Negara: Jalur Gaza

  • SBY di Tokyo, Jepang: Bicara tentang Kerjasama Global South – Halaman all

    SBY di Tokyo, Jepang: Bicara tentang Kerjasama Global South – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, tiba di Tokyo pada Senin pagi (3/3/2025).

    Besok (4/3/2025), beliau akan berbicara mengenai kerjasama Global South dalam acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Genron Tokyo.

    Yuho Nishimura, Direktur Departemen Internasional dari organisasi nirlaba Genron NPO mengatakan kepada pers, Susilo Bambang Yudhoyono besok akan membahas kerja sama internasional dari perspektif Global South.

    Tema acara tahun ini, yang merupakan penyelenggaraan kesembilan yakni  Kerja Sama Internasional dan Pemulihan Perdamaian pada Peringatan 80 Tahun Pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Sejak didirikan pada tahun 2017, Yayasan Genron telah berfokus pada kerjasama dalam isu-isu internasional sambil mengembangkan kebebasan, demokrasi, supremasi hukum, dan multilateralisme.

    Namun, dunia kini berada dalam fase yang sulit, dengan perpecahan dan konflik yang semakin mendalam. Tahun ini menandai 80 tahun sejak berakhirnya Perang Dunia II dan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Terpilihnya kembali Donald Trump mengancam kerangka pemerintahan global dan kerja sama internasional.

    Masyarakat internasional harus melindungi tatanan internasional berdasarkan supremasi hukum dan kerjasama multilateral yang telah ditetapkan. Nishimura percaya bahwa ini adalah misi Jepang sebagai negara cinta damai.

    Diskusi akan berfokus pada Ukraina, di mana invasi Rusia terus berlanjut, serta Jalur Gaza dan Wilayah Palestina.

    Nishimura menekankan, negosiasi gencatan senjata antara Amerika Serikat dan Rusia akan berlanjut, tetapi saya ingin menekankan pentingnya menciptakan perdamaian yang adil dan berkelanjutan yang melibatkan semua pihak, bukan hanya berdasarkan kesepakatan negara-negara besar.

    Perdebatan mengenai Gaza dan Ukraina pada tahun 2024 menunjukkan adanya standar ganda dalam pandangan Amerika Serikat dan Eropa, yang sering menyalahkan Rusia, tetapi tidak Israel.

    Tahun ini diperkirakan akan memunculkan debatan yang serupa.

    Konferensi tiga hari ini, yang diadakan mulai 3 Maret 2025, akan dihadiri oleh hampir 40 pembicara dan panelis dari 20 negara di seluruh dunia. Representatif lembaga think tank dari India, Indonesia, dan Brasil, serta mantan eksekutif dan pakar internasional, akan bergabung dengan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) untuk membahas isu-isu terkait kerangka kerja sama multilateral dan dampak pemerintahan Trump.

    Pada tanggal 4 Maret, akan ada forum publik, di mana Yudhoyono akan memberikan pidato utama tentang kerjasama internasional dalam konteks Global South.

    Mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Polandia juga dijadwalkan berbicara mengenai perang di Ukraina dan perdamaian di Eropa.

    Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, akan mengirim pesan video untuk acara tersebut. Peserta diharapkan mendaftar melalui situs web Genron NPO.

    Konferensi Tokyo yang dimulai pada tahun 2017, sebagai reaksi terhadap keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa dan kemenangan Trump dalam pemilihan presiden, bertujuan untuk memberikan forum bagi dialog mengenai isu-isu internasional serta menyebarkan pandangan dari Jepang.

    Nishimura menambahkan, Jepang ingin berkontribusi pada pemeliharaan dan pengembangan tatanan berbasis aturan dan kerja sama internasional.

    “Forum ini diharapkan dapat meningkatkan dialog dan kesadaran akan pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan global,” katanya.

    Diskusi mengenai tatanan internasional juga dilakukan oleh kelompok Pencinta Jepang. Untuk bergabung, silakan email ke: tkyjepang@gmail.com dengan mencantumkan nama, alamat, dan nomor WhatsApp. (Tribunnews.com/Ricard Susilo)

  • Mau Lengser, Bos Besar IDF Akui Remehkan Hamas, Kaget Serangan 7 Oktober Bisa Terjadi – Halaman all

    Mau Lengser, Bos Besar IDF Akui Remehkan Hamas, Kaget Serangan 7 Oktober Bisa Terjadi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letjen Herzi Halevi mengaku meremehkan kelompok Hamas di Jalur Gaza.

    Halevi mengatakan dia beserta IDF meyakini Hamas tidak akan mampu melancarkan serangan 7 Oktober 2023 yang membuat gempar seluruh Israel.

    Dalam serangan itu ada sekitar 1.200 orang yang tewas. Hamas lalu menculik 251 orang yang dijadikan sebagai sandera.

    Halevi mengaku kurang mencemaskan ancaman dari Gaza. Dia lebih mengkhawatirkan bahaya di perbatasan Israel lainnya.

    Kata dia, warga Israel saat serangan terjadi mempertanyakan keberadaan IDF.

    Halevi yang sebentar lagi lengser dari jabatannya itu mengaku bertanggung jawab secara pribadi atas kegagalan IDF. Menurutnya, dia dan IDF secara keseluruhan telah gagal melindungi warga Israel.

    “Saya tahu banyak orang tewas, dan kata-kata terakhir mereka adalah, ‘Di mana IDF?’ Saya mengetahui itu. Mengetahuinya adalah hal yang sangat berat bagi kami,” kata Halevi hari Minggu, (2/3/2025), dikutip dari The Times of Israel.

    Dia mengklaim tak pernah berpikir serangan seperti itu akan terjadi. Menurut dia, IDF akan bertindak dengan cara berbeda jika mengetahui serangan itu berpotensi terjadi.

    “Kami menganggap Hamas adalah kekuatan militer yang terbatas. Kami tidak melihat adanya skenario kejutan besar serangan Hamas sebagai skenario realistis,” kata dia.

    “Dan jika ada sesuatu seperti itu, asumsi kita adalah kita akan mendapatkan peringatan sebelumnya dari intelijen militer.”

    Hasil kajian IDF adalah bahwa kombinasi peringatan dari intelijen, pagar keamanan di sekitar Gaza, dan pengamanan dari pasukan IDF bakal memberikan perlindungan yang sesuai. Namun, hasil kajian itu “hancur”.

    Dia menyangka perbatasan Gaza adalah perbatasan yang paling sedikit memerlukan perhatian.

    “Kami merasa pembatas bawah tanah itu sangat tinggi kualitasnya, bahwa pengumpulan data intelijen sudah maju, dan bahwa topografi akan membantu, dan kami menempatkan perbatasan utara sebagai yang paling diperhatikan untuk menghadapi Hizbullah,” ujarnya menjelaskan.

    “Kami sempat berpikir situasi kita bagus secara keseluruhan.”

    IDF keliru mengambil kesimpulan

    Kepala Komando Selatan IDF Mayjen Yaron Finkelman juga membuat pernyataan mengenai gagalnya IDF menghadapi serangan Hamas.

    Finkelman mengatakan malam sebelum serangan adalah “malam tanpa tidur” bagi dia.

    Saat itu dia menyelidiki sinyal intelijen aneh yang muncul dari Gaza. Sinyal itu memang menjadi perhatian IDF, tetapi IDF tidak menganggapnya sangat penting sehingga Israel kehilangan peluang untuk mencegah serangan Hamas.

    “Saya begadang sepanjang malam untuk melakukan peninjuan situasi,” kata Finkelman.

    Dia mengaku bersikap acuh tak acuh mengenai sinyal itu.

    “Saya menantang dan menanyai para pejabat intelijen, empat pejabat independen yang berbeda.”

    “Gambaran yang mereka sodorkan kepada saya berisi dua unsur penting. Pertama ini bukan sesuatu yang sangat dekat dalam kerangka waktu dekat. Kedua, bahwa pasukan penyerang milik Hamas, Nukhba, beroperasi seperti biasa.”

    Sayangnya gambaran atau kesimpulan itu salah. Hamas pada akhirnya menyerang Israel.

    “Itu adalah kenyataan intelijen yang saya terima. Terlepas dari itu, komandan bertanggung jawab atas segalanya, termasuk intelijen.”

    “Kami mengambil beberapa tindakan, yang jika dipikir tentu tidak mencukupi.”

    (*)

     

  • Buldoser Israel Menghancurkan Rumah-rumah di Kamp Pengungsi Nour Shams pada Hari Pertama Ramadan – Halaman all

    Buldoser Israel Menghancurkan Rumah-rumah di Kamp Pengungsi Nour Shams pada Hari Pertama Ramadan – Halaman all

    Buldoser Israel Menghancurkan Rumah-rumah di Kamp Pengungsi Nour Shams pada Hari Pertama Ramadan

    TRIBUNNEWS.COM- Pada hari pertama Ramadan, buldoser militer Israel memasuki kamp pengungsi Nour Shams di Tepi Barat yang diduduki, menghancurkan rumah-rumah dan merusak jalan-jalan di lingkungan al-Manshiya, Anadolu Agency melaporkan.

    Nihad Al-Shawish, kepala Komite Rakyat kamp Nour Shams, mengatakan kepada Anadolu bahwa “beberapa buldoser militer menyerbu lingkungan al-Manshiya, menghancurkan jalan dan merobohkan sebagian bangunan tempat tinggal.”

    Ia menambahkan bahwa pasukan Israel memaksa penduduk di sekitar area kamp Nour Shams untuk mengungsi, dengan alasan mereka tengah mempersiapkan “ledakan skala besar.”

    “Tentara telah memerintahkan semua penghuni kamp untuk pergi,” kata Shawish.

    Serangan militer terhadap Nour Shams kini telah memasuki hari ke-21, sementara pasukan Israel telah menargetkan kota-kota di Tepi Barat utara, khususnya Jenin dan Tulkarem, selama lebih dari sebulan sebagai bagian dari serangan militer yang sedang berlangsung, menewaskan sedikitnya 64 orang dan membuat ribuan orang mengungsi.

    Pada tanggal 23 Februari, tank-tank Israel memasuki kamp pengungsi Jenin dalam eskalasi militer yang tidak terlihat sejak tahun 2002.

    Otoritas Palestina telah memperingatkan bahwa serangan militer yang berkelanjutan merupakan bagian dari rencana yang lebih luas oleh pemerintah Netanyahu untuk mencaplok Tepi Barat dan mendeklarasikan kedaulatan atasnya, yang secara resmi dapat menandai berakhirnya solusi dua negara.

    Serangan itu adalah yang terbaru dalam eskalasi militer di Tepi Barat, di mana sedikitnya 927 warga Palestina tewas dan hampir 7.000 orang terluka dalam serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal sejak dimulainya serangan terhadap Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    Mahkamah Internasional menyatakan pada bulan Juli bahwa pendudukan jangka panjang Israel atas wilayah Palestina adalah “melanggar hukum,” dan menuntut evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • AS Kirimi Israel Senjata ‘Pemungkas’ Lawan Iran, Netanyahu Happy

    AS Kirimi Israel Senjata ‘Pemungkas’ Lawan Iran, Netanyahu Happy

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas pengiriman amunisi yang sempat tertahan oleh pemerintahan sebelumnya.

    Netanyahu menegaskan bahwa bantuan ini akan memungkinkan Israel untuk “menyelesaikan tugas melawan poros teror Iran” yang mencakup kelompok-kelompok militan yang didukung oleh Teheran.

    “Donald Trump adalah sahabat terbesar yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video berbahasa Inggris yang dirilis pada Minggu (2/3/2025), sebagaimana dikutip AFP.

    “Dia telah membuktikannya dengan mengirimkan semua amunisi yang sebelumnya tertahan. Dengan cara ini, dia memberi Israel alat yang kami butuhkan untuk menyelesaikan tugas melawan poros teror Iran.”

    Adapun Netanyahu telah lama menyuarakan oposisi kerasnya terhadap Iran, terutama terkait program nuklir Teheran dan dukungan negara itu terhadap kelompok-kelompok militan di kawasan, termasuk Hamas yang berkonflik dengan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.

    Pernyataan Netanyahu ini mempertegas sikapnya yang sebelumnya telah ia ungkapkan dalam konferensi pers bulan lalu bersama Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.

    Dalam kesempatan tersebut, Netanyahu menegaskan bahwa dengan dukungan dari Amerika Serikat, Israel akan “menyelesaikan tugas” dalam menghadapi ancaman Iran.

    “Sejak perang di Gaza dimulai, Israel telah memberikan pukulan besar terhadap poros teror Iran,” kata Netanyahu, merujuk pada aliansi kelompok militan yang didukung Teheran, termasuk Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman.

    Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, seperti yang ia lakukan pada masa jabatan pertamanya. Langkah ini bertujuan untuk menekan ekonomi Iran dan membatasi kemampuan negara itu dalam mendukung kelompok-kelompok militan di Timur Tengah.

    Trump juga menunjukkan dukungan kuatnya kepada Israel dengan mengundang Netanyahu sebagai kepala negara pertama yang berkunjung ke Gedung Putih setelah ia kembali menjabat sebagai presiden.

    Sebelumnya, Rubio mengumumkan bahwa ia telah menandatangani deklarasi untuk mempercepat bantuan militer senilai sekitar US$4 miliar kepada Israel. Rubio menambahkan bahwa embargo senjata parsial yang sebelumnya diberlakukan oleh mantan Presiden Joe Biden telah dicabut, memungkinkan Israel mendapatkan persenjataan yang lebih cepat dan lebih banyak.

    Langkah ini disambut positif oleh Netanyahu yang menilai bahwa dukungan penuh AS terhadap Israel akan semakin memperkuat posisinya dalam menghadapi ancaman Iran dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Teheran.

     

    (luc/luc)

  • Arab Saudi dan Mesir Berang Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

    Arab Saudi dan Mesir Berang Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Israel kembali berulah dengan menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina. Hal ini membuat warga Gaza kembali dalam situasi sulit.

    Saat ini, gencatan senjata tahap awal tengah diberlakukan sejak 19 Januari 2025. Namun, Israel melakukan tindakan yang membuat geram banyak negara dengan kebijakan memblokir bantuan.

    Mesir melalui Kementerian Luar Negeri menegaskan tindakan Israel ini merupakan pelanggaran gencatan senjata, hukum humaniter internasional, Konvensi Jenewa Keempat, dan semua prinsip agama.

    “Mesir menekankan bahwa tidak ada pembenaran, keadaan, atau logika yang dapat mengizinkan penggunaan kelaparan dan blokade terhadap warga sipil yang tidak bersalah, terutama selama bulan suci Ramadhan, sebagai senjata melawan rakyat Palestina,” demikian pernyataan Pemerintah Mesir seperti dilaporkan WAFA News Agency.

    Mesir meminta dunia internasional bertindak dengan apa yang telah dilakukan Israel terhadap warga di Gaza. Hal ini demi menghindari semakin banyak korban nyawa yang tidak bersalah.

    Tak hanya Mesir, Arab Saudi telah menyampaikan kecaman dan kutukannya atas keputusan Israel.

    “Tindakan ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan penghinaan langsung terhadap prinsip-prinsip hukum humaniter internasional, terutama di tengah bencana kemanusiaan yang sedang dihadapi rakyat Palestina,” demikian respons pemerintah Arab Saudi

    Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Minggu oleh Kementerian Luar Negeri Saudi, Arab saudi menegaskan kembali seruannya kepada masyarakat internasional untuk mengakhiri pelanggaran berat Israel ini.

    Israel telah memutuskan untuk menangguhkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Israel juga menutup jalur penyeberangan ke wilayah tersebut hingga pemberitahuan lebih lanjut. Keputusan tersebut diambil dalam rapat Kabinet Israel yang diadakan pada Sabtu, 1 Maret 2025 malam, yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu.

    Langkah ini dilakukan setelah Israel menolak ketentuan perjanjian gencatan senjata yang juga bertepatan dengan berakhirnya fase pertama gencatan senjata tadi malam.

    Pentingnya gencatan senjata

    Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Mirjana Spoljaric, menegaskan perjanjian gencatan senjata sangat penting. Hal ini karena bisa menyelamatkan banyak nyawa dan menawarkan secercah harapan di tengah penderitaan yang tak terbayangkan. 

    “Upaya ini telah menyatukan kembali keluarga-keluarga dan memastikan bahwa orang-orang terkasih dapat dimakamkan dengan bermartabat. Minggu demi minggu, sebagai perantara kemanusiaan yang netral, tim kami membantu memajukan perjanjian gencatan senjata dengan melaksanakan operasi penting ini dengan aman atas permintaan para pihak,” katanya dalam sebuah pernyataan.

    Dia menekankan segala upaya harus dilakukan untuk mempertahankan gencatan senjata. Selain itu, dia berharap agar bantuan kemanusiaan semakin banyak masuk ke Gaza.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pasukan Israel Hancurkan Pabrik Kurma di Tepi Barat dan Rebut Lahan Pertanian di Yerusalem Timur – Halaman all

    Pasukan Israel Hancurkan Pabrik Kurma di Tepi Barat dan Rebut Lahan Pertanian di Yerusalem Timur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Israel menghancurkan sebuah pabrik kurma dan sebuah toko komersial di Lembah Yordan, sebelah utara kota Yerikho.

    Sementara itu, otoritas Israel memerintahkan seorang pria Palestina untuk meninggalkan pertaniannya di Yerusalem Timur yang diduduki.

    Alasannya adalah lokasi pertanian tersebut terlalu dekat dengan kamp militer Israel, Wafa melaporkan.

    Pihak berwenang Israel juga mengharuskan pemilik pertanian untuk mengevakuasi lebih dari dua dunam tanah (sekitar setengah hektar) dan menghancurkan beberapa bangunannya, termasuk kandang domba, di lingkungan al-Issawiya, yang terletak di sebelah timur Yerusalem.

    Kelompok Muslim AS Kecam Larangan Israel atas Bantuan ke Gaza

    Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengecam keputusan sayap kanan Israel yang memblokir semua bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, Al Jazeera melaporkan.

    CAIR menyebutnya sebagai tambahan kasus kejahatan perang terhadap para pemimpin Israel di Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).

    “Keputusan pemerintah sayap kanan yang diduga sebagai penjahat perang, Benjamin Netanyahu, untuk memblokir semua bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil Gaza selama Ramadan adalah kejahatan perang yang jelas dan merupakan bukti lebih lanjut dari niat genosida Israel,” kata CAIR yang berbasis di Washington, DC.

    “Kampanye kejam dan ilegal Israel yang terus berlanjut dengan membuat kelaparan paksa menambah bukti lebih lanjut atas kasus genosida yang dilakukan oleh Pengadilan Kriminal Internasional terhadap pejabat Israel,” imbuh CAIR.

    CAIR mencatat laporan media yang menunjukkan bahwa langkah tersebut dikoordinasikan dengan pemerintahan Trump.

    “Sangat tidak masuk akal jika pemerintah negara kita dilaporkan mendukung kejahatan terhadap kemanusiaan ini,” paparnya.

    Sementara itu, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Dalam keputusan mereka, hakim ICC mengatakan ada alasan yang cukup untuk meyakini bahwa Netanyahu dan Gallant bertanggung jawab secara pidana atas berbagai tindakan, termasuk pembunuhan, penganiayaan, dan kelaparan sebagai senjata perang dalam “serangan yang meluas dan sistematis terhadap penduduk sipil Gaza.”

    Perkembangan Terkini Konflik Israel vs Hamas

    Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Setelah Hamas Tolak Perpanjang Gencatan Senjata

    Israel memblokir masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang dilanda perang setelah Hamas menolak tuntutannya untuk memperpanjang tahap pertama kesepakatan gencatan senjata, yang berakhir pada Sabtu (1/3/2025).

    Keputusan ini diambil setelah negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata gagal, sehingga mengarah pada penghentian bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh penduduk sipil Gaza.

    Hamas Tolak Perpanjangan Gencatan Senjata, Tuntut Pembebasan Tawanan dan Penarikan Israel

    Hamas menuduh Israel melakukan pemerasan dan bersikeras agar gencatan senjata berlanjut ke tahap kedua, yang mencakup pembebasan semua tawanan yang tersisa di Gaza, penarikan penuh Israel dari daerah kantong Palestina tersebut, dan diakhiri perang.

    Israel Ancam Potong Listrik dan Air ke Gaza

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Hamas bahwa akan ada tindakan lebih lanjut.

    Media Israel melaporkan bahwa pemerintah berencana untuk memutus pasokan listrik dan air ke Gaza sebagai langkah selanjutnya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Netanyahu Terima Kasih ke Trump Atas Pasokan Senjata Melawan Iran

    Netanyahu Terima Kasih ke Trump Atas Pasokan Senjata Melawan Iran

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas pasokan amunisi untuk negaranya. Netanyahu menyebut bantuan senjata dari Washington itu akan membantu Israel dalam “menyelesaikan pekerjaan” melawan Iran.

    Pasokan amunisi ini merupakan bantuan senjata yang sebelumnya ditangguhkan oleh pemerintahan AS di bawah mantan presiden Joe Biden.

    Netanyahu, seperti dilansir AFP, Senin (3/3/2025), telah sejak lama menyatakan perlawanan terhadap Iran, program nuklir dan proksi-proksi negara tersebut, termasuk kelompok Hamas yang berperang melawan militer Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.

    “Donald Trump adalah teman terbaik yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih,” sebut Netanyahu memuji Trump dalam pernyataan video dalam bahasa Inggris.

    “Dia telah menunjukkannya dengan mengirimi kami semua amunisi yang sempat ditangguhkan. Dengan cara ini, dia memberikan kepada Israel, alat yang kami perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan melawan poros teror Iran,” ucapnya.

    Netanyahu menyampaikan pernyataan serupa bulan lalu, dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio yang sedang berkunjung ke Israel. Pada saat itu, Netanyahu menyatakan keyakinannya bahwa Israel akan “menyelesaikan pekerjaan” melawan Iran dengan dukungan dari AS.

    Netanyahu juga mengatakan pada saat itu bahwa Tel Aviv telah “memberikan pukulan telak terhadap poros teror Iran” sejak perang Gaza dimulai pada Oktober 2023. Dia merujuk pada kelompok yang disebut oleh Teheran sebagai “poros perlawanan”, yang bersekutu melawan Israel dan AS.

    Selain Hamas, Poros perlawanan itu mencakup Hizbullah dan Houthi.

    Trump, yang kembali ke Gedung Putih sejak Januari lalu, telah menerapkan kembali kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, yang mencerminkan pendekatan pada masa jabatan pertamanya.

    Trump juga menyatakan dukungan yang teguh terhadap Israel, dengan mengundang Netanyahu sebagai kepala negara pertama yang mengunjungi Gedung Putih bulan lalu.

    Pada Sabtu (1/3), Rubio mengatakan dirinya telah menandatangani deklarasi untuk mempercepat bantuan militer dengan nilai mencapai sekitar US$ 4 miliar ke Israel. Dia juga mengumumkan bahwa embargo senjata parsial yang diberlakukan di bawah Biden telah dibatalkan.

    Lihat juga Video: Jika Iran Menyerang, Israel Akan Balas dengan Sangat Keras!

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Setop Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Arab Saudi Bilang Gini

    Israel Setop Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Arab Saudi Bilang Gini

    Riyadh

    Pemerintah Arab Saudi mengutuk keras langkah Israel menghentikan aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Otoritas Riyadh menyebut tindakan Tel Aviv itu sebagai “pemerasan” ketika pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza yang rapuh menghadapi jalan buntu.

    Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya, seperti dikutip kantor berita Saudi Press Agency (SPA) dan dilansir Al Arabiya, Senin (3/3/2025), juga menyebut keputusan Israel menghentikan aliran pasokan ke daerah kantong Palestina itu sebagai “hukuman kolektif”.

    Disebutkan oleh Kementerian Luar Negeri Saudi bahwa keputusan Israel “untuk menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, dan penggunaannya sebagai alat pemerasan dan hukuman kolektif… adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan pelanggaran langsung terhadap aturan hukum kemanusiaan internasional”.

    Lebih lanjut, Riyadh menyerukan masyarakat internasional untuk “menghentikan pelanggaran serius Israel ini”.

    Dengan perundingan untuk kelanjutan gencatan senjata digelar di Kairo, sumber-sumber di Mesir mengungkapkan bahwa delegasi Israel berupaya memperpanjang tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari, sedangkan Hamas ingin segera melanjutkan ke tahap kedua.

    Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan bahwa mereka menolak “formulasi” Israel untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata Gaza.

    Otoritas Israel kemudian mengumumkan pada Minggu (2/3) bahwa mereka menghentikan masuknya semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza. Tel Aviv juga memperingatkan “konsekuensi tambahan” jika Hamas tidak setuju untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata.

    Hamas, dalam pernyataannya, menuduh Israel berusaha melemahkan gencatan senjata Gaza, yang mulai berlaku pada 19 Januari lalu dan sebagian besar tetap berlaku meskipun kedua saling menuduh adanya pelanggaran. Sejauh ini belum ada kesepakatan mengenai tahap kedua, atau tahap selanjutnya.

    Mesir juga mengecam keputusan Israel untuk menghentikan bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza. Otoritas Kairo menyebutnya sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap gencatan senjata Gaza, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat (AS).

    Selain menghentikan bantuan kemanusiaan, Israel juga kembali menggempur Jalur Gaza pada Minggu (2/3) waktu setempat. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya empat orang tewas dan enam orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara terbaru Tel Aviv tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Gempur Gaza Lagi, 4 Orang Tewas-6 Luka

    Israel Gempur Gaza Lagi, 4 Orang Tewas-6 Luka

    Gaza City

    Militer Israel kembali menggempur Jalur Gaza pada Minggu (2/3) waktu setempat, ketika tahap pertama gencatan senjata hampir berakhir. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya empat orang tewas dan enam orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara Tel Aviv tersebut.

    Kementerian Kesehatan Gaza, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (3/3/2025), melaporkan bahwa para korban tewas dan korban luka telah dibawa ke “rumah sakit di Jalur Gaza menyusul serangan-serangan Israel di berbagai wilayah tersebut”.

    “Sejak pagi Ini (2/3), empat orang tewas dan enam orang luka-luka,” sebut Kementerian Kesehatan Gaza dalam laporannya.

    Militer Israel, dalam pernyataan terpisah, menyebut pasukan mereka telah menyerang para tersangka yang menanam “alat peledak” di Jalur Gaza bagian utara.

    “Pagi hari ini (2/3), sejumlah tersangka diidentifikasi beroperasi di dekat pasukan IDF (Angkatan Bersenjata Israel) di Jalur Gaza bagian utara dan memasang alat peledak di area tersebut,” kata militer Israel dalam pernyataannya.

    “Sebuah pesawat Angkatan Udara menargetkan para tersangka untuk menghilangkan ancaman tersebut,” imbuh pernyataan tersebut.

    Pernyataan militer Israel itu tidak menyebutkan soal jatuhnya korban jiwa akibat serangan udara tersebut.

    Serangan udara terbaru Israel itu terjadi saat tahap pertama gencatan senjata Gaza, yang dimulai sejak 19 Januari lalu, akan berakhir. Selama beberapa pekan, gencatan senjata Gaza itu memungkinkan pertukaran 33 sandera Israel dan lima sandera Thailand yang dibebaskan Hamas, dengan sekitar 2.000 tahanan Palestina yang dibebaskan Tel Aviv dari penjara-penjaranya.

    Sebelum tahap pertama gencatan senjata Gaza berakhir, seharusnya pembicaraan membahas tahap kedua dilakukan, yang diharapkan bisa membuka jalan bagi gencatan senjata permanen dan diakhirnya perang yang berkecamuk sejak Oktober 2023 lalu.

    Dengan perundingan untuk kelanjutan gencatan senjata digelar di Kairo, sumber-sumber di Mesir mengungkapkan bahwa delegasi Israel berupaya memperpanjang tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari, sedangkan Hamas ingin segera melanjutkan ke tahap kedua.

    Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan bahwa mereka menolak “formulasi” Israel untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kecaman ke Israel yang Setop Pasokan Barang ke Gaza

    Kecaman ke Israel yang Setop Pasokan Barang ke Gaza

    Jakarta

    Israel menyatakan bahwa pihaknya menyetop semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza, Palestina. Aksi ini langsung mendapatkan kecaman.

    Upaya ini dilakukan agar Hamas menerima proposal perpanjangan gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat (AS). Keputusan itu tak dijelaskan detail oleh Israel.

    Israel juga mengancam akan ada konsekuensi tambahan jika Hamas menolak proposal perpanjangan gencatan senjata itu.

    Dilansir Associated Press, Minggu (2/3/2025), Kantor Perdana Menteri Israel tidak menjelaskan pasokan bantuan apa saja yang diberhentikan.

    Diketahuui, fase pertama gencatan senjata Israel-Hamas, yang mencakup lonjakan bantuan kemanusiaan, berakhir pada Sabtu (1/3). Hampir seluruh wilayah Gaza berbatasan langsung dengan daerah yang dikuasai Israel. Hanya perbatasan di Rafah yang berbatasan dengan Mesir.

    Kedua pihak belum merundingkan fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan puluhan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas penarikan pasukan Israel dan gencatan senjata yang langgeng. Israel mengatakan pada hari Minggu pagi bahwa mereka mendukung proposal untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata hingga Ramadan dan Paskah atau 20 April.

    Hamas Kecam

    Foto: Warga Gaza ngumpul untuk buka bersama di Rafah (AFP/-)

    Hamas mengecam Israel yang mengumumkan penghentian masuknya barang dan pasokan ke Jalur Gaza, Palestina. Hamas menganggap langkah itu sebagai kejahatan perang dan pelanggaran perjanjian gencatan senjata.

    “Keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menangguhkan bantuan kemanusiaan adalah pemerasan, kejahatan perang, dan kudeta terang-terangan terhadap perjanjian (gencatan senjata),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan dilansir AFP, Minggu (2/3).

    Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio mengatakan dirinya telah menandatangani deklarasi untuk mempercepat pengiriman bantuan militer ke Israel. Bantuan itu bernilai itu sekitar USD 4 miliar.

    Dilansir Reuters, Minggu (2/3/), pemerintah Presiden AS Donald Trump telah menyetujui penjualan militer asing besar-besaran senilai hampir USD 12 miliar ke Israel.

    Rubio mengatakan AS akan terus menggunakan semua alat yang tersedia untuk memenuhi komitmen lama terhadap keamanan Israel. Rubio mengatakan dirinya telah menggunakan wewenang darurat untuk mempercepat pengiriman bantuan militer ke Israel yang sekarang berada dalam gencatan senjata dengan Hamas.

    Hamas Desak Gencatan Senjata Tahap 2

    Foto: REUTERS/Ramadan Abed

    Israel telah menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza hingga bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi pada pertengahan April. Hamas menolaknya dan mendesak segera dilakukannya perjanjian gencatan senjata tahap kedua menuju gencatan senjata permanen.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), Hamas mengatakan bahwa mereka bersikeras pada pelaksanaan fase gencatan senjata kedua setelah Israel menyetujui perpanjangan sementara fase awal.

    “Satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas di kawasan tersebut dan pemulangan para tahanan adalah dengan menyelesaikan pelaksanaan perjanjian… dimulai dengan pelaksanaan fase kedua,” kata pemimpin Hamas Mahmoud Mardawi dilansir AFP.

    Untuk diketahui, tahap pertama gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 19 Januari lalu berakhir pada Sabtu, 1 Maret. Israel setuju usulan AS agar perjanjian tahap pertama ini diperpanjang hingga pertengahan April.

    Tahap kedua dari kesepakatan itu seharusnya mengamankan pembebasan puluhan sandera yang masih berada di Gaza dan membuka jalan bagi berakhirnya perang secara permanen.

    Lihat juga Video: Israel Tak Izinkan Truk Bantuan Masuki Rafah Gaza

    Halaman 2 dari 3

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu