Negara: Jalur Gaza

  • Bertemu Utusan dari AS, Otoritas Palestina Siap Ambil Alih Gaza dari Hamas?

    Bertemu Utusan dari AS, Otoritas Palestina Siap Ambil Alih Gaza dari Hamas?

    PIKIRAN RAKYAT – Otoritas Palestina memberi tahu AS bahwa mereka siap untuk “bertempur” dengan Hamas jika itu harga yang dibutuhkan untuk mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza. Rencana tersebut disampaikan kepada Steve Witkoff, utusan untuk Timur Tengah dari AS, selama pertemuan di Riyadh.

    Hussein al-Sheikh, pejabat senior Palestina yang telah dicalonkan sebagai penerus Presiden Palestina berusia delapan puluhan tahun Mohammad Abbas, yang menyampaikan hal tersebut.

    Pertemuan antara Witkoff dan Sheikh difasilitasi oleh Arab Saudi atas permintaan Otoritas Palestina, setelah Witkoff menolak tawarannya untuk bertemu di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki.

    Witkoff kemudian melakukan perjalanan ke Israel untuk bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia diketahui tidak memiliki keraguan untuk melakukan perjalanan ke Gaza, dan menjadi pejabat AS pertama yang mengunjungi Gaza dalam 15 tahun.

    Arab Saudi menjadi perantara pertemuan antara AS dan Otoritas Palestina tetapi tidak meninjau rencana tersebut sebelum Otoritas Palestina menyampaikannya kepada Witkoff.

    Siapakah Ziad Abu Amr? Orang Otoritas Palestina untuk Gaza

    Ziad Abu Amr, salah satu penasihat lama Presiden Palestina Mahmoud Abbas, disebut-sebut akan menjadi penguasa de facto Jalur Gaza, yang mengepalai komite tersebut. Ia akan ditunjuk sebagai wakil Perdana Menteri Palestina Muhammad Mustafa tetapi diberkahi dengan kekuatan baru yang sangat besar.

    Abu Amr lahir di Jalur Gaza pada tahun 1950. Ia dapat diterima oleh pemerintahan Trump karena ia juga warga negara AS. Ia memperoleh gelar doktor dari Universitas Georgetown dan menjabat sebagai wakil perdana menteri Palestina dari tahun 2013 hingga 2024.

    Abu Amr telah aktif dalam upaya untuk menegaskan kembali otoritas Palestina di Gaza. Sebelumnya, ia melobi agar tidak mendanai pembangunan kembali daerah kantong yang dikepung itu setelah perang tahun 2014.

    AS Meragukan Kekuatan Otoritas Palestina

    Rencana Otoritas Palestina yang disampaikan kepada pemerintahan Trump bahwa mereka siap untuk bentrok dengan Hamas dibantah oleh seorang pejabat senior pertahanan AS, yang mengatakan bahwa hal itu terdengar “delusi”.

    Ia menambahkan bahwa Otoritas Palestina akan membutuhkan dukungan militer dan kemungkinan pasukan dari negara-negara Arab lain atau kontraktor swasta.

    Untuk diketahui bahwa Otoritas Palestina didominasi oleh partai Palestina sekuler, Fatah. Pada tahun 2007, pertempuran pecah antara Fatah dan Hamas setelah Hamas meraih kekuasaan dalam pemilihan legislatif Palestina tahun sebelumnya. Pada akhirnya, Hamas mengonsolidasikan kekuasaannya atas Gaza, dan Fatah di Tepi Barat yang diduduki. Upaya untuk mendamaikan keduanya telah gagal.

    Hamas telah mempermalukan Israel dan Otoritas Palestina dengan menunjukkan dukungan publiknya di Gaza dan organisasi militer selama pertukaran tahanan yang menarik perhatian selama beberapa minggu terakhir. Unit militer Hamas telah bergerak bebas di Gaza dan mengamankan pertukaran tahanan yang diatur dengan baik di depan kerumunan warga Palestina yang bersorak-sorai.

    Hal tersebut telah memberikan tekanan besar pada otoritas Palestina, yang telah dianggap korup dan kolaborator penjajah Israel oleh sebagian besar warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Sejak awal Desember, mereka telah mengepung kamp pengungsi Jenin, menyerang pejuang perlawanan Palestina.

    Tahani Mustafa, analis senior Palestina di International Crisis Group, menyebut serangan itu sebagai “misi bunuh diri” dan upaya terakhir untuk menunjukkan bahwa Otoritas Palestina masih dapat memproyeksikan kekuatan keras.

    “PA khawatir jika ada pemerintahan baru di Gaza dan bukan mereka, semua pendanaan mereka akan disalurkan. Ketakutan terbesar mereka adalah pusat gravitasi politik akan bergeser dari Tepi Barat ke Gaza dan membuat mereka terlantar,” ujar Mustafa.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Keith Siegel Dibebaskan Hamas, Jadi Sandera Israel Ketiga yang Diserahkan ke ICRC Hari Ini – Halaman all

    Keith Siegel Dibebaskan Hamas, Jadi Sandera Israel Ketiga yang Diserahkan ke ICRC Hari Ini – Halaman all

    Ketiga tahanan Israel dibebaskan di Gaza, yaitu Keith Siegel, Yarden Bibas dan Ofer Calderon. Lihat bagaimana prosesnya berlangsung.

    Tayang: Sabtu, 1 Februari 2025 19:59 WIB

    Tangkapan Layar YouTube The Times and The Sunday Times

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto tangkapan layar ini diambil pada Sabtu (1/2/2025) dari siaran langsung di channel YouTube The Times pada hari yang sama, menunjukkan sandera Israel, Keith Siegel, mengenakan topi ketika berjalan dengan didampingi anggota Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. 

    TRIBUNNEWS.COM – Keith Siegel menjadi tahanan Israel ketiga yang dibebaskan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, pada hari ini, Sabtu (1/2/2025).

    Pembebasan ini terjadi di pelabuhan Kota Gaza, setelah sebelumnya dua tahanan lain, Yarden Bibas dan Ofer Calderon, juga dibebaskan di lokasi berbeda.

    Kedua tahanan, Yarden Bibas dan Ofer Calderon, dibebaskan di Khan Yunis dan diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) sebelum dibawa kembali ke Israel.

    Sementara itu, Keith Siegel, yang memiliki kewarganegaraan ganda Israel-Amerika, terlihat mengenakan topi hitam saat ia melambaikan tangan kepada warga Palestina yang menyaksikan pembebasannya.

    Keith Siegel berasal dari Carolina Utara dan ditangkap bersama istrinya, Aviva, dari Kibbutz Kfar Aza selama Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Istrinya, Aviva, telah dibebaskan selama gencatan senjata sebelumnya pada November 2023.

    Tahun ini, Israel dan Hamas telah menyetujui perjanjian gencatan senjata yang berlaku mulai 19 Januari, yang dibagi menjadi tiga tahap.

    Pertukaran tahanan yang terjadi hari ini merupakan yang ketiga kalinya, di mana tiga tahanan Israel dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Termasuk Malaysia, 9 Negara Bentuk ‘The Hague Group’ untuk Dukung Berdirinya Negara Palestina – Halaman all

    Termasuk Malaysia, 9 Negara Bentuk ‘The Hague Group’ untuk Dukung Berdirinya Negara Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sembilan negara meluncurkan aliansi yang disebut The Hague Group untuk mendukung diakhirinya pendudukan Israel atas tanah Palestina.

    Mereka juga mendukung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan pembentukan negara Palestina merdeka.

    Pengumuman pembentukan The Hague Group dilakukan dalam sebuah konferensi yang diadakan di Den Haag, Belanda, pada Jumat (31/1/2025).

    Sembilan negara tersebut adalah Afrika Selatan, Malaysia, Kolombia, Bolivia, Kuba, Honduras, Namibia, Senegal, dan Belize.

    “The Hague Group akan didasarkan pada prinsip-prinsip dan tujuan yang terkandung dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan tanggung jawab negara untuk melindungi hak-hak yang tidak dapat dicabut, yang terpenting di antaranya adalah hak masyarakat untuk penentuan nasib sendiri,” kata sembilan negara tersebut dalam pernyataan bersama pada Jumat (31/1/2025), yang disalinannya dikutip oleh Anadolu Agency.

    “Kami menyampaikan dukacita yang mendalam atas hilangnya nyawa, mata pencaharian, masyarakat, dan warisan budaya, sebagai akibat dari kejahatan yang dilakukan oleh Israel, Kekuatan Pendudukan, terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan seluruh wilayah Palestina yang diduduki,” lanjutnya.

    Selain itu, mereka menolak untuk berdiam diri menyaksikan kejahatan internasional yang dilakukan oleh Israel kepada Palestina.

    “Kami menolak untuk berdiam diri saja dalam menghadapi kejahatan internasional ini,” katanya.

    Dalam pernyataan mereka, perwakilan negara-negara pendiri The Hague Group mengumumkan serangkaian komitmen, terutama mencegah transfer senjata dan peralatan militer ke Israel.

    Mereka akan memblokir transfer senjata dalam kasus-kasus yang terbukti berisiko bahwa senjata-senjata tersebut akan digunakan untuk melanggar hukum kemanusiaan internasional atau hak asasi manusia, atau melakukan kejahatan genosida.

    “Kami juga berjanji untuk mencegah berlabuhnya kapal yang membawa bahan bakar atau peralatan militer di pelabuhan mereka jika ada risiko yang jelas bahwa pengiriman tersebut akan digunakan untuk mendukung operasi militer Israel yang melanggar hukum internasional di wilayah Palestina yang diduduki,” kata mereka.

    Mereka menekankan kepatuhan negara mereka terhadap Resolusi Majelis Umum PBB Nomor: A/RES/ES-10/24 yang dikeluarkan pada 18 September 2024, yang mengakui ilegalitas pendudukan Israel dan menyerukan Israel untuk mengakhiri kehadiran ilegalnya di wilayah Palestina yang diduduki dalam jangka waktu maksimal 12 bulan.

    “Kami menegaskan dukungan terhadap permintaan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan pelaksanaan kewajiban yang ditetapkan dalam Statuta Roma, khususnya terkait dengan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan pada tanggal 21 November 2024, serta tindakan sementara yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional pada tahun yang sama,” lanjutnya.

    Surat perintah penangkapan tersebut ditujukan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, yang menyatakan mereka melakukan kejahatan perang terhadap kemanusiaan terhadap warga Palestina di Gaza antara 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025.

    The Hague Group akan mengambil langkah-langkah efektif untuk mengakhiri pendudukan Israel dan mendukung hak rakyat Palestina, serta menyerukan kepada semua negara untuk mengambil langkah konkret untuk mendukung hal tersebut.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika    
        Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika

    Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika

    Gaza City

    Kelompok Hamas membebaskan satu sandera Israel lainnya, yang juga berstatus warga negara Amerika Serikat (AS), di Jalur Gaza. Ini berarti sudah tiga sandera Israel yang dibebaskan Hamas sepanjang Sabtu (1/2) waktu setempat, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Sandera Israel-Amerika yang dibebaskan Hamas itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (1/2/2025), diidentifikasi sebagai Keith Siegel yang berusia 65 tahun. Siegel menjadi sandera ketiga yang dibebaskan oleh Hamas di Jalur Gaza pada Sabtu (1/2) waktu setempat.

    Beberapa jam sebelumnya, Hamas membebaskan dua sandera lainnya — Ofer Kalderon dan Yarden Bibas — di area Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan. Kalderon disebut berkewarganegaraan ganda Israel-Prancis, sedangkan Bibas berkewarganegaraan Israel.

    Prosesi pembebasan kedua sandera itu, menurut laporan koresponden AFP, berlangsung cepat dan terorganisir dengan disaksikan sedikit orang. Kalderon dan Bibas kini telah berada di wilayah Israel setelah diserahkan oleh Hamas kepada pejabat Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Jalur Gaza.

    Sementara Siegel, berdasarkan laporan koresponden AFP, telah diserahkan oleh Hamas kepada tim ICRC dalam prosesi terpisah di area pelabuhan Gaza City.

    Bahkan dilaporkan jika para petempur Hamas sempat mengarak Siegel hingga ke atas sebuah panggung khusus yang dibangun di area pelabuhan, untuk semacam prosesi serah terima.

    Militer Israel, dalam pernyataan terbaru seperti dikutip AFP, menyebut Siegel telah menyeberangi perbatasan dan kini berada di wilayah Israel, setelah dibebaskan oleh Hamas. Disebutkan juga bahwa Siegel akan menjalani pemeriksaan medis.

    “Beberapa saat yang lalu, sandera sipil yang kembali, Keith Siegel, telah melintasi perbatasan ke wilayah Israel dengan didampingi oleh pasukan IDF (Angkatan Bersenjata Israel) dan pasukan ISA (dinas keamanan Israel),” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Berdasarkan kesepakatan, Hamas membebaskan tiga sandera Israel pada Sabtu (1/2) waktu setempat, yang ditukarkan dengan 183 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel pada hari yang sama.

    Pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) ini merupakan pertukaran kedua yang dilakukan sepanjang pekan ini, dan pertukaran keempat sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari lalu.

    Prosesi pembebasan sandera pada Sabtu (1/2) ini berlangsung lancar tanpa adanya kekacauan seperti yang terjadi pada Kamis (30/1) kemarin, ketika para petempur Hamas berjuang keras melindungi sandera-sandera dari kerumunan massa di Jalur Gaza yang ingin menyaksikan pembebasan mereka.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir dan AS, total 33 sandera akan dibebaskan Hamas pada tahap pertama yang berlangsung 42 hari. Para sandera itu akan ditukarkan dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel.

    Perundingan lanjutan untuk tahap kedua akan digelar mulai Senin (3/2) mendatang. Tahap selanjutnya diperkirakan akan membahas pembebasan sandera yang tersisa dan mencakup diskusi soal penghentian perang yang lebih permanen.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 3 Sandera Israel Bebas, Keith Siegel Jadi yang Terakhir Diserahkan ke ICRC Hari Ini di Gaza – Halaman all

    3 Sandera Israel Bebas, Keith Siegel Jadi yang Terakhir Diserahkan ke ICRC Hari Ini di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keith Siegel menjadi sandera Israel ketiga yang dibebaskan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza pada hari ini, Sabtu (1/2/2025).

    Brigade Al-Qassam sebelumnya membebaskan dua sandera Israel Yarden Bibas dan Ofer Calderon pada hari ini di tempat yang terpisah dengan Keith Siegal.

    Kedua sandera tersebut dibebaskan di Khan Yunis dan diserahkan kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sebelum dibawa ke Israel.

    Sementara Keith Siegel, yang memiliki kewarganegaraan Israel-Amerika, dibebaskan di pelabuhan Kota Gaza dan diserahkan kepada anggota ICRC.

    Keith Siegal terlihat mengenakan topi hitam dan berjalan bersama anggota Brigade Al-Qassam ke atas panggung yang dihiasi dengan slogan “Zionisme tidak akan menang” dan gambar-gambar pemimpin militer Hamas yang terbunuh dalam serangan Israel.

    Ia melambaikan tangan sebentar kepada warga Palestina yang menyaksikan pembebasannya.

    Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan ICRC telah memberi tahu mereka bahwa Keith Siegel telah diserahkan kepada anggota ICRC.

    “ICRC kini membawa Keith Siegel kepada pasukan IDF dan Shin Bet di Jalur Gaza untuk kemudian dikawal keluar dari sana,” kata IDF dalam pernyataannya di Telegram.

    Keith Siegel adalah warga negara Israel-AS yang berasal dari Carolina Utara, ditawan bersama istrinya Aviva dari Kibbutz Kfar Aza selama Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Aviva dibebaskan selama gencatan senjata sebelumnya pada November 2023.

    Tahun ini, Israel-Hamas menyetujui perjanjian gencatan senjata dan berlaku mulai pada 19 Januari lalu, yang akan dibagi menjadi tiga tahap.

    Hari tersebut sekaligus menjadi hari pertukaran tahanan pertama yang membebaskan tiga wanita Israel dengan imbalan 90 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Pertukaran kedua terjadi pada 25 Januari 2025, membebaskan 4 tentara wanita Israel dengan imbalan 200 tahanan Palestina.

    Kemudian pertukaran ketiga terjadi pada 30 Januari 2025, membebaskan tiga sandera Israel dengan imbalan 110 tahanan Palestina.

    Pertukaran pada hari ini, 1 Februari 2025, merupakan yang ketiga, membebaskan tiga sandera Israel dengan imbalan 183 tahanan Palestina.

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto tangkapan layar ini diambil pada Sabtu (1/2/2025) dari siaran langsung di channel YouTube The Times pada hari yang sama, menunjukkan sandera Israel, Keith Siegel, mengenakan topi ketika berjalan dengan didampingi anggota Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Tangkapan Layar YouTube The Times and The Sunday Times)

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • 2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul    
        2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul

    2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul 2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul

    Gaza City

    Kelompok Hamas telah membebaskan dua sandera Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (1/2) waktu setempat, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. Satu sandera lainnya akan dibebaskan oleh Hamas belakangan pada hari yang sama.

    Laporan sebelumnya menyebut setidaknya tiga sandera Israel akan dibebaskan Hamas pada Sabtu (1/2), yang ditukarkan dengan 183 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel pada hari yang sama.

    Tayangan siaran langsung televisi setempat, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (1/2/205), menunjukkan para petempur Hamas menyerahkan dua sandera Israel kepada seorang pejabat Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di area Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.

    Laporan koresponden AFP menyebut prosesi pembebasan kedua sandera itu berlangsung cepat dan terorganisir dengan disaksikan sedikit orang.

    Kedua sandera yang dibebaskan itu diidentifikasi sebagai Ofer Kalderon, yang memiliki kewarganegaraan ganda Israel-Prancis, dan Yarden Bibas yang berkewarganegaraan Israel.

    Satu sandera lainnya, atau sandera ketiga, diperkirakan akan dibebaskan di lokasi lainnya pada hari yang sama. Sandera ketiga ini diidentifikasi sebagai Keith Siegel, yang memiliki kewarganegaraan ganda Israel-Amerika Serikat (AS).

    Bibas yang dibebaskan oleh Hamas itu merupakan ayah dari dua sandera termuda, bayi Kfir yang baru berusia 9 bulan dan Ariel yang berusia 4 tahun ketika diculik Hamas pada Oktober 2023 lalu.

    Hamas mengatakan pada November 2023 lalu bahwa kedua bocah laki-laki itu dan ibunda mereka, Shiri, yang diculik pada saat yang sama, telah tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza. Sejak saat itu, belum ada kabar mengenai mereka.

    Lihat juga Video: Detik-detik Hamas Bebaskan Sandera Tentara Wanita Israel Agam Berger

    Hamas mengatakan Israel diharapkan membebaskan 183 tahanan Palestina sebagai pertukaran untuk pembebasan sandera tersebut.

    Militer Tel Aviv, dalam pernyataannya, menyebut kedua sandera yang dibebaskan Hamas itu telah menyeberangi perbatasan dan masuk ke wilayah Israel. Disebutkan bahwa kedua sandera itu dikawal oleh para personel Angkatan Bersenjata Israel (IDF) dan dinas keamanan dalam negeri Israel (ISA).

    “Beberapa saat yang lalu, para sandera sipil yang kembali, Ofer Kalderon dan Yarden Bibas, telah melintasi perbatasan ke wilayah Israel,” demikian pernyataan militer Israel seperti dilansir AFP.

    Pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) ini merupakan pertukaran kedua yang dilakukan sepanjang pekan ini, dan pertukaran keempat sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari lalu.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir dan AS, total 33 sandera akan dibebaskan Hamas pada tahap pertama yang berlangsung 42 hari. Para sandera itu akan ditukarkan dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Perundingan lanjutan untuk tahap kedua akan digelar mulai Senin (3/2) mendatang. Tahap-tahap selanjutnya diperkirakan akan membahas pembebasan sandera yang tersisa dan mencakup diskusi soal penghentian perang yang lebih permanen.

    Lihat juga Video: Detik-detik Hamas Bebaskan Sandera Tentara Wanita Israel Agam Berger

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas Hari Ini, 1 Sandera Segera Menyusul – Halaman all

    2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas Hari Ini, 1 Sandera Segera Menyusul – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), menyerahkan dua sandera Israel dan bersiap untuk menyerahkan sandera ketiga di Jalur Gaza pada hari ini, Sabtu (1/2/2025).

    Sebagai balasannya, Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina.

    Hamas sebelumnya mengumumkan pada Jumat (31/1/2025), mereka akan membebaskan tiga sandera Israel yaitu Yarden Bibas, Ofer Calderon dan Keith Siegel pada Sabtu hari ini.

    Pertukaran ini merupakan pertukaran tahanan keempat sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza yang dimulai pada 19 Januari lalu.

    Sementara itu, penyeberangan Rafah diperkirakan akan dibuka kembali hari ini.

    “Unit Bayangan Brigade Al-Qassam menyerahkan tahanan Yarden Bibas dan Ofer Calderon ke Palang Merah Internasional di Khan Yunis,” lapor Al Jazeera, Sabtu.

    Media Israel Channel 12 Israel mengatakan Unit Bayangan tersebut mengangkut dua sandera Israel dengan kendaraan militer yang direbut perlawanan dari Jalur Gaza.

    Dalam penyerahan dua sandera itu, Brigade Al-Qassam mengerahkan anggotanya untuk mengamankan wilayah sekitar di Khan Yunis dan pelabuhan Kota Gaza.

    “Kendaraan Palang Merah Internasional (ICRC) mengangkut kedua tahanan yang dibebaskan ke titik tentara Israel terdekat di sekitar poros Netzari,” kata koresponden Al Jazeera.

    “Ratusan pejuang Brigade Al-Qassam dan warga Palestina berkumpul di pelabuhan Gaza dalam persiapan untuk penyerahan tahanan Keith Siegel, yang memegang kewarganegaraan ganda Amerika-Israel,” kata koresponden tersebut.

    Sandera ketiga akan dibebaskan setelah dua sandera sebelumnya diserahkan kepada ICRC sebelum dibawa ke Israel.

    Koresponden tersebut mencatat sandera yang sakit ini, Keith Siegel, seharusnya dibebaskan lebih awal, tetapi Israel menghalangi itu.

    Dalam proses serah terima dua sandera tersebut, dipamerkan foto para pemimpin Brigade Al-Qassam yang gugur dalam pertempuran melawan pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza, termasuk panglima tertinggi, Mohammad Deif, dan anggota dewan militer.

    Sejumlah pejuang perlawanan tampak membawa senjata yang mereka rampas dari pasukan Israel selama pertempuran, dan yang lainnya membawa senapan Ghoul yang dikembangkan oleh Brigade Al-Qassam.

    Hamas-Israel telah mulai mengimplementasikan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza mulai 19 Januari 2025.

    Tahap pertama akan berlangsung selama 42 hari dan akan membebaskan 33 sandera Israel dengan imbalan pembebasan ratusan warga Palestina dari penjara Israel.

    Berikut ini daftar pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas yang masih berlangsung:

    19 Januari 2025: Hamas membebaskan tiga sandera Israel, sementara Israel membebaskan 90 tahanan Palestina.
    25 Januari 2025: Empat tentara wanita Israel ditukar dengan 200 tahanan Palestina.
    30 Januari 2025: Tiga sandera Israel dan lima warga Thailand dibebaskan dengan imbalan 110 tahanan Palestina.
    1 Februari 2025: Tiga sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina.

    Sementara itu, sejak serangan Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 47.417 orang tewas dan 111.571 lainnya terluka menurut data hingga tanggal 30 Januari 2025, dikutip dari Anadolu.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza    
        Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza

    Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza

    Kairo

    Ribuan warga Mesir berunjuk rasa di dekat perlintasan perbatasan Rafah, yang menghubungkan negara tersebut dengan Jalur Gaza. Dalam aksinya, para demonstran memprotes rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Presiden Abdel Fattah al-Sisi sebelumnya menolak gagasan Trump soal Mesir akan memfasilitasi warga Palestina yang dipindahkan keluar dari Jalur Gaza yang dilanda perang berkepanjangan. Al-Sisi bahkan mengatakan warga Mesir akan turun ke jalan untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka.

    Dalam aksinya di dekat Rafah, seperti dilansir Reuters, Sabtu (1/2/2025), para demonstran Mesir meneriakkan slogan berbunyi “Hidup Mesir” dan melambaikan bendera nasional Mesir serta bendera Palestina.

    “Kami mengatakan tidak pada pengungsian apa pun dari Palestina atau Gaza dengan mengorbankan Mesir, di tanah Sinai,” tegas seorang warga Sinai bernama Gazy Saeed dalam aksi protes pada Jumat (31/1) tersebut.

    Sumber keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa pihak-pihak yang dekat Al-Sisi mengerahkan bus-bus untuk mengangkut para demonstran ke dekat perlintasan perbatasan Rafah, di mana pergerakan warga sipil biasanya dibatasi.

    Disebutkan sumber keamanan tersebut bahwa aksi protes itu menunjukkan ketidaksetujuan publik, dan bukan hanya dari para pemimpin Kairo, terhadap rencana Trump merelokasi warga Gaza.

    Akhir pekan lalu, Trump melontarkan gagasan untuk “membersihkan” Gaza setelah perang antara Israel dan Hamas, yang berkecamuk selama lebih dari 15 bulan terakhir, yang disebutnya menjadikan wilayah Palestina itu bagaikan “area penghancuran”.

    Dia mempertegas kembali gagasannya pada pada Senin (27/1) waktu setempat. Trump menyatakan keinginan untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Jalur Gaza, menuju ke lokasi-lokasi yang “lebih aman”, seperti Mesir atau Yordania.

    Lihat juga Video: Kala Trump Mau Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Gagasan itu ditolak mentah-mentah oleh Kairo dan Amman. Namun pada Kamis (30/1) kemarin, Trump ngotot dan bersikeras mengatakan Mesir dan Yordania akan mematuhi dan menampung warga Gaza, meskipun kedua negara itu berulang kali menolak rencana tersebut.

    “Mereka (Mesir dan Yordania-red) akan melakukannya. Mereka akan melakukannya,” tegas Trump saat ditanya apakah dirinya akan mempertimbangkan tindakan untuk menekan Kairo dan Amman agar menerima rencananya, termasuk mengenakan tarif.

    “Mereka akan melakukannya, oke? Kita telah melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” ucap Trump saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal “banyak hal” yang dilakukan AS untuk Mesir dan Yordania tersebut.

    Lihat juga Video: Kala Trump Mau Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sosok Erbil Yehud, Tawanan Israel yang Digenggam Erat oleh Pasukan Hamas saat Akan Dibebaskan – Halaman all

    Sosok Erbil Yehud, Tawanan Israel yang Digenggam Erat oleh Pasukan Hamas saat Akan Dibebaskan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Inilah sosok Erbil Yehud, tawanan Israel yang dibebaskan oleh pasukan Hamas, dalam pertukaran tahanan sebagai bagian dari gencatan senjata Israel-Palestina.

    Diketahui Arbel Yehud ditangkap oleh Hamas selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Dirinya ditangkap dari rumahnya di Nir Oz, sebuah desa di Israel selatan dekat perbatasan daerah kantong Palestina.

    Yehud, yang saat itu berusia 28 tahun saat diculik.

    Tak hanya Yehud, pasangannya, Ariel Cunio, juga diculik oleh Hamas.

    Mengutip The New York Times, Yehud memiliki akar yang dalam di komunitas Nir Oz sebagai anggota generasi ketiga yang mendiami wilayah tersebut.

    Hal itu menurut Hostages and Missing Families Forum, sebuah organisasi akar rumput yang mengadvokasi pembebasan para sandera.

    Dia pernah bekerja di sistem pendidikan masyarakat.

    Lantas dirinya pernah menjadi pemandu di GrooveTech, pusat pembelajaran inovatif di Israel selatan yang berfokus pada eksplorasi ruang angkasa dan teknologi.

    Diketahui saat diculik oleh Hamas 2023 lalu, Yehud dan pasangannya Cunio baru saja kembali dari tur di Amerika Selatan.

    Minta Digenggam Oleh Pasukan Hamas

    Erbil Yehud menyita perhatian saat momen akan dibebaskan oleh pasukan Palestina, di Gaza.

    Hal itu terlihat dalam unggahan story Instagram Hatem H Rawagh seorang jurnalis asal Palestina, @hatem.h.rawagh, Kamis (30/1/2025).

    Dalam unggahannya, tampak tentara wanita Israel bernama Erbil Yehud dalam proses dibebaskan dan pertukaran tawanan.

    Awalnya, Erbil Yehud berada di dalam mobil, bersiap keluar dari kendaraan tersebut.

    Beberapa pejuang Palestina, termasuk Pasukan Al-Qassam tampak mengerumuni mobil, memberikan pengamanan ketat.

    Lantas, saat akan keluar, wanita Israel itu menyodorkan tangannya kepada pasukan Al-Qassam, bak meminta untuk digandeng.

    Beberapa saat kemudian, pasukan Al-Qassam menggenggam tangan Erbil Yehud, dan menuntun wanita itu keluar dari mobil.

    Selama proses itu, pasukan pembebasan Palestina berjaga-jaga di sekitaran memberikan pengamanan.

    “The palestinian resistance releases the Israeli prisoner Erbil Yehud, south of the Gaza strip (Perlawanan Palestina membebaskan tahanan Israel Erbil Yehud, di selatan Jalur Gaza),” tulis Hatem H Rawagh dalam unggahannya.

    Erbil Yehud Bertemu Gadi Mozes

    Diberitakan sebelumnya, Brigade Al-Quds sayap militer Gerakan Jihad Islam menerbitkan gambar yang menunjukkan tahanan Israel Erbil Yehud dan tahanan Gadi Mozes sebelum mereka diserahkan ke pihak Israel.

    Video tersebut memperlihatkan momen Yehud dan Moses saling bertemu dan berpelukan hangat sambil dikawal para pejuang brigade.

    Kedua tahanan tersebut dijadwalkan akan dibebaskan saat pertukaran tahanan gelombang ketiga antara kelompok perlawanan dan Israel.

    Sejumlah besar pejuang perlawanan telah dikerahkan di wilayah Jalur Gaza untuk menyaksikan penyerahan tahanan baru, sementara ribuan pengungsi yang kembali berkumpul di Razan Square di pusat kamp Jabalia untuk menghadiri penyerahan beberapa tahanan.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan    
        Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan

    Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan

    Gaza City

    Kelompok Hamas dan Israel akan kembali melakukan pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) sebagai bagian kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Setidaknya tiga sandera Israel akan dibebaskan Hamas, yang ditukar dengan 183 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel.

    Sejak gencatan senjata mulai diberlakukan di Jalur Gaza pada 19 Januari lalu, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/2/2025), Hamas telah membebaskan total 15 sandera yang ditahan sejak 7 Oktober 2023 ketika kelompok militan itu melancarkan serangan mengejutkan terhadap Tel Aviv.

    Tiga sandera Israel yang akan dibebaskan Hamas pada Sabtu (1/2), menurut kelompok Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, terdiri atas Yaden Bibas, Keith Siegel dan Ofer Kalderon. Siegel juga memegang kewarganegaraan Amerika Serikat (AS), sedangkan Kalderon juga memegang kewarganegaraan Prancis.

    Sebagai imbalannya, sebut kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, otoritas Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina — angka itu mencapai dua kali lipat dibandingkan laporan awal yakni 90 tahanan.

    Sejak gencatan senjata dimulai Januari lalu, Tel Aviv telah memberikan ratusan tahanan Palestina, dengan kebanyakan mereka adalah tahanan perempuan dan anak di bawah umur.

    Dalam serangan terhadap Israel pada Oktober 2023 lalu yang memicu perang Gaza, Hamas menculik 251 sandera dan menahan mereka di Jalur Gaza. Dari jumlah tersebut, dilaporkan sebanyak 79 sandera masih berada di Gaza, termasuk sekitar 34 orang yang, menurut militer Tel Aviv, telah tewas.

    Pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) ini merupakan pertukaran kedua yang dilakukan sepanjang pekan ini, dan pertukaran keempat sejak gencatan senjata dimulai pada pertengahan Januari lalu.

    Pembebasan sandera oleh Hamas pada Kamis (30/1) kemarin sempat diwarnai kekacauan, yang mendorong Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk mengutuk situasi itu sebagai hal yang “mengejutkan”.

    Lihat juga video: Hamas Setujui Kesepakatan Penuh Gencatan Senjata, Siap Pertukaran Sandera

    Kekacauan terjadi saat kerumunan orang yang ingin menyaksikan momen tersebut memenuhi lokasi pembebasan sandera di Khan Younis, yang membuat para sandera merasa terganggu dan tertekan. Terdapat delapan sandera yang dibebaskan Hamas pada Kamis (30/1) kemarin.

    Kekacauan itu sempat menunda proses pembebasan tahanan Palestina oleh Israel. Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyerukan semua pihak untuk memastikan kondisi yang lebih aman untuk pertukaran sandera-tahanan selanjutnya.

    Otoritas Israel, pada Kamis (30/1) malam, akhirnya membebaskan 110 tahanan Palestina dari penjara Ofer di Tepi Barat, termasuk mantan komandan militan bernama Zakaria Zubeidi (49).

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir dan Amerika Serikat (AS), total 33 sandera akan dibebaskan Hamas selama tahap pertama yang berlangsung 42 hari sejak 19 Januari lalu. Para sandera itu akan ditukarkan dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Perundingan lanjutan untuk tahap kedua akan digelar mulai Senin (3/2) mendatang. Tahap-tahap selanjutnya diperkirakan akan membahas pembebasan sandera yang tersisa dan mencakup diskusi soal penghentian perang yang lebih permanen.

    Lihat juga video: Hamas Setujui Kesepakatan Penuh Gencatan Senjata, Siap Pertukaran Sandera

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu