Negara: Jalur Gaza

  • Video Donald Trump Perintahkan Pentagon Kirim Bom 2.000 Pound ke Israel, Jadi Ancaman Baru? – Halaman all

    Video Donald Trump Perintahkan Pentagon Kirim Bom 2.000 Pound ke Israel, Jadi Ancaman Baru? – Halaman all

    Donald Trump mengizinkan pasokan bom seberat 2.000 pon untuk dikirimkan ke Israel. Keputusan ini mencabut larangan yang diberlakukan oleh Joe Biden.

    Tayang: Minggu, 26 Januari 2025 15:45 WIB

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Donald Trump mengizinkan pengiriman bom seberat 2.000 pound ke Israel.

    Keputusan ini sekaligus mencabut larangan yang sebelumnya diberlakukan oleh pemerintahan Joe Biden.

    Keputusan Joe Biden yang menangguhkan pengiriman bom pada Mei lalu dilaporkan menjadi salah satu kemajuan gencatan senjata antara Israel dan juga sekutu Hamas di jalur Gaza.

    Pejabat Israel mengakui ada perintah kepada Kementerian Pertahanan untuk mengirimkan amunisi ke Israel pada Jumat (25/1/2025).

    Tiga pejabat Israel melaporkan 1.800 bom MK-84 yang telah disimpan di AS kini siap dikirimkan ke Israel dalam beberapa hari mendatang.

     

    (*)

    Berita selengkapnya simak video di atas.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Israel Bebaskan 200 Tahanan Palestina, 70 Orang Dideportasi ke Mesir – Halaman all

    Israel Bebaskan 200 Tahanan Palestina, 70 Orang Dideportasi ke Mesir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel mendeportasi 70 dari 200 tahanan Palestina yang dibebaskan dalam pertukaran tahanan dengan Hamas pada Sabtu, 25 Januari 2025.

    Pertukaran ini dilakukan dengan imbalan empat tentara wanita Israel.

    Media Mesir melaporkan bahwa 70 tahanan Palestina yang dideportasi telah tiba di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan Jalur Gaza.

    Mereka tiba dengan dua bus berwarna putih yang didampingi oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

    Para tahanan ini dijadwalkan untuk tinggal di Kairo selama sekitar seminggu sebelum pindah ke tempat lain.

    Video yang dirilis oleh Cairo News menunjukkan kegembiraan para tahanan Palestina yang baru dibebaskan.

    Beberapa dari mereka mengungkapkan bahwa mereka telah menghabiskan hampir 40 tahun di penjara Israel, terlihat kurus dan rambut yang memutih.

    Reaksi Keluarga Tahanan

    Latifa Abu Hamid, ibu dari tiga tahanan yang dideportasi, menyatakan rasa syukur atas pembebasan anak-anaknya. “Saya sangat senang. Anak-anak berbicara kepada saya dari Negev dan saya mendengar suara mereka,” ungkapnya.

    Tiga putranya, Nasr (50), Sharif (45), dan Muhammad Abu Hamid (35), sebelumnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan menjadi anggota Brigade Al-Aqsa dan melakukan serangan bersenjata terhadap tentara Israel.

    Daftar tahanan Palestina yang dibebaskan pada Sabtu mencakup 200 orang, termasuk 79 tahanan tingkat tinggi dan 121 orang yang menjalani hukuman seumur hidup.

    Di antara tahanan yang dijatuhi hukuman seumur hidup, 70 di antaranya akan dideportasi ke luar Palestina sebagai syarat pembebasan mereka.

    Sejak serangan Israel di Jalur Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 47.283 jiwa, dengan lebih dari 111.472 lainnya terluka.

    Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 1.147 kematian di wilayah Israel.

    Israel mengeklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza setelah pertukaran tahanan yang terjadi pada akhir November 2023.

    Israel dan Hamas juga telah melakukan pertukaran tahanan sebelumnya, termasuk pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina pada 19 Januari 2025, sebagai bagian dari tahap awal perjanjian gencatan senjata.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Donald Trump Cabut Keputusan Biden, AS Bisa Kirim Bom 2.000 Pon ke Israel – Halaman all

    Donald Trump Cabut Keputusan Biden, AS Bisa Kirim Bom 2.000 Pon ke Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memutuskan untuk membatalkan perintah sebelumnya dari pemerintahan Joe Biden untuk menangguhkan pasokan sejenis bom berat ke Israel.

    “Gedung Putih telah mengeluarkan instruksi kepada Departemen Pertahanan AS, Pentagon, untuk membatalkan penangguhan yang diberlakukan oleh pemerintahan Biden terhadap pasokan bom seberat dua ribu pon ke Israel,” lapor Axios, mengutip tiga pejabat Israel, Sabtu (25/1/2025).

    “1.800 bom MK-84 yang disimpan di AS akan dimuat ke dalam kapal dan dikirim ke Israel dalam beberapa hari mendatang,” lanjutnya.

    Reuters juga mengutip seorang sumber yang mengatakan penangguhan AS terhadap pasokan bom seberat 2.000 pon (1 ton) ke Israel telah dicabut dan langkah ini sudah diperkirakan secara luas.

    Gedung Putih tidak segera menanggapi pertanyaan tentang peluncuran bom tersebut.

    Media Israel, Kan, melaporkan sebagian dari bom itu berada di gudang AS yang dikuasai oleh pendudukan Israel.

    “Diharapkan bom tersebut akan dikirim ke tentara Israel sesegera mungkin,” lapor Kan.

    Sebelumnya pada Mei tahun 2024, pemerintah AS di bawah kepemimpinan Joe Biden menangguhkan sejumlah bom berat yang akan dipasok ke Israel karena kekhawatiran akan digunakan dalam serangan di Jalur Gaza yang berpotensi membunuh lebih banyak warga Palestina.

    Penangguhan itu terjadi setelah Joe Biden yang menyebut dirinya sebagai “Zionis sejati” dan “sahabat Israel”, mendapat kritikan keras dari para demonstran dari berbagai negara karena kebijakan pemerintahannya yang mengirim lebih banyak bantuan militer ke Israel.

    Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Global Public Health pada bulan Oktober tahun 2024 mengungkapkan tentara Israel menjatuhkan bom seberat 2.000 pon di daerah yang sangat dekat dengan semua rumah sakit Gaza selama minggu-minggu pertama perang yang dilancarkannya di Jalur Gaza.

    Studi tersebut didasarkan pada analisis terhadap kawah akibat ledakan bom yang dilakukan oleh beberapa universitas, terutama Universitas Harvard.

    Hasil analisis itu mengungkapkan antara 7 Oktober hingga 17 November 2023, Israel menjatuhkan bom seberat 2.000 pon dalam jangkauan geografis yang mematikan hingga 25 persen dari seluruh rumah sakit di Gaza.

    Analisis tersebut juga menemukan kawah akibat dampak bom dalam lingkup kerusakan dan cedera pada infrastruktur lebih dari 83 persen rumah sakit.

    AS merupakan sekutu utama Israel dan pendonor terbesar untuk militer Israel sejak pendirian negara tersebut di Palestina pada 1948 dan menyalurkan bantuan militer per tahun ke Israel.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 47.283 jiwa dan 111.472 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (23/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.

    Israel dan Hamas melakukan pertukaran tahanan kedua pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan tentara wanita Israel dengan 200 tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Hamas Tunda Bebaskan Tahanan Israel Erbil Yehud hingga Sabtu Depan, Mengapa? – Halaman all

    Hamas Tunda Bebaskan Tahanan Israel Erbil Yehud hingga Sabtu Depan, Mengapa? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menunda pembebasan Erbil Yehud, seorang tahanan Israel, hingga pertukaran tahanan selanjutnya pada Sabtu (1/2/2025).

    Sebelumnya, Hamas membebaskan empat tentara wanita Israel dalam pertukaran tahanan kedua, dengan imbalan pembebasan 200 tahanan Palestina pada Sabtu (25/1/2025) kemarin.

    Kasus Erbil Yehud menjadi perhatian di Israel setelah ia tidak dibebaskan pada Sabtu kemarin sebagai bagian dari pembebasan kedua dan memasuki tahap penyerahan tentara wanita Israel yang ditahan Hamas.

    Hamas menunda membebaskan Erbil Yehud karena Hamas mengklasifikasikan dia sebagai tentara wanita Israel yang dilatih di bidang astronomi.

    Sedangkan Israel mengatakan Erbil Yehud adalah warga sipil dan menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata untuk membebaskan warga sipil terlebih dahulu.

    Erbil Yehud ditahan oleh Brigade Al-Quds, salah satu sayap militer faksi Palestina yang berafiliasi dengan Hamas dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    “Erbil adalah seorang wanita militer Yahudi yang dilatih dalam program luar angkasa tentara Israel, dan merupakan tahanan Brigade Al-Quds (sayap militer Gerakan Jihad Islam), dalam kapasitasnya sebagai seorang prajurit,” kata sumber resmi di Gerakan Jihad Islam (PIJ), Sabtu.

    “Erbil Yehud akan dibebaskan sesuai ketentuan kesepakatan pertukaran yang disepakati, dan mediator memberi tahu kami bahwa dia masih hidup dan akan dibebaskan Sabtu depan,” menurut apa yang dilaporkan oleh Al Jazeera.

    Sementara itu sumber Hamas juga membenarkan bahwa Erbil Yehud masih hidup.

    “Para mediator memberi tahu kami bahwa Erbil Yehud masih hidup dan akan dibebaskan Sabtu depan,” kata sumber Hamas.

    Sebelumnya, kantor Perdana Menteri pendudukan Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan warga Palestina di Jalur Gaza tidak boleh memasuki wilayah Jalur Gaza utara hingga Erbil Yehud dibebaskan.

    “Berdasarkan perjanjian (gencatan senjata Israel-Hamas), Israel tidak akan mengizinkan penduduk Gaza masuk ke Jalur Gaza utara, sampai ada pengaturan untuk pembebasan Erbil Yehud, yang seharusnya akan dirilis hari ini,” kata kantor Netanyahu, Sabtu.

    Juru bicara tentara pendudukan Israel (IDF), Daniel Hagari, menuduh Hamas tidak mematuhi perjanjian yang disepakati kedua pihak.

    “Hamas tidak mematuhi perjanjian yang disepakati antara mereka untuk menukar tahanan dan sandera dari Jalur Gaza, dan kami akan berupaya mengembalikan mereka yang diculik, dan kami berkomitmen untuk itu,” katanya.

    Erbil Yehud (29) adalah wanita yang tinggal di pemukiman Nir Oz (pemukiman dekat timur Kegubernuran Khan Yunis, selatan Jalur Gaza).

    Menurut media Israel, Erbil Yehud ditangkap dari rumahnya bersama temannya, Ariel Kunio, yang juga tinggal di pemukiman tersebut.

    Erbil Yehud ditampilkan di berbagai media Israel sebagai orang yang sangat tertarik dengan astronomi dan tidak ditahan oleh Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas), melainkan oleh faksi lain yaitu Gerakan Jihad Islam.

    Saat menelusuri data pertama yang dipublikasikan oleh media Israel dan halaman media sosial yang dibuat untuk tahanan Israel setelah 7 Oktober 2023, tampaknya Erbil Yehud mendapat pelatihan eksplorasi ruang angkasa dan astronomi di militer Israel.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 47.283 jiwa dan 111.472 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (23/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.

    Israel dan Hamas melakukan pertukaran tahanan kedua pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan tentara wanita Israel dengan 200 tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Propaganda Israel Gagal, 4 Tentara Wanita yang Dibebaskan Tak Dicekoki Doping agar Terlihat Bahagia – Halaman all

    Propaganda Israel Gagal, 4 Tentara Wanita yang Dibebaskan Tak Dicekoki Doping agar Terlihat Bahagia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Empat tentara wanita Israel dibebaskan oleh Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dalam pertukaran tahanan kedua pada Sabtu (25/1/2025).

    Keempat tentara wanita Israel bernama Karina Ariev, Daniella Gilboa, Naama Levy dan Liri Albag terlihat bahagia dan sehat ketika diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) sebelum dibawa ke Israel dalam pertukaran tersebut.

    Setelah memeriksa empat tentara wanita yang dibebaskan, dokter tentara Israel mengatakan kondisi kesehatan mereka sangat baik.

    “Kondisi mereka sangat baik dan mereka tidak menerima stimulan atau zat narkotika apa pun selama berada di Jalur Gaza,” kata dokter tersebut, seperti diberitakan Otoritas Penyiaran Israel, Sabtu (25/1/2025).

    Pernyataan tersebut mematahkan tuduhan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebelumnya yang menuduh Hamas memberikan stimulan kepada tahanan Israel dalam bentuk vitamin dan obat penenang untuk membuat mereka tampak bahagia sebelum melepaskan mereka dari tahanan.

    Otoritas Penyiaran Israel resmi mengutip dokter tentara Israel yang mengatakan setelah memeriksa empat tentara wanita setelah dibebaskan dari Gaza, ditemukan bahwa mereka dalam kondisi kesehatan yang baik dan stabil.

    “Tentara wanita tersebut menegaskan bahwa mereka tidak menerima stimulan atau obat apa pun selama disandera,” kata para dokter Israel yang memeriksa mereka.

    Sebelumnya empat tentara wanita kembali ke Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan gelombang kedua yang termasuk dalam perjanjian pertukaran tahanan pada Sabtu kemarin.

    Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 200 tahanan Palestina, 114 di antaranya kembali ke kota Ramallah di Tepi Barat tengah, 16 tahanan ke Jalur Gaza, sementara 70 lainnya dideportasi ke Mesir.

    Dalam klip video yang diterbitkan oleh Brigade Al-Qassam di Telegram pada Sabtu, keempat tentara wanita Israel mengungkapkan dalam bahasa Arab rasa terima kasih mereka kepada faksi-faksi Palestina atas perlakuan baik mereka selama ditawan di Gaza, dan karena mempertahankan hidup mereka meskipun terjadi pemboman Israel yang kejam.

    Ungkapan terima kasih dari keempat tentara wanita Israel itu mengonfirmasi pernyataan anggota Dewan Militer Al-Qassam, Izz al-Din al-Haddad, dalam program televisi pada Jumat (24/1/2025), bahwa para penjaga tahanan Israel harus memperlakukan tahanan dengan baik sesuai dengan ajaran Islam, saat Israel berupaya membunuh mereka.

    Sebelumnya, Israel telah mempromosikan tuduhan bahwa tahanan perempuan di Gaza, selama mereka ditawan menjadi sasaran “kekerasan seksual” dan “kekerasan” lainnya.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 47.283 jiwa dan 111.472 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (23/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.

    Israel dan Hamas melakukan pertukaran tahanan kedua pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan tentara wanita Israel dengan 200 tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Bebaskan 4 Sandera Israel, Hamas: Hari Ini Kami Paksa Penjajah Buka Sel Mereka untuk Tahanan Heroik – Halaman all

    Bebaskan 4 Sandera Israel, Hamas: Hari Ini Kami Paksa Penjajah Buka Sel Mereka untuk Tahanan Heroik – Halaman all

    Bebaskan 4 Sandera Israel, Hamas: Hari ini Kami Paksa Penjajah Buka Sel Mereka untuk Tahanan Heroik

    TRIBUNNEWS.COM – Hari ini, Sabtu (25/1/2025), Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, menyerahkan 4 tahanan wanita Israel kepada Palang Merah Internasional di Kota Gaza.

    Pembebasan empat sandera Israel ini sebagai bagian dari pertukaran tahanan gelombang kedua dalam tahap pertama perjanjian gencatan senjata dengan Israel.

    Sementara itu, Israel juga bersiap melepas sebanyak 200 tahanan Palestina sebagai imbalan pembebasan 4 sandera perempuan ini.

    Proses serah terima berlangsung di alun-alun Kota Gaza yang dikenal sebagai Palestine Square -Lapangan Palestina- di Gaza tengah.

    Prosesi pembebasan sandera Israel ini berlansung dengan kehadiran dan pengerahan sejumlah besar pejuang dari dua kelompok milisi, Brigade Al-Qassam dari Hamas dan Brigade Al-Quds dari Palestine Islamic Jihad (PIJ).

    Para sandera Israel, bestatus tentara perempuan, tersebut muncul bersama anggota perlawanan di sebuah panggung yang didirikan di alun-alun Gaza.

    Mereka tampak ceria dan bahkan menyapa warga Palestina saat menyaksikan penandatanganan perjanjian serah terima antara perwakilan Al-Qassam dan perwakilan Palang Merah Internasional.

    Koresponden Al Jazeera, Anas Al-Sharif mengatakan 4 kendaraan Palang Merah tiba di lapangan, dan masing-masing kendaraan akan mengangkut seorang tentara wanita.

    Ia mencatat, ribuan warga Palestina berkumpul di Palestine Square untuk menghadiri proses serah terima tersebut.

    Keempat rekrutan perempuan tersebut adalah Karina Arief, Danielle Gilboa, Naama Levy, dan Liri Elbag, berdasarkan daftar yang diterbitkan Brigade Al-Qassam kemarin, Jumat.

    Empat sandera Israel yang dibebaskan Hamas dalam gelombang kedua pertukaran sandera dan tahanan tahap pertama, di alun-alun Gaza, Sabtu (25/1/2025).

    Sandera Diangkut Helikopter

    Di pihak lain, Tentara Israel (IDF) hari ini mengumumkan selesainya persiapan untuk menerima sandera perempuan mereka yang dibebaskan Hamas.

    IDF menyatakan kalau helikopter Angkatan Udara Israel siap untuk proses pengangkutan perempuan yang dibebaskan ke Israel.

    Channel 12 Israel melaporkan kalau kru Palang Merah menerima perintah untuk mengarahkan kendaraannya ke titik penyerahan tahanan wanita di Gaza.

    Laporan menambahkan bahwa keluarga para tahanan perempuan Israel diberitahu bahwa mereka diperkirakan akan dibebaskan dari Gaza sekitar pukul 1 siang waktu setempat.

    Radio Tentara Israel juga melaporkan bahwa keluarga dari empat tahanan wanita menuju ke daerah Ra’im di Jalur Gaza untuk persiapan pertemuan mereka.

    Prosedurnya, setelah dibebaskan Hamas, para sandera perempuan Israel ini dibawa Palang Merah Internasional ke titik lokasi pasukan Israel.

    Sandera-sandera ini kemudian akan diangkut menggunakan helikopter ke wilayah pendudukan Israel untuk menjalani pemeriksaan medis dan bertemu keluarga mereka di Israel.

    Suasana meriah di alun-alun Kota Gaza, Sabtu (25/1/2025) yang menjadi lokasi pembebasan empat sandera perempuan Israel. (RNTV/TangkapLayar)

    Pernyataan Hamas: Kami Paksa Penjajah Buka Sel Mereka

    Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengeluarkan pernyataan

    Setelah kesepakatan pertukaran tahanan tahap kedua dengan pembebasan empat sandera perempuan Israel tersebut, Hamas lalu mengeluarkan pernyataan.

    Hamas menyatakan,  telah merawat para sandera secara baik sesuai perintah agama dalam etika perang.

    Gerakan Palestina itu juga menekankan keberhasilannya memaksa Israel untuk membuka jeruji besinya dan membebaskan orang-orang Palestina yang selama ini mereka tahan.

    Hamas menyebut, orang-orang Palestina yang ditahan di penjara Israel sebagai sosok-sosok heroik yang berjuang demi negara mereka yang bebas dan merdeka dari pendudukan dan penjajahan Israel. 

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, dikerahkan ke alun-alun Kota Gaza yang dikenal dengan nama Palestine Square, di Gaza Tengah, dalam proses pembebasan empat sandera perempuan Israel berstatus tentara, Sabtu (25/1/2025). (khaberni/tangkap layar)

    Berikut pernyataan lengkap Hamas tersebut:

    “Kelompok baru tahanan heroik kita (Palestina) di penjara pendudukan (Israel), yang menjalani hukuman seumur hidup dan hukuman berat, hari ini melihat titik terang sebagai hasil dari perjuangan Banjir Al-Aqsa (yang berujung kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan) .

    Hari ini kami memaksa penjajah kriminal untuk membuka pintu selnya bagi para tahanan heroik kami.

    Dan ini adalah janji kami kepada mereka (Rakyat Palestina) akan kebebasan, dan kepada rakyat kami untuk terus berjalan bersama di jalur kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri.

    Terlepas dari agresi brutal dan belum pernah terjadi sebelumnya yang secara brutal menargetkan setiap inci Gaza, kami melindungi tahanan musuh, dengan mematuhi moral dan adat istiadat kami, pada saat musuh kriminal berusaha menyingkirkan mereka dan mengejar mereka dengan penargetan dan pemboman.

    Ini adalah salah satu hari abadi rakyat Palestina, di mana mereka mewujudkan jalan dan pilihan mereka, dan menegaskan kesatuan mereka dalam perlawanan, dan desakan mereka untuk terus berada di jalur kebanggaan dan martabat, dan mencapai tujuan sah kebebasan dan kemerdekaan, mendirikan negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.”

     

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

     
     

  • Alun-alun Gaza Meriah, Sandera Israel Tersenyum Lebar, Al Qassam Tenteng Senapan Serbu Tavor IDF – Halaman all

    Alun-alun Gaza Meriah, Sandera Israel Tersenyum Lebar, Al Qassam Tenteng Senapan Serbu Tavor IDF – Halaman all

    Alun-alun Gaza Meriah, Sandera Israel Tersenyum Lebar, Qassam Tenteng Senapan Serbu Tavor IDF

    TRIBUNNEWS.COM – Pertukaran tahanan kedua antara Gerakan Pembebasan Palestina, yang dipimpin Hamas, dan Israel, berlangsung hari ini, Sabtu (25/1/2025).

    Pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina ini merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza antara Hamas dan Pendudukan Israel sejak minggu lalu.

    SAKSIKAN PROSESI PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL OLEH HAMAS MELALUI VIDEO INI:

    Dalam laporan langsungnya, RNTV menyiarkan pemandangan di alun-alun Kota Gaza, lokasi pembebasan sandera Israel oleh Hamas.

    Jantung wilayah kantung Palestina yang selama 15 bulan terakhir dibombardir Israel itu mendadak tampak meriah dan dipadati baik oleh warga Palestina maupun personel milisi perlawanan.

    Sorak-sorai terdengar riuh, merujuk pada siaran lansung proses pembebasan sandera Israel tersebut.

    “Para wanita Palestina menebar kebahagiaan lewat bunga,” tulis laporan RNTV, Sabtu, menggambarkan kemeriahan prosesi pembebasan sandera tersebut.

    Dilakukan Pukul 1 Siang Waktu Gaza

    Menurut laporan dari The New Arab, empat tentara wanita Israel yang akan dibebaskan hari ini adalah Karina Ariev, Daniela Gilboa, Naama Levy, dan Liri Albag.

    Sumber-sumber lokal Palestina melaporkan tentang mekanisme pembebasan sandera ini.

    Disebutkan, jelang pembebasan sandera tersebut, kendaraan Palang Merah memasuki Gaza terlebih dulu untuk menunggu milisi perlawanan membawa para sandera yang akan dibebaskan.

    “Channel 12 Israel melaporkan bahwa keluarga para tawanan telah diberitahu untuk mengharapkan pembebasan mereka dari Gaza sekitar pukul 1:00 siang (GMT+3),” kata RNTV.

    Setelah pihak Palang Merah Internasional tiba di lokasi, baru para milisi perlawanan Palestina datang ke lokasi dengan membawa empat wanita sandera Israel.

    Perlu digarisbawahi, sempat ada ‘dispute’ mengenai nama-nama sandera Israel yang dibebaskan.

    “Ditemukan ketidaksesuaian pada nama untuk kesepakatan pertukaran
    Kantor Media Tahanan melaporkan bahwa terdapat perbedaan dalam beberapa nama setelah meninjau daftar tahanan yang dijadwalkan dibebaskan pada hari Sabtu sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan gencatan senjata,” kata RNTV

    Menurut laporan, perbedaan itu tampaknya bisa diselesaikan setelah ada tindak lanjut dari para mediator sehingga pembebasan sandera Israel tetap bisa dilangsungkan.

    Senyum mengembang dari empat perempuan sandera Israel yang dibebaskan Hamas dalam pertukaran tahanan demi gencatan senjata dengan Israel di alun-alun Kota Gaza, Sabtu (25/1/2025).

    Sandera Israel Tersenyum Lebar

    Prosesi selanjutnya adalah, penyerahan para tawanan wanita Israel oleh milisi perlawanan ke pihak Palang Merah Internasional.

    Hal yang menarik, mengenakan seragam militer, para sandera Israel itu tampak tersenyum lebar saat menaiki panggung.

    Mereka bahkan menyapa orang banyak di Kota Gaza sebelum diserahkan ke Palang Merah.

    Tak ada raut wajah yang menyiratkan rasa trauma dan ketakutan dari mereka mengingat status mereka adalah tahanan.

    Mereka juga tampak sehat dan ceria.

    “Tahanan perempuan Israel menyapa warga Gaza sebelum dipindahkan ke Palang Merah,” kata RNTV.

    Para tawanan kemudian diserahkan kepada Pasukan Pendudukan Israel di Gaza, sekarang dalam perjalanan ke Israel untuk pemeriksaan medis.

    IDF mengeluarkan pernyataan yang mendesak privasi bagi mereka dan keluarga mereka.

    Suasana meriah di alun-alun Kota Gaza, Sabtu (25/1/2025) yang menjadi lokasi pembebasan empat sandera perempuan Israel.

    Berigade Al Qassam Tenteng Senjata Pasukan Elite Israel

    Dalam momen pembebasan sandera Israel ini, para personel milisi Brigade Al Qassam, sayap Hamas, dan Brigade Al Quds, sayap PIJ, dilaporkan dikerahkan ke lokasi, menjadikan alun-alun Gaza menjadi semakin padat dan meriah.

    Hal yang menarik lainnya dari pemandangan ini, situs Israel, Daily Express melaporkan kalau empat anggota Brigade Qassam yang muncul bersama para tawanan wanita Israel yang dibebaskan dari Gaza membawa senapan serbu Tavor yang digunakan oleh Pasukan Pendudukan Israel (IDF).

    Situs Israel tersebut menggarisbawahi kalau gambar yang menunjukkan para pengawal sandera Israel dari Brigade Al Qassam yang menenteng senapan serbu Tavor merupakan penghinaan terhadap militer Israel (IDF).

    Alih-alih hancur, seperti yang diklaim Israel, Al Qassam justru menunjukkan kalau mereka mampu menyita senjata penting yang digunakan pasukan elite IDF dalam agresi militer ke Gaza.

    200 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel

    Kantor lembaga Syuhada, Tahanan dan Korban Luka di Hamas, bekerja sama dengan Kementerian Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, mengumumkan daftar nama tahanan yang dibebaskan Israel pada tahap dua pertukaran sandera dan tahanan ini. 

    Menurut pernyataan itu, daftar tersebut mencakup 200 narapidana yang menjalani hukuman berat dan hukuman seumur hidup.

    Pihak terkait menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya memastikan pembebasan lebih banyak tahanan sesuai ketentuan perjanjian yang ditandatangani.
     
    Di sisi lain, Pasukan Israel menyakan siap membebaskan tahanan politik Palestina dari Penjara Ktzi’ot di Negev.

    Saluran 12 Israel melaporkan bahwa tahanan politik Palestina yang akan dibebaskan hari ini akan dibagi menjadi dua kelompok.

    Sebagai catatan, pembebasan ini disertai dengan deportasi mereka ke luar Palestina.

    Deportasi mereka ke luar wilayah Palestina akan dilakukan sebagai bagian dari perjanjian.

    Kelompok pertama akan berada di Penjara Ofer bagi mereka yang akan dibebaskan ke Tepi Barat, dan kelompok kedua akan berada di Penjara Ktzi’ot di Negev bagi mereka yang akan dideportasi ke Gaza atau Mesir.

    Beberapa keluarga tahanan politik Palestina di Yerusalem mengaku menerima panggilan telepon larut malam dari kerabat mereka yang ditahan di Penjara Gurun Negev, yang memberi tahu mereka tentang keputusan untuk membebaskan mereka hari ini dengan perintah deportasi mereka ke luar wilayah Palestina.

    Menurut informasi yang tersedia, nama 28 tahanan politik Yerusalem yang memegang tanda pengenal biru telah dimasukkan dalam daftar tahanan yang akan dibebaskan sebagai bagian dari fase baru kesepakatan pertukaran.

    Siap Pulangkan Pengungsi Palestina

    Kementerian Dalam Negeri Gaza bersiap untuk memulangkan para pengungsi
    Kementerian Dalam Negeri di Gaza melaporkan bahwa mereka telah menyelesaikan persiapan untuk memfasilitasi pemulangan para pengungsi dari selatan Jalur Gaza ke Gaza dan utara, yang dijadwalkan pada hari Minggu, 26 Januari 2025.

    Menurut pernyataan kementerian, Jalan Al-Rasheed di pesisir pantai akan dibuka hanya untuk pejalan kaki di kedua arah, sementara kendaraan akan diizinkan kembali melalui Jalan Salah Al-Din ke arah utara, di mana semua kendaraan akan menjalani pemeriksaan keamanan sebelum diizinkan lewat.

    Kementerian juga mengonfirmasi bahwa jalan Al-Rasheed dan Salah Al-Din akan dibuka sepenuhnya untuk pejalan kaki dan kendaraan pada hari ke-22 perjanjian gencatan senjata.

    Kementerian Dalam Negeri menyatakan dukungannya terhadap rencana pemulangan para pengungsi ke rumah mereka, dengan memastikan bahwa badan keamanan telah dikerahkan di semua provinsi, termasuk Gaza dan Gaza Utara, guna menjamin keamanan proses tersebut dan menyediakan dukungan yang diperlukan bagi penduduk yang kembali.

     

    (oln/rntv/*)
     
     

  • Inteljen AS Klaim Pertahanan Hamas Kuat, Rekrut 15.000 Pejuang Baru sejak Israel Gempur Gaza – Halaman all

    Inteljen AS Klaim Pertahanan Hamas Kuat, Rekrut 15.000 Pejuang Baru sejak Israel Gempur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) mencatat Hamas telah meningkatkan pertahanan dengan merekrut 10.000 hingga 15.000 anggota baru sejak Israel menginvasi Gaza.

    Hal ini diungkapkan dua sumber Badan Intelijen AS saat menggelar sebuah Kongres, Sabtu (25/1/2025).

    Jumlah pejuang baru yang berhasil direkrut Hamas, mencerminkan ketangguhan gerakan Perlawanan sayap kanan Palestina dalam mempertahankan kemampuan operasionalnya meskipun mengalami kerugian besar.

    “Kami telah memantau upaya perekrutan kelompok tersebut, yang menunjukkan bahwa Hamas tetap mampu mengisi kembali jajarannya, dan terus memberikan tantangan berat bagi Israel,” jelas laporan Badan Intelijen AS, dikutip Al Mayadeen.

    Klaim serupa juga turut dilontarkan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken.

    Dalam keterangan resminya, Blinken mengatakan AS percaya jumlah yang telah direkrut Hamas kurang lebih sama dengan jumlah yang hilang di Gaza.

    Blinken tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai penilaian tersebut, namun data Israel menyebutkan jumlah total kematian militan di Gaza mencapai sekitar 20 ribu orang.

    Hingga kini, Hamas juga belum memberikan komentar apapun terkait munculnya isu ini.

    Akan tetapi, Israel mengakui upaya Hamas untuk merekrut dan melatih anggota baru sayap militernya dilakukan demi menggantikan mereka yang terbunuh atau terluka dalam perang.

    Hamas Bangkit Perkuat Pertahanan

    Situs web Israel menambahkan, mengutip sumber-sumber militer, dalam beberapa bulan terakhir, para pejuang Hamas telah menjalani pelatihan dan membangun garis pertahanan melawan tentara Israel.

    Para pejuang baru itu sebagian besar ditempatkan pada tugas keamanan dasar.

    Tak bisa dipastikan secara pasti berapa jumlah pasukan Hamas karena kurangnya data intelijen yang dapat diverifikasi dari dalam Gaza.

    Namun, angka resmi AS menunjukkan sebelum 7 Oktober 2023, Hamas memiliki antara 20.000 dan 25.000 pejuang.

    Lebih lanjut, beberapa hari sejak gencatan senjata, Hamas telah menunjukkan kekuatan mereka yang kuat di Gaza.

    Pemerintahan Hamas di wilayah tersebut telah bergerak cepat untuk menerapkan kembali langkah-langkah keamanan.

    Serta mulai memulihkan layanan dasar di beberapa bagian wilayah tersebut, yang sebagian besar telah menjadi lahan kosong akibat serangan Israel.

    Khan Younis adalah contoh yang baik dari pemulihan Hamas, tidak hanya dalam hal kerangka kerja militer yang dibangun kembali lebih dari dua bulan setelah Divisi 98 meninggalkan daerah tersebut.

    Tetapi, juga pemulihan kontrol lokal di mana para anggota Hamas hadir di jalan-jalan, polisi lokal dan memberikan bantuan kemanusiaan.

    Hamas: Terima Kasih Houthi

    Terpisah, pasca-gencatan senjata yang telah dimulai sejak pekan kemarin Wakil kepala Biro Politik Hamas, Khalil al-Hayya, mengucapkan terima kasih kepada para sekutunya yakni Houthi di Yaman yang telah membantu Hamas berperang hingga tercapainya gencatan senjata.

    Selain Houthi, al-Hayya juga turut Ia juga berterima kasih kepada Hizbullah di Lebanon yang kehilangan ratusan pemimpin dan pejuang dalam mendukung perlawanan Palestina.

    Lebih lanjut, ia berterima kasih kepada Iran yang meluncurkan Operasi Janji Sejati 1 dan 2 untuk membalas serangan Israel dan memblokir jalur kapal Israel.

    “Terima kasih kepada Republik Islam, gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon, Angkatan Bersenjata Yaman, dan Perlawanan Irak,” katanya dimuat Press TV.

    “Kami tidak akan melupakan, kami tidak akan memaafkan, dan tidak ada di antara kami yang akan mengabaikan pengorbanan rakyat kami di Jalur Gaza,” imbuhnya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Netanyahu Usir UNRWA dari Yerusalem, Diberi Waktu Kosongkan Kantor hingga Akhir Januari – Halaman all

    Netanyahu Usir UNRWA dari Yerusalem, Diberi Waktu Kosongkan Kantor hingga Akhir Januari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu memerintahkan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) untuk angkat kaki dari kantor pusatnya yang berada di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem.

    Perintah itu disampaikan Netanyahu lewat sebuah surat yang ditujukan kepada Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.

    Dalam surat itu netanyahu mengatakan bahwa UNRWA wajib menghentikan operasinya dan mengosongkan kantor operasionalnya di Yerusalem paling lambat tanggal 30 Januari 2025.

    “Badan PBB untuk pengungsi Palestina harus mengakhiri operasinya dan meninggalkan semua kantornya di Yerusalem paling lambat tanggal 30 Januari,” ujar surat perintah Netanyahu untuk PBB sebagaimana dikutip dari The Times of Israel.

    Perintah itu dilontarkan Netanyahu usai anggota parlemen Israel meloloskan undang-undang yang melarang UNRWA beroperasi di Israel dan Yerusalem timur.

    UNRWA juga dilarang untuk menjalankan operasinya di sektor kota yang dianeksasi oleh Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967.

    Namun parlemen Israel tidak melarang badan tersebut beroperasi di Gaza atau Tepi Barat.

    Pengusiran UNRWA sebenarnya sudah lama di usulkan oleh Netanyahu, bahkan Ekstremis Israel turut membakar lahan di sekitar markas besar UNRWA agar badan itu angkat kaki dari Yerusalem.

    Akan tetapi pimpinan Israel baru menemukan celah untuk melakukan hal itu sekarang.

    Netanyahu berdalih pengusiran UNRWA dilakukan karena badan itu menggunakan tanah kantor tersebut tanpa persetujuan Departemen Pertanahan Israel.

    Selain itu Israel menuding pegawai UNRWA berkontribusi terhadap serangan “Banjir Al-Aqsa” pada 7 Oktober lalu, dan bahwa “sistem pendidikan badan tersebut mendukung terorisme dan kebencian.”

    UNRWA Kecam Netanyahu

    Merespons pengusiran ini, kepala UNRWA Philippe Lazzarini buka suara.

    Ia memperingatkan bahwa mencegah lembaga tersebut beroperasi dapat menyabotase gencatan senjata Gaza, serta menggagalkan harapan orang-orang yang telah mengalami penderitaan besar.

    Tindakan Israel juga dinilai sebagai upaya pelanggaran hukum internasional karena mendiskreditkan dan mendelegitimasi peran UNRWA alam menyediakan bantuan bagi pengungsi Palestina.

    “Pekerjaan UNRWA harus terus berlanjut di Gaza dan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki,” katanya di platform media sosial X, Jumat (24/1/2025).

    Apa Dampak Larangan UNRWA?

    Didirikan 8 Desember 1949, UNRWA diberi mandat oleh Majelis Umum PBB untuk melayani pengungsi Palestina.

    Mengutip CNN International, UNRWA merupakan kelompok bantuan kemanusiaan utama di Gaza. Hampir 2 juta warga Gaza bergantung pada lembaga ini untuk mendapatkan bantuan.

    Dengan 1 juta orang menggunakan tempat penampungan UNRWA untuk mendapatkan makanan dan perawatan kesehatan di wilayah kantong tersebut.

    Tak hanya menyalurkan bantuan kemanusiaan, UNRWA juga turut mendukung penyaluran bantuan kesehatan, pendidikan, dan sosial.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan pada awal Oktober 2024, keberadan UNRWA sangat diperlukan dan tidak tergantikan.

    Pasalnya, UNRWA merupakan kelompok bantuan kemanusiaan utama di Gaza.

    Bersama dengan Bulan Sabit Merah Palestina, UNRWA menangani hampir semua distribusi bantuan PBB yang masuk ke wilayah tersebut.

    Badan ini setidaknya memiliki 11 pusat distribusi makanan untuk satu juta orang di Gaza, yang separuhnya hidup di bawah garis kemiskinan.

    Badan ini juga ikut membantu pelaksanaan vaksinasi polio darurat untuk melindungi warga Gaza dari penyebaran virus menular yang menyebabkan kelumpuhan. 

    Jika undang-undang ini diterapkan, kemungkinan besar akan menyebabkan runtuhnya operasi kemanusiaan internasional di Jalur Gaza, operasi yang menjadi tulang punggung UNRWA

    Hal ini juga akan menyebabkan runtuhnya layanan-layanan penting yang disediakan oleh UNRWA di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, termasuk pendidikan, perawatan kesehatan, dan sanitasi.

    (Tribunnews.com/Namira)

  • Gaza Harus Bangun Ulang 60 Tahun Pembangunan yang Hilang

    Gaza Harus Bangun Ulang 60 Tahun Pembangunan yang Hilang

    Jakarta

    Penduduk Palestina di Jalur Gaza menghadapi tantangan besar untuk memulihkan “lebih dari 60 tahun pembangunan yang telah hilang,” selama perang 15 bulan antara Israel dan Hamas, menurut Direktur UNDP Achim Steiner.

    Sejak dimulainya gencatan senjata pada hari Minggu (19/1) kemarin, perhatian kini beralih untuk membantu warga Palestina membangun kembali Gaza dari reruntuhan.

    Perserikatan Bangsa-bangsa memperkirakan, saat ini sekitar 42 juta ton puing berserakan di penjuru Gaza, dan lebih dari dua pertiga infrastruktur hancur dalam serangan udara dan serangan darat Israel.

    Perang tersebut juga menyebabkan kematian 46.000 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat karena masih banyak jenazah yang belum teridentifikasi.

    PBB juga mengatakan proses membangun kembali di Jalur Gaza kemungkinan akan memakan waktu puluhan tahun, dengan biaya mencapai USD80 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun.

    ‘Lingkungan yang sangat beracun’

    Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNDP, yang dikepalai Steiner merupakan salah satu badan PBB yang menyalurkan bantuan untuk Palestina, dengan fokus pada infrastruktur di wilayah tersebut.

    “Kami memperkirakan, pembangunan selama lebih dari 60 tahun telah musnah. Sebanyak 67% infrastruktur rusak atau hancur,” katanya kepada DW dalam sebuah wawancara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

    ‘Tidak hanya infrastruktur fisik’

    Selain menyalurkan bahan makanan pokok dan suplai medis ke Gaza secepat mungkin, Steiner mendesak agar infrastruktur vital segera dibangun ulang, seperti instalasi pemurnian air bertenaga surya. Setelah itu, tugas membersihkan puing dan membangun kembali sekolah atau rumah sakit sudah harus dimulai.

    Selain bantuan fisik, UNDP melaporkan warga Gaza juga membutuhkan bantuan menemukan kerabat yang hilang, atau dukungan konsultasi psikologis.

    “Jika Anda melihat trauma yang dialami orang-orang, bukan hanya infrastruktur fisik yang mengalami kerusakan besar. Orang-orang telah kehilangan puluhan ribu kerabat,” katanya.

    “Seperti yang kita tahu dari masa lalu, ada tingkat trauma yang jelas akan memengaruhi kesehatan mental warga selama bertahun-tahun yang akan datang.

    “Banyak anak mungkin menjadi yatim piatu saat ini. Mereka dirawat oleh keluarga lain di tenda mereka.”

    ‘Perjuangan berat’ memulihkan Gaza

    Agar rekonstruksi dapat dimulai, gencatan senjata antara Israel dan Hamas harus dipertahankan. “Masih ada banyak kegugupan,” kata Steiner. “Apakah gencatan senjata akan dipertahankan, apakah fase ke2 dan ke3 benar-benar akan berjalan?”

    Tahap kedua gencatan senjata mencakup penghentian pertempuran secara permanen, pemulangan sandera yang tersisa, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza. Tahap ketiga menyangkut pembangunan kembali Gaza.

    Jika gencatan senjata berhasil ditegakkan, Steiner mengatakan dunia internasional telah menyiapkan dana untuk membiayai bantuan kemanusiaan secara dini.

    Namun, upaya untuk membangun kembali Gaza akan membutuhkan komitmen jangka panjang dari negara-negara anggota PBB dan sektor swasta, imbuhnya.

    ” Untuk pekerjaan pemulihan di awal saja, diperlukan dana miliaran dolar. Dalam jangka panjang, biaya rekonstruksi akan mencapai puluhan miliar,” kata Steiner.

    “Masyarakat internasional akan diminta untuk melangkah maju. Sektor swasta juga dapat berinvestasi… dalam upaya pemulihan dan rekonstruksi. Akan menjadi perjuangan yang sangat berat untuk memobilisasi dana dan sumber daya bagi upaya pemulihan dan rekonstruksi awal selama beberapa tahun ke depan.”

    Israel harus tunjukkan ‘itikad baik’

    Steiner melihat peran penting Amerika Serikat dan Eropa dalam membiayai dan mendukung pembangunan kembali Gaza, dengan alasan bahwa kedua pihak memiliki kepentingan politik dalam perdamaian di Gaza.

    Dia juga mengharapkan dukungan signifikan dari negara-negara di Timur Tengah, meskipun Lebanon dan Suriah saat ini tengah menghadapi upaya rekonstruksinya sendiri.

    Steiner juga melihat pentingnya Israel untuk menjaga dialog. “Saya pikir Israel, seperti dalam konflik apa pun, harus menjadi mitra negosiasi dengan itikad baik,” katanya.

    Perang antara Israel dan Hamas dimulai setelah kelompok militan itu melancarkan serangan teror ke Israel pada 7 Oktober 2023.

    Serangan itu menyebabkan lebih dari 1.200 kematian dan penyanderaan hampir 250 orang. Sembilan puluh satu dari sandera hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

    Wawancara oleh Pemimpin Redaksi DW Manuela Kasper-Claridge.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu