernyataannya, Netanyahu mengonfirmasi bahwa nama-nama ketiga tawanan tersebut telah dirilis oleh kelompok Hamas.

    Mereka adalah Romi Gonen (24 tahun), Emily Damari (28 tahun), dan Doron Steinbrecher (31 tahun).

    Juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, Abu Obaide, menyatakan bahwa pembebasan ini merupakan bagian dari perjanjian yang lebih luas.

    Gal Hirsch, penanggung jawab pemulangan sandera dari pemerintah Israel, mengungkapkan bahwa ia telah memberitahukan kabar ini kepada keluarga ketiga sandera.

    Sebelumnya, gencatan senjata sempat ditunda karena Hamas belum menyerahkan daftar sandera.

    Tahapan Gencatan Senjata
    Pertukaran Tahanan dan Sandera

    Kesepakatan gencatan senjata yang baru-baru ini dicapai mencakup pertukaran tahanan.

    Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel dan 50 tahanan Palestina untuk setiap tentara wanita yang ditahan di Gaza.

    Dalam 42 hari pertama kesepakatan, diperkirakan 33 warga Israel akan dibebaskan, dengan total jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan bisa mencapai 1.650.

    Negosiasi tentang Koridor Philadelphia

    Israel juga akan secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim dan Philadelphia.

    Namun, permintaan Israel untuk memiliki peran pengawasan di Koridor Philadelphia ditolak dalam kesepakatan akhir.

    Fase Kedua

    Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata, yang mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    Bantuan Kemanusiaan

    Selama periode enam minggu gencatan senjata, sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik kesepakatan ini dan menekankan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan.

    Dengan pembebasan sandera ini, diharapkan akan ada langkah maju dalam proses perdamaian dan pengurangan ketegangan antara Israel dan Hamas.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Gencatan Senjata Dimulai, Warga Gaza Berbondong-bondong Kembali ke Rumah – Halaman all

    Gencatan Senjata Dimulai, Warga Gaza Berbondong-bondong Kembali ke Rumah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah 470 hari dibombardir tanpa henti oleh Israel, Gaza akhirnya kembali bangkit, Minggu (19/1/2025).

    Ketika gencatan senjata dimulai, penduduk yang mengungsi kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza.

    Mereka pulang dengan semangat meskipun banyak daerah yang telah hancur akibat serangan udara Israel.

    Di berbagai wilayah Gaza, dari Rafah hingga kota-kota di utara Gaza seperti Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun, keluarga-keluarga yang sebelumnya terpaksa mengungsi kini mulai kembali ke rumah mereka yang telah hancur menjadi puing-puing akibat serangan udara Israel.

    Gambar kendaraan militer yang mundur dari kota-kota utara menjadi simbol kemenangan, setelah mereka gagal menembus pertahanan dan ketahanan warga Gaza.

    Selain itu, di Jalur Gaza bagian tengah, keluarga-keluarga kembali ke kamp pengungsi Nuseirat.

    Puluhan ribu pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumah mereka juga kembali ke Kota Rafah di Selatan, dikutip dari Al Mayadeen.

    Kembalinya warga ke rumah yang telah rusak dan hancur bukan hanya sekadar pulang, tapi juga sebagai simbol kemenangan dan ketahanan. 

    Masyarakat Gaza, yang sebelumnya hidup dalam kekerasan dan kehancuran, kembali merebut rumah dan martabat mereka.

    Sementara itu, usaha Israel selama 15 bulan melenyapkan kelompok perlawanan tidak melemahkan kelompok militan seperti Brigade Al-Qassam.

    Pasukan ini tetap merayakan kemenangan dengan kendaraan militer.

    Kedatangan mereka disambut dengan sorak-sorai dan teriakan kekaguman dari masyarakat yang tetap setia pada situasi meskipun sulit.

    Solidaritas dan loyalitas masyarakat Gaza terhadap pemimpin Hamas, Mohammad Deif, tampak jelas melalui berbagai aksi yang menanamkan slogan-slogan dukungan terhadapnya.

    Sebagai informasi, gencatan senjata di Gaza telah dimulai Minggu (19/1/2025) hari ini pada pukul 11.15 waktu setempat.

    Sebelumnya, gencatan senjata yang awalnya dijadwalkan pada pukul 8.30 waktu setempat sempat tertunda.

    Israel mengatakan bahwa gencatan senjata ditunda lantaran Hamas belum menyerahkan daftar sandera yang akan dibebaskan.

    Namun setelah Hamas menyerahkan nama dari 3 tawanan, gencatan senjata sudah mulai berlaku.

    Adapun ketiga nama tawanan tersebut adalah  Romi Gonen (24 tahun) Emily Damari (28 tahun), dan Doron Steinbrecher (31 tahun).

    Perjanjian yang mencakup penghentian permusuhan dan pertukaran tahanan sejalan dengan jangka waktu yang disepakati oleh mediator Qatar, Mesir, dan AS.

    Tahapan Gencatan Senjata

    Berikut rincian kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas:

    1. Pertukaran Tahanan dan Sandera

    Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan di Gaza.

    Untuk tahapan ini, yang akan menjadi prioritas adalah sandera perempuan dan mereka yang berusia di bawah 19 tahun, dikutip dari Al-Arabiya.

    Dalam 42 hari pertama kesepakatan, 33 warga Israel diperkirakan akan dibebaskan.

    Sebagai informasi, jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan bisa mencapai 1.650.

    2. Negosiasi tentang Koridor Philadelphia

    Israel akan secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim dan Philadelphi.

    Awalnya, Israel menginginkan peran pengawasan di Koridor Philadelphia, tetapi permintaan ini ditolak dalam kesepakatan akhir.

    Tuntutan Israel untuk perwakilan tetap di Penyeberangan Rafah juga tidak diterima.

    3. Fase Kedua

    Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata.

    Tahap ini mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    4. Bantuan Kemanusiaan

    Sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari selama periode enam minggu gencatan senjata.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik kesepakatan ini dan menekankan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gencatan Senjata di Gaza