Negara: Jalur Gaza

  • Kremlin Desak Hamas Tepati Janji Bebaskan Sandera Rusia    
        Kremlin Desak Hamas Tepati Janji Bebaskan Sandera Rusia

    Kremlin Desak Hamas Tepati Janji Bebaskan Sandera Rusia Kremlin Desak Hamas Tepati Janji Bebaskan Sandera Rusia

    Moskow

    Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Rusia Mikhail Bogdanov bertemu dengan seorang pejabat senior Hamas di Moskow. Dalam pertemuan itu, Bogdanov mendesak Hamas untuk menepati janji mereka untuk membebaskan sandera Rusia di Jalur Gaza.

    Bogdanov yang juga merupakan utusan khusus Presiden Vladimir Putin untuk Timur Tengah, seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (4/2/2025), bertemu dengan anggota senior biro politik Hamas, Musa Abu Marzuk, pada Senin (3/2) waktu setempat.

    Rusia telah menyerukan pembebasan Alexander Trufanov yang memiliki kewarganegaraan ganda Rusia-Israel dan Maxim Herkin yang merupakan warga negara Israel yang berasal dari Donbas di Ukraina dan memiliki kerabat Rusia.

    Dalam pembicaraan keduanya di Moskow, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia, Bogdanov “sekali lagi memberikan penekanan khusus soal perlunya menepati janji-janji yang diberikan oleh kepemimpinan Hamas mengenai pembebasan warga Rusia A. Trufanov dan sandera-sandera lainnya yang ditahan di Jalur Gaza”.

    Pernyataan itu juga menekankan soal “pentingnya melanjutkan upaya yang tepat demi kepentingan mencapai persatuan antar-Palestina”.

    Trufanov, yang juga dikenal sebagai Sasha, diculik oleh militan Hamas pada 7 Oktober 2023 bersama pacarnya, Sapir Cohen, dari kibbutz Nir Oz di dekat perbatasan Jalur Gaza.

    Ayahnya terbunuh dalam serangan itu, sedangkan ibunda serta neneknya diculik namun telah dibebaskan dari Jalur Gaza pada November 2023 lalu. Keluarga Trufanov bermigrasi dari Rusia ke Israel pada akhir tahun 1990-an.

    Jihad Islam, kelompok militan sekutu Hamas, merilis video yang menunjukkan Trufanov pada November 2024 lalu. Tidak diketahui secara jelas kapan video itu direkam dan bagaimana kondisi Trufanov saat ini.

    Sementara Herkin bermigrasi dari Ukraina ke Israel bersama ibundanya dan diculik saat menghadiri festival musik rave Supernova ketika serangan Hamas terjadi.

    Dalam pernyataan kepada kantor berita RIA Novosti, Marzuk mengatakan bahwa “Trufanov pasti akan dibebaskan dalam waktu dekat”.

    “Dia akan dibebaskan meskipun faktanya dia adalah seorang tentara, tetapi keputusan telah diambil untuk membebaskannya pada tahap pertama perjanjian. Itulah jawaban kami terhadap posisi Rusia mengenai masalah Palestina,” ucapnya.

    Sedangkan soal pembebasan Herkin, sebut Marzuk, akan dilakukan pada tahap kedua gencatan senjata, yang pembicaraannya baru akan dimulai pekan ini.

    Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam pernyataannya, mengungkapkan bahwa Bogdanov dan Marzuk juga membahas “kemajuan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, dengan penekanan pada pentingnya meningkatkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Palestina yang menderita”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Siksa Tahanan di Penjara, Warga Palestina Dikencingi hingga Disiram dengan Air Mendidih

    Israel Siksa Tahanan di Penjara, Warga Palestina Dikencingi hingga Disiram dengan Air Mendidih

    PIKIRAN RAKYAT – Kelompok aktivis yang fokus pada urusan tahanan Palestina mengatakan bahwa Israel melakukan pemukulan dan penghinaan yang kejam kepada tahanan Palestina sebelum mereka dibebaskan.

    Abdullah al-Zaghari, kepala Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mayoritas warga Palestina yang dibebaskan dari penjara yang dikelola Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata Gaza menjadi sasaran penyiksaan sistematis beberapa hari sebelum pembebasan mereka.

    Dalam beberapa laporan terbaru mereka, kelompok pemantau tersebut telah mencatat berbagai bentuk penyiksaan dan penganiayaan yang parah, termasuk membakar tahanan dengan air mendidih dan mengencingi mereka.

    Upaya Balas Dendam Israel

    Zaghari mengatakan ini adalah upaya Israel untuk membalas dendam kepada mereka, mendesak para mediator perjanjian gencatan senjata, tim Palang Merah, dan pelaku kunci lainnya untuk memastikan keselamatan dan martabat mereka yang dibebaskan sambil menekan Israel untuk berhenti menyiksa.

    “Palang Merah harus memikul tanggung jawab untuk merawat para tahanan yang dibebaskan dan martabat mereka sampai mereka tiba di tempat tinggal mereka, dengan cara yang sama seperti memastikan kedatangan para tahanan Israel yang dibebaskan dari Jalur Gaza.

    “Ada kesaksian yang mengerikan tentang para tahanan yang dipukuli dengan kejam sebelum dan setelah mereka dibebaskan dari penjara, terutama tahanan yang dibebaskan ke Jalur Gaza,” Zaghari menambahkan.

    Ia mencatat bahwa sebagian besar tahanan menderita penyakit, termasuk kudis, sebagai akibat dari kondisi buruk tempat mereka ditahan.

    “Ini bukti mentalitas pendudukan yang mencoba menghancurkan citra tahanan Palestina dan mendistorsinya di hadapan rakyatnya,” jelasnya,

    Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan juga melaporkan bahwa sebagian besar tahanan di penjara yang dikelola Israel menderita kelelahan, kurus kering, dan penurunan berat badan.

    “Ada tahanan yang pingsan dan tidak ada dokter atau perawat yang datang untuk memeriksa mereka dan memindahkan mereka ke klinik,” katanya.

    Penyiksaan di Penjara Israel

    Pada awal Agustus tahun lalu, kelompok hak asasi Israel B’Tselem menuduh otoritas Israel secara sistematis menyiksa warga Palestina di kamp-kamp penyiksaan, menjadikan mereka sasaran kekerasan berat dan serangan seksual.

    Laporannya, berjudul “Selamat Datang di Neraka”, didasarkan pada 55 kesaksian dari mantan tahanan dari Jalur Gaza, Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur, dan warga Israel. Sebagian besar tahanan ini ditahan tanpa diadili.

    Penyiksaan tercatat di fasilitas penahanan sipil dan militer di seluruh Israel, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 60 warga Palestina dalam tahanan Israel dalam waktu kurang dari 10 bulan.

    Sementara itu, penyelidikan oleh surat kabar Israel Haaretz telah mengungkapkan bahwa seperempat tahanan Palestina di penjara Israel telah terinfeksi kudis dalam beberapa bulan terakhir.

    Temuan yang terkandung dalam laporan tersebut, yang mengutip pejabat penjara, merupakan hasil petisi yang diajukan oleh organisasi hak asasi manusia. Warga Palestina yang ditahan Israel mengatakan bahwa perlakuan yang mereka terima adalah disengaja, bukan karena kelalaian.

    Physicians for Human Rights mengatakan bahwa para tahanan tidak diberi mesin cuci di dalam tahanan dan mereka tidak diberi cukup pakaian.

    Ameena Altaweel, seorang peneliti di Palestine Center for Prisoner Studies, mengatakan bahwa lembaga-lembaga hak asasi manusia Palestina terus-menerus membunyikan alarm tentang penyakit di dalam penjara.

    Altaweel mengatakan kepadatan penghuni adalah alasan utama penyebaran penyakit, selain tindakan Israel yang menurutnya sengaja digunakan untuk menimbulkan penderitaan, seperti tidak mengisolasi tahanan setelah infeksi terdeteksi dan tidak memberikan perawatan.

    Saat ini ada lebih dari 10.400 warga Palestina yang dipenjara, dengan sedikitnya 3.376 orang ditahan dalam penahanan administratif.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Trump: Saya Tak Jamin Gencatan Senjata di Gaza Akan Bertahan

    Trump: Saya Tak Jamin Gencatan Senjata di Gaza Akan Bertahan

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ‘dia tidak memiliki jaminan’ gencatan senjata di Gaza akan bertahan. Hal ini dikatakannya saat dia bersiap bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.

    “Saya tidak punya jaminan bahwa gencatan senjata akan bertahan,” ujar Trump saat ditanya wartawan ‘apakah dia memiliki keraguan akan bertahannya gencatan senjata?’ di Ruang Oval sebagaimana dilansir CNN, Selasa (4/2/2025).

    “Dan saya telah melihat orang-orang dianiaya. Saya belum pernah-tidak ada seorang pun yang pernah melihat hal seperti ini,” imbuhnya.

    Dia kembali mengatakan dia tidak menjamin ‘kedamaian’ di Gaza akan bertahan.

    “Tidak, saya tidak punya jaminan perdamaian akan bertahan,” ucap Trump lagi.

    Diketahui, Netanyahu sudah tiba di Amerika Serikat kemarin. Dia di sana untuk bertemu Trump.

    Netanyahu diperkirakan akan memulai pembicaraan soal tahap kedua gencatan senjata Gaza, selama dia mengunjungi AS dan bertemu dengan jajaran pejabat pemerintahan Donald Trump.

    Perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas — dengan melibatkan para mediator seperti Qatar, Mesir dan AS — diperkirakan akan dilanjutkan pekan ini. Namun tanggal pastinya belum ditentukan, sementara tahap pertama gencatan senjata yang berlangsung selama 42 hari akan berakhir bulan depan.

    Tahap pertama gencatan senjata Gaza fokus pada pembebasan 33 sandera Israel yang ditahan Hamas secara bertahap, yang ditukarkan dengan pembebasan sekitar 1.900 tahanan, sebagian besar warga Palestina, yang ditahan di penjara-penjara Israel.

    Tahap selanjutnya dalam gencatan senjata Gaza diperkirakan mencakup pembebasan para sandera yang tersisa di Jalur Gaza dan mendiskusikan penghentian perang yang lebih permanen.

    (zap/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Operasi Militer IDF di Tepi Barat Cuma Kedok, Israel Mau Caplok Seluruh Wilayah Palestina – Halaman all

    Operasi Militer IDF di Tepi Barat Cuma Kedok, Israel Mau Caplok Seluruh Wilayah Palestina – Halaman all

    Operasi Militer IDF di Tepi Barat Cuma Kedok, Israel Mau Caplok Seluruh Wilayah Palestina

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan pendudukan Israel (IDF) dilaporkan melanjutkan agresi militer mereka terhadap provinsi Jenin dan Tulkarm di Tepi Barat.

    Operasi militer IDF tersebut bahkan meluas pada Minggu (2/2/2025) hingga mencapai provinsi Tubas di Tepi Barat utara.

    IDF mengklaim, agresi besar-besaran ini untuk menumpas gerakan perlawanan Palestina yang terus tumbuh dan membesar.

    Namun, sejumlah indikator di lapangan menunjukkan kalau Israel tidak sekadar mau memberangus perlawanan, namun juga secara penuh menganeksasi alias mencaplok seluruh Tepi Barat. 

    Menurut banyak kesaksian dari penduduk Palestina di daerah ini, operasi militer IDF yang sedang berlangsung ini adalah yang terbesar dan paling kriminal dalam beberapa tahun terakhir di wilayah Palestina tersebut. 

    “Seorang penduduk kamp Jenin, yang hidup pada masa invasi “Tembok Pertahanan” pada 2002 lalu, membenarkan bahwa pendudukan saat ini lebih parah penduduk dan telah menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada kamp Jenin dan fasilitas kota,” tulis laporan Khaberni, dikutip Senin (3/2/2025).

    Sebagai informasi, agresi militer Israel kali ini di Tepi Barat dinamakan “Operasi Tembok Besi”.

    Tentara pendudukan Israel memulai agresinya terhadap kota Jenin pertama 13 hari yang lalu.

    Agresi IDF tersebut kemudian meluas ke kota Tulkarem dan kamp-kampnya 7 hari lalu.

    “Minggu pagi, agresi tersebut mencapai provinsi Tubas, di mana pasukan pendudukan Israel menyerbu Kamp Far’a dan kota Tamoun,” kata laporan Khaberni. 

    Segera setelah penyerbuan, tentara pendudukan mengusir banyak keluarga dari rumah mereka di Al-Far’ah dan Tamoun dan mengubahnya menjadi barak militer.

    Agresi Militer Cuma Kedok, Israel Luaskan Wilayah Pendudukan

    Terkait agresi dan tujuan pendudukan Israel dalam operasi militer ini, analis dan pakar urusan Israel, Suleiman Basharat, mengatakan kepada Quds News Network kalau indikator operasi militer pendudukan di Tepi Barat utara yang diduduki mengkonfirmasi perluasan geografisnya wilayah pendudukan secara bertahap.

    “Pihak Israel tidak menyembunyikan (membantah) hal ini baik di tingkat militer maupun dalam tataran politik. Ini dikonfirmasi setelah perluasan operasi militer itu dari Jenin ke Tulkarem dan kemudian Tubas dalam waktu kurang dari dua minggu.

    Satu di antara indikator itu juga diungkapkan Relawan kemanusiaan dalam organisasi Doctors Without Borders (Dokter Lintas Batas).

    Mereka mengungkapkan, pada Senin (3/2/2025) kalau tentara pendudukan Israel menggusur 20.000 warga Palestina di Jenin, dan 6.000 warga di Tulkarm.

    Organisasi itu mengatakan kalau ada sekitar 150 hingga 180 rumah rusak di kedua kota tersebut akibat agresi Israel yang terus berlanjut.

    Adapun Basharat menekankan kalau waktu dan lingkungan operasi menunjukkan bahwa pendudukan memiliki tujuan politik yang ditutupi dengan kedok keamanan militer.

    “Hal ini sesuai dengan visi politik Israel yang bertujuan untuk mencaplok Tepi Barat sepenuhnya, terutama karena pemerintah pendudukan melihat bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan rencana aneksasi dan mengendalikan lahan seluas-luasnya, dan kembali membentuk geografi dan demografi, serta menggambar ulang lanskapnya,” kata dia.

    AGRESI – Kendaraan militer Pasukan Pendudukan Israel (IDF) saat agresi militer di Hebron, Tepi Barat. Menjelang gencatan senjata di Jalur Gaza, pasukan Israel mengintensifkan pengamanan di semua wilayah Tepi Barat. (khaberni/tangkap layar)

    Proyek AS-Israel

    Ia menambahkan, satu di antara tujuan operasi militer IDF ini adalah untuk menghapus sistem politik Palestina dan mengubah keberadaan Palestina di Tepi Barat menjadi “pusat-pusat populasi terisolasi yang dikelilingi oleh penghalang, pos pemeriksaan militer, dan permukiman tanpa perwakilan politik Palestina.”

    Ia menjelaskan, dimulainya operasi agresif oleh IDF segera setelah berakhirnya perang genosida di Jalur Gaza mencerminkan adanya proyek politik Israel-Amerika Serikat.

    AS memang berkontribusi dalam mencapai gencatan senjata di Gaza dan melaksanakan kesepakatan pertukaran tahanan yang dianggap banyak entitas Israel sebagai sebuah kesalahan.

    Pertukaran sandera dan tahanan dalam konteks gencatan senjata ini dianggap Hamas jua sebagai klaim kemenangan perlawanan Palestina atas agresi militer Israel di Gaza.

    Namun, sebagai gantinya dari ‘kekalahan’ Israel di Jalur Gaza tersebut, AS dia nilai memberikan keleluasaan bagi pendudukan Israel untuk menguasai Tepi Barat.

    Basharat menegaskan, operasi militer dan intensifikasi agresi terhadap kamp-kamp Palestina bersamaan dengan penghentian kerja Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) oleh Israel.

    “Ini mencerminkan tujuan Israel untuk menghilangkan pihak-pihak yang lantang menyuarakan masalah pengungsi Palestina dan memberi lebih banyak tekanan pada mereka,” kata dia.

    Ia menekankan bahwa aturan militer Israel kini resmi berlaku di Tepi Barat, melalui pos-pos pemeriksaan dan pemisahan provinsi-provinsi Palestina.

    Israel juga mengendalikan semua aspek kehidupan dan menghancurkan infrastruktur, dalam rangka menggambar ulang peta populasi dan distribusi geografis. di Tepi Barat dan menghapus identitas yang dimiliki oleh provinsi-provinsi tersebut.

    Terkait serangan para pemukim Yahudi Israel yang menyertai agresi militer IDF, Basharat mengatakan bahwa tidak mungkin memisahkan praktik kekerasan oleh para pemukim dan tentara IDF. 

    “Sumber dari praktik-praktik ini adalah bersifat kelembagaan yang menjadi dasar pendudukan Israel, sementara peran antara tentara pendudukan Israel dan milisi pemukim diintegrasikan untuk mencapai tujuan aneksasi dan kontrol atas Tepi Barat,” katanya.

    PENGEBOMAN JENIN – Asap hitam membumbung setelah pesawat pendudukan Israel mengebom sejumlah bangunan di Jenin, Tepi Barat, Minggu (2/2/2025). Israel dilaporkan memperluas agresi militer mereka di Tepi Barat yang mengindikasikan perluasan daerah aneksasi dari wilayah Palestina.

    Unjuk Kekuatan Seusai Kalah di Gaza

    Di sisi lain, peneliti dan penulis, Sari Arabi mengatakan kalau IDF berusaha menampilkan kekuatannya di Tepi Barat setelah cenderung tidak berhasil menuntaskan target dalam perang Gaza.

    “Negara pendudukan berusaha menunjukkan dirinya sebagai negara yang kuat dan proaktif secara militer di hadapan dunia, di hadapan pemerintahan Amerika, dan di hadapan pemukim, dengan menjadikan agresi di Tepi Barat utara sebagai bagian integral dari perang pemusnahan di Jalur Gaza, dengan menunjukkan kekuatannya,” kata dia dilansir Khaberni.

    Dia menunjukkan, ada kesepahaman dalam koalisi pemerintah Israel mengenai penghentian perang pemusnahan di Jalur Gaza, yang dipenuhi dengan operasi skala besar di Tepi Barat.

    “Terkait kesepemahaman itu, Dinas Keamanan Umum Israel “Shabak” menyetujui perlunya meluncurkan operasi militer di Tepi Barat utara, dan Kepala Staf IDF menyetujuinya, dengan cara yang mencerminkan koordinasi antara tingkat keamanan dan militer pendudukan,” kata analis tersebut.

    Terkait dimensi operasi, Arabi mengatakan ada beberapa tujuan dimensi politik, militer, dan keamanan, antara lain memperketat kontrol militer di Tepi Barat, mencapai aneksasi, menyita lahan seluas-luasnya untuk perluasan pemukiman, serta mengakhiri dan membubarkan perlawanan di wilayah Tepi Barat.

    Pencaplokan yang Butuh Restu AS

    Dalam wawancara lain, analis politik Mohammed Al-Qiq mengatakan bahwa apa yang terjadi di Tepi Barat adalah proses aneksasi resmi yang memerlukan persetujuan resmi dari pemerintah AS setelah pertemuan antara Perdana Menteri pendudukan Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump.

    “Jika persetujuan ini tercapai, agresi pendudukan akan meluas. Agresi ini meluas hingga mencakup seluruh wilayah Tepi Barat, termasuk kota Yerusalem yang diduduki,” kata dia.

    Al-Qiq menjelaskan kalau tentara pendudukan Israel berusaha untuk mengembalikan citra setelah kekalahan telak yang dideritanya di Jalur Gaza di tangan perlawanan Palestina.

    Kejahatan yang Sedang Berlangsung

    Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan tewasnya Walid Muhammad Ali Lahlouh, 73 tahun, pada Minggu, oleh peluru pasukan pendudukan di kamp Jenin.

    Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan dalam pernyataan singkat bahwa krunya mengangkut seorang martir dari pintu masuk kamp Jenin, dan ia dipindahkan ke rumah sakit.

    Hal ini bertepatan dengan berlanjutnya agresi Israel terhadap kota dan kamp Jenin sejak 21 Januari yang mengakibatkan tewasnya 25 warga Palestina, puluhan orang luka-luka, selain itu juga mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada jalan, infrastruktur dan rumah, serta ratusan orang mengungsi. keluarga.

    Kampanye pembunuhan yang dilancarkan tentara Israel di Tepi Barat meningkat.

    Sebanyak 7 warga Palestina tewas dalam hitungan jam di Jenin dan Tulkarm, sementara pejuang perlawanan bentrok dengan pasukan penyerang di beberapa garis depan.

    Pada Sabtu, pesawat tak berawak pendudukan melancarkan dua serangan terhadap kota Jenin, sebelah utara Tepi Barat, yang mengakibatkan tewasnya 4 warga Palestina.

    Serangan pertama menargetkan sebuah sepeda motor, menewaskan seorang warga Palestina, dan serangan lainnya menewaskan sekelompok pemuda di wilayah timur kota, menewaskan 3 warga Palestina – termasuk seorang anak – dan seorang perawat, serta melukai beberapa orang lainnya.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Menhan Israel Ancam Zakaria Zubeidi: Satu Kesalahan, Anda akan Kumpul Lagi dengan Teman Lama – Halaman all

    Menhan Israel Ancam Zakaria Zubeidi: Satu Kesalahan, Anda akan Kumpul Lagi dengan Teman Lama – Halaman all

    Menhan Israel Ancam Zakaria Zubeidi: Satu Kesalahan, Anda akan Kumpul Lagi dengan Teman Lama

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan (Menhan) Pendudukan Israel, Israel Katz, mengomentari pembebasan tahanan Zakaria Zubeidi, dengan menulis di X, Minggu (2/2/2025):

    “Zakaria Zubeidi, Anda dibebaskan berdasarkan kesepakatan pembebasan sandera Israel.”

    Ia lalu memperingatkan, “Satu kesalahan, dan Anda akan bertemu kembali dengan teman-teman lama.”

    Israel Katz jelas menjadi satu di antara banyak orang Israel yang cemas atas pembebasan Zakaria Zubeidi hingga harus memberikan ancaman langsung terhadap yang bersangkutan.

    Meski mendekam di penjara Israel, perjuangan Zubeidi nyatanya mengilhami banyak warga Palestina di Tepi Barat, khususnya Jenin, untuk melawan pendudukan Israel. 

    “Di Ramallah, Tepi Barat, kerumunan besar berkumpul untuk merayakan kembalinya Zubeidi, bergabung dalam kegembiraan yang meluas menyusul pembebasan 110 tahanan pada tahap ketiga kesepakatan pertukaran,” tulis laporan RNTV, dikutip Selasa (3/2/2025).

    Saat tiba, kata-kata pertama Zubeidi adalah: “Semoga Tuhan mengasihani para martir kami, menyembuhkan yang terluka di Gaza, dan mengembalikan penduduknya dengan selamat ke rumah mereka. Semoga Dia mengasihani kamp Jenin dan penduduknya.”

    Ia melanjutkan, “Apa yang Anda saksikan hari ini adalah sebuah pernyataan kepercayaan publik terhadap perlawanan. Terima kasih kepada semua orang yang mendukung rakyat Palestina dalam krisis ini.”

     Zubeidi mengakhiri dengan pesan yang menantang: “Naga itu milik daratan, dan pemburu harus pergi.”

    Saatnya Pendudukan Israel Diakhiri

    Zakaria Al-Zubaidi, mengatakan bahwa sudah saatnya pendudukan Israel di Tepi Barat diakhiri agar warga Palestina dapat memiliki negara mereka sendiri.

    Al-Zubaidi adalah seorang komandan Brigade Syuhada Al-Aqsa, yang merupakan sayap militer dari gerakan Fatah.

    Mengutip The New Arab, Al-Zubaidi dipandang sebagai ikon perjuangan Palestina, yang telah menghabiskan bertahun-tahun hidupnya keluar masuk penjara Israel.

    Al-Zubaidi juga menyerukan agar semua tahanan Palestina yang tersisa segera dibebaskan.

    Al-Zubaidi termasuk di antara 110 tahanan yang dibebaskan pada Kamis (30/1/2025) sebagai pertukaran dengan dua tahanan Israel dan lima tahanan Thailand yang ditahan oleh Hamas di Gaza.

    Gencatan senjata mulai berlaku di Gaza sejak 19 Januari setelah 15 bulan serangan Israel yang menewaskan lebih dari 47.000 orang.

    Berbicara kepada wartawan dan pendukung yang datang untuk menyambutnya di kota Al-Bireh, Tepi Barat yang diduduki, pada Jumat (31/1/2025), Al-Zubaidi mengatakan bahwa ia dipenjara demi rakyat Palestina.

    Namun, ia menegaskan bahwa kebebasannya tidak lengkap jika Palestina belum mendapatkan kemerdekaannya.

    Setelah banyak pengorbanan, sudah saatnya mendirikan negara Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, tambahnya.

    “Jika tidak ada persatuan nasional, kita tidak akan pernah memperoleh kebebasan,” kata anggota Fatah tersebut.

    Fatah, yang memimpin Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat, merupakan pesaing lama Hamas yang menguasai Gaza.

    Kondisi Menyedihkan di Penjara Israel

    Al-Zubaidi, yang kehilangan ibu, saudara laki-laki, dan putranya dalam serangan Israel, adalah salah satu dari lima tahanan Palestina yang berhasil melarikan diri dari penjara Gilboa pada September 2021.

    Namun, mereka ditangkap kembali beberapa hari kemudian.

    Ketika ditanya oleh situs saudara The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, tentang pengalamannya di penjara, Al-Zubaidi tidak banyak bercerita.

    Ia hanya mengatakan bahwa kondisi di sana sangat buruk, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    “Pendudukan Israel membalas dendam kepada seluruh rakyat Palestina,” katanya.

    “Kami memohon kepada Tuhan agar bermurah hati kepada rakyat kami di Jalur Gaza, mengembalikan mereka dengan selamat ke rumah mereka, dan agar mengasihani kamp Jenin serta Tepi Barat, karena seluruh rakyat Palestina sedang diserang.”

    Israel telah melakukan operasi militer brutal di kamp Jenin sejak bulan lalu, yang telah menewaskan dan melukai puluhan warga Palestina.

    Kamp Jenin, tempat Al-Zubaidi dilahirkan, telah lama menjadi sasaran serangan tentara Israel.

    Meskipun tidak banyak berbicara tentang pengalamannya sendiri, Al-Zubaidi berbicara secara umum tentang kondisi tahanan Palestina.

    Ia menyatakan bahwa para tahanan menjadi sasaran perlakuan brutal oleh penjaga penjara.

    “Situasinya sangat, sangat buruk, dan kami berharap semua pihak yang peduli dengan isu-isu kebebasan dan kemanusiaan akan memperhatikan tahanan kami, karena situasinya sangat sulit dalam segala aspek,” katanya.

    “Jatah makanan yang sedikit, kondisi sel yang buruk, tidak ada akses membaca, tidak ada komunikasi, tidak ada televisi, dan tidak ada berita.”

    “Mereka benar-benar diisolasi dari dunia luar.”

    Pesan untuk Komunitas Internasional

    Al-Zubaidi kemudian menyampaikan pesan kepada masyarakat internasional.

    “Dunia yang memberi pendudukan ini hak atas tanah saya harus memberi saya kebebasan.”

    “Hidup saya tanpa kebebasan tidak ada artinya, dan mereka yang merampas kebebasan saya serta anak-anak saya harus mengembalikannya,” katanya, terutama menyebut Inggris, Prancis, dan AS sebagai sekutu Israel.

    “Mereka harus memikirkan kesalahan mereka, dan memperbaiki kesalahan yang telah mereka lakukan terhadap saya dan anak-anak saya.”

    Meskipun secara terbuka mendukung solusi dua negara, ketiga negara tersebut memberikan dukungan kepada Israel, baik secara diplomatik maupun melalui bantuan militer, khususnya AS.

    Pemerintah garis keras Israel saat ini sepenuhnya menolak status negara Palestina.

    Israel terus memperluas permukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dua wilayah yang diharapkan banyak warga Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka, serta Jalur Gaza yang telah hancur akibat perang.

    Arab Saudi, yang selama bertahun-tahun didesak oleh AS untuk ikut serta dalam kesepakatan normalisasi dengan Israel, menyatakan hanya akan menyetujui kesepakatan tersebut setelah Palestina diberikan status kenegaraan.

     

    (oln/rntv/tribunnews/*)

  • Klaim Kemenangan atas Hamas, Netanyahu Temui Trump di AS Bahas Tahap Kedua Gencatan Senjata Gaza – Halaman all

    Klaim Kemenangan atas Hamas, Netanyahu Temui Trump di AS Bahas Tahap Kedua Gencatan Senjata Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di Amerika Serikat (AS) untuk menemui Presiden AS Donald Trump.

    Perjalanan ini dilakukan Benjamin Netanyahu untuk memulai pembicaraan mengenai gencatan senjata tahap kedua dengan Hamas.

    Pada Minggu (2/2/2025), sebelum menaiki pesawatnya di Tel Aviv, Netanyahu mengatakan bahwa ia akan membahas “kemenangan atas Hamas”, melawan Iran, dan membebaskan semua tawanan ketika ia bertemu dengan Donald Trump pada Selasa (4/2/2025).

    Ini akan menjadi pertemuan pertama Donald Trump dengan pemimpin asing sejak kembali ke Gedung Putih dua minggu lalu, sebuah prioritas yang digambarkan Netanyahu sebagai “berarti”.

    “Saya pikir ini adalah bukti kekuatan aliansi Israel-Amerika,” kata Netanyahu kepada wartawan, Minggu, dilansir Al Jazeera.

    Netanyahu mengatakan keputusan Israel di masa perang telah mengubah Timur Tengah dan bahwa dengan dukungan Trump, hal ini dapat berjalan lebih jauh lagi.

    “Saya yakin bahwa dengan bekerja sama erat dengan Presiden Trump, kita dapat mengubahnya lebih jauh lagi dan menjadi lebih baik,” jelasnya.

    Diberitakan AP News, pertemuan tersebut terjadi saat mediator AS dan Arab memulai pekerjaan berat untuk menengahi tahap berikutnya dari perjanjian gencatan senjata guna mengakhiri perang selama 15 bulan di Gaza.

    Hamas, yang telah menegaskan kembali kendali atas Gaza sejak gencatan senjata dimulai bulan lalu, mengatakan pihaknya tidak akan membebaskan sandera pada tahap kedua tanpa berakhirnya perang dan penarikan penuh pasukan Israel.

    Netanyahu mendapat tekanan yang meningkat dari mitra pemerintahan sayap kanan untuk melanjutkan perang setelah fase pertama berakhir pada awal Maret.

    Ia mengatakan Israel berkomitmen untuk meraih kemenangan atas Hamas dan memulangkan semua sandera yang ditangkap dalam serangan militan pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang.

    Sementara itu, tidak jelas di mana posisi Trump.

    Trump merupakan pendukung setia Israel, tetapi juga berjanji untuk mengakhiri perang di Timur Tengah dan mengaku berjasa membantu menjadi penengah perjanjian gencatan senjata.

    Kesepakatan tersebut telah menghasilkan pembebasan 18 sandera serta ratusan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.

    Serangan udara Israel terhadap sebuah kendaraan di Gaza tengah melukai lima orang pada hari Minggu, termasuk seorang anak yang berada dalam kondisi kritis, menurut Rumah Sakit Al-Awda.

    Militer Israel mengatakan bahwa mereka menembaki kendaraan tersebut karena kendaraan tersebut melewati pos pemeriksaan saat menuju utara yang melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Lebih banyak pengungsi medis akan meninggalkan Jalur Gaza, sementara pembicaraan untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan segera dimulai.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memulai diskusi mengenai gencatan senjata tahap kedua saat ia mengunjungi Washington, DC untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat AS dan Presiden Donald Trump.

    Iran mengecam usulan Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza, dan memperingatkan bahwa hal itu akan menjadi “pembersihan etnis”.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.498 warga Palestina dan melukai 111.592 orang sejak 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan.

    Kantor Media Pemerintah Gaza telah memberikan jumlah korban tewas sebanyak 61.709 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang kini diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Perang Jadi Senjata Makan Tuan, Ekonomi Israel Babak Belur

    Perang Jadi Senjata Makan Tuan, Ekonomi Israel Babak Belur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perekonomian Israel dilaporkan semakin terpuruk pasca melakukan serangan ke Jalur Gaza pada Oktober 2023, yang kemudian meluas ke Lebanon. Situasi ini terlihat dalam laporan Arab Center Washington DC.

    Laporan tersebut, seperti dikutip Senin (3/2/2025), mengatakan Israel memasuki perang dengan situasi ekonomi yang tidak stabil akibat keretakan politik dalam masyarakat Israel tahun lalu. Ini juga didukung oleh kemerosotan ekonomi global, dan harga, inflasi, dan suku bunga yang tinggi.

    Biaya dan kerugian ekonomi dan finansial akibat perang terdiri dari biaya langsung operasi militer serta kerugian tidak langsung yang berlangsung dalam jangka menengah dan panjang. Salah satu biaya paling langsung dari perang di Gaza adalah penarikan sekitar 300.000 tentara cadangan pada awal perang.

    “Hal ini berarti pemerintah Israel akan menanggung biaya wajib militer, dan ekonomi Israel akan menanggung biaya produksi karena ketidakhadiran mereka dalam angkatan kerja,” demikian keterangan laporan tersebut.

    Menurut Kementerian Keuangan Israel, biaya langsung ke kas negara untuk satu hari bagi 100.000 prajurit cadangan adalah sekitar 70 juta shekel dalam bentuk gaji.

    Angka ini belum final; ada biaya tambahan yang terkait dengan tempat tinggal dan makanan prajurit-prajurit ini, sehingga angkanya mendekati 100 juta shekel per hari. Ada juga biaya tidak langsung yang tercermin dalam hilangnya hasil produksi, yang juga diperkirakan sebesar 100 juta shekel per hari.

    Melihat data di atas, perkiraan total biaya langsung adalah sekitar 200 juta shekel atau Rp 1,1 miliar per hari. Menurut Kementerian Keuangan, biaya setiap hari dalam perang, dalam bentuk peralatan, amunisi, dan prajurit cadangan, adalah satu miliar shekel.

    “Bank Israel dan Kementerian Keuangan memperkirakan biaya finansial perang di Gaza, hingga Mei 2024, mencapai 250 miliar shekel, yang mencakup biaya militer dan kerugian finansial langsung dan tidak langsung akibat perang. Ada juga perkiraan bahwa biaya perang setelah meluas ke Lebanon mencapai 300 miliar shekel,” kata laporan tersebut.

    Selain biaya langsung perang, Israel juga mengalami lonjakan anggaran pertahanan.

    Anggaran Kementerian Pertahanan tahun 2023 sebelum pecahnya perang berjumlah sekitar 60 miliar shekel. Untuk tahun 2024, jumlahnya sekitar 99 miliar shekel, setelah memperhitungkan peningkatan.

    “Pemerintah diharapkan mengalokasikan tambahan 20-30 miliar shekel setiap tahunnya untuk anggaran keamanan di tahun-tahun mendatang, dan anggaran kementerian untuk tahun 2025 diharapkan sekitar 118 miliar shekel, hampir dua kali lipat anggaran tahun 2023,” ungkap laporan tersebut.

    Menurut laporan itu, salah satu dampak negatif paling signifikan dari perang di Gaza adalah penurunan pertumbuhan ekonomi Israel. Sejak awal perang, dan khususnya dalam dua bulan pertama, telah terjadi penurunan konsumsi, produksi, dan investasi, serta gangguan total terhadap ekonomi di wilayah selatan dan, sebagian, di wilayah utara negara tersebut.

    Menurut data terbaru dari Biro Statistik Pusat, terjadi penurunan PDB Israel sebesar 1,4% pada kuartal kedua tahun 2024 dibandingkan dengan tahun 2023. Sedangkan untuk PDB bisnis, terjadi penurunan serius sebesar 4,8% pada kuartal kedua tahun 2024, yang berarti ekonomi memasuki resesi.

    Sementara volume ekspor juga menurun sebesar 8,1%, impor barang dan jasa turun sebesar 9,8%, dan investasi real estat melambat sebesar 16,9%.

    (luc/luc)

  • Buntut Larangan Israel, UNRWA Terus Beroperasi di Tepi Barat, tapi Situasinya Sangat Tidak Pasti – Halaman all

    Buntut Larangan Israel, UNRWA Terus Beroperasi di Tepi Barat, tapi Situasinya Sangat Tidak Pasti – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Klinik dan sekolah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) terus beroperasi di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, tetapi situasinya masih ‘sangat tidak pasti’.

    Hal ini karena dua Undang-undang Israel yang secara efektif melarang UNRWA.

    “Undang-undang pertama melarang operasi UNRWA di wilayah yang dianggap Israel sebagai wilayah kedaulatannya – di sini kita berbicara tentang Yerusalem Timur yang tentu saja di mata hukum internasional, Mahkamah Internasional, dan sebagainya sebenarnya adalah wilayah pendudukan,” kata Juru bicara UNRWA, Jonathan Fowler kepada Al Jazeera, Senin (3/2/2025).

    Fowler menambahkan, Undang-undang kedua melarang semua kontak antara pejabat Israel dan UNRWA.

    “Hal ini menimbulkan potensi masalah yang sangat besar,” tambahnya.

    Ia lantas menyebutkan pembongkaran blok perumahan di Jenin oleh tentara Israel sebagai contoh.

    “Biasanya, kami akan tahu bahwa operasi militer akan datang dan kami akan dapat memastikan bahwa anak-anak sekolah aman, tetapi kami tidak memiliki kemungkinan untuk berkoordinasi.”

    “Kami tidak diberitahu sebelumnya, jadi selalu ada risiko bagi penduduk dan populasi yang kami layani – baik itu pasien maupun anak sekolah,” papar Fowler.

    Di Yerusalem Timur, UNRWA menyediakan perawatan kesehatan untuk 70.000 orang yang termasuk anggota masyarakat paling rentan.

    “Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki alternatif layanan kesehatan yang terjangkau,” imbuhnya.

    Israel Dituduh Lakukan ‘Pembersihan Etnis’ di Tepi Barat

    Sementara itu, kantor presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Senin mengecam operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Tepi Barat yang diduduki sebagai “pembersihan etnis” dan mendesak Amerika Serikat untuk campur tangan.

    Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Nabil Abu Rudeineh mengatakan kepresidenan “mengecam perluasan perang menyeluruh oleh otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis.”

    Dilansir Arab News, militer Israel meledakkan beberapa bangunan di Tepi Barat yang diduduki pada Minggu (2/2/2025) dalam serangkaian ledakan simultan yang menurut kantor berita negara Palestina telah meratakan sekitar 20 bangunan di kamp pengungsi Jenin.

    Awan tebal terlihat naik dari kota Palestina tempat pasukan Israel telah melakukan operasi besar-besaran selama hampir dua minggu yang menurut militer Israel ditujukan pada militan lokal, termasuk menyita persediaan senjata.

    Ketika ditanya tentang pembongkaran bangunan di Jenin secara serentak, seorang juru bicara militer mengatakan “beberapa bangunan yang digunakan sebagai infrastruktur teroris” telah dibongkar.

    “Keterangan lebih rinci akan dirilis kemudian,” kata orang tersebut.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Lebih banyak pengungsi medis akan meninggalkan Jalur Gaza, sementara pembicaraan untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan segera dimulai.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memulai diskusi mengenai gencatan senjata tahap kedua saat ia mengunjungi Washington, DC untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat AS dan Presiden Donald Trump.

    Iran mengecam usulan Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza, dan memperingatkan bahwa hal itu akan menjadi “pembersihan etnis”.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.498 warga Palestina dan melukai 111.592 orang sejak 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan.

    Kantor Media Pemerintah Gaza telah memberikan jumlah korban tewas sebanyak 61.709 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang kini diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Pemukim Israel Bakar Masjid, IDF Ledakkan 20 Rumah di Tepi Barat, Gemuruh Terdengar di Seluruh Jenin – Halaman all

    Pemukim Israel Bakar Masjid, IDF Ledakkan 20 Rumah di Tepi Barat, Gemuruh Terdengar di Seluruh Jenin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pemukim Israel dilaporkan membakar dan menghancurkan sebuah masjid di barat laut Kota Jericho, Tepi Barat, hari Minggu, (2/2/2025).

    Mereka sebelumnya menumpahkan cairan yang mudah terbakar di dalam masjid yang digunakan masyarakat di Al Mleihat untuk beribadah itu.

    “Masjid itu terbakar sepenuhnya,” kata Hassan Mleihat, seorang pejabat Organisasi Pembelaan Hak Bedouin, kepada kantor berita Wafa.

    Mleihat juga menyebut para pemukim itu juga berupaya membakar sebuah traktor.

    Tidak ada laporan korban jiwa. Namun, ada keprihatinan mengenai keselamatan warga Palestina di sana.

    Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga dilaporkan terus melancarkan serangan di Tepi Barat. Wafa menyebut militer Israel menghancurkan 20 rumah di kamp pengungsian Jenin pada hari yang sama.

    “Ledakan terdengar di seluruh Kota Jenin dan sebagian kota-kota tetangga,” kata kantor berita itu.

    Israel mulai melancarkan operasi militer besar ke Jenin tanggal 21 Januari lalu atau setelah gencatan senjata Hamas-Israel di Jalur Gaza disepakati.

    Negara Zionis itu mengklaim operasi itu adalah bagian dari “operasi mencegah terorisme” di Tepi Barat.

    Dikutip dari Press TV, pasukan Israel juga dikerahkan di Kota Tubas dan Tamun yang berada di tenggara Jenin.

    Saksi mata mengatakan militer Israel menghalangi pintu keluar dari kamp pengungsian Faraa. Drone atau pesawat tanpa awak juga terlihat di langit.

    Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pasukan Israel membunuh dua orang dalam dua peristiwa berbeda di Tepi Barat pada hari Minggu.

    Salah satu korban tewas adalah seorang lansia berusia 73 tahun. Dia ditembak di kamp pengungsian Jenin.

    Korban lainnya adalah seorang warga Palestina berusia 27 tahun. Dia dibunuh di kamp Al Aroub di Tepi Barat bagian selatan.

    “Jenin kini jadi Gaza”

    Serangan-serangan Israel di Jenin membuat para pengungsi Palestina menyamakan Jenin dengan Jalur Gaza.

    Banyak warga Palestina di kamp pengungsian Jenin diusir Israel. Bahkan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan menembaki siapa pun yang bergerak.

    Data Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan sudah ada 12 orang yang tewas dan 40 lainnya terluka sejak serangan Israel pada 21 Januari lalu.

    Menurut Palestine Chronicle, IDF dalam mengusir warga Palestina di Jenin menggunakan cara yang mirip dengan cara di Gaza.

    “Israel tidak meminta mereka meninggalkan rumah mereka, tetapi mengancam mereka dengan kekerasan jika mereka tetap tinggal di sana,” kata media itu.

    Israel menyebut akan menghancurkan kamp pengungsian. Di samping itu, Israel memutus semua persediaan penting agar pengungsi Palestina terpaksa pergi.

    Saksi mata mengatakan tentara Israel melemparkan granat ke arah warga sipil di rumah-rumah meski di dalamnya tidak ada pria bersenjata.

    Seorang pengungsi, Ahmed Al Hawashin, dan anggota keluarganya yang berjumlah sembilan orang di kamp pengungsian setelah diancam tentara Israel.

    Ahmed dan keluarganya mengemasi barang-barang penting dan meninggalkan rumah. Mereka berjalan di sepanjang koridor yang dibuat oleh tentara Israel.

    “Kami meninggalkan area itu untuk pergi ke bundaran Al Awda, dan ada tentara yang membagi kami menjadi kelompok-kelompok yang terdiri atas lima orang.”

    “Lalu, mereka menggeledah kami dan memeriksa kami dengan kamera otomatis yang berada beberapa meter jauhnya, sementara drone terbang di atas kami sepanjang waktu,” kata Ahmed kepada Palestine Chronicle.

    Dia mengatakan setiap orang yang dicurigai tentara Israel akan ditangkap, ditelanjangi, diikat, dan ditutup matanya. Selain itu, dia mengatakan Jenin kini menjadi seperti Gaza.

    “Kami berjalan kaki sepanjang lebih dari satu kilometer, di antara kami ada wanita, anak-anak, dan lansia.”

    “Itu pemandangan yang kejam, dan kami merasa seperti di Gaza. Lalu, kami berpencar ke rumah-rumah kerabat dan kawan di luar kamp pengungsian.”

    (*)

  • Israel Melarang Pengiriman Barang Penting ke Gaza Hampir Dua Minggu Setelah Gencatan Senjata – Halaman all

    Israel Melarang Pengiriman Barang Penting ke Gaza Hampir Dua Minggu Setelah Gencatan Senjata – Halaman all

    Israel Melarang Pengiriman Barang Penting ke Gaza Hampir Dua Minggu Setelah Gencatan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM- Jumlah bantuan dan peralatan penting yang masuk ke Gaza sejak perjanjian gencatan senjata dicapai awal bulan ini belum cukup untuk mengatasi masalah kemanusiaan yang mengerikan. 

    Sumber yang dikutip Al Jazeera pada 31 Januari mengatakan bahwa “jumlah truk yang memasuki Jalur Gaza sejak dimulainya gencatan senjata hingga hari ke -11 hanya mencapai 7.926.”

    Larangan Tel Aviv terhadap badan pengungsi PBB sangat menghambat upaya bantuan di Gaza, dan para pejabat mengatakan hal itu dapat membahayakan kesepakatan gencatan senjata

    “Jumlah truk tenda yang memasuki Jalur Gaza jauh lebih sedikit dari yang dibutuhkan dan tidak melebihi 208. Tidak ada rumah mobil sementara yang dibawa ke wilayah utara atau selatan jalur tersebut. Sekitar dua pertiga truk yang memasuki Jalur Gaza membawa pasokan makanan. Sekitar 197 truk bahan bakar telah memasuki Jalur Gaza, tetapi baik pertahanan sipil, maupun kotamadya, maupun perusahaan listrik tidak dapat memanfaatkannya,” sumber tersebut menambahkan. 

    Mereka melanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak ada bahan rekonstruksi, mesin, atau peralatan yang diperlukan untuk membersihkan puing-puing dan mencari mayat yang telah dikirim. Ribuan mayat masih terperangkap di bawah bangunan dan rumah yang hancur akibat serangan udara Israel. 

    “Tidak ada pasokan energi surya yang didatangkan meskipun sangat dibutuhkan. Tidak cukup peralatan dan perlengkapan medis yang didatangkan ke rumah sakit di Jalur Gaza,” kata mereka. 

    Lebih dari 75 persen sumur di Gaza utara telah rusak, menyebabkan krisis air yang parah. Sumber tersebut menambahkan bahwa tidak ada dana yang ditransfer ke bank-bank di wilayah itu meskipun terjadi kekurangan dana yang kritis.

    Pertahanan Sipil Gaza mengumumkan pada hari Jumat bahwa 85 persen fasilitas dan peralatannya hancur akibat perang Israel, dan meminta mediator gencatan senjata untuk menekan Israel agar mengizinkan masuknya pasokan ke daerah kantong tersebut. 
    “Sejak dimulainya gencatan senjata, kami telah menerima tidak kurang dari 2.750 panggilan dan laporan langsung dari keluarga para martir, yang meminta tanggapan untuk mengambil jenazah dan sisa-sisa putra mereka.” 

    Larangan Israel terhadap Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mulai berlaku pada tanggal 30 Januari. 

    Larangan ini diberlakukan setelah berbulan-bulan kampanye kotor dan legislasi Israel terhadap badan PBB tersebut, yang dituduh Tel Aviv memiliki hubungan dengan Hamas dan terlibat dalam Operasi Banjir Al-Aqsa. 

    Akibatnya, badan tersebut dilaporkan bersiap untuk menutup operasinya di Gaza. 

    “Jika UNRWA tidak diizinkan untuk terus membawa dan mendistribusikan pasokan, maka nasib gencatan senjata yang sangat rapuh ini akan terancam dan akan berada dalam bahaya,” kata Juliette Touma, direktur komunikasi UNRWA, pada hari Jumat.

    Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, minimal 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari.

    Beberapa LSM baru-baru ini memperingatkan bahwa Israel terus gagal dalam meningkatkan akses Gaza terhadap bantuan kemanusiaan – meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional (ICJ). 

     

    SUMBER: THE CRADLE