Negara: Jalur Gaza

  • Israel Kembali Gempur Gaza Usai Serangan Besar-besaran, 13 Orang Tewas

    Israel Kembali Gempur Gaza Usai Serangan Besar-besaran, 13 Orang Tewas

    Gaza City

    Rentetan serangan udara Israel kembali menghantam wilayah Jalur Gaza sejak Selasa (18/3) tengah malam. Otoritas pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 13 orang tewas dalam serangan terbaru Israel itu, menyusul serangan besar-besaran sebelumnya yang menewaskan lebih dari 400 orang.

    “Israel melancarkan beberapa serangan udara… yang mengakibatkan tewasnya 13 orang dan melukai puluhan orang lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, di Khan Younis dan Gaza City,” tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Rabu (19/3/2/2025).

    Sebelumnya pada Selasa (18/3) dini hari, militer Israel melancarkan rentetan serangan udara yang disebut paling intens sejak gencatan senjata Gaza diberlakukan pada 19 Januari lalu.

    Bombardir di wilayah Jalur Gaza itu, menurut otoritas kesehatan Gaza, menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan udara itu dilakukan militer Israel setelah gagalnya perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan dirinya telah memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Netanyahu memperingatkan pada Selasa (18/3) malam bahwa serangan-serangan itu “hanya permulaan”, dan bahwa negosiasi mendatang dengan Hamas “hanya akan berlangsung di bawah tekanan”.

    “Hamas telah merasakan kekuatan tangan kita dalam 24 jam terakhir. Dan saya ingin berjanji kepada Anda — dan mereka — bahwa ini hanyalah permulaan,” tegas Netanyahu dalam pernyataan video yang dirilisnya.

    Hamas, dalam tanggapannya, menuduh Israel melanggar gencatan senjata Gaza dan membahayakan upaya mediator untuk mengamankan gencatan senjata permanen. Hamas juga menuduh Netanyahu sama saja “menjatuhkan hukuman mati” terhadap 59 sandera yang masih ditahan di Gaza, yang nasibnya tidak jelas.

    Dalam pernyataannya, Hamas mendesak negara-negara sahabat untuk “menekan” Amerika Serikat (AS) dalam mengakhiri serangan yang dilancarkan sekutu dekatnya, Israel.

    Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, mengatakan pada Selasa (18/3) bahwa rentetan serangan terhadap Jalur Gaza telah “dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington”.

    Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dorothy Shea, menyebut tanggung jawab atas dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza sepenuhnya berada di tangan Hamas. Dia menegaskan sangat mendukung Israel dalam langkah-langkah selanjutnya di Jalur Gaza.

    “Kesalahan atas dimulainya kembali permusuhan sepenuhnya berada di tangan Hamas,” cetus Shea dalam pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Kembali Membombardir Gaza, Palestina Desak Dunia Internasional Bertindak

    Israel Kembali Membombardir Gaza, Palestina Desak Dunia Internasional Bertindak

    PIKIRAN RAKYAT – Warga Palestina di Gaza kembali dalam situasi yang menakutkan setelah Israel melakukan serangan udara besar-besaran pada Selasa, 18 Maret 2025.

    Dalam laporan terbaru yang dirilis otoritas setempat, serangan tersebut menewaskan lebih dari 400 orang. Lebih dari 500 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka.

    Para korban yang mayoritas warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak dibom rumahnya pada malam hari. Saat warga Gaza tertidur lelap, Israel melakukan agresi yang menuai kecaman banyak pihak.

    Terkait serangan yang kembali digencarkan Israel di Jalur Gaza, Kementerian Luar Negeri Palestina mendesak dunia internasional untuk segera bertindak agar Israel tak lagi melakukan serangan. 

    “Gangguan terhadap upaya internasional untuk membangun kembali Gaza dan penghindaran Israel terhadap kewajiban gencatan senjata,” demikian pernyataannya seperti dilaporkan Anadolu Agency.

    “Kami menyerukan sikap internasional yang tegas untuk menegakkan penghentian agresi segera dan memperingatkan terhadap upaya pendudukan untuk melaksanakan rencananya untuk menggusur rakyat kami,” kata kementerian tersebut.

    Sejak kampanye brutal Israel di Gaza Oktober 2023 lalu, Israel telah menewaskan 48.500 warga Palestina yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Selain itu, 112.000 warga Gaza mengalami luka-luka.

    Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah untuk menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant.

    Keduanya disebut telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida Mahkamah Internasional.

    Fasilitas Kesehatan rusak

    Dampak serangan Israel ini juga telah menyebabkan banyak fasilitas medis di Gaza rusak. Palang Merah Internasional memperingatkan soal kondisi ekstrem yang bisa mengganggu fasilitas kesehatan di Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi kekurangan obat-obatan di Jalur Gaza yang juga telah dikonfirmasi oleh Palang Merah Palestina (PRCS).

    “Banyak fasilitas medis benar-benar kewalahan di seluruh Gaza”, kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

    Della Longa mengatakan fasilitas medis sedang berjuang dengan jumlah pasien dan tekanan pada persediaan medis yang semakin menipis.

    “Terjadi kekurangan makanan, perlengkapan, dan bahan bakar,” katanya.

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic memperingatkan bahwa stok obat-obatan semakin menipis.

    “Sayangnya, karena kekurangan obat-obatan ini, ada risiko petugas kesehatan tidak dapat memberikan perawatan untuk berbagai kondisi medis, tidak hanya untuk cedera trauma,” katanya kepada wartawan.

    Kondisi fasilitas medis di Gaza yang mengkhawatirkan ini juga diperparah dengan ditutupnya akses bantuan. Padahal, WHO memiliki 16 truk berisi persediaan medis yang siap memasuki Gaza, yang mana untuk itu diperlukan gencatan senjata dan akses.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Cegat Serangan Rudal dari Yaman, Sirene Meraung-raung

    Israel Cegat Serangan Rudal dari Yaman, Sirene Meraung-raung

    Tel Aviv

    Israel mengatakan sistem pertahanan udaranya pada Selasa (18/3), telah mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari wilayah Yaman, yang menjadi markas kelompok Houthi yang didukung Iran. Suara sirene yang memperingatkan serangan udara meraung-raung di beberapa wilayah selatan Israel saat serangan rudal berlangsung.

    Laporan Komando Front Dalam Negeri pada militer Israel, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (19/3/2025), menyebut sirene peringatan serangan udara berbunyi di area Beersheba dan sebagian gurun Negev pada Selasa (18/3) waktu setempat.

    “Sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman telah dicegat oleh IAF (Angkatan Bersenjata Israel) sebelum melintasi wilayah Israel,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Ini merupakan serangan pertama yang dilaporkan terhadap Israel dari wilayah Yaman sejak gencatan senjata Gaza mulai diberlakukan pada 19 Januari lalu.

    Sejauh ini belum ada pernyataan dari kelompok Houthi terkait serangan rudal itu.

    Pada Selasa (18/3), Houthi yang menargetkan Israel sebelumnya, mengecam dimulainya kembali rentetan serangan Tel Aviv terhadap Jalur Gaza. Houthi bersumpah untuk meningkatkan dukungan terhadap Palestina, setelah awal bulan ini mengancam akan menyerang kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah.

    Rentetan serangan udara Israel yang melanda beberapa wilayah Jalur Gaza pada Selasa (18/3), menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 400 orang. Gelombang serangan terbaru Israel ini disebut sebagai serangan paling mematikan terhadap Jalur Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan.

    Dewan politik tertinggi Houthi, dalam pernyataannya, mengutuk keras “dimulainya kembali agresi musuh Zionis terhadap Jalur Gaza”.

    “Rakyat Palestina tidak akan ditinggalkan sendirian dalam pertempuran ini, dan Yaman akan melanjutkan dukungan dan bantuannya, dan meningkatkan langkah-langkah konfrontasi,” tegas pernyataan Houthi itu.

    Houthi, yang merupakan bagian dari “poros perlawanan” Iran terhadap Israel dan sekutunya Amerika Serikat (AS), melancarkan serangkaian serangan drone dan rudal terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah dan sekitarnya, juga terhadap wilayah Israel, selama perang Gaza berkecamuk.

    Diklaim oleh Houthi bahwa serangan-serangannya itu merupakan bentuk solidaritas untuk warga Palestina di Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Salahkan Hamas Usai Israel Bombardir Gaza

    AS Salahkan Hamas Usai Israel Bombardir Gaza

    New York

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut tanggung jawab atas dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza sepenuhnya berada di tangan kelompok Hamas. Washington menegaskan sangat mendukung Israel dalam langkah-langkah selanjutnya di Jalur Gaza.

    Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dorothy Shea, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (19/3/2025), menyampaikan pernyataan itu dalam pengerahan Dewan Keamanan PBB pada Selasa (18/3) waktu setempat.

    Rentetan serangan udara Israel yang melanda beberapa wilayah Jalur Gaza pada Selasa (18/3), menurut otoritas kesehatan Palestina, telah menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan-serangan Israel dilancarkan saat upaya memperpanjang gencatan senjata Gaza dilanda kebuntuan.

    “Kesalahan atas dimulainya kembali permusuhan sepenuhnya berada di tangan Hamas,” cetus Shea dalam pernyataannya.

    Dia menuduh Hamas telah menolak setiap proposal dan tenggat waktu untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza, dan enggan memberikan waktu untuk merundingkan kerangka kerja bagi gencatan senjata permanen.

    Ditegaskan oleh Shea dalam pernyataannya bahwa Presiden AS Donald Trump telah memperjelas agar Hamas segera membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza atau “membayar harga yang mahal”.

    “Kami mendukung Israel dalam langkah-langkah selanjutnya,” tegas Shea.

    Lebih lanjut, Shea menolak tuduhan yang menyebut militer Israel, atau Angkatan Bersenjata Israel (IDF), menyerang tanpa pandang bulu. “IDF menyerang posisi-posisi Hamas,” sebutnya.

    “Sudah diketahui secara luas bahwa Hamas terus menggunakan infrastruktur sipil sebagai landasan peluncuran, dan Amerika Serikat mengutuk praktik ini sebagaimana seharusnya yang dilakukan oleh pihak-pihak lainnya,” imbuh Shea dalam pernyataannya.

    Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, mengatakan pada Selasa (18/3) bahwa rentetan serangan terhadap Jalur Gaza telah “dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington”.

    “Saya bisa mengonfirmasi bahwa kembalinya pertempuran sengit di Gaza telah dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington. Israel berterima kasih kepada Presiden Trump dan pemerintahannya atas dukungan mereka yang tidak kenal lelah untuk Israel,” ucap Mencer dalam konferensi pers.

    Sementara Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa “Hamas harus memahami bahwa aturan permainan telah berubah”.

    “Jika Hamas tidak segera membebaskan semua sandera, gerbang neraka akan terbuka, dan Hamas akan menghadapi kekuatan penuh IDF di udara, laut, dan darat hingga kehancuran totalnya,” tegas Katz dalam ancaman terbarunya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • RS di Gaza Dipenuhi Korban Serangan Israel, Tim Medis Tak Mampu Rawat Semua

    RS di Gaza Dipenuhi Korban Serangan Israel, Tim Medis Tak Mampu Rawat Semua

    Jakarta – Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Dr Mohamed Abu Salmiya mengatakan bahwa tim medis rumah sakit tidak mampu menangani jumlah warga sipil yang terluka yang terus bertambah akibat serangan udara dan pemboman Israel yang gencar.

    Dr Abu Salmiya mengatakan sejumlah besar obat-obatan dan perlengkapan medis telah habis di daerah itu akibat blokade ketat Israel di Jalur Gaza, dengan semua penyeberangan ditutup oleh Israel sejak 2 Maret sehingga tidak ada bantuan yang bisa masuk ke Jalur Gaza.

    “Sistem perawatan kesehatan tidak dapat menangani sejumlah besar warga yang terluka, dan kami menghadapi kekurangan obat-obatan akibat penutupan penyeberangan,” kata Abu Salmiya dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (19/3/2025).

    Setidaknya 400 warga Palestina telah tewas dalam gelombang serangan brutal Israel di seluruh Jalur Gaza pada Senin (17/3)/ Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat karena banyak yang dalam kondisi kritis atau masih tertimbun reruntuhan bangunan yang dibom.

    Sistem kesehatan di Gaza Utara sebagian besar telah runtuh dengan hanya satu generator oksigen, satu mesin pemindai tomografi terkomputerisasi (CT), dan satu mesin X-ray.

    Ada kekurangan obat-obatan dan bahan habis pakai sehingga tim medis yang kelelahan harus mencuci dan mensterilkan kain kasa untuk menggunakannya lagi. Beberapa korban dibawa ke rumah sakit dengan kereta hewan karena keterbatasan ambulans medis.

    (kna/kna)

  • Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil – Halaman all

    Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa gelombang serangan udara yang menewaskan ratusan warga Palestina di Gaza hanyalah “permulaan.”

    Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (18/3/2025) malam, Netanyahu menegaskan pasukan Israel akan terus menyerang Hamas dengan “kekuatan yang semakin meningkat”.

    Netanyahu juga menyinggung negosiasi gencatan senjata hanya akan dilakukan “di bawah tembakan.”

    “Hamas telah merasakan kekuatan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin meyakinkan Anda – dan mereka – ini baru permulaan,” ujar Netanyahu, seperti dilansir Al Jazeera.

    Serangan udara Israel yang dilancarkan sejak Senin (17/3/2025) malam menghantam berbagai wilayah Gaza, termasuk Khan Yunis, Rafah, Kota Gaza, dan Deir el-Balah.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 404 warga Palestina tewas, termasuk banyak anak-anak, dan lebih dari 560 lainnya terluka.

    Serangan ini juga menghancurkan rumah-rumah warga, menyebabkan pengungsian massal, dan membebani fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan akibat perang yang berkepanjangan.

    Dalam pidatonya, Netanyahu menyalahkan Hamas atas kelanjutan perang dan tingginya korban sipil di Gaza.

    “Warga sipil Palestina harus menghindari kontak dengan teroris Hamas,” katanya.

    Ia juga meminta warga Gaza untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman, seraya menambahkan “setiap korban sipil adalah kesalahan Hamas.”

    Israel mengklaim telah menargetkan pejabat tinggi Hamas dalam serangan ini, termasuk Mayor Jenderal Mahmoud Abu Watfa, seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza, BBC melaporkan.

    Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata

    Serangan terbaru ini menghancurkan gencatan senjata yang sebelumnya dimulai pada 19 Januari.

    Negosiasi tahap kedua kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mengalami kebuntuan setelah Israel menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel serta jenazah empat sandera yang telah tewas.

    Israel bersikeras memperpanjang tahap pertama gencatan senjata hingga pertengahan April, sementara Hamas menolaknya dan menuntut dimulainya tahap kedua yang mencakup pembebasan semua sandera serta penghentian permanen perang.

    Dengan serangan ini, prospek gencatan senjata jangka panjang semakin redup.

    Netanyahu menegaskan Israel akan terus berjuang hingga “membebaskan para sandera, menyingkirkan Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.”

    Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dan upaya diplomatik untuk menghentikan perang masih menemui jalan buntu.

    Dukungan AS dan Sikap Hamas

    Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, disebut telah berkoordinasi dengan Israel sebelum serangan ini terjadi.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, menyatakan Hamas seharusnya bisa membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi justru memilih “penolakan dan perang.”

    Di sisi lain, Hamas menuduh Israel sengaja menggagalkan kesepakatan demi terus melakukan serangan.

    Kelompok tersebut juga memperingatkan dimulainya kembali perang oleh Israel bisa menjadi “hukuman mati” bagi para sandera yang masih hidup di Gaza.

    Krisis Kemanusiaan Memburuk

    Dengan serangan baru ini, rumah sakit di Gaza kembali dipenuhi korban.

    Dr. Sabrina Das, seorang dokter yang melatih tenaga medis Palestina, mengatakan kepada BBC bahwa serangan ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kepanikan di seluruh Gaza.

    “Kami tahu perang akan segera dimulai lagi,” ujarnya.

    Sementara itu, Mohammed Zaquot, direktur rumah sakit di Jalur Gaza, menyebut jumlah staf medis yang tersedia tidak cukup untuk menangani skala serangan ini, sehingga tim tambahan harus segera dipanggil.

    Protes Keluarga Sandera Israel

    Di Israel, keluarga sandera yang masih ditahan Hamas mengecam keputusan pemerintah untuk kembali melancarkan serangan ke Gaza.

    Kelompok yang mewakili keluarga sandera menuduh Netanyahu telah “menyerahkan sandera” dengan memilih opsi militer daripada negosiasi.

    Liran Berman, yang saudara kembarnya masih menjadi tawanan Hamas, mengatakan kepada BBC “jika Hamas mau, para sandera akan kembali. Mereka ada di tangan mereka.”

    Menurut data Israel, masih ada 59 sandera yang ditahan Hamas, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Arab Saudi Kutuk Keras Serangan Israel Tewaskan 400 Orang di Gaza

    Arab Saudi Kutuk Keras Serangan Israel Tewaskan 400 Orang di Gaza

    Riyadh

    Pemerintah Arab Saudi mengutuk keras serangan besar-besaran Israel yang kembali dilancarkan terhadap Jalur Gaza pada Selasa (18/3), yang sejauh ini dilaporkan menewaskan lebih dari 400 orang. Riyadh menyerukan penghentian segera pembunuhan dan kekerasan oleh Israel terhadap warga Palestina.

    Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (19/3/2025), mengecam “pengeboman langsung Israel terhadap area-area yang dihuni oleh warga sipil yang tidak berdaya, tanpa sedikit pun memperhatikan hukum kemanusiaan internasional”.

    Rentetan serangan udara Israel yang melanda beberapa wilayah Jalur Gaza pada Selasa (18/3) waktu setempat, menurut otoritas kesehatan Palestina, telah menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan-serangan Tel Aviv dilancarkan saat upaya memperpanjang gencatan senjata Gaza dilanda kebuntuan.

    Saudi, dalam pernyataannya, menggarisbawahi pentingnya penghentian “segera” pembunuhan dan tindak kekerasan oleh Israel, serta perlunya melindungi warga Palestina.

    Riyadh juga berfokus pada perlunya komunitas internasional untuk memikul tanggung jawab dengan “segera melakukan intervensi untuk mengakhiri kejahatan ini dan mengakhiri penderitaan manusia yang berat yang dialami oleh saudara-saudara Palestina”.

    Sementara itu, merespons serangan terbaru Israel, Hamas menuduh Tel Aviv melanggar gencatan senjata Gaza dan membahayakan upaya mediator untuk mengamankan gencatan senjata permanen.

    Hamas juga menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sama saja “menjatuhkan hukuman mati” terhadap 59 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, yang kini nasibnya tidak jelas.

    Netanyahu, seperti dilansir Reuters, mengatakan dirinya telah memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Militer Israel menggambarkan serangan terbarunya itu sebagai “serangan pendahuluan” yang dimaksudkan untuk menggagalkan kemampuan Hamas melancarkan serangan terhadap Tel Aviv, dan mencegah kelompok itu membangun kembali serta mempersenjatai kembali pasukannya di Jalur Gaza.

    Diklaim oleh militer Israel bahwa serangannya menargetkan “komandan militer tingkat menengah, pejabat pimpinan dan infrastruktur teroris” milik Hamas.

    Namun menurut para saksi mata, serangan-serangan udara Israel juga menghantam rumah-rumah warga dan area perkemahan yang menampung warga sipil Palestina yang mengungsi. Tank-tank Israel bahkan dilaporkan melintasi garis perbatasan Gaza.

    Di antara mereka yang tewas dalam serangan Israel ini, terdapat sejumlah petinggi Hamas seperti Essam Addalees yang disebut sebagai kepala de-facto pemerintahan Hamas, kemudian Ahmed Al-Hetta yang menjabat Wakil Menteri Kehakiman Hamas dan Mahmoud Abu Watfa yang menjabat Wakil Menteri Dalam Negeri dan kepala Dinas Keamanan Hamas.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa yang Terjadi di Gaza Tidak Terbayangkan, Gencatan Senjata Harus Segera Dipulihkan

    Apa yang Terjadi di Gaza Tidak Terbayangkan, Gencatan Senjata Harus Segera Dipulihkan

    PIKIRAN RAKYAT – Jalur Gaza mengalami penderitaan yang tak terbayangkan imbas agresi Israel yang kembali terjadi beberapa hari terakhir. Hal ini dikatakan Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk wilayah Palestina yang diduduki, Muhannad Hadi.

    Pada Selasa, 18 Maret 2025, Israel melakukan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza. Akibat serangan Israel itu, dilaporkan bahwa 326 warga Palestina meninggal dunia.

    Dari 326 warga Palestina yang meninggal dunia dalam serangan tersebut, 130 di antaranya merupakan anak-anak. Ini merupakan jumlah kematian anak-anak terbesar dalam sehari sejak setahun terakhir.

    “Apa yang terjadi di Jalur Gaza tidak terbayangkan, dan gencatan senjata harus segera dipulihkan,” katanya dilaporkan WAFA.

    “Mengakhiri permusuhan, menyediakan bantuan kemanusiaan berkelanjutan, membebaskan sandera, dan memulihkan layanan dasar dan mata pencaharian adalah satu-satunya jalan ke depan,” tuturnya.

    Dampak serangan Israel ini juga telah menyebabkan banyak fasilitas medis di Gaza rusak. Palang Merah Internasional memperingatkan soal kondisi ekstrem yang bisa mengganggu fasilitas kesehatan di Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi kekurangan obat-obatan di Jalur Gaza yang juga telah dikonfirmasi oleh Palang Merah Palestina (PRCS).

    “Banyak fasilitas medis benar-benar kewalahan di seluruh Gaza”, kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

    Della Longa mengatakan fasilitas medis sedang berjuang dengan jumlah pasien dan tekanan pada persediaan medis yang semakin menipis.

    “Terjadi kekurangan makanan, perlengkapan, dan bahan bakar,” katanya.

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic memperingatkan bahwa stok obat-obatan semakin menipis.

    “Sayangnya, karena kekurangan obat-obatan ini, ada risiko petugas kesehatan tidak dapat memberikan perawatan untuk berbagai kondisi medis, tidak hanya untuk cedera trauma,” katanya kepada wartawan.

    Kondisi fasilitas medis di Gaza yang mengkhawatirkan ini juga diperparah dengan ditutupnya akses bantuan. Padahal, WHO memiliki 16 truk berisi persediaan medis yang siap memasuki Gaza, yang mana untuk itu diperlukan gencatan senjata dan akses. 

    Doctors Without Borders (MSF) melaporkan bahwa timnya menerima banyak korban luka di rumah sakit lapangan, klinik, dan Rumah Sakit Nasser.

    “Jenis cederanya sangat parah, mulai dari amputasi hingga kasus ortopedi kompleks dan luka bakar,” kata Mohammed Abu Mughaisib, wakil koordinator medis organisasi tersebut di Gaza selatan.

    Sementara itu, kepala departemen darurat MSF, Claire Nicolet, yang saat ini berada di Gaza, mengatakan keadaan sungguh mengerikan selama 20 menit, dengan bom berjatuhan di mana-mana.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Serangan Israel di Gaza Tewaskan 400 Orang, Netanyahu: Ini Baru Permulaan

    Serangan Israel di Gaza Tewaskan 400 Orang, Netanyahu: Ini Baru Permulaan

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa rentetan serangan mematikan di Gaza pada Selasa (18/3) “hanyalah permulaan” dari tindakan Israel terbaru di wilayah Palestina tersebut.

    “Hamas telah merasakan kekuatan tangan kita dalam 24 jam terakhir. Dan saya ingin berjanji kepada Anda — dan mereka — ini hanyalah permulaan,” kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi, dilansir kantor berita AFP, Rabu (19/3/2025).

    “Mulai sekarang, negosiasi hanya akan berlangsung di bawah serangan,” kata Netanyahu, seraya menambahkan: “Tekanan militer sangat penting untuk pembebasan sandera tambahan”.

    Serangan udara Israel pada hari Selasa tersebut, yang terbesar sejak gencatan senjata di Gaza berlaku pada bulan Januari, menewaskan lebih dari 400 orang di seluruh Jalur Gaza. Demikian menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai kelompok Hamas tersebut.

    Israel berjanji untuk terus bertempur hingga semua sandera yang ditawan oleh Hamas dipulangkan.

    Dari 251 sandera yang ditawan selama serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu, 58 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 34 sandera yang menurut militer Israel telah tewas.

    Keluarga sandera menuduh Netanyahu “mengorbankan” nyawa kerabat mereka dengan memerintahkan serangan besar-besaran di Gaza pada Selasa (18/3).

    “Tekanan militer tidak akan menyelamatkan para sandera – kami tahu ini dari pengalaman kami sendiri”, kata mantan sandera Yair Horn dalam sebuah pernyataan kepada pers di Tel Aviv, bersama dengan para bekas sandera dan kerabat lainnya.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara di seluruh dunia mengutuk serangan Israel tersebut. Adapun para keluarga sandera Israel memohon kepada Netanyahu untuk menghentikan kekerasan, karena khawatir akan nasib orang-orang yang mereka cintai.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Keji, Israel Blokir Pasokan Medis untuk Warga di Gaza

    Keji, Israel Blokir Pasokan Medis untuk Warga di Gaza

    Jakarta – Israel kembali meluncurkan serangannya di Jalur Gaza, Palestina, melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang berlaku sejak 19 Januari. Setidaknya 400 warga Gaza dilaporkan tewas akibat serangan tersebut.

    “Dalam semalam, ketakutan terburuk kami menjadi kenyataan. Serangan udara kembali terjadi di seluruh Jalur Gaza. Laporan yang belum dikonfirmasi menyebutkan ratusan orang tewas … sekali lagi, warga Gaza hidup dalam ketakutan yang amat sangat,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB Tom Fletcher dalam keterangannya dikutip dari laman United Nation, Rabu (19/3/2025).

    Dalam laporan situasi terbarunya, badan kemanusiaan PBB Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) mengatakan bahwa peralatan rumah sakit masih menunggu untuk masuk ke Gaza termasuk 20 ventilator untuk unit perawatan intensif neonatal dan sembilan inkubator bayi baru lahir portabel.

    OCHA menambahkan bahwa pemboman Israel yang baru menambah tekanan pada sumber daya kesehatan, seraya mencatat bahwa direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr Munir Al Bursh, telah meminta rumah sakit lapangan, tempat tidur, dan ruang operasi untuk membantu memenuhi permintaan menyusul pemboman Israel yang baru.

    Penilaian PBB menemukan bahwa tidak ada rumah sakit di Gaza yang berfungsi penuh dan bahwa 13 rumah sakit dan empat rumah sakit lapangan masih tidak berfungsi, sementara perintah pemindahan terbaru Israel mencakup wilayah yang memiliki setidaknya tiga fasilitas perawatan kesehatan primer (PHC) dan satu rumah sakit lapangan.

    Menurut Kementerian Kesehatan (MoH) di Gaza, hingga pukul 12:00 siang pada Selasa (18/3) 404 orang tewas dan 562 lainnya luka-luka sejak Israel membombardir. Banyak jenazah masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur. Pertahanan Sipil Palestina (PCD) menyatakan bahwa di antara lebih dari 400 orang yang tewas, terdapat lebih dari 170 anak-anak dan 80 wanita.

    (kna/kna)