Negara: Jalur Gaza

  • Kejanggalan Ledakan Misterius Bus di Tel Aviv: Rencana Palsu Israel untuk Menghancurkan Tepi Barat – Halaman all

    Kejanggalan Ledakan Misterius Bus di Tel Aviv: Rencana Palsu Israel untuk Menghancurkan Tepi Barat – Halaman all

    Kejanggalan Ledakan Misterius Bus-Bus di Tel Aviv: Rencana Palsu Israel untuk Menghancurkan Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu (22/2/2025), media Khabarni, memberikan ulasan seputar misteri yang masih menyelimuti rangkaian ledakan bus Israel yang terjadi pada Jumat malam di selatan Tel Aviv.

    Pada ulasannya tersebut, diungkap sejumlah kejanggalan yang terjadi, mengindikasikan kalau ledakan-ledakan itu cuma sandiwara, rencana palsu Israel sebagai pembenaran untuk mengintensifkan apa yang disebut sebagai Gaza-fikasi Tepi Barat,

    “Permainan “Insiden Pengeboman” dimulai pada malam tanggal 20 Februari dengan meledaknya lima bus kosong yang diparkir di sebuah alun-alun dekat kota Beit Yam, sebelah selatan Tel Aviv,” tulis ulasan Khaberni, dikutip Sabtu.

    Empat di antaranya meledak dan alat peledak lainnya berhasil dijinakkan.

    “Dugaan insiden peledakan itu diikuti oleh narasi surealis dari polisi Israel yang memunculkan plot yang lemah dan tidak logis,” kata ulasan tersebut.

    Klaim Israel adalah bahwa bom seberat 5 kg ditanam di bus-bus dan dipersiapkan untuk meledak di lain waktu.

    Pihak Israel menyebut, kesalahan pada jam pengatur waktu menyebabkannya meledak sebelum waktu yang dijadwalkan.

    “Tuduhan itu terus berlanjut hingga penonton mendapati dirinya, hingga detik ini, di depan sebuah film Bollywood dengan skenario dan arahan yang lebih dekat dengan fantasi,” tulis ulasan itu merujuk pada sejumlah kejanggalan klaim Israel. 

    Satu di antara kejanggalan, kata ulasan itu, misalnya, lokasi ledakan adalah depot bus.

    “Jika kita berasumsi bahwa lokasi ledakan itu nyata, lalu bagaimana cara masuknya, padahal tempat-tempat seperti itu biasanya dijaga ketat? Bom tersebut juga meledak secara tidak sengaja, tidak menimbulkan kerusakan atau korban luka,” kata ulasan Khaberni menggambarkan kejanggalan dari narasi Israel.

    Patut dicatat juga bahwa tak lama setelah insiden tersebut, diumumkan bahwa tiga orang telah ditangkap, termasuk dua orang Yahudi.

    Pengumuman dari Israel itu juga menyertakan identifikasi pihak yang bertanggung jawab atas peledakan tersebut, yaitu “Gerakan Hamas, khususnya di kamp Tulkarm” serta “Iran, yang menyediakan senjata dan uang, berada di belakang operasi tersebut.”

    Dari apa yang dituduhkan dengan apa yang dinyatakan penangkapan komplotan pelaku, menunjukkan kontradiksi, kata ulasan tersebut.

    TERBAKAR – Tangkap layar Ynet, Jumat (21/2/2025) menunjukkan bus yang terbakar dari ledakan bom yang meledak di depot Bat Yam, Tel Aviv Selatan. Ibu kota Israel tersebut diguncang tiga ledakan hebat yang membakar bus-bus. Tak ada korban jiwa dilaporkan atas insiden ini. (Ynet/Tangkap Layar)

    Bukan Cara-cara Hamas

    Sedikit lebih jauh dalam narasi yang dibangun Israel pada insiden tersebut sebagaimana dinyatakan dalam pernyataan polisi Israel adalah kalau alat peledak ditanam di dalam bus-bus.

    “Ini bukan merupakan metode Hamas, yang di masa lalu memilih melakukan operasi bunuh diri di dalam bus-bus yang digunakan pemukim Yahudi Israel saat alat transportasi itu sedang beroperasi,” kata ualasan tersebut.

    Yang juga mengejutkan, lanjut ulasan itu adalah kalau Hamas dituding sebagai dalang operasi peledakan ini sementara perhatian utama gerakan perlawanan Palestina itu saat ini adalah menjaga gencatan senjata yang rapuh di Gaza.

    Ulasan itu juga menyoroti narasi Israel yang mengatakan ditemukan tulisan berbahasa Arab dalam bom-bom yang tidak meledak pada sejumlah bus yang akan diledakkan.

    Argumen di ulasan tersebut yang menggambarkan kalau Israel bisa jadi pihak yang menuliskan bahasa arab dalam bom yang tidak meledak.

    “Sudah diketahui umum bahwa banyak perwira intelijen Israel berbicara bahasa Arab, beberapa dari mereka sangat fasih.  Namun ada permasalahan dalam bahasa Arab yang terkadang menyulitkan penuturnya. Misalnya, perbedaan antara huruf seen dan sad dalam bahasa Arab, sama halnya dengan perbedaan antara “saus” dan “suus”, yang pertama adalah seekor ayam muda dan yang kedua adalah minuman yang menyegarkan, khususnya di musim panas,” tulis ulasan itu.

    TERBAKAR – Sebuah bus terbakar setelah ledakan di tempat parkir di Bat Yam, Tel Aviv, 20 Februari 2025. Seorang tersangka peledakan bus Tel Aviv dilaporkan merupakan seorang Yahudi Israel. (timesofisrael)

    Alasan Buat Penghancuran Tepi Barat

    Khaberni dalam ulasan tersebut menggambarkan, kejanggalan-kejanggalan ini menuntun pada indikasi kalau peledakan bus-bus tersebut hanya drama demi memberikan alasan untuk lebih banyak penghancuran dan pembunuhan di Tepi Barat. 

    Israel memang tengah menjalankan agresi militer bertajuk ‘Operasi Tembok Besi’ yang kini sudah memasuki bulan kedua di Jenin, Tulkarm, dan meluas ke wilayah lain Tepi Barat.

    “Dan itulah yang sebenarnya terjadi. Kepemimpinan politik di Tel Aviv segera memutuskan untuk melancarkan operasi skala besar di Tepi Barat, terutama kamp-kamp pengungsi di utara Tepi Barat,” kata argumen tersebut.

    Terlebih, ulasan itu menambahkan, komentar dari Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengindikasikan kalau Israel memang sudah merencanakan ‘Gazafikasi” Tepi Barat.

    “Mungkin apa yang dibicarakan oleh menteri ekstremis Smotrich beberapa hari yang lalu ketika dia mengatakan untuk pertama kalinya bahwa kami akan menghancurkan lebih banyak rumah daripada yang mereka bangun, merujuk pada warga Palestina, adalah bagian dari rencana yang telah disiapkan sebelumnya,” kata ulasan tersebut.

    “Operasi ini, yang oleh banyak orang digambarkan sebagai rekayasa dan sandiwara, tidak mungkin terjadi kecuali mendapat perhatian dari penguasa dunia, Donald Trump, yang bertindak konyol atas nasib jutaan orang, dan memberikan keleluasaan kepada sekelompok penjahat di pemerintahan Israel untuk terus melakukan tragedi paling keji di abad ini. Holocaust Palestina disaksikan dan didengar oleh seluruh dunia yang mengaku beradab dan bebas,” tambah ulasan tersebut.

    Pertunjukan Netanyahu

    Penyelidikan awal oleh polisi Israel dan Shin Bet menunjukkan kalau bom yang ditemukan di Holon, yang tidak meledak, beratnya sekitar 5 kilogram, dan tertulis di atasnya dalam bahasa Arab: “Balas dendam untuk Tulkarm.”

    “Alasan ini yang mendorong Netanyahu dan Menteri Pertahanannya untuk melompat ke sana dan berfoto dengan para tentara dari dalam rumah Palestina setelah menggusur penghuninya, mengancam kamp-kamp Tepi Barat dengan pembunuhan dan penghancuran,” kata ulasan tersebut.

    Menanggapi penyerbuan Netanyahu terhadap Tulkarm, Otoritas Palestina menuduh Perdana Menteri Israel berusaha melanjutkan rencananya terhadap Palestina melalui pengusiran dan pembunuhan.

    Sementara Hamas mengatakan bahwa acara itu adalah “sebuah pertunjukan yang mencerminkan kebangkrutannya dan kegagalan politik dan militernya.”

    Ditambahkannya, “Ini adalah Netanyahu yang sama yang pernah menentang Netzarim dan Philadelphia di Jalur Gaza tetapi melarikan diri dari mereka.”

    “Sebagai pengingat, tentara pendudukan Israel telah melanjutkan agresinya di Tepi Barat utara selama beberapa minggu sebagai bagian dari Operasi “Tembok Besi”, yang menewaskan, mengusir, dan menangkap ratusan orang Palestina,” tulis ulasan tersebut.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     
     
     

  • Trump Mau Caplok Gaza, Negara-negara Arab Bersatu Lakukan Ini

    Trump Mau Caplok Gaza, Negara-negara Arab Bersatu Lakukan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para pemimpin negara-negara Arab bertemu di Arab Saudi untuk membahas perlawanan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin mencaplok Jalur Gaza dan merelokasi lebih dari 2 juta warga Palestina ke negara lain secara permanen.

    Pertemuan yang digelar pada Jumat (21/2) waktu setempat, dihadiri pemimpin dari 7 negara Arab. Masing-masing Arab Saudi, Mesir, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Bahrain.

    Pertemuan digelar secara tidak resmi dan diadakan dalam kerangka hubungan persaudaraan erat yang mempertemukan para pemimpin negara-negara Arab, menurut laporan media pemerintah Arab Saudi, SPA, dikutip dari Aljazeera, Sabtu (22/2/2025).

    Rencana Trump telah menyatukan negara-negara Arab sebagai oposisi, namun masih ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang harus memerintah daerah kantong tersebut dan bagaimana mendanai rekonstruksinya.

    Umer Karim, pakar kebijakan luar negeri Arab Saudi, menyebut pertemuan puncak itu sebagai pertemuan yang “paling penting” dalam beberapa dekade terakhir bagi dunia Arab dan masalah Palestina.

    Trump memicu kemarahan global ketika ia mengusulkan agar AS “mengambil alih Jalur Gaza” dan agar 2,4 juta penduduknya direlokasi ke negara tetangga, Mesir dan Yordania.

    “Mengenai tindakan bersama Arab dan keputusan yang dikeluarkan mengenai hal itu akan menjadi agenda KTT darurat Arab ke depan yang akan diadakan di Republik Arab, Mesir,” kata SPA, merujuk pada rencana pertemuan puncak darurat pada 4 Maret untuk membahas Israel dan Palestina.

    Saat bertemu Trump di Washington pada 11 Februari lalu, Raja Yordania Abdullah II mengatakan Mesir akan menyampaikan rencana ke depan. Sumber keamanan Arab Saudi mengatakan pembicaraan dalam pertemuan pekan ini akan membahas “versi rencana Mesir” yang disebutkan raja.

    Pembangunan Gaza Telan Biaya Segini

    Pembangunan kembali Gaza akan menjadi isu utama, setelah Trump menyebut kebutuhan rekonstruksi sebagai pembenaran untuk merelokasi penduduknya.

    Kairo belum mengumumkan inisiatifnya, namun mantan diplomat Mesir Mohamed Hegazy menguraikan rencana tersebut dalam 3 tahap teknis selama jangka waktu 3 hingga 5 tahun ke depan.

    Yang pertama, berlangsung selama enam bulan, akan fokus pada “pemulihan dini”, kata Hegazy, anggota Dewan Luar Negeri Mesir, sebuah wadah pemikir yang memiliki hubungan kuat dengan kalangan pengambil keputusan di Kairo.

    “Alat berat akan dikerahkan untuk membersihkan puing-puing, sementara zona aman yang ditentukan akan diidentifikasi di Gaza untuk merelokasi sementara penduduk,” kata Hegazy.

    Tahap kedua memerlukan konferensi internasional untuk memberikan perincian rekonstruksi dan akan fokus pada pembangunan kembali infrastruktur utilitas, katanya.

    “Fase terakhir akan mengawasi perencanaan kota Gaza, pembangunan unit perumahan, dan penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan,” ia menambahkan.

    PBB memperkirakan pada pembangunan kembali akan menelan biaya lebih dari US$53 miliar (Rp864 triliun), termasuk lebih dari US$20 miliar (Rp326 triliun) dalam 3 tahun pertama.

    Fase terakhir, kata Hegazy, akan mencakup “meluncurkan jalur politik untuk menerapkan solusi dua negara dan agar ada insentif untuk gencatan senjata yang berkelanjutan”.

    (fab/fab)

  • Donald Trump Kaget Mesir dan Yordania Berani Menolak Usulan AS: Gaza Tak Bisa Dihuni – Halaman all

    Donald Trump Kaget Mesir dan Yordania Berani Menolak Usulan AS: Gaza Tak Bisa Dihuni – Halaman all

    Donald Trump Kaget Mesir dan Yordania Berani Menolak Usulannya: Gaza Tak Bisa Dihuni!

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan dia terkejut pada kurangnya sambutan dari Yordania dan Mesir terhadap rencananya untuk membangun kembali Jalur Gaza.

    Dalam pernyataannya tersebut, Donald Trump juga menyindir penolakan Mesir dan Yordania atas niatan ini terjadi meski AS sudah memberi dua negara tersebut miliaran dolar setiap tahun.

    Trump menambahkan dalam pernyataannya pada Jumat (21/2/2025), “Rencana saya terkait Gaza bagus, tetapi saya tidak memaksakannya dan saya cukup merekomendasikannya.”

    Ia melanjutkan, “Saya terkejut bahwa Jalur Gaza berada di lokasi yang indah, dan saya bertanya-tanya mengapa Israel meninggalkannya.”

    Trump menambahkan, “Gaza saat ini tidak dapat dihuni, dan jika penduduknya diberi pilihan, mereka akan pergi.”

    Dia melanjutkan, “Amerika Serikat akan memiliki Gaza sesuai rencana saya, tidak akan ada Hamas, dan kami akan mulai mengembangkannya.”

    Mengenai kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, Trump berkata: 

    “Adegan-adegan ini tidak dapat dipercaya dan sangat brutal, dan tidak terbayangkan bahwa ini akan terjadi di era modern.”

    Ia melanjutkan, “Sejumlah sandera Israel yang dibebaskan berada dalam kondisi yang sangat buruk dan tampak seperti mereka telah meninggalkan bekas kamp konsentrasi di Jerman”.

    Ia menambahkan: “Hamas berusaha membebaskan para sandera Israel yang kondisinya baik terlebih dahulu.”

    Trump berkata kalau jajak pendapat menunjukkan kalau usulannya sangat populer diterima.

    KEMBALI PULANG – Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel, kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025). (RNTV/TangkapLayar)

    Israel Sebar Pamflet Pengusiran Paksa

    Terkait usalan reokasi paksa warga Gaza, Israel menyebarkan selebaran di Jalur Gaza yang merupakan ancaman bagi warga Palestina agar menyetujui usulan Presiden AS Donald Trump yaitu pemidahan paksa.

    Tentunya apa yang dilakukan Israel ini menjadi ancaman dan merupakan taktik perang psikologis.

    Dalam selebaran yang disebarkan baru-baru ini, terlihat foto Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Dalam pesan tersebut, Israel mengatakan bahwa memberikan kesempatan terakhir sebelum warga Gaza dipindah paksa.

    “Kepada warga Gaza, setelah peristiwa yang terjadi, gencatan senjata sementara, dan sebelum pelaksanaan rencana wajib Trump—yang akan memaksa Anda mengungsi, suka atau tidak suka—kami memberikan satu kesempatan terakhir bagi mereka yang ingin menerima bantuan dengan syarat bekerja sama dengan kami,” tulis pesan tersebut, dikutip dari The New Arab.

    Israel juga mengancam bahwa keberadaan Gaza tidak lagi diakui oleh peta dunia.

    “Peta dunia tidak akan berubah jika semua orang Gaza lenyap. Tidak ada yang akan peduli, tidak ada yang akan bertanya tentang Anda. Anda telah ditinggalkan untuk menghadapi takdir yang tak terelakkan. Iran bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri, apalagi melindungi Anda, dan Anda telah melihat sendiri akibatnya.”

    Tidak hanya itu, Israel juga mengklaim bahwa nantinya Palestina tidak lagi mendapat dukungan Internasional, termasuk negara-negara Arab.

    Israel juga mengklaim bahwa nantinya mereka yang pernah mendukung Palestina akan beralih ke Israel.

    “Amerika dan Eropa tidak peduli dengan Gaza. Bahkan negara-negara Arab, yang kini menjadi sekutu kami, memberi kami uang dan senjata, sementara hanya mengirimkan kain kafan untuk Anda.”

    Menurut Israel, saat ini pihaknya memberikan kesempatan bagi warga Palestina untuk menyelamatkan diri.

    “Waktu yang tersisa semakin menipis, permainan hampir berakhir. Jika Anda ingin menyelamatkan diri sebelum terlambat, kami di sini, bertahan hingga akhir.”

    Selebaran ini sejalan dengan usulan Trump untuk “mengambil alih” Gaza dan memindahkan warga Palestina ke negara lain di Timur Tengah, sebuah ide yang telah menuai penolakan keras dari Palestina, Mesir, dan Yordania.

    Trump, dalam beberapa pernyataannya, menyebutkan bahwa pemindahan permanen warga Palestina dari Gaza ke negara-negara seperti Mesir dan Yordania akan menciptakan apa yang ia sebut ‘Riviera Timur Tengah’.

    PAMFLET ISRAEL – Tangkapan layar X/Twitter @tamerqdh yang diambil pada Sabtu (22/2/2025). Foto ini menunjukkan Israel menyebar pamflet di Gaza yang merupakan ancaman pemindahan paksa warga Palestina.

    Meski demikian, gagasan ini tidak mendapat sambutan positif dari negara-negara yang terlibat, yang menolak keras rencana tersebut.

    Mesir dan Yordania menegaskan bahwa mereka tidak bersedia menerima pemukiman warga Palestina dari Gaza.

    Namun, rencana Trump ini mendapat kecaman luas, baik dari negara-negara Arab maupun dari komunitas internasional. 

    Banyak yang khawatir bahwa kebijakan ini akan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah sangat sensitif ini.

    Banyak pihak di AS dan luar negeri yang menilai bahwa langkah tersebut berisiko memperburuk kondisi politik dan keamanan di Timur Tengah.

    Sementara itu, ini bukan pertama kalinya Israel menjatuhkan selebaran di Gaza.

    Sejak memutus akses komunikasi, Israel sering kali menjatuhkan selebaran di Gaza.

    Dalam beberapa bulan terakhir, isi pesan mereka menjadi semakin agresif.

    Sebelumnya, selebaran menggambarkan keluarga Palestina di tengah reruntuhan dengan nada mengejek “kemenangan perlawanan.”

    Namun, ancaman dalam selebaran terbaru telah memicu kemarahan global yang lebih besar karena menyiratkan genosida dan pemindahan paksa sebagai strategi yang terang-terangan dijalankan oleh Israel.

     

    (oln/khbrn/farrah/tribunnews/)

     

  • Penampakan Senjata-Senjata Rampasan Al-Qassam dari IDF: Baru 2 dari 6 Sandera Israel Dibebaskan – Halaman all

    Penampakan Senjata-Senjata Rampasan Al-Qassam dari IDF: Baru 2 dari 6 Sandera Israel Dibebaskan – Halaman all

    Baru 2 dari 6 Sandera Israel yang Dibebaskan Hamas: Qassam Pamer Senjata-Senjata Rampasan dari IDF

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Pembebasan Palestina Hamas dan Pendudukan Israel melaksanakan putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025).

    Pertukaran ini membebaskan tahanan Palestina dari penjara Israel dan tawanan Israel yang ditahan di Gaza.

    Hamas mengonfirmasi bahwa pihaknya akan membebaskan enam tawanan pada hari Sabtu, yang merupakan individu terakhir yang masih hidup yang dijadwalkan akan diserahkan kepada entitas pendudukan pada tanggal 1 Maret, menandai berakhirnya fase pertama perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari.

    Klub Tahanan Palestina mengumumkan bahwa sebagai imbalannya, 602 tahanan Palestina akan dibebaskan, termasuk 50 orang yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

    Ditambahkannya, 108 tahanan politik yang dibebaskan akan dideportasi ke luar negeri.

    Nama-nama tawanan Israel yang akan dibebaskan adalah sebagai berikut:

    Eliya Cohen
    Omer Sem Tov
    Omer Wenkert
    Tal Shoham
    Avera Mengistu
    Hisham Al-Sayed

    2 Sandera Sudah Dibebaskan

    Dalam laporan perkembangan di lapangan, Hamas telah menyerahkan dua sandera Israel kepada pejabat Palang Merah di Rafah, Gaza Selatan untuk dipindahkan ke Israel sebagai bagian dari putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu.

    Dua sandera Israel yang sudah dibebaskan Hamas sejauh ini adalah Avera Mengistu dan Tal Shoham

    Avera Mengistu, yang disandera pada tahun 2014 setelah dibawa ke Gaza dan telah ditawan Hamas sejak saat itu, membuat penampilan publik pertamanya yang diketahui pada hari Sabtu dengan mengenakan pakaian olahraga abu-abu.

    Tal Shoham dibawa dari Kibbutz Be’eri pada tanggal 7 Oktober 2023, dan tampak mengenakan pakaian olahraga merah, hitam, dan abu-abu saat ia memegang dokumen pembebasannya di atas panggung yang disiapkan oleh Hamas untuk penyerahan.

    Empat sandera Israel lainnya akan dibebaskan di kamp Nuseirat di kemudian hari, sebagai ganti 602 tahanan Palestina, yang namanya belum diungkapkan.

    Israel Belum Berikan Nama-Nama Tahanan Palestina yang Akan Dibebaskan

    Kantor Media Tahanan Palestina mengatakan kepada The National bahwa, beberapa jam sebelum mereka akan dibebaskan, pihaknya belum menerima daftar nama tahanan dari otoritas Israel.

    Mantan kepala rumah sakit Kamal Adwan di Gaza, Dr Hussam Abu Safiya termasuk di antara mereka yang diperkirakan akan dibebaskan pada hari Sabtu, kata keluarganya.

    Hamas diperkirakan akan membebaskan enam sandera Israel pada hari Sabtu dari Gaza, dengan imbalan 50 tahanan Palestina yang dijatuhi hukuman seumur hidup, 60 yang menjalani hukuman panjang, 47 yang ditangkap kembali setelah dibebaskan dalam pertukaran di masa lalu, dan 445 dari Jalur Gaza yang diambil oleh Israel setelah serangan 7 Oktober 2023.

    SENJATA RAMPASAN – Penampakan senjata-senjata rampasan yang direbut Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dari Pasukan Israel (IDF) dalam Perang Gaza. Pameran senjata rampasan dari IDF ini dilakukan di Rafah, saat putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025). (Tangkap Layar/Telegram QudsNetwork)

    Al-Qassam Pamer Senjata Rampasan dari IDF

    Prosesi pembebasan sandera Israel pada Sabtu ini kembali digunakan pihak Perlawanan Palestina untuk melancarkan perang psikologis lain terhadap rezim Zionis.

    Hal itu dilancarkan dengan memamerkan senjata-senjata yang dirampas dari pasukan militer Israel (IDF) di tempat upacara pertukaran sandera.

    SENJATA RAMPASAN – Penampakan senjata-senjata rampasan yang direbut Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dari Pasukan Israel (IDF) dalam Perang Gaza. Pameran senjata rampasan dari IDF ini dilakukan di Rafah, saat putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025).

    Pasukan Perlawanan Palestina, yang sedang mempersiapkan tempat untuk upacara hari ini guna melaksanakan pertukaran tawanan putaran ketujuh dengan rezim Zionis, militer Zionis,

    Seperti pada putaran sebelumnya, Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, memamerkan senjata-senjata yang dirampas dari IDF.

    SENJATA RAMPASAN – Penampakan senjata-senjata rampasan yang direbut Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, dari Pasukan Israel (IDF) dalam Perang Gaza. Pameran senjata rampasan dari IDF ini dilakukan di Rafah, saat putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Sabtu (22/2/2025).

     

     

    (oln/rntv/thentnl/mna/*)

  • Hamas Bantah Tuduhan Israel Soal Kematian Sandera Kfir dan Ariel Bibas – Halaman all

    Hamas Bantah Tuduhan Israel Soal Kematian Sandera Kfir dan Ariel Bibas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok pejuang Palestina, Hamas, secara tegas menolak tuduhan yang dilontarkan oleh Israel mengenai penyebab kematian dua sandera muda, Kfir dan Ariel Bibas.

    Keduanya dilaporkan tewas di Jalur Gaza, dan jenazah mereka diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Kamis, 20 Februari 2025.

    Menurut juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, Hamas dituduh sebagai penyebab kematian kedua sandera tersebut.

     “Ini adalah upaya putus asa untuk menghindari tanggung jawab atas peran tentara kriminal dalam meninggalnya keluarga tersebut,” ungkap Hamas dalam pernyataannya, yang dikutip dari Al Mayadeen.

    Tuduhan Palsu dan Pengalihan Isu

    Hamas menyebut Israel sengaja menyebarkan klaim palsu untuk mengalihkan perhatian dari tindakan mereka yang dianggap sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.

    Mereka menegaskan bahwa Israel ingin menutupi kejahatan yang dilakukan selama konflik di Gaza.

    “Militer Israel dan medianya berusaha mengalihkan perhatian publik global dari kejahatan brutal genosida dan pembersihan etnis yang mereka lakukan,” jelas Hamas.

    Penyerahan Jenazah dan Nasib Sandera

    Hamas telah menyerahkan empat jenazah sandera Israel kepada ICRC pada hari yang sama.

    Dalam proses penyerahan, terdapat spanduk yang bertuliskan “Kembalinya perang, kembalinya tahanan dalam peti mati,” yang merujuk pada nasib yang mungkin menanti tahanan Israel jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk melanjutkan konflik.

    Seorang komandan Palestina menyatakan bahwa keluarga Bibas telah mendapatkan perlindungan, tetapi mereka tewas akibat serangan udara Israel.

    “Kelompok perlawanan Palestina telah memberikan tempat berlindung yang aman kepada sandera Israel, tetapi tentara mereka membunuh mereka,” ujar komandan tersebut, dikutip dari Middle East Monitor.

    Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera

    Gencatan senjata di Gaza telah berlangsung sejak 19 Januari 2025.

    Pertukaran sandera antara Israel dan Hamas akan memasuki tahap ketujuh pada 22 Februari 2025, di mana Israel akan membebaskan 602 tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan enam sandera Israel oleh Hamas.

    Dalam konteks yang lebih luas, konflik ini terus menjadi sorotan internasional, dengan berbagai pihak mendesak untuk menghentikan kekerasan dan mencari solusi damai.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Israel Sebar Pamflet di Gaza, Ancaman Pemindahan Paksa Warga Palestina – Halaman all

    Israel Sebar Pamflet di Gaza, Ancaman Pemindahan Paksa Warga Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel menyebarkan selebaran di Jalur Gaza yang merupakan ancaman bagi warga Palestina agar menyetujui usulan Presiden AS Donald Trump yaitu pemidahan paksa.

    Tentunya apa yang dilakukan Israel ini menjadi ancaman dan merupakan taktik perang psikologis.

    Dalam selebaran yang disebarkan baru-baru ini, terlihat foto Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Dalam pesan tersebut, Israel mengatakan bahwa memberikan kesempatan terakhir sebelum warga Gaza dipindah paksa.

    “Kepada warga Gaza, setelah peristiwa yang terjadi, gencatan senjata sementara, dan sebelum pelaksanaan rencana wajib Trump—yang akan memaksa Anda mengungsi, suka atau tidak suka—kami memberikan satu kesempatan terakhir bagi mereka yang ingin menerima bantuan dengan syarat bekerja sama dengan kami,” tulis pesan tersebut, dikutip dari The New Arab.

    Israel juga mengancam bahwa keberadaan Gaza tidak lagi diakui oleh peta dunia.

    “Peta dunia tidak akan berubah jika semua orang Gaza lenyap. Tidak ada yang akan peduli, tidak ada yang akan bertanya tentang Anda. Anda telah ditinggalkan untuk menghadapi takdir yang tak terelakkan. Iran bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri, apalagi melindungi Anda, dan Anda telah melihat sendiri akibatnya.”

    Tidak hanya itu, Israel juga mengklaim bahwa nantinya Palestina tidak lagi mendapat dukungan Internasional, termasuk negara-negara Arab.

    Israel juga mengklaim bahwa nantinya mereka yang pernah mendukung Palestina akan beralih ke Israel.

    “Amerika dan Eropa tidak peduli dengan Gaza. Bahkan negara-negara Arab, yang kini menjadi sekutu kami, memberi kami uang dan senjata, sementara hanya mengirimkan kain kafan untuk Anda.”

    Menurut Israel, saat ini pihaknya memberikan kesempatan bagi warga Palestina untuk menyelamatkan diri.

    “Waktu yang tersisa semakin menipis, permainan hampir berakhir. Jika Anda ingin menyelamatkan diri sebelum terlambat, kami di sini, bertahan hingga akhir.”

    Selebaran ini sejalan dengan usulan Trump untuk “mengambil alih” Gaza dan memindahkan warga Palestina ke negara lain di Timur Tengah, sebuah ide yang telah menuai penolakan keras dari Palestina, Mesir, dan Yordania.

    Trump, dalam beberapa pernyataannya, menyebutkan bahwa pemindahan permanen warga Palestina dari Gaza ke negara-negara seperti Mesir dan Yordania akan menciptakan apa yang ia sebut ‘Riviera Timur Tengah’.

    PAMFLET ISRAEL – Tangkapan layar X/Twitter @tamerqdh yang diambil pada Sabtu (22/2/2025). Foto ini menunjukkan Israel menyebar pamflet di Gaza yang merupakan ancaman pemindahan paksa warga Palestina.

    Meski demikian, gagasan ini tidak mendapat sambutan positif dari negara-negara yang terlibat, yang menolak keras rencana tersebut.

    Mesir dan Yordania menegaskan bahwa mereka tidak bersedia menerima pemukiman warga Palestina dari Gaza.

    Namun, rencana Trump ini mendapat kecaman luas, baik dari negara-negara Arab maupun dari komunitas internasional. 

    Banyak yang khawatir bahwa kebijakan ini akan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah sangat sensitif ini.

    Banyak pihak di AS dan luar negeri yang menilai bahwa langkah tersebut berisiko memperburuk kondisi politik dan keamanan di Timur Tengah.

    Sementara itu, ini bukan pertama kalinya Israel menjatuhkan selebaran di Gaza.

    Sejak memutus akses komunikasi, Israel sering kali menjatuhkan selebaran di Gaza.

    Dalam beberapa bulan terakhir, isi pesan mereka menjadi semakin agresif.

    Sebelumnya, selebaran menggambarkan keluarga Palestina di tengah reruntuhan dengan nada mengejek “kemenangan perlawanan.”

    Namun, ancaman dalam selebaran terbaru telah memicu kemarahan global yang lebih besar karena menyiratkan genosida dan pemindahan paksa sebagai strategi yang terang-terangan dijalankan oleh Israel.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Hamas: Klaim Israel tentang Penyebab Kematian Sandera Kfir dan Ariel Bibas Adalah Kebohongan – Halaman all

    Hamas: Klaim Israel tentang Penyebab Kematian Sandera Kfir dan Ariel Bibas Adalah Kebohongan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok pejuang Palestina, Hamas dengan tegas menolak tuduhan Israel tentang penyebab kematian 2 sandera muda Israel, Kfir dan Ariel Bibas.

    Kfir dan Ariel Bebas tewas di Jalur Gaza dan jenazah keduanya telah diserahkan kepada Komipte Palang Merah Internasional (ICRC) pada Kamis (20/1/2025).

    Tuduhan ini berawal dari juru bicara pasukan pendudukan Israel, Daniel Hagari yang menuduh Hamas membunuh Kfir dan Ariel dengan kejam.

    Tidak hanya itu, Hagari juga mengklaim Hamas membunuh kedua sandera tersebut menggunakan tangan, bukan dengan tembakan.

    Mendengar klaim Israel, Hamas membantah tuduhan tersebut.

    Menurut Hamas, klaim Israel adalah kebohongan belaka.

    “Tidak lain hanyalah kebohongan belaka yang menambah serangkaian kebohongan yang disebarkan oleh juru bicara militer Israel selama 15 bulan terakhir dalam konteks genosida terhadap rakyat Palestina,” tegas Hamas, dikutip dari Al Mayadeen.

    Hamas juga menyebut bahwa Israel sengaja membuat klaim palsu agar terhindar dari tanggung jawab.

    “Ini adalah upaya putus asa untuk menghindari tanggung jawab atas peran tentara kriminal dalam kematian keluarga tersebut, di samping kejahatan lainnya terhadap tahanan di Gaza,” tambahnya.

    Selain itu, Hamas juga mengatakan bahwa klaim palsu Israel merupakan pengalihan isu atas perbuatan Israel yang melakukan genosida di Gaza.

    Israel tidak ingin perbuatan kejinya selama di Gaza terus-terusan menjadi sorotan internasional.

    “Militer Israel dan media-medianya berusaha mengalihkan perhatian publik global dari kejahatan brutal, genosida, pembersihan etnis, dan pembantaian yang mereka lakukan terhadap warga sipil tak bersenjata dan seluruh aspek kehidupan di Jalur Gaza, hanya agar dunia kemudian mengungkap kepalsuan narasi mereka dan kengerian kejahatan mereka terhadap kemanusiaan,” jelasnya.

    Sebagai informasi, Hamas telah menyerahkan keempat jenazah tawanan Israel kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada hari Kamis (20/1/2025).

    Setelah menandatangani dokumen dengan perwakilan perlawanan, ICRC menerima empat peti mati, yang masing-masing berisi foto dan nama tahanan Israel, tanggal kematian hingga penyebab tewas.

    Dalam proses penyerahan jenazah sandera, terdapat sebuah spanduk yang dikibarkan.

    Spanduk tersebut bertuliskan “Kembalinya perang = kembalinya tahanan dalam peti mati,” merujuk pada nasib yang menanti tahanan Israel di Gaza jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk kembali berperang, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Setelah penyerahan jenazah, seorang komandan Palestina mengatakan bahwa keluarga Bibas telah mendapatkan perlindungan, tetapi mereka tewas akibat serangan udara Israel.

    “Kelompok perlawanan Palestina telah memberikan tempat berlindung yang aman kepada sandera Israel Shiri Bibas dan anak-anaknya serta memperlakukan mereka secara manusiawi, tetapi tentara mereka membunuh mereka,” ujar komandan Palestina, dikutip dari Middle East Monitor.

    Hamas menyatakan bahwa keempat tawanan tersebut tewas dalam serangan udara Israel yang membabi buta selama perang di Gaza.

    Menurut seorang komandan Brigade Mujahidin, sayap militer Gerakan Mujahidin, Shiri Bibas adalah mantan personel Komando Selatan tentara Israel yang bekerja di Unit 8200, divisi intelijen elektronik elite Israel.

    Komandan tersebut kemudian menjelaskan kenapa anak-anak Shiri berada bersamanya.

    Menurut komandan Brigade Mujahidin, anak-anak Shiri ini ikut bersamanya agar terhindar lebih aman.

    “Setelah penangkapannya, kami menitipkan anak-anak Shiri kepadanya karena rasa iba, menyediakan tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi mereka, dan memperlakukan mereka secara manusiawi sebagaimana yang diamanatkan agama Islam,” katanya.

    Namun, menurut Hamas, serangan udara Israel mengakibatkan tewasnya sandera tersebut.

    Selama upacara penyerahan jenazah, Brigade Al-Qassam menegaskan bahwa kelompoknya berusaha berhati-hati.

    Ini supaya menjaga kesucian para sandera yang tewas.

    “Brigade al-Qassam dan kelompok perlawanan berhati-hati, selama upacara penyerahan jenazah para tahanan, untuk menghormati kesucian jenazah dan perasaan keluarga mereka, meskipun tentara pendudukan tidak menghormati nyawa mereka saat mereka masih hidup,” jelasnya.

    Sebagai informasi, gencatan senjata telah mulai berlangsung di Gaza sejak 19 Januari 2025.

    Sementara itu, pertukaran sandera Israel-Hamas akan memasuki tahap ketujuh pada hari Sabtu (22/2/2025).

    Israel akan membebaskan 602 tahanan Palestina.

    Termasuk 50 warga Palestina yang telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan 60 lainnya dengan hukuman penjara yang panjang.

    Sebagai imbalan, Hamas akan membebaskan 6 tawanan Israel.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Hamas dan Konflik Palestina vs Israel

  • Terpopuler, seputar larangan retret hingga libur awal Ramadhan 2025

    Terpopuler, seputar larangan retret hingga libur awal Ramadhan 2025

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah berita terpopuler yang menarik untuk disimak pada Sabtu pagi, mulai dari larangan PDIP agar kepala daerah yang diusung partai itu tak mengikuti retret di Magelang hingga libur awal Ramadhan 2025.

    Berikut rangkuman beritanya :

    1.Kepala Daerah se-Bali di Jogja menuju lokasi retret kecuali Koster

    Kepala Biro Umum dan Protokol Pemprov Bali I Wayan Budiasa menyampaikan ke-9 Bupati dan Wali Kota se-Bali sudah berada di Yogyakarta untuk menuju lokasi retret kepala daerah di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Selengkapnya di sini.

    2. Pengiriman pertama rumah modular dari Mesir ke Gaza berhasil dilakukan

    Pengiriman pertama rumah modular dari Mesir menuju Jalur Gaza dimulai pada Kamis (20/2) di bawah kesepakatan gencatan senjata dengan Israel, menurut laporan media Mesir. Selengkapnya di sini.

    3.Rano Karno tanggapi soal instruksi kepala daerah PDIP tak ikut retret

    Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menanggapi soal Megawati Soekarnoputri yang menginstruksikan kepada para kepala daerah yang diusung partainya untuk tidak mengikuti acara pembekalan atau retret yang digelar pada 21–28 Februari 2024 di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah. Selengkapnya di sini.

    4. Jadwal libur sekolah awal Ramadhan 2025

    Menjelang bulan suci Ramadhan 1446H/2025M, pemerintah Indonesia telah menetapkan jadwal libur sekolah bagi siswa. Berdasarkan Surat Edaran Bersama (SEB), libur awal puasa bagi siswa akan berlangsung selama tujuh hari. Selengkapnya di sini.

    5. Pengamat beberkan potensi dampak dari larangan retret kepala daerah

    Analis komunikasi politik Hendri Satrio membeberkan dua potensi dampak yang sekiranya bisa ditimbulkan terhadap situasi negara dan politik saat ini. Selengkapnya di sini.

    Pewarta: Indriani
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

  • Media Israel: Hasil Menarik Terungkap dari Autopsi Yahya Sinwar, Berperang Pakai Doping Captagon? – Halaman all

    Media Israel: Hasil Menarik Terungkap dari Autopsi Yahya Sinwar, Berperang Pakai Doping Captagon? – Halaman all

    Media Israel: Hasil Menarik Terungkap dari Otopsi Yahya Sinwar, Benarkah Pakai Captagon? 

     
    TRIBUNNEWS.COM – Lembaga Penyiaran Israel, KAN, Jumat (21/2/2025) melaporkan hasil menarik yang ditemukan dari autopsi yang dilakukan Tentara Israel (IDF) terhadap jenazah mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar.

    Laporan itu menyebut kalau tes yang dilakukan oleh IDF terhadap jenazah Sinwar menunjukkan bahwa darahnya bebas dari jejak zat narkotika.

    Sebagai informasi, laporan yang diterbitkan media tersebut, menyematkan frase “hasil menarik” terkait laporan akhir otopsi jenazah Sinwar, yang disiapkan oleh tentara Israel tersebut.

    Kata “menarik” ditonjolkan karena selama ini IDF menuduh kalau para petempur Hamas menggunakan doping, berupa narkotika sehingga kuat berperang di tengah situasi kesulitan bahan makanan di Gaza.

    Menurut Otoritas Penyiaran Israel, IDF telah menyiapkan laporan akhir dalam beberapa hari terakhir mengenai otopsi yang dilakukan terhadap jenazah Sinwar. 

    “Pengujian yang dilakukan oleh militer mencakup berbagai macam zat narkotika, dan semua hasilnya negatif,” kata laporan itu.

    Laporan menambahkan,  di antara hasil paling menonjol yang terungkap dari hasil pemeriksaan itu adalah bahwa satu-satunya zat yang muncul dalam konsentrasi tinggi dalam darah Sinwar adalah kafein.

    Kafein ditemukan dalam berbagai makanan dan minuman, dan secara alami terdapat dalam biji kopi.

    Pada Oktober 2024, sekitar setahun setelah dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa dan perang genosida oleh Israel yang menghancurkan Jalur Gaza, Sinwar dibunuh di kota Rafah di Jalur Gaza selatan oleh peluru tentara Israel saat dia sedang berperang.

    Media Israel mengedarkan foto-foto barang milik Sinwar yang didokumentasikan oleh IDF saat pemimpin Hamas tersebut dibunuh.

    Foto-foto itu menunjukkan kalau dia memiliki sebuah tasbih, sebotol kecil parfum, sebatang permen, buku-buku doa, selain itu juga sebuah lampu kecil, dan senjata tajam.

    Dalam gambar arsip yang diambil pada tanggal 14 Desember 2022, Yahya Sinwar, yang saat itu menjabat sebagai kepala gerakan Hamas Palestina di Jalur Gaza, melambaikan tangan kepada para pendukungnya selama rapat umum yang menandai ulang tahun ke-35 berdirinya kelompok tersebut, di Kota Gaza. – Menteri luar negeri Israel telah menyerukan untuk “segera menyingkirkan” Yahya Sinwar, yang ditunjuk oleh Hamas pada tanggal 6 Agustus 2024 sebagai pemimpin politik baru kelompok militan tersebut menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas di Teheran minggu lalu. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP) (AFP/MOHAMMED ABED)

    Tuduhan Palsu

    Laporan mengenai hasil analisis dan pemeriksaan jenazah Yahya Sinwar ini membantah segala tuduhan dan klaim Israel yang berusaha memberikan stigma negatif terhadap pejuang Hamas

    “Sebagaimana laporan KAN bahwa tidak adanya jejak Captagon merupakan kejutan bagi tentara Israel,” tulis ulasan Khaberni, Jumat.

    Israel mengklaim bahwa Captagon adalah obat yang sebelumnya diduga digunakan oleh pejuang elite Hamas.

    Otoritas Penyiaran Israel menilai kalau laporan – yang diselesaikan beberapa hari terakhir oleh IDF mengenai analisis darah Sinwar – membawa implikasi penting di aspek strategis dan intelijen.

    Laporan KAN menambahkan kalau para pemimpin tinggi militer Israel saat ini sedang mempelajari laporan tersebut dalam semua dimensi intelijen dan strategis.

    “Semua rincian hasil autopsi Sinwar belum diungkapkan,” kata laporan tersebut.

    “Tetapi jelas bahwa dokumen tersebut mungkin berdampak pada pergerakan militer dan politik di masa mendatang,” tambah KAN dalam laporannya.

    Hal yang dimaksud soal ‘dampak keputusan militer’ IDF terkait jenazah Sinwar tersebut merujuk pada situasi yang terjadi pekan lalu.

    Saat itu, gencatan senjata terancam bubar karena sejumlah hal.

    “Perkiraan Israel menunjukkan kalau salah satu alasannya (terancam berhentinya gencatan snejata) adalah ancaman dari Mohammed Sinwar (adik Yahya) untuk menggagalkan negosiasi, atau bahkan benar-benar melaksanakan ancamannya, apabila tuntutannya untuk mengambil kembali jenazah saudaranya tidak dipenuhi Israel,” kata laporan tersebut.

    Israel sejauh ini menolak menyerahkan jenazah Yahya Sinwar ke Hamas.

    Israel menahan jenazah mendiang pemimpin Hamas tersebut di lokasi yang tidak ditentukan.

    Dalam konteks yang sama, Otoritas Israel melaporkan bahwa tentara memutuskan untuk tidak mengekstraksi peluru yang ditemukan di kepala Sinwar yang menyebabkan kematiannya.

    “Tindakan ini  membuat identifikasi tentara yang menembaknya akan sulit dilakukan,” menurut laporan KAN.

    Seorang pria menunjukkan jeruk palsu berisi pil Captagon (obat terlarang) dan disimulasikan dalam kotak berisi buah asli, setelah pengiriman dicegat oleh bea cukai dan brigade anti-narkoba di pelabuhan Beirut, di ibukota Lebanon, pada 29 Desember. 2021. Agen bea cukai Lebanon menyita hari ini, sembilan juta pil Captagon disembunyikan dalam pengiriman jeruk di pelabuhan Beirut, yang ditujukan ke salah satu negara Teluk, Menteri Dalam Negeri Lebanon Bassan al-Mawlawi mengumumkan. (ANWAR AMRO / AFP)

    Apa Itu Captagon

    Seperti diberitakan The Week, paada November 2023, para pejabat dari IDF dan pemerintah Amerika Serikat mengklaim laporan kalau para militan Hamas mengonsumsi stimulan palsu yang dikenal sebagai Captagon.

    Konsumsi itu dilakukan ketika mereka melakukan serangan pada tanggal 7 Oktober di Israel.

    Captagon yang juga dikenal sebagai “obat jihad”, “Captain Courage”, dan “kokain orang miskin”, dilaporkan turut memicu serangan yang masif pada hari itu. 

    Captagon adalah nama merek obat fenethylline hydrochloride , yang awalnya dibuat pada tahun 1960-an di Jerman Barat untuk mengobati kondisi seperti gangguan pemusatan perhatian, depresi, dan narkolepsi, menurut laporan Insider .

    Obat tersebut akhirnya dilarang pada tahun 1980-an karena “sifatnya yang sangat adiktif,” tambah outlet tersebut, tetapi “perdagangan gelap” Captagon palsu telah berkembang pesat di Timur Tengah sejak saat itu.

    Obat tersebut tetap sangat umum di wilayah tersebut dan “sangat berkembang pesat” di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. 

    Versi obat terlarang tersebut merupakan campuran “amfetamin dan teofilin,” dan terkadang dicampur dengan zat lain seperti kafein dan parasetamol, pereda nyeri, menurut laporan Reuters .

    Seperti stimulan lainnya, Captagon membantu mencegah tidur dan rasa lapar sekaligus membuat pengguna lebih fokus. Obat tersebut tetap populer di kalangan pejuang dalam Perang Saudara Suriah dan militan dari ISIS. 

    Sejak setidaknya tahun 2014, Suriah telah dianggap sebagai produsen dan konsumen obat yang signifikan.

    Damaskus membantah kalau mereka terlibat dalam perdagangan Captagon.

    “Namun, narasumber mengatakan produksi dan distribusi obat tersebut “telah menghasilkan miliaran dolar” bagi Bashar al-Assad dan sekutunya kala berkuasa “saat mereka mencari jalur ekonomi,” menurut laporan Al Jazeera. 

    Meskipun obat tersebut tidak memiliki pengakuan nama di luar Timur Tengah, baik Inggris maupun Amerika Serikat telah menyatakan kekhawatiran atas produksinya yang terus berlanjut di Suriah . 

    Mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar selama pertempuran di Gaza pada waktu yang tidak diketahui. (Tangkapan layar: rekaman Hamas/Al-Jazeera)

    Kemartiran Sinwar

    Oktober lalu, tentara Israel mengumumkan bahwa terbunuhnya pimpinan gerakan Hamas di Jalur Gaza adalah suatu kebetulan.

    “Kami tidak tahu Sinwar ada di sana,” kata juru bicara militer Daniel Hagari saat itu.

    “Awalnya kami mengidentifikasi dia sebagai pria bersenjata di dalam gedung. Dia terlihat mengenakan topeng dan melemparkan papan kayu ke arah pesawat tanpa awak, beberapa detik sebelum dia terbunuh.”

    Pada tanggal 18 Oktober, Hamas menyatakan berduka atas kematian pemimpinnya, Yahya Sinwar, dan mengonfirmasi bahwa ia tewas dalam konfrontasi dengan tentara Israel.

    Hal ini terjadi sehari setelah tentara Israel dan Shin Bet menerbitkan pernyataan bersama yang mengumumkan tewasnya tiga orang dalam operasi yang dilakukan oleh IDF di Jalur Gaza, termasuk Sinwar.

    Israel menganggap Sinwar sebagai arsitek Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan oleh faksi-faksi Palestina di Gaza terhadap pemukiman Israel dan pangkalan-pangkalan militer yang berdekatan dengan Jalur Palestina pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan kerugian besar bagi manusia dan militer Israel, serta berdampak negatif pada reputasi badan keamanan dan intelijen Israel di mata internasional. 

     

    (oln/khbrn/theweek/*)

     
     

  • Warga Israel Sebut Netanyahu Telantarkan Keluarga Mereka, Masih Menanti Nasib Sandera Shiri Bibas – Halaman all

    Warga Israel Sebut Netanyahu Telantarkan Keluarga Mereka, Masih Menanti Nasib Sandera Shiri Bibas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Warga Israel menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gagal melindungi orang yang mereka cintai selama serangan Hamas tahun 2023.

    Keluarga Bibas dari Israel menyebut Benjamin Netanyahu gagal membawa orang-orang yang mereka cintai pulang.

    Warga bernama Ofri Bibas mengatakan, ia masih menunggu untuk mengetahui nasib saudara iparnya, Shiri Bibas.

    Meski begitu, keluarganya “tidak berniat membalas dendam saat ini”.

    “Tidak ada pengampunan bagi mereka yang menelantarkan mereka pada 7 Oktober, dan tidak ada pengampunan bagi mereka yang menelantarkan mereka dalam tahanan.”

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kami tidak menerima permintaan maaf dari Anda pada saat yang menyakitkan ini,” kata Ofri Bibas dalam sebuah pernyataan, Jumat (21/2/2025), dilansir The Guardian.

    Sementara itu, Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan membuat Hamas ‘membayar’ karena gagal membebaskan jenazah sandera Shiri Bibas sesuai kesepakatan.

    Pernyataan itu muncul setelah para ahli Israel mengatakan, satu dari empat jenazah yang diserahkan Hamas pada Kamis (20/2/2025), adalah seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya dan bukan Shiri Bibas, yang kedua putranya, Kfir dan Ariel, diserahkan dan diidentifikasi.

    Netanyahu menuduh Hamas bertindak “dengan cara yang sangat sinis” dengan menempatkan jenazah seorang wanita Gaza di dalam peti jenazah.

    Netanyahu lantas menyebut jenazah yang diserahkan Hamas bukan Shiri Bibas, yang diculik bersama kedua putranya dan suaminya, Yarden, selama serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

    “Kami akan bertindak dengan tekad untuk membawa pulang Shiri bersama semua sandera kami – baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal – dan memastikan Hamas membayar harga penuh atas pelanggaran perjanjian yang kejam dan jahat ini,” katanya dalam sebuah pernyataan video, Jumat, dikutip dari Al Arabiya.

    Diberitakan Arab News, selama serangan pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza, Hamas memfilmkan dan kemudian menyiarkan rekaman yang menunjukkan penculikan keluarga Shiri Bibas dari rumah mereka di dekat perbatasan Gaza.

    Ariel saat itu berusia empat tahun, sedangkan Kfir adalah sandera termuda yang baru berusia sembilan bulan.

    Ayah mereka, yang juga ditangkap selama serangan itu, dibebaskan awal bulan ini.

    Sandera tua yang jenazahnya dikembalikan pada hari Kamis, diidentifikasi sebagai Oded Lifshitz, seorang jurnalis veteran dan pembela hak-hak Palestina sejak lama.

    Penjelasan Hamas

    Hamas mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya sedang menyelidiki kemungkinan kesalahan dalam mengidentifikasi jenazah manusia yang diserahkan kepada Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.

    Basem Naim, anggota biro politik Hamas, mengatakan “kesalahan yang tidak diharapkan” bisa saja terjadi, terutama karena pemboman Israel telah mencampurkan jasad sandera Israel dan warga Palestina, yang ribuan di antaranya masih terkubur di reruntuhan.

    “Kami menegaskan bahwa tidak sesuai dengan nilai-nilai atau kepentingan kami untuk menahan badan-badan atau tidak mematuhi perjanjian dan kesepakatan yang kami tandatangani,” katanya dalam sebuah pernyataan, Jumat, masih dari Arab News.

    Hamas mengatakan secara terpisah bahwa pihaknya akan menyelidiki pernyataan Israel dan mengumumkan hasilnya.

    Diketahui, militan Palestina menggelar upacara untuk mengembalikan keempat jenazah di bekas pemakaman di kota Khan Yunis, Gaza selatan, Kamis (20/2/2025).

    Pemulangan jenazah tersebut merupakan bagian dari fase awal enam minggu gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

    Sejauh ini, Hamas telah menghasilkan pembebasan 19 sandera Israel yang masih hidup dengan imbalan lebih dari 1.100 tahanan Palestina.

    JENAZAH SANDERA ISRAEL – Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic yang tayang pada 20 Februari 2025, memperlihatkan proses penyerahan jenazah sandera Israel oleh Hamas. Israel mengklaim salah satu jenazah yang dikembalikan Hamas pada Kamis (20/2/2025) bukanlah jenazah sandera Israel. Gencatan senjata sekali lagi terancam kolaps. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, Juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanou, menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sengaja “menghambat pelaksanaan fase kedua” gencatan senjata Gaza.

    Menteri Keuangan Israel sayap kanan, Bezalel Smotrich, telah menuntut segera kembalinya pertempuran di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki setelah tiga bus kosong meledak di sebuah depot parkir dekat Tel Aviv.

    Seorang pria Palestina dilaporkan tewas semalam ketika sebuah kendaraan militer Israel bertabrakan dengan mobilnya selama operasi Israel di Tulkarem, bagian dari serangan besar-besaran militer Israel selama berminggu-minggu di beberapa wilayah Tepi Barat utara.

    Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan tidak ada rumah mobil yang masuk ke Jalur Gaza untuk warga Palestina yang mengungsi, dan menambahkan, “sejumlah terbatas” rumah mobil telah memasuki Jalur Gaza, tetapi rumah-rumah tersebut telah ditetapkan untuk digunakan oleh organisasi-organisasi internasional.

    Militer Israel mengklaim, satu dari empat jenazah tawanan Israel yang diserahkan di Gaza kemarin bukanlah Shiri Bibas, dan menggambarkan jenazah tersebut sebagai “anonim” serta menuntut Hamas mengembalikan jenazah yang benar.

    Hamas mengatakan jasad tawanan itu tampaknya tercampur dengan sisa-sisa manusia lainnya di reruntuhan serangan udara Israel.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan intensifikasi operasi militer di Tepi Barat yang diduduki setelah tiga bus yang diparkir meledak di Bat Yam, dekat Tel Aviv, tanpa korban jiwa.

    Kementerian Kesehatan Gaza telah mengonfirmasi 48.319 kematian warga Palestina dalam  perang Israel di Gaza,  sementara 111.749 orang terluka.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas  menjadi sebanyak 61.709 orang, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel