Negara: Jalur Gaza

  • Bezalel Smotrich Akan Gulingkan Pemerintah Israel jika Gencatan Senjata di Gaza Lanjut ke Tahap 2 – Halaman all

    Bezalel Smotrich Akan Gulingkan Pemerintah Israel jika Gencatan Senjata di Gaza Lanjut ke Tahap 2 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengancam akan menggulingkan pemerintah Israel jika negara itu menerapkan tahap kedua perjanjian gencatan senjata dengan Hamas, yang mencakup penghentian perang.

    Bezalel Smotrich menyerukan serangan Israel di Jalur Gaza dilanjutkan dengan tujuan melenyapkan Hamas untuk selamanya.

    “Kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas adalah kesalahan besar,” kata Bezalel Smotrich kepada radio Israel, Kan, pada Senin (20/1/2025).

    “Siapa pun yang ingin menaklukkan Israel tidak memerlukan rudal atau program nuklir,” katanya.

    Bezalel Smotrich, yang memberikan suara menentang kesepakatan tersebut di kabinet, menunjukkan kesepakatan perjanjian gencatan senjata saat ini sama dengan kesepakatan yang diajukan pada bulan Juli lalu.

    Ia mengungkapkan ketakutannya mengenai kembalinya para pemimpin Hamas ke Gaza utara.

    “Tidak ada yang menghalangi Muhammad Al-Sinwar untuk kembali,” katanya.

    Bezalel Smotrich juga mengkritik keras Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevy, menggambarkan kebijakannya sebagai “tren kiri progresif”.

    Menteri Keuangan itu juga menekankan, “Hamas tidak dapat dikalahkan tanpa mengendalikan Jalur Gaza sepenuhnya.”

    Pada periode sebelum perang, Bezalel Smotrich mengatakan ia seharusnya menggulingkan pemerintah lebih awal karena kegagalannya menghalangi Hamas, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Kemarin, Minggu, Menteri Keamanan Nasional untuk pendudukan Israel, Itamar Ben Gvir, mengundurkan diri dari pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai protes terhadap perjanjian gencatan senjata di Gaza, yang ia gambarkan sebagai hal yang “memalukan.”

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.913 jiwa dan 110.750 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (19/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    Pertukaran tahanan Israel-Hamas pada Minggu (19/1/2025) memulangkan 3 wanita Israel dan 90 orang Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Hamas: Kondisi Tahanan yang Dibebaskan Adalah Wujud Perbedaan Moral Kami dengan Israel – Halaman all

    Hamas: Kondisi Tahanan yang Dibebaskan Adalah Wujud Perbedaan Moral Kami dengan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan foto-foto penyerahan tiga tahanan wanita Israel dalam keadaan sehat adalah wujud perlakuan Hamas kepada mereka.

    “Sementara mereka (tahanan Israel) dalam keadaan sehat fisik dan psikologis, tahanan laki-laki dan perempuan kami (Palestina) menunjukkan tanda-tanda kelalaian dan kelelahan,” kata Hamas dalam pernyataannya, Senin (20/1/2025).

    “Ini mewujudkan perbedaan besar antara nilai dan moral perlawanan dan barbarisme pendudukan Israel,” lanjutnya.

    Sebelumnya, Hamas menukar tiga tahanan wanita Israel dengan 90 tahanan Palestina pada Minggu (19/1/2025).

    Hamas menyerahkan Romi Gonen, Emily Damari, dan Doron Steinbrecher kepada Palang Merah Internasional (ICRC) di Lapangan Saraya di jantung Kota Gaza pada hari Minggu sebelum dibawa ke Israel.

    Dalam pernyataannya, Hamas mengucapkan selamat kepada rakyat, bangsa, dan masyarakat bebas di dunia atas pembebasan tahanan pria dan wanita gelombang pertama dari penjara pendudukan Israel.

    “Adegan kegembiraan rakyat kami selama penerimaan para tahanan menegaskan sekali lagi unjuk rasa masyarakat di sekitar perlawanan,” katanya.

    Sementara itu, Abu Ubaida, juru bicara Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, mengatakan Hamas akan berkomitmen untuk menjalankan perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Israel.

    “Kami dan faksi-faksi perlawanan menyatakan komitmen kami terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesiapan kami untuk melaksanakan dan mematuhi ketentuan-ketentuannya, dalam hal menghentikan pertempuran, mematuhi jadwal proses pertukaran, dan mengamankan posisi tahanan sampai mereka diserahkan sebagai imbalan atas tahanan rakyat kami di semua tahap kesepakatan,” katanya, Minggu (19/1/2025).

    Namun, komitmen Hamas akan menyesuaikan dengan komitmen Israel.

    “Semua ini tergantung pada komitmen musuh,” tambahnya.

    3 Tahanan Wanita Israel dalam Keadaan Sehat

    Ketiga tahanan wanita Israel dipertemukan kembali dengan keluarga mereka di Rumah Sakit Sheba di Israel.

    Sementara itu, ibu dari tahanan yang dibebaskan, Emily Demari, mengatakan putrinya dalam keadaan sehat.

    “Saya dapat mengatakan bahwa kondisi kesehatannya jauh lebih baik dari yang kami perkirakan,” katanya kepada Israel Today, Senin (20/1/2025).

    Pada 7 Oktober 2023, Emily Demari ditangkap dari rumahnya sebagai bagian dari Operasi Banjir Al-Aqsa.

    Selama operasi tersebut, dia terluka di tangan dan kakinya, dan dia adalah satu-satunya tahanan berkewarganegaraan Israel-Inggris di Jalur Gaza.

    Sementara itu, tahanan lainnya, Doron Steinbrecher berkewarganegaraan Israel-Romania dan Romi Gonen dari Kfar Vradim di Israel utara.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.913 jiwa dan 110.750 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (19/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    Pertukaran tahanan Israel-Hamas pada Minggu (19/1/2025) memulangkan 3 wanita Israel dan 90 orang Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Media Israel Akui Ketangguhan Hamas: Muncul dari Terowongan, Tak Pernah Kehilangan Kendali – Halaman all

    Media Israel Akui Ketangguhan Hamas: Muncul dari Terowongan, Tak Pernah Kehilangan Kendali – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Salah satu media terbesar di Israel mengakui ketangguhan Hamas yang mampu bertempur melawan pasukan Israel selama lebih 15 bulan di Jalur Gaza.

    The Jerusalem Post, nama media itu, mengklaim Hamas tak pernah kehilangan kontrol di tanah Palestina itu.

    “Hamas tampaknya muncul dari terowongan dan puing-puing di Gaza untuk menunjukkan bahwa mereka tidak pernah kehilangan kendali atas sebagian wilayah itu kendati perang sudah berlangsung 15 bulan,” kata media itu.

    Media itu berujar, Hamas menderita karena serangan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Namun, Hamas mampu merekrut anggota baru.

    “Bahkan Hamas menyimpan truk dan van yang siap kembali ke jalanan dan menunjukkan keberadaannya.”

    The Jerusalem Post menyinggung video yang memperlihatkan anggota Hamas melambaikan tangan kepada kerumuman orang dan berparade di atas kendaraan di jalanan.

    Polisi Hamas, yakni salah satu sayap organisasi itu, juga muncul.

    “Mereka (polisi) sudah ada sepanjang perang, tetapi keberadaan mereka belum kelihatan jelas di beberapa area.”

    Pengambilan gambar ini menunjukkan salah satu sandera Israel keluar dari kendaraan untuk diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) selama operasi pertukaran sandera-tahanan di Saraya Square di barat Kota Gaza pada 19 Januari 2025. (AFP)

    Media Palestina seperti Quds telah memperlihatkan foto dan video yang dianggap menggambarkan kemenangan Hamas.

    “Media itu menggambarkan bahwa video itu sedang memperlihatkan ‘faksi-faksi’, bukan hanya Hamas. Media itu juga memperlihatkan warga sipil yang melakukan perayaan di samping orang-orang bersenjata,” kata media Israel itu.

    The Jerusalem Post mengatakan foto dan video itu mungkin dimaksudnya sebagai propaganda. Namun, secara garis besar maksudnya sudah jelas atau bisa dipahami.

    “Hamas telah muncul dari terowongan di Gaza dan puing-puing di beberapa area dan jelas memiliki kontrol. Kelompok itu tak pernah menghilang dan tak pernah dipreteli.”

    Media itu kemudian menyinggung laporan media AS The Washington Post pada Maret 2024, yang menyebut IDF sudah “mempreteli” 20 dari 24 batalion orisinil Hamas.

    “Dipreteli bukan berarti dihancurkan. Hamas muncul kembali dengan cepat. Hamas tampaknya bukan sebuah kelompok yang didera kekalahan sebanyak yang digambarkan, atau kelompok itu mampu mengganti sebagian yang hilang dan mempertajankan komando dan kontrol.”

    Media tersebut mengatakan bangkitnya Hamas bukanlah hal yang mengejutkan. Hamas pernah melakukannya sebelumnya.

    Hamas muncul pada akhir 1980-an, kemudian terus mendapat dukungan pada 1990-an ketika menolak perjanjian Oslo.

    “Setelah Intifada Kedua, Hamas muncul lebih kuat meski kehilangan banyak pemimpinnya karena serangan udara Israel.”

    “Hamas lalu mengambil alih Gaza tahun 2007 setelah memenangkan pemilu. Hamas muncul kembali setelah perang tahun 2009 dan 2014. Konflik dengan Israel pada bulan Mei 2021 kembali menunjukkan sekali lagi bahwa Hamas kerap diremehkan oleh Israel.”

    Pada saat itu tentara Israel disebut telah memecahkan rekor serangan ke terowongan Hamas. Salah satu laporan bahkan mengklaim Israel telah “melumat” jaringan terowongan Hamas.

    Adapun laporan Israel Hayom menyebutkan Israel sudah menghancurkan 100 km terowongan Hamas dan membunuh 25 anggota pentingnya.

    “Pada kenyataannya Hamas muncul tanpa cedera setelah konflik ini,” kata The Jerusalem Post.

    Media itu menyebut Hamas kali ini ingin menggambarkan kemunculannya kembali sebagai suatu kemenangan besar kendati menderita banyak kekalahan.

    Dua brigade Hamas belum disentuh Israel

    Sementara itu, setelah kesepakatan senjata di Gaza diumumkan, Hamas diklaim masih memiliki brigade dan terowongan yang belum disentuh oleh IDF.

    Media terkenal Israel, Yedioth Ahronoth, menyebut masih ada ribuan pejuang Hamas di Gaza meski banyak pemimpinnya telah disingkirkan.

    Dalam kesepakatan gencatan, IDF harus menarik diri dari sejumlah aera penting, termasuk Koridor Netzarim, Koridor Philadelphi, dan koridor di antara Kota Gaza, Jabaliya, Beit Hanoun, dan Beit Lahia.

    Terdapat dua tahap dalam gencatan tersebut. Setelah gencatan sepenuhnya diterapkan, IDF akan berada di buffer zone atau zona penyangga yang berada di dalam wilayah Gaza.

    “Tugas yang belum selesai, yakni menemukan dan menghancurkan terowongan yang mengarah ke pembatas di bawah tanah sepanjang perbatasan, tetapi menjadi tantangan yang tersembunyi dan serius, terutama di Gaza selatan,” kata media itu.

    “Satuan zeni dari Divisi Ke-143 terlibat dalam operasi ini tiap hari, misi yang akan mereka lanjutnya lama setelah kesepakatan itu diterapkan.”

    Hamas disebut masih masih memliki jaringan terowongan puluhan kilometer, terutama di Gaza tengah dan selatan.

    Menurut media itu, terowongan tersebut bisa digunakan untuk memproduksi kembali senjata secara terbatas, menyembunyikan senjata, dan menyembunyikan panglima senior Hamas.

    Media Israel itu mengklaim Hamas kini berada pada titik terendah karena operasi IDF yang tak berkesudahan. Namun, Hamas terus melancarkan serangan gerilya yang menargetkan tentara Israel area-area seperti Jabaliya dan Beit Hanoun.

    Di sisi lain, sudah ada ribuan tentara Israel yang terluka karena melawan Hamas. Lebih dari 400 tentara telah tewas.

    “Secara geografis, Hamas masih memiliki dua brigade di Nuseirat dan Al Bureij di Gaza tengah yang sebagian besar belum tersentuh, mungkin karena adanya sandera di area itu.”

    “Lain daripada itu, organisasi tersebut telah memulihkan sebagian kekuatan militer di Khan Yunis, kota terbesar di Gaza selatan, di sana IDF berlum beroperasi selama lebih dari 6 bulan.”

    (Tribunnews.com/Febri Prasetyo)

  • Paus Fransiskus Serukan Gencatan Senjata Gaza Dihormati

    Paus Fransiskus Serukan Gencatan Senjata Gaza Dihormati

    Vatican City

    Paus Fransiskus menyerukan agar gencatan senjata yang berlangsung di Jalur Gaza dihormati. Pemimpin umat Katolik sedunia ini juga berterima kasih kepada para mediator yang membantu mewujudkan gencatan senjata tersebut, serta mengharapkan peningkatan bantuan kemanusiaan dan pemulangan semua sandera.

    Seruan Paus Fransiskus ini, seperti dilansir AFP, Senin (20/1/2025), disampaikan tak lama setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas dimulai di Jalur Gaza pada Minggu (19/1) waktu setempat.

    “Saya mengucapkan terima kasus kepada semua mediator,” kata Paus Fransiskus di akhir doa Angelus yang diucapkannya pada Minggu (19/1) di Vatikan.

    “Terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam hasil penting ini. Saya berharap, sesuai kesepakatan, hal ini (gencatan senjata) segera dihormati oleh pihak-pihak yang terlibat dan agar seluruh sandera pada akhirnya bisa pulang untuk kembali memeluk orang-orang tercinta mereka,” ucapnya.

    “Saya banyak berdoa untuk mereka, dan keluarga mereka. Saya juga berharap bantuan kemanusiaan semakin cepat menjangkau… rakyat Gaza, yang memiliki begitu banyak kebutuhan mendesak,” ujar Paus Fransiskus.

    Dalam pernyataannya, Paus Fransiskus mengharapkan agar perdamaian pada akhir bisa terwujud di kawasan tersebut.

    “Baik Israel dan Palestina membutuhkan tanda-tanda harapan yang jelas. Saya berharap otoritas politik keduanya, dengan bantuan komunitas internasional, dapat mencapai solusi dua negara yang tepat,” cetusnya.

  • Macron Minta Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas Kembali Memerintah di Jalur Gaza – Halaman all

    Macron Minta Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas Kembali Memerintah di Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kembalinya pemerintahan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas diperlukan di Jalur Gaza setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    “Kesepakatan ini harus sepenuhnya mencakup Otoritas Palestina dan masa depan Gaza harus diarahkan pada pembentukan negara Palestina,” kata kantor Presiden Prancis yang melaporkan percakapan Macron dan Abbas melalui telepon pada Minggu (19/1/2025).

    Ia juga mengatakan perlunya mencegah kemungkinan serangan terhadap Israel lagi, merujuk pada serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Macron menekankan pentingnya penyaluran bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Jalur Gaza.

    “Saat ini sangat penting untuk segera bekerja guna menanggapi kebutuhan vital mendesak warga Gaza, guna memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar, sesuai dengan kebutuhan penduduk,” tambahnya.

    Pada hari Jumat (17/1/2025), Mahmoud Abbas mengumumkan Otoritas Palestina siap untuk memikul tanggung jawab penuh di Jalur Gaza, yang dijalankan oleh Hamas.

    Sebelumnya, Gerakan perlawanan Palestina (Hamas) yang memenangkan pemilihan legislatif terakhir yang diadakan pada tahun 2006, mengambil alih Jalur Gaza pada tahun 2007 setelah memaksa gerakan Fatah yang dipimpin oleh Abbas untuk meninggalkan Jalur Gaza.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.913 jiwa dan 110.750 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (19/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Keberhasilan Gencatan Senjata Gaza Tergantung Komitmen Israel

    Keberhasilan Gencatan Senjata Gaza Tergantung Komitmen Israel

    Gaza City

    Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, menyebut keberhasilan pelaksanaan gencatan senjata di Jalur Gaza bergantung pada komitmen Israel. Ditegaskan Brigade al-Qassam bahwa pihaknya akan mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang diberlakukan mulai Minggu (19/1) waktu setempat.

    Juru bicara Brigade al-Qassam, Abu Ubaida, dalam pernyataan videonya seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (20/1/2025), menyebut setiap kemungkinan pelanggaran oleh Israel akan membahayakan proses berlangsungnya gencatan senjata dan membahayakan nyawa para sandera.

    Ubaida lantas mendesak para mediator untuk memaksa Tel Aviv berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata.

    Hamas, sebut Ubaida, akan mematuhi semua tahapan perjanjian gencatan senjata dan jadwal pertukaran sandera-untuk-tahanan yang telah disepakati.

    “Semuanya bergantung pada komitmen musuh… Pelanggaran dari pihak pendudukan (Israel) akan membahayakan proses tersebut,” ucap Ubaida dalam pernyataan video yang dirilis pada Minggu (19/1) waktu setempat.

    “Kami sangat ingin menyukseskan semua tahapan perjanjian, detailnya dan waktunya untuk melindungi darah rakyat kami dan mencapai tujuan mereka, dan kami mendesak para mediator untuk memaksa musuh mematuhi perjanjian tersebut,” ujarnya.

  • Gencatan Senjata Dimulai, Konvoi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    Gencatan Senjata Dimulai, Konvoi Truk Bantuan Kemanusiaan Masuki Gaza

    Gaza City

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan konvoi truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza pada Minggu (19/1) waktu setempat, setelah gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu antara Hamas dan Israel mulai diberlakukan.

    Pejabat PBB Jonathan Whittall, seperti dilansir AFP, Senin (20/1/2025), menuturkan bahwa “truk-truk pasokan pertama mulai masuk” ke Jalur Gaza beberapa menit setelah gencatan senjata dimulai pada Minggu (19/1) pagi waktu setempat.

    “Upaya besar-besaran dilakukan selama beberapa hari terakhir dari mitra-mitra kemanusiaan untuk memuat dan bersiap mendistribusikan gelombang bantuan ke seluruh Gaza,” ucap Whittall yang menjabat kepala interim badan kemanusiaan PBB, OCHA, untuk wilayah Palestina dalam pernyataan via media sosial X.

    Seorang sumber Mesir, yang enggan disebut namanya, mengatakan sebanyak “260 truk bantuan dan 16 truk bahan bakar” bergerak ke perlintasan perbatasan Kerem Shalom, yang dikendalikan Israel dan menghubungkan dengan Gaza, dan perlintasan perbatasan Nitzana yang menghubungkan Mesir dan Israel sebelum memasuki Gaza.

    Mesir bersama Qatar dan Amerika Serikat (AS) merupakan mediator yang mewujudkan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Mesir, Badr Abdelatty, mengatakan pada Sabtu (18/1) bahwa perjanjian gencatan senjata itu mengatur “masuknya 600 truk per hari ke Jalur Gaza, termasuk 50 truk bahan bakar”.

  • Penasihat Keamanan Trump Bilang Hamas Tak Akan Kuasai Gaza Lagi

    Penasihat Keamanan Trump Bilang Hamas Tak Akan Kuasai Gaza Lagi

    Gaza City

    Mike Waltz, yang merupakan penasihat keamanan nasional Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengatakan kelompok Hamas tidak akan pernah lagi menguasai Jalur Gaza. Waltz menegaskan pemerintahan Trump yang akan datang akan memastikan hal tersebut.

    “Mereka (Hamas) tidak bisa lagi menjadi organisasi teroris, dan mereka tidak akan pernah memerintah Gaza. Titik,” ucap Waltz saat berbicara dalam program CNN “State of the Union” seperti dilansir AFP, Senin (20/1/2025).

    Waltz yang mantan anggota Kongres AS dan veteran dua misi tempur AS di Afghanistan, menyampaikan penegasan itu hanya beberapa jam setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas dimulai di Jalur Gaza pada Minggu (19/1) waktu setempat.

    Meskipun ada banyak ketidakpastian mengenai perkembangan gencatan senjata — dan bagaimana pemulihan Gaza serta stabilitas jangka panjang dapat terjamin, Waltz menyatakan optimisme dengan kehati-hatian.

    “Begini, Israel akan melakukan apa yang harus mereka lakukan untuk memastikannya. Dan Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Trump, akan mendukung mereka — bahwa Hamas tidak akan pernah lagi memerintah Gaza,” katanya.

    “Itu bukan berarti tidak akan ada kantong-kantong (perlawanan Hamas). Itu bukan berarti tidak akan ada pertempuran yang berlangsung, namun ini akan menjadi jalan yang sulit di masa depan,” ucap Waltz dalam pernyataannya.

  • Trump Disebut Ingin Relokasi Warga Gaza ke Indonesia, Ini Respons Kemlu RI

    Trump Disebut Ingin Relokasi Warga Gaza ke Indonesia, Ini Respons Kemlu RI

    Jakarta

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald J Trump berencana merelokasi sejumlah orang dari 2 juta warga Palestina di Gaza ke Indonesia untuk sementara waktu. Rencana itu disebut saat ini masih didiskusikan oleh sejumlah pihak.

    Hal itu disampaikan oleh salah satu tim transisi Trump dalam wawancara dengan NBC News. Awalnya, pejabat tim transisi itu mengungkapkan utusan Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff berencana untuk berkunjung ke jalur Gaza sebagai bagian dari upayanya menjaga kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Hamas.

    Witkoff juga dilaporkan berencana selalu hadir di wilayah tersebut selama beberapa minggu dan bulan mendatang untuk memecahkan masalah yang terjadi di lapangan. Sebab, pihak Trump yakin ada sejumlah pihak berencana membatalkan perjanjian dan menghentikan pembebasan sandera.

    “Anda harus berada tepat di atasnya, siap untuk memadamkan masalah jika hal itu terjadi,” kata pejabat tersebut dilansir NBC News, Senin (20/1/2025).

    NBC mengatakan selain mengelola fase kesepakatan saat ini dan menegosiasikan fase berikutnya, Trump dan timnya juga berupaya mencari solusi jangka panjang.

    “Jika kita tidak membantu warga Gaza, jika kita tidak membuat kehidupan mereka lebih baik, jika kita tidak memberi mereka harapan, maka akan terjadi pemberontakan,” kata pejabat transisi tersebut.

    Salah satu hal yang disusun pihak Trump yakni merelokasi warga Gaza. Laporan NBC mengatakan pejabat tim transisi itu mengatakan pihaknya sedang berdiskusi untuk merelokasi 2 juta warga Palestina untuk sementara waktu ke sejumlah negara salah satunya Indonesia.

    NBC News dalam laporan menyebut belum mengetahui apakah warga Gaza bersedia untuk pindah atau tidak. NBC mengatakan gagasan relokasi sangat kontroversial di kalangan warga Palestina dan sesama warga Arab. Dalam laporan berita itu juga disebut relokasi akan menjadi langkah pertama Israel yang memaksa mereka meninggalkan tanah mereka.

    Kabar mengenai rencana relokasi warga Gaza ke Indonesia ini juga sudah sampai ke media Israel. Bahkan media lokal Israel, The Times of Israel menulis judull berita ‘Tim Trump Mempertimbangkan Relokasi Beberapa Warga Gaza Selama Pembangunan Pasca-perang’, dalam berita itu juga ditulis Indonesia adalah salah satu negara yang dipertimbangkan untuk menampung warga Gaza.

    “Tim transisi Trump dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk merelokasi sebagian dari 2 juta penduduk Gaza sementara rekonstruksi jalur Gaza yang hancur pasca-perang berlangsung, dengan salah satu negara menjadi tuan rumah sementara yang dipertimbangkan untuk menerima pengungsi adalah Indonesia,” tulis media The Times of Israel.

    Respons Kemlu

    Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga telah merespons kabar tersebut. Kemlu menyatakan hingga saat ini pihaknya belum menerima informasi mengenai rencana relokasi tersebut.

    “Pemerintah RI tidak pernah mendapatkan informasi apapun mengenai hal ini,” ujar Jubir Kemlu Rolliansyah Soemirat kepada wartawan.

    Saksikan juga Sosok: Tangan Ajaib Dwiyono, Sulap Sampah Jadi Lukisan Penuh Berkah

    (zap/imk)

  • Cerita Warga Palestina Sambut Gencatan Senjata, Tidak Tidur Semalaman karena Ingin Segera Pulang – Halaman all

    Cerita Warga Palestina Sambut Gencatan Senjata, Tidak Tidur Semalaman karena Ingin Segera Pulang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah gencatan senjata mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025) pagi di Gaza, ribuan warga Palestina kini bisa kembali ke rumah mereka.

    Banyak orang berkumpul di seluruh Jalur Gaza untuk merayakan gencatan senjata tersebut.

    Koresponden The New Arab di Gaza berbicara dengan beberapa penduduk setempat tentang perasaan mereka setelah gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu akhirnya terlaksana.

    Yasser Abu Younis yang mengungsi ke daerah Mawasi di Khan Younis, kini bisa kembali ke Rafah, di selatan Gaza.

    “Saya tidak tidur tadi malam,” kata ayah empat anak itu kepada The New Arab.

    “Saya menunggu matahari terbit agar saya bisa segera kembali ke kota Rafah dan memeriksa rumah saya.”

    Namun, Younis terkejut dengan apa yang dilihatnya di kota itu.

    Rumahnya, yang telah ia bangun selama bertahun-tahun untuk dirinya dan keluarganya, rata dengan tanah.

    Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. (Quds News Network)

    “Rafah bukan lagi seperti kota setengah tahun lalu,” kata pria berusia 40 tahun itu.

    “Mayat-mayat tergeletak di jalan, beberapa membusuk, dan yang lainnya dimakan anjing.”

    “Kehancuran yang menyeluruh terjadi. Israel tidak meninggalkan satu batu pun di atas batu di kota kami.”

    Warga Palestina lainnya, Yahya Abu Zakaria, sudah mulai mempersiapkan barang-barangnya pada hari Minggu untuk kembali ke rumahnya di Jalur Gaza utara.

    Menurut perjanjian, tidak seorang pun di selatan boleh kembali ke utara sebelum tujuh hari sejak dimulainya gencatan senjata.

    “Saya tahu masih terlalu dini untuk mempersiapkan dan mengepak barang-barang saya,” kata Zakaria kepada The New Arab sambil tersenyum.

    “Tapi saya melakukannya karena optimisme dan kerinduan saya untuk kembali ke kota Beit Hanoun, yang saya tinggalkan pada hari pertama perang.”

    “Jika sudah diizinkan, saya akan kembali dengan berjalan kaki.”

    “Selama 15 bulan terakhir, saya hidup dalam neraka, kematian, dan kelaparan.”

    Sementara banyak orang merayakan gencatan senjata, beberapa masih bersikap hati-hati terhadap kesepakatan ini.

    Teman Zakaria, Taha Abu Saif, tidak memiliki optimisme yang sama.

    Pria berusia 30 tahun yang mengungsi dari Kota Gaza ke wilayah Mawasi di Khan Younis itu mengungkapkan rasa pesimismenya.

    Ia tidak yakin bahwa para pengungsi akan bisa kembali ke wilayah mereka.

    “Kita tidak boleh terlalu yakin bahwa Israel akan mematuhi perjanjian ini. Israel memiliki sejarah melanggar perjanjian dan kesepakatan,” kata ayah lima anak tersebut kepada The New Arab.

    “Waktu yang akan membuktikan apakah perjanjian ini akan berjalan, apakah kita bisa kembali, mengakhiri pembunuhan, perang, dan kehancuran, serta kembali pada perdamaian.”

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 46.913 orang dan melukai 110.750 orang sejak Oktober 2023, sementara lebih dari 11.000 warga Palestina masih hilang di bawah reruntuhan.

    Sebelum kesepakatan itu berlaku, Israel menewaskan 19 orang setelah batas waktu gencatan senjata awal, serta melukai 36 orang lainnya.

    Poin-poin Penting Gencatan Senjata Israel-Hamas

    Berikut adalah poin-poin utama dari kesepakatan gencatan senjata Gaza yang mulai berlaku pada hari Minggu setelah 15 bulan perang.

    Dimulainya gencatan senjata sempat tertunda hampir tiga jam karena masalah teknis seputar rincian nama sandera yang akan dibebaskan.

    Rincian lengkap kesepakatan gencatan senjata belum diumumkan secara publik oleh para mediator, Israel, atau Hamas.

    Namun, mengutip Asharq Al-Awsat, pejabat yang mengetahui kesepakatan itu menyebutkan poin-poin berikut:

    1. Fase gencatan senjata awal selama enam minggu mencakup penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza tengah dan pemulangan warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara.

    2. Kesepakatan ini mengharuskan 600 truk bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza setiap hari selama gencatan senjata, 50 di antaranya membawa bahan bakar. 

    Sebanyak 300 truk dialokasikan untuk Gaza utara, wilayah di mana kondisi warga sipil sangat sulit.

    3. Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk semua wanita (baik tentara maupun warga sipil), anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun.

    Hamas akan membebaskan sandera wanita dan yang berusia di bawah 19 tahun terlebih dahulu, diikuti oleh pria berusia di atas 50 tahun.

    Tiga sandera wanita pertama dibebaskan melalui Palang Merah pada hari Minggu.

    Pembebasan ketiga sandera tersebut telah terlaksana.

    Hamas dan warga Palestina memenuhi jalanan saat pembebasan sandera Israel (Quds News Network)

    4. Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera sipil dan 50 tahanan Palestina untuk setiap tentara wanita Israel yang dibebaskan oleh Hamas.

    5. Berdasarkan ketentuan kesepakatan, Hamas akan memberi tahu Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengenai titik pertemuan di dalam Gaza.

    ICRC diharapkan mulai berkendara ke lokasi tersebut untuk menjemput para sandera.

    6. Israel akan membebaskan semua perempuan dan anak-anak Palestina di bawah usia 19 tahun yang ditahan sejak 7 Oktober 2023 pada akhir fase pertama.

    Jumlah total warga Palestina yang dibebaskan akan bergantung pada jumlah sandera yang dibebaskan, dan bisa mencapai antara 990 hingga 1.650 tahanan Palestina, termasuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak.

    7. Hamas akan membebaskan para sandera selama periode enam minggu, dengan setidaknya tiga sandera dibebaskan setiap minggu dan sisanya dari 33 sandera sebelum akhir periode tersebut.

    Semua sandera yang masih hidup akan dibebaskan terlebih dahulu, diikuti oleh jenazah sandera yang telah meninggal.

    8. Pelaksanaan perjanjian ini akan dijamin oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

    9. Negosiasi fase kedua akan dimulai pada hari ke-16 fase pertama.

    Negosiasi ini diharapkan mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa, termasuk tentara laki-laki Israel, gencatan senjata permanen, dan penarikan penuh tentara Israel.

    10. Tahap ketiga diperkirakan akan mencakup pemulangan semua jenazah yang tersisa dan dimulainya rekonstruksi Gaza, yang akan diawasi oleh Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    (Tribunnews.com/Tiara Shelavie)