Negara: Jalur Gaza

  • Israel Memblokir Bantuan ke Gaza Saat Ramadan Dimulai adalah Tindakan yang Sembrono, Kata Oxfam – Halaman all

    Israel Memblokir Bantuan ke Gaza Saat Ramadan Dimulai adalah Tindakan yang Sembrono, Kata Oxfam – Halaman all

    Israel Memblokir Bantuan ke Gaza Saat Ramadan Dimulai adalah Tindakan yang Sembrono, Kata Oxfam

    TRIBUNNEWS.COM- LSM internasional Oxfam menggambarkan keputusan Israel untuk memblokir bantuan kepada lebih dari dua juta warga Palestina di Jalur Gaza saat Ramadan dimulai sebagai “tindakan hukuman kolektif yang gegabah, yang secara tegas dilarang berdasarkan hukum humaniter internasional.”

    Sebagai kekuatan pendudukan, kata Oxfam dalam siaran pers, pemerintah Israel memiliki tanggung jawab hukum untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat menjangkau penduduk di Gaza.

    “Bantuan kemanusiaan bukanlah alat tawar-menawar untuk memberikan tekanan pada pihak-pihak, tetapi hak dasar warga sipil yang mengalami kebutuhan mendesak dalam situasi yang menantang dan mengancam jiwa,” 

    LSM tersebut menegaskan. “Ketika tim kami menilai kondisi di Gaza setelah pengumuman gencatan senjata sementara pada 19 Januari, mereka menemukan pemandangan apokaliptik berupa kehancuran total dan kondisi seperti kelaparan.”

    Warga Palestina di Gaza, jelas Oxfam, sangat membutuhkan segalanya: air bersih, makanan, sanitasi, dan kebutuhan lainnya, serta peralatan yang sangat dibutuhkan untuk memulihkan pasokan air dan listrik. 

    “Barang-barang yang dapat masuk selama minggu-minggu gencatan senjata telah membawa sedikit kelegaan, tetapi tetap saja hanya setetes air di lautan.”

    Mengingat Mahkamah Internasional telah memerintahkan Israel untuk memastikan pengiriman bantuan dalam skala besar ke seluruh Gaza, LSM tersebut menambahkan, “Masyarakat internasional harus segera memberikan tekanan kepada Israel untuk memastikan bantuan penting segera masuk ke Gaza.”

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Rencana Alternatif Mesir atas Rencana Pembersihan Etnis Palestina di Gaza akan Menyingkirkan Hamas – Halaman all

    Rencana Alternatif Mesir atas Rencana Pembersihan Etnis Palestina di Gaza akan Menyingkirkan Hamas – Halaman all

    Rencana Alternatif Mesir Terhadap Rencana Pembersihan Etnis di Gaza akan ‘menyingkirkan Hamas’

    TRIBUNNEWS.COM- Inisiatif Mesir yang sangat dinanti-nantikan untuk melawan rencana Presiden AS Donald Trump untuk Gaza bertujuan untuk “menyingkirkan” Hamas dan mengganti pemerintahannya dengan “badan sementara” yang dipimpin barat dan Arab, menurut rancangan rencana yang dilihat oleh Reuters . 

    Rencana tersebut akan dipresentasikan pada pertemuan puncak Arab di ibu kota Mesir, Kairo, pada tanggal 4 Maret. 

    Rencana tersebut kabarnya bertujuan untuk membentuk badan ‘sementara’ yang dipimpin oleh negara-negara Barat dan Arab untuk menggantikan pemerintah saat ini di wilayah tersebut.

    Dokumen ini menyerukan “Misi Bantuan Pemerintahan” yang akan menggantikan pemerintah saat ini di wilayah tersebut untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. 

    Komite ini akan bertanggung jawab untuk memulai rekonstruksi dan memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan. 

    “Tidak akan ada pendanaan internasional yang besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Gaza jika Hamas tetap menjadi elemen politik yang dominan dan bersenjata di lapangan yang mengendalikan pemerintahan lokal,” demikian bunyi rancangan rencana Mesir tersebut. 

    Keamanan akan diawasi oleh “dewan pengarah” yang dipimpin oleh negara-negara Arab, anggota Organisasi Kerjasama Islam (OIP), AS, Inggris, dan negara-negara anggota UE. 

    Otoritas Palestina (PA) yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa Gaza berada di bawah yurisdiksi PA, dan bahwa otoritas tersebut telah sepakat dengan Kairo mengenai komite ahli yang dikelola Palestina yang akan berkoordinasi dengan Ramallah.

    “Kami sepakat dengan Mesir mengenai pembentukan komite yang terdiri dari para ahli Palestina yang akan membantu Otoritas Palestina dalam mengelola Jalur Gaza selama enam bulan. Komite tersebut terdiri dari para ahli Palestina dan berkoordinasi dengan Otoritas Palestina, dan tidak bertanggung jawab kepada badan-badan non-Palestina,” kata pejabat anonim tersebut.

    Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa dia belum mendengar adanya rencana semacam itu. 

    “Hari berikutnya di Gaza hanya boleh diputuskan oleh Palestina. Hamas menolak segala upaya untuk memaksakan proyek atau bentuk pemerintahan non-Palestina, atau kehadiran pasukan asing di wilayah Jalur Gaza,” kata Abu Zuhri. 

    Al-Araby al-Jadeed  melaporkan bulan lalu bahwa alternatif Mesir untuk rencana Trump di Gaza akan mencakup pendistribusian kembali penduduk Palestina di Gaza dan meluncurkan inisiatif rekonstruksi berskala luas yang akan berlangsung beberapa tahun. 

    Menurut laporan tersebut, persenjataan Hamas dan faksi-faksi perlawanan lainnya akan ditangani sedemikian rupa sehingga pengaturan dapat dilakukan untuk memberlakukan “pembatasan dan kontrol” pada depot-depot senjata tanpa pelucutan senjata secara menyeluruh, dengan mempertimbangkan berbagai kekhawatiran dan tuntutan para pemodal dan donor, sementara juga mempertimbangkan penolakan faksi-faksi bersenjata untuk menyerahkan senjata sampai negara Palestina terbentuk.

    Ini juga mencakup jalan menuju pembentukan solusi dua negara. 

    Presiden AS mengumumkan pada bulan Februari bahwa Washington bermaksud mengambil alih Gaza dan mengusir penduduknya. Ia mengklaim inisiatif tersebut bertujuan untuk menemukan lokasi yang lebih aman bagi warga Palestina sementara tim pembangunan internasional mengambil alih tugas membangun kembali jalur yang hancur dan terkepung itu.

    Trump menarik kembali pernyataannya pada tanggal 21 Februari, dengan mengatakan bahwa meskipun idenya “benar-benar berhasil,” ia tidak akan memaksakannya dan akan “menimbang dan merekomendasikannya.”

    Meskipun demikian, negara-negara Arab semakin menegaskan penolakannya terhadap pemindahan warga Palestina sebagai bagian dari rencana rekonstruksi dan pengelolaan pascaperang di Gaza. 

     

    Rencana Alternatif Mesir untuk ‘Gaza Riviera’ Donald Trump

    Sebuah rencana untuk Gaza yang disusun oleh Mesir sebagai balasan terhadap upaya Presiden AS Donald Trump untuk membersihkan Gaza secara etnis dan mengubahnya menjadi “Riviera” akan mengesampingkan Hamas dan menggantinya dengan badan-badan sementara yang dikendalikan oleh negara-negara Arab, Muslim dan Barat, menurut rancangan yang dilihat oleh Reuters .

    Visi Mesir untuk Gaza, yang akan dipresentasikan pada pertemuan puncak Liga Arab besok, tidak menyebutkan secara rinci apakah proposal tersebut akan dilaksanakan sebelum atau sesudah kesepakatan damai permanen untuk mengakhiri perang genosida Israel di daerah kantong tersebut.

    Rencana Trump , yang bertujuan membersihkan Gaza dari penduduk Palestina, tampaknya menjauh dari kebijakan Timur Tengah AS yang sudah berlangsung lama yang berfokus pada solusi dua negara dan memicu kemarahan di kalangan warga Palestina dan negara-negara Arab serta kelompok-kelompok hak asasi manusia yang memperingatkan hal itu akan menjadi kejahatan perang.

    Siapa yang akan memimpin Gaza setelah konflik berakhir masih menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab dalam negosiasi mengenai masa depan daerah kantong itu. Hamas sejauh ini menolak gagasan tentang usulan yang dipaksakan kepada warga Palestina oleh negara lain.

    Rencana Kairo tidak membahas isu kritis seperti siapa yang akan menanggung biaya pembangunan kembali Gaza atau menguraikan rincian spesifik seputar bagaimana Gaza akan diperintah, atau bagaimana Hamas akan disingkirkan.

    Berdasarkan rencana Mesir, Misi Bantuan Pemerintahan akan menggantikan pemerintah di Gaza untuk periode sementara yang tidak ditentukan dan akan bertanggung jawab atas bantuan kemanusiaan dan memulai rekonstruksi wilayah kantong tersebut, yang telah dihancurkan oleh kampanye pemboman Israel.

    “Tidak akan ada pendanaan internasional yang besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Gaza jika Hamas tetap menjadi elemen politik yang dominan dan bersenjata di lapangan yang mengendalikan pemerintahan lokal,” kata pembukaan yang menguraikan tujuan rancangan rencana Mesir tersebut.

    Mesir, Yordania, dan negara-negara Teluk Arab telah berjuang selama hampir sebulan untuk merumuskan serangan diplomatik guna melawan rencana Trump. Sejumlah ide telah diajukan, dengan Mesir dianggap sebagai yang terdepan.

    Rencana tersebut tidak menyebutkan siapa yang akan menjalankan misi tata kelola. Disebutkan bahwa misi tersebut akan “memanfaatkan keahlian warga Palestina di Gaza dan di tempat lain untuk membantu Gaza pulih secepat mungkin.”

    Rencana tersebut dengan tegas menolak usulan AS untuk pemindahan massal warga Palestina dari Gaza, yang dianggap negara Arab seperti Mesir dan Yordania sebagai ancaman keamanan.

    Draf proposal tersebut dibagikan kepada Reuters oleh seorang pejabat yang terlibat dalam negosiasi Gaza yang ingin tetap anonim karena draf tersebut belum dipublikasikan.

    Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa kelompoknya tidak mengetahui adanya usulan seperti itu dari Mesir.

    “Hari berikutnya di Gaza hanya boleh diputuskan oleh Palestina,” katanya. 

    “Hamas menolak segala upaya untuk memaksakan proyek atau bentuk pemerintahan non-Palestina, atau kehadiran pasukan asing di wilayah Jalur Gaza.”

    Draf Mesir tidak menyebutkan pemilihan umum mendatang.

    Kementerian Luar Negeri Mesir tidak segera menanggapi permintaan komentar, begitu pula kantor Perdana Menteri Israel, yang dukungannya terhadap rencana apa pun dipandang vital untuk mengamankan komitmen bahwa rekonstruksi di masa mendatang tidak akan dihancurkan lagi.

    Visi

    Usulan tersebut membayangkan Pasukan Stabilisasi Internasional yang terutama ditarik dari negara-negara Arab yang akan mengambil alih peran penyediaan keamanan dari Hamas, dengan pembentukan pasukan polisi lokal baru.

    Baik badan keamanan maupun badan pemerintahan akan “diatur, dibimbing, dan diawasi” oleh dewan pengarah. 

    Draf tersebut menyatakan bahwa dewan tersebut akan terdiri dari negara-negara Arab utama, anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, dan lain-lain.

    Rencana tersebut tidak merinci peran pemerintahan pusat bagi Otoritas Palestina (PA), yang menurut jajak pendapat memiliki sedikit dukungan di antara warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

    Rencana tersebut tidak menyebutkan siapa yang akan membayar untuk membangun kembali Gaza, sebuah tagihan yang diperkirakan oleh PBB lebih dari $53 miliar . Dua sumber mengatakan kepada Reuters bahwa negara-negara Teluk dan Arab perlu berkomitmen setidaknya $20 miliar pada tahap awal rekonstruksi.

    Usulan Mesir membayangkan bahwa negara-negara di dewan pengarah dapat membentuk dana untuk mendukung badan pemerintahan sementara dan mengatur konferensi donor untuk mencari kontribusi bagi rencana rekonstruksi dan pembangunan jangka panjang untuk Gaza.

    Rencana tersebut tidak memuat janji keuangan spesifik apa pun.

    Negara-negara Teluk Arab penghasil minyak dan gas seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab dapat menjadi sumber pendanaan penting dari kawasan tersebut.

     

     

    SUMBER: THE CRADLE, MIDDLE EAST MONITOR

  • Ramadhan 2025, Benjamin Netanyahu Setop Akses Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza

    Ramadhan 2025, Benjamin Netanyahu Setop Akses Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Israel Penjajah menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, di saat umat muslim sebagai mayoritas di sana baru memulai ibadah puasa Ramadhan 2025.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berdalih, hal ini bertujuan untuk menekan Hamas agar menyetujui kesepakatan gencatan senjata. Sebab, Israel mengklaim Hamas yang ‘mencederai’ kesepakatan.

    Israel sepenuhnya menghentikan pengiriman barang dan pasokan kemanusiaan ke Gaza. Mereka ingin Hamas menerima proposal baru milik mereka, yang isinya memperpanjang fase awal gencatan senjata yang menurut mereka rapuh. 

    Langkah ini diumumkan melalui pernyataan dari kantor Perdana Menteri Netanyahu.

    “Dengan berakhirnya Fase 1 dari kesepakatan sandera, dan mengingat penolakan Hamas untuk menerima proposal Witkoff guna melanjutkan pembicaraan — yang telah disetujui Israel — Perdana Menteri Netanyahu memutuskan bahwa, mulai pagi ini, semua pengiriman barang dan pasokan ke Jalur Gaza akan dihentikan,” kata pernyataan itu, dikutip dari ABC News, Senin, 4 Maret 2025.

    “Israel tidak akan membiarkan gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami,” kata keterangan melanjutkan.

    Rombongan truk barang yang terlihat dalam perjalanan ke Gaza sudah tiba di pos pemeriksaan. Namun, pos-pos tersebut ditutup dan tidak menyediakan akses masuk.

    Kantor Perdana Menteri tidak merinci keputusan ini, namun memperingatkan akan ada konsekuensi tambahan jika Hamas tidak menerima proposal AS untuk perpanjangan gencatan senjata.

    Adapun proposalnya datang dari utusan Timur Tengah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Steve Witkoff.

    Respons Hamas

    Di sisi lain, Hamas mengutuk langkah Israel yang memutuskan bantuan vital untuk Gaza. Kelompok itu menyebutnya sebagai tindakan pemerasan, pelanggaran hukum internasional, dan pelanggaran langsung terhadap perjanjian gencatan senjata.

    Meskipun kedua pihak terlibat adu retorika, tidak ada yang secara resmi menyatakan gencatan senjata telah berakhir. Artinya, situasi tetap dalam ketidakpastian.

    Ramadhan di Gaza

    Meskipun ada peningkatan bantuan yang masuk ke Gaza selama gencatan senjata enam minggu, masih terjadi kekurangan pasokan, termasuk makanan, air, dan tempat perlindungan.

    Persoalan ini datang saat umat Muslim di Gaza dan di seluruh dunia memulai bulan puasa Ramadhan.

    Fase pertama dari gencatan senjata berakhir pada hari Sabtu, yang dimulai pada 19 Januari, menghentikan 15 bulan genosida Israel Penjajah di sana.

    Kesepakatan ini memungkinkan pembebasan 33 sandera Israel dan lima sandera Thailand untuk ditukar dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Soal Sandera, Netanyahu Ancam Hamas Ada Konsekuensi Tak Terbayangkan!

    Soal Sandera, Netanyahu Ancam Hamas Ada Konsekuensi Tak Terbayangkan!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu melontarkan peringatan terbaru untuk kelompok Hamas. Netanyahu memperingatkan bahwa Hamas akan menghadapi konsekuensi yang “tak bisa dibayangkan” jika mereka tidak membebaskan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    “Saya katakan kepada Hamas: Jika Anda tidak membebaskan para sandera kami, akan ada konsekuensi yang tak bisa Anda bayangkan,” ucap Netanyahu dalam pidato terbaru di hadapan parlemen Israel, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (4/3/2025).

    Pidato itu disampaikan ketika negosiasi membahas kelanjutan gencatan senjata Gaza terhenti.

    Peringatan Netanyahu ini disampaikan sehari setelah Israel memblokir aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Tahap pertama gencatan senjata Gaza yang berlangsung selama enam pekan, telah memungkinkan lonjakan pasokan makanan penting, tempat tinggal dan bantuan medis usai pertempuran 15 bulan.

    Langkah tersebut diambil Israel ketika perundingan mengenai perpanjangan gencatan senjata Gaza tampaknya menemui jalan buntu, setelah tahap pertama berakhir pada akhir pekan lalu.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Di bawah tahap pertama gencatan senjata, Hamas dan militan Gaza lainnya membebaskan 25 sandera dalam keadaan hidup dan menyerahkan delapan jenazah sandera sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 1.800 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

    Dari 251 sandera yang ditahan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sekitar 58 sandera di antaranya masih berada di Jalur Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel, telah tewas.

    Pada Minggu (2/3), Israel mengumumkan dukungan untuk perpanjangan gencatan senjata Gaza hingga pertengahan April, seperti yang diusulkan oleh utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, orang kepercayaan Presiden Donald Trump.

    Namun Hamas berulang kali menolak perpanjangan tersebut, dan lebih memilih transisi ke tahap kedua gencatan senjata Gaza, yang diperkirakan akan mengakhiri perang secara lebih permanen.

    Laporan media lokal Israel menyebut Netanyahu berencana memberikan “tekanan maksimum” terhadap Hamas untuk menerima perpanjangan tahap pertama gencatan senjata Gaza berdasarkan persyaratan yang diajukan Tel Aviv.

    Menurut televisi publik Israel, Kan, otoritas Tel Aviv telah menyusun rencana untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas pekan ini, di bawah skema berjudul “Rencana Neraka”. Rencana itu mencakup tindak lanjut keputusan memblokir bantuan kemanusiaan dengan memindahkan penduduk dari Jalur Gaza bagian utara ke selatan, menghentikan pasokan listrik, dan dimulainya kembali pertempuran skala penuh.

    Surat kabar Israel Hayom, secara terpisah, melaporkan bahwa Netanyahu “ingin memanfaatkan semua kemungkinan untuk membebaskan para sandera sebelum kembali berperang”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Terima Kasih Donald Trump Dukungan untuk Israel Tak Tergoyahkan, kata Netanyahu

    Terima Kasih Donald Trump Dukungan untuk Israel Tak Tergoyahkan, kata Netanyahu

    PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu mengungkapkan rasa terima kasihnya yang teramat kepada Presiden AS Donald Trump.

    Pasalnya, Trump disebut-sebut sudah menyalurkan “dukungan tak tergoyahkan” untuk Israel, terutama terkait dengan situasi terkini yang berlangsung di Gaza.

    Dalam pernyataan terbaru di X (dulu Twitter), Netanyahu memuji Trump sebagai kawan terbaik yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih. Ia menyoroti langkah-langkah signifikan yang telah diambil Trump untuk membantu keamanan Israel di kawasan tersebut.

    Dia juga mengakui peran Trump dalam menyediakan amunisi yang mereka perlukan, yang sebelumnya sempat tertunda.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump atas dukungan tak tergoyahkan bagi Israel. Selama kunjungan saya baru-baru ini ke Washington, saya mengatakan bahwa Donald Trump adalah teman terbesar yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih. Dan Presiden Trump menunjukkan arti persahabatan itu setiap harinya,” ujar dia.

    “Dia telah menunjukkannya melalui rencana visioner untuk Gaza. Ini adalah rencana yang sepenuhnya didukung Israel. Dia menunjukkannya dengan mengirimkan semua amunisi yang tertahan. Dengan cara ini, dia memberi Israel alat yang kami butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan melawan poros teror Iran. Dan dia menunjukkan komitmen penuh mendukung Israel dan menempatkan tekanan pada Hamas, untuk membebaskan sandera di tempat yang seharusnya,” katanya menambahkan.

    I want to thank @POTUS @realDonaldTrump for his unwavering support for Israel.

    During my recent visit to Washington, I said that Donald Trump is the greatest friend that Israel has ever had in the White House.

    And President Trump shows that friendship each and every day.

    He… pic.twitter.com/ZI4RhSM0Gq

    — Benjamin Netanyahu – בנימין נתניהו (@netanyahu) March 2, 2025

    Perlu dicatat, Israel telah menerima rencana utusan Presiden Trump, Steve Witkoff, untuk memperpanjang gencatan senjata sementara selama 50 hari.

    Menyoroti rencana Witkoff, Netanyahu menyatakan jika proposal diterima setelahnya bisa didiskusikan kondisi gencatan senjata permanen yang akan mengakhiri perang di Gaza.

    Dalam rencana Witkoff, setengah dari sandera akan dibebaskan segera, dan setengah lainnya akan dibebaskan usai dicapaiya kesepakatan tentang gencatan senjata permanen.

    Netanyahu di akhir mengulang lagi ucapan terima kasihnya kepada Presiden Trump.

    “Terima kasih sekali lagi, Presiden Trump. Terima kasih atas semua yang Anda lakukan untuk mengembalikan sandera kami, untuk keamanan kami dan untuk memberikan masa depan kemakmuran dan perdamaian bagi semua bangsa di Timur Tengah,” katanya.

    Netanyahu Tutup Akses Bantuan ke Gaza Saat Ramadhan

    Israel Penjajah menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, di saat umat muslim sebagai mayoritas di sana baru memulai ibadah puasa Ramadhan 2025.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berdalih, hal ini bertujuan untuk menekan Hamas agar menyetujui kesepakatan gencatan senjata. Sebab, Israel mengklaim Hamas yang ‘mencederai’ kesepakatan.

    Israel sepenuhnya menghentikan pengiriman barang dan pasokan kemanusiaan ke Gaza. Mereka ingin Hamas menerima proposal baru milik mereka, yang isinya memperpanjang fase awal gencatan senjata yang menurut mereka rapuh. 

    Langkah ini diumumkan melalui pernyataan dari kantor Perdana Menteri Netanyahu.

    “Dengan berakhirnya Fase 1 dari kesepakatan sandera, dan mengingat penolakan Hamas untuk menerima proposal Witkoff guna melanjutkan pembicaraan — yang telah disetujui Israel — Perdana Menteri Netanyahu memutuskan bahwa, mulai pagi ini, semua pengiriman barang dan pasokan ke Jalur Gaza akan dihentikan,” kata pernyataan itu, dikutip dari ABC News, Senin, 4 Maret 2025.

    “Israel tidak akan membiarkan gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami,” kata keterangan melanjutkan.

    Rombongan truk barang yang terlihat dalam perjalanan ke Gaza sudah tiba di pos pemeriksaan. Namun, pos-pos tersebut ditutup dan tidak menyediakan akses masuk.

    Kantor Perdana Menteri tidak merinci keputusan ini, namun memperingatkan akan ada konsekuensi tambahan jika Hamas tidak menerima proposal AS untuk perpanjangan gencatan senjata.

    Adapun proposalnya datang dari utusan Timur Tengah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Steve Witkoff. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Saingi Trump, Liga Arab Susun Rencana Rekonstruksi Gaza

    Saingi Trump, Liga Arab Susun Rencana Rekonstruksi Gaza

    Jakarta

    Awal pekan ini, mantan Presiden AS Donald Trump membagikan sebuah video di media sosial yang dengan cepat menjadi viral. Video yang dibuat dengan kecerdasan buatan generatif itu menampilkan gambaran kontroversial tentang masa depan Jalur Gaza menurut “visi” Trump.

    Dalam video itu berdiri megah sebuah patung emas raksasa Trump, sementara Elon Musk tampil bersama anak-anak Palestina melemparkan lembaran mata uang dolar ke udara. Pada adegan lain, Trump terlihat bersantai tanpa baju di sebuah resor di tepi pantai, ditemani Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan dilatari musik berlirik, “tak ada lagi terowongan, tak ada lagi ketakutan, Trump Gaza akhirnya telah tiba.”

    Video ini muncul setelah Trump mengusulkan agar AS mengambil alih Gaza dan mengubahnya menjadi “Riviera di Timur Tengah.” Rencana tersebut mencakup pemindahan sekitar 2 juta warga Palestina ke negara lain, terutama Mesir dan Yordania. Gagasan ini sontak memicu kecaman internasional. PBB memperingatkan bahwa langkah itu dapat dikategorikan sebagai pembersihan etnis.

    Klip buatan AI ini memicu kemarahan, bukan cuma karena mengabaikan penderitaan rakyat Palestina, tetapi juga karena kembali menyoroti fantasi “Riviera” milik Trump di tengah upaya mencari solusi yang lebih realistis.

    Hingga kini, lebih dari 60% bangunan di Gaza hancur akibat operasi militer Israel yang diluncurkan sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 250 orang disandera ke Gaza. Sejak saat itu, operasi militer Israel telah merenggut nyawa sekitar 48.000 warga Palestina.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Sementara itu, laporan terbaru Bank Dunia memperkirakan bahwa Gaza membutuhkan dana sebesar USD53,2 miliar untuk pemulihan dan rekonstruksi dalam satu dekade ke depan. Sebanyak USD20 miliar diperlukan dalam tiga tahun pertama untuk memulihkan layanan esensial, membangun kembali infrastruktur dan mendukung pemulihan ekonomi.

    Rencana alternatif melawan Trump

    Mesir telah menyatakan akan mempertimbangkan tingginya kebutuhan pendanaan saat Liga Arab bertemu untuk pertemuan puncak darurat rekonstruksi Gaza di Kairo pada tanggal 4 Maret.

    “Mesir jelas-jelas bermaksud untuk mengajukan rencana alternatif terhadap usulan Trump untuk Gaza,” kata Riccardo Fabiani, direktur proyek Afrika Utara di lembaga pemikir, International Crisis Group, kepada DW. “Dua prinsip usulan rekonstruksi bersama Arab untuk Gaza adalah strategi politik masa depan yang didasarkan pada solusi dua negara, dan tanpa ada usulan pemindahan penduduk Palestina setempat.”

    Tapi rencana yang dihasilkan dari KTT 4 Maret mendatang dipercaya akan menghadapi berbagai keterbatasan. “Tidak banyak opsi yang bisa diterima oleh Amerika Serikat dan Israel,” ujar analis politik Fabiani.

    Israel secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka.

    “Para pemimpin Arab kemungkinan akan mengusulkan pembentukan komite teknokrat untuk mengawasi upaya rekonstruksi Gaza,” lanjut Fabiani. Namun, komite yang berisi insinyur, arsitek, ekonom, dan perencana tersebut juga harus mendapat persetujuan dari otoritas resmi di Gaza, yaitu Hamas.

    “Bagi Mesir, penting agar Hamas tidak terlibat secara langsung, tetapi tetap diajak berkonsultasi dalam upaya rekonstruksi,” ujar Fabiani. “Sementara itu, Israel tidak ingin melihat peran Hamas sama sekali, dan Amerika Serikat juga sangat skeptis.”

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Hambatan besar

    Nathan Brown, profesor ilmu politik dan hubungan internasional di Universitas George Washington, menilai bahwa proposal bersama negara-negara Arab adalah gagasan yang “sangat kuat dalam teori.”

    “Jika dunia Arab bersatu di balik satu proposal yang menyatakan, ‘Kami akan membantu rekonstruksi Gaza, kami akan membantu normalisasi hubungan Israel-Saudi, dan kami akan membangun kawasan yang stabil,’ maka sulit bagi pemerintahan AS untuk menolaknya,” katanya kepada DW.

    Namun, dalam praktiknya akan ada banyak hambatan. “Yang pertama: Presiden AS sendiri dikenal tidak dapat diprediksi. Selain itu, masih ada penolakan dari sekutu sayap kanan Israel dalam pemerintahan AS,” kata Brown. “Kedua, Israel adalah penghalang utama di sini.”

    Menurut Brown, “Setiap inisiatif Arab yang memperlakukan Palestina sebagai entitas nasional harus kuat dan mampu meyakinkan opini publik Israel.” Atau, mereka harus mendorong AS untuk menekan Israel secara intensif.

    “Terakhir, ada hambatan internal di dunia Arab,” tambahnya. “Negara-negara ini belum pernah benar-benar memiliki tujuan strategis yang jelas dan mengejarnya secara konsisten. Kemungkinan mereka bisa melakukannya sekarang juga sangat kecil.”

    Secercah Harapan di Tengah Ketidakpastian?

    Meski penuh tantangan, situasi saat ini bisa menjadi peluang, kata Sigrid Kaag, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah. Di hadapan Dewan Keamanan PBB pekan ini, dia menegaskan proses damai di Gaza berpotensi menjadi “kesempatan terakhir untuk mencapai solusi dua negara.”

    Tahap pertama dari gencatan senjata rapuh antara Israel dan Hamas akan berakhir pada 1 Maret, sementara rincian tahap berikutnya masih dibahas. Kaag menyerukan kepada kedua belah pihak untuk menghindari kembalinya perang dengan segala cara.

    Dengan KTT darurat Liga Arab yang dijadwalkan pada 4 Maret, Kairo berpotensi memanfaatkan momentum untuk mengajukan pendekatan dua tahap, kata Fabiani dari International Crisis Group kepada DW.

    “Mengingat ketidakjelasan terkait ruang kompromi dan manuver politik, saya yakin Mesir bisa memprioritaskan rekonstruksi terlebih dahulu, kemudian proses politik yang pada akhirnya akan mengarah pada pembentukan negara Palestina di samping Israel,” pungkasnya.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Minta Tahap 1 Gencatan Senjata Diperpanjang, Hamas: Usaha Kembalikan Keadaan ke Titik Awal – Halaman all

    Israel Minta Tahap 1 Gencatan Senjata Diperpanjang, Hamas: Usaha Kembalikan Keadaan ke Titik Awal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok militan Palestina, Hamas, mengatakan Israel mencoba mengembalikan keadaan ke titik awal dengan meminta perpanjangan tahap pertama perjanjian gencatan senjata.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pihaknya telah mengadopsi usulan utusan Presiden AS Donald Trump untuk gencatan senjata sementara di Gaza, selama periode Ramadan dan Paskah.

    Keputusan itu dilakukan beberapa jam setelah fase pertama dari kesepakatan yang disepakati sebelumnya berakhir.

    “Pendudukan berusaha mengembalikan keadaan ke titik awal dan membatalkan perjanjian melalui alternatif yang diusulkannya,” kata pejabat senior Hamas Osama Hamdan dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Senin (3/3/2025), dilansir Al Arabiya.

    Sementara itu, gencatan senjata dicapai pada Januari 2025, setelah lebih dari setahun negosiasi yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, menetapkan rencana tiga tahap untuk mengembalikan semua sandera yang disandera oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, dan mengakhiri perang yang dipicu oleh serangan tersebut.

    Militan yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang hari itu, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 251 orang.

    Lebih dari 100 orang dibebaskan dalam gencatan senjata sebelumnya.

    Pasukan Israel menyelamatkan delapan orang dan menemukan puluhan mayat sebelum gencatan senjata saat ini diberlakukan.

    Selama fase pertama yang berlangsung enam minggu, Hamas membebaskan 25 sandera Israel yang masih hidup dan delapan jenazah lainnya sebagai ganti hampir 2.000 tahanan Palestina.

    Pasukan Israel mundur dari sebagian besar wilayah Gaza dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.

    Masing-masing pihak saling menuduh melakukan pelanggaran, tetapi kesepakatan itu tetap berlaku.

    Tahap 2 akan selalu jauh lebih sulit karena akan memaksa Israel untuk memilih antara mengamankan pemulangan para sandera dan memusnahkan Hamas — dua tujuan perang utama Netanyahu.

    Hamas, yang masih menguasai Gaza, mengatakan bahwa mereka hanya akan membebaskan sandera yang tersisa jika Israel mengakhiri perang.

    Namun, hal itu akan membuat kelompok militan tersebut tetap utuh dan memiliki pengaruh besar atas wilayah tersebut, bahkan jika mereka menyerahkan kekuasaan formal kepada warga Palestina lainnya, seperti yang mereka katakan akan mereka lakukan.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, Hamas mengatakan Israel berusaha mengembalikan situasi ke “titik awal” dengan menolak memasuki fase kedua kesepakatan gencatan senjata Gaza dan meminta perpanjangan fase pertama.

    Kecaman global mengalir setelah keputusan Israel untuk memblokir pengiriman bantuan ke Gaza, dengan Mesir, Qatar dan Yordania menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata dan hukum humaniter.

    Dua warga Palestina tewas dan tiga terluka dalam serangan Israel di Gaza selatan.

    Setidaknya satu orang tewas dan empat orang terluka dalam apa yang menurut polisi Israel sebagai serangan penusukan di sebuah stasiun bus di Haifa.

    Serangan penusukan di Haifa, Israel, menewaskan seorang pria berusia 70 tahun dan melukai sedikitnya empat orang lainnya. Polisi Israel mengatakan penyerangnya adalah seorang Druze Israel dan tewas.

    Tentara Israel melancarkan serangan mematikan lainnya di Gaza dan menghentikan bantuan ke daerah kantong itu untuk hari kedua, sementara kelompok hak asasi manusia memperingatkan akan terjadinya keruntuhan kemanusiaan lebih lanjut.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan dua sandera Israel yang diizinkan oleh anggota Al-Qassam untuk melihat pembebasan 3 rekannya melalui pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). (Telegram/Brigade Al-Qassam)

    Satu serangan Israel menewaskan dua warga Palestina di Rafah bagian tengah.

    Serangan lainnya melukai tiga orang di dekat Khan Younis.

    Operasi militer Israel yang berkelanjutan di Jenin telah membuat kamp pengungsian di kota itu lebih kosong dari sebelumnya, menurut wali kota kota tersebut.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi 48.388 kematian warga Palestina dalam perang Israel di Gaza, sementara 111.803 orang terluka.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi sebanyak 61.709, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Israel Setop Pasokan Barang ke Gaza, PBNU Minta Pemerintah RI Tegas

    Israel Setop Pasokan Barang ke Gaza, PBNU Minta Pemerintah RI Tegas

    Jakarta

    Israel menghentikan segala bantuan dan pasokan barang ke Jalur Gaza. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta Pemerintah Indonesia bersikap tegas terkait ini.

    “Pemerintah Indonesia perlu bersikap tegas menyatakan kecaman terhadap serangan keji tersebut melalui berbagai forum internasional dan mendesak untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza,” ujar Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) kepada wartawan, Senin (3/3/2025).

    Tindakan Israel menyetop pasokan barang, menurut Fahrur, adalah biadab dan keji. Apalagi tindakan tersebut dilakukan di bulan suci Ramadan.

    “Sangat tidak berperikemanusiaan dan menodai perdamaian dunia,” kata Fahrur.

    Bagi Fahrur, perdamaian di Timur Tengah, khususnya di Palestina, harus diawasi oleh semua komponen masyarakat internasional.

    Sebelumnya, Israel mendesak Hamas agar menerima proposal perpanjangan gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat (AS). Seiring dengan itu, seluruh pasokan barang ke Gaza dihentikan Israel.

    Kedua pihak belum merundingkan fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan puluhan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas penarikan pasukan Israel dan gencatan senjata yang langgeng. Israel mengatakan pada hari Minggu pagi bahwa mereka mendukung proposal untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata hingga Ramadan dan Paskah atau 20 April.

    (isa/dnu)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mantan Sandera Hamas Tentara Israel Agam Berger Ikut Serbu Makam Yusuf di Nablus – Halaman all

    Mantan Sandera Hamas Tentara Israel Agam Berger Ikut Serbu Makam Yusuf di Nablus – Halaman all

    Mantan Sandera Hamas Tentara Israel Agam Berger Ikut Serbu Makam Yusuf di Nablus

    TRIBUNNEWS.COM – Agam Berger, seorang tentara Israel yang juga mantan sandera Hamas, dilaporkan ikut dalam rombongan pemukim Yahudi Israel yang menyerbu Makam Yusuf, di Kota Balata, Nablus, Tepi Barat.

    Laporan RNTV, Senin (3/3/3035) menyatakan kalau penyerbuan pemukim Yahudi Israel ini di bawah perlindungan polisi Israel.

    Dalam rombongan itu, Agam tampak ditemani bersama ibunya, Yossi Dagan, kepala dewan permukiman di Tepi Barat utara, dan Rabbi Eliakim Levanon.

    Sebagai informasi, penyerbuan yang dimaksud adalah upaya-upaya paksa dari komunitas Yahudi Israel untuk berziarah meski lokasi yang mereka serbua adalah lokasi yang dianggap suci bagi warga Palestina dan kaum muslim. 

    Berger dibebaskan selama tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Saat itu, Agam Berger mengungkapkan perlakuan baik anggota Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

    Ia mengatakan anggota Brigade Al-Qassam memberikan sebuah buku doa kepadanya dan rekan-rekannya selama penahanan mereka di Jalur Gaza.

    SERBU MAKAM YUSUF – Agam Berger, seorang tentara Israel yang juga mantan sandera Hamas, berfoto dalam rombongan pemukim Yahudi Israel yang menyerbu Makam Yusuf, di Kota Balata, Nablus, Tepi Barat, Senin (3/3/2025).

    Dengan adanya buku-buku doa itu, mereka dapat melakukan ritual keagamaan dan merayakan hari raya Yahudi.

    Sebelumnya, Agam Berger dibebaskan oleh Hamas dalam pertukaran tahanan gelombang ke-3 pada Kamis (30/1/2025), secara terpisah bersama Arbel Yehud dan Gadi Moses yang dibebaskan oleh Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam.

    Dalam pernyataannya kepada Yedioth Ahronoth pada Rabu (19/2/2025), Agam Berger mengungkapkan apa yang ia lewati selama penahanannya. 

    “Sekitar setahun yang lalu, para tahanan dikejutkan oleh orang-orang bersenjata Hamas yang memberi mereka berbagai barang, termasuk siddur (buku doa Yahudi yang digunakan untuk doa harian dan hari raya),” kata Agam Berger, berbicara tentang pengalamannya.

    “Kami tidak tahu bagaimana kejadiannya, tetapi mereka membawakan kami beberapa materi, termasuk buku doa,” tambahnya.

    “Itu bukan sekadar kebetulan, itu datang saat kami membutuhkannya,” lanjut prajurit Israel itu.

    Agam Berger mengatakan dia dan rekan-rekannya mengikuti tanggal di radio dan televisi, yang membantu mereka menentukan musim perayaan Yahudi selama penahanan mereka.

    Dia menjelaskan bahwa dia dapat merayakan hari raya Yahudi dan menolak untuk makan roti beragi, dengan mengatakan, “Saya meminta tepung jagung dan mereka membawanya kepada saya.”

    “Mereka menghormati orang-orang yang religius,” kata Agam Berger, bercerita tentang anggota Brigade Al-Qassam yang menjaganya.

    Ia juga bercerita bahwa ia mampu berpuasa selama Yom Kippur dan Puasa Ester (puasa yang dilakukan orang Yahudi sehari sebelum Purim) serta merayakan hari Sabat.

    “Ada saat ketika pejuang Hamas membawakan kami lilin sebelum hari Sabat,” tambahnya.

    Lilin Sabat merupakan ritual dalam agama Yahudi yang dinyalakan pada Jumat malam sebelum matahari terbenam sebagai persiapan untuk Sabat Suci.

    Pada hari pembebasan Agam Berger pada 30 Januari lalu, Brigade Al-Quds juga membebaskan lima warga negara Thailand.

    Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 110 tahanan Palestina.

    Israel dan Hamas telah melakukan setidaknya tujuh kali pertukaran tahanan sejak dimulainya gencatan senjata pada 19 Januari 2025.

    Pada tahap pertama gencatan senjata, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera Israel (termasuk delapan jenazah sandera) dengan pembebasan imbalan ribuan tahanan Palestina.

    Hari ini, Hamas telah menyerahkan empat jenazah sandera Israel sebagai bagian dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7.

    Sejak dimulainya gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 19 tahanan Israel yang masih hidup dan empat jenazah sandera.

    Sebelumnya Hamas mengatakan pihaknya akan menyerahkan enam sandera Israel yang masih hidup pada Sabtu (22/2/2025).

    Sementara empat jenazah sandera lainnya belum diumumkan tanggal penyerahannya.

    SERBU MAKAM YUSUF – Suasana saat pemukim Israel menyerbu Makam Yusuf di Nablus, Tepi Barat. Orang-orang Palestina menegaskan bahwa situs tersebut merupakan tempat bersejarah milik umat Islam yang telah terdaftar di Departemen Wakaf Islam.

    Seputar Makam Yusuf yang Sering Diziarahi Yahudi Israel

    Makam Yusuf terletak di kota Balata, sebelah timur kota Nablus, sebuah wilayah di bawah kedaulatan Otoritas Palestina, tetapi telah menjadi fokus konflik antara Palestina dan Zionis sejak pendudukan kota Nablus pada tahun 1967.

    Makam tersebut menjadi tujuan rutin bagi gerombolan pemukim Israel untuk berdoa dan melakukan ritual Talmud.

    Pada 1986, otoritas pendudukan Israel mendirikan sekolah Yahudi untuk mengajarkan Taurat berdampingan dengan Makam Yusuf.

    Pada 1990 “kuburan tersebut” diubah menjadi pos militer yang dikendalikan oleh tentara pendudukan Israel dan Kementerian Agama Israel mengklasifikasikannya sebagai pusaka Yahudi.

    Menurut klaim Yahudi, tulang belulang Nabi Yusuf bin Ya’qub” A.s. dibawa dari Mesir dan dimakamkan di tempat tersebut.

    Berdasarkan sebuah riwayat dalam Kitab Kejadian (salah satu kitab Taurat), orang-orang Yahudi mengatakan bahwa “Nabi Yusuf memerintahkan Bani Israel untuk memindahkan tulang-tulangnya dan menguburnya di sebelah timur kota Sikhem”.

    Sikhem ini adalah kota Nablus di Kanaan.

    Penelitian sejarah menunjukkan bahwa makam tersebut masih baru dan berasal dari era Ottoman atau Turki Usmani pada tahun 1904, di mana makam dibangun untuk mengenang seorang ulama bernama Yusuf Dweikat, yang datang ke wilayah tersebut dan mengajarkan agama Islam.

    Setelah Yusuf Dweikat meninggal, Turki Usmani mendirikan sebuah bangunan di makam tersebut dan mausoleum untuk mengenang dan menghormati jasanya.

    “Makam ini kemudian ramai dikunjungi umat Islam, terutama kelompok sufi yang mengadakan acara tertentu untuk menghormati Syeikh Yusuf Dweikat,” kata ulasan situs NPC.

    Orang-orang Palestina menegaskan bahwa situs tersebut merupakan tempat bersejarah milik umat Islam yang telah terdaftar di Departemen Wakaf Islam.

    Sebelumnya bangunan yang di dalamnya terdapat makam Syeikh Yusuf Dweikat merupakan sebuah masjid sebelum diduduki oleh Israel.

    Selama beberapa tahun terakhir, Makam Yusuf telah menjadi titik konflik antara Palestina dan Zionis Israel.

    Kawasan ini menjadi area perlawanan rakyat Palestina, yang menyebabkan sejumlah besar penduduk Palestina meninggal dunia.

    Serbuan dan serangan pemukim Israel ke makam tidak pernah berhenti. Serbuan ini dilakukan di bawah penjagaan pasukan pendudukan Israel untuk melakukan ritual ibadah Talmud.

    Israel terus memaksakan realitas baru di daerah tersebut tanpa berhenti, melalui seruan yang dibuat oleh para pemukim dan sejumlah asosiasi Yahudi untuk mencaplok area makam demi “kedaulatan Israel” dan pendirian pusat permukiman Yahudi.

    Hal ini berarti lebih dari 30.000 keluarga Palestina terancam diusir jika otoritas pendudukan Israel menyetujui pendirian pos permukiman permanen, yang secara hukum internasional ilegal didirikan di daerah tersebut.

    (oln/rntv/npc-tfj/RT Arabic)

  • Arab Kutuk Israel yang Blokir Bantuan, Ben Gvir: Gudang Makanan di Gaza Harus Dibom – Halaman all

    Arab Kutuk Israel yang Blokir Bantuan, Ben Gvir: Gudang Makanan di Gaza Harus Dibom – Halaman all

    Arab Kutuk Israel yang Blokir Bantuan, Ben Gvir: Gudang Makanan di Gaza Harus Dibom

    TRIBUNNEWS.COM – Reaksi internasional berupa kecaman dan bahkan kutukan datang atas tindakan Israel yang memblokir akses masuknya seluruh bantuan kemanusiaan untuk Gaza per Minggu (2/3/2025).

    Namun, seperti abai terhadap tekanan internasional, Israel -yang dilaporkan sudah berkoordinasi dengan Amerika Serikat (AS) soal blokade bantuan ke Gaza ini- cenderung bergeming dan melanjutkan aksi blokade.

    Entitas politik pendukung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di pemerintahan juga mendukung langkah yang dianggap sebagai kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan ini.

    Channel 12 Israel mengutip pernyataan menteri keamanan dalam negeri Israel yang mengundurkan diri, Itamar Ben Gvir bahkan menyerukan kalau Israel harus lebih jauh lagi melakukan penggunaan bantuan sebagai ‘senjata’

    “Gudang makanan di Jalur Gaza harus dibom,” kata Ben Gvir dikutip Khaberni dari Channel 12.

    Ben Gvir menambahkan kalau pemerintah Israel seharusnya mengancam akan mengeksekusi tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel yang diculik dan disakiti.

    Ben Gvir sebelumnya juga mengatakan kalau ‘lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali’ soal manuver Israel memblokir bantuan masuk ke Gaza.

    “Waktu yang tepat untuk membuka gerbang neraka di Gaza,” katanya.

    BLOKIR BANTUAN – Truk pengangkut bantuan melewati Rafah di Jalur Gaza selatan. Pada Minggu (2/3/2025), Israel menyatakan memblokir semua bantuan masuk ke Gaza untuk menekan Hamas menyetujui usulan gencatan senjata sementara yang diajukan Amerika Serikat. (tangkap layar/Hussam al-Masri/Reuters)

    Yordania: Israel Picu Dimulainya Lagi Perang 

    Di sisi lain, negara-negara Arab mengutuk aksi Israel ini. 

    Kementerian Luar Negeri Yordania, Minggu (2/3/2025) kalau keputusan Israel untuk menghentikan aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza mengancam akan memicu kembali perang di sana.

    Keputusan tersebut merupakan “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional” dan Konvensi Jenewa keempat tentang perlindungan warga sipil, kata pernyataan resmi.

    “Keputusan pemerintah Israel … mengancam akan meledakkan situasi lagi di jalur tersebut,” kata pernyataan itu.

    “Israel harus berhenti menggunakan kelaparan sebagai senjata.”

    BLOKIR BANTUAN – Truk pengangkut bantuan melewati Rafah di Jalur Gaza selatan. Pada Minggu (2/3/2025), Israel menyatakan memblokir semua bantuan masuk ke Gaza untuk menekan Hamas menyetujui usulan gencatan senjata sementara yang diajukan Amerika Serikat.

    Qatar: Israel Langgar Gencatan Senjata

    Qatar pada Minggu menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata di Gaza dengan memblokir masuknya bantuan ke daerah kantong itu, karena pembicaraan tentang tahap kedua terhenti.

    “Qatar mengutuk keras keputusan pemerintah pendudukan Israel untuk menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, dan menganggapnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata, (dan) hukum humaniter internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar.

    Qatar juga menyatakan “penolakannya terhadap penggunaan makanan sebagai senjata perang”.

    Qatar adalah mediator utama dalam negosiasi gencatan senjata.

    Arab: Israel Terapkan Hukuman Kolektif

    Arab Saudi mengecam keputusan Israel untuk memblokir bantuan yang masuk ke Jalur Gaza, dan menyebutnya sebagai “pemerasan” karena pembicaraan tentang gencatan senjata yang rapuh menemui jalan buntu.

    Keputusan Israel “untuk menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, dan penggunaannya sebagai alat pemerasan dan hukuman kolektif … merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan pelanggaran langsung terhadap aturan hukum humaniter internasional”, kata pernyataan kementerian luar negeri yang dikutip oleh Kantor Berita Resmi Saudi.

    Arab Saudi juga mendesak masyarakat internasional untuk “menghentikan pelanggaran serius Israel ini”.

    Uni Eropa Kutuk Aksi Tak Manusiawi Israel

    Tak cuma negara-negara Arab, Uni Eropa mengutuk keputusan pendudukan Israel ini.

    Uni Eropa menilai hal ini dapat menimbulkan konsekuensi kemanusiaan.

    Serikat negara Eropa itu mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs web resminya tadi malam, “Kita harus bekerja menuju gencatan senjata permanen sambil memastikan pembangunan kembali Gaza,” memperbarui seruan untuk memastikan akses penuh, cepat, aman dan tanpa batas bagi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Jerman mendesak Israel pada hari Senin untuk “segera” berhenti mencegah masuknya bantuan ke Jalur Gaza, setelah pembicaraan mengenai perpanjangan gencatan senjata menemui jalan buntu.

    “Bantuan kemanusiaan harus selalu dijamin aksesnya tanpa hambatan ke Jalur Gaza,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer dalam sebuah konferensi pers, seraya menambahkan bahwa “mengizinkan atau mencegah pengiriman bantuan kemanusiaan bukanlah cara tekanan yang sah selama negosiasi.”

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu bahwa ia telah memutuskan untuk menghentikan masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza dengan berakhirnya fase pertama perjanjian gencatan senjata di Jalur tersebut antara Hamas dan Israel.

    BERBARIS – Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, berbaris di lokasi pembebasan 3 sandera Israel, di Khan Yunis, Sabtu (15/2/2025). Hamas memberi hadiah ke sandera Israel pada prosesi pembebasan tersebut. (khaberni/tangkap layar)

    Hamas: Israel Mau Kembalikan Situasi ke Titik Awal 

    Adapun gerakan Hamas pada hari Senin menuduh Israel mencoba mengembalikan keadaan ke titik awal dengan meminta perpanjangan tahap pertama perjanjian gencatan senjata Gaza mereka.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka telah mengadopsi usulan utusan Presiden AS Donald Trump untuk gencatan senjata sementara di Gaza selama periode Ramadan dan Paskah, beberapa jam setelah tahap pertama dari kesepakatan yang disepakati sebelumnya berakhir.

    “Pendudukan berusaha mengembalikan keadaan ke titik awal dan membatalkan perjanjian melalui alternatif yang diusulkannya,” kata pejabat senior Hamas Osama Hamdan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi.

    Ia mengatakan bahwa “pelanggaran perjanjian selama tahap pertama membuktikan tanpa diragukan lagi bahwa pemerintah pendudukan (Israel) berkepentingan dalam keruntuhan perjanjian.”

    Ia menambahkan bahwa mediator dan penjamin bertanggung jawab penuh untuk mencegah Netanyahu menyabotase semua upaya yang telah dilakukan untuk mencapai perjanjian dan untuk melindunginya dari keruntuhan.

     

    (oln/thntnl/khbrn/*)