Negara: Jalur Gaza

  • AS Percepat Bantuan Militer Rp 66,2 T untuk Israel atas Perintah Trump – Halaman all

    AS Percepat Bantuan Militer Rp 66,2 T untuk Israel atas Perintah Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, mengumumkan pada hari Sabtu (2/3/2025) bahwa pemerintah AS akan mempercepat pengiriman bantuan militer senilai sekitar 4 miliar USD atau sekitar Rp 66,2 T ke Israel. 

    Keputusan ini merupakan bagian dari langkah lanjutan setelah pemerintahan yang dipimpin oleh Donald Trump menyetujui penjualan hampir 12 miliar USD dalam bentuk bantuan militer asing ke negara tersebut.

    Rubio menandatangani deklarasi untuk mempercepat transfer senjata dan peralatan militer ke Israel, yang telah menjadi mitra strategis utama bagi Amerika Serikat di Timur Tengah.

    Dalam pernyataannya, Rubio menegaskan bahwa AS akan terus membantu Israel dalam meningkatkan keamanan.

    “AS akan terus menggunakan semua alat yang tersedia untuk memenuhi komitmen jangka panjang Amerika terhadap keamanan Israel, termasuk cara untuk melawan ancaman keamanan,” kata Rubio, dikutip dari Al Mayadeen.

    Pencabutan Arahan Biden

    Langkah terbaru ini juga terkait dengan keputusan kontroversial dari Presiden Donald Trump yang mencabut arahan yang dikeluarkan oleh mantan Presiden AS, Joe Biden, pada Februari 2024. 

    Arahan tersebut berfokus pada pemberian perlindungan terhadap penggunaan senjata yang dipasok oleh AS.

    Terutama dalam konteks perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, di mana senjata buatan AS telah digunakan oleh Israel dalam melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

    Pencabutan arahan tersebut secara efektif menghilangkan hambatan potensial terhadap penggunaan senjata oleh Israel.

    Meskipun negara ini telah lama menghadapi kritik internasional terkait catatan panjang kejahatan perang yang dilakukan selama operasi militernya, terutama terhadap rakyat Palestina.

    Pembatalan Pembatasan Bom Kaliber Besar

    Selain itu, pemerintahan Trump juga menghapus pembatasan terkait transfer bom kaliber besar.

    Bom ini telah digunakan oleh Israel dalam serangan-serangan besar di Jalur Gaza dan Lebanon selama beberapa bulan terakhir. 

    Bom-bom ini, yang memiliki daya destruktif tinggi, telah menyebabkan kerusakan besar di blok permukiman dan menambah ketegangan di wilayah yang sudah tegang.

    Banyak pihak yang mengkritik langkah ini sebagai bentuk dukungan tanpa syarat terhadap kebijakan Israel, yang sering kali melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional.

    Keputusan untuk mempercepat pengiriman bantuan militer ini sekali lagi menegaskan komitmen pemerintah AS terhadap keamanan Israel, sebuah isu yang telah menjadi inti kebijakan luar negeri AS selama beberapa dekade terakhir.

    Namun, langkah ini juga menggarisbawahi kebijakan pro-Zionis yang semakin mencolok, dengan pemerintahan Trump mendukung penuh kebijakan pembersihan etnis Palestina di Jalur Gaza dan kawasan sekitarnya.

    Bantuan militer yang dipercepat ini dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya untuk memperkuat posisi Israel di tengah ketegangan yang semakin meningkat, serta memperdalam peran AS dalam konflik Timur Tengah. 

    Di sisi lain, kebijakan ini juga semakin memperburuk ketegangan internasional, khususnya dengan negara-negara yang mendukung Palestina dan menentang kebijakan Israel dalam konflik yang berlarut-larut.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Palestina vs Israel

  • Israel Umumkan Penghentian Pasokan Barang ke Gaza

    Israel Umumkan Penghentian Pasokan Barang ke Gaza

    Tel Aviv

    Israel mengumumkan penghentian masuknya semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza, Palestina. Hal itu dilakukan untuk menekan Hamas agar menerima proposal perpanjangan gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat (AS).

    Dilansir Associated Press, Minggu (2/3/2025), Kantor Perdana Menteri Israel tidak merinci keputusan tersebut. Tetapi, Israel memperingatkan tentang ‘konsekuensi tambahan’ jika Hamas tidak menerima apa yang Israel katakan sebagai proposal AS untuk perpanjangan gencatan senjata.

    Selain itu, Israel juga tidak menjelaskan apakah pasokan bantuan telah dihentikan sepenuhnya atau sebagian. Fase pertama gencatan senjata Israel-Hamas, yang mencakup lonjakan bantuan kemanusiaan, berakhir pada Sabtu (1/3).

    Sebagai informasi, wilayah hampir seluruh wilayah Gaza berbatasan langsung dengan daerah yang dikuasai Israel. Hanya perbatasan di Rafah yang berbatasan dengan Mesir.

    Kedua pihak belum merundingkan fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan puluhan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas penarikan pasukan Israel dan gencatan senjata yang langgeng. Israel mengatakan pada hari Minggu pagi bahwa mereka mendukung proposal untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata hingga Ramadan dan Paskah atau 20 April.

    Proposal tersebut datang dari utusan Timur Tengah pemerintahan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff. Lantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Hamas akan membebaskan setengah dari sandera pada hari pertama dan sisanya saat kesepakatan gencatan senjata permanen tercapai.

    Tidak ada komentar langsung dari Amerika Serikat, Mesir, atau Qatar, yang telah menjadi penengah antara Israel dan Hamas selama lebih dari setahun. Hamas belum menanggapi usulan tersebut.

    “Satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas di kawasan tersebut dan pemulangan para tahanan adalah dengan menyelesaikan pelaksanaan perjanjian dimulai dengan pelaksanaan fase kedua,” kata pemimpin Hamas Mahmoud Mardawi dilansir AFP.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas Tegaskan Siap Sepakati Gencatan Senjata Permanen di Gaza

    Hamas Tegaskan Siap Sepakati Gencatan Senjata Permanen di Gaza

    Jakarta

    Hamas menegaskan kembali kesiapannya untuk melanjutkan tahap-tahap yang tersisa dari perjanjian gencatan senjata di Gaza. Tahap pertama gencatan senjata hampir berakhir dengan ketidakpastian atas langkah-langkah selanjutnya.

    “Kami menegaskan keinginan kami untuk menyelesaikan tahap-tahap yang tersisa dari perjanjian gencatan senjata, yang mengarah pada gencatan senjata yang komprehensif dan permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan dari Jalur Gaza, rekonstruksi dan pencabutan pengepungan,” kata Hamas mengacu pada ketentuan-ketentuan kesepakatan yang sebelumnya diuraikan oleh para mediator, dilansir AFP, Minggu (2/3/2025).

    Hamas menyampaikan komentar mereka dalam sebuah surat kepada pertemuan puncak Liga Arab tentang Gaza yang akan diadakan pada Selasa (4/3).

    Tahap pertama gencatan senjata Israel-Hamas akan berakhir pada Sabtu (1/3), tetapi negosiasi pada tahap berikutnya, yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata permanen, sejauh ini belum meyakinkan.

    Gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari setelah lebih dari 15 bulan perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, yang paling mematikan dalam sejarah negara itu.

    Afif memaparkan sebanyak 24 daerah akan melaksanakan PSU lalu dua daerah yang harus melakukan perbaikan berita acara rekapitulasi. Dia mengatakan KPU akan melaksanakan semua putusan MK dengan penuh tanggung jawab.

    “Untuk perbaikan di daerah-daerah yang ada PSU (berjumlah) 24 dan 2 tempat yang perbaikan berita acara dan juga rekapitulasi yang bebannya diberikan di KPU RI. Semuanya kita harus laksanakan dengan penuh tanggung jawab,” ujarnya.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengirim delegasi ke Kairo, dan mediator Mesir mengatakan “pembicaraan intensif” pada tahap kedua telah dimulai dengan kehadiran delegasi dari Israel serta sesama mediator Qatar dan Amerika Serikat.

    Namun hingga Sabtu (1/3), tidak ada tanda-tanda konsensus, dan juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kelompok itu menolak “perpanjangan tahap pertama dalam formulasi yang diusulkan oleh pendudukan (Israel)”.

    Ia meminta para mediator “untuk mewajibkan pendudukan untuk mematuhi perjanjian dalam berbagai tahapannya”.

    Mengacu pada Gaza pascaperang, Hamas mengatakan pihaknya “sepenuhnya siap untuk menghadapi opsi apa pun yang disetujui oleh Palestina” tetapi mengatakan pihaknya “dengan tegas” menolak “upaya untuk memaksakan proyek atau bentuk administrasi non-Palestina atau kehadiran pasukan asing di wilayah mana pun di Jalur Gaza”.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah melontarkan gagasan bagi Amerika Serikat untuk “mengambil alih” Gaza dan agar warga Palestina dimukimkan kembali di tempat lain, sebuah gagasan yang ditolak oleh Palestina sendiri serta negara tetangga Mesir dan Yordania.

  • Video: Ramadan “Pilu” Warga Gaza, Palestina di Tengah Perang

    Video: Ramadan “Pilu” Warga Gaza, Palestina di Tengah Perang

    Jakarta, CNBC Indonesia- Warga Palestina yang kembali ke rumah mereka yang hancur di Kota Gaza pada hari Jumat (28/02/2025) bersiap untuk bulan puasa Ramadan 1446H, berbelanja barang-barang rumah tangga dan makanan pokok.

    Sebagian warga Palestina mengatakan bulan suci Islam tahun ini terasa lebih baik daripada tahun lalu meski jauh dari normal karena mereka menghadapi dampak perang selama 15 bulan antara Israel dan Hamas.

    Ramadan bagi warga Palestina di Jalur Gaza masih mengkhawatirkan dekat karena kesepakatan gencatan senjata yang rapuh, yang telah menghentikan perang selama 15 bulan antara Israel dan Hamas, mendekati akhir fase pertama akhir pekan ini.

    Rekaman oleh Associated Press menangkap pasar jalanan yang ramai di Kota Gaza yang menawarkan bahan-bahan penting untuk makanan Ramadan seperti zaitun, acar, rempah-rempah, kurma, dan buah kering.

    Satu kios memajang sayuran segar, sementara kios di dekatnya yang dihiasi dengan lampu dan lentera yang menjuntai menjual dekorasi Ramadan yang meriah.

    Ritual keagamaan dan esensi spiritual Ramadhan menyatukan berbagai komunitas Muslim di seluruh dunia.

  • Negara Palestina yang Berdaulat Mencakup Gaza dan Tepi Barat

    Negara Palestina yang Berdaulat Mencakup Gaza dan Tepi Barat

    PBB – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa negara Palestina yang berdaulat di bawah pemerintahan Palestina harus mencakup Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.

    Dalam pengarahan media di Markas Besar PBB, Jumat (28/2), Guterres “kerangka politik yang jelas” untuk memastikan stabilitas dan pemulihan jangka panjang di wilayah tersebut.

    “Itu berarti Gaza tetap menjadi bagian integral dari negara Palestina yang merdeka, demokratis, dan berdaulat, tanpa pengurangan wilayahnya atau pemindahan paksa penduduknya,” ujarnya.

    Lebih lanjut Guterres menyatakan bahwa baik Gaza maupun Tepi Barat yang diduduki—termasuk Yerusalem Timur—harus diperlakukan sebagai satu kesatuan secara politik, ekonomi, dan administratif, dan diperintah oleh pemerintah Palestina yang diterima dan didukung oleh rakyat Palestina

    “Ini berarti mencegah segala bentuk pembersihan etnis dan tidak boleh ada kehadiran militer Israel dalam jangka panjang di Gaza,” katanya.

    Pada saat yang sama, Sekjen PBB mengakui bahwa kekhawatiran keamanan dari Israel juga harus ditangani.

    Sumber: RIA Novosti/Sputnik

  • Penyebab Hamas Tolak Usulan Israel Perpanjang Gencatan Senjata, Siapa Biang Keroknya? – Halaman all

    Penyebab Hamas Tolak Usulan Israel Perpanjang Gencatan Senjata, Siapa Biang Keroknya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok militan Palestina, Hamas pada hari Jumat (28/2/2025) mengumumkan tidak akan menerima apa yang disebutnya sebagai usulan Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata Gaza.

    Mereka bersikeras pembicaraan harus dimulai pada fase kedua yang bertujuan untuk mengakhiri perang secara permanen.

    Di Kairo, negosiator Israel dan Hamas mengadakan diskusi bersama mediator regional lainnya, themedialine memberitakan.

    Delegasi Israel kembali ke rumah pada Jumat malam tanpa mencapai konsensus apa pun untuk melangkah ke tahap kedua.

    Berbicara dengan televisi Al Araby, juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan, “Memperpanjang tahap pertama kesepakatan dalam format yang diinginkan Israel tidak dapat diterima,” dan menuduh Israel menunda kemajuan.

    Sementara Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak berkomentar.

    Dalam sebuah pernyataan, stasiun TV Saudi Asharq mengutip sumber Hamas yang menyalahkan “keterlambatan Israel” atas kurangnya kemajuan pada tahap gencatan senjata berikutnya.

    Menurut sumber ini, setiap upaya Israel untuk memperpanjang tahap awal tanpa segera beralih ke perundingan komprehensif akan dianggap sebagai “pelanggaran perjanjian.”

    Pejabat Israel belum mengomentari apakah mereka siap untuk bernegosiasi di luar pengaturan saat ini.

    Tahap pertama gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari, akan berakhir pada hari Sabtu.

    Kesepakatan tersebut memungkinkan penghentian pertempuran, pembebasan 33 sandera Israel (bersama dengan delapan jenazah), dan pembebasan hampir 2.000 tahanan dan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Hamas mengatakan 59 sandera Israel masih berada di Gaza. Qassem mengklaim Israel ingin mengamankan sandera yang tersisa sebelum melanjutkan operasi militer.

    Menurut Hamas, tahap kedua perjanjian tersebut mengharuskan Israel menarik diri sepenuhnya dari Jalur Gaza, mengakhiri perang secara tuntas, dan menjamin bahwa kedua pihak menghentikan semua aksi militer.

    Negosiasi pada tahap ini dijadwalkan akan dimulai pada hari ke-16 kesepakatan, tetapi kemajuan dilaporkan terhenti.

    Perang ini dimulai setelah pejuang yang berpihak pada Hamas dari Gaza melancarkan serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023, menewaskan hampir 1.200 warga Israel dan menyandera 251 orang. Israel menanggapinya dengan kampanye serangan udara dan operasi darat yang bertujuan untuk menggulingkan Hamas, yang menyebabkan kematian lebih dari 48.000 orang di Gaza dan hancurnya sebagian besar infrastruktur wilayah tersebut.

    Langgar Janji

    Israel disebut melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas beberapa kali selama tiga minggu pertama gencatan senjata, menurut temuan baru oleh Forensic Architecture .

    Analisis citra satelit dan bukti visual di media sosial mengungkapkan setidaknya 17 tindakan kekerasan terpisah yang dilakukan oleh militer Israel antara 19 Januari dan 9 Februari yang melanggar gencatan senjata .

    Palestina telah menuduh Israel melanggar gencatan senjata beberapa kali sejak gencatan senjata enam minggu mulai berlaku pada 19 Januari.

    Temuan Arsitektur Forensik menunjukkan bahwa dalam tiga minggu pertama gencatan senjata, pasukan Israel melakukan 16 serangan terpisah terhadap warga sipil Palestina, menewaskan dan melukai puluhan orang. seperti dikutip dari The New Arab.

    Dalam dua hari pertama gencatan senjata, Israel melancarkan lima serangan di Rafah, menewaskan dua warga sipil termasuk seorang anak.

    Serangan lainnya terjadi saat warga sipil kembali ke utara setelah Israel mulai menarik diri dari Koridor Netzarim. 

    Pada tanggal 2 Februari, serangan pesawat nirawak terhadap sebuah kendaraan melukai tujuh orang.

    Israel juga melanjutkan penghancuran infrastruktur Gaza setelah gencatan senjata mulai berlaku.

    Arsitektur Forensik mendokumentasikan banyak contoh pembongkaran properti di Rafah dan Koridor Netzarim oleh pasukan Israel.

    Dua sekolah di dekat koridor dirobohkan oleh pasukan sebelum mereka mundur dari daerah tersebut.

    Data yang dikumpulkan untuk laporan tersebut tidak dapat dianggap lengkap, tulis para peneliti.

    Serangan Israel terhadap Gaza telah menewaskan sedikitnya 48.400 orang, terutama wanita dan anak-anak, yang menimbulkan tuduhan bahwa pasukannya melakukan genosida terhadap warga Palestina.

    Negara itu tengah bersiap untuk melawan tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant keduanya dicari oleh Mahkamah Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Serangan itu mengakibatkan hancurnya sebagian besar infrastruktur di wilayah itu , termasuk hampir semua rumah sakit, sebagian besar sekolah, dan bangunan perumahan.

    Hingga Januari, hampir 70 persen bangunan di Gaza telah hancur atau rusak, termasuk 92 persen unit rumah.

    Pelanggaran Israel mengancam akan merusak gencatan senjata yang rapuh dan mempersulit upaya untuk bergerak ke fase kedua.

    Selama fase enam minggu pertama, Hamas membebaskan 33 tawanan yang ditahan di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan ratusan tahanan Palestina oleh Israel.

    Pasukan Israel telah mundur dari Koridor Netzarim dan mengizinkan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke utara.

    Kedua belah pihak kini tengah merundingkan persyaratan tahap kedua , di mana Hamas akan membebaskan tahanan yang tersisa, Israel akan menarik diri dari wilayah Gaza yang tersisa, dan akhir perang secara permanen akan disepakati.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Tahap Pertama Gencatan Senjata Gaza Akan Berakhir, Tahap Kedua Tak Pasti

    Tahap Pertama Gencatan Senjata Gaza Akan Berakhir, Tahap Kedua Tak Pasti

    Gaza City

    Tahap pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza akan berakhir pada Sabtu (1/3) waktu setempat. Namun negosiasi untuk tahap selanjutnya, yang seharusnya dapat menjamin gencatan senjata permanen, sejauh ini belum membuahkan hasil.

    Gencatan senjata Gaza tahap pertama berlaku sejak 19 Januari lalu, setelah lebih dari 15 bulan perang berkecamuk di daerah kantong Palestina itu yang dipicu serangan Hamas pada Oktober 2023.

    Selama beberapa pekan gencatan senjata berlangsung, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), kelompok Hamas dan militan aliansinya di Jalur Gaza membebaskan 25 sandera dalam keadaan hidup dan menyerahkan delapan jenazah sandera kepada Israel.

    Tel Aviv membalasnya dengan membebaskan ratusan tahanan Palestina dari penjara-penjara mereka.

    Tahap kedua dari gencatan senjata yang rapuh, yang dimediasi Mesir, Qatar dan Amerika Serikat (AS), seharusnya dimulai pada Minggu (2/3) besok. Tahap kedua ini akan menjamin pembebasan puluhan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Pada Jumat (28/2), Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan menggelar pertemuan tingkat menteri dengan jajaran pejabat keamanan, setelah dia mengirimkan delegasi Tel Aviv ke Mesir untuk berdiskusi mengenai tahap kedua gencatan senjata Gaza.

    Pada Kamis (27/2), Layanan Informasi Negara Mesir mengatakan: “Pihak-pihak terkait telah memulai pembicaraan intensif untuk membahas tahap selanjutnya dari perjanjian gencatan senjata, di tengah upaya berkelanjutan untuk memastikan penerapan pemahaman yang telah disepakati sebelumnya.”

    Seorang sumber Hamas menuduh Israel menunda tahap kedua gencatan senjata Gaza.

    “Tahap kedua dari perjanjian gencatan senjata seharusnya dimulai besok pagi, Minggu (2/3)… namun pendudukan masih menunda-nunda dan terus melanggar perjanjian,” kata sumber Hamas itu kepada AFP.

    Sumber Palestina yang memahami perundingan itu menuturkan kepada AFP bahwa meskipun tidak ada delegasi Hamas di Kairo, diskusi sedang berlangsung untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan yang terjadi.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Akan Kirim Banyak Buldoser Lapis Baja D9 ke Israel, Bernilai Hampir Rp5 Triliun – Halaman all

    AS Akan Kirim Banyak Buldoser Lapis Baja D9 ke Israel, Bernilai Hampir Rp5 Triliun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel akan menerima pengiriman buldoser lapis baja baru dari Amerika Serikat (AS) dengan nilai mencapai Rp5 triliun.

    Pengumuman ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri AS yang telah memberi tahu Kongres AS mengenai rencana penjualan senjata senilai hampir Rp497 triliun kepada Israel.

    Kementerian Luar Negeri AS menginformasikan bahwa terdapat tiga rencana penjualan senjata yang terpisah, termasuk buldoser D9 Caterpillar.

    Berikut adalah rincian penjualan yang direncanakan.

    1. Penjualan Pertama: Bernilai Rp3 triliun untuk 35.529 bom berat jenis MK 84 dan 4.000 hulu ledak Penetrator I2000. Pengiriman dijadwalkan tahun depan.

    2. Penjualan Kedua: Senilai Rp10 triliun untuk 201 bom MK 83, 4.799 bom BLU110AB, dan 5.000 sistem pemandu JDAM. Pengiriman akan dilakukan pada tahun 2028.

    3. Penjualan Ketiga:  Buldoser D9 Caterpillar dan peralatan terkait dengan nilai Rp5 triliun, yang diperkirakan akan dikirimkan mulai tahun 2027.

    Kontroversi Penggunaan Buldoser

    Sebelumnya, pada bulan November 2024, pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden sempat menangguhkan penjualan buldoser D9 kepada Israel karena khawatir bahwa buldoser tersebut akan digunakan untuk menghancurkan rumah-rumah di Jalur Gaza.

    Penjualan buldoser ini dilanjutkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS menyatakan bahwa penjualan tersebut akan meningkatkan kemampuan Israel dalam menghadapi ancaman.

    Penghapusan Embargo

    Pada bulan Januari 2025, AS resmi mencabut embargo ekspor bom berat dan buldoser D9 ke Israel.

    Sebelumnya, pemerintahan Biden sempat mengkhawatirkan penggunaan senjata tersebut di pusat-pusat pemukiman di Gaza.

    Menteri Pertahanan Israel Katz mengucapkan terima kasih kepada AS atas bantuan ini, menyebut bahwa bom dan buldoser tersebut merupakan aset penting bagi IDF.

    Pada bulan Februari 2025, Israel dilaporkan telah menerima lebih dari 1.500 bom MK84 dari AS, yang dikirimkan ke Pelabuhan Ashdod dan pangkalan udara di seluruh Israel.

    Saat itu ada sebanyak 132 buldoser D9 yang dikabarkan sedang dalam perjalanan ke Israel.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • AS Percepat Bantuan Militer Rp 66,2 T untuk Israel atas Perintah Trump – Halaman all

    Israel Bakal Dapat Banyak Buldoser Baru dari AS, Nilainya Rp5 Triliun, Ini Jadwal Pengiriman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel akan mendapatkan banyak buldoser lapis baja baru dari Amerika Serikat (AS).

    Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) AS sudah memberi tahu Kongres bahwa pihaknya berencana menjual senjata bernilai total hampir $3 miliar atau Rp49,7 triliun kepada Israel.

    Times of Israel melaporkan senjata-senjata itu termasuk ribuan bom. Lalu, ada buldoser lapis baja senilai $295 juta atau hampir Rp5 triliun.

    Menurut Kemenlu AS, ada tiga rencana penjualan secara terpisah yang telah dikirimkan kepada Kongres supaya disetujui.

    Penjualan pertama bernilai $2,04 miliar untuk 35.529 bom berat berjenis MK 84 atau BLU-117 dan hulu ledak Penetrator I-2000 sebanyak 4.000 buah. Senjata itu diperkirakan dikirim tahun depan.

    Penjualan kedua bernilai $675,7 miliar untuk bom MK 83 sebanyak 201 buah, bom BLU-110A/B sebanyak 4.799 buah, dan sistem pemandu JDAM berjumlah 5.000 unit. Pengiriman akan dilakukan tahun 2028.

    Adapun penjualan ketiga diperkirakan bernilai $295 miliar. AS akan mengirimkan buldoser D9 Caterpillar dan peralatan terkait. Buldoser itu akan digunakan oleh militer Israel dan diperkirakan mulai dikirim tahun 2027.

    Pada bulan November 2024 pemerintah AS di bahwa Presiden Joe Biden dilaporkan menangguhkan penjualan buldoser D9 kepada Israel.

    Buldoser itu disebut digunakan Israel untuk menghancurkan rumah-rumah di Jalur Gaza. Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) justru mengatakan buldoser itu digunakan oleh kelompok Hamas.

    AS di bawah Presiden Donald Trump kini melanjutkan penjualan buldoser kepada Israel.

    Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS mengatakan penjualan itu akan meningkatkan kemampuan Israel untuk menghadapi ancaman saat ini dan yang akan datang.

    AS cabut larangan ekspor bom berat dan buldoser D9.

    AS resmi mencabut embargo atau larangan mengekspor bom seberat 1 ton dan buldoser D9 ke Israel pada bulan Januari kemarin.

    Sebelumnya, pemerintahan Biden khawatir Israel bakal menggunakan bom itu di pusat-pusat pemukiman di Gaza.

    Oleh karena itu, pemerintah AS mengumumkan untuk menangguhkan penjualan bom itu segera setelah Israel memulai operasi darat di Kota Rafah.

    Saat itu AS membekukan penjualan 1.700 bom berat dan 134 D9 buldoser. IDF sudah bersiap untuk menerima senjata itu.

    Bom itu dibeli Kemenhan AS dari Boeing dengan mata uang shekel, bukan dolar bantuan AS.

    Adapun penggunaan buldoser D9 untuk meratakan bangunan di Gaza sempat memunculkan kritik internal di AS. Muncul aksi protes dan tekanan kuat agar AS tidak mengirimkan buldoser.

    Yedioth Ahronoth pada bulan November 2024 melaporkan ada banyak buldoser D9 milik Israel yang membutuhkan perawatan. Buldoser itu digunakan dalam operasi di Gaza selama berbulan-bulan.

    Israel juga memerlukan buldoser untuk digunakan di Lebanon selatan.

    Israel terima bom berat

    Pada bulan Febuari 2025 Israel dilaporkan sudah menerima lebih dari 1.500 bom MK-84 dari AS. Bom itu tiba di Pelabuhan Ashdod dan dikirimkan ke pangkalan udara di seluruh Israel.

    Kemudian, sebanyak 132 buldoser D9 disebut sedang dalam perjalanan ke Israel.

    Menteri Pertahanan Israel Katz berterima kasih kepada Trump dan AS atas bantuan ini. Katz menyebut bom itu adalah aset penting bagi IDF.

    Menurut Katz, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth sudah menegaskan komitmen AS untuk menyadiakan semua peralatan yang diperlukan Israel demi keamanannya.

    (*)

  • Euforia Ramadan di Gaza: Warga Tumpah Ruah Berbelanja di Pasar, Kompak Bersihkan Puing Reruntuhan – Halaman all

    Euforia Ramadan di Gaza: Warga Tumpah Ruah Berbelanja di Pasar, Kompak Bersihkan Puing Reruntuhan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Menyambut momen bulan suci Ramadan 2025, warga Gaza ramai mendatangi pasar-pasar di Khan Younis, yang terletak di Jalur Gaza selatan.

    Meskipun banyak bangunan yang hancur akibat konflik, semangat masyarakat tetap tinggi menyambut moment bulan suci Ramadan.

    Dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu (3/1/2025), Sejumlah warga Palestina tumpah ruah mendatangi pasar untuk berburu barang seperti makanan, pakaian, barang kebutuhan sehari-hari.

    Kendati sering kali dilanda kesulitan akibat blokade dan ketegangan politik, pasar seperti ini tetap menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi yang penting bagi masyarakat setempat.

    Bahkan, sebagian besar warga di wilayah Gaza mengandalkan pasar-pasar tradisional seperti Khan Younis untuk memenuhi kebutuhan mereka.

    Selain menyiapkan bahan pangan, menjelang Ramadan warga Gaza berbondong-bondong menghias rumah mereka dengan pernak-pernik Ramadan.

    Mulai jalanan hingga rumah-rumah mulai dihiasi dengan lentera warna-warni, spanduk, dan bendera.

    Tak hanya itu mereka juga membuat mural bertema Ramadan di tembok rumah yang hancur.
    Bagi banyak orang, persiapan ini lebih dari sekadar tradisi. 

    Ini adalah cara mereka untuk mengingatkan diri mereka tentang ketahanan dan kekuatan spiritual yang diperlukan untuk menghadapi segala kesulitan yang datang.

    Banyak keluarga yang masih bertekad untuk menjunjung tinggi semangat bulan suci dan melanjutkan tradisi Ramadan, meskipun tantangan besar menghampiri mereka.

    Warga Gaza Kompak Bersihkan Puing Reruntuhan

    Konflik yang terus memanas di Gaza hingga membuat lebih dari 1.245 masjid di hancur tak lantas membuat semangat warga Gaza luntur menyambut Ramadan 2025.

    Di tengah keterbatasan, warga Gaza menunjukkan semangat luar biasa dalam menyambut Ramadan. 

    Warga yang telah lama terhimpit kondisi ekonomi dan sosial yang sulit, masih berusaha untuk menjaga kehidupan spiritual dan tradisi Ramadan.

    Meskipun banyak masjid yang rusak, mereka tetap berusaha membuat tempat ibadah layak digunakan agar dapat melaksanakan salat berjamaah selama bulan Ramadan.

    Warga bergotong-royong membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan.  

    Mereka menciptakan tanah datar yang lapang untuk salah berjamaah. 

    Sementara warga menggunakan plastik untuk menutup atap.

    “Israel telah menghancurkan 80 persen masjid di Gaza, dan sisanya hancur sebagian. Kami akan menggunakannya, merenovasinya, dan melaksanakan salat Tarawih di sana.” kata salah satu warga Gaza.

    Kerjasama ini tidak hanya terbatas pada pembersihan masjid, tetapi juga untuk memastikan ketersediaan layanan dasar dan distribusi bantuan bagi yang membutuhkan.

    Terutama dalam hal makanan dan kebutuhan pokok untuk sahur dan berbuka puasa. Meskipun tantangan besar masih ada, semangat persatuan dan doa di Gaza semakin menguat saat Ramadan semakin dekat.

    (Tribunnews.com/Namira)