Negara: Jalur Gaza

  • Populer Internasional: Trump Kirim Tentara Tambahan ke Perbatasan Meksiko – Strategi Bertahan Hamas – Halaman all

    Populer Internasional: Trump Kirim Tentara Tambahan ke Perbatasan Meksiko – Strategi Bertahan Hamas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

    Presiden AS Donald Trump mengirimkan 1500 tentara tambahan ke perbatasan Meksiko, ada apa?

    Media Timur Tengah membongkar strategi bertahan Hamas di Gaza yang membuat Israel menggila.

    Meski gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza, Israel rupanya dilaporkan ingin segera melanjutkan perang.

    Berikut berita selengkapnya.

    1. Trump Kirim 1.500 Tentara Tambahan ke Perbatasan AS-Meksiko, Total Jadi 4.000 Personel

    Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan serangkaian perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat, Senin (20/1/2025). (Tangkapan layar YouTube White House)

    Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan penambahan 1.500 tentara tambahan di perbatasan AS-Meksiko.

    Keputusan ini menjadikan jumlah tentara yang dikerahkan di perbatasan mencapai total 4.000 personel.

    “Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menambah 1.500 tentara di perbatasan selatan Amerika Serikat,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dikutip dari AFP.

    Tentara tambahan ini terdiri dari 1.000 personel angkatan darat dan 500 marinir.

    Pasukan tambahan ini akan bergabung dengan sekitar 2.200 tentara aktif dan ribuan tentara Garda Nasional yang sudah ditempatkan di perbatasan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Media Timur Tengah Bongkar Strategi Bertahan Hamas di Gaza yang Buat Israel ‘Gila’

    Salah satu media Timur Tengah, The Cradle, menyebut strategi bertahan para pejuang Hamas di Jalur Gaza telah membuat Israel “gila”.

    The Cradle mengatakan pembebasan tiga warga Israel yang disandera Hamas memicu sorotan besar dari media-media Israel.

    Lalu, peristiwa dramatis berupa keluarnya para pejuang Hamas dari puing-puing bangunan telah meruntuhkan narasi resmi pejabat Israel mengenai perang di Gaza dan perlakuan Hamas terhadap para sandera.

    Warga Israel pun bertanya mengenai apa yang dilakukan Israel di Gaza selama 15 bulan belakangan.

    “Brigade Al Qassam (sayap militer Hamas) mengatur setiap detail peristiwa itu untuk memastikan dampaknya. Mulai dari kantong berisi hadiah hingga seragam pejuang, pertunjukan itu memperlihatkan perhitungan yang akurat,” kata media itu.

    “Sebuah pawai militer bahkan digelar di Lapangan Saraya, sebuah area yang dikepung oleh pasukan pendudukan Israel.”

    Menurut media itu, Hamas sengaja memilih menggelar pawai di sana untuk menyimbolkan kekalahan Israel.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Israel Meminta Waktu 30 Hari Lagi untuk Menarik Diri dari Lebanon, Begini Kata Media Israel Haaretz

    Surat kabar Israel Haaretz mengungkapkan bahwa pendudukan Israel terlibat dalam diskusi ekstensif dalam upaya untuk memperpanjang jangka waktu penarikannya dari Lebanon selatan.

    Pendudukan Israel telah meminta Amerika Serikat untuk menunda penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan selama 30 hari setelah batas waktu yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata. 

    Informasi ini berasal dari sumber yang mengetahui rincian tersebut yang berbicara kepada surat kabar Israel Haaretz .

    Menurut publikasi tersebut, Amerika Serikat, Prancis, Lebanon, dan pendudukan Israel tengah melakukan diskusi intensif terkait masalah ini, sebagaimana dilaporkan oleh sumber diplomatik Prancis. 

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Israel Segera Lanjutkan Perang Usai Kaget Lihat Petempur Hamas Muncul dalam Sekejap Mata di Gaza

    Media Amerika Serikat (AS) The New York Times memberikan ulasan terkait kemunculan personel milisi gerakan pembebasan Palestina, Hamas, pada hari pertama gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza pada 19 Januari 2025 silam.

    Pada laporan yang diterbitkan pada Kamis (23/1/2025) itu, media tersebut menggambarkan kalau kemunculan para petempur gerakan Palestina ini menunjukkan kalau Hamas masih menguasai Jalur Gaza terlepas dari bombardemen gila-gilaan Israel selama 15 bulan perang.

    Ulasan itu menambahkan, kemunculan para pejuang Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, beserta personel keamanan dengan seragam, senjata, dan mobil mereka “dalam sekejap mata”, mengejutkan pihak militer Israel.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Terpopuler, penangkapan Paulus Tannos dan pelatih baru timnas U-23

    Terpopuler, penangkapan Paulus Tannos dan pelatih baru timnas U-23

    Jakarta (ANTARA) – Terdapat sejumlah berita populer Antara yang menarik disimak pada akhir pekan keempat Januari 2025.

    Ada penangkapan buronan KPK Paulus Tannos di Singapura hingga Gerald Vanenburg menjadi pelatih timnas U-23 Indonesia. Berikut ini rangkuman beritanya:

    1. Ini kata Kadiv Hubinter terkait penangkapan Paulus Tannos

    Divisi Hubungan Internasional Polri menyebutkan bahwa penangkapan buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Paulus Tannos alias Thian Po Tjhin, di Singapura, adalah atas permintaan institusi penegak hukum itu dalam rangka membantu lembaga antirasuah tersebut. Baca selengkapnya di sini.

    2. Gerald Vanenburg tak sabar latih timnas Indonesia bersama Kluivert

    Gerald Vanenburg diumumkan sebagai asisten pelatih timnas Indonesia pada Jumat. Nantinya, dia juga akan menjadi pelatih timnas U-23 Indonesia. Informasi lengkapnya di sini.

    3. Indonesia dan India bermitra untuk memperkuat ekosistem digital

    Pemerintah Republik Indonesia menjalin kemitraan strategis dengan Pemerintah India untuk memperkuat ekosistem digital di kedua negara. Baca di sini.

    4. Kemenkes: Kasus TB HIV 2024 naik jadi 17.136

    Kementerian Kesehatan mengatakan, per 2 Januari 2025, terdapat 17.136 kasus TB HIV pada 2024, dan pihaknya melakukan sejumlah upaya guna eliminasi TB ini. Simak berbagai upaya Kemenkes di sini.

    5. Hanya 861 dari 1.200 truk pembawa bantuan yang bisa masuk Gaza utara

    Jumlah truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza bagian utara sejak kesepakatan gencatan senjata mencapai 861 dari total 1.200 truk yang awalnya direncanakan. Baca di sini.

    Pewarta: Agita Tarigan
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Tentara Bayaran AS Masuk Gaza Saat Israel Mau Lanjutkan Perang: Jadi Operator Pos Pemeriksaan – Halaman all

    Tentara Bayaran AS Masuk Gaza Saat Israel Mau Lanjutkan Perang: Jadi Operator Pos Pemeriksaan – Halaman all

    Tentara Bayaran AS Masuk Gaza Saat Israel Mau Lanjutkan Perang: Jadi Operator Pos Pemeriksaan

    TRIBUNNEWS.COM – Laporan media Amerika Serikat (AS), Axios, menyatakan kalau Private Military Company (PMC) atau perusahaan keamanan swasta asal AS akan mulai mengoperasikan pos pemeriksaan besar di Jalur Gaza dalam beberapa hari mendatang.

    Dalam pelaksanaan tugas sebagai operator tersebut, perusahaan tentara-tentara bayaran AS ini dilaporkan akan mengerahkan penjaga bersenjata di Jalur Gaza.

    Sebagai informasi, seorang personel PMC dapat dikategorikan sebagai tentara bayaran karena memang bisnis utama dari PMC adalah menghasilkan keuntungan materil, dan kontrak PMC dengan personelnya mungkin menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari angkatan bersenjata negara.

    Axios mengabarkan, mengutip sumber informasinya, kalau perusahaan-perusahaan Amerika di Gaza akan bekerja sebagai bagian dari konsorsium multinasional yang didirikan berdasarkan perjanjian pertukaran tahanan dan gencatan senjata di Gaza dengan dukungan mediatornya: AS, Mesir dan Qatar.

    “Perannya adalah untuk memeriksa kendaraan Palestina yang bergerak dari Gaza selatan ke Gaza utara dan memastikan tidak ada rudal atau senjata berat lainnya yang diangkut,” kata laporan tersebut.

    Situs web tersebut menyatakan kalau ini akan menjadi pertama kalinya dalam beberapa dekade perusahaan keamanan swasta Amerika akan kembali beroperasi di Gaza, sejak tahun 2003 silam.

    Saat itu, terjadi insiden yang menyebabkan tiga penjaga keamanan pemerintah AS tewas dalam serangan terhadap konvoi mereka di Gaza. 

    Para pejabat Israel mengatakan pada saat itu bahwa Hamas berada di balik serangan itu.

    Sejak itu, pembatasan signifikan telah diberlakukan terhadap aktivitas apa pun yang dilakukan langsung pemerintah AS atau yang didukung pemerintah AS di Gaza demi alasan keamanan.

    Menurut situs tersebut, pembentukan “konsorsium keamanan” multinasional, atau serikat keamanan, merupakan negosiasi sebagai bagian dari Perjanjian Gaza, dan diperlukan untuk menyelesaikan perselisihan utama mengenai pergerakan pengungsi Palestina ke Gaza utara.

    Israel menuntut agar seluruh warga Palestina yang akan pindah ke utara menjalani pemeriksaan keamanan di Netzarim Pass – jalan utama di selatan Kota Gaza.

    Hamas menolak hal ini.

    Komprominya adalah kendaraan bisa masuk ke Gaza utara hanya melalui satu jalan, dan harus diperiksa di pos pemeriksaan di koridor Netzarim yang dioperasikan oleh pihak ketiga.

    Sebuah sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan: “Peran konsorsium adalah untuk mengawasi, mengelola dan mengamankan pos pemeriksaan kendaraan penting di sepanjang Jalan Salah al-Din, dan untuk memfasilitasi kembalinya pengungsi Palestina ke Gaza utara secara aman.

    Konsorsium tersebut bertujuan untuk memastikan pergerakan kendaraan yang tertib sekaligus mencegah perpindahan senjata ke utara, sejalan dengan ketentuan gencatan senjata.

    Personel keamanan dari perusahaan militer swasta Amerika Serikat (AS) dilaporkan segera memasuki Jalur Gaza sebagai operator pos pemeriksaan dalam gencatan senjata Hamas dan Israel.

    Tiga PMC Terlibat

    Axios melaporkan, konsorsium tersebut terdiri dari tiga perusahaan swasta yang ditunjuk oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar dengan persetujuan Israel dan Hamas.

    Salah satu perusahaan Amerika yang menjadi bagian dari proyek ini adalah Safe Reach Solutions (SRS) – sebuah perusahaan perencanaan strategis dan logistik.

    SRS bertugas merumuskan rencana operasional pos pemeriksaan.

    Perusahaan kedua adalah UG Solutions, sebuah perusahaan keamanan swasta Amerika yang mengoperasikan penjaga bersenjata di seluruh dunia.

    Sebuah sumber yang mengetahui kasus tersebut mengatakan bahwa beberapa penjaga adalah orang Amerika dan bertugas di pasukan khusus militer AS, sementara yang lain memiliki kewarganegaraan asing yang berbeda.

    Seorang pejabat senior Israel mengatakan kalau perusahaan ketiga adalah perusahaan keamanan Mesir, yang telah disetujui oleh dinas intelijen Mesir dan juga akan mengerahkan penjaga keamanan di Gaza, menurut situs web tersebut.

    Sebuah sumber yang mengetahui kasus tersebut mengatakan: “Mungkin ada tambahan anggota dan kewarganegaraan di masa depan.”

    Perusahaan-perusahaan Amerika diperkirakan akan beroperasi di Gaza hingga akhir perjanjian tahap pertama, baik sebagai akibat dari perjanjian tahap kedua, yang mencakup penarikan total Israel dari Gaza, atau sebagai akibat dari gagalnya negosiasi dan munculnya pertempuran baru, menurut Axios.

    Artinya, keberadaan tentara bayaran ini diskenariokan hanya akan bertugas hingga fase pertama gencatan senjata berakhir.

    Situs web tersebut mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut yang mengatakan bahwa komposisi multinasional dalam konsorsium “mencerminkan dukungan komunitas internasional terhadap gencatan senjata.”

    Sumber tersebut mengatakan: “Konsorsium tersebut menegaskan integritas dan komitmennya terhadap perdamaian, dan bertindak sebagai mitra yang dapat diandalkan dalam mendukung penerapan gencatan senjata dan mendorong stabilitas jangka panjang di Gaza.”

    BOMBARDEMEN ISRAEL – Foto dari ketinggian yang menunjukkan kehancuran di satu sudut di Jalur Gaza Palestina yang hancur karena bombardemen tanpa pandang bulu Israel. (tangkap layar twitter)

    Israel Ngotot Lanjutkan Perang

    Pengerahan tentara bayaran AS di perbatasan Gaza ini terjadi saat Israel menyatakan akan tetap menuntaskan upaya mereka untuk mencapai target utama Perang Gaza, memberangus Hamas.

    Demi mencapai tujuannya untuk menghancurkan dan menghilangkan gerakan Hamas di Jalur Gaza, Israel disebutkan segera melanjutkan perang.

    “Para pejabat menambahkan kalau Israel mungkin melanjutkan perang setelah membebaskan 30 dari 100 tahanan yang tersisa di Jalur Gaza dalam beberapa minggu mendatang untuk mencapai tujuannya melenyapkan Hamas,” kata laporan tersebut.

    Di sisi lain, surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengkonfirmasi kalau persiapan telah dimulai di Israel untuk memulai negosiasi tahap kedua dari perjanjian pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas dalam kerangka gencatan senjata tersebut.

    “Negosiasi (tahap kedua) tersebut secara resmi dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 4 Februari mendatang, namun sebenarnya negosiasi tersebut telah dimulai di balik layar,” kata laporan tersebut. 

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar mengatakan kalau pemerintahan Hamas merupakan ancaman bagi keamanan Israel.

    Dia menekankan bahwa Tel Aviv belum menyetujui perjanjian gencatan senjata permanen yang akan membuat gerakan tersebut menguasai Gaza.

    Selama negosiasi tahap kedua perjanjian gencatan senjata, Israel menuntut agar Hamas tidak tetap berkuasa di Gaza.

    Israel meminta syarat agar pihak lain yang memerintah Jalur Gaza, tanpa menyebutkan secara spesifik, karena Israel juga menolak membiarkan Otoritas Palestina menguasai Jalur Gaza.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan kalau Hamas tidak akan mengendalikan penyeberangan Rafah, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada hari ketujuh setelah perjanjian berlaku.

    Netanyahu mengatakan kalau pengelolaan operasi teknis di dalam penyeberangan akan dilakukan oleh penduduk Gaza. yang tidak berafiliasi dengan Hamas, yang telah diperiksa dan disetujui oleh Shin Bet.

    Sedangkan peran Otoritas Palestina akan sebatas memberi cap pada paspor.

    Satu di antara milisi petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, saat momen pembebasan tiga sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dalam kerangka gencatan senjata dengan Israel dalam Perang Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Israel Tunjuk UEA Sebagai Administrator Gaza Pengganti Hamas di Gaza

    UEA dan Israel sepakat bahwa emirat Teluk itu akan mengambil alih pengelolaan Jalur Gaza setelah perang, Israel Hayom melaporkan pada 22 Januari.

    Konsorsium kontraktor keamanan swasta akan mengoperasikan koridor Netzarim untuk mengendalikan pengungsi Palestina yang kembali ke rumah mereka di jalur utara.

    Beberapa pihak mengusulkan Otoritas Palestina (PA), yang memerintah sebagian Tepi Barat yang diduduki atas nama Israel, diberi tugas untuk mengendalikan jalur tersebut jika gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlaku.

    Namun, kedua negara sepakat bahwa UEA akan mengambil alih pemerintahan di wilayah tersebut hanya setelah ada “undangan” dari Palestina.

    Kesepakatan itu muncul setelah Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer mengatakan di Knesset pada hari Rabu bahwa setiap inisiatif untuk pemerintahan Gaza yang dianggap datang atas nama Israel akan dianggap tidak sah. “Itu akan gagal begitu saja,” katanya.

    Dermer menambahkan bahwa Israel sedang “mengerjakannya, dan [dia] adalah mitra dalam pekerjaan ini terkait dengan hari berikutnya di Gaza.”

    “Karena ini adalah rencana Israel, kita perlu memanfaatkan Amerika Serikat dan pasukan di kawasan itu, dan saya sangat optimis bahwa pengelolaan di Gaza akan dapat dicapai ‘sehari setelahnya’ sesuai dengan kerangka kerja yang ditetapkan oleh Perdana Menteri [Benjamin Netanyahu]. Kita akan lebih sedikit bicara dan lebih banyak bertindak,” kata Dermer.

    Israel Hayom menulis bahwa UEA akan menyediakan tata kelola dan kemungkinan keamanan sambil membangun kembali masyarakat Gaza sedemikian rupa sehingga tidak dapat “menimbulkan ancaman bagi Israel lagi.”

    Sebelum dimulainya genosida Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, UEA mengoperasikan rumah sakit dan pabrik desalinasi di jalur tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa baik Hamas maupun PA tidak akan diizinkan memerintah Gaza.

    Pada tanggal 23 Januari, Axios melaporkan bahwa sebuah konsorsium kontraktor keamanan swasta akan mulai mengoperasikan pos pemeriksaan tentara Israel di koridor Netzarim, yang membagi Gaza menjadi dua bagian – utara dan selatan dalam beberapa hari mendatang.

    Menurut dua pejabat Israel dan seorang sumber yang memiliki pengetahuan langsung, para kontraktor tersebut akan mengerahkan penjaga bersenjata ke daerah kantong itu.

    Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Hamas dan Israel untuk mengakhiri pertempuran di jalur tersebut, warga Palestina yang ingin kembali ke Gaza utara dengan mobil mereka hanya boleh melewati satu jalan dan harus diperiksa di pos pemeriksaan di koridor Netzarim yang dioperasikan oleh pihak ketiga.

    “Peran konsorsium ini adalah mengawasi, mengelola, dan mengamankan pos pemeriksaan kendaraan penting di sepanjang Jalan Salah al-Din, yang memfasilitasi pemulangan warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara dengan aman. Konsorsium ini bertujuan untuk memastikan pergerakan kendaraan yang tertib sekaligus mencegah pengangkutan senjata ke utara, sesuai dengan ketentuan gencatan senjata,” kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Konsorsium ini terdiri dari tiga perusahaan swasta yang ditunjuk dan dipilih oleh AS, Mesir, dan Qatar dengan persetujuan Israel dan Hamas:

    Safe Reach Solutions (SRS) – sebuah perusahaan perencanaan strategis dan logistik. SRS menyusun rencana operasional untuk pos pemeriksaan, UG Solutions – sebuah perusahaan keamanan swasta AS yang mengoperasikan penjaga bersenjata di seluruh dunia, banyak di antaranya adalah mantan tentara Pasukan Khusus AS, dan sebuah perusahaan keamanan Mesir yang tidak disebutkan namanya, yang telah disetujui oleh dinas intelijen Mesir dan yang juga akan mengerahkan penjaga keamanan ke Gaza.

    Lebih dari 100.000 warga Palestina di Gaza utara melarikan diri ke selatan setelah Oktober 2023, ketika pasukan Israel mulai menerapkan apa yang disebut Rencana Jenderal.

    Israel berupaya melakukan pembersihan etnis terhadap ratusan warga Palestina di kota-kota dan kamp-kamp pengungsi Beit Lahia, Jabalia.

    Mereka mengepung kota-kota tersebut untuk mencegah masuknya makanan dan air dan melancarkan serangan terhadap kota-kota tersebut, dengan asumsi bahwa siapa pun yang tersisa pastilah pejuang perlawanan Palestina dari Hamas atau faksi lainnya.

     

    (oln/khbr/tc/*)

     
     

  • Eks-Intelijen Israel: Hamas Adalah Bunglon dengan Taktik Kreatif untuk Memanen Persenjataan IDF – Halaman all

    Eks-Intelijen Israel: Hamas Adalah Bunglon dengan Taktik Kreatif untuk Memanen Persenjataan IDF – Halaman all

    Eks-Intelijen Israel: Hamas Adalah Bunglon dengan Taktik Kreatif untuk Memanen Persenjataan IDF

     

    TRIBUNNEWS.COM – Michael Milshtein, seorang pakar Israel tentang urusan Palestina, mengatakan gerakan pembebasan Palestina Hamas tidak lagi memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan ke Israel seperti pada 7 Oktober 2023 silam.

    Tetapi, kata dia, Hamas kini justru telah kembali menjadi gerakan militan yang bertempur dengan segala cara kreatif.

    “Hamas kembali ke akar pemberontaknya, menggunakan taktik kreatif seperti memanen persenjataan Israel yang belum meledak untuk bom rakitan. Hamas adalah bunglon. Hamas mengubah warnanya sesuai dengan keadaan,” katanya dikutip dari TH, Jumat (24/1/2025).

    Analisis dari Milshtein yang juga mantan perwira intelijen militer Israel (IDF) ini merujuk pada pemandangan mengejutkan bagi IDF di hari pertama pelaksanaan gencatan senjata di Gaza, 19 Januari 2025 kemarin.

    Meski diklaim Israel sudah dibombardir, dihancurkan infrastrukturnya, dieliminasi para petempur dan komandan serta pemimpinnya, Hamas tetap muncul dengan seabrek ‘keanggunannya’ di Jalur Gaza saat akan membebaskan tiga sandera pertama Israel.

    Kehadiran para petempur Hamas, lengkap dengan seragam militer, senapan serbu, serta kendaraan militer saat itu, jelas bukan sekadar show of force.

    Kemunculan para personel Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengisyaratkan kalau mereka masih memegang kendali dan kontrol pemerintahan di Jalur Gaza.  

    “Ketika penduduk kembali ke Jabaliya pada hari Minggu, mereka mendapati pemandangan kehancuran yang luas dengan hanya beberapa reruntuhan bangunan di tengah lautan puing-puing abu-abu. Puluhan polisi Hamas mengawasi kepulangan mereka,” kata laporan TH.

    Pemandangan ini menjadi konfirmasi dari sejumlah analisis para pengamat geopolitik yang telah lama mengatakan kalau tidak ada solusi militer untuk konflik-konflik di Timur Tengah seperti yang terjadi di Jalur Gaza.

    Pria Palestina yang mengibarkan bendera Hamas (hijau) dan Hizbullah (kuning) duduk di atas bus Palang Merah yang membawa tahanan yang dibebaskan dari penjara militer Ofer di Tepi Barat yang diduduki, disambut oleh kerumunan anggota keluarga dan teman di Beitunia, di luar Ramallah, di dini hari tanggal 20 Januari 2025. Dua bus dengan jendela berwarna meninggalkan penjara Ofer Israel bersama warga Palestina yang dibebaskan, beberapa jam setelah Hamas membebaskan tiga sandera Israel di Jalur Gaza berdasarkan tujuan gencatan senjata Gaza yang telah lama ditunggu-tunggu. dalam mengakhiri lebih dari 15 bulan perang yang telah menghancurkan wilayah Palestina. (Photo by John Wessels / AFP) (AFP/JOHN WESSELS)

    Masih Mampu Mengordinasikan Pemerintahan

    Seperti yang diberitakan, para anggota milisi Hamas segera keluar dari persembunyian ketika gencatan senjata membawa ketenangan bagi kota-kota Gaza yang hancur karena agresi Israel.

    Kelompok militan tersebut tidak hanya mampu bertahan selama 15 bulan dalam perang dengan Israel — salah satu perang paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah baru-baru ini — tetapi juga tetap memegang kendali atas wilayah pesisir yang kini menyerupai gurun tandus yang mengerikan. 

    Dengan lonjakan bantuan kemanusiaan yang dijanjikan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, pemerintah yang dipimpin Hamas mengatakan pada Senin kalau mereka akan mengoordinasikan penyaluran bantuan kepada warga Gaza yang putus asa.

    Meskipun Israel mengerahkan semua kekuatan militernya di Gaza, mereka gagal menyingkirkan Hamas dari kekuasaan pemerintahan Gaza, salah satu tujuan utama IDF  dalam perang.

    Fakta itu dapat meningkatkan potensi kembali pecahnya perang, tetapi hasilnya mungkin sama saja.

    Ada unsur sandiwara dalam penyerahan tiga sandera Israel ke Palang Merah pada hari Minggu, ketika puluhan pejuang Hamas bertopeng mengenakan ikat kepala hijau dan seragam militer berparade di depan kamera dan menahan ratusan kerumunan yang mengelilingi kendaraan.

    Pemandangan di tempat lain di Gaza bahkan lebih luar biasa: Ribuan polisi berseragam Hamas muncul kembali, menunjukkan kehadiran mereka bahkan di wilayah yang paling parah hancur.

    “Polisi sudah ada di sini sepanjang waktu, tetapi mereka tidak mengenakan seragam” untuk menghindari menjadi sasaran Israel, kata Mohammed Abed, seorang ayah tiga anak yang kembali ke rumahnya di Kota Gaza lebih dari tujuh bulan setelah melarikan diri dari daerah itu, dilansir TH. 

    “Mereka termasuk di antara orang-orang yang mengungsi di tenda-tenda. Itulah sebabnya tidak ada pencurian,” katanya.

    Penduduk lainnya mengatakan polisi Hamas telah mendirikan kantor di rumah sakit dan lokasi lain selama perang, tempat masyarakat dapat melaporkan kejahatan.

    Israel telah berulang kali justru menyalahkan Hamas atas besarnya jumlah korban sipil dan kerusakan infrastruktur yang mereka lakukan di Gaza.

    Pihak pasukan Zionis berdalil kalau para pejuang dan pasukan keamanan kelompok itu berbaur di lingkungan pemukiman, sekolah, dan rumah sakit.

    Satu di antara milisi petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, saat momen pembebasan tiga sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dalam kerangka gencatan senjata dengan Israel dalam Perang Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Kebangkitan Hamas

    Jajak pendapat secara konsisten menunjukkan kalau hanya sebagian kecil warga Palestina yang mendukung Hamas.

    Namun, kelompok militan pembebasan Palestina itu — yang tidak menerima keberadaan Israel — berakar kuat dalam masyarakat Palestina, dengan sayap bersenjata, partai politik, media, dan lembaga amal yang sudah ada sejak didirikan pada akhir tahun 1980-an.

    Selama beberapa dekade, Hamas berfungsi sebagai gerakan perlawanan atas penjajahan yang terorganisasi dengan baik, yang mampu melancarkan serangan cepat terhadap pasukan Israel dan bom bunuh diri di Israel sendiri.

    Banyak pemimpin utamanya telah terbunuh — dan dengan cepat digantikan.

    Hamas menang telak dalam pemilihan parlemen tahun 2006, dan tahun berikutnya Hamas merebut Gaza dari Otoritas Palestina yang didukung Barat dalam pertempuran jalanan selama seminggu.

    Hamas kemudian membentuk pemerintahan yang lengkap, dengan Kementerian, polisi, dan birokrasi sipil di Gaza. 

    “Pasukan keamanannya secara cepat menertibkan keluarga-keluarga berkuasa di Gaza dan menghancurkan kelompok-kelompok bersenjata yang dianggap sebagai saingan. Mereka juga membungkam perbedaan pendapat dan membubarkan protes sesekali dengan kekerasan,” kata laporan TH.

    Hamas tetap berkuasa selama empat perang sebelumnya dengan Israel.

    Sejumlah media barat, mengeluarkan laporan kalau Hamas juga mendapat bantuan Iran.

    “Dengan sokongan itu, Hamas terus meningkatkan kemampuannya, memperluas jangkauan roketnya, dan membangun terowongan yang lebih dalam dan lebih panjang untuk bersembunyi dari serangan udara Israel,” kata laporan TH. 

    Pada 7 Oktober 2023, Hamas memiliki pasukan yang terdiri dari puluhan ribu orang dalam batalion yang terorganisasi.

    Dalam serangan mendadak yang memicu perang, para pejuangnya menyerang Israel selatan melalui udara, darat, dan laut, menewaskan sekitar 1.200 orang, termasuk para personel militer Israel. 

    Militan yang dipimpin Hamas menculik 250 orang lainnya dan menahan mereka di Gaza.

    Sebagai balasan, Israel melancarkan perang udara dan darat yang telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat.

    Sekitar 90 persen penduduk Gaza telah mengungsi. 

    Pasukan Israel membunuh pemimpin tertinggi Hamas, Yahya Sinwar, dan sebagian besar letnannya.

    Namun, sebagian besar pemimpin yang diasingkan masih ada dan Mohammed Sinwar, saudaranya, dilaporkan telah mengambil peran yang lebih besar di Gaza.

    Militer mengatakan telah menewaskan lebih dari 17.000 pejuang — kira-kira setengah dari perkiraan jumlah anggota Hamas sebelum perang — meskipun belum memberikan bukti.

    Apa yang Israel katakan sebagai serangan yang ditargetkan secara cermat seringkali menewaskan wanita dan anak-anak dan dalam beberapa kasus memusnahkan seluruh keluarga besar.

    Militer Israel justru menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil Palestina tersebut. 

    Namun, para penyintas pemboman, yang berdesakan di dalam tenda setelah rumah mereka diratakan, merupakan kelompok calon anggota baru Hamas.

    Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan dalam pidato yang telah disiapkan bahwa Hamas telah merekrut hampir sama banyaknya dengan jumlah pejuang yang hilang selama perang.

     

    (oln/th/*)

  • Israel Segera Lanjutkan Perang Usai Kaget Lihat Petempur Hamas Muncul dalam Sekejap Mata di Gaza – Halaman all

    Israel Segera Lanjutkan Perang Usai Kaget Lihat Petempur Hamas Muncul dalam Sekejap Mata di Gaza – Halaman all

    Israel Segera Lanjutkan Perang Seusai Kaget Lihat Petempur Hamas Muncul dalam Sekejap Mata di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Media Amerika Serikat (AS) The New York Times memberikan ulasan terkait kemunculan personel milisi gerakan pembebasan Palestina, Hamas, pada hari pertama gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza pada 19 Januari 2025 silam.

    Pada laporan yang diterbitkan pada Kamis (23/1/2025) itu, media tersebut menggambarkan kalau kemunculan para petempur gerakan Palestina ini menunjukkan kalau Hamas masih menguasai Jalur Gaza terlepas dari bombardemen gila-gilaan Israel selama 15 bulan perang.

    Ulasan itu menambahkan, kemunculan para pejuang Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, beserta personel keamanan dengan seragam, senjata, dan mobil mereka “dalam sekejap mata”, mengejutkan pihak militer Israel.

    “Ini mengirimkan pesan bahwa Hamas masih menguasai Gaza meskipun ‘beberapa orang’ pejuang mereka terbunuh, termasuk para pemimpin dan anggotanya serta penghancuran terowongan dan pabrik senjatanya,” menurut deskripsi surat kabar tersebut.

    Surat kabar tersebut mengutip pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan kalau Tel Aviv makin ngotot mencapai tujuannya untuk membongkar sayap militer Hamas dan pemerintahnya.

    Target perang ini sebelumnya telah berulang kali diumumkan Israel sejak awal perang pada 7 Oktober 2023 namun tak juga berhasil setelah perang dengan cara genosida di Gaza selama sekitar 15 bulan.

    Pawai kendaraan yang ditumpangi personel militer kelompok pembebasan Palestina, Hamas, pada prosesi pembebasan 3 sandera Israel dalam kerangka gencatan senjata di Jalur Gaza, Minggu (19/1/2025). (khaberni/tangkap layar)

    IDF Segera Lanjutkan Perang Gaza

    Demi mencapau tujuannya untuk menghancurkan dan menghilangkan gerakan Hamas di Jalur Gaza, Israel disebutkan segera melanjutkan perang.

    “Para pejabat menambahkan kalau Israel mungkin melanjutkan perang setelah membebaskan 30 dari 100 tahanan yang tersisa di Jalur Gaza dalam beberapa minggu mendatang untuk mencapai tujuannya melenyapkan Hamas,” kata laporan tersebut.

    Di sisi lain, surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengkonfirmasi kalau persiapan telah dimulai di Israel untuk memulai negosiasi tahap kedua dari perjanjian pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas dalam kerangka gencatan senjata tersebut.

    “Negosiasi (tahap kedua) tersebut secara resmi dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 4 Februari mendatang, namun sebenarnya negosiasi tersebut telah dimulai di balik layar,” kata laporan tersebut. 

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar mengatakan kalau pemerintahan Hamas merupakan ancaman bagi keamanan Israel.

    Dia menekankan bahwa Tel Aviv belum menyetujui perjanjian gencatan senjata permanen yang akan membuat gerakan tersebut menguasai Gaza.

    Selama negosiasi tahap kedua perjanjian gencatan senjata, Israel menuntut agar Hamas tidak tetap berkuasa di Gaza.

    Israel meminta syarat agar pihak lain yang memerintah Jalur Gaza, tanpa menyebutkan secara spesifik, karena Israel juga menolak membiarkan Otoritas Palestina menguasai Jalur Gaza.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan kalau Hamas tidak akan mengendalikan penyeberangan Rafah, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada hari ketujuh setelah perjanjian berlaku.

    Netanyahu mengatakan kalau pengelolaan operasi teknis di dalam penyeberangan akan dilakukan oleh penduduk Gaza. yang tidak berafiliasi dengan Hamas, yang telah diperiksa dan disetujui oleh Shin Bet.

    Sedangkan peran Otoritas Palestina akan sebatas memberi cap pada paspor.

    Hamas saat menyerahkan sandera Israel (Screenshot YouTube Sky News)

    Hamas Akan Serahkan 4 Nama Sandera Israel

    Seorang pejabat senior Hamas mengungkapkan bahwa kelompok tersebut akan memberikan nama-nama 4 sandera yang akan dibebaskan kepada Israel.

    Keempat nama sandera Israel ini dilaporkan akan diserahkan oleh Hamas pada hari Jumat (24/1/2025), dikutip dari The Times of Israel.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari langkah pertukaran sandera-tahanan kedua dalam fase pertama perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Menurut media Yedioth Ahronoth, keempat sandera tersebut diperkirakan akan diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Sabtu (25/1/2025), sore. 

    Setelah itu, mereka akan dipindahkan ke pasukan Israel.

    Israel menduga salah satu dari keempat sandera yang dibebaskan adalah Arbel Yehud, yang sebelumnya ditangkap bersama pacarnya, Ariel Cunio, dari rumah mereka di Kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober 2023, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Pertukaran Sandera Tahap 2

    Seorang pejabat Hamas telah merilis rincian pertukaran sandera tahap 2.

    Palestine Chronicle melaporkan bahwa Hamas akan membebaskan 4 tahanan wanita.

    Adapun 3 di antaranya adalah tentara wanita Israel dan seorang warga sipil.

    Kemudian Israel akan membebaskan 90 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup. 

    Rincian Kesekapatan Gencatan Senjata

    Kesepakatan ini mencakup pembebasan sandera dan penarikan bertahap pasukan Israel dari daerah kantong tersebut.

    Kesepakatan gencatan senjata ini, berlaku selama enam minggu dan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025.

    Berikut rincian kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas:

    1. Pertukaran Tahanan dan Sandera

    Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan di Gaza.

    Untuk tahapan ini, yang akan menjadi prioritas adalah sandera perempuan dan mereka yang berusia di bawah 19 tahun, dikutip dari Al-Arabiya.

    Dalam 42 hari pertama kesepakatan, 33 warga Israel diperkirakan akan dibebaskan.

    Sebagai informasi, jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan bisa mencapai 1.650.

    2. Negosiasi tentang Koridor Philadelphia

    Israel akan secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim dan Philadelphi.

    Awalnya, Israel menginginkan peran pengawasan di Koridor Philadelphia, tetapi permintaan ini ditolak dalam kesepakatan akhir.

    Tuntutan Israel untuk perwakilan tetap di Penyeberangan Rafah juga tidak diterima.

    3. Fase Kedua

    Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata.

    Tahap ini mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    4. Bantuan Kemanusiaan

    Sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari selama periode enam minggu gencatan senjata.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik kesepakatan ini dan menekankan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan.

     

    (oln/khbrn/*)

  • Israel Menugaskan UEA untuk Kelola Jalur Gaza Pascaperang – Halaman all

    Israel Menugaskan UEA untuk Kelola Jalur Gaza Pascaperang – Halaman all

    Israel Menugaskan UEA untuk Atur Gaza Pascaperang

    TRIBUNNEWS.COM- UEA dan Israel sepakat bahwa emirat Teluk itu akan mengambil alih pengelolaan Jalur Gaza setelah perang, Israel Hayom melaporkan pada 22 Januari.

    Konsorsium kontraktor keamanan swasta akan mengoperasikan koridor Netzarim untuk mengendalikan pengungsi Palestina yang kembali ke rumah mereka di jalur utara.

    Beberapa pihak mengusulkan Otoritas Palestina (PA), yang memerintah sebagian Tepi Barat yang diduduki atas nama Israel, diberi tugas untuk mengendalikan jalur tersebut jika gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlaku.

    Namun, kedua negara sepakat bahwa UEA akan mengambil alih pemerintahan di wilayah tersebut hanya setelah ada “undangan” dari Palestina.

    Kesepakatan itu muncul setelah Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer mengatakan di Knesset pada hari Rabu bahwa setiap inisiatif untuk pemerintahan Gaza yang dianggap datang atas nama Israel akan dianggap tidak sah. “Itu akan gagal begitu saja,” katanya.

    Dermer menambahkan bahwa Israel sedang “mengerjakannya, dan [dia] adalah mitra dalam pekerjaan ini terkait dengan hari berikutnya di Gaza.”

    “Karena ini adalah rencana Israel, kita perlu memanfaatkan Amerika Serikat dan pasukan di kawasan itu, dan saya sangat optimis bahwa pengelolaan di Gaza akan dapat dicapai ‘sehari setelahnya’ sesuai dengan kerangka kerja yang ditetapkan oleh Perdana Menteri [Benjamin Netanyahu]. Kita akan lebih sedikit bicara dan lebih banyak bertindak,” kata Dermer.

    Israel Hayom menulis bahwa UEA akan menyediakan tata kelola dan kemungkinan keamanan sambil membangun kembali masyarakat Gaza sedemikian rupa sehingga tidak dapat “menimbulkan ancaman bagi Israel lagi.”

    Sebelum dimulainya genosida Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, UEA mengoperasikan rumah sakit dan pabrik desalinasi di jalur tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa baik Hamas maupun PA tidak akan diizinkan memerintah Gaza.

    Pada tanggal 23 Januari, Axios melaporkan bahwa sebuah konsorsium kontraktor keamanan swasta akan mulai mengoperasikan pos pemeriksaan tentara Israel di koridor Netzarim, yang membagi Gaza menjadi dua bagian – utara dan selatan dalam beberapa hari mendatang.

    Menurut dua pejabat Israel dan seorang sumber yang memiliki pengetahuan langsung, para kontraktor tersebut akan mengerahkan penjaga bersenjata ke daerah kantong itu.

    Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Hamas dan Israel untuk mengakhiri pertempuran di jalur tersebut, warga Palestina yang ingin kembali ke Gaza utara dengan mobil mereka hanya boleh melewati satu jalan dan harus diperiksa di pos pemeriksaan di koridor Netzarim yang dioperasikan oleh pihak ketiga.

    “Peran konsorsium ini adalah mengawasi, mengelola, dan mengamankan pos pemeriksaan kendaraan penting di sepanjang Jalan Salah al-Din, yang memfasilitasi pemulangan warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara dengan aman. Konsorsium ini bertujuan untuk memastikan pergerakan kendaraan yang tertib sekaligus mencegah pengangkutan senjata ke utara, sesuai dengan ketentuan gencatan senjata,” kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Konsorsium ini terdiri dari tiga perusahaan swasta yang ditunjuk dan dipilih oleh AS, Mesir, dan Qatar dengan persetujuan Israel dan Hamas:

    Safe Reach Solutions (SRS) – sebuah perusahaan perencanaan strategis dan logistik. SRS menyusun rencana operasional untuk pos pemeriksaan, UG Solutions – sebuah perusahaan keamanan swasta AS yang mengoperasikan penjaga bersenjata di seluruh dunia, banyak di antaranya adalah mantan tentara Pasukan Khusus AS, dan sebuah perusahaan keamanan Mesir yang tidak disebutkan namanya, yang telah disetujui oleh dinas intelijen Mesir dan yang juga akan mengerahkan penjaga keamanan ke Gaza.

    Lebih dari 100.000 warga Palestina di Gaza utara melarikan diri ke selatan setelah Oktober 2023, ketika pasukan Israel mulai menerapkan apa yang disebut Rencana Jenderal.

    Israel berupaya melakukan pembersihan etnis terhadap ratusan warga Palestina di kota-kota dan kamp-kamp pengungsi Beit Lahia, Jabalia.

    Mereka mengepung kota-kota tersebut untuk mencegah masuknya makanan dan air dan melancarkan serangan terhadap kota-kota tersebut, dengan asumsi bahwa siapa pun yang tersisa pastilah pejuang perlawanan Palestina dari Hamas atau faksi lainnya.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Dua Hari, Sekitar 1000 Truk Bantuan Memasuki Gaza, Hamas Tingkatkan Keamanan Internal – Halaman all

    Dua Hari, Sekitar 1000 Truk Bantuan Memasuki Gaza, Hamas Tingkatkan Keamanan Internal – Halaman all

    Dua Hari, Sekitar 1000 Truk Bantuan Memasuki Gaza, Hamas Tingkatkan Keamanan Internal

    TRIBUNNEWS.COM- Sekitar 1.000 truk bermuatan bantuan kemanusiaan telah memasuki Gaza selama dua hari terakhir saat pasukan Kementerian Dalam Negeri jalur itu meningkatkan keamanan di seluruh wilayah kantong itu. 

    Sekitar 200  truk,  termasuk 20 truk bermuatan bahan bakar, memasuki Gaza pada 23 Januari melalui perbatasan Kerem Shalom dan Al-Auja.

    Ratusan truk lainnya diparkir dan siap memasuki wilayah tersebut dalam beberapa hari mendatang. 

    Pasukan Kementerian Dalam Negeri Gaza telah meluncurkan kampanye keamanan terhadap geng-geng yang berusaha merampok bantuan kemanusiaan.

    Pasukan keamanan Gaza telah mengawasi masuknya truk, bagian penting dari perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari. 

    Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), 808 truk bantuan memasuki Jalur Gaza pada 22 Januari. 

    Sembilan ratus truk memasuki jalur tersebut sehari sebelumnya, pada tanggal 21 Januari. 

    Dalam tiga hari terakhir, sekitar 2.400 truk bantuan kemanusiaan telah diizinkan masuk ke Gaza. 

    PBB mengatakan pada hari Selasa bahwa tidak ada laporan tentang konvoi bantuan yang dirampok. 

    Kementerian Dalam Negeri yang berafiliasi dengan Hamas meluncurkan operasi keamanan terhadap geng-geng penjarah bantuan, yang secara konsisten mencuri pengiriman di bawah hidung tentara Israel selama perang. 

    Sepuluh anggota geng terluka dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Gaza pada hari Kamis.

    “Anggota geng-geng ini memblokir jalan yang dilalui truk-truk bantuan ke Gaza, dan mencoba mencurinya, tetapi operasi keamanan mencegah mereka melakukannya. Operasi keamanan masih berlangsung,” kata sumber yang dikutip oleh kantor berita Palestina, SHMS News Agency. 

    Pengepungan Israel – sejak perang dimulai – mencegah masuknya bantuan dalam jumlah yang cukup ke Gaza, sehingga menciptakan krisis kemanusiaan yang parah dan memungkinkan bencana kelaparan melanda seluruh jalur tersebut. 

    Pasukan Tel Aviv mengizinkan geng-geng menjarah truk bantuan , dan melarang konvoi kemanusiaan mengambil rute yang lebih aman untuk menghindari para bandit , seperti yang diakui oleh media Israel. 

    Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata – yang telah dilanggar Israel dengan menembaki warga sipil – minimal 600 truk akan memasuki Gaza setiap hari. 

    Gencatan senjata mulai berlaku pada hari Minggu. Tiga tawanan Israel dan 90 tahanan Palestina telah dibebaskan sejauh ini sebagai bagian dari proses pertukaran. 

    Enam minggu berikutnya dimaksudkan untuk membebaskan 2.000 warga Palestina. Israel akan membebaskan 30 hingga 50 tahanan untuk setiap tawanan yang dibebaskan oleh Hamas. 

    Tahap pertama kesepakatan – yang diumumkan minggu lalu – seharusnya membebaskan 33 tawanan Israel yang ditahan di Gaza. Negosiasi untuk tahap kedua akan dimulai 16 hari setelah tahap pertama. 

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Trump Beri Kebebasan ke Israel untuk Menyerang Tepi Barat, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata di Gaza? – Halaman all

    Trump Beri Kebebasan ke Israel untuk Menyerang Tepi Barat, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata di Gaza? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memberi ‘lampu hijau’ kepada Israel untuk melakukan serangan di Tepi Barat.

    Dukungan ini membuat Israel berharap bahwa nantinya Trump akan memberikan lampu hijau kepada negara pendudukan untuk mencaplok Tepi Barat.

    Selama masa jabatan pertamanya, Trump menjauh dari solusi dua negara dan berpihak pada Israel dengan cara yang lebih jelas.

    Ia juga telah mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke kota yang diduduki.

    AS juga mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

    Tak hanya itu, AS telah melunakkan pendiriannya terhadap permukiman ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki, meninggalkan posisinya selama empat dekade bahwa permukiman itu “tidak sesuai dengan hukum internasional”.

    Bahkan, utusan Trump untuk PBB, Elise Stefanik telah mendukung pandangan kontroversial bahwa Israel memiliki “hak alkitabiah” atas Tepi Barat.

    Dikutip dari Middle East Monitor, Stefanik secara terbuka mendukung posisi yang dipegang oleh menteri sayap kanan Israel seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir, yang mendukung kedaulatan Israel atas Tepi Barat yang diduduki berdasarkan klaim Alkitab.

    Ketika didesak oleh Senator Chris Van Hollen untuk berbagi pandangan Smotrich mengenai hak-hak alkitabiah atas seluruh Tepi Barat dan apakah ia percaya bahwa Israel telah diberi wilayah itu oleh Tuhan, Stefanik secara eksplisit menegaskan posisinya dengan jawaban “ya”.

    Van Hollen mencatat bahwa pandangan seperti itu bahkan tidak dianut oleh para pendiri Israel, yang merupakan “Zionis sekuler, bukan Zionis religius”.

    Posisi Stefanik sejalan dengan faksi politik sayap kanan Israel, yang berupaya menciptakan kembali apa yang mereka anggap sebagai batas-batas kuno Alkitab, yang secara efektif mengabaikan sejarah dua ribu tahun dan hukum internasional saat ini.

    Penafsiran ini digunakan untuk membenarkan perluasan pemukiman ilegal di Wilayah Pendudukan.

    Selama sidang, Stefanik secara khusus menghindari pengakuan langsung atas hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

    Sambil menyatakan bahwa “rakyat Palestina berhak atas hak asasi manusia”, ia mengalihkan pertanyaan tentang hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dengan berfokus pada kritik terhadap Hamas.

    Nasib Gencatan Senjata di Gaza

    Pasca serangan Israel di Tepi Barat, banyak yang menyebut tindakan ini akan merusak kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza.

    Selama empat hari berturut-turut, tentara Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke Kota Jenin, Tepi Barat dengan dalih melenyapkan “perlawanan Palestina”.

    Sejauh ini, tentara Israel telah menewaskan sekitar 12 warga Palestina, termasuk anak-anak, dan memaksa ratusan keluarga mengungsi dari rumah mereka.

    Serangan Israel terhadap Jenin mendorong banyak penduduk di Jalur Gaza yang dilanda perang untuk mengungkapkan rasa takut yang semakin besar bahwa serangan di Tepi Barat dapat meluas kembali ke daerah kantong pantai yang terkepung itu.

    Berbicara kepada The New Arab, warga Palestina di Gaza berpendapat bahwa kejahatan Israel di Jenin bertujuan untuk memprovokasi perlawanan Palestina di Gaza untuk meluncurkan roket.

    Hal itu berarti bahwa gencatan senjata yang rapuh akan segera berakhir.

    “Kami hampir tidak punya waktu untuk bernapas sejak gencatan senjata dimulai beberapa hari lalu.”

    “Kami masih terjebak dalam masa depan yang tidak diketahui, jadi kami tidak sanggup menanggung perang lagi,” kata Om Ismail, seorang perempuan Palestina yang mengungsi di Deir al-Balah.

    “Kini kami mendengar tentang penderitaan di Jenin, dan rasanya hanya masalah waktu sebelum bom kembali jatuh di sini. Saya takut perang akan kembali terjadi,” kata ibu tiga anak itu.

    Di tengah meningkatnya ketegangan, banyak warga di Gaza mendesak Hamas dan faksi bersenjata Palestina lainnya untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat menyebabkan perang yang menghancurkan lagi.

    Setelah mengalami konflik berulang kali, warga Palestina di Gaza sangat waspada terhadap konsekuensi bencana dari permusuhan yang baru terjadi.

    Meskipun ada seruan untuk menahan diri, pejabat senior Hamas telah mengulangi peringatan kepada Israel mengenai kekerasan yang terus berlanjut di Tepi Barat yang diduduki.

    “Darah rakyat kami di Jenin tidak akan diabaikan. Gaza siap membela semua tanah Palestina, dan perlawanan akan dilakukan, jika perlu,” kata seorang pejabat senior Hamas yang berkantor di Turki.

    “Agresi terhadap rakyat kami di Tepi Barat merupakan kelanjutan dari kejahatan pendudukan Zionis. Kekerasan sistematis ini hanya akan memperkuat tekad perlawanan,” imbuhnya.

    Ia juga meminta negara-negara Arab dan Islam untuk menekan Israel agar menghentikan perangnya terhadap Palestina.

    “Di Palestina, ada tempat-tempat suci Islam yang bukan hanya milik Palestina tetapi juga milik semua umat Islam. Kami (Hamas) tidak tahu mengapa seluruh dunia tetap bungkam terhadap kejahatan Israel,” tegasnya.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Sempat Ragu, Trump Kini Berharap Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Dipertahankan – Halaman all

    Sempat Ragu, Trump Kini Berharap Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Dipertahankan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan kesepakatan gencatan senjata Gaza harus dipertahankan.

    Sebab, kata Donald Trump, Israel terus berperang dalam “perang multifront” yang kini meluas hingga ke Tepi Barat yang diduduki.

    Sambil menunjukkan optimisme yang hati-hati, Donald Trump memperingatkan, “Kesepakatan itu harus dipertahankan, tetapi jika tidak, akan ada banyak masalah.”

    Diberitakan The New Arab, pernyataan Trump ini melunakkan pernyataan sebelumnya.

    Pekan lalu, Donald Trump menyatakan keraguan mengenai keberlangsungan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Komentarnya muncul saat operasi militer Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki memasuki hari keempat pada Jumat (24/1/2025).

    Menurut pejabat kesehatan Palestina, 12 warga Palestina telah tewas dan 40 lainnya terluka sejak operasi dimulai.

    Ini menandai serangan militer besar ketiga Israel di Jenin dalam waktu kurang dari dua tahun.

    Eskalasi ini telah memicu peringatan dari Prancis dan Yordania, yang mendesak agar tidak terjadi kekerasan lebih lanjut di Tepi Barat, yang telah mengalami peningkatan ketegangan tajam sejak dimulainya perang di Gaza.

    Trump Tak Yakin Kesepakatan Gencatan Senjata Akan Berhasil

    Sebelumnya, Donald Trump mengatakan dia tidak yakin kesepakatan gencatan senjata di Gaza akan terwujud.

    Ketika ditanya oleh seorang reporter saat kembali ke Gedung Putih apakah kedua pihak akan mempertahankan gencatan senjata dan melanjutkan perjanjian, Trump berkata, “Saya tidak yakin.”

    “Itu bukan perang kita; itu perang mereka. Tapi saya tidak yakin,” kata Trump, Senin (20/1/2025), dikutip dari Arab News.

    Namun, Trump mengatakan ia yakin Hamas telah “dilemahkan” dalam perang yang dimulai dengan serangan tak terduga pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel.

    “Saya melihat gambar Gaza. Gaza seperti lokasi pembongkaran besar-besaran,” lanjut Trump.

    Diketahui, pada Minggu (19/1/2025), Israel dan Hamas mulai melaksanakan kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pertukaran sandera dan tahanan.

    Rencana tersebut awalnya diuraikan oleh Presiden AS saat itu, Joe Biden, pada bulan Mei dan didorong setelah diplomasi bersama yang tidak biasa oleh utusan Biden dan Donald Trump.

    Trump, sambil mendorong kesepakatan itu, juga telah menjelaskan bahwa ia akan dengan teguh mendukung Israel.

    Dalam salah satu tindakan pertamanya, ia mencabut sanksi terhadap pemukim ekstremis Israel di Tepi Barat yang dijatuhkan oleh pemerintahan Biden atas serangan terhadap warga Palestina.

    Kesepakatan gencatan senjata muncul pada Rabu (15/1/2025) setelah mediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS untuk menghentikan perang di Gaza.

    Kesepakatan tersebut menguraikan gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan pasukan Israel secara bertahap.

    Puluhan sandera yang ditawan oleh Hamas akan dibebaskan sebagai ganti ratusan tahanan Palestina yang ditahan di Israel.

    Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. (Quds News Network)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dilansir Al Jazeera, pasukan Israel membunuh dua warga Palestina lagi di Tepi Barat yang diduduki saat rencana diumumkan untuk memperluas serangan militer mereka ke kamp pengungsi Jenin yang telah menewaskan 12 orang dan melukai puluhan lainnya sejak Selasa di seluruh provinsi Jenin.

    Militer dan badan intelijen Israel mengatakan bahwa “serangkaian operasi” akan dilakukan di Jenin saat Israel berperang dalam “perang multi-front” yang kini telah bergeser ke Tepi Barat yang diduduki.

    Saat truk bantuan kemanusiaan terus mengalir ke Gaza, badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa warga Palestina yang kembali ke rumah mereka di daerah kantong yang dilanda perang itu akan mendapati sebagian besar dari mereka hancur atau tidak dapat dihuni.

    Pejuang Palestina telah menargetkan pasukan Israel dengan alat peledak di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, sementara pertempuran yang telah berlangsung selama berhari-hari terus berlanjut di daerah yang terkepung tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengunjungi Presiden Trump di AS dalam “beberapa minggu ke depan”, menurut duta besar Israel untuk PBB Danny Danon.

    Trump mengatakan bahwa ia berpikir kesepakatan gencatan senjata Gaza “harus dipertahankan”, karena laporan media Israel menunjukkan utusan Timur Tengahnya Steve Witkoff akan mengunjungi Israel minggu depan untuk merundingkan tahap kedua.

    Panglima Hamas Hussein Fayyad, yang sebelumnya dilaporkan tewas oleh militer Israel setelah operasi di Jabalia pada bulan Mei, tampaknya muncul dalam keadaan hidup di Gaza.

    Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina telah membantah klaim pihaknya akan mengambil alih beberapa operasi dari badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), karena larangan Israel mulai berlaku pada akhir Januari.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.283 warga Palestina dan melukai 111.472 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Hamas akan Serahkan Nama 4 Sandera Israel yang Segera Dibebaskan pada Sabtu Besok – Halaman all

    Hamas akan Serahkan Nama 4 Sandera Israel yang Segera Dibebaskan pada Sabtu Besok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat senior Hamas mengungkapkan bahwa kelompok tersebut akan memberikan nama-nama 4 sandera yang akan dibebaskan kepada Israel.

    Keempat nama sandera Israel ini dilaporkan akan diserahkan oleh Hamas pada hari Jumat (24/1/2025), dikutip dari The Times of Israel.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari langkah pertukaran sandera-tahanan kedua dalam fase pertama perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Menurut media Yedioth Ahronoth, keempat sandera tersebut diperkirakan akan diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Sabtu (25/1/2025), sore. 

    Setelah itu, mereka akan dipindahkan ke pasukan Israel.

    Israel menduga salah satu dari keempat sandera yang dibebaskan adalah Arbel Yehud, yang sebelumnya ditangkap bersama pacarnya, Ariel Cunio, dari rumah mereka di Kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober 2023, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Pertukaran Sandera Tahap 2

    Seorang pejabat Hamas telah merilis rincian pertukaran sandera tahap 2.

    Palestine Chronicle melaporkan bahwa Hamas akan membebaskan 4 tahanan wanita.

    Adapun 3 di antaranya adalah tentara wanita Israel dan seorang warga sipil.

    Kemudian Israel akan membebaskan 90 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup. 

    Rincian Kesekapatan Gencatan Senjata

    Kesepakatan ini mencakup pembebasan sandera dan penarikan bertahap pasukan Israel dari daerah kantong tersebut.

    Kesepakatan gencatan senjata ini, berlaku selama enam minggu dan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025.

    Berikut rincian kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas:

    1. Pertukaran Tahanan dan Sandera

    Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan di Gaza.

    Untuk tahapan ini, yang akan menjadi prioritas adalah sandera perempuan dan mereka yang berusia di bawah 19 tahun, dikutip dari Al-Arabiya.

    Dalam 42 hari pertama kesepakatan, 33 warga Israel diperkirakan akan dibebaskan.

    Sebagai informasi, jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan bisa mencapai 1.650.

    2. Negosiasi tentang Koridor Philadelphia

    Israel akan secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim dan Philadelphi.

    Awalnya, Israel menginginkan peran pengawasan di Koridor Philadelphia, tetapi permintaan ini ditolak dalam kesepakatan akhir.

    Tuntutan Israel untuk perwakilan tetap di Penyeberangan Rafah juga tidak diterima.

    3. Fase Kedua

    Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata.

    Tahap ini mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    4. Bantuan Kemanusiaan

    Sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari selama periode enam minggu gencatan senjata.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik kesepakatan ini dan menekankan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gencatan Senjata di Gaza