Negara: Jalur Gaza

  • Sebut ‘Netanyahu Meninggal’ & Dikubur di Tempat Sampah, Wanita Israel Ditahan – Halaman all

    Sebut ‘Netanyahu Meninggal’ & Dikubur di Tempat Sampah, Wanita Israel Ditahan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang wanita di Israel ditahan setelah menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meninggal.

    Netanyahu tentu saja masih hidup tatkala wanita itu menyebut sang perdana menteri meninggal. Gara-gara itu, dia dituding telah menyebarkan hasutan di media sosial untuk melawan Netanyahu.

    Wanita berusia 40 tahun itu lalu ditangkap oleh satuan polisi Lahav 433.

    Peristiwa ini berawal ketika dia mengunggah gambar berita duka yang disertai dengan keterangan.

    “Dengan senang hati dan kebahagiaan besar, kami mengumumkan meninggalnya sang eksekutor, teroris, dan penindas di Israel, yakni Benjamin Netanyahu. Semoga kenangan tentang dia dikutuk selamanya,” demikian keterangan itu dikutip dari Press TV.

    Lalu, unggahan itu juga mengumumkan bahwa Netanyahu dimakamkan “di tempat sampah” tanggal 19 Februari 2025. Ucapan dukacita akan diterima di Jalan Gaza dan Gedung Knesset (parlemen Israel).

    Ada pula informasi tentang perayaan dengan cara berdansa dan pembagian permen di kios Carmel Yom Tov di Kota Tel Aviv.

    Wanita juga menyertakan sebuah pesan untuk para pendukung Netanyahu.

    “Kepada para orang munafik dan orang yang ragu-ragu, inilah mimpi saya! Mereka yang lebih memilih menghakimi ketimbang bertindak bisa,” katanya.

    “Kepada semua orang idealis yang lebih suka duduk dan mengeluhkan nasib buruk mereka ketimbang menyatukan keinginan mereka menjadi satu kepalan dan bertempur, dan kepada semua pendukung Bibi (julukan Netanyahu), kalian bisa dengan aman bergabung dengan eksekutor itu.”

    Peristiwa ini bukanlah pertama kalinya polisi Israel menahan orang atas dugaan penghasutan. Unggahan yang mirip pernah muncul di media sosial dan terkadang berujung pada dakwaan di pengadilan.

    Meski demikian, pihak berwenang di Israel memilih tutup mata terhadap hasutan dari para pendukung Netanyahu. Beberapa bahkan dengan terang-terangan meminta warga Palestina digenosida.

    Pejabat Israel juga kerap menindak tegas para penentang Netanyahu yang mengungkapkan pendapat mereka.

    Di bawah kepemimpinan Netanyahu, Israel telah melancarkan serangan besar di Jalur Gaza sejak perang meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    Saat ini sudah ada lebih dari 48.000 warga Palestina yang tewas karena serangan Israel.

    Adapun dalam perang Gaza-Israel tahun 2006, terdapat sekitar 1.200 warga Palestina yang tewas.

    (*)

  • Al-Qassam Pajang Bom Bertuliskan ‘Mereka Dibunuh oleh Bom AS’ saat Serahkan Jasad Sandera Israel – Halaman all

    Al-Qassam Pajang Bom Bertuliskan ‘Mereka Dibunuh oleh Bom AS’ saat Serahkan Jasad Sandera Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), memajang dua bom di atas panggung selama acara penyerahan empat jenazah sandera Israel di Khan Yunis, Jalur Gaza pada Kamis (20/2/2025).

    Dua bom berwarna putih tersebut dipajang di sisi kiri panggung, berseberangan dengan empat peti jenazah yang berada di sisi lain.

    Terlihat warna merah pada ujung kedua bom tersebut, yang menggambarkan bom itu telah digunakan untuk membunuh sandera, lengkap dengan tulisan “Mereka dibunuh dengan bom AS” dalam bahasa Inggris.

    Trevor Paul, mantan ahli amunisi Angkatan Darat AS, mengatakan dua bom yang dipajang di panggung itu adalah bom GBU-39 AS yang belum meledak.

    “Jenis bom ini diproduksi secara eksklusif di Amerika Serikat,” kata Trevor Paul dalam pernyataannya kepada Badan Verifikasi Berita Sanad Jaringan Al Jazeera.

    Pernyataan pakar tersebut konsisten dengan investigasi sebelumnya yang dipublikasikan oleh media massa AS, termasuk New York Times dan CNN, yang mengungkapkan tentara Israel menggunakan bom tersebut dalam serangannya di Rafah pada Mei tahun 2024.

    Investigasi sebelumnya oleh Sanad Agency mengungkapkan Israel menggunakan senjata yang sama untuk menargetkan Masjid Sekolah Al-Tabi’in, yang menampung ratusan orang mengungsi, pada bulan Agustus 2024.

    Serangan tersebut menewaskan 100 orang dan melukai puluhan lainnya, menurut Pertahanan Sipil di Gaza.

    Hamas: Kami Berusaha Lindungi Sandera, tapi Israel Bunuh Mereka

    Sebelum menyerahkan empat jenazah sandera Israel, Hamas mengatakan mereka menghormati kesucian orang yang telah meninggal selama upacara penyerahan tersebut.

    Sementara Israel tidak menghormati kehidupan mereka saat mereka masih hidup, menurut pernyataan Hamas.

    “Perlawanan telah menyelamatkan nyawa para tahanan pendudukan di Jalur Gaza, menyediakan apa yang mereka bisa, dan memperlakukan mereka secara manusiawi, namun tentara mereka membunuh mereka bersama para penjaga mereka,” kata Hamas, Kamis.

    “Tentara pendudukan membunuh tahanannya dengan mengebom pusat penahanan mereka dan pemerintahnya harus bertanggung jawab setelah berulang kali menghalangi perjanjian pertukaran (tahanan),” tambahnya.

    Hamas mengirim pesan kepada keluarga Bibas dan Lifshitz bahwa mereka ingin membebaskan mereka hidup-hidup namun mereka dibunuh oleh Israel.

    “Kami lebih suka putra-putra kalian kembali hidup-hidup, tetapi para pemimpin kalian memilih untuk membunuh mereka dan 17.881 anak-anak Palestina bersama mereka,” katanya.

    Hamas menekankan bahwa satu-satunya cara mengembalikan sandera hidup-hidup adalah melalui pertukaran tahanan dan gencatan senjata.

    Pada Kamis (20/2/2025), Hamas menyerahkan empat jenazah sandera Israel yaitu Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan satu sandera lain bernama Oded Lifshitz (83), usia tersebut dilaporkan saat mereka ditahan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Sejak dimulai implementasi gencatan senjata pada 19 Januari 2025, Israel dan Hamas telah melakukan tujuh kali pertukaran tahanan.

    Pada tahap pertama perjanjian tersebut, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera Israel termasuk delapan jenazah sandera, dengan imbalan pembebasan ribuan tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Intel Israel Salah Terus, Komandan Batalyon Timur-Utara Hamas Muncul Saat Prosesi Penyerahan Jenazah – Halaman all

    Intel Israel Salah Terus, Komandan Batalyon Timur-Utara Hamas Muncul Saat Prosesi Penyerahan Jenazah – Halaman all

    Intelijen Israel Salah Terus, Komandan Batalyon Timur-Utara Hamas Muncul Saat Prosesi Penyerahan Jenazah

    TRIBUNNEWS.COM – Kinerja intelijen Israel, baik dari militer Israel (IDF), maupun dari badan-badan keamanan lain seperti Mossad dan Shin Bet, kembali menjadi sorotan.

    Hal itu lantaran kembali terjadinya kesalahan dalam informasi intelijen yang sudah diumumkan IDF terkait pengeleminasian pimpinan-pimpinan kelompok gerakan Hamas.

    Channel Hebrew 14 Israel, melaporkan kalau komandan Batalyon Timur dan Utara di Brigade Khan Younis, Rafa’a Salameh, yang sebelumnya dinyatakan tewas oleh IDF, terlihat berpartisipasi dalam penyerahan jenazah keempat sandera Israel, di Khan Younis, Gaza Selatan, Kamis (20/2/2025).

    IDF menyatakan – merujuk pada informasi intelijen- dikutip Anadolu, Rafa’a Salameh dieleminasi pada Minggu (14/7/2024) silam lewat pengeboman serangan udara di Gaza Selatan.

    Anadolu menyatakan, pengeboman itu juga menewaskan 90 orang Palestina saat ledakan dari serangan tersebut menyasar tenda-tenda pengungsian. 

    Kemunculan Rafaa Salamah ini dinilai kembali mencoreng kredibilitas intelijen Israel yang digaungkan sebagai satu di antara terbaik di dunia.

    Selama perang Gaza, penyebab Israel gagal sepenuhnya mencapai target perang satu di antaranya adalah lantaran kegagalan intelijen untuk bisa memetakan Gaza secara utuh. 

    Upaya infiltrasi yang dilakukan Israel, dikabarkan belum bisa masuk secara aktif ke dalam organisasi Hamas.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan panggung tertutup tirai hitam, yang digunakan oleh Hamas saat menyerahkan empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Para Sandera Israel Tewas Justru Oleh Bom IDF

    Pada prosesi penyerahan jenazah para sandera Israel itu, Hamas menyiapkan panggung  yang berhias spanduk-spanduk perlawanan yang menentang tuntutan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menurut media Ibrani.

    Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, bersama dengan faksi perlawanan Palestina lainnya, menyerahkan jenazah empat tawanan ‘Israel’ kepada Palang Merah di Gaza.

    “Dalam pernyataan resminya, Hamas menekankan bahwa perlawanan tersebut menjamin martabat para korban tewas dan menghormati perasaan keluarga mereka selama penyerahan jenazah, meskipun ada apa yang digambarkannya sebagai pengabaian pendudukan Israel terhadap kehidupan mereka saat mereka masih hidup,” tulis laporan RNTV, Kamis.

    Brigade tersebut juga mengecam Pendudukan Israel karena mengebom tempat-tempat penahanan tawanan, yang mengakibatkan kematian mereka, dan meminta pertanggungjawaban pemerintah ‘Israel’ karena menghalangi negosiasi pertukaran tawanan.

    Selain itu, Al Qassam mengecam Perdana Menteri Israel Netanyahu karena berupaya mengalihkan tanggung jawab atas kematian para tawanan.

    “Pernyataan tersebut menegaskan kembali bahwa pertukaran tawanan adalah satu-satunya cara untuk membawa pulang tawanan dalam keadaan hidup dan memperingatkan agar tidak menggunakan kekuatan militer, yang akan menyebabkan lebih banyak korban,” kata laporan RNTV.

    Malu Besar

    Bukan kali ini saja citra intelijen Israel sebagai satu di antara unit militer paling valid dalam pengumpulan data dan spionase kembali tercoreng.

    Badan dan unit intelijen Israel juga menghadapi malu besar soal keberadaan komandan Batalyon Pantai gerakan Hamas, Haitham Al-Hawajri.

    Sebagai informasi, pada 3 Desember 2023 silam, tentara pendudukan Israel (IDF) merujuk pada informasi intelijen Israel, mengumumkan telah mengeleminasi Al-Hawajri dalam sebuah serangan.

    “Namun dalam sebuah adegan yang menggemparkan bagi pendudukan Israel, Al-Hajri baru-baru ini muncul saat pembebasan tahanan Israel Keith Segal, di mana ia berfoto dengan para petempur milisi perlawanan Palestina dan berjalan-jalan bebas tanpa menyembunyikan wajahnya,” tulis laporan Khaberni, dikutip Kamis (6/2/2025).

    Hal ini setidaknya merupakan insiden ketiga di mana seorang pemimpin militer senior Hamas muncul setelah Israel mengumumkan pembunuhannya.

    “Menghadapi rasa malu intelijen ini, tentara pendudukan Israel dan Shin Bet mengakui kesalahannya, dan menjelaskan bahwa pengumuman sebelumnya didasarkan pada informasi intelijen yang kemudian terbukti tidak akurat,” kata laporan itu.

    MASIH HIDUP – Hussein Fayyad, Komandan Batalyon Beit Hanoun, di Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas yang diklaim sudah dibunuh oleh Tentara Israel, muncul di media sosial. Ini menjadi kesalahan kesekian intelijen Israel terkait keberadaan para komandan tempur Hamas di Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Bukan Kesalahan Pertama

    Al-Hajri bukan satu-satunya pemimpin lapangan gerakan Hamas yang muncul setelah pembunuhannya diumumkan Israel.

    Sebulan sebelumnya, Hussein Fayyad, komandan Batalyon Beit Hanoun Hamas, terlihat menghadiri pemakaman warga Palestina di Gaza utara.

    Padahal, Israel mengklaim telah membunuhnya Mei tahun lalu saat membombardir Jabalia, Gaza Utara.

    Tentara pendudukan Israel menggambarkan Fayyad sebagai orang yang bertanggung jawab atas peluncuran banyak rudal anti-tank dan mortir ke pemukiman Israel selama perang Gaza.

    Pada pemakaman tersebut, Fayyad memberikan pidato di mana ia berbicara tentang “kemenangan Gaza atas tentara pendudukan Israel,”.

    Pidato ini mengonfirmasi kemunculannya baru-baru ini, kalau dia masih hidup, setelah gencatan senjata Gaza terjadi. 

    “Setelah kemunculan Fayyad, tentara dan Shin Bet sekali lagi dipaksa untuk mengakui bahwa penilaian intelijen mereka mengenai eleminasi Fayyad, salah,” tulis Khaberni.

    Peristiwa serupa lainnya terjadi dengan Mahmoud Hamdan, komandan batalyon lingkungan Tel al-Sultan di Rafah, yang juga dikenal sebagai pengawal pribadi martir pemimpin Hamas, Yahya Sinwar. 

    “Awalnya, tentara pendudukan Israel mengumumkan pembunuhannya dalam serangan udara, tetapi kemudian, setelah Sinwar syahid pada September 2024, ternyata Hamdan tetap hidup hingga akhirnya benar-benar meninggal dalam bentrokan lain dengan pasukan pendudukan Israel,” papar laporan tersebut.

    PASUKAN IDF – Pasukan Israel (IDF) dalam agresi militer mereka ke jalur Gaza. Per Minggu (19/1/2025), gencatan senjata antara Israel dan Hamas terjadi dalam kerangka pertukaran tahanan dalam tiga fase. (khaberni/tangkap layar)

    Validitas dan Kredibilitas Intelijen Israel Kini Dipertanyakan

    Kesalahan demi kesalahan ini berujung pada tercorengnya kredibilitas dan validitas informasi intelijen dari unit intel militer Israel.

    “Meskipun tentara pendudukan Israel berulang kali mengklaim telah membunuh lebih dari 100 pemimpin terkemuka Hamas, mulai dari komandan batalion dan brigade hingga pemimpin senior seperti Mohammed Deif, Marwan Issa, dan Yahya Sinwar, kesalahan intelijen baru-baru ini telah menimbulkan keraguan tentang kredibilitas laporan ini,” menurut surat kabar Israel berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth.

    Surat kabar berbahasa Ibrani itu menunjukkan bahwa Hamas masih memiliki pemimpin terkemuka di Jalur tersebut yang berkontribusi dalam membangun kembali kekuatan gerakan tersebut.

    Di antara mereka adalah Mohammed Sinwar, yang diyakini menggantikan saudaranya Yahya sebagai pemimpin gerakan, serta pemimpin brigade seperti Mohammed Shabana, komandan Brigade Rafah, dan Izz al-Din Haddad, komandan Brigade Gaza.

    ADIK YAHYA SINWAR – Adik Yahya Sinwar, Muhammad Al-Sinwar, pemimpin baru unit militer Hamas di Gaza saat tampil di program acara Apa yang Tersembunyi Itu Terbesar. (khaberni/tangkap layar)

    Surat kabar itu menjelaskan kalau semakin tinggi pangkat pemimpin Hamas yang menjadi sasaran Israel, semakin besar jumlah ‘modal’ dan ‘amunisi; yang digunakan Israel untuk memastikan pembunuhan tersebut.

    “Di samping itu Israel harus berpeluh demi mengintensifkan upaya intelijen untuk mengonfirmasi keberhasilan operasi militer pengeleminasian target tersebut,” kata laporan tersebut. 

    Karena alasan ini, Israel ragu untuk segera mengumumkan pembunuhan para pemimpin terkemuka Hamas dan Hizbullah.

    “Hasilnya, verifikasi pengeleminasian target operasi IDF memerlukan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu,” papar ulasan tersebut.

    Surat kabar itu menunjukkan kalau sepanjang perang Gaza, kritik meningkat soal klaim tentara pendudukan Israel mengenai angka “astronomis” yang diumumkan mengenai jumlah martir (petempur yang gugur) dari pejuang Hamas. 

    “Komandan lapangan IDF misalnya, mengklaim kalau beberapa laporan mengklaim bahwa satu batalyon militer Israel menewaskan 60 pejuang milisi Palestina di Beit Lahia dalam satu minggu, atau 150 di Shujaiya, tanpa bukti yang jelas untuk mengonfirmasi kebenaran angka-angka ini,” kata laporan tersebut.

    Menurut sumber militer Israel yang mengatakan kepada Yedioth Ahronoth, siapa pun (dari kelompok perlawanan Palestina) yang menjadi sasaran IDF di zona pertempuran didaftarkan pada “daftar pembunuhan,” tanpa memeriksa apakah ia benar-benar terbunuh atau hanya terluka.

    Menurut Yedioth Ahronoth, jumlah pejuang Hamas yang tersisa pada awal gencatan senjata per Januari 2025 diperkirakan sekitar 10.000 pejuang. 

    Gerakan ini juga mampu merekrut dan melatih ratusan pejuang baru dalam beberapa bulan terakhir.

    Surat kabar berbahasa Ibrani tersebut menilai kalau insiden ini mencerminkan serangkaian kegagalan intelijen Israel yang mengaburkan keakuratan informasi yang diandalkan tentara pendudukan Israel dalam agresi militernya melawan Hamas di Jalur Gaza.

    Kegagalan Israel mencapai target perang meski sudah ‘habis-habisan’ dalam 15 bulan agresi, diduga juga karena kelemahan unit intelijen mereka yang tidak mampu masuk ke dalam jaringan Hamas.

    “Saat perang berlanjut, pertanyaan yang muncul adalah berapa banyak pemimpin yang diklaim Israel telah dibunuh, tetapi mereka mungkin muncul kembali di masa mendatang,” tulis sindiran ulasan tersebut soal keraguan mereka terhadap apa yang diumumkan pihak militer Israel.

     

    (oln/RNTV/khbrn/*)

     
     

  • Update Perang Gaza: Presiden Israel Minta Maaf-Hamas Beri Penjelasan

    Update Perang Gaza: Presiden Israel Minta Maaf-Hamas Beri Penjelasan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perkembangan terbaru terus muncul dalam perang antara Israel dan milisi Hamas di wilayah Gaza, Palestina. Saat ini, kedua pihak sedang dalam gencatan senjata untuk pembebasan sejumlah warga Israel yang ditawan di Gaza, termasuk jenazah mereka yang tewas.

    Berikut sejumlah perkembangan terbarunya sebagaimana dikutip Al Jazeera, Kamis (20/2/2025):

    1. Presiden Israel Minta Maaf

    Presiden Israel Isaac Herzog telah meminta maaf kepada X karena tidak melindungi empat tawanan Israel yang jenazahnya diserahkan kepada Palang Merah pagi ini.

    “Atas nama Negara Israel, saya menundukkan kepala dan meminta maaf. Maaf karena tidak melindungi Anda pada hari yang mengerikan itu. Maaf karena tidak membawa Anda pulang dengan selamat. Semoga kenangan mereka menjadi berkat,” tulisnya.

    2. Hamas Beri Penjelasan ke Keluarga Korban

    Hamas mengatakan pihaknya berusaha menjaga tawanan Israel yang berada dalam tahanannya tetap hidup, tetapi mereka dibunuh oleh tentara Israel atas desakan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan perang di Gaza.

    Saat menyerahkan jenazah empat tawanan Israel, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya “mempertahankan kehidupan tawanan pendudukan”, memberi mereka apa yang bisa diberikan, dan “memperlakukan mereka secara manusiawi, tetapi tentara mereka membunuh mereka bersama para penculiknya”.

    “Penjahat Netanyahu hari ini menangisi jenazah tawanannya yang dikembalikan kepadanya dalam peti mati, dalam upaya terang-terangan untuk menghindari tanggung jawab atas pembunuhan mereka di hadapan para pendengarnya,” Hamas menambahkan.

    Saat berbicara kepada keluarga tawanan Israel yang terbunuh yakni keluarga Bibas dan Lifshitz, Hamas berkata: “Kami lebih suka putra-putra Anda kembali kepada Anda hidup-hidup, tetapi tentara dan pemimpin pemerintah Anda memilih untuk membunuh mereka alih-alih membawa mereka kembali”.

    3. Anwar Ibrahim Diminta Melunak

    Bloomberg melaporkan bahwa pejabat pemerintah telah menyarankan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim untuk melunakkan kritiknya terhadap perang Israel di Gaza guna menghindari pembalasan dari Trump, termasuk tarif pada ekonomi negara yang digerakkan oleh ekspor. Laporan tersebut mengutip beberapa orang yang mengetahui masalah tersebut.

    Laporan tersebut mencatat bahwa Anwar, yang sebelumnya menggambarkan AS sebagai kaki tangan dalam ‘genosida’ Israel di Gaza, tampak lebih pendiam dalam beberapa minggu terakhir. Misalnya, Anwar menahan komentar tentang usulan Trump untuk mengusir warga Palestina dari Gaza, dengan mengatakan bahwa ia ‘akan mempelajari terlebih dahulu’ rencana tersebut.

    PM Malaysia itu juga secara terpisah mengakui bahwa tarif dapat menghantam ekonomi negara tersebut, yang mencakup industri semikonduktor yang sedang berkembang, dan memberitahu parlemen bahwa negara tersebut akan mengambil langkah-langkah untuk ‘secara agresif membuka jaringan mitra dagang yang lebih luas’.

    4. Bulldozer Mulai Masuk Gaza

    Al Quds Today, sebuah saluran Palestina, telah mengunggah rekaman buldoser yang melaju di jalan-jalan Gaza. Dikatakan bahwa kendaraan-kendaraan tersebut telah memasuki jalur penyeberangan Rafah dan sedang dalam perjalanan ke utara Jalur Gaza.

    Laporan tersebut muncul saat Hamas menyerukan tekanan lebih besar kepada Israel untuk mengizinkan masuknya mesin-mesin berat guna membersihkan sejumlah besar puing di daerah kantong yang dilanda perang tersebut.

    Kantor Media Pemerintah di Gaza pada hari Rabu mengatakan Israel hanya mengizinkan enam buldoser memasuki Jalur Gaza sejauh ini, meskipun kesepakatan gencatan senjata menyerukan 500 mesin semacam itu.

    5. Israel Genjot Serangan di Tepi Barat

    Militer Israel telah melanjutkan serangan besar-besaran di beberapa wilayah di Tepi Barat utara yang diduduki, termasuk kota Jenin dan kamp pengungsiannya, serta Tulkarem dan kamp pengungsi Nur Shams, yang memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka.

    Media Palestina, Wafa, melaporkan bahwa serangan militer di Jenin kini memasuki hari ke-31, yang mengakibatkan tewasnya 26 warga Palestina. Dikatakan bahwa Israel telah menyerbu Tulkarem selama 25 hari dan Nur Shams selama 12 hari.

    Tentara Israel juga telah mengerahkan ratusan tentara dan buldoser yang telah menghancurkan rumah-rumah dan merusak infrastruktur vital di berbagai lokasi di Tepi Barat, memutus aliran air dan listrik.

    Kemarin, pasukan Israel menewaskan sedikitnya tiga warga Palestina dalam sebuah serangan terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Far’a.

    (sef/sef)

  • Hamas Serahkan Empat Sandera yang Tewas kepada Palang Merah – Halaman all

    Hamas Serahkan Empat Sandera yang Tewas kepada Palang Merah – Halaman all

    Upacara serah terima sandera di Chan Yunis, Jalur Gaza, itu disiarkan langsung di televisi. Kelompok Hamas, yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh banyak negara, telah mendirikan panggung di lokasi serah terima.

    Di sana, banyak warga yang berkumpul bersama militan islamis berseragam yang mengenakan tudung dan topeng. Musik keras terdengar di lokasi itu. Di antara korban tewas disebutkan ada seorang ibu dan dua anak kecil.

    Empat peti mati warna hitam diletakkan di atas panggung, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu digambarkan seperti vampir di latar belakangnya, dengan foto-foto para sandera yang terbunuh.

    Pada November 2023, Hamas mengatakan Kfir Bibas, Ariel dan ibu mereka, Schiri sudah meninggal akibat serangan Israel. Namun kematian ketiganya tidak pernah dikonfirmasi oleh otoritas Israel. Ketiganya juga memiliki kewarganegaraan Jerman.

    “Penjahat perang Netanyahu dan tentaranya membunuh mereka dengan rudal dari jet tempur zionis,” tuduh Hamas.

    Rekaman video ibu yang ketakutan dan kedua putranya yang diculik menyusul serangan Hamas di wilayah perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023, tersebar ke seluruh dunia.

    Jarden Bibas baru-baru ini dibebaskan

    Menurut laporan Israel, penyelidikan forensik mungkin memakan waktu. Lamanya proses identifikasi juga bergantung pada kondisi jenazah, demikian dilaporkan beberapa media, yang mengutip Menteri Kesehatan Israel Uriel Busso. Busso menekankan bahwa Israel juga ingin memastikan penyebab kematian.

    Padai akhir 2023, Hamas juga telah mengumumkan bahwa ketiganya telah tewas dalam pemboman Israel. Namun, dari sudut pandang Israel, sejauh ini belum ada konfirmasi akhir mengenai kematiannya. Namun, ada kekhawatiran besar tentang nasib ketiganya, kata para pejabat. Ayah anak-anak tersebut, Jarden Bibas, baru-baru ini dibebaskan.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Jenazah sandera lainnya akan diserahkan minggu depan

    Hamas mengumumkan pada hari Selasa (19/02) bahwa mereka ingin menyerahkan keempat sandera yang tewas kepada Israel. Kantor Netanyahu mengonfirmasi perjanjian dengan organisasi Islam tersebut. Sebagai imbalannya, Israel dilaporkan akan membebaskan semua perempuan dan anak di bawah umur yang diyakini tidak terlibat dalam perjuangan bersenjata melawan Israe. Mereka ditangkap Israel sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober 2023.

    Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas dan kelompok ekstremis lainnya terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, yang dibalas dengan serangan Israel ke Jalur Gaza. Ratusan orang disandera. Sejak itu, sekitar 48.300 orang telah tewas di Jalur Gaza, termasuk banyak perempuan dan anak di bawah umur, demikian menurut otoritas kesehatan Hamas.

    Menurut Hamas, empat jenazah lagi akan diserahkan minggu depan. Selain itu, enam sandera lainnya akan dibebaskan pada hari Sabtu (22/02) sebagai bagian dari perjanjian antara Israel dan organisasi Islam tersebut.

    Perjanjian multitahap antara Israel dan Hamas

    Sejak gencatan senjata dalam perang Gaza dimulai pada 19 Januari, kaum islamis di Jalur Gaza telah membebaskan 19 sandera dalam beberapa putaran.

    Selain itu, lima warga negara Thailand yang diculik di Israel dibebaskan di luar dari perjanjian tersebut. Perjanjian multitahap antara Israel dan Hamas meliputi pembebasan bertahap total 33 sandera, termasuk delapan orang yang tewas, dengan imbalan pelepasan 1.904 tahanan Palestina selama fase awal enam minggu ini.

    Bulan lalu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyambut baik kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan menyerukan implementasi segera demi terhentinya korban jiwa dalam konflik yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.

    “Implementasi kesepakatan tersebut harus dilaksanakan segera dan secara menyeluruh demi terhentinya korban jiwa di Gaza. Indonesia menekankan pentingnya pemulihan kehidupan masyarakat di Gaza melalui akses penuh penyaluran bantuan kemanusiaan, termasuk pemulihan peran (badan PBB) UNRWA, serta rekonstruksi Gaza,” imbuh Kemlu RI melalui platform X @Kemlu_RI, Kamis (16/01).

    ap/yf (dpa, afp)

  • IDF Akui Bertanggung Jawab Atas Kesalahan Pengumuman Nama Bibas dalam Daftar Sandera Hamas – Halaman all

    IDF Akui Bertanggung Jawab Atas Kesalahan Pengumuman Nama Bibas dalam Daftar Sandera Hamas – Halaman all

    IDF Akui Bertanggung Jawab Atas Kesalahan Pengumuman Nama Bibas dalam Daftar Sandera Hamas

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) mengaku bertanggung jawab atas pengumuman Rabu (19/2/2025) malam seputar penyerahan empat jenazah sandera Israel oleh Hamas.

    Dalam pengumumannya, IDF menyatakan kalau Shiri Bibas dan kedua putranya, Ariel dan Kfir, ada dalam daftar sandera Hamas yang dibunuh yang diserahkan ke Israel, Kamis (20/2/2025) hari ini.

    “IDF bertanggung jawab untuk berkomunikasi dengan keluarga para sandera. IDF menyelidiki masalah tersebut dan berbicara dengan keluarga. Kami menyesalkan kesalahan yang dilakukan dengan itikad baik terhadap keluarga, serta tekanan emosional yang ditimbulkan,” kata IDF dalam sebuah pernyataan.

    Nama keempat sandera yang dibunuh yang akan diserahkan oleh Hamas pada Kamis ini pertama kali dikeluarkan oleh kelompok perlawanan Palestina tersebut dan dikonfirmasi wartawan ke pejabat tinggi Israel.

    Keluarga Bibas mengatakan mereka tidak menyetujui nama-nama tersebut dipublikasikan.

    Semestinya, terlepas dari pengumuman Hamas soal daftar jenazah sandera, keluarga meminta pihak berwenang Israel untuk melakukan validasi atas identitas jenazah melalui pemeriksaan forensik.

    Adapun Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyalahkan IDF atas kesalahan tersebut.

    IDF dinilai mengabaikan hak validitas atau kebenaran dari identitas para jenazah tersebut terhadap keluarga sandera.

    IDF juga dianggap mengabaikan hak privasi dalam situasi duka yang dialami keluarga para sandera Israel yang diserahkan oleh Hamas.

    PENYERAHAN JENAZAH – Tangkap layar RNTV, yang menunjukkan pemandangan dari udara saat prosesi penyerahan empat jenazah sandera Israel oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, Kamis (20/2/2025). Hamas mengklaim, terbunuhnya sandera Israel yang mereka tahan di Gaza karena pengeboman pasukan Israel (IDF). (RNTV/TangkapLayar)

    Netanyahu Batal Hadiri Upacara Penerimaan 4 Jenazah

    Adapun Benjamin Netanyahu yang sebelumnya dijadwalkan menghadiri prosesi penerimaan jenazah para sandera Israel, tidak tampak dalam upcara tersebut.

    Netanyahu dikabarkan, batal mengikuti upacara penerimaan empat jenazah sandera Israel yang diserahkan oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) melalui Palang Merah Internasional (ICRC) hari ini, Kamis (19/2/2025) pada menit terakhir pelaksanaan prosesi.

    Penyerahan jenazah sandera Israel adalah bagian dari pertukaran tahanan gelombang ke-7 dalam perjanjian gencatan senjata tahap pertama yang dimulai sejak 19 Januari 2025.

    Channel12 Israel awalnya melaporkan bahwa Netanyahu dikabarkan akan hadir dalam upacara penerimaan empat jenazah sandera. 

    Bahkan, pejabat Israel yang bertugas di lapangan telah menerima perintah untuk mempersiapkan partisipasi Netanyahu dalam upacara penerimaan tersebut.

    “Namun pada menit terakhir, diputuskan bahwa dia (Netanyahu) tidak akan hadir,” menurut laporan Channel12 Israel, Kamis.

    Channel12 Israel mengatakan keputusan Netanyahu untuk membatalkan partisipasinya dalam acara tersebut karena keluarga sandera Israel memprotes penerimaan nama sandera sebelum memverifikasi identitas mereka.

    “Keluarga sandera menyerang Kantor Perdana Menteri Israel, yang menerbitkan nama-nama tersebut sebelum lembaga forensik mengidentifikasi mereka,” lanjutnya.

    Menurut Anadolu Agency, belum ada komentar langsung dari Kantor Perdana Menteri Israel mengenai isi laporan Channel12 Israel.

    Sekitar 10 bulan lalu, Channel12 Israel juga melaporkan bahwa warga Israel di pemukiman Nir Oz meminta Perdana Menteri Netanyahu untuk datang ke pemukiman mereka, tetapi sejauh ini, setelah 505 hari perang, dia belum melakukannya.

    Empat jenazah sandera Israel yang diserahkan oleh Hamas hari ini adalah Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan satu sandera lain bernama Oded Lifshitz (83), usia tersebut dilaporkan saat mereka ditahan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Kfir Bibas, Ariel Bibas, dan Shiri Bibas ditahan Hamas dari Kibbutz Nir Oz yang berbatasan dengan Jalur Gaza ketika Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa.

    Sementara itu, ayah mereka, Yarden Bibas telah dibebaskan oleh Hamas dalam pertukaran tahanan gelombang ke-4 pada 1 Februari 2025.

    Sebagai penghormatan kepada mereka, penduduk Kibbutz Nir Oz berpartisipasi dalam upacara penerimaan jenazah tersebut.

    Sebelumnya pada November 2023, Hamas mengatakan mereka tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza.

     

    (oln/ToI/tribunnews/*)
     
     
     
     

  • Israel Terus Menolak Masuknya Alat Berat untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza – Halaman all

    Israel Terus Menolak Masuknya Alat Berat untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza – Halaman all

    Israel Terus Menolak Masuknya Alat Berat untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Israel terus menolak masuknya alat berat untuk membersihkan puing-puing di Jalur Gaza, Anadolu melaporkan. 

    Rezim pendudukan hanya mengizinkan enam mesin kecil untuk membersihkan puing-puing, sementara mencegah masuknya jenis mesin yang sangat dibutuhkan di daerah kantong pantai yang dihancurkan oleh pasukan Israel selama perang genosida mereka terhadap Palestina.

    Menurut Ismail Thawabteh, direktur Kantor Media pemerintah Gaza, bahkan beberapa mesin yang diizinkan masuk memerlukan pemeliharaan dan suku cadang agar dapat berfungsi.

    “Jalur Gaza membutuhkan 500 unit peralatan berat, termasuk buldoser, ekskavator, dan derek,” imbuhnya. “Kami mengalami krisis kemanusiaan yang mencekik karena kurangnya peralatan dan mesin berat yang dibutuhkan untuk membersihkan puing-puing, membuka jalan, dan mengevakuasi ribuan mayat.”

    Ia mencatat bahwa keputusan Israel untuk hanya mengizinkan enam mesin mencerminkan “ketidaktahuan [yang disengaja] mengenai krisis kemanusiaan di Gaza.”

    Pada hari Selasa, Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan mediator Qatar dan Mesir untuk memaksa Israel mematuhi komitmennya berdasarkan perjanjian gencatan senjata.

    Gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan mulai berlaku pada tanggal 19 Januari, menghentikan perang genosida Israel, yang telah menewaskan hampir 48.300 warga Palestina dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Netanyahu Batal Hadiri Upacara Penerimaan 4 Jenazah Sandera Israel, Mengapa? – Halaman all

    Netanyahu Batal Hadiri Upacara Penerimaan 4 Jenazah Sandera Israel, Mengapa? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengundurkan diri pada menit terakhir dari partisipasi dalam upacara penerimaan empat jenazah sandera Israel yang diserahkan oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) melalui Palang Merah Internasional (ICRC) hari ini, Kamis (19/2/2025).

    Penyerahan jenazah sandera Israel adalah bagian dari pertukaran tahanan gelombang ke-7 dalam perjanjian gencatan senjata tahap pertama yang dimulai sejak 19 Januari 2025.

    Channel12 Israel awalnya melaporkan bahwa Netanyahu dikabarkan akan hadir dalam upacara penerimaan empat jenazah sandera. 

    Bahkan, pejabat Israel yang bertugas di lapangan telah menerima perintah untuk mempersiapkan partisipasi Netanyahu dalam upacara penerimaan tersebut.

    “Namun pada menit terakhir, diputuskan bahwa dia (Netanyahu) tidak akan hadir,” menurut laporan Channel12 Israel, Kamis.

    Channel12 Israel mengatakan keputusan Netanyahu untuk membatalkan partisipasinya dalam acara tersebut karena keluarga sandera Israel memprotes penerimaan nama sandera sebelum memverifikasi identitas mereka.

    “Keluarga sandera menyerang Kantor Perdana Menteri Israel, yang menerbitkan nama-nama tersebut sebelum lembaga forensik mengidentifikasi mereka,” lanjutnya.

    Menurut Anadolu Agency, belum ada komentar langsung dari Kantor Perdana Menteri Israel mengenai isi laporan Channel12 Israel.

    Sekitar 10 bulan lalu, Channel12 Israel juga melaporkan bahwa warga Israel di pemukiman Nir Oz meminta Perdana Menteri Netanyahu untuk datang ke pemukiman mereka, tetapi sejauh ini, setelah 505 hari perang, dia belum melakukannya.

    Empat jenazah sandera Israel yang diserahkan oleh Hamas hari ini adalah Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan satu sandera lain bernama Oded Lifshitz (83), usia tersebut dilaporkan saat mereka ditahan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Kfir Bibas, Ariel Bibas, dan Shiri Bibas ditahan Hamas dari Kibbutz Nir Oz yang berbatasan dengan Jalur Gaza ketika Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa.

    Sementara itu, ayah mereka, Yarden Bibas telah dibebaskan oleh Hamas dalam pertukaran tahanan gelombang ke-4 pada 1 Februari 2025.

    Sebagai penghormatan kepada mereka, penduduk Kibbutz Nir Oz berpartisipasi dalam upacara penerimaan jenazah tersebut.

    Sebelumnya pada November 2023, Hamas mengatakan mereka tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Dibantu Palang Merah Internasional, Hamas Serahkan 4 Jenazah Sandera Israel

    Dibantu Palang Merah Internasional, Hamas Serahkan 4 Jenazah Sandera Israel

    Gaza City

    Kelompok Hamas menyerahkan empat jenazah sandera Israel, termasuk dua sandera termuda, yang tewas saat ditahan di Jalur Gaza. Penyerahan keempat jenazah sandera ini difasilitasi oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC) yang menjadi penengah antara Hamas dan Israel.

    Militan Hamas, seperti dilansir AFP, Kamis (20/2/2025), memajang empat peti mati berwarna hitam yang berisi keempat sandera Israel itu di sebuah panggung yang didirikan di area Khan Younis, sebelum prosesi penyerahan jenazah keempat sandera Israel dilakukan pada Kamis (20/2) waktu setempat.

    Spanduk di belakang peti mati itu menampilkan gambar Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu sebagai vampir berlumuran darah. Seorang militan Hamas yang menenteng senjata berdiri di dekat peti-peti mati itu.

    Masing-masing peti mati dipasangi foto jenazah sandera, dengan rudal tiruan berwarna putih yang ditempatkan di dekat peti mati itu bertuliskan: “Mereka dibunuh oleh bom-bom Amerika Serikat”.

    Keempat sandera yang tewas itu terdiri atas Shiri Bibas, kemudian kedua anak laki-lakinya — Kfir dan Ariel — dan satu sandera lainnya yang bernama Oded Lifshitz yang berusia 83 tahun saat diculik Hamas. Kfir baru berusia sembilan bulan dan Ariel berusia empat tahun saat diculik Hamas dari rumah mereka.

    Hamas mengumumkan pada November 2023 lalu bahwa Shiri dan kedua anak laki-lakinya tewas akibat serangan udara Israel yang melanda Jalur Gaza. Namun kematian mereka tidak pernah dikonfirmasi oleh otoritas Israel dan bahkan hingga menit-menit terakhir, beberapa pihak menolak fakta bahwa mereka tewas.

    Laporan jurnalis AFP yang ada di Jalur Gaza menyebut tim Palang Merah Internasional menerima keempat peti mati itu dalam prosesi di Khan Younis. Keempat peti mati itu kemudian dimasukkan ke dalam beberapa truk Palang Merah Internasional dan menutupinya dengan kain kafan putih.

    Prosesi penyerahan empat jenazah sandera Israel ini dilakukan di area bekas pemakaman di Khan Younis dan disaksikan ratusan orang di tengah hujan yang mengguyur wilayah tersebut.

    Konvoi truk Palang Merah Internasional itu kemudian bergerak meninggalkan Khan Younis untuk membawa peti mati berisi jenazah sandera itu kepada Israel.

    Militer Israel, dalam pernyataan yang dirilis tak lama setelah prosesi itu, mengkonfirmasi bahwa “jenazah para sandera telah diserahkan” oleh tim Palang Merah Internasional kepada pasukan mereka yang ada di Jalur Gaza.

    “Jenazah para sandera telah diserahkan kepada IDF (Angkatan Bersenjata Israel) dan perwakilan (badan keamanan) ISA di Gaza,” sebut juru bicara militer Israel.

    Otoritas Tel Aviv diperkirakan akan melakukan uji forensik terhadap keempat jenazah itu.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tanggapi Usulan Mesir soal Bangun Gaza Tanpa Usir Penduduknya, Trump: Saya Belum Melihatnya – Halaman all

    Tanggapi Usulan Mesir soal Bangun Gaza Tanpa Usir Penduduknya, Trump: Saya Belum Melihatnya – Halaman all

    Presiden AS Donald Trump mengatakan belum melihat usulan Mesir untuk membangun Jalur Gaza tanpa mengusir penduduknya.

    Tayang: Kamis, 20 Februari 2025 15:35 WIB

    Facebook Donald J. Trump

    DONALD TRUMP – Foto ini diambil pada Selasa (11/2/2025) dari publikasi resmi Donald J. Trump pada 20 November 2024 setelah memenangkan Pilpres Amerika Serikat. Pada 18 Februari 2025, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia belum melihat usulan Mesir yang ingin membangun Gaza tanpa mengusir penduduknya. 

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS Donald Trump mengomentari usulan Mesir untuk membangun kembali Jalur Gaza tanpa menggusur penduduk Jalur Gaza.

    Donald Trump mengatakan ia belum melihat hal itu akan terjadi. 

    Pernyataan Trump muncul sebagai bagian dari pernyataannya kepada wartawan di Air Force One, di mana ia menyinggung beberapa topik lokal dan internasional.

    “Apakah Anda menganggap usulan Mesir untuk membangun kembali Gaza dapat diterima?” tanya wartawan kepada Donald Trump, Rabu (19/2/2025).

    “Belum. Saya belum melihatnya,” lanjutnya, seperti diberitakan Al Arabiya.

    Sebelumnya dikabarkan, pejabat Mesir mengatakan Raja Yordania Abdullah II berupaya meyakinkan Donald Trump dalam kunjungannya ke Gedung Putih pada Selasa (11/2/2025) agar AS membatalkan rencananya untuk mengusir warga Gaza.

    Sejak Israel-Hamas memulai gencatan senjata pada 19 Januari lalu, Donald Trump berulang kali mempromosikan usulannya untuk mengusir penduduk Gaza sebelum merekonstruksi wilayah tersebut sesuai standar AS.

    Donald Trump juga menegaskan bahwa AS perlu menduduki dan mengambil alih Jalur Gaza. 

    Menanggapi usulan Donald Trump, Mesir sedang mengembangkan rencana untuk membangun kembali Jalur Gaza tanpa mengusir warga Palestina.

    Usulan Mesir mencakup penciptaan “zona aman” di dalam Gaza di mana warga Palestina dapat tinggal sementara ketika Mesir membongkar infrastruktur di Jalur Gaza.

    Dokumen ini juga menyerukan pembentukan pemerintahan Palestina, yang tidak berpihak pada Hamas atau Otoritas Palestina (PA), untuk menjalankan pemerintahan Jalur Gaza dan mengawasi upaya pembangunan kembali.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini