Negara: Jalur Gaza

  • Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel, 2 di Antaranya Keturunan AS-Rusia    
        Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel, 2 di Antaranya Keturunan AS-Rusia

    Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel, 2 di Antaranya Keturunan AS-Rusia Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel, 2 di Antaranya Keturunan AS-Rusia

    Gaza City

    Kelompok Hamas telah membebaskan tiga sandera Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (15/2) waktu setempat. Ketiga sandera itu diserahkan oleh para petempur Hamas yang bermasker kepada tim Palang Merah Internasional di area Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.

    Ketiga sandera yang dibebaskan oleh Hamas itu, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/2/2025), masing-masing memiliki kewarganegaraan ganda, dengan dua di antaranya berstatus warga negara Israel-Amerika Serikat (AS) dan Israel-Rusia, sedangkan satu lainnya berstatus warga Israel-Argentina.

    Ketiga sandera itu terdiri atas Sagui Dekel-Chen yang berkewarganegaraan Israel-Amerika, kemudian Sasha Trupanov yang berkewarganegaraan Israel-Rusia, dan Yair Horn yang berkewarganegaraan Israel-Argentina.

    Laporan jurnalis AFP yang ada di Jalur Gaza menyebut ketiga sandera itu diarak di atas panggung yang dibangun Hamas di area Khan Younis dan diminta berbicara kepada kerumunan orang yang berkumpul di sana sebelum diserahkan kepada tim Palang Merah Internasional.

    Dilaporkan juga bahwa ketiga sandera yang semuanya berjenis kelamin laki-laki itu membawa tas hadiah yang diberikan oleh penyandera mereka dan memegang sertifikat untuk menandai berakhirnya penyanderaan mereka.

    Dengan diapit para petempur Hamas yang menenteng senapan serbu, para sandera satu per satu berbicara menggunakan mikrofon kepada kerumunan orang di area itu dan mendesak penuntasan pertukaran sandera-tahanan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza yang sedang berlangsung.

    Kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, dalam pernyataan terpisah, menyebut Israel akan membebaskan 369 tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan tiga sandera Israel tersebut. Sebagian besar tahanan Palestina yang akan dibebaskan itu ditangkap Israel selama perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Ini menjadi pertukaran sandera-tahanan keenam yang dilakukan oleh Hamas dan Israel di bawah perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza yang berlangsung sejak 19 Januari lalu.

    Pertukaran ini sempat diwarnai hambatan ketika Hamas dan Israel saling menuding adanya pelanggaran perjanjian, sebelum akhirnya pada Jumat (14/2) kemarin, kedua pihak mengisyaratkan pertukaran pada Sabtu (15/2) akan dilanjutkan.

    Dalam pernyataan yang dirilis tak lama usai pembebasan dilakukan di Jalur Gaza, militer Israel mengatakan ketiga sandera telah tiba di wilayah Israel dengan dikawal pasukan militer Tel Aviv.

    “Beberapa waktu yang lalu, dengan didampingi pasukan IDF (Angkatan Bersenjata Israel) dan ISA (keamanan dalam negeri), para sandera telah melintasi perbatasan kembali ke dalam wilayah Israel,” demikian pernyataan militer Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Putaran ke-6 Pertukaran, Hamas Beri Hadiah Koin Emas dan Jam Pasir ke Sandera Israel, Apa Maknanya? – Halaman all

    Putaran ke-6 Pertukaran, Hamas Beri Hadiah Koin Emas dan Jam Pasir ke Sandera Israel, Apa Maknanya? – Halaman all

    Putaran ke-6 Pertukaran Tahanan, Hamas Beri Hadiah Koin Emas dan Jam Pasir ke Sandera Israel, Apa Maknanya?

    TRIBUNNEWS.COM – Prosesi pembebasan sandera Israel dalam putaran keenam pertukaran sandera-tahanan Hamas dan Israel, berlangsung di Khan Yunis di Jalur Gaza Selatan, Sabtu (15/2/2025).

    Tiga sandera Israel yang dibebaskan hari ini adalah

    Sagui Dekel Chen (36 tahun) – Warga negara Amerika Serikat-Israel, ditangkap Hamas di Nir Oz pada 7 Oktober 2023.
    Sasha Troufanov (29 tahun) – Warga negara Rusia-Israel yang tinggal di perbatasan Gaza.
    Iair Horn (46 tahun) – Warga negara Israel-Argentina dari Kibbutz di perbatasan Gaza selatan.

    Kecuali Sasha, dua sandera Israel merupakan tahanan dari Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.

    Sasha merupakan sandera Israel yang dalam masa penawanannya berada dalam penahanan Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Palestine Islamic Jihad (PIJ).

    Pembebasan ketiga sandera Israel ini akan ditukar dengan pembebasan sebanyak 369 tahanan Palestina yang ada di penjara Israel.

    Merujuk pada siaran langsung RNTV, Sabtu, pantauan Tribunnews, prosesi pembebasan ini sudah berlangsung dan ketiga sandera dilaporkan sudah diantar ke mobil Palang Merah Internasional untuk diantar ke titik penjemputan oleh Pasukan Israel.

    Prosesi dimulai dengan penyiapan sebuah panggung yang berada di sebuah tanah lapang di Khan Yunis, dengan latar belakang gedung-gedung hancur dan kawasan yang nyaris sepenuhnya rata tanah karena bombardemen Israel selama 15 bulan.

    Konvoi kendaraan milisi Perlawanan Palestina berisi para petempur baik dari Brigade Al-Qassam maupun dari Brigade Al-Quds kemudian tiba di lokasi sekitar pukul 11 siang waktu Yordania.

    Mereka kemudian berbaris membentuk barikade dan pagar pembatas pasukan untuk mengamankan lokasi.

    BERBARIS – Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, berbaris di lokasi pembebasan 3 sandera Israel, di Khan Yunis, Sabtu (15/2/2025). Hamas memberi hadiah ke sandera Israel pada prosesi pembebasan tersebut.

    Sekitar pukul 11.10 waktu Yordania, konvoi kendaraan Palang Merah Internasional memasuki arena pembebasan sandera Israel tersebut.

    Sebagai informasi, Palang Merah Internasional merupakan pihak ketiga yang ditunjuk mediator gencatan senjata sebagai pihak penerima dan pengantar sandera Israel dari lokasi pembebasan ke titik penjemputan.

    Selang beberapa menit, konvoi kendaraan berisi sandera Israel dikawal beberapa petempur milisi perlawanan datang ke lokasi.

    Setibanya di arena, ketiga sandera satu per satu dikawal berjalan ke atas panggung. Ketiganya tampak memberikan pidato singkat sebelum akhirnya kembali dikawal menuruni panggung menuju ke mobil Palang Merah Internasional.

    Satu per satu mereka diserahterimakan dari pihak milisi Palestina ke pihak Palang Merah Internasional.

    Setelah ketiganya berada di mobil Palang Merah Internasional, kendaraan kemudian berkonvoi menuju titik penjemputan yang sudah ditentukan Pasukan Israel.

    JAM PASIR – Hamas memberi hadiah ke Einav Zinchauker, salah satu aktivis paling terkemuka bagi keluarga para sandera dan ibu dari Matan, yang ditahan di Gaza dalam prosesi pembebasan sandera Israel, di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/2/2025). Pada putaran keenam itu, milisi perlawanan Palestina membebaskan 3 sandera Israel.

    Beri Hadiah ke Sandera

    Dalam prosesi tersebut, RNTV melaporkan, narasumber di Brigade Al-Qassam mengumumkan kalau mereka memberi hadiah ke satu di antara sandera Israel yang dibebaskan hari ini.

    Hadiah tersebut berupa sebuah koin emas diberikan ke sandera Israel-Amerika Sagui Dekel Chen.

    “Koin emas ini sebagai hadiah kepada putri Sagui Dekel Chen, yang lahir 4 bulan setelah penangkapannya pada 7 Oktober 2023,” tulis laporan tersebut.

    Sumber tersebut menjelaskan bahwa hadiah ini merupakan simbol dukungan dari pihak milisi perlawanan Palestina terhadap sandera  Israel dan keluarganya selama masa penahanan di Jalur Gaza.

    Al-Qassam juga akan mengirimkan perisai bergambar jam pasir kepada Einav Zinchauker.

    Einav merupakan salah satu aktivis paling terkemuka bagi keluarga para sandera Israel.

    Dia merupakan ibu dari Matan, sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

    “Jam pasir ini memiliki makna, sebagai tanda bahwa waktunya hampir habis,” tulis laporan Khaberni.

    Patut dicatat bahwa sejak gencatan senjata antara Israel dan Hamas dimulai pada 19 Januari, kedua belah pihak telah melakukan 5 putaran pertukaran tahanan dan sandera.

    Berdasarkan ketentuan perjanjian tersebut, 33 sandera yang ditawan di Gaza akan dibebaskan pada awal Maret, sebagai ganti pembebasan 1.900 tahanan Palestina di penjara Israel.

    Sejauh ini, 16 sandera Israel dan 765 tahanan Palestina telah dibebaskan.

     

    (oln/khbrn/RNTV*)

     
     

  • Rakyat Yaman Tolak Rencana Trump, Houthi Singgung Insiden Tabrakan Kapal Induk AS – Halaman all

    Rakyat Yaman Tolak Rencana Trump, Houthi Singgung Insiden Tabrakan Kapal Induk AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi atau Ansarullah di Yaman menyinggung insiden tabrakan antara kapal induk Amerika Serikat (AS) Harry S. Truman dan sebuah kapal dagang di Laut Tengah pada Rabu malam, 12 Februari 2025.

    Mohammad Ali Al Houthi, anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman, menilai insiden tersebut menunjukkan bahwa Angkatan Laut AS berada dalam kondisi cemas dan stres akibat konflik dengan militer Yaman.

    Kapal dagang yang terlibat dalam tabrakan tersebut adalah Besiktas M, berbendera Panama, yang berada dekat Port Said, Mesir.

    Menurut laporan, AS menyatakan bahwa tabrakan itu tidak menyebabkan kerusakan signifikan.

    “Kondisi Harry S. Truman aman dan stabil,” ujar Komandan Armada Keenam AS Timothi Gorman dikutip dari France24.

    Gorman menambahkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut.

    Penolakan terhadap Rencana Trump

    Pada hari Jumat kemarin, di Provinsi Saada, Al Houthi menyampaikan penolakannya terhadap rencana Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan paksa warga Gaza.

    Para demonstran yang membawa bendera Palestina dan Yaman mengekspresikan solidaritas kepada warga Gaza dan mengecam rencana Trump.

    Mereka menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan rencana tersebut terealisasi.

    Sementara itu, pemimpin Houthi yang bernama Abdulmalik Al Houthi juga mengumumkan kesiapan kelompoknya untuk melanjutkan serangan terhadap Israel jika gencatan senjata antara Hamas dan Israel tidak dapat dipertahankan. 

    “Kita siap menghadapi eskalasi melawan Israel jika mereka kembali melakukan tindakan agresi di Jalur Gaza,” kata Abdulmalik Al Houthi dikutip dari Press TV.

    Sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, Houthi telah meluncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak ke Israel, meskipun Israel mengklaim berhasil menangkis sebagian besar serangan tersebut.

    Serangan ini, menurut Houthi, merupakan dukungan kepada warga Palestina yang sedang berjuang melawan invasi Israel.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Houthi Ejek Kapal Induk AS yang Tabrak Kapal Dagang, Rakyat Yaman Berdemo Tolak Rencana Trump – Halaman all

    Houthi Ejek Kapal Induk AS yang Tabrak Kapal Dagang, Rakyat Yaman Berdemo Tolak Rencana Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi atau Ansarallah di Yaman menyindir insiden tabrakan antara kapal induk Amerika Serikat (AS) Harry S. Truman dan sebuah kapal dagang di Laut Tengah, Rabu malam, (12/2/2025).

    Menurut anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman yang bernama Mohammad Ali Al Houthi, tabrakan itu menunjukkan bahwa Angkatan Laut AS didera kecemasan dan stres karena bertempur melawan militer Yaman.

    Media Barat melaporkan kapal dagang itu bernama Besiktas-M dan berbendera Panama. Kedua kapal sedang berada di dekat Port Said, Mesir.

    AS mengklaim tabrakan itu tidak menimbulkan kerusakan besar.

    “Tabrakan itu tidak membahayakan Harry S. Truman (CVN 75) karena tidak ada laporan banjir ataupun korban luka. Perangkat penggerak tidak terdampak, kondisinya aman dan stabil,” kata juru bicara Armada Keenam AS Komandan Timothi Gorman dikutip dari France24.

    Gorman mengatakan pihaknya sedang menyelidiki peristiwa itu.

    Houthi: Rencana Trump akan gagal

    Dalam acara unjuk rasa di Provinsi Saada hari Kamis, (14/2/2025), Al Houthi mengatakan rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih Gaza dan mengusir warganya akan berakhir dengan kegagalan.

    “Kekuatan militer kalian dan dukungan yang kalian kepada pihak pendudukan (Israel) tidak akan bisa memaksa warga Palestina meninggalkan tanah air mereka,” demikian pesan Al Houthi kepada AS, dikutip dari Press TV.

    Dia kembali menegaskan bahwa Yaman mendukung Palestina. Lalu, AS akan menyaksikan kekuatan penuh Yaman yang belum pernah dilihat AS.

    “Rudal dan pasukan yang kalian kirim ke wilayah Palestina tidak akan bisa mengusir rakyat Gaza. Pernyataan kalian tidak akan terealisasikan, dan tidak akan bisa memaksa Yaman mengubah sikapnya.”

    Dia mengatakan rakyat dan militer Yaman bersiaga sambil memantau perkembangan situasi saat ini.

    Puluhan ribu rakyat Yaman berunjuk rasa

    Pada hari yang sama ada puluhan ribu warga di Provinsi Saada yang turun ke jalan untuk berunjuk rasa menentang rencana Trump memindahkan paksa warga Gaza.

    Tempat-tempat yang menjadi lokasi unjuk rasa di antaranya Majz, Ghamr, Al Dhaher, Baqim, Ktaf Wa Al Boqee, Al Haswah, Monabbih, dan Qatabir.

    Dalam unjuk rasa yang digelar hari Jumat itu, (14/2/2025), mereka mengungkapkan solidaritas kepada warga Palestina di Gaza.

    Para demonstran tampak membawa bendera Palestina dan Yaman sembari meneriakkan slogan yang mengecam rencana Trump. Di samping itu, mereka menyuarakan dukungan kepada kelompok Houthi dan anggota lain Poros Perlawanan.

    Mereka menegaskan tidak kepada AS maupun Israel. Lalu, mereka mengaku tidak akan membiarkan rencana Trump terealisasikan.

    Houthi siap lanjutkan serangan ke Israel

    Houthi mengaku siap melanjutkan serangan ke Israel jika gencatan senjata antara Hamas dan Israel tak bisa dipertahankan.

    “Kita siap menghadapi eskalasi melawan Israel jika Israel kembali melakukan eskalasi di Jalur Gaza,” kata pemimpin Houthi, Abdulmalik Al Houthi, dalam pidatonya hari Selasa lalu, dikutip dari The Times of Israel.

    Pernyataan itu keluar sehari setelah Hamas mengatakan gencatan senjata berada dalam bahaya. Hamas menuding Israel melanggar kesepakatan gencatan.

    Segera setelah perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023, Houthi mulai menyerang Israel dengan rudal dan pesawat nirawak.

    Israel mengklaim berhasil menangkis sebagian besar serangan itu. Meski demikian, serangan Houthi kerap membuat jutaan warga Israel harus berlari ke tempat perlindungan pada tengan malam.

    Beberapa roket dan pesawat nirawak Houthi berhasil menghantam tanah Israel. Seorang warga Israel pernah tewas karena serangan itu.

    Di samping menyerang wilayah Israel, Houthi menyerang kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah. Serangan itu mengganggu pelayaran kapal dagang dunia.

    Houthi mengatakan serangan-serangan itu adalah bentuk dukungan kepada warga Palestina di Gaza yang diinvasi Israel.

    Israel membalas serangan Houthi dengan serangan udara di Yaman. Dua sekutu Israel, AS dan Inggris, juga ikut serta dalam serangan terhadap Houthi.

    Houthi mengaku baru akan berhenti menyerang Israel jika perang di Gaza disudahi. Sejak gencatan di Gaza diberlakukan, Houthi sudah tidak menyerang Israel.

    (*)

  • 3 Sandera Israel Akan Dibebaskan Hamas, Ditukar 369 Tahanan Palestina    
        3 Sandera Israel Akan Dibebaskan Hamas, Ditukar 369 Tahanan Palestina

    3 Sandera Israel Akan Dibebaskan Hamas, Ditukar 369 Tahanan Palestina 3 Sandera Israel Akan Dibebaskan Hamas, Ditukar 369 Tahanan Palestina

    Gaza City

    Kelompok Hamas akan membebaskan tiga sandera Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (15/2) waktu setempat. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sebanyak 369 tahanan Palestina dari penjara-penjara mereka.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (15/2/2025), hal ini akan menjadi pertukaran sandera-tahanan keenam sejak gencatan senjata diberlakukan di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel pada 19 Januari lalu.

    Pertukaran ini sempat terhambat pekan ini, Hamas mengumumkan akan menunda pembebasan sandera usai menuduh Israel melanggar kesepakatan. Israel dalam tanggapannya mengancam akan mengakhiri gencatan senjata dan melanjutkan kembali perang di Jalur Gaza.

    Namun pada Jumat (14/2) waktu setempat, kedua pihak mengisyaratkan bahwa pertukaran sandera-tahanan yang dijadwalkan pada Sabtu (15/2) akan tetap dilaksanakan.

    Hamas telah mengumumkan bahwa ada tiga sandera yang akan dibebaskan pada Sabtu (15/2), termasuk salah satunya seorang sandera berkewarganegaraan Israel-Amerika Serikat (AS).

    Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas, secara terpisah mengatakan akan membebaskan sandera berkewarganegaraan Israel-Rusia sebagai bagian kesepakatan.

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya telah menerima tiga nama sandera yang akan dibebaskan di Jalur Gaza pada Sabtu (15/2) waktu setempat. Ketiga sandera itu terdiri atas Sagui Dekel-Chen yang berkewarganegaraan Israel-Amerika, kemudian Sasha Trupanov yang berkewarganegaraan Israel-Rusia, dan Yair Horn yang berkewarganegaraan Israel-Argentina.

    Ketiganya disandera oleh Hamas dan Jihad Islam sejak 7 Oktober 2023 lalu ketika Hamas memimpin serangan mengejutkan terhadap Israel, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.

    Kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, dalam pernyataannya, menyebut Israel akan membebaskan 369 tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan tiga sandera Israel tersebut. Disebutkan bahwa terdapat “36 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup” terkait serangan terhadap warga Israel.

    Sekitar 24 tahanan di antaranya, sebut Klub Tahanan Palestina, akan dideportasi ke negara lain usai dibebaskan oleh Israel.

    Mayoritas dari tahanan Palestina yang akan dibebaskan oleh Israel itu, sekitar 333 tahanan, menurut Klub Tahanan Palestina, merupakan “tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober”.

    Berdasarkan kesepakatan tahap pertama gencatan senjata Gaza, yang berlangsung selama 42 hari sejak pertengahan Januari lalu, Hamas harus membebaskan 33 sandera Israel. Sedangkan Israel membalasnya dengan membebaskan ribuan tahanan Palestina dari penjaranya.

    Setelah krisis terjadi yang hampir mengakhiri gencatan senjata yang rapuh di Jalur Gaza, Hamas mengatakan pihaknya mengharapkan perundingan tahap kedua bisa dimulai pada awal pekan depan.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Wanti-wanti Houthi Jika Warga Gaza Direlokasi

    Wanti-wanti Houthi Jika Warga Gaza Direlokasi

    Jakarta

    Kelompok Houthi, yang bermarkas di Yaman, mewanti-wanti Amerika Serikat (AS) dan Israel jika warga Palestina di Gaza dipindahkan. Houthi mengancam akan menembakkan rudal dan drone.

    Dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (14/2/2025), pemimpin kelompok Houthi, Abdul Malik al-Houthi, memperingatkan AS dan Israel dalam pidato yang disiarkan oleh Al-Masirah TV, televisi terkait kelompok tersebut.

    “Kami akan mengambil tindakan dengan menembakkan rudal dan drone, serta melancarkan serangan maritim jika Amerika Serikat dan Israel menerapkan rencana mereka untuk memindahkan (warga Palestina dari Gaza),” ujar Al-Houthi dalam pernyataannya.

    Diketahui, Presiden AS Donald Trump mengejutkan dunia dengan mencetuskan gagasan kontroversial pekan lalu agar AS “mengambil alih” Gaza, dan bahkan mengusulkan “kepemilikan” atas Gaza. Dia membayangkan AS akan membangun kembali secara ekonomi wilayah yang hancur akibat perang itu.

    Namun rencana Trump itu hanya dilakukan setelah merelokasi warga Gaza ke negara-negara lainnya, seperti Yordania dan Mesir, tanpa ada rencana bagi mereka untuk kembali tinggal di sana.

    Baru-baru ini, Trump bahkan menyebut Gaza sebagai lokasi “pengembangan real estate untuk masa depan”, dan kembali menegaskan warga Palestina tidak memiliki hak untuk kembali berdasarkan rencana pengambilalihan yang dilakukan AS.

    Rencana Trump itu menuai penolakan dan kecaman luas secara global, terutama oleh negara-negara Arab.

    Al-Houthi, menyerukan agar pasukan Houthi bersiap melakukan tindakan militer jika rencana itu dilaksanakan. Dia juga menyebut Trump sebagai “penjahat” dalam pernyataannya.

    “Saya menyerukan angkatan bersenjata untuk siap mengambil tindakan militer jika penjahat Trump melaksanakan ancamannya,” tegasnya.

    Ancam Israel

    Kelompok Houthi (AP/Osamah Abdulrahman)

    Kelompok Houthi mengancam akan menyerang Israel jika negara itu kembali melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza dan tidak berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.

    “Tangan kami ada pada pelatuk dan kami siap untuk segera melakukan eskalasi melawan musuh Israel jika eskalasi kembali terjadi di Jalur Gaza,” kata pemimpin Houthi, Abdulmalik al-Houthi, dalam pidato yang disiarkan televisi yang dikelola kelompok itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (12/2).

    Houthi telah melancarkan rentetan serangan terhadap kapal-kapal Israel dan kapal-kapal lainnya di Laut Merah, yang mengganggu jalur pelayaran global. Kelompok yang didukung Iran itu menyebut serangannya sebagai tindakan solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang diserang Israel.

    Tidak hanya serangan maritim, Houthi juga melancarkan serangan rudal dan drone ke arah wilayah Israel, yang berjarak ratusan kilometer di sebelah utara Yaman.

    Diketahui, kesepakatan gencatan senjata Gaza yang berlaku sejak 19 Januari lalu tampak semakin rapuh setelah Hamas mengumumkan penundaan pembebasan sandera Israel dan menuduh Tel Aviv telah melanggar gencatan senjata itu.

    Merespons pengumuman Hamas itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan mengakhiri gencatan senjata yang rapuh di Jalur Gaza dan militer Tel Aviv akan melanjutkan serangan terhadap daerah kantong Palestina tersebut hingga Hamas dikalahkan.

    “Menyoroti pengumuman Hamas mengenai keputusannya melanggar perjanjian dan tidak membebaskan para sandera kami, tadi malam saya memerintahkan (militer Israel) untuk mengumpulkan pasukan di dalam dan di sekitar Jalur Gaza,” kata Netanyahu setelah menggelar rapat kabinet keamanan.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Arsitek ‘Rencana Para Jenderal’ IDF: Ada 3 Kesalahan yang Bikin Israel Gagal Total di Gaza – Halaman all

    Arsitek ‘Rencana Para Jenderal’ IDF: Ada 3 Kesalahan yang Bikin Israel Gagal Total di Gaza – Halaman all

    Arsitek ‘Rencana Para Jenderal’ IDF: Ada 3 Kesalahan yang Bikin Israel Gagal Total di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, Jenderal (Purn), Giora Eiland, dilansir media Israel, Maariv, mengatakan kalau militer Israel (IDF) telah gagal total dalam perang Gaza.

    Sebagai informasi, Eiland, adalah arsitek dari wacana operasi ‘Rencana Para Jenderal’ (The Generals Plan) yang bermaksud untuk mengusir warga Gaza Utara dan mengosongkan wilayah itu sepenuhnya untuk dijadikan buffer zone, zona penyangga keamanan dari teritorial pendudukan Israel.

    Eiland dalam laporan tersebut menambahkan kalau kekalahan Israel dalam perang Gaza dapat diukur dengan mengetahui “pihak mana yang mencapai tujuannya dan pihak mana yang memaksakan kehendaknya pada pihak lain.”

    Dalam konteks ini, pensiunan jenderal IDF itu mencontohkan betapa Hamas mampu membuat pasukan IDF mundur dari Poros Netzarim.

    “Berdasarkan kesepakatan Gaza, Israel membuka perbatasan Rafah dan menarik diri dari poros Netzarim, sementara ribuan warga Palestina kembali ke utara,” tambahnya.

    ARSITEK PENGUSIRAN – Inisiator Rencana Para Jenderal, Mayor Jenderal Giora Eiland saat masih aktif di Militer Pendudukan Israel (IDF). Rencana ini dimaksudkan untuk mengosongan wilayah Gaza Utara dari penduduknya. (TNA/Tangkap Layar)

    Seputar The Generals Plan

    Nama ‘Rencana Para Jenderal’ tersebut pertama kali disebutkan di media Israel pada awal September 2024. 

    Rencana tersebut merupakan rencana militer dua tahap, menurut apa yang diumumkan oleh Forum Perwira Cadangan dan Prajurit IDF.

    Tahap pertama rencana tersebut menyerukan pemindahan penduduk yang tersisa di Jalur Gaza utara, yang akan dinyatakan sebagai zona militer selama tahap kedua.

    “Dan eksperimen tersebut kemudian digeneralisasikan ke seluruh Jalur Gaza,” tulis ulasan Khaberni dikutip Jumat (14/2/2025).

    Rencana tersebut juga menyerukan untuk mengubah wilayah utara poros Netzarim menjadi zona militer tertutup dan memaksa sekitar 300.000 warga Palestina di Jalur Gaza utara mengungsi (pengusiran paksa) dalam waktu seminggu.

    Rencana tersebut bertujuan untuk menghilangkan sepenuhnya keberadaan Hamas di Jalur Gaza utara dengan mengosongkan wilayah tersebut dari penduduknya, mengubahnya menjadi zona militer tertutup, dan mencegah masuknya bantuan.

    KORIDOR NETZARIM – Foto yang diambil dari The Times of Israel tanggal 10 Februari 2025 memperlihatkan pemandangan koridor Netzarim di Jalur Gaza. Pasukan Israel mulai mundur dari Netzarim. (The Times of Israel/Emmanuel Fabian)

    3 Kesalahan Israel

    Sebelum perjanjian gencatan senjata Hamas-Israel terjadi dalam kerangka pertukaran sandera-tahanan, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth pernah menerbitkan sebuah artikel oleh Eiland di mana ia mengkritik strategi militer Israel dalam perang di Gaza.

    Dalam kritiknya, Eiland menunjukkan kalau tekanan militer saja tidak cukup untuk mencapai target perang Israel di Jalur Gaza.

    Dia juga menjabarkan sejumlah kesalahan yang dilakukan Israel dalam konteks perangnya di Gaza selama agresi 15 bulan yang berujung kegagalan.

    Dalam artikelnya yang berjudul “Kesimpulan Perang Gaza: Tekanan Militer Tidaklah Cukup,” pensiunan jenderal Israel itu menegaskan kalau salah satu kesalahan terbesar Israel adalah mengadopsi narasi Amerika Serikat (AS) yang menyamakan Gerakan Perlawanan Palestina Hamas dengan ISIS.

    Menurut Eiland, Hamas bukan sekadar “organisasi perlawanan yang memaksakan kekuasaannya kepada rakyat Gaza,” tetapi lebih merupakan “Negara Gaza” yang mendeklarasikan perang terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

    Dalam konteks sebagai ‘negara’, Eiland menggarisbawahi kalau perang antarnegara biasanya melibatkan penerapan blokade ekonomi terhadap musuh.

    Menurut pandangan ini, Israel tidak berkewajiban menyediakan semua kebutuhan pokok Gaza dalam perang ini, tetapi dapat saja memperketat pengepungan lebih jauh dan lebih ketat, klaimnya.

    Kesalahan kedua yang ditunjukkan Eiland adalah kegagalan Israel untuk mengeksploitasi kelemahan “musuh”.

    Sebagaimana yang dikatakannya, “Perang bertujuan untuk memaksa pihak lain untuk bertindak melawan keinginannya,” dan menurut pendapatnya ada 3 cara utama untuk mencapai tujuan ini:

    Menerapkan sanksi ekonomi terhadap Hamas

    Cara ini, berarti melakukan blokade ketat dan menyeluruh terhadap kebutuhan apapun warga Gaza.

    Situasi ini, kata dia, akan menciptakan kemarahan dan kepahitan di kalangan penduduk, sehingga membuat mereka berbalik menentang Hamas.

    Ini adalah inti dari Rencana Para Jenderal yang diusulkan dan dilaksanakan di Gaza utara. 

    Mendukung Pemerintahan Alternatif di dalam Gaza

    Israel, kata dia, belum melaksanakan cara ini selama perang Gaza.

    Cara ini bertujuan untuk membuat kekuasaan tandingan bagi Hamas yang memiliki kendali kuat baik secara militer maupun secara sosial dan pemerintahan di Gaza.

    Ancaman kehilangan wilayah bagi warga Gaza (pengungsian paksa dengan kata lain), sebuah strategi yang belum dicoba Israel, klaimnya.

    Perlu dicatat, The General Plans yang diusung Eiland merupakan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan dalam perang genosida Israel di Gaza.

    Menurut sang jenderal, Israel telah memilih strategi tradisional yang hanya berfokus pada tekanan militer.

    “Ini merupakan kesalahan besar karena tidak memperhitungkan kalau Hamas telah mempersiapkan diri selama 15 tahun untuk menghadapi tekanan jenis ini,” katanya dalam analisis tersebut.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)

    Israel Tanpa Visi Soal Gaza

    Kesalahan ketiga Israel yang disebutkan Eiland adalah kegagalan Israel untuk mengembangkan rencana politik yang jelas untuk masa depan Gaza setelah perang.

    Ia menunjukkan bahwa selama kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Israel setelah serangan 7 Oktober, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ditanya tentang rencana Israel untuk fase perang berikutnya, dan jawaban Netanyahu tidak berisi konten atau rencana spesifik apa pun.

    Alih-alih menjabarkan apa yang disebut sebagai ‘The Day After’ tersebut, Netanyahu malah berkata, “Ketika kita sampai pada hari berikutnya, kita (baru) akan berbicara tentang hari berikutnya.”

    Eiland memandang pernyataan Netanyahu sebagai ‘penghinaan dan pengabaian’ kebutuhan akan visi politik untuk mengelola fase pascaperang.

    Dalam kata-katanya, akan lebih baik jika pemerintah Israel menjelaskan posisinya kalau Israel tidak memiliki kepentingan teritorial atau politik di Gaza, tetapi lebih pada kepentingan keamanan dalam demiliterisasi total wilayah tersebut. 

    “Israel seharusnya siap membahas rencana apa pun dengan negara Arab atau Barat yang akan memberikan alternatif politik yang dapat memastikan perlucutan senjata permanen,” kata dia.

    Eiland mengakhiri artikelnya dengan menekankan bahwa Israel perlu mengevaluasi kembali strategi militer dan politiknya dalam perang di masa depan.

    Tekanan militer saja tidak cukup untuk mencapai tujuan utama dalam konflik.

    Sebaliknya, tekanan militer memerlukan pemikiran mendalam tentang cara-cara ekonomi dan politik yang dapat menyebabkan runtuhnya rezim yang bermusuhan dan mencapai tujuan keamanan dan politik dalam jangka panjang.

    Menurut sang jenderal, kegagalan dalam mengadopsi strategi ini dapat menyebabkan hasil yang tidak pasti dan memperpanjang perang di Jalur Gaza tanpa mencapai kemenangan menyeluruh.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Hamas Lepas Tiga Sandera Israel Ditukar Pembebasan 369 Tahanan Palestina, Ben-Gvir: Israel Lemah! – Halaman all

    Hamas Lepas Tiga Sandera Israel Ditukar Pembebasan 369 Tahanan Palestina, Ben-Gvir: Israel Lemah! – Halaman all

    Hamas Lepas Tiga Sandera Ditukar 369 Tahanan Palestina, Ben-Gvir: Israel Lemah!

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir melontarkan pernyataan keras terhadap pemerintah Israel atas pengumuman Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas terkait putaran ke-6 pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (15/2/2025).

    Diketahui, Hamas mengumumkan akan membebaskan tiga sandera Israel yaitu Alexander (Sasha) Turbanov, Sagui Dekel-Chen, dan Yair Horn untuk ditukar dengan pembebasan sebanyak 369 tahanan Palestina yang ada di penjara Israel.

    Dalam pernyataannya, Ben-Gvir menyinggung dukungan Donald Trump yang mengancam Hamas melepaskan semua sandera Israel sekaligus kalau tak mau ada ‘neraka di bumi’ terjadi di Gaza.

    “Dalam posting-annya di X, Ben-Gvir menyebut persetujuan rilis terbatas sebagai konsesi yang tidak dapat dibenarkan,” tulis laporan RNTV mengutip unggahan Ben-Gvir, Jumat (14/2/2025)..

    Pernyataan Ben-Gvir tersebut muncul di tengah meningkatnya perdebatan internal di Israel mengenai negosiasi pertukaran pembebasan sandera-tahanan dengan Hamas.

    Sejumlah entitas Zionis menilai, negosiasi dengan Hamas ini merugikan Israel.

    Terlebih, kesepakatan ini menunjukkan kalau Hamas masih sangat ‘hidup’ sebagai sebuah organisasi baik secara politik pemerintahan dan militer di Jalur Gaza.

    Harus digarisbawahi, pemberangusan Hamas adalah satu di antara tujuan utama Israel melancarkan agresi selama 15 bulan di Gaza.  

    “Tekanan politik dan publik untuk solusi yang komprehensif, meningkat di Israel,” kata laporan tersebut.

    Adapun Ben Gvir lebih lanjut mengutuk keputusan menerima kesepakatan dengan Hamas tersebut, dengan menyatakan: 

    “Pemerintah Israel mendapat dukungan penuh dari presiden negara adikuasa terbesar di dunia untuk menuntut pembebasan semua sandera paling lambat Sabtu pukul 12:00—dan Anda malah puas dengan tiga sandera?! Ini adalah kelemahan yang tidak dapat diterima! Sudah waktunya untuk bertindak, bukan hanya kata-kata. Jika Hamas tidak membebaskan mereka semua, lepaskan api neraka atas mereka!”

    Rincian Pertukaran Sandera-Tahanan Hamas-Israel pada Sabtu

    Lembaga terafiliasi Hamas urusan tahanan Palestina di Penjara Israel, Kantor Media Tahanan sudah mengungkapkan rincian daftar tahanan Palestina yang dijadwalkan akan dibebaskan besok dari penjara Israel.

    Kantor Media Tahanan melaporkan kalau 3 sandera Israel yang dibebaskan Hamas akan ditukar dengan pembebasan 369 tahanan Palestina di Penjara Israel.

    Rincian dari 369 tahanan Palestina itu antara lain, sebanyak 36 tahanan yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oelh Israel, serta 333 tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober.

    Juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, Abu Obeida mengatakan dalam cuitannya di Telegram:

    “Dalam kerangka kesepakatan pertukaran tawanan Banjir Al-Aqsa, Brigade Al-Qassam memutuskan untuk membebaskan tawanan Zionis berikut besok, Sabtu, 15 Februari 2025: (1- Sasha Alexander Trubnov, 2- Sagi Dekel Han, 3- Yair Horn).

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto tangkapan layar ini diambil pada Sabtu (1/2/2025) dari siaran langsung di channel YouTube AP News pada hari yang sama, menunjukkan sandera Israel, Keith Siegel, mengenakan topi dan berdiri dengan didampingi anggota Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. Pada momen itu, komandan Hamas yang diklaim tewas, Haitham al-Hawajri, terlihat di acara tersebut. (Tangkapan Layar Siaran YouTube AP News)

    Adapun Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa di Tel Aviv, pihak keamanan Israel sudah menyiapkan pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina sejak awal kesepakatan.

    “Karena mereka sudah memperkirakan kalau 369 tahanan akan dibebaskan dari penjara Israel,” kata laporan tersebut.

    Laporan menjelaskan sebanyak 333 tahanan Palestina, yang ditangkap selama agresi militer darat IDF di Jalur Gaza setelah 7 Oktober akan dikembalikan ke Jalur Gaza.

    Adapun 10 tahanan lain akan dibebaskan ke Tepi Barat, sebagai tambahan satu tahanan akan dibebaskan ke Yerusalem Timur.

    Laporan menambahkan, 25 narapidana yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup akan dideportasi ke Jalur Gaza atau ke luar negeri melalui Mesir.

    Kantor Media Tahanan melaporkan kepada TV Al-Arabiya bahwa ketiga tahanan yang diumumkan akan diserahkan besok oleh kelompok perlawanan berasal dari daftar korban luka dan sakit.

    Ia menjelaskan bahwa untuk setiap tahanan Israel, ada sebanyak 12 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup dan 111 tahanan dari Gaza yang akan dibebaskan.

     

    (oln/rntv/khbrn/*)

     
     

  • Hamas Mau Bebaskan 3 Sandera, Kantor Netanyahu: Belum Ada Deal, Perang Gaza Bisa Pecah Lagi Sabtu – Halaman all

    Hamas Mau Bebaskan 3 Sandera, Kantor Netanyahu: Belum Ada Deal, Perang Gaza Bisa Pecah Lagi Sabtu – Halaman all

    Hamas Mau Bebaskan 3 Sandera, Netanyahu: Belum Ada Deal, Perang Gaza Bisa Pecah Lagi Sabtu

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Penyiaran Israel, KAN, melaporkan kalau Komando Selatan militer Israel (IDF) akan menggelar pertemuan untuk membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza, Jumat (14/2/2025).

    Pertemuan itu membahas peluang diterimanya pembebasan 3 sandera Israel yang dijadwalkan dibebaskan Hamas pada Sabtu (15/2/2025) atau kemungkinan kembali bertempur, yang berarti gencatan senjata berakhir dan perang kembali pecah, kata laporan itu dikutip dari Khaberni.

     
    Kantor Netanyahu mengatakan saat ini belum ada kesepakatan dengan Hamas mengenai pembebasan sandera, tetapi ada persiapan untuk mengumumkannya secara resmi.

    Sempat menunda pembebasan, Hamas akhirnya mau membebaskan 3 sandera Israel sesuai jadwal pertukaran sandera tahap pertama. Namun, belakangan Israel meminta lebih banyak sandera untuk dibebaskan.
     
    “Keputusan sekarang ada di tangan Netanyahu apakah akan melanjutkan gencatan senjata atau kembali bertempur,” kata laporan tersebut dikutip Jumat.

    Adapun media lain Israel, Walla mengutip pernyataan seorang pejabat senior Israel mengabarkan kalau pihak Zionis tetap berharap pembebasan sandera tetap terjadi Sabtu besok dengan Hamas mengumumkan nama-nama sandera yang akan dibebaskan terlebih dulu.

    Walla menyiratkan, kemungkinan Israel akan menunda niat mereka untuk melanjutkan perang di Gaza setidaknya hingga pekan depan.

    “Kami berharap yang diculik akan dibebaskan besok, tetapi tampaknya krisis telah ditunda hingga minggu depan. Kami berharap menerima daftar hari ini melalui mediator berisi nama 3 orang yang diculik yang akan dibebaskan oleh Hamas besok,” kata pejabat tersebut dilansir Walla.

    PEMBEBASAN SANDERA – Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic yang diambil pada Sabtu (8/2/2025), menunjukkan sandera Israel yang dibebaskan Hamas. Sebagai ganti 3 sandera, Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)

    Ancaman Trump ke Hamas

    Seperti diketahui, Hamas akhirnya mau membebaskan sandera Israel kembali setelah sempat memanas akibat saling tuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata.

    Diperkirakan Hamas akan membebaskan tiga sandera pada Sabtu (15/2/2025) besok.

    Adam Boehler, utusan Amerika Serikat (AS) untuk urusan penyanderaan, mengatakan kalau ancaman Presiden Donald Trump terhadap Hamas merupakan gambaran sikap terkait persoalan pertukaran sandera.

    Trump menyatakan, ‘Hell on Earth’ akan terjadi di Gaza kalau Hamas tidak membebaskan sandera Israel seusai jadwal. Hamas sempat mengumumkan, menunda pembebasan sandera karena Israel melanggar gencatan senjata.

    “Ancaman Trump terhadap Hamas adalah posisi presiden saat ini dan dia berhak untuk mengubah atau memodifikasinya. Saya harap Hamas telah mendengar dengan jelas dari Trump bahwa mereka harus mengatasi masalah penyanderaan,” kata Adam Boehler.

    Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani diperkirakan akan mengirimkan daftar tiga nama sandera tersebut kepada Kepala Mossad, David Barnea.

    Pembebasan sandera oleh Hamas ini diharapkan akan menyelesaikan krisis yang mengancam akan menggagalkan gencatan senjata yang sudah rapuh.

    Dikutip dari The Jerusalem Post, Hamas menyatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Kelompok itu juga menegaskan bahwa mereka akan terus membebaskan sandera “sesuai dengan jadwal”, yang berarti hanya tiga sandera pada hari Sabtu.

    Hal ini bertentangan dengan tuntutan Presiden AS Donald Trump untuk membebaskan “semua sandera” dan beberapa seruan oleh pejabat Israel untuk membebaskan kesembilan sandera yang masih hidup dan seharusnya dibebaskan selama sisa fase pertama kesepakatan.

    Sebelumnya, Hamas mengklaim Israel belum mengizinkan semua bantuan kemanusiaan yang disepakati untuk memasuki Gaza sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian.

    Bahkan, menurut Hamas, Israel juga belum mengizinkan cukup banyak warga Palestina yang terpaksa pindah ke selatan untuk kembali ke utara.

    Sementara itu, Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian, termasuk pada Kamis malam ketika militer mengatakan Hamas telah menembakkan roket dari Gaza yang mendarat di daerah kantong itu.

    Hamas, yang dipimpin oleh Kepala Biro Politik Khalil Al-Hayya sedang mengunjungi Kairo untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat keamanan Mesir.

    Mereka mengatakan bahwa mediator Mesir dan Qatar akan terus berupaya “untuk menghilangkan hambatan dan menutup kesenjangan.”

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dijadwalkan tiba di kawasan tersebut, termasuk Israel, pada hari Sabtu.

    Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada Post bahwa ada kemungkinan Steve Witkoff, utusan Trump untuk Timur Tengah, akan berkunjung dalam beberapa hari mendatang.

    Dua pejabat mengatakan, tujuan saat ini adalah untuk mempercepat pembebasan sembilan sandera yang masih hidup.

    “Setelah melihat gambar kondisi para sandera minggu lalu, kami perlu membebaskan mereka secepat mungkin,” kata seorang sumber.

    Tujuan Israel lainnya adalah untuk memperluas daftar sandera yang dibebaskan pada tahap pertama.

    Kesepakatan saat ini menyebutkan Hamas akan membebaskan 33 sandera, beberapa di antaranya tewas, tetapi ada upaya untuk mengubah jumlah tersebut.

    “Setiap sandera adalah ‘kasus kemanusiaan’ – kriteria bagi mereka yang dibebaskan pada tahap pertama,” kata sumber tersebut.

    “Semua orang menunggu untuk melihat apa yang terjadi pada hari Sabtu,” lanjutnya.

    ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (1/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa foto 7 komandan mereka yang terbunuh dalam serangan Israel, selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Mesir dan Qatar Cari Solusi Kebuntuan

    Delegasi Hamas yang dipimpin oleh kepala kelompok itu di Gaza, Khalil Al-Hayya, bertemu dengan pejabat keamanan Mesir pada hari Rabu untuk mencoba memecahkan kebuntuan.

    Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan perundingan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa mediator Mesir dan Qatar sedang berusaha mencari solusi untuk mencegah terulangnya kembali pertempuran.

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan para mediator memberikan tekanan agar kesepakatan gencatan senjata dilaksanakan sepenuhnya, memastikan Israel mematuhi protokol kemanusiaan dan melanjutkan pertukaran sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel pada hari Sabtu.

    Sebelumnya, Israel telah memanggil pasukan cadangan untuk bersiap menghadapi kemungkinan meletusnya kembali perang di Gaza.

    Israel pun mengancam jika Hamas gagal memenuhi tenggat waktu pada Sabtu (15/2/2025) besok tidak membebaskan lebih banyak sandera, gencatan senjata akan dibatalkan.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan gencatan senjata itu dimaksudkan untuk segera membebaskan para sandera yang ditawan dalam kondisi yang sulit di Gaza.

    “Jika Hamas menghentikan pembebasan sandera, maka tidak ada gencatan senjata dan yang ada adalah perang,” kata Katz.

     Katz menambahkan bahwa “perang Gaza yang baru” akan memiliki intensitas yang sama sekali berbeda dan “memungkinkan terwujudnya visi Trump untuk Gaza”.

    “Hamas tidak akan menerima bahasa ancaman Amerika dan Israel,” kata juru bicara Hamas Hazaem Qassem dalam sebuah pernyataan.

    “Kontak sedang dilakukan dengan negara-negara mediator untuk menyelesaikan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata,” lanjutnya.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel akan melanjutkan “pertempuran sengit” jika Hamas tidak memenuhi tenggat waktu, tetapi tidak mengatakan berapa banyak sandera yang harus dibebaskan.

    Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk mengumpulkan pasukan di dan sekitar Gaza.

    Militer pun mengumumkan akan mengerahkan pasukan tambahan ke selatan Israel, dekat Gaza, termasuk memobilisasi pasukan cadangan.

     

    (oln/khbr/*)

     

  • 5 Bukit Lokasi Pasukan Israel di Lebanon Selatan, Cegat Hizbullah Jika Perang Kembali Pecah di Gaza – Halaman all

    5 Bukit Lokasi Pasukan Israel di Lebanon Selatan, Cegat Hizbullah Jika Perang Kembali Pecah di Gaza – Halaman all

    Israel Sukses Rayu AS, Ini 5 Bukit Utama Lokasi Pasukan IDF Ditempatkan di Lebanon Selatan

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan terus membujuk Amerika Serikat (AS) untuk mempertimbangkan kembali penolakan atas permintaan Tel Aviv untuk memperpanjang kehadiran militer Israel (IDF) di Lebanon.

    Menurut sumber-sumber Israel, sebelumnya AS telah menegaskan kalau tentara Israel harus mundur paling lambat tanggal 18 Februari.

    Media Lebanon, LBCI melansir bujukan Israel ke AS itu berhasil menghasilkan kompromi kalau IDF akan tetap ditempatkan di lima lokasi utama di Lebanon selatan.

    Kompromi ini terjadi hasil negosiasi pihak Israel dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di Tel Aviv.

    “Sebuah unit militer Israel telah mulai mempersiapkan lima lokasi militer di Lebanon Selatan, dengan mengklaim bahwa lokasi-lokasi tersebut merupakan bagian dari sebuah perjanjian dengan Amerika Serikat,” kata LBCI, dikutip Jumat (14/2/2025). 

    “Pengaturan ini dilaporkan dicapai sebagai sebuah kompromi setelah Washington menolak permintaan Israel untuk memperpanjang masa tinggalnya di Lebanon setelah tanggal 18 Februari,” tambah laporan tersebut.

    Penetapan kelima lokasi bagi Pasukan Israel di Lebanon Selatan ini telah dikonfirmasi.

    “Kelima lokasi tersebut akan berlokasi di antara Garis Biru dan kota-kota Israel utara, dengan perhatian khusus diberikan kepada wilayah-wilayah yang berseberangan dengan desa-desa Lebanon di Metula dan Manara,” tulis laporan tersebut.  

    LBCI melaporkan bukit-bukit tersebut adalah:

    – Bukit Aaziyyeh: Terletak 2 km dari perbatasan dekat Deir Seryan. Bukit ini menghadap ke Sungai Litani dari Mahmoudiyeh dan menghadap ke sisi Lebanon.

    – Bukit Al-Awaida: Terletak 1 km dari perbatasan antara Odaisseh dan Kfarkela, bukit ini adalah satu-satunya yang mengawasi pemukiman Israel di Metula dan pemukiman di dekatnya.

    – Bukit Labbouneh: Hanya 300 meter dari perbatasan, kawasan hutan lebat ini membentang di sepanjang Aalma El Chaeb dan Naqoura. Menghadap ke wilayah Lebanon dan Palestina.

    – Bukit El-Hamames: Ditemukan 1 km dari Garis Biru, di pinggiran Khiam, menghadap ke Metula dari utara.

    – Jabal Blat: Terletak 1 km dari Garis Biru antara Ramyeh dan Marwahin, bukit ini menghadap kedua sisi sektor barat dan tengah.

    MENYUSURI BUKIT – Pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon. IDF melakukan invasi darat melawan milisi Hizbullah. (tangkap layar Amir Levy/Getty Images)

    Waktu Penarikan Mundur Penuh Pasukan Belum Pasti

    Perlu dicatat, penempatan pasukan Israel di lima bukit teritorial Lebanon Selatan itu dilaporkan hanya bersifat sementara.

    Meski begitu, ada laporan-laporan berbeda mengenai kapan waktu penarikan penuh Israel dari wilayah-wilayah pendudukan lainnya di Lebanon Selatan. 

    Beberapa sumber mengindikasikan penarikan akan terjadi pada tanggal 18 Februari, sementara yang lain memperkirakan akan terjadi pada tanggal 28 Februari.

    Washington juga telah menegaskan kalau Angkatan Darat Lebanon melaksanakan perjanjian gencatan senjata dan sejauh ini telah mengerahkan pasukannya sesuai dengan ketentuan kesepakatan.  

    Dorongan Israel untuk memperpanjang kehadiran militer tidak semata-mata terkait dengan tujuan militernya untuk menargetkan depot senjata Hizbullah, seperti yang diklaim dalam pernyataan resmi IDF. 

    Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah ini, Tel Aviv ingin memperpanjang masa invasinya di Lebanon Selatan untuk bisa meyakinkan para pemukim Yahudi di Utara untuk mau kembali ke rumah-rumah mereka.

    “Israel juga menggunakan permintaan ini sebagai daya ungkit di tengah meningkatnya pertentangan dari penduduk Israel utara, yang menolak rencana untuk kembali ke rumah mereka pada tanggal 1 Maret,” kata laporan tersebut.

    Ancaman protes dan demonstrasi dari para pemukim Yahudi di Utara sudah dilontarkan jika masalah keamanan tidak ditangani.  

    Sementara itu, badan-badan keamanan Israel telah menurunkan pentingnya front Lebanon, menempatkannya pada posisi ketiga setelah Tepi Barat, Gaza, dan Suriah. 

    Akan tetapi, militer Israel telah menyatakan bahwa mereka menunggu arahan politik mengenai jadwal penarikan pasukan dari Lebanon sambil melanjutkan operasinya, termasuk penarikan pasukan secara terbatas.  

    Pada saat yang sama, angkatan udara Israel, yang berkoordinasi dengan intelijen militer, memantau dengan saksama perbatasan Lebanon-Suriah. 

    Di lapangan, militer Israel memperdalam kehadirannya di Suriah, memperkuat unit-unitnya untuk mengantisipasi apa yang oleh pejabat Israel digambarkan sebagai tantangan baru yang ditimbulkan oleh Front Perlawanan Islam, yang telah menjadi fokus utama bagi lembaga militer dan keamanan di Tel Aviv.

    MENYUSURI BUKIT – Tangkap Layar dari LCBI, Jumat (14/2/2025) menunjukkan pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon. IDF memperpanjang kehadiran mereka di Lebanon Selatan dalam invasi darat melawan milisi Hizbullah.

    Mau Tetap Pegang Kendali di Dua Front

    Menanggapi protes Israel tentang penarikan pasukan tanpa jaminan zona penyangga, komandan wilayah utara Israel meyakinkan pemukim Utara, dengan menyatakan bahwa kesepakatan untuk tetap berada di lima lokasi ini memberikan jaminan keamanan yang lebih besar bagi Israel.

    Lima lokasi penempatan Pasukan Israel di Lebanon Selatan ini punya makna strategis. 

    “Antara front selatan dan utara, pemerintah Israel juga berupaya untuk memastikan kelanjutan fase pertama kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas,” kata ulasan LCBI. 

    Tujuan dari fase ini bukan hanya untuk menenangkan warga Israel yang menuntut implementasi penuh dari kesepakatan tersebut, tetapi juga untuk mempertahankan kendali atas keputusan untuk melanjutkan peperangan di Gaza kapan saja. 

    Selain itu, Israel berupaya untuk memastikan Hamas tidak berperan dalam membentuk masa depan Jalur Gaza pascaperang.

    Sebagai konteks, keterlibatan Hizbullah dalam Perang Gaza terjadi karena kelompok perlawanan Lebanon itu menyerang wilayah Israel di utara sebagai bagian dukungan terhadap perjuangan Hamas dan faksi lain milisi perlawanan Palestina di Gaza.

    Serangan Hizbullah intensif sepanjang tahun lalu, membuat ratusan ribu pemukim Yahudi Israel di utara terpaksa mengungsi dan pemerintah Israel menanggung kompensasi yang sangat besar.

    Penempatan pasukan Israel di lima titik ini sebagai bentuk strategi cepat merespons Hizbullah saat situasi di Gaza kembali perang dan gencatan senjata berakhir.

    (oln/LCBI/*)