Negara: Jalur Gaza

  • Israel: Kelaparan Gaza Cuma Propaganda, 3 Sandera yang Dibebaskan Hamas Kurus Bak Korban Nazi – Halaman all

    Israel: Kelaparan Gaza Cuma Propaganda, 3 Sandera yang Dibebaskan Hamas Kurus Bak Korban Nazi – Halaman all

    Tuduh Kelaparan Gaza Cuma Propaganda, Israel Sebut 3 Sandera yang Dibebaskan Hamas Kurus Bak Korban Nazi

    TRIBUNNEWS.COM – Seolah menutup mata terhadap kondisi mengenaskan puluhan warga Gaza yang kelaparan, Israel memberi perhatian pada kondisi 3 sandera warga mereka yang baru dibebaskan Hamas pada Sabtu (8/2/2025).

    Tanpa melihat kondisi warga Gaza yang jauh lebih menderita, Israel menyatakan kalau tiga sandera mereka berada dalam kondisi kurus kering.

    “Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memerintahkan “tindakan yang tepat” untuk diambil bagi tiga sandera yang dalam kondisi kekurangan gizi parah,” tulis laporan media Israel, The Jerusalem Post, Sabtu.

    Diketahui, Pemimpin Israel tersebut saat ini sedang mengunjungi para pejabat Amerika Serikat (AS) di Washington, DC pada saat ketiga sandera Israel tersebut dibebaskan Hamas.

    Ketiga sandera tersebut, Or Levy, Eli Sharabi, dan Ohad Ben Ami dilaporkan media Israel telah kehilangan sekitar 30 persen dari berat badan keseluruhan mereka, menurut pemeriksaan medis awal yang dilaporkan ke Tel Aviv Sourasky Medical Center dan Sheba Medical Center, yang akan merawat mereka.

    Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Israel, Forum Sandera dan Keluarga Hilang, bahkan membandingkan gambar-gambar dari pembebasan hari Sabtu dengan gambar-gambar di kamp-kamp kematian Nazi, Jerman pada masa lampau.

    PEMBEBASAN SANDERA – Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic yang diambil pada Sabtu (8/2/2025), menunjukkan sandera Israel yang dibebaskan Hamas. Sebagai ganti 3 sandera, Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)

    LSM Israel itu menyatakan, “Gambar-gambar mengerikan dari Ohad, Eli, dan Or mengungkap korban yang sangat menyedihkan dari 491 hari penahanan Hamas. Mereka adalah orang-orang yang telah menanggung neraka itu sendiri. Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.”

    “Gambar-gambar yang mengganggu ini menunjukkan kepada seluruh dunia kenyataan menyedihkan yang dihadapi setiap sandera yang masih ditahan di Gaza. Gambar-gambar ini mengingatkan kita pada gambar-gambar mengerikan dari pembebasan kamp-kamp pada tahun 1945, babak tergelap dalam sejarah kita (Israel),”

    Forum tersebut menyerukan “tahap kedua dari kesepakatan penyanderaan harus segera dilaksanakan.”

    Presiden Israel, Isaac Herzog mengatakan penurunan berat badan yang drastis dan kondisi serius yang dialami para sandera yang dibebaskan merupakan “kejahatan terhadap kemanusiaan” dalam sebuah unggahan di X/Twitter pada Sabtu.

    “Seluruh dunia harus melihat langsung ke Ohad, Or, dan Eli—yang kembali setelah 491 hari di neraka, kelaparan, kurus kering—dieksploitasi dalam tontonan sinis dan kejam oleh para pembunuh keji,” lanjutnya.

    “Kita terhibur dengan kenyataan bahwa mereka dikembalikan hidup-hidup ke pelukan orang-orang yang mereka cintai.”

    Presiden Israel menekankan pentingnya menyelesaikan kesepakatan penyanderaan, dengan mengatakan bahwa hal itu merupakan “tugas kemanusiaan, moral, dan Yahudi.”

    Selain kelaparan, jutaan warga Gaza dibayangi ancaman risiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba. Karena hujan yang membasahi tenda pengungsian Palestina akan menyebabkan penumpukan banjir limbah di area rendah. (Al Jazeera)

    Tuding Kondisi Kelaparan Warga Gaza Cuma Propaganda

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar menekankan kepada rekan-rekan internasionalnya di seluruh dunia pada Sabtu betapa beratnya kejahatan yang dilakukan Hamas terhadap para sandera Israel yang mereka tawan.

    Sa’ar justru menuding kondisi kelaparan serius ratusan ribu warga Gaza cuma propagada.

    “Selama lebih dari setahun, seluruh masyarakat internasional telah menari mengikuti alunan suara palsu dari apa yang disebut propaganda ‘kelaparan’ di Gaza.”

    “Namun, foto-foto itu tidak berbohong: Hamas dan penduduk Gaza tampak hebat. Para sandera Israel tampak seperti korban Holocaust dan merupakan satu-satunya orang dalam foto yang tampaknya menderita kelaparan. “

    “Hamas melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap warga sipil yang diculik,” lanjutnya. “Kejahatan Hamas-Nazi harus diberantas.”

    UNRWA: Kondisi Gaza Memburuk

    Tudingan Israel kalau kondisi warga Gaza cuma propaganda jelas bertolak belakangan dengan apa yang digambarkan Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.

    Badan PBB itu memperingatkan adanya potensi kelaparan akut yang akan menyerang lebih dari dua juta orang pengungsi di Jalur Gaza.

    Potensi ini diungkap setelah hujan deras telah memperparah situasi warga Palestina yang mengungsi akibat serangan selama 13 bulan.

    “Lebih dari dua juta orang telantar di Jalur Gaza yang hancur berisiko kelaparan dan kehausan karena memperoleh makanan telah menjadi tugas yang mustahil bagi keluarga di tengah pengeboman Israel yang tiada henti,” kata UNRWA.

    Dalam cuitan di media sosial X, badan tersebut mengatakan persediaan makanan yang masuk ke Gaza saat ini tidak memenuhi 6 persen dari kebutuhan penduduknya karena pengetatan yang dilakukan otoritas Israel.

    Kondisi tersebut semakin diperparah dengan adanya penjarahan sistematis terhadap konvoi bantuan kemanusiaan yang ditujukan untuk warga Palestina.

    Alasan ini yang membuat dua juta pengungsi terancam mengalami kelaparan kehausan akut, akibat kurangnya pasokan makanan, di tengah pemboman brutal di wilayah utara Gaza, mengutip dari Arab News.

    Wabah Penyakit Mengancam Nyawa Pengungsi Gaza

    Selain kelaparan, jutaan warga Gaza dibayangi ancaman resiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba.

    Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, berkata kepada Al Jazeera bahwa wilayah Gaza sedang mengalami kondisi tragis yang semakin sulit dengan turunnya hujan.

    Hujan yang membasahi kamp pengungsian Palestina menyebabkan penumpukan banjir limbah di area rendah.

    Hal ini dikhawatirkan akan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat disana, terutama bagi mereka yang sudah mengalami kekurangan gizi.

    “Orang-orang yang sudah kekurangan gizi akan menjadi semakin rentan terhadap penyakit, karena semua ini berkontribusi terhadap kondisi kesehatan yang semakin buruk,” kata Louise Wateridge, juru bicara UNRWA.

    Tak hanya itu, banjir akibat hujan dan air pasang juga turut menghancurkan tenda-tenda darurat, membuat banyak pengungsi kehilangan tempat berlindung.

    Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa sekitar 10 ribu tenda hanyut atau rusak akibat badai. Sebanyak 81 persen tenda bahkan tak bisa lagi digunakan.

    Beberapa pengungsi bahkan terpaksa menggali parit untuk mengalirkan air keluar dari tenda yang mereka tinggali.

    Keadaan ini menunjukkan betapa penderitaan mereka tidak hanya berasal dari perang, tetapi juga dari alam yang menambah kesulitan hidup.

    “Curah hujan telah menyebabkan kerusakan parah pada tenda-tenda yang menampung ribuan orang pengungsi, air mengalir ke dalam tenda-tenda dan merusak barang bawaan serta kasur,” tutur Basal.

    Mengantisipasi situasi Gaza yang semakin memburuk, Kantor Media Pemerintah Gaza mendesak komunitas internasional untuk memberikan tenda bagi warga Gaza yang mengungsi agar bisa melindungi mereka dari hujan dan dingin.

    Organisasi internasional juga turut menyerukan pembukaan jalur bantuan tanpa hambatan agar kebutuhan dasar seperti makanan, perlindungan, dan obat-obatan dapat segera terpenuhi.

    Rumah Sakit Gaza dalam Kondisi Kritis

    Terpisah, ditengah situasi Gaza yang memprihatinkan Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir el-Balah, Gaza tengah, dan rumah sakit lain di seluruh Jalur Gaza saat ini menghadapi kondisi sangat buruk.

    Rekan medis yang berada di Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan bahwa mereka kewalahan, dan sumber daya medisnya telah terkuras karena mengatasi masuknya ratusan pasien, dengan staf dan ruang operasi yang sangat terbatas.

    Seorang pejabat kesehatan di Gaza telah memperingatkan bahwa semua rumah sakit di daerah kantong yang diblokade itu terpaksa menghentikan atau mengurangi layanan dalam waktu 48 jam.

    “Kami mengeluarkan peringatan mendesak karena semua rumah sakit di Gaza akan berhenti beroperasi atau mengurangi layanan mereka dalam waktu 48 jam. Pendudukan (Israel) menghalangi masuknya bahan bakar,” kata Direktur Rumah Sakit Lapangan Gaza, Marwan Al-Hams.

     

    (oln/tjp/aja/*)

     

  • ‘Kami Adalah The Day After’, Al-Qassam Kirim Pesan Menentang Israel Saat Pembebasan Sandera – Halaman all

    ‘Kami Adalah The Day After’, Al-Qassam Kirim Pesan Menentang Israel Saat Pembebasan Sandera – Halaman all

    “Kami Adalah The Day After’, Al-Qassam Kirim Pesan Menentang Israel Saat Pembebasan Sandera

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas, mengibarkan spanduk besar di lokasi pertukaran tahanan kelima di Gaza pada Sabtu (8/2/2025), dengan tulisan: “Kami adalah banjir… Kami adalah hari berikutnya.” 

    Pesan tersebut, yang ditulis dalam bahasa Arab, Ibrani, dan Inggris, secara luas dinilai sebagai respons langsung terhadap tuntutan Israel agar Hamas melepaskan kendali atas Gaza.  

    Israel belakangan memang sibuk membahas ‘The Day After’ seputar siapa yang akan mengelola Gaza pasca-perang.

    Israel menyatakan, tidak mau Hamas berkuasa di wilayah kantung Palestina tersebut namun gagal melenyapkan gerakan tersebut dalam bombardemen buta selama 15 bulan agresi militer darat.

    Spanduk tersebut menampilkan bendera Palestina di samping gambar kepalan tangan yang terangkat, melambangkan pembangkangan. 

    Frasa “Kami adalah hari berikutnya”  (We Are The Day After) muncul beberapa hari setelah laporan kalau Israel mengusulkan pengasingan pemimpin Hamas dari Gaza sebagai syarat untuk melanjutkan negosiasi gencatan senjata tahap dua.

    Presiden AS Donald Trump juga baru-baru ini merujuk pada usulan untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir, Yordania, atau negara lain.  

    Menurut situs berita Israel, Walla, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan kepada pejabat AS di Washington kalau setiap perjanjian di masa depan mengenai Gaza harus mencakup kepergian pimpinan senior Hamas. 

    Sementara itu, Otoritas Penyiaran Israel (KAN) melaporkan kalau sejumlah beberapa pejabat Israel memang bersedia menerima keberlanjutan eksistensi politik Hamas, namun mereka menentang kehadirannya di Gaza.

    Mereka juga membandingkan rencana deportasi para pemimpin Hamas itu dengan pengasingan pemimpin gerakan PLO ke Tunisia pada tahun 1980-an.  

     Proses pertukaran tahanan dilanjutkan di Deir al-Balah, Gaza tengah, dengan peningkatan kehadiran para petempur Al-Qassam yang mengawasi penyerahan tersebut. 

    Kerumunan warga Palestina berkumpul di lokasi tersebut untuk menyaksikan pemindahan tahanan ke Komite Palang Merah Internasional.  

    Dengan selesainya gelombang kelima, Al-Qassam telah membebaskan total 16 tawanan Israel sebagai ganti tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    PEMBEBASAN SANDERA – Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic yang diambil pada Sabtu (8/2/2025), menunjukkan 3 sandera Israel yang dibebaskan pada hari yang sama, berdiri di atas panggung bersama pejuang Hamas. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)

    Foto Bersama di Atas Panggung

    Pada Sabtu Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina, termasuk 18 orang yang menjalani hukuman seumur hidup sebagai imbalan pembebasan 3 sanderanya.

    Para sandera Israel itu adalah Eli Sharabi (52), Or Levy (34), dan Ohad Ben Ami (56) dibebaskan dari lokasi di Deirel Balah, Gaza tengah.

    Keputusan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah dijalin antara Israel dan Hamas.

    Dalam pembebasan tersebut, Hamas menyiapkan sebuah panggung yang dimeriahkan oleh puluhan pejuang Hamas.

    Dalam suasana tersebut, ketiga sandera tersebut bahkan terlihat berfoto bersama di atas panggung sebelum serah terima dilakukan.

    Setelah proses pembebasan, mereka dibawa oleh anggota Komite Internasional Palang Merah untuk memastikan keselamatan mereka.

    Sebagai imbalan atas pembebasan tiga sandera ini, Israel sepakat untuk melepaskan 183 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

    Menurut laporan dari Times of Israel, kelompok tahanan ini akan dibebaskan dari dua lokasi berbeda:

    Penjara Keziot di Israel selatan dan Penjara Ofer di Tepi Barat yang diduduki.

    Di antara 183 tahanan yang dibebaskan, tujuh di antaranya akan diasingkan.

    Apa Langkah Selanjutnya Setelah Pembebasan?

    Mengutip Al Jazeera, gencatan senjata ini tidak hanya tentang pembebasan tawanan.

    Setelah ini, militer Israel dijadwalkan untuk menarik diri sepenuhnya dari Koridor Netzarim.

    Selain itu, Israel diharuskan untuk mengizinkan pergerakan bebas antara bagian selatan dan utara Jalur Gaza.

    Koridor Netzarim, yang telah dikuasai oleh militer Israel sejak awal perang, telah menghambat mobilitas di kawasan tersebut.

    Namun, warga diimbau untuk tetap berhati-hati saat melintasi area yang masih rawan tersebut.

    Bagaimana Dengan Negosiasi Selanjutnya?

    Dalam perkembangan berikutnya, negosiasi lanjutan diharapkan dimulai minggu ini untuk fase kedua gencatan senjata di Gaza.

    Negosiasi ini diharapkan dapat mencakup pertukaran lebih lanjut serta pengaturan peta jalan untuk mengakhiri perang.

    Namun, proses ini sempat terhambat setelah adanya konsultasi antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Donald Trump melontarkan rencana yang menuai banyak kritik, yaitu rencana di mana AS akan mengambil alih Gaza sementara sebagian besar penduduk diungsikan.

    Sementara itu, situasi di Tepi Barat yang diduduki tetap tegang, dengan serangan militer Israel yang terus berlanjut, terutama di wilayah Jenin, Tulkarm, Tammun, dan kamp pengungsi Al-Fara.

    Hingga saat ini, puluhan orang telah tewas dan banyak yang ditahan dalam serangkaian operasi militer ini.

     

    (oln/PC/*)

  • Sandera Israel: Pemerintah Kami Gagal, Terima Kasih Al-Qassam Sudah Menjaga Saya Tetap Aman – Halaman all

    Sandera Israel: Pemerintah Kami Gagal, Terima Kasih Al-Qassam Sudah Menjaga Saya Tetap Aman – Halaman all

    Sandera Israel: Pemerintah Kami Gagal, Terima Kasih Al Qassam Sudah Menjaga Saya Tetap Aman

     

    TRIBUNNEWS.COM – Sandera Israel yang dibebaskan Hamas dalam putaran kelima tahap pertama pertukaran sandera-tahanan demi gencatan senjata Gaza mengirim pesan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan pemerintah Israel, Sabtu (8/2/2025).

    Seperti diketahui, ada tiga sandera Israel yang dibebaskan Hamas dalam putaran kelima dengan imbalan pembebasan 183 tahanan Palestina dari penjara Israel.

    Tiga sandera itu adalah Eli Sharabi (52), Or Levy (34), dan Ohad Ben Ami (56) dibebaskan dari lokasi di Deir al Balah, Gaza tengah.

    Laporan PC, menyebutkan seorang sandera Israel menyatakan kalau pemerintah negaranya gagal dalam mencapai target di agresi militer di Gaza.

    Dia juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada Brigade Al-Qassam yang justru bisa menjaganya secara aman dari bombardemen buta Israel selama agresi.

    “Pemerintah kami gagal, dan saya berterima kasih kepada Brigade Al-Qassam karena telah menjaga saya tetap aman,” kata seorang sandera Israel setelah dibebaskan Hamas, seperti dilansir PC, Sabtu.

    Adapun laporan RNTV menyatakan, sandera Israel yang dibebaskan, Or Levi, menyerukan upaya lanjutan untuk menyelesaikan tahapan perjanjian gencatan senjata dan memajukan negosiasi untuk fase kedua kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.

    Dalam pernyataan setelah pembebasannya, Levi mendesak pemerintah Israel untuk terus melanjutkan negosiasi, sambil menekankan pentingnya melanjutkan upaya untuk mengakhiri agresi.

    Ia juga mengirim pesan kepada keluarga tawanan Israel, mendesak mereka untuk melanjutkan upaya mereka untuk menyelesaikan kesepakatan secara penuh.

    Hal ini terjadi saat negosiasi internasional terus berlanjut mengenai tahap kedua perjanjian, dengan tekanan dari pihak-pihak yang terlibat untuk mencapai resolusi yang memastikan pembebasan lebih banyak tahanan dan tawanan. 

    “Di sisi lain, keluarga tawanan Israel menyampaikan urgensi tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada waktu lagi yang terbuang dan menyerukan agar semua tawanan yang tersisa segera dipulangkan,” kata laporan RNTV.

    Dalam sebuah pernyataan, komite keluarga sandera Israel yang berada di tangan Hamas menekankan perlunya melanjutkan upaya hingga tawanan terakhir dibebaskan dari Gaza.

    Pernyataan itu muncul saat negosiasi untuk pertukaran tahanan lebih lanjut masih belum pasti, dengan meningkatnya tekanan dari keluarga dan mediator internasional untuk mengamankan pembebasan tambahan.

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto ini diambil pada Selasa (4/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (1/2/2025), menunjukkan sandera Israel, Keith Siegel, melambaikan tangan kepada warga Palestina dengan didampingi anggota Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Pengakuan Keith Siegel

    Pernyataan sandera Israel dalam pembebasan Sabtu ini mengingatkan pada pernyataan mantan sandera Israel, Keith Siegel, yang baru-baru ini dibebaskan setelah 15 bulan di Gaza.

    Saat dibebaskan Hamas, Keith menyatakan kalau pejuang perlawanan Palestina, Hamas, memastikan untuk memenuhi semua kebutuhannya selama masa penahanan.

    Dilansir PressTV, warga negara ganda AS-Israel tersebut, termasuk di antara tiga tawanan yang dibebaskan pada Sabtu (1/2/2025).

    Sebelum dibebaskan, Siegel merekam pesan video sebagai ucapan perpisahan dan terima kasih kepada Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas.

    “Anda telah memperlakukan kami dengan baik selama 15 bulan terakhir,” ujarnya.

    Brigade Al-Qassam kemudian merilis video tersebut pada Minggu.

    “Para pejuang yang menjaga saya selama periode ini memastikan semua kebutuhan saya terpenuhi, mulai dari makanan, minuman, obat-obatan, vitamin, hingga perawatan mata, monitor tekanan darah, dan kebutuhan lainnya.”

    “Hamas juga memastikan makanan yang disediakan sesuai dengan kondisi kesehatan saya, seperti makanan vegetarian tanpa minyak.”

    “Para penjaga memperlakukan saya dengan baik,” tambahnya.

    PEMBEBASAN SANDERA – Tangkap layar yang diambil pada Senin (3/2/2025) menampilkan sandera Israel Keith Siegel diserahkan ke Palang Merah dan meninggalkan Kota Gaza, Sabtu (1/2/2025). Keith Siegel menyatakan Hamas memastikan untuk memenuhi semua kebutuhannya selama masa penahanan. (Tangkap layar YouTube Al Jazeera English)

    Di sisi lain, Siegel mengkritik pemerintah Israel karena tidak berbuat cukup untuk mencapai kesepakatan pembebasan para tahanan, sehingga memperpanjang perang yang menyebabkan banyak korban dan kerusakan.

    Gadi Moses, 80 tahun, tawanan tertua dan orang pertama yang dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, juga memberi tahu keluarganya bahwa ia “diperlakukan dengan hormat” selama di Gaza.

    Moses dibebaskan setelah 482 hari ditawan di Gaza pada Kamis (30/1/2025).

    Dalam pesan yang disampaikan kepada keluarganya, putranya mengatakan bahwa Moses hidup dalam kondisi yang sama dengan para penculiknya dan memakan makanan yang sama.

    “Ia hidup dalam kondisi yang sama dengan para penculiknya dan makan apa yang mereka makan bersama.”

    “Mereka juga memberinya buku-buku tentang lingkungan dan Islam serta kacamata baca.”

    “Pengeboman Israel sangat menakutkan baginya,” tambahnya.

    Hamas sebelumnya menyatakan, militer Israel berulang kali dan sengaja menargetkan lokasi tempat para tawanan Israel ditahan.

    Mereka menuduh Israel berusaha menyingkirkan tawanan mereka dengan segala cara.

    Seorang tawanan Israel lainnya yang dibebaskan pada akhir November lalu mengatakan bahwa para pejuang perlawanan melindunginya selama pemboman Israel di Gaza.

    Chen Goldstein-Almog dan tiga anaknya ditawan selama Operasi Banjir al-Aqsa pada Oktober 2023.

    Chen mengenang bahwa mereka tinggal di suatu tempat di belakang sebuah supermarket ketika serangan udara Israel menghantam di dekatnya.

    “Para penjaga kami, penculik kami, berdiri di atas kami, melindungi kami dengan tubuh mereka dari serangan.”

    Wanita Israel itu juga menceritakan, ia sempat bertanya kepada anggota Hamas apakah mereka akan dibunuh.

    “Tetapi mereka menjawab: Kami akan mati sebelum kalian.”

    Bus Tahanan Palestina Tiba di Ramallah

    Dalam laporan perkembangan pertukaran sandera-tahanan putaran kelima ini, RNTV memberikan update kalau bus-bus yang membawa tahanan politik Palestina yang dibebaskan tiba di Ramallah, Tepi Barat.

    Kantor Informasi Tahanan Palestina mengumumkan bahwa Israel akan membebaskan 183 tahanan politik Palestina pada hari Sabtu sebagai bagian dari gelombang kelima dari fase pertama kesepakatan pertukaran tahanan.

    Daftar tersebut mencakup 18 tahanan yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, 54 lainnya dengan hukuman berat, dan 111 tahanan dari Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023.

    Berikut ini adalah pembagian tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari Penjara Israel dalam gelombang ke-5:

    42 dari Tepi Barat
    Tiga dari Yerusalem
    27 dari Gaza
    111 tahanan politik dari Gaza ditangkap setelah 7 Oktober

    (oln/RNTV/*)

  • Pertukaran Tawanan Hari Ini: 3 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Apa yang Terjadi Selanjutnya? – Halaman all

    Pertukaran Tawanan Hari Ini: 3 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Apa yang Terjadi Selanjutnya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu, 8 Februari 2025, Hamas membebaskan tiga sandera Israel.

    Eli Sharabi (52), Or Levy (34), dan Ohad Ben Ami (56) dibebaskan dari lokasi di Deirel Balah, Gaza tengah.

    Keputusan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah dijalin antara Israel dan Hamas.

    Dalam pembebasan tersebut, Hamas menyiapkan sebuah panggung yang dimeriahkan oleh puluhan pejuang Hamas.

    Dalam suasana tersebut, ketiga sandera tersebut bahkan terlihat berfoto bersama di atas panggung sebelum serah terima dilakukan.

    Setelah proses pembebasan, mereka dibawa oleh anggota Komite Internasional Palang Merah untuk memastikan keselamatan mereka.

    Sebagai imbalan atas pembebasan tiga sandera ini, Israel sepakat untuk melepaskan 183 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

    Menurut laporan dari Times of Israel, kelompok tahanan ini akan dibebaskan dari dua lokasi berbeda:

    Penjara Keziot di Israel selatan dan Penjara Ofer di Tepi Barat yang diduduki.

    Di antara 183 tahanan yang dibebaskan, tujuh di antaranya akan diasingkan.

    Apa Langkah Selanjutnya Setelah Pembebasan?

    Mengutip Al Jazeera, gencatan senjata ini tidak hanya tentang pembebasan tawanan.

    Setelah ini, militer Israel dijadwalkan untuk menarik diri sepenuhnya dari Koridor Netzarim.

    Selain itu, Israel diharuskan untuk mengizinkan pergerakan bebas antara bagian selatan dan utara Jalur Gaza.

    Koridor Netzarim, yang telah dikuasai oleh militer Israel sejak awal perang, telah menghambat mobilitas di kawasan tersebut.

    Namun, warga diimbau untuk tetap berhati-hati saat melintasi area yang masih rawan tersebut.

    Bagaimana Dengan Negosiasi Selanjutnya?

    Dalam perkembangan berikutnya, negosiasi lanjutan diharapkan dimulai minggu ini untuk fase kedua gencatan senjata di Gaza.

    Negosiasi ini diharapkan dapat mencakup pertukaran lebih lanjut serta pengaturan peta jalan untuk mengakhiri perang.

    Namun, proses ini sempat terhambat setelah adanya konsultasi antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Donald Trump melontarkan rencana yang menuai banyak kritik, yaitu rencana di mana AS akan mengambil alih Gaza sementara sebagian besar penduduk diungsikan.

    Sementara itu, situasi di Tepi Barat yang diduduki tetap tegang, dengan serangan militer Israel yang terus berlanjut, terutama di wilayah Jenin, Tulkarm, Tammun, dan kamp pengungsi Al-Fara.

    Hingga saat ini, puluhan orang telah tewas dan banyak yang ditahan dalam serangkaian operasi militer ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Jalur Gaza Bakal Dipindahkan, Kelakuan Donald Trump Mirip Preman

    Jalur Gaza Bakal Dipindahkan, Kelakuan Donald Trump Mirip Preman

    PIKIRAN RAKYAT – Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, menilai rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengambil alih Jalur Gaza dan memindahkan warga Palestina sebagai bentuk premanisme. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), premanisme merujuk pada perilaku preman yang sering kali melibatkan kekerasan.

    Pernyataan ini disampaikan dalam forum Indonesia Leaders Talk: Kemana Gaza Setelah Gencatan Senjata pada Jumat, 7 Februari 2025. Dalam acara tersebut, Mardani Ali didampingi oleh Dosen Hubungan Internasional Universitas Pertamina, Ian Montratama, Direktur Eksekutif Lokataru, Haris Azhar, serta pengamat politik, Rocky Gerung.

    Warga Palestina kembali ke rumah mereka di Gaza utara.

    Gaza Berdaulat, Tidak Bisa Diambil Alih

    Mardani Ali menegaskan bahwa Gaza adalah wilayah berdaulat, sehingga hanya masyarakat Gaza yang berhak menentukan masa depannya.

    “Gaza adalah wilayah yang berdaulat. Tidak boleh satu pun memutuskan apa masa depan Gaza, kecuali sesuai dengan keinginan masyarakat Gaza. Harus masing-masing punya kemampuan untuk memutuskan diri sendiri,” ujarnya dalam pembukaan.

    Ia juga menolak campur tangan Trump dalam menentukan nasib Gaza. “Jangan pernah Donald Trump kah (atau) yang lain buat keputusan untuk masyarakat Gaza. Tidak punya hak. Bahkan, dalam tanda kutip, sebetulnya itu merupakan bentuk premanisme yang harus dilawan,” lanjutnya.

    Seruan Dukungan untuk Palestina

    Mardani Ali menyoroti sulitnya mencapai gencatan senjata di Gaza karena Israel masih mengedepankan solusi perang antarnegara (war-state solution). Dalam situasi ini, ia menyerukan dukungan berkelanjutan bagi warga Palestina, baik dari sisi kemanusiaan, teknokratis, politik, maupun diplomatik.

    Ia juga menilai kondisi ini sebagai moment of truth bagi masyarakat internasional dalam menegakkan keadilan dan hak asasi manusia.

    “Bagaimana masyarakat internasional menerapkan prinsip-prinsip keadilan, prinsip-prinsip kemanusiaan, prinsip-prinsip hak asasi, prinsip-prinsip self-determinasi. Tidak boleh ada satu kekuatan apapun yang mencoba untuk mengambil alih Gaza, apalagi melakukan repatriasi dan lain-lain. Harus ditolak dengan tegas dan jelas,” tegasnya.

    Ia kemudian menutup pernyataannya dengan seruan, “Bela Gaza, Bela Palestina, Bela Kemanusiaan.”

    Desakan terhadap Pemerintah Indonesia

    Sebelumnya, Mardani Ali juga mendesak pemerintah Indonesia untuk bersikap tegas menolak rencana Trump. Ia berharap dukungan internasional bagi Palestina dapat diperkuat.

    Menurutnya, menjalin kerja sama dengan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) guna mendukung keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) bisa menjadi langkah diplomatik yang tepat.

    “Pelaku genosida dapat dikenai sanksi berupa hukuman penjara, denda, dan penyitaan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang memang memiliki kewenangan hukum untuk mendakwa pelaku genosida,” ujarnya. (Talitha Azalia Nakhwah/UNPAD)***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pengungsi Palestina antusias kembali ke Gaza, walau rumah mereka telah rata dengan tanah

    Pengungsi Palestina antusias kembali ke Gaza, walau rumah mereka telah rata dengan tanah

    Kamis, 30 Januari 2025 09:31 WIB

    Seorang anak Palestina berada di sebuah bangunan yang hancur di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, Rabu (29/1/2025). Lebih dari 500.000 pengungsi Palestina kembali ke Gaza utara dalam 72 jam terakhir, dan mereka sangat antusias untuk pulang walau rumah mereka sudah rata dengan tanah. ANTARA FOTO/Xinhua/Abdul Rahman Salama/Spt.

    Dua anak Palestina bermain dengan latar belakang sejumlah bangunan yang hancur di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, Rabu (29/1/2025). Lebih dari 500.000 pengungsi Palestina kembali ke Gaza utara dalam 72 jam terakhir, dan mereka sangat antusias untuk pulang walau rumah mereka sudah rata dengan tanah. ANTARA FOTO/Xinhua/Abdul Rahman Salama/Spt.

    Warga Palestina terlihat di jalan dengan bangunan yang hancur di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, Rabu (29/1/2025). Lebih dari 500.000 pengungsi Palestina kembali ke Gaza utara dalam 72 jam terakhir, dan mereka sangat antusias untuk pulang walau rumah mereka sudah rata dengan tanah. ANTARA FOTO/Xinhua/Abdul Rahman Salama/Spt.

  • BKSAP nilai rencana Trump terhadap Gaza provokatif

    BKSAP nilai rencana Trump terhadap Gaza provokatif

    Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera. ANTARA/HO-DPR RI

    BKSAP nilai rencana Trump terhadap Gaza provokatif
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 08 Februari 2025 – 06:00 WIB

    Elshinta.com – Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera mengecam keras rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merelokasi warga Palestina ke luar Jalur Gaza dan mengambil alih Jalur Gaza yang dinilainya sangat provokatif.

    “Pernyataan Trump sangat provokatif. Oleh karena itu, harus kita lawan!” kata Mardani dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (7/2).

    Menurut dia, gagasan Trump yang membangkang terhadap hukum, parameter, dan norma internasional itu akan menghapus hak rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri, serta mendukung rencana Israel melakukan pembersihan etnis (ethnic cleansing).

    Mardani mendesak AS maupun semua pihak mematuhi landasan hukum internasional, di antaranya Konvensi Jenewa 1949 yang melarang pemindahan paksa penduduk dari wilayah yang diduduki.

    “Baik Amerika Serikat maupun Israel sudah meratifikasi konvensi ini sehingga yang mereka lakukan melanggar aturan internasional yang mereka sendiri juga sudah sepakati,” ujarnya.

    Ia lantas menyitir Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional, yang dalam Pasal 7 dan Pasal 8 di antaranya menyatakan bahwa pemindahan secara langsung atau tidak langsung oleh kekuasaan pendudukan atas sebagian penduduk sipilnya sendiri ke wilayah yang didudukinya, atau deportasi atau pemindahan seluruh atau sebagian penduduk wilayah yang diduduki ke dalam atau ke luar wilayah ini.

    “Ini dapat diartikan sebagai kejahatan perang. Pernyataan Trump mengindikasikan bahwa Amerika Serikat merasa memiliki kekuasaan pendudukan atas tanah Palestina dalam jangka panjang,” tuturnya.

    Ketua BKSAP DPR RI mengingatkan pula kepada AS dan Israel bahwa bahwa genosida merupakan kejahatan kemanusiaan yang diatur dalam Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida. Konvensi itu disahkan Majelis Umum PBB pada tahun 1948 dan ikut ditandatangani oleh AS maupun Israel.

    “Pelaku genosida dapat dikenai sanksi berupa hukuman penjara, denda, dan penyitaan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang memang memiliki kewenangan hukum untuk mendakwa pelaku genosida,” ucapnya.

    Mardani juga mendesak kepada pemerintah Indonesia untuk mengambil sikap tegas dalam menolak rencana Trump tersebut, serta menggalang dukungan internasional bagi rakyat Palestina.

    “Kita harus menekan Israel agar mematuhi berbagai hukum internasional melalui diplomasi bilateral dan multilateral, serta mekanisme internasional lainnya. Jangan sampai tercipta kesan bahwa gencatan senjata yang sementara ini menjadi cuci dosa atas kejahatan Israel,” urainya.

    Ia memandang perlu Indonesia terus menjalin dukungan dengan negara-negara di PBB untuk menaati dan menjalankan keputusan ICC dan ICJ (Mahkamah Internasional) dengan terus menuntut Israel dan para pimpinannya atas kejahatan genosida, apartheid, maupun kejahatan kemanusiaan lainnya.

    Wakil rakyat ini menyerukan kepada komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Liga Arab, untuk menolak rencana itu dan mengambil langkah-langkah diplomatik guna mencegah pemindahan paksa warga Palestina..

    “Hak untuk tinggal di Tanah Air adalah hak fundamental yang tidak bisa diganggu gugat. Kami berdiri bersama rakyat Palestina dalam perjuangan mereka untuk keadilan dan hak asasi manusia!” katanya.

    Terakhir, Mardani menegaskan komitmen BKSAP DPR RI pada forum-forum persidangan internasional bahwa Indonesia akan senantiasa mendukung perjuangan Palestina dalam mempertahankan hak-haknya.

    “Utamanya kemerdekaan Palestina berdasarkan prinsip solusi dua negara dengan batas wilayah 1967, termasuk Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Menhan Israel Peringatkan Perwira Tak Kritik Rencana Trump Ambil Alih Gaza

    Menhan Israel Peringatkan Perwira Tak Kritik Rencana Trump Ambil Alih Gaza

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, memperingatkan para perwira agar tidak ‘berbicara’ menentang rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk ‘mengambil alih’ Gaza. Dilaporkan bahwa kepala intelijen militer mengkritik rencana Trump.

    “Tidak akan ada kenyataan di mana perwira IDF (militer) berbicara menentang rencana penting Presiden AS Trump terkait Gaza, dan menentang arahan atasan politik,” kata Katz dalam sebuah pernyataan dilansir AFP, Sabtu (8/2/2024).

    Katz memerintahkan militer untuk menegur Mayor Jenderal Shlomi Binder, kepala intelijen militer, “atas pernyataan yang dikaitkan dengannya terkait rencana Presiden Trump untuk Gaza”.

    Sebelumnya, media Israel melaporkan bahwa selama evaluasi rencana Trump, Binder memperingatkan bahwa inisiatif untuk memindahkan warga Gaza ke negara lain dan membangun kembali wilayah Palestina yang dilanda perang menimbulkan masalah keamanan yang signifikan.

    Menurut Times of Israel, Binder memperingatkan bahwa rencana itu akan memicu ketegangan di Tepi Barat yang diduduki Israel, terutama menjelang bulan suci Ramadan yang akan dimulai sekitar tiga minggu lagi.

    Dalam pernyataan selanjutnya, Binder mengatakan bahwa ia “tidak menyatakan penolakan terhadap rencana Trump”, seraya menambahkan bahwa “IDF, dan karena itu saya juga, berada di bawah eselon politik dan akan mengikuti instruksinya”.

    “Dalam peran saya, saya menyampaikan kemungkinan konsekuensi dari pembicaraan tentang masalah tersebut, perspektif musuh dalam hal keamanan, dan rekomendasi untuk tindakan ofensif yang sesuai,” imbuhnya.

    Pada Kamis (6/2), Trump menegaskan kembali rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa “Jalur Gaza akan diserahkan kepada Amerika Serikat oleh Israel setelah pertempuran berakhir”.

    “Tentara AS tidak akan dibutuhkan! Stabilitas untuk kawasan itu akan terwujud!!!” tulisnya dalam unggahan media sosial dini hari.

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyuarakan dukungannya terhadap rencana Trump, menyebutnya sebagai “ide orisinal pertama yang dimunculkan dalam beberapa tahun”.

    Katz pada Kamis (6/2) mengatakan bahwa ia telah “memerintahkan IDF untuk mempersiapkan relokasi sukarela penduduk Gaza yang ingin meninggalkan wilayah tersebut.

    Hamas telah menolak rencana Trump sebagai “sama sekali tidak dapat diterima”. “Pernyataan Trump tentang Washington yang mengambil alih kendali Gaza sama saja dengan deklarasi terbuka tentang niat untuk menduduki wilayah tersebut,” kata juru bicara Hazem Qassem.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ukraina Harap Sanksi ke ICC Tak Halangi Penyelidikan Kejahatan Perang Rusia

    Ukraina Harap Sanksi ke ICC Tak Halangi Penyelidikan Kejahatan Perang Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjatuhkan sanksi pada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) lantaran menyelidiki dugaan kejahatan perang negaranya di Afganistan dan Israel di Jalur Gaza. Menyikapi hal tersebut, Ukraina berharap sanksi yang dijatuhkan Trump kepada ICC tak menghalangi penyelidikan kejahatan perang Rusia atas negaranya.

    Dilansir AFP, Jumat (7/2/2025), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Georgiy Tykhy berharap ICC tetap melanjutkan proses peradilan terhadap Rusia. Seperti diketahui, ICC tengah menyelidiki tuduhan kejahatan perang Rusia yang dilakukan selama invasinya ke Ukraina.

    “Kami berharap bahwa tuduhan tersebut tidak akan memengaruhi kemampuan pengadilan untuk mencapai keadilan bagi para korban agresi Rusia,” kata Georgiy Tykhy.

    Pada tahun 2023, pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin atas dugaan deportasi anak-anak secara paksa dari wilayah Ukraina yang direbut oleh tentara Rusia.

    Kemudian, tahun lalu, Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk komandan tertinggi angkatan darat Rusia, Valery Gerasimov, dan Eks menteri pertahanan Sergei Shoigu. Mereka dituduh mengarahkan serangan udara terhadap warga sipil, dan menyebabkan kerugian “berlebihan” bagi warga sipil Ukraina selama perang.

    Atas hal tersebut, Tykhy menyatakan bahwa Kyiv “yakin bahwa ICC akan terus menjalankan fungsi penting dalam kasus Ukraina, yaitu, membawa penjahat Rusia ke pengadilan.

    “Ukraina terus bekerja sama dengan ICC untuk memajukan kasus-kasus ini,” tambahnya.

    Baik Rusia maupun Amerika Serikat bukanlah anggota ICC. Sementara, Moskow telah menolak surat perintah terhadap Putin dan menganggapnya sebagai hal yang tidak berarti.

    Ketika ditanya tentang sanksi AS terhadap pengadilan tersebut, juru bicara Putin pada hari Jumat mengingatkan wartawan bahwa Rusia tidak mengakui yurisdiksinya.

    “Amerika memiliki hubungan mereka sendiri dengan ICC,” tambah juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

    Seperti diketahui, Trump menandatangani perintah eksekutif pada hari Kamis yang mengatakan pengadilan telah “menyalahgunakan kekuasaannya” dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    ICC mengatakan tindakan tersebut bertujuan untuk “merusak pekerjaan peradilannya yang independen dan tidak memihak”.

    (taa/aud)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas: Jenazah Sandera Israel Berada di Bawah Reruntuhan, IDF Malah Halangi Alat Berat Masuk Gaza – Halaman all

    Hamas: Jenazah Sandera Israel Berada di Bawah Reruntuhan, IDF Malah Halangi Alat Berat Masuk Gaza – Halaman all

    Hamas: Jenazah Sandera Israel Berada di Bawah Reruntuhan, IDF Malah Halangi Alat Berat Masuk Gaza

     

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, Jumat (7/2/2025) menyatakan kalau penundaan yang dilakukan Israel masuknya alat-alat berat ke Jalur Gaza berdampak pada ekstraksi jenazah para sandera Israel, menurut laporan Agence France-Presse (AFP).

    Hamas menyiratkan, jenazah sejumlah sandera Israel yang ada di Gaza kini berada di bawah reruntuhan bangunan yang hancur karena bombardemen militer Israel (IDF).

    “Mencegah masuknya peralatan berat dan mesin yang dibutuhkan untuk menyingkirkan 55 juta ton puing… tidak diragukan lagi akan memengaruhi kemampuan (personel milisi) perlawanan untuk mengeluarkan sandera (Israel) yang tewas dari bawah reruntuhan,” kata Salama Marouf, juru bicara kantor media di Gaza, kepada wartawan.

    Sebelumnya, juru bicara Hamas Abdul Latif al-Qanoua mengatakan bahwa militer Israel (IDF) terus menunda penerapan protokol kemanusiaan, khususnya terkait tempat berlindung, tenda, peralatan pemindahan puing, bahan bakar, dan kebutuhan rekonstruksi.

    “Kami telah mendesak para mediator untuk mengintensifkan upaya mereka, menekan pendudukan untuk mematuhi protokol kemanusiaan”, kata al-Qanoua.

    Ia menambahkan bahwa Hamas tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata untuk “melayani kepentingan rakyat kami,” dan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua negara yang menolak pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump tentang relokasi penduduk Gaza.

    Hari ini, Hamas dijadwalkan akan merilis daftar nama tawanan yang akan dibebaskan pada hari Sabtu dalam putaran pertukaran tawanan berikutnya berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Langgar Gencatan Senjata

    Hamas, juga menuduh Israel melakukan beberapa pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang sedang berlangsung dalam kerangka pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.

    Tuduhan ini dilontarkan Hamas, sehari sebelum jadwal pertukaran tiga sandera Israel dengan tahanan Palestina dalam putaran kelima atau putaran terakhir tahap pertama kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri perang di Gaza.

    “Selain menunda masuknya ratusan truk yang membawa makanan dan pasokan kemanusiaan lainnya, Hamas mengatakan Israel hanya mengizinkan masuk sebagian kecil tenda dan rumah mobil yang dibutuhkan untuk menyediakan tempat berlindung bagi orang-orang yang kembali ke rumah mereka yang hancur karena bom,” tulis laporan Anews, Jumat.

    Tuduhan Hamas ini kian menambah kerapuhan kesepakatan yang terjadi antara milisi Palestina dengan Israel tersebut.

    Kesepakatan pertukaran sandera-tahanan ini kian rapuh saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan sejumlah pernyataan kontroversial yang menuai kecaman publik internasional.

    Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa ia ingin memindahkan penduduk Gaza ke negara ketiga seperti Mesir atau Yordania dan menempatkan daerah kantong pantai itu di bawah kendali AS untuk dikembangkan menjadi “Riviera Timur Tengah”.

    “Hampir tiga minggu setelah dimulainya gencatan senjata, situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza terus memburuk secara berbahaya,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

    Pernyataan tersebut dikeluarkan saat kelompok perlawanan itu dijadwalkan mengumumkan identitas ketiga sandera Israel yang akan dibebaskan pada hari Sabtu (8/2/2025).

    “Tudingan Hamas ini menggarisbawahi rapuhnya kesepakatan yang dicapai bulan lalu dengan mediator Mesir dan Qatar dan didukung oleh Amerika Serikat,” kata laporan Anews.

    Pengumuman nama-nama sandera Israel yang akan dibebaskan tersebut ditunda pada hari Jumat menyusul tuduhan Hamas terhadap Israel ini.

    “Tidak segera jelas apakah penundaan itu akan menunda pertukaran sandera dan tahanan yang dijadwalkan pada hari Sabtu,” tambah laporan tersebut.

    Sejauh ini, 13 sandera Israel dari 33 anak-anak, wanita, dan pria lanjut usia yang akan dibebaskan pada tahap pertama perjanjian selama 42 hari telah kembali ke rumah dan ratusan tahanan Palestina telah dibebaskan sebagai gantinya. Lima sandera Thailand juga telah dipulangkan.

    Negosiasi tahap kedua dari perjanjian multi-fase, yang ditujukan untuk mengamankan pembebasan sekitar 60 sandera pria dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, telah dimulai dan tim negosiasi Israel diharapkan terbang pada hari Sabtu ke Doha, media Israel melaporkan pada Jumat.

    “Namun, tuduhan yang dilontarkan Hamas terhadap Israel menunjukkan betapa rendahnya rasa percaya antara kedua belah pihak setelah lebih dari 15 bulan episode paling berdarah dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun,” ulas Anews.

    Militer Israel (IDF) mengatakan pada hari Jumat bahwa para komandan sedang melakukan penilaian situasi menjelang fase berikutnya dari perjanjian yang saat ini sedang dibahas.

    “Pasukan IDF dikerahkan di berbagai titik di sekitar Jalur Gaza untuk assesment tersebut,” tambah laporan itu.

     

    (oln/rntv/*)