Negara: Jalur Gaza

  • Terungkap! AS & Israel Diam-Diam Mau Kirim Warga Gaza ke 3 Negara Ini

    Terungkap! AS & Israel Diam-Diam Mau Kirim Warga Gaza ke 3 Negara Ini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) dan Israel berencana memindahkan warga Palestina yang bermukim di Jalur Gaza ke beberapa negara di Afrika. Seorang pejabat dari kedua negara menyebut pihaknya telah menghubungi otoritas terkait dari tiga pemerintah Afrika Timur untuk membahas hal ini.

    Melansir The Associated Press pada Jumat (14/3/2025), AS dan Israel telah mengontak pejabat dari Sudan, Somalia, dan Somaliland, wilayah Somalia yang memisahkan diri, untuk penggunaan wilayah mereka sebagai tujuan potensial untuk memukimkan kembali warga Palestina yang terusir dari Jalur Gaza berdasarkan rencana pascaperang yang diusulkan Presiden Donald Trump.

    Berbicara dengan syarat anonim untuk membahas inisiatif diplomatik rahasia, pejabat AS dan Israel mengonfirmasi kontak dengan Somalia dan Somaliland, sementara AS mengonfirmasi Sudan juga. Mereka mengatakan tidak jelas seberapa besar kemajuan yang dicapai dalam upaya tersebut atau pada tingkat apa diskusi tersebut berlangsung.

    Namun, pejabat dari Sudan mengatakan mereka telah menolak tawaran dari AS, sementara pejabat dari Somalia dan Somaliland mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kontak apa pun.

    Berdasarkan rencana Trump, lebih dari 2 juta penduduk Gaza akan dikirim secara permanen ke tempat lain. Ia mengusulkan agar AS mengambil alih kepemilikan wilayah tersebut, mengawasi proses pembersihan yang panjang, dan mengembangkannya sebagai proyek real estat.

    Ide pemindahan massal warga Palestina pernah dianggap sebagai fantasi kelompok ultranasionalis Israel. Namun, sejak Trump menyampaikan ide tersebut dalam pertemuan di Gedung Putih bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memujinya sebagai “visi yang berani.”

    Berikut adalah tinjauan lebih dekat mengenai ketiga negara yang menurut para pejabat telah didekati untuk memindahkan warga Palestina:

    Sudan

    Negara Afrika Utara tersebut merupakan salah satu dari empat negara Abraham Accord yang sepakat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2020.

    Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, AS menghapus Sudan dari daftar negara pendukung terorisme, sebuah langkah yang memberi negara tersebut akses ke pinjaman internasional dan legitimasi global. Namun, hubungan dengan Israel tidak pernah terjalin karena Sudan terjerumus ke dalam perang saudara antara pasukan pemerintah dan kelompok paramiliter RSF.

    Konflik tersebut telah ditandai oleh kekejaman, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan yang bermotif etnis, menurut PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia. Pengadilan Kriminal Internasional sedang menyelidiki dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pemerintahan Presiden Joe Biden saat itu pada bulan Januari mengatakan RSF dan proksinya melakukan genosida.

    AS dan Israel akan kesulitan untuk membujuk warga Palestina agar meninggalkan Gaza, khususnya ke negara yang sedang bermasalah tersebut. Namun, mereka dapat menawarkan insentif kepada pemerintah Khartoum, termasuk keringanan utang, persenjataan, teknologi, dan dukungan diplomatik.

    Dua pejabat Sudan, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah diplomatik yang sensitif, mengonfirmasi bahwa pemerintahan Trump telah mendekati pemerintah yang dipimpin militer untuk menerima warga Palestina.

    Salah satu dari mereka mengatakan kontak tersebut dimulai bahkan sebelum pelantikan Trump dengan tawaran bantuan militer terhadap RSF, bantuan rekonstruksi pascaperang, dan insentif lainnya.

    Kedua pejabat tersebut mengatakan pemerintah Sudan menolak gagasan tersebut. “Saran ini langsung ditolak. Tidak seorang pun membuka masalah ini lagi,” kata seorang pejabat.

    Kepala militer Jenderal Abdel-Fattah Burhan mengatakan pada pertemuan puncak para pemimpin Arab minggu lalu di Kairo bahwa negaranya “dengan tegas menolak” rencana apa pun yang bertujuan untuk memindahkan “warga Palestina yang bersaudara dari tanah mereka dengan alasan atau nama apa pun.”

    Somaliland

    Somaliland, wilayah berpenduduk lebih dari 3 juta orang di Tanduk Afrika, memisahkan diri dari Somalia lebih dari 30 tahun yang lalu, tetapi tidak diakui secara internasional sebagai negara merdeka. Somalia menganggap Somaliland sebagai bagian dari wilayahnya.

    Presiden baru Somaliland, Abdirahman Mohamed Abdullahi, telah menjadikan pengakuan internasional sebagai prioritas.

    Seorang pejabat Amerika yang terlibat dalam upaya tersebut mengonfirmasi bahwa AS “melakukan pembicaraan diam-diam dengan Somaliland tentang berbagai bidang di mana mereka dapat membantu AS sebagai imbalan atas pengakuan.”

    Kemungkinan pengakuan AS dapat memberikan insentif bagi Abdullahi untuk menarik diri dari solidaritas wilayah tersebut dengan Palestina.

    Uni Emirat Arab, negara lain yang menandatangani Perjanjian Abraham yang telah menjalin hubungan kuat dengan Israel, pernah memiliki pangkalan militer di Somaliland dan memiliki kepentingan komersial di sana, termasuk pelabuhan. Lokasi strategis wilayah tersebut, di perairan Teluk Aden dekat Yaman, tempat tinggal kelompok pemberontak Houthi, juga dapat menjadikannya sekutu yang berharga.

    Selama bertahun-tahun, Somaliland dipuji karena lingkungan politiknya yang relatif stabil, sangat kontras dengan perjuangan Somalia yang terus berlanjut di tengah serangan mematikan oleh kelompok militan al-Shabab yang terkait dengan al-Qaeda. Sejak 1991, Somaliland telah mempertahankan pemerintahan, mata uang, dan struktur keamanannya sendiri. Namun, negara ini memiliki salah satu tingkat pendapatan terendah di dunia.

    Seorang pejabat di Somaliland, yang berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada media, mengatakan bahwa pemerintahnya belum didekati dan tidak sedang dalam pembicaraan tentang penerimaan warga Palestina.

    Somalia

    Somalia telah menjadi pendukung vokal warga Palestina, yang sering menyelenggarakan protes damai di jalan-jalannya untuk mendukung mereka. Negara tersebut bergabung dengan pertemuan puncak Arab baru-baru ini yang menolak rencana Trump dan tampaknya menjadi tujuan yang tidak mungkin bagi warga Palestina, bahkan jika mereka setuju untuk pindah.

    Sambu Chepkorir, seorang pengacara dan peneliti konflik di Nairobi, Kenya, mengatakan sulit untuk memahami mengapa Somalia ingin menampung warga Palestina mengingat negara tersebut sangat mendukung pemerintahan sendiri Palestina.

    “Penataan ulang terus berubah, jadi mungkin ada agenda tersembunyi di balik alasan Somalia,” kata Chepkorir.

    Seorang pejabat Somalia, yang berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada media, mengatakan negara tersebut belum didekati untuk menerima warga Palestina dari Gaza dan tidak ada diskusi tentang hal itu.

    (luc/luc)

  • Siapkan Rp402 M, RI Bakal Kembali Bangun Rumah Sakit di Gaza

    Siapkan Rp402 M, RI Bakal Kembali Bangun Rumah Sakit di Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia berencana membangun kembali rumah sakit di Jalur Gaza, Palestina. Rencana pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) ini akan membutuhkan dana mencapai Rp402 miliar.

    Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG) M. Anshorullah mengatakan tahap awal penggalangan dana akan sebesar Rp201 miliar. Ia menyebut sejumlah organisasi kemanusiaan dan lembaga zakat di Tanah Air telah menyatakan komitmennya untuk mendukung penggalangan dana ini.

    “Rencana pembangunan ini sudah muncul sejak setahun yang lalu. Jadi kami optimistis bahwa Rumah Sakit Ibu dan Anak ini akan segera terwujud di Kota Gaza Ini adalah bagian dari kampanye nasional Indonesia untuk Palestina merekonstruksi pembangunan kembali Gaza,” kata Anshorullah dalam konferensi pers Rencana Pembangunan RSIA Indonesia di Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jakarta Pusat, Jumat (14/3/2025).

    Saat ditanya terkait dana yang terkumpul hingga kini, Anshorullah mengatakan memang baru terkumpul sekitar 1% dari total biaya yang dibutuhkan. “Kami yakin dengan bantuan seluruh Indonesia, bangsa kita, kita mampu mewujudkan Rumah Sakit Ibu dan Anak ini,” tambahnya.

    Rencana pembangunan RSIA di Jalur Gaza ini diinisasi oleh Maemuna Center Indonesia bersama AWG dan mendapat dukungan penuh dari Kementerian Luar Negeri RI, Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga Badan Zakat Nasional (Baznas) RI.

    Proyek RSIA Indonesia ini juga merupakan bagian dari Kampanye Nasional Indonesia untuk Palestina; Solidaritas, Aksi Nyata, dan Harapan Baru, yang diluncurkan oleh Kementerian Luar Negeri RI dan didukung oleh MUI, Baznas, serta lebih dari 30 organisasi kemanusiaan Indonesia.

    Sementara Kementerian Kesehatan Palestina telah memberikan izin pembangunan RSIA Indonesia di Gaza pada 7 April 2024 lalu.

    RSIA Indonesia nantinya akan dibangun di atas tanah wakaf seluas 5.000 m², yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina. Lokasinya berada di dekat Rumah Sakit Anak Al-Rantisi (Al-Rantisi Children Hospital) di Kota Gaza.

    Rumah sakit ini akan terdiri dari empat lantai, termasuk basement, dengan luas total bangunan mencapai 10.310 m².

    Fasilitas yang akan ada di RSIA tersebut antara lain: 100 kasur rawat inap, 8 kasur gawat darurat (termasuk 2 kasur ruang isolasi), 8 kasur ICU (termasuk 2 kasur ruang Isolasi), masing-masing 4 kasur HCU dan NICU, 2 ruang persalinan (tormasuk 2 kamar persiapan dan 2 kamar pemulihan), 2 ruang bedah (termasuk 2 kamar persiapan, dan 2 kamar pemulihan), 8 klinik rawat jalan, ruang radiologi, ruang CSSD, laboratorium, farmasi, kamar jenazah dan lainnya.

    Rencana peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan RSIA Indonesia di Gaza akan dilakukan pada pertengahan atau akhir April 2025 mendatang.

    (tfa/mij)

  • Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Gaza: Bersedia Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah – Halaman all

    Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Gaza: Bersedia Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah – Halaman all

    Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Situasi Gaza: Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Hamas mengumumkan sejumlah pernyataan terbaru terkait perkembangan situasi Jalur Gaza.

    Pernyataan ini terkait berlangsungnya negosiasi gencatan senjata dengan Israel di Doha, Qatar, RNTV melaporkan, Jumat (14/3/2025).

    Laporan menjelaskan, Hamas menyatakan kalau tingkat kepemimpinannya menerima proposal dari mediator gencatan senjata untuk melanjutkan negosiasi dengan Israel. 

    Gerakan itu mengatakan pihaknya “membahas proposal tersebut dengan pendekatan yang bertanggung jawab dan positif, menyerahkan tanggapannya pagi ini.”

    Hasilnya, Hamas menyatakan, bersedia membebaskan seorang tentara Israel (IDF) Aidan Alexander berkewarganegaraan Israel-Amerika Serikat (AS).

    Selain tentara IDF itu, Hamas juga akan membebaskan empat jenazah sandera Israel yang tewas selama agresi Israel dalam 15 bulan di Gaza.

    Berikut pernyataan lengkap Hamas terkait perkembangan situasi gencatan senjata di Gaza:

    “Kemarin, delegasi dari pimpinan Hamas menerima proposal dari mediator untuk melanjutkan negosiasi.

    Gerakan ini membahas proposal secara bertanggung jawab dan positif, dan menyampaikan tanggapan kami pagi ini. 

    Tanggapan itu termasuk perjanjian gerakan untuk membebaskan tentara Israel, Aidan Alexander, yang memegang kewarganegaraan Amerika, bersama dengan tubuh empat orang lainnya dengan kewarganegaraan ganda.

    Hamas menegaskan kesiapannya sepenuhnya untuk memulai negosiasi dan mencapai kesepakatan komprehensif tentang masalah fase kedua, mendesak pendudukan untuk memenuhi komitmen penuhnya.”

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa salah satu peti mati dari empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Tuduh Israel-AS Memandekkan Negosiasi Gencatan Senjata

    Sumber Hamas juga menuduh Pendudukan Israel dan mediator AS berusaha memandekkan negosiasi pada fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata dengan membatasi negosiasi hanya untuk aspek pertukaran tahanan.

    Hamas diketahui teguh meminta agar negosiasi juga membahas seputar penarikan mundur pasukan IDF serta pembukaan penuh blokade terhadap akses masuk bantuan ke Gaza seperti yang sudah diagendakan.

    Menurut sumber itu, utusan Timur Tengah AS Steve Wittoff mengusulkan pembebasan setengah dari tahanan dan setengah dari jenazah sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.

    Namun, proposal ini ditolak Hamas.

    Belakangan, permintaan akhir dari pihak AS dan Israel berkurang menjadi meminta Hamas membebaskan hanya lima individu.

    Hamas bersedia, dengan menyatakan mau membebaskan satu tentara IDF dan empat jenazah sandera berkewarganegaraan ganda.

    “Sumber itu mencatat bahwa sementara negosiasi tetap macet, namun tetap ada optimisme tentang kemungkinan mencapai kesepakatan,” kata laporan RNTV.

    Pembicaraan saat ini sedang berlangsung di Doha untuk memajukan fase kedua dari perjanjian tersebut.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam memamerkan senjata selama pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

    Tak Ingin Berperang Tapi Tak Punya Pilihan

    Sebelumnya, pada Kamis, Juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kalau pertemuan dengan para mediator di Doha mengenai perjanjian gencatan senjata di Gaza masih terus berlanjut.

    Hamas membaca kalau usulan-usulan baru yang disodorkan justru “bertujuan untuk membuntukan negosiasi dengan menghindari pemenuhan kewajiban dari perjanjian tersebut.”

    Dalam pernyataan di saluran Telegram gerakan tersebut, dia menyatakan Hamas mematuhi apa yang telah disepakati dan memasuki pelaksanaan fase kedua dengan memenuhi kewajibannya untuk tidak kembali berperang dan menarik diri dari seluruh Jalur Gaza.

    Ia melanjutkan, pada gilirannya Hamas juga mendesak Israel untuk mematuhi pelaksanaan janji untuk menarik diri dari Gaza dan mulai menarik diri dari Koridor Philadelphia, seraya menambahkan bahwa Israel juga telah gagal melaksanakan protokol kemanusiaan perjanjian tersebut.

    Blokade bantuan masuk ke Gaza serta pemutusan pasokan listrik, menjadi satu di antara banyak pelanggaran yang terus dilakukan Israel atas penjanjian yang ada.

    Ia melanjutkan, “Kami tidak ingin kembali berperang, dan jika pendudukan melanjutkan agresinya, kami tidak punya pilihan selain membela rakyat kami.”

    Sebelumnya, Axios melaporkan bahwa utusan AS Steve Witkoff telah mengajukan proposal terbaru untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza hingga 20 April.

    Axios mengutip sumber yang mengatakan bahwa proposal yang diperbarui tersebut mencakup perpanjangan gencatan senjata selama beberapa minggu dengan imbalan Hamas membebaskan lebih banyak tahanan dan melanjutkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa jika gencatan senjata jangka panjang tercapai, Hamas akan membebaskan semua tahanan pada hari terakhir perjanjian yang diperpanjang.

    Sumber-sumber melaporkan bahwa Israel memberikan “tanggapan positif” kepada utusan AS, sementara para mediator menunggu tanggapan Hamas.

    KONDISI GAZA – Selain kelaparan, jutaan warga Gaza dibayangi ancaman risiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba. Karena hujan yang membasahi tenda pengungsian Palestina akan menyebabkan penumpukan banjir limbah di area rendah. (Al Jazeera)

    Hamas: Warga Internasional Abai atas Kejahatan Perang Israel

    Hamas juga menyatakan kalau laporan baru-baru ini oleh komite investigasi PBB menegaskan tingkat keparahan kejahatan perang yang dilakukan oleh Pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina.

    Dalam sebuah pernyataan pers, Hamas menilai masyarakat internasional mengabaikan dan menyangkal kejahatan Israel yang dirinci dalam laporan tersebut, menyerukan tanggapan global yang serius dan terpadu untuk menghentikan pelanggaran ini. 

    “Laporan ini adalah bukti lain dari kejahatan mengerikan yang terus dilakukan pendudukan terhadap orang-orang kami,” kata pernyataan itu.

    Hamas mendesak badan-badan peradilan internasional, termasuk Mahkamah Internasional (ICJ) dan Pengadilan Pidana Internasional (ICC), untuk mengambil tindakan hukum berdasarkan temuan laporan tersebut.

    Ia meminta lembaga-lembaga ini untuk memulai proses terhadap Israel dan meminta pertanggungjawaban atas tindakannya. Ia juga meminta masyarakat internasional untuk segera campur tangan untuk mencegah Pendudukan Israel dan menghentikan kejahatannya, menekankan perlunya menegakkan ketentuan perjanjian gencatan senjata.

     

    (oln/rntv/*)

  • AS-Israel Dikabarkan Berupaya Pindahkan Warga Gaza ke Afrika

    AS-Israel Dikabarkan Berupaya Pindahkan Warga Gaza ke Afrika

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Israel dikabarkan berupaya memindahkan warga Palestina yang ada di Jalur Gaza ke Afrika. Washington dan Tel Aviv disebut telah menghubungi para pejabat dari tiga negara Afrika Timur untuk membahas penggunaan wilayah mereka untuk permukiman kembali warga Gaza.

    Informasi itu, seperti dilaporkan Associated Press dan dilansir Reuters, Jumat (14/3/2025), diungkapkan oleh para pejabat AS dan Israel, yang enggan disebut namanya, kepada Associated Press.

    Disebutkan bahwa para pejabat dari Sudan, Somalia dan wilayah Somaliland yang memisahkan diri telah dihubungi terkait proposal tersebut.

    Namun, menurut laporan Associated Press, para pejabat Sudan mengatakan mereka menolak proposal dari AS tersebut. Sedangkan para pejabat Somalia dan Somaliland mengatakan mereka tidak mengetahui adanya kontak dengan AS dan Israel membahas hal tersebut.

    Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan resmi mereka atas laporan tersebut.

    Awal bulan ini, para pemimpin negara-negara Arab mengadopsi rencana rekonstruksi Jalur Gaza senilai US$ 53 miliar, yang disusun Mesir, yang akan menghindari penggusuran massal warga Palestina dari daerah kantong tersebut.

    Rencana yang disusun Mesir itu bertentangan dengan visi Presiden AS Donald Trump tentang Gaza akan menjadi “Riviera Timur Tengah”.

    Lihat juga Video ‘Gaza Berisiko Alami Krisis Kelaparan Jika Blokade Israel Berlanjut’:

    Trump sebelumnya mengusulkan pengambilalihan Jalur Gaza oleh AS untuk membangun kembali daerah kantong yang hancur tersebut. Usulan itu dilontarkan setelah pertempuran sengit yang berlangsung selama 17 bulan terakhir antara Israel dan Hamas memicu kehancuran dan menewaskan puluhan ribu orang.

    Dalam usulan kontroversialnya, Trump juga mencetuskan agar warga Palestina mengungsi secara permanen dari Jalur Gaza.

    Rencana Trump itu semakin menambah ketakutan warga Palestina sejak lama akan pengusiran permanen dari rumah mereka di Jalur Gaza, dan disambut penolakan internasional secara luas.

    Lihat juga Video ‘Gaza Berisiko Alami Krisis Kelaparan Jika Blokade Israel Berlanjut’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Harus Menghentikan Blokade Tak Manusiawi di Gaza

    Israel Harus Menghentikan Blokade Tak Manusiawi di Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Israel saat ini memutus akses listrik di Jalur Gaza dan membuat warga Gaza dalam situasi sulit. Kendati saat ini Palestina dan Israel tengah dalam gencatan senjata, Israel terus berulah.

    Keputusan Israel memutus pasokan listrik ini telah menuai kecaman dari banyak negara dan organisasi. Dokter Lintas Batas (MSF) mendesak Israel untuk berhenti memanfaatkan bantuan sebagai alat perang di Gaza.

    “Pihak berwenang Israel telah memanfaatkan kebutuhan kemanusiaan dengan menggunakannya sebagai alat tawar-menawar, seperti memutus pasokan listrik ke Jalur Gaza pada 9 Maret dan mencegah semua bantuan masuk. Kebijakan ini, yang merupakan hukuman kolektif, harus segera dihentikan,” kata MSF dalam sebuah pernyataan.

    MSF mengutuk keras tindakan Israel yang mengepung jalur gaza dan melakukan blokade. Hal ini telah menyebabkan warga Gaza tidak mendapatkan pasokan dasar seperti air dan listrik.

    Israel juga diminta untuk mengakhiri blokade tidak manusiawi di Gaza dan menghormati hukum humaniter internasional.

    “Sekutu Israel sengaja mengabaikan pelanggaran berat hukum humaniter internasional ini dan menormalisasi tindakan ini. MSF juga mendesak sekutu Israel, termasuk Amerika Serikat, untuk menahan diri dari menormalisasi tindakan tersebut dan bertindak tegas untuk mencegah Gaza terjerumus lebih dalam ke dalam kehancuran,” demikian pernyataan MSF.

    Koordinator tanggap darurat MSF, Myriam Laaroussi menggambarkan hal tersebut sebagai hal yang keterlaluan. Blokade yang dilakukan Israel bisa berakibat fatal dan mematikan.

    “Pada saat gencatan senjata seharusnya berarti peningkatan respons kemanusiaan, otoritas Israel telah menghentikan masuknya semua bantuan secara tiba-tiba,” katanya.

    Terakhir kali warga di Gaza mendapatkan pasokan adalah pada 27 Februari dengan 3 truk yang sebagian besar berisi pasokan medis.

    Tak hanya krisis air dan listrik, warga Gaza juga dibiarkan tanpa bahan bakar dalam bertahan hidup.

    “Tangan kami terikat, dan tanpa jaringan pasokan, akan semakin sulit untuk membantu warga Gaza saat persediaan kami habis. Gencatan senjata tanpa meningkatkan bantuan kemanusiaan adalah hal yang kontradiktif,” tutur Laaroussi dilaporkan Anadolu Agency.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pakar PBB Tuding Israel Lakukan Genosida-Kekerasan Seks di Gaza

    Pakar PBB Tuding Israel Lakukan Genosida-Kekerasan Seks di Gaza

    Jenewa

    Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh Israel telah melakukan “tindakan genosida” terhadap warga Palestina dengan secara sistematis menghancurkan fasilitas perawatan kesehatan perempuan selama perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Para pakar PBB juga menuding Israel menggunakan kekerasan seksual sebagai strategi perang.

    Tuduhan itu, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/3/2025), disampaikan dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB di Wilayah Palestina yang Diduduki, termasuk Yerusalem Timur, dan Israel.

    “Otoritas Israel telah menghancurkan sebagian kapasitas reproduksi warga Palestina di Gaza sebagai sebuah kelompok, termasuk dengan memberlakukan tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran, salah satu kategori tindakan genosida dalam Statuta Roma dan Konvensi Genosida,” demikian laporan para pakar PBB tersebut.

    Tindakan-tindakan tersebut, ditambah lonjakan kematian ibu karena akses terbatas ke pasokan medis, menurut laporan pakar PBB itu, merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan.

    Laporan tersebut menuduh pasukan keamanan Israel menggunakan tindakan menelanjangi di depan umum dan kekerasan seksual sebagai bagian dari prosedur operasi standar ganda mereka untuk menghukum warga Palestina, setelah serangan mengejutkan dilancarkan Hamas terhadap Tel Aviv pada Oktober 2023.

    Israel Tolak Mentah-mentah Tuduhan Pakar PBB

    “IDF (Angkatan Bersenjata Israel) memiliki arahan konkret … dan kebijakan yang secara tegas melarang pelanggaran seperti itu,” tegas misi permanen Israel untuk PBB dalam pernyataannya, sembari menyatakan bahwa proses peninjauan sejalan dengan standar internasional.

    Laporan sebelumnya yang dirilis Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB pada Juni 2024 menuduh Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) serius dalam serangan mereka terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, termasuk

    Israel merupakan pihak penandatangan dalam Konvensi Genosida dan diperintahkan pada Januari 2024 oleh Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mengambil tindakan guna mencegah tindakan genosida selama perang melawan Hamas.

    Namun Israel bukan pihak penandatangan dalam Statuta Roma, yang memberikan yurisdiksi kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk memutuskan kasus pidana individual yang melibatkan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Afrika Selatan mengajukan kasus genosida terhadap rentetan serangan Israel terhadap Gaza ke ICJ.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bongkar ‘Prosedur Nyamuk’, Perwira Israel: IDF Jadikan Warga Gaza Tameng Manusia 6 Kali Sehari – Halaman all

    Bongkar ‘Prosedur Nyamuk’, Perwira Israel: IDF Jadikan Warga Gaza Tameng Manusia 6 Kali Sehari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang perwira Angkatan Darat Israel mengakui bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia di Gaza setidaknya enam kali sehari.

    Penggunaan manusia sebagai tameng untuk melindungi tentara termasuk kejahatan menurut undang-undang internasional.

    Tindakan menggunakan tameng manusia itu meliputi dua hal. Pertama, dengan sengaja menggunakan warga sipil secara langsung dalam pertempuran.

    Kedua, memanfaatkan keberadaan warga sipil untuk melindungi target militer dari serangan atau menyembunyikan operasi militer.

    Perwira itu kaget ketika mengetahui tentara Israel menggunakan warga Palestina sebagai tameng.

    “Saya nyaris tak bisa berkata-kata ketika saya mengetahui bahwa polisi militer Israel membuka enam penyelidikan tentang penggunaan warga Palestina sebagai tameng manusia,” kata dia hari Kamis, (13/3/2025), dikutip dari kantor berita Sama yang mengutip laporan media terkena Israel bernama Haaretz.

    “Di Gaza, tameng manusia setidaknya digunakan enam kali sehari. Jika pihak berwenang ingin menjalankan tugasnya dengan serius, mereka harus membuka setidaknya 2.190 penyelidkan,” katanya.

    Kata dia, dengan mengumumkan adanya penyelidikan itu, dia mengaku mencoba memberi tahu dunia bahwa dia sedang menyelidiki dirinya sendiri.

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    “Saya pernah di Gaza selama sembilan bulan, dan saya melihat praktik baru. Yang terburuk ialah ‘prosedur nyamuk’, yakni warga Palestina yang tak berdosa dipaksa masuk ke dalam rumah dan membersihkan rumah itu, maksudnya untuk memastikan tidak ada militan atau bom di dalamnya,” ujarnya.

    Dia mengaku mengakui praktik semacam itu pada bulan Desember 2023 atau dua bulan setelah invasi darat Israel ke Gaza.

    Menurut dia, warga Palestina yang digunakan sebagai tameng manusia disebut shawish.

    “Sekarang hampir setiap peleton punya seorang shawish, dan tidak ada pasukan yang memasuki rumah sebelum shawish mengosongkannya,” katanya.

    Dia berujar ada 4 shawish dalam satu kompi, 12 dalam satu batalion, dan 36 dalam satu brigade.

    “Kami punya kelompok ‘budak,’” katanya.

    Perwira itu mengatakan tidak ada yang mencoba menghentikan praktik keji semacam itu. Bahkan, praktik itu digunakan sebagai kebutuhan dalam operasi militer.

    “Kami punya alasan untuk khawatir dengan Pengadilan Pidana Internasional (ICC) karena praktik ini suatu kejahatan, bahkan kejahatan yang diakui tentara,” kata dia.

    Pada bulan November 2024 ICC sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

    Keduanya didakwa telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan terhadap warga Palestina di Gaza.

    Israel juga diduga lakukan kekerasan seksual

    Selain diduga menggunakan tameng manusia, Israel juga dituding menggunakan kekerasan seksual sebagai strategi perang di Jalur Gaza.

    Dalam laporan PBB yang diterbitkan hari Kamis, (13/3/2025), PBB menyebut Israel menjalankan aksi genosida dengan cara menghancurkan fasilitas kesehatan wanita.

    “Otoritas Israel telah menghancurkan sebagian kemampuan reproduksi warga Palestina di Gaza sebagai suatu kelompok, termasuk dengan memaksakan tindakan yang ditujukan untuk mencegah kelahiran,” kata Komisi Internasional Independen PBB untuk Penyelidikan terhadap Wilayah Palestina yang Diduduki, dikutip dari Reuters.

    Komisi tersebut mengklaim tindakan Israel itu sudah memenuhi kategori genosida menurut Statuta Roma dan Konvensi Genosida.

    Israel juga memicu lonjakan kematian kaum ibu akibat terbatasnya akses terhadap persediaan medis.

    Menurut komisi itu, tindakan Israel juga sudah memenuhi kategori kejahatan pemusnahan terhadap manusia.

    Laporan PBB menyebutkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengguanakan aksi penelanjangan di depan umum dan kejahatan seksual sebagai prosedur operasi standar (SOP) untuk menghukum warga Palestina sesudah perang di Gaza meletus.

    Di sisi lain, Israel dengan tegas membantah laporan PBB itu.

    “IDF punya perintah yang nyata dan kebijakan tegas yang melarang pelanggaran seperti itu,” kata utusan Israel untuk PBB dalam pernyataannya.

    (*)

  • Media Zionis: Kabar Buruk untuk Israel, Drone Houthi Akan Jauh Lebih Mematikan dengan Sel Hidrogen – Halaman all

    Media Zionis: Kabar Buruk untuk Israel, Drone Houthi Akan Jauh Lebih Mematikan dengan Sel Hidrogen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi di Yaman dilaporkan akan memiliki drone atau pesawat nirawak yang jauh lebih mematikan.

    Salah satu media besar Israel, Maariv, menganggap laporan itu sebagai kabar buruk bagi Israel.

    Dengan mengutip laporan The New York Times, media Israel itu mengungkap upaya penyelundupan komonel sel bahan bakar hidrogen ke Yaman. Sel itu bisa memberi Houthi teknologi yang canggih.

    Selama sekitar 1,5 tahun belakangan, Houthi menyerang Israel dengan rudal dan drone sebagai bentuk dukungan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza yang diinvasi Israel.

    Houthi juga menargetkan kapal-kapal terafiliasi Israel di Laut Merah.

    Kelompok itu sempat menghentikan aksinya setelah gencatan senjata Israel-Hamas di Gaza. Namun, baru-baru ini Houthi mengumumkan akan kembali menyerang kapal Israel.

    Israel tidak sendirian menghadapi Houthi karena sekutunya, Amerika Serikat (AS), juga melancarkan serangan ke Yaman.

    Para peneliti mendapai bahwa Houthi sudah mendapat teknologi anyar yang bisa membuat drone mereka sudah terdetaksi dan bisa terbang dalam jarak yang lebih jauh.

    “Ini bisa memberi Houthi keunggulan berupa kejutan dalam melawan pasukan AS atau Israel jika pertempuran dilanjutkan,” ujar Taimur Khan, peneliti di organisasi Kajian Persenjataan Konflik yang melacak senjata-senjata dalam pertempuran di seluruh dunia.

    Khan pergi ke Yaman barat daya pada bulan November 2024. Di sana dia mendokumentasikan sebagain sistem sel bahan bakar hidrogen yang disita dari perahu kecil di lepas pantai.

    Sistem ini menghasilkan listrik lewat reaksi kimian antara oksigen dan atom-atom hidrogen yang terkompresi. Lalu, sistem ini mengeluarkan uap air dan hampir tidak ada panas atau suara berisik.

    Drone Houthi saat ini ditenagai oleh mesin pembakaran atau baterai lithium yang mampu terbang hingga 1.200 km.

    Akan tetapi, jika ditenagai sel bahan bakar hidrogen, drone itu akan mampu meningkatkan jangkauan jelajahnya hingga tiga kali lipat. Kemudian, pendeteksian lewat suara dan sendor inframerah akan lebih sulit.

    Sel bahan bakar itu dilaporkan dibuat oleh perusahaan asal Tiongkok yang mengiklankan produknya untuk keperluan drone. Adapun tangki hidrogennya disamarkan agar terlihat seperti tangki oksiden.

    Belum diketahui dengan pasti apakah sel itu datang langsung dari Tiongkok.

    Biasanya perlengkapan senjata Houthi datang dari Iran. Namun, Khan mengatakan Houthi mendapatkan sendiri komponen itu sehingga mengindikasikan ada rantai pasokan baru dari pasar komersial. Hal itu membuat Houthi lebih independen dalam teknologi.

    Adapun perahu berisi sel itu dista pada bulan Agustus 2024 oleh Pasukan Perlawanan Nasional Yaman.

    Di dalam perahu juga ditemukan roket, mesin kecil buatan Eropa yang bisa menggerakkan rudal penjelajah, radar, sistem pelacakan kapal, dan ratusan drone komersial.

    Teknologi hidrogen dianggap bukan hal baru karena NASA sudah pernah menggunakannya puluhan tahun lalu dalam misi ke Bulan. Meski demikian, penggunaannya dalam bidang militer baru dimulai pada tahun 2000-an saat perang Irak dan Afganistan.

    Semenjak itu teknologi hidrogen menyebar dan makin sering digunakan dalam bidang militer dan drone komersial.

    Ada beberapa kelebihan teknologi itu. Pertama, bisa menyimpan energi hingga tiga kali lipat daripada baterai lithium. Kedua, bobotnya ringan. Ketiga, meningkatkan stabilitas kamera pengintaian. Terakhir, berkurangnya kebutuhan untuk mengganti baterai.

    Oraganisasi Kajian Persenjataan Konflik menolak mengungkapkan nama perusahaan Tiongkok yang memproduksi sel bahan bakar itu.

    Houthi lanjutkan serangan terhadap kapal Israel

    Tempo hari Houthi mengumumkan akan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel setelah ultimatumnya kepada Israel tak digubris.

    Sebelumnya, Houthi memberi Israel waktu empat hari untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan kembali masuk ke Jalur Gaza.

    Jika Israel tidak melakukannya, Houthi akan melanjutkan serangan di Laut Merah yang menargetkan kapal-kapal Israel.

    “Jika setelah empat hari Israel terus mencegah masuknya bantuan ke Jalur Gaza, kami akan meneruskan operasi di laut untuk menyerang Israel,” kata pemimpin Houthi yang bernama Abdulmalik Al Houthi pada hari Jumat, (7/3/2025), dikutip dari The Times of Israel.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang mulai berlaku 19 Januari lalu, Israel diwajibkan mengizinkan masuknya bantuan ke Gaza.

    Israel beberapa hari kemarin mengumumkan menghentikan aliran bantuan. Menurut Israel, alasannya adalah karena Hamas menolak usul dari Israel untuk memperpanjang gencatan senjata tahap awal dan pembebasan sandera.

    Adapun ultimatum Houthi di aatas disampaikan beberapa hari sesudah Amerika Serikat (AS) menetapkan Houthi sebagai “organisasi teroris”.

    Houthi mulai menyerang Israel setelah perang di Gaza meletus pada bulan Oktober 2023. Serangan itu adalah bentuk dukungan kepada warga Palestina di Gaza.

    Israel mengklaim berhasil menangkis sebagian besar serangan Houthi. Namun, warga Israel sering harus berlarian ke tempat perlindungan pada malam hari ketika serangan dilancarkan.

    Beberapa drone dan rudal yang ditembakkan Houthi sukses menghantam wilayah Israel, misalnya di Kota Tel Aviv dan Eilat.

    (*)

  • Hamas Minta Israel Tinggalkan Gaza dan Koridor Philadelphia

    Hamas Minta Israel Tinggalkan Gaza dan Koridor Philadelphia

    Jakarta

    Kelompok militan Hamas memperbarui tuntutan dengan meminta pasukan Israel mundur dari Gaza selatan. Menurut Hamas, Israel berusaha melanggar ketentuan dalam pembicaraan tentang gencatan senjata fase kedua.

    Dilansir AFP, Jumat (14/3/2025), Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan bahwa pasukan Israel seharusnya menarik diri dari sebidang tanah di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata fase pertama. Namun, Israel, katanya menempatkan pasukan di koridor Philadelphia yang merupakan posisi strategis.

    Terkait penempatan pasukan di Philadelphia itu, Israel mengatakan mereka perlu mempertahankan kendali atas koridor tersebut. Alasannya, untuk mencegah penyelundupan senjata ke Palestina dari Mesir.

    Qassem mengindikasikan bahwa koridor tersebut telah menjadi salah satu titik kritis dalam perundingan yang dimediasi Qatar-AS di Doha mengenai fase gencatan senjata berikutnya.

    “Laporan menunjukkan proposal baru tengah diajukan yang bertujuan untuk menghindari kesepakatan Gaza,” kata Qassem kepada AFP.

    “Pertemuan terus berlanjut dengan para mediator di Doha. Kami mematuhi apa yang telah disepakati dan akan memasuki fase kedua,” tambahnya

    Qassem menegaskan Hamas akan mematuhi aturan gencatan senjata. Namun, dia juga meminta Israel juga harus memenuhi kewajibannya dengan “menarik diri dari seluruh jalur Gaza” dan “memulai penarikan diri dari koridor Philadelphia”.

    Israel diketahui telah menghentikan bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza sejak 2 Maret untuk mendukung tuntutannya agar Hamas membebaskan semua sandera yang tersisa yang ditahan sejak serangan 2023.

    “Kami tidak ingin kembali berperang lagi, dan jika pendudukan melanjutkan agresinya, kami tidak punya pilihan selain membela rakyat kami,” kata juru bicara itu.

    Untuk diketahui, tahap pertama gencatan senjata berakhir pada 1 Maret tanpa kesepakatan pada tahap-tahap berikutnya. Israel hanya setuju untuk memperpanjang ketentuan gencatan senjata tahap pertama.

    Tahap kedua dimaksudkan untuk mengarah pada penarikan Israel dari Gaza sebagai bagian dari proses mengakhiri perang yang telah menghancurkan Gaza dan menewaskan puluhan ribu orang. Para negosiator Israel diketahui pergi ke Doha minggu ini untuk mengambil bagian dalam perundingan.

    Media Israel mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel telah meminta beberapa sandera yang masih hidup dan yang sudah meninggal — dari 58 orang yang masih belum diketahui keberadaannya di Gaza — untuk diserahkan sebagai imbalan atas perpanjangan gencatan senjata selama 50 hari.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut laporan tersebut sebagai “berita palsu”.

    Lihat juga Video: Hamas Ancam Trump, Tegaskan Ogah Tinggalkan Gaza

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Sodorkan Usul Baru Gencatan Senjata Israel-Hamas 50 Hari, Ini Respons Hamas – Halaman all

    AS Sodorkan Usul Baru Gencatan Senjata Israel-Hamas 50 Hari, Ini Respons Hamas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) dilaporkan menyodorkan usul baru gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Usul itu disampaikan oleh Utusan AS untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, pada hari Rabu lalu saat dia berkunjung ke Qatar untuk membahas gencatan.

    Menurut narasumber The Jerusalem Post yang mengetahui hal itu, Israel dan Hamas akan mengadakan gencatan selama 50 hari di Jalur Gaza dimulai dari tanggal “1 Maret”.

    Selama gencatan tersebut Hamas akan membebaskan sekitar lima sandera yang masih hidup dan sembilan jasad sandera.

    Gencatan akan berakhir tanggal 20 April dan bakal ada pembicaraan untuk melanjutkan gencatan.

    “Optimistis bahwa perjanjian bisa dicapai,” kata narasumber media Israel itu.

    “Fakta bahwa tim tetap Qatar adalah pertanda baik.”

    AGRESI GAZA – Pasukan Israel (IDF) dilengkapi dengan kendaraan militer berpatroli di reruntuhan Gaza. (Khaberni)

    Sementara itu, narasumber Yedioth Ahronoth mengatakan Witkoff sangat berkomitmen untuk membebaskan sandera.

    Witkoff disebut menginginkan kesepakatan yang menyeluruh, bukan hanya sebagian.

    “Dia ingin semua sandera dipulangkan. [Presiden AS Donald] Trump juga membahasnya,” kata narasumber itu.

    Usul baru gencatan itu keluar di tengah laporan bahwa utusan AS untuk urusan sandera, Adam Boehler, dicopot dari posisinya untuk bernegosiasi dengan Hamas.

    Menurut laporan Axios, Israel menyambut positif usul gencatan itu. Para juru penengah bertemu dengan pejabat Hamas untuk menyodorkan usul itu.

    Narasumber Axios menyebut jika semua pihak menyepakati usul itu, AS akan punya waktu tambahan untuk merundingkan gencatan senjata jangka panjang.

    Adapun media penyiaran Israel, Kan, mengatakan pembicaraan di Doha membawa atmosfer positif. Delegasi Israel tiba di sana hari Senin pekan ini.

    Hamas buka suara

    Juru bicara Hamas, Hazem Qasim, mengkritik usul gencatan senjata dari AS.

    Dalam pernyataannya di Telegram hari Kamis, Qasim mengatakan usul itu ditujukan untuk menghindari kesepakatan saat ini.

    “Pertemuan dengan juru penengah di Doha sedang dilakukan,” kata dia.

    Qasim menyebut Hamas menginginkan perjanjian yang telah disepakati diterapkan. Hamas juga ingin melanjutkan kesepakatan menuju tahap kedua gencatan.

    Di samping itu, dia meminta Israel untuk memenuhi komitmennya menarik diri dari Gaza, dimulai dari menarik pasukan di Koridor Philadelphi.

    Qasim mengklaim Israel belum menerapkan protokol kemanusiaan dalam perjanjian tentang Gaza.

    “Kami tidak ingin kembali berperang, tetapi jika Israel melanjutkan agresinya, kami tak punya pilihan kecuali membela rakyat kami,” katanya.

    Tahap pertama gencatan senjata Israel-Hamas berakhir awal Maret lalu. Setelah gencatan selama 42 hari itu, Israel menolak merundingkan tahap kedua.

    Israel lebih memilih memperpanjang tahap pertama demi mengamankan pembebasan sandera tanpa harus memenuhi kewajiban militernya.

    SIAP PERANG LAGI – Tangkap layar khaberni, Selasa (4/3/2025) yang menunjukkan petempur Hamas dengan latar belakang peluncur roket. Brigade tempur Hamas dilaporkan bersiap melanjutkan perang Gaza seiring buntunya negosiasi gencatan senjata dengan Israel. (Khaberni)

    Hamas diklaim usulkan gencatan senjata 5-10 tahun

    Beberapa hari lalu Hamas dilaporkan mengusulkan gencatan senjata selama lima hingga sepuluh tahun dengan Israel.

    Usul Hamas itu disampaikan saat Hamas melakukan pembicaraan langsung dengan Adam Boehler, seorang utusan Trump untuk urusan sandera.

    Ketika diwawancarai media penyiaran Israel bernama Kan, Boehler menyebut usul itu akan membuat Hamas dilucuti senjatanya dan tidak terlibat dalam politik pemerintahan.

    Saat ditanya mengenai kemajuan perihal gencatan senjata, dia mengatakan hanya ada kemajuan kecil.

    Menurut Boehler, Hamas menyarankan hal yang “relatif masuk akal dan bisa dilakukan”.

    “Mereka menyarankan pertukaran semua tahanan. Jadi, semua sandera kita saat ini ditukar dengan beberapa tahanan. Kami tidak tertarik dengan hal itu,” ujar Boehler dikutip dari All Israel News.

    Kemudian, dia mengungkapkan keinginan Hamas untuk melakukan gencatan senjata jangka panjang.

    “Dan mereka menyarankan gencatan senjata lima hingga sepuluh tahun, dan Hamas akan meletakkan semua senjata, dan AS akan membantu, serta negara-negara lain, memastikan tidak ada terowongan,” ujarnya.

    Di samping itu, dia mengklaim Hamas tidak akan terlibat dalam urusan politik.

    “Dan saya pikir itu bukan tawaran awal yang buruk,” kata Boehler.

    Meski demikian, Al Aarbi Al Jadeed pada hari Senin melaporkan bahwa Hamas membantah bakal dilucuti senjatanya. Laporan itu didasarkan pada pernyataan juru bicara Hamas.

    (*)