Negara: Jalur Gaza

  • Stafnya Tewas Akibat Serangan di Gaza, Sekjen PBB Tuntut Penyelidikan

    Stafnya Tewas Akibat Serangan di Gaza, Sekjen PBB Tuntut Penyelidikan

    New York

    Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, terkejut dengan kematian seorang staf PBB akibat serangan yang menghantam sebuah gedung PBB di Jalur Gaza. Guterres menuntut penyelidikan penuh terhadap kematian staf PBB tersebut.

    Kantor PBB untuk Layanan Proyek (UNOPS) mengumumkan tewasnya salah satu pegawai mereka di Jalur Gaza ketika sebuah gedung PBB yang ada di pusat kota Deir al-Balah dihantam “senjata peledak” yang tidak diketahui sumbernya. Sekitar lima orang lainnya mengalami luka-luka dalam serangan itu.

    Juru bicara untuk Sekjen PBB, Farhan Haq, seperti dilansir AFP, Kamis (20/3/2025), mengatakan bahwa Guterres “sangat sedih dan terkejut mengetahui kematian seorang anggota staf Kantor Layanan Proyek Perserikatan Bangsa-Bangsa, ketika dua wisma tamu PBB di Deir al-Balah terkena serangan”.

    “Lokasi semua tempat PBB diketahui oleh pihak-pihak yang berkonflik, yang terikat oleh hukum internasional untuk melindunginya dan menjaga kekebalan mutlak,” ucap Haq dalam konferensi pers di New York, Amerika Serikat (AS).

    “Sekretaris Jenderal mengutuk keras semua serangan terhadap personel PBB dan menyerukan penyelidikan menyeluruh,” tegasnya.

    Haq menambahkan bahwa kematian itu menambah jumlah staf PBB yang tewas di Jalur Gaza sejak perang berkecamuk pada 7 Oktober 2023 menjadi sedikitnya 280 orang.

    Kematian staf PBB itu terjadi ketika militer Israel kembali melancarkan pengeboman besar-besaran di Jalur Gaza, yang merusak ketenangan yang menyelimuti daerah kantong Palestina itu sejak gencatan senjata diberlakukan pada 19 Januari lalu.

    Haq mengatakan masih terlalu dini untuk “menentukan tanggung jawab” terkait serangan mematikan itu. Namun dia menyebut ledakan itu bukan akibat ranjau atau persenjataan yang belum meledak, melainkan disebabkan oleh proyektil yang “dijatuhkan atau ditembakkan ke infrastruktur dan meledak di dalam gedung”.

    “Kami tidak mengetahui apakah itu ditembakkan dari darat, dari laut, dari udara,” ucapnya.

    Kepala UNOPS, Jorge Moreira da Silva, dalam pernyataannya menyebut apa yang terjadi di Deir al-Balah itu bukan kecelakaan. “Ini bukan kecelakaan. Serangan-serangan terhadap tempat-tempat kemanusiaan merupakan pelanggaran hukum internasional,” sebutnya.

    Dia menegaskan bahwa para personel PBB dan tempat-tempat milik PBB “harus dilindungi oleh semua pihak”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ribuan Warga Israel Geruduk Gedung Parlemen Yerusalem, Protes Keputusan Netanyahu Atas Serangan Gaza – Halaman all

    Ribuan Warga Israel Geruduk Gedung Parlemen Yerusalem, Protes Keputusan Netanyahu Atas Serangan Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ribuan warga Israel menggelar aksi demo di depan Gedung Parlemen Yerusalem untuk memprotes kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Rabu (19/3/2025).

    Aksi protes ini terjadi sehari setelah Netanyahu memerintahkan untuk pasukannya untuk melanjutkan serangan besar-besaran ke jalur Gaza yang merupakan daerah kantong Palestina.

    Netanyahu berdalih serangan dilancarkan untuk menggertak Hamas, usai militan Palestina ini menolak membebaskan sandera Israel.

    Dengan melanjutkan serangan ke jalur Gaza, Netanyahu berharap Hamas dapat segera memulangkan 59 sandera Israel yang ditawan Hamas sejak Oktober 2023.

    Namun keputusan ini justru dinilai masyarakat Israel sebagai ancaman, lantaran dapat mempengaruhi upaya Hamas dalam melakukan pengembalian tahanan.

    Kerabat para sandera di Jalur Gaza mengatakan keputusan untuk melanjutkan serangan dapat “mengorbankan” orang-orang yang mereka cintai. 

    Dalam konteks ini, Hamas sering kali terlibat dalam perundingan mengenai pertukaran tahanan, yang biasanya melibatkan tawar-menawar terkait dengan penyanderaan atau pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok tersebut.

    Akan tetapi, serangan militer atau eskalasi konflik seringkali memperumit jalannya negosiasi semacam itu.

    Eskalasi militer dapat memperburuk hubungan antara kedua pihak dan meningkatkan ketegangan.

    “Pemerintah tidak bertindak demi kepentingan terbaik rakyat. Sebaliknya, mereka melayani kepentingan politik mereka sendiri untuk tetap berkuasa,” kata Merav Hemi (45), seorang warga Israel, mengutip dari Anadolu.

    Sandera yang dibebaskan Yarden Bibas, yang istri dan dua putranya yang masih kecil dibunuh saat ditawan, mengatakan bahwa kembalinya Israel ke medan perang membawanya kembali ke Gaza.

    “Tekanan militer membahayakan sandera, kesepakatan membawa mereka kembali,” kata Bibas.

    Warga Kecam Pemecatan Bos Shin Bet

    Selain memprotes serangan Gaza, aksi demo digelar untuk melampiaskan amarah publik karena Netanyahu memecat kepala badan intelijen Shin Bet Ronen Bar.

    Ini lantaran Ronen Bar sangat dihargai oleh banyak pihak karena profesionalisme dan keberhasilannya dalam menjaga keamanan, sehingga pemecatannya dianggap sebagai langkah yang kontroversial. 

    Warga merasa bahwa pemecatan ini bisa mempengaruhi stabilitas dan efektivitas badan intelijen yang sangat penting, serta memicu kekhawatiran masyarakat karena Netanyahu kemungkinan akan menunjuk loyalisnya untuk posisi vital itu.

    “Sudah saatnya kita mengakhiri kegilaan ini sebelum kita tidak punya siapapun untuk diselamatkan, sebelum kita tidak punya negara lagi,” kata pemimpin protes Shikma Bressler.

    Tak hanya masyarakat sipil yang melakukan aksi protes atas tindakan kontroversi Netanyahu, pemimpin oposisi Yair Lapid juga turut melayangkan kecaman keras kepada Netanyahu.

    Di laman X, Yair Lapid mengimbau masyarakat untuk bersatu, mentang kebijakan Pemerintah Netanyahu.

    “Pemerintah tidak akan berhenti di garis merah. Satu-satunya solusi adalah persatuan, tetapi bukan persatuan yang diam, bukan persatuan yang menyerah, bukan pula persatuan yang semu,” ujar oposisi Yair Lapid di X.

    “Yang kami maksud ialah persatuan seluruh rakyat yang bersatu dan berkata: Cukup,” imbuhnya.

    (Tribunnews.com/Namira)

  • Israel Cegat Rudal dari Yaman, Houthi Klaim Serang Bandara Ben Gurion

    Israel Cegat Rudal dari Yaman, Houthi Klaim Serang Bandara Ben Gurion

    Tel Aviv

    Militer Israel mengatakan sistem pertahanan udaranya telah mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari wilayah Yaman pada Kamis (20/3). Kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman kemudian mengklaim telah menargetkan bandara internasional Ben Gurion di Israel dengan serangan rudal hipersonik.

    Laporan militer Israel, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (20/3/2025), menyebut sirene peringatan udara berbunyi di beberapa area di Israel setelah rudal terdeteksi ditembakkan ke arah negara tersebut. Kepolisian Israel melaporkan bahwa sirene juga terdengar di area Tel Aviv dan Yerusalem.

    “Sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman telah dicegat oleh IAF (Angkatan Udara Israel) sebelum melintasi wilayah Israel. Sirene dibunyikan sesuai dengan protokol,” demikian pernyataan militer Israel.

    Layanan ambulans Israel mengatakan tidak ada cedera serius yang dilaporkan.

    Houthi, dalam pernyataannya, kemudian mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal tersebut. Diklaim oleh Houthi bahwa pasukannya menargetkan Bandara Ben Gurion dengan “rudal balistik hipersonik”.

    Houthi yang merupakan bagian dari “poros perlawanan” Iran terhadap Israel dan Amerika Serikat (AS), telah menembaki kapal-kapal di jalur pelayaran internasional di Laut Merah dan menyerang wilayah Israel sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza, dengan alasan solidaritas untuk Palestina.

    Houthi sempat menghentikan serangan-serangan mereka selama gencatan senjata berlangsung di Jalur Gaza sejak pertengahan Januari lalu. Namun serangan rudal dan drone kembali dilanjutkan setelah AS melancarkan serangan mematikan menargetkan Houthi di Yaman pada Sabtu (15/3) lalu.

    AS bersumpah akan terus menyerang Houthi dengan kekuatan yang mematikan hingga kelompok yang didukung Iran itu menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan terhadap Israel.

    Namun serangan rudal terhadap Israel itu menunjukkan Houthi tampaknya tidak terpengaruh oleh gelombang serangan AS yang melanda Yaman. Houthi juga mengklaim mereka kembali menyerang kapal induk AS yang ada di perairan Laut Merah.

    Pada Selasa (18/3), Houthi mengklaim bertanggung jawab atas rudal yang dicegat oleh Israel, dan bersumpah untuk semakin meningkatkan serangan setelah operasi militer besar-besaran dilanjutkan Tel Aviv di Jalur Gaza.

    Pengeboman terbaru Israel terhadap Jalur Gaza, yang berlanjut sejak Selasa (18/3), sejauh ini dilaporkan menewaskan sedikitnya 470 orang.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Gempuran Israel Hantam Rumah-rumah di Gaza, Tewaskan 10 Orang

    Gempuran Israel Hantam Rumah-rumah di Gaza, Tewaskan 10 Orang

    Gaza City

    Serangan udara Israel menghantam wilayah Khan Younis di Jalur Gaza bagian selatan pada Kamis (20/3) dini hari, saat operasi militer intens kembali dilakukan di daerah kantong Palestina tersebut. Sedikitnya 10 orang tewas akibat gempuran Tel Aviv itu.

    “Sedikitnya 10 warga sipil tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara Israel yang menargetkan enam rumah di sebelah timur Khan Younis di Jalur Gaza bagian selatan,” tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (20/3/2025).

    Serangan udara besar-besaran Israel kembali menghujani Jalur Gaza sejak Selasa (18/3) waktu setempat, saat upaya untuk memperpanjang gencatan senjata menghadapi kebuntuan. Gempuran militer Tel Aviv itu merusak ketenangan yang berlangsung selama dua bulan terakhir di wilayah tersebut.

    Laporan Bassal pada Rabu (19/3) menyebut sedikitnya 470 orang tewas di Jalur Gaza sejak Israel kembali melanjutkan serangan udara skala besar.

    Sedikitnya 14 orang lainnya, sebut Bassal, tewas akibat serangan udara Israel yang menghantam kota Beit Lahia, Jalur Gaza. Para korban tewas itu disebut berasal dari satu keluarga yang sama.

    Bassal menyebut serangan udara Israel “menargetkan sebuah rumah yang menjadi tempat tenda duka didirikan”. Beberapa orang lainnya dikhawatirkan masih tertimbun reruntuhan.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan dirinya memerintahkan militer Israel untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam pernyataan via video memberikan apa yang disebutnya sebagai “peringatan terakhir” untuk “penduduk Gaza”.

    “Ikuti saran Presiden Amerika Serikat. Kembalikan para sandera dan singkirkan Hamas, dan pilihan-pilihan lainnya akan terbuka bagi Anda — termasuk kemungkinan untuk pergi ke tempat-tempat lainnya di dunia bagi mereka yang menginginkannya,” ucap Katz dalam peringatannya.

    Dia tampaknya merujuk pada peringatan yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada awal bulan ini, yang berbunyi: “Kepada rakyat Gaza: Masa depan yang indah menanti, tetapi tidak jika Anda menahan para sandera. Jika Anda melakukannya, Anda MATI!”

    Dari total 251 sandera yang ditahan sejak serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, sebanyak 58 sandera diyakini masih ditahan di Jalur Gaza, termasuk 34 sandera yang menurut militer Tel Aviv telah tewas.

    Sementara itu, dengan dilanjutkannya serangan-serangan Israel, menurut otoritas kesehatan Gaza, total jumlah korban tewas di Jalur Gaza sejak awal perang kini mencapai lebih dari 48.570 orang.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rusia Khawatir dengan Serangan Terbaru Israel ke Gaza

    Rusia Khawatir dengan Serangan Terbaru Israel ke Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Israel kembali melakukan serangan besar-besaran ke Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025 yang menewaskan lebih dari 400 orang warga Palestina. Serangan Israel ini menuai kecaman dari dunia internasional.

    Rusia memperingatkan soal kemungkinan ‘spiral eskalasi’ di tengah serangan terbaru Israel di Gaza. Serangan tersebut menewaskan mayoritas wanita dan anak-anak.

    “Situasi yang makin memburuk, kembalinya ketegangan yang meningkat, inilah yang membuat kami khawatir,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan di Moskow dilaporkan Anadolu Agency.

    Peskov menyebut Rusia akan terus memantau situasi di Gaza dan berharap agar situasi kembali ke arah yang damai.

    Sejak serangan Oktober 2023, Israel telah membunuh 48.500 warga Palestina yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 112.000 lainnya mengalami luka-luka.

    Dunia internasional telah berulang kali mengecam tindakan Israel yang melakukan genosida di Gaza. Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant.

    Keduanya dinilai sebagai dua orang yang harus bertanggung jawab atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Tak hanya perintah penangkapan, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional karena genosida di Gaza.

    Palestina desak dunia internasional

    Terkait serangan yang kembali digencarkan Israel di Jalur Gaza, Kementerian Luar Negeri Palestina mendesak dunia internasional untuk segera bertindak agar Israel tak lagi melakukan serangan. 

    “Gangguan terhadap upaya internasional untuk membangun kembali Gaza dan penghindaran Israel terhadap kewajiban gencatan senjata,” demikian pernyataannya.

    “Kami menyerukan sikap internasional yang tegas untuk menegakkan penghentian agresi segera dan memperingatkan terhadap upaya pendudukan untuk melaksanakan rencananya untuk menggusur rakyat kami,” kata kementerian tersebut.

    Fasilitas kesehatan rusak

    Dampak serangan Israel ini juga telah menyebabkan banyak fasilitas medis di Gaza rusak. Palang Merah Internasional memperingatkan soal kondisi ekstrem yang bisa mengganggu fasilitas kesehatan di Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi kekurangan obat-obatan di Jalur Gaza yang juga telah dikonfirmasi oleh Palang Merah Palestina (PRCS).

    “Banyak fasilitas medis benar-benar kewalahan di seluruh Gaza”, kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

    Della Longa mengatakan fasilitas medis sedang berjuang dengan jumlah pasien dan tekanan pada persediaan medis yang semakin menipis.

    “Terjadi kekurangan makanan, perlengkapan, dan bahan bakar,” katanya.

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic memperingatkan bahwa stok obat-obatan semakin menipis.

    “Sayangnya, karena kekurangan obat-obatan ini, ada risiko petugas kesehatan tidak dapat memberikan perawatan untuk berbagai kondisi medis, tidak hanya untuk cedera trauma,” katanya kepada wartawan.

    Kondisi fasilitas medis di Gaza yang mengkhawatirkan ini juga diperparah dengan ditutupnya akses bantuan. Padahal, WHO memiliki 16 truk berisi persediaan medis yang siap memasuki Gaza, yang mana untuk itu diperlukan gencatan senjata dan akses.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Sebar Selebaran, Paksa Warga Gaza Mengungsi Jelang Operasi Serangan Maut – Halaman all

    Israel Sebar Selebaran, Paksa Warga Gaza Mengungsi Jelang Operasi Serangan Maut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel kembali menyebarkan selebaran berisi perintah agar warga sipil Gaza segera mengungsi dan meninggalkan area pertempuran di utara dan selatan wilayah Palestina, Rabu (19/3/2025).

    Perintah itu disampaikan juru bicara militer Avichay Adraee saat kampanye pengeboman udara meningkat di daerah kantong Palestina.

    Dalam keterangan resminya ia memerintahkan warga di sejumlah daerah di Beit Hanoun dan Khan Younis untuk mengungsi.

    Tak hanya itu, warga Palestina juga didesak untuk  segera meninggalkan kota Beit Hanoun di Gaza utara dan Khuza’a serta Abasan di Selatan, karena wilayah-wilayah ini merupakan zona pertempuran berbahaya.

    “Demi keselamatan Anda sendiri, Anda harus segera mengungsi ke tempat perlindungan yang diketahui di bagian barat Kota Gaza dan di Khan Younis,” katanya di akun X miliknya seperti dilansir Anadolu.

    Pasca perintah evakuasi di keluarkan, sejumlah warga Palestina mulai berbondong-bondong meninggalkan rumahnya an mencari tempat lain yang lebih aman, menyusul rencana serangan besar-besaran Israel, di Jalur Gaza, Palestina.

    Sambil membawa barang yang bisa diselamatkan, warga Gaza mulai berjalan kaki menuju pengungsian, menyusul rencana serangan besar-besaran Israel, di Jalur Gaza, Palestina.

    Israel tak menyebut sampai kapan evakuasi ini akan berlangsung.

    Namun menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) tidak ada jaminan keselamatan, perlindungan, dan kesejahteraan yang diberikan bagi mereka yang diperintahkan untuk pergi, terlebih lagi bagi mereka yang tetap tinggal.

    Netanyahu Ancam Bakal Lanjutkan Serangan di Gaza

    Adapun perintah evakuasi ini mencuat usai Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan terus melanjutkan serangan besar-besaran ke jalur Gaza yang merupakan daerah kantong Palestina.

    Ancaman ini dilontarkan Netanyahu untuk menggertak Hamas, usai militan Palestina ini menolak membebaskan sandera Israel.

    Dari 251 sandera, Israel menyebut masih tersisa 58 orang yang ditahan Hamas sejak Oktober 2023 lalu.

    “Saya memperingatkan Hamas bahwa jika mereka tidak membebaskan tawanan kami, kami akan melanjutkan pertempuran dan itulah yang telah kami lakukan,” ujar Netanyahu di kutip dari Anadolu.

    “Ini baru permulaan. Mulai sekarang, kami akan bertindak melawan Hamas dengan intensitas yang semakin meningkat, bernegosiasi hanya di bawah tembakan, dan kami akan terus berjuang untuk mencapai semua tujuan perang,” imbuh Netanyahu.

    Meski tindakan Israel mendapat kecaman dari sejumlah pihak dan pemimpin dunia, namun hal tersebut tak membuat Netanyahu mundur.

    Netanyahu berkomitmen untuk terus melanjutkan serangan mematikan,  mengatakan bahwa serangan itu baru tahap permulaan.

    Korban Tewas Gaza Tembus 436 Jiwa

    Imbas serangan brutal Israel, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa  lebih dari 438 orang dilaporkan tewas.

    Termasuk diantaranya dalah 183  anak-anak, sementara sisanya di dominasi oleh wanita dan orang tua.

    Lebih lanjut, selain warga sipil Israel juga turut menargetkan serangan ke anggota biro politik dan pejabat senior Hamas.

    Setidaknya sudah ada 5 petinggi Hamas yang tewas lantaran menjadi target serangan militer Israel di Gaza pada Selasa dini hari (18/3/2025).

    Menurut saksi mata, tanki-tank Israel menembaki dari seberang perbatasan utara ke selatan Jalur Gaza, menghantam rumah-rumah dan perkemahan tenda pengungsi.

    “Itu adalah malam neraka. Rasanya seperti hari-hari pertama perang,” kata Rabiha Jamal, 65 tahun, seorang ibu dari lima anak dari Kota Gaza.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Populer Internasional: 5 Fakta Serangan Udara Israel di Gaza – Houthi-Hizbullah Bersiap Membalas – Halaman all

    Populer Internasional: 5 Fakta Serangan Udara Israel di Gaza – Houthi-Hizbullah Bersiap Membalas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita internasional terpopuler Tribunnews dimulai dari fakta-fakta serangan udara terbaru Israel di Gaza.

    Serangan tersebut, didukung oleh Amerika Serikat.

    Kelompok Houthi dan Hizbullah tidak akan tinggal diam, tetapi bagaimana dengan Hamas?

    Simak berita selengkapnya.

    1. 5 Fakta di Balik Serangan Udara Besar-besaran Israel di Gaza: Gencatan Senjata Temui Jalan Buntu

    Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke Gaza, menargetkan berbagai wilayah dengan gelombang serangan udara dan tembakan artileri.

    Ratusan orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya terluka, menurut otoritas Palestina.

    Serangan ini juga menargetkan sejumlah pejabat tinggi Hamas serta warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

    Rumah sakit di Gaza kini kewalahan menangani lonjakan korban.

    Lalu, mengapa serangan ini terjadi sekarang?

    Baca selengkapnya >>>

    2. Israel Bunuh 970 Orang di Gaza dalam 48 Jam: Houthi-Hizbullah Bersiap, Hamas Masih Kalem, Kenapa?

    Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan 970 kematian dalam 48 jam terakhir saat Israel meningkatkan serangannya di wilayah tersebut.

    “Hingga tengah hari Rabu (19/3/2025), jumlah total kematian telah meningkat menjadi 49.547, naik dari 48.577 yang tercatat pada hari Senin,” tulis laporan kementerian tersebut dikutip dari RNTV, Rabu.

    Israel dilaporkan melancarkan gelombang serangan udara pada malam hari antara Senin dan Selasa, menandai eskalasi paling mematikan sejak gencatan senjata dimulai pada Januari.

    Runtuhnya gencatan senjata di Gaza ditandai serangan udara Israel itu direspons gerakan Hizbullah Lebanon.

    Hizbullah mengeluarkan pernyataan pada Selasa yang menyiratkan kesiapan gerakan tersebut melakukan serangan kembali ke wilayah Israel pasca runtuhnya gencatan senjata di Gaza yang rapuh sejak Januari.

    Baca selengkapnya >>>

    3. Front Timur Yaman, Medan Perang Baru Kekuatan Regional dan Global: Arab Saudi, UEA hingga Israel

    Konflik regional di Yaman semakin memanas dengan terjadinya pertempuran baru yang melibatkan kekuatan internasional.

    Yaman kini muncul sebagai pemain kunci dalam pergeseran keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut.

    Sanaa telah melanjutkan blokade laut terhadap kapal-kapal yang ditujukan untuk Israel sebagai respons terhadap larangan bantuan ke Gaza.

    Tindakan ini memicu intervensi cepat dari Amerika Serikat, yang meluncurkan serangan udara besar-besaran di beberapa gubernuran Yaman, menyebabkan ratusan korban jiwa.

    Baca selengkapnya >>>

    4. Trump Beri Lampu Hijau ke Israel untuk Serang Gaza Lagi, Kelompok Muslim AS: Hentikan Kegilaan Ini

    Presiden AS Donald Trump memberikan lampu hijau kepada Israel untuk melanjutkan serangan di Jalur Gaza, yang menewaskan sedikitnya 400 orang pada Selasa (18/3/2025) dini hari, menurut sebuah laporan yang dikutip The Independent.

    Serangan udara Israel terbaru ini dinilai sebagai yang paling intens sejak gencatan senjata Israel-Hamas pada 19 Januari lalu.

    Trump memberikan lampu hijau kepada Israel dengan alasan bahwa Hamas gagal menyerahkan para sandera, ujar seorang pejabat Israel kepada The Wall Street Journal.

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengonfirmasi bahwa Trump berkonsultasi dengan Israel terkait serangan mereka di Gaza, demikian disampaikannya kepada Fox News.

    Baca selengkapnya >>>

    (Tribunnews.com)

  • Israel Gelar Operasi Darat di Gaza, Beri Peringatan Terakhir ke Warga Palestina

    Israel Gelar Operasi Darat di Gaza, Beri Peringatan Terakhir ke Warga Palestina

    Gaza

    Israel mengumumkan operasi darat baru di Gaza. Pihak Israel juga mengeluarkan peringatan terakhir kepada penduduk di wilayah Gaza, Palestina.

    Dilansir AFP, Kamis (20/3/2025), peringatan terakhir itu berkaitan dengan pemulangan sandera dan penyingkiran Hamas dari kekuasaan.

    Militer Israel mengatakan telah memulai operasi darat yang ditargetkan di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan. Tujuannya yakni untuk memperluas perimeter keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara utara dan selatan.

    Ketika Israel terus melancarkan pemboman baru meskipun ada seruan dari pemerintah asing untuk mempertahankan gencatan senjata, antrean panjang warga sipil yang melarikan diri memenuhi jalan-jalan di Gaza pada hari Rabu.

    Keluarga dengan anak-anak kecil meninggalkan Gaza utara ke daerah yang lebih jauh ke selatan. Mereka ketakutan setelah Israel mendesak warga sipil untuk meninggalkan daerah yang digambarkannya sebagai zona pertempuran.

    Berbicara kepada penduduk Gaza yang diperintah oleh Hamas sejak 2007, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa ini adalah peringatan terakhir.

    “Ikuti saran presiden Amerika Serikat. Kembalikan para sandera dan singkirkan Hamas, dan pilihan lain akan terbuka untuk Anda, termasuk kemungkinan untuk pergi ke tempat lain di dunia bagi mereka yang menginginkannya,” ucap dia.

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Lagi-lagi Israel Gempur Gaza hingga Para Pejabat Hamas Tewas

    Lagi-lagi Israel Gempur Gaza hingga Para Pejabat Hamas Tewas

    Jakarta

    Lagi-lagi Israel menggempur wilayah Jalur Gaza, Palestina, di Ramadan ini. Akibat serangan itu, para pejabat Hamas tewas seketika.

    Dirangkum detikcom, Rabu (19/3/2025), kelompok Hamas menyatakan sejumlah pejabat mereka tewas dalam gelombang serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza pada Selasa (18/3) yang menewaskan lebih dari 400 orang. Salah satu yang tewas disebut sebagai kepala pemerintahan Hamas di Jalur Gaza yang bernama Essam al-Dalis.

    “Para pemimpin, bersama dengan keluarga mereka, menjadi martir setelah menjadi sasaran langsung oleh pesawat pasukan pendudukan Zionis,” demikian pernyataan Hamas, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya.

    Essam al-Dalis, atau yang disebut juga sebagai Essam Addalees, diyakini merupakan kepala de-facto pemerintahan Hamas di Jalur Gaza.

    Al-Dalis yang merupakan anggota biro politik Hamas di Jalur Gaza, terpilih menjadi salah satu pemimpin kelompok itu sejak Maret 2021 dan menjadi kepala pemerintahan Hamas di Jalur Gaza pada Juni tahun yang sama.

    Pada November 2023, Israel mengklaim telah mengebom sebuah bangunan milik Hamas, saat Al-Dalis ada di dalamnya. Diklaim oleh Tel Aviv pada saat itu bahwa Al-Dalis bersama para tokoh pemimpin Hamas lainnya tewas dalam serangan itu.

    Dalam pernyataannya, Hamas juga menyebut Mahmoud Abu Watfa yang memimpin Kementerian Dalam Negeri Hamas dtewas dalam serangan udara Israel. Watfa, yang disebut sebagai Jenderal Hamas, juga memimpin kepolisian dan dinas keamanan internal Hamas yang ada di Jalur Gaza.

    Petinggi Hamas Tewas

    Foto: Ilustrasi Gaza (REUTERS/Mahmoud Al-Basos).

    Satu lagi petinggi Hamas yang tewas dalam serangan Israel, menurut pernyataan Hamas itu, adalah Bahjat Abu Sultan yang merupakan direktur jenderal pada dinas keamanan internal Hamas.

    Sebelumnya, menurut laporan Reuters dan ynetnews.com, sedikitnya ada lima pejabat senior Hamas yang tewas bersama anggota keluarga mereka dalam serangan udara Israel pada Selasa (18/3).

    Selain Al-Dalis, Watfa dan nama-nama yang disebutkan di atas, ada satu nama lagi yang dilaporkan tewas, yakni Ahmed Al-Hetta yang menjabat Wakil Menteri Kehakiman Hamas ddan Mohammad Al-Jmasi yang merupakan anggota Biro Politik Hamas.

    Selain menewaskan para petinggi Hamas, menurut para saksi mata, serangan-serangan udara Israel juga menghantam rumah-rumah warga dan area perkemahan yang menampung warga sipil Palestina yang mengungsi. Tank-tank Israel bahkan dilaporkan melintasi garis perbatasan Gaza.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya, mengatakan dirinya telah memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Israel bersumpah akan terus bertempur hingga semua sandera yang masih disandera Hamas dan militan sekutunya di Jalur Gaza dibebaskan.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • ‘Lepaskan Pakaian Perbudakan’, Kata-Kata Fenomenal Jubir PIJ Abu Hamza Sebelum Dibunuh Israel – Halaman all

    ‘Lepaskan Pakaian Perbudakan’, Kata-Kata Fenomenal Jubir PIJ Abu Hamza Sebelum Dibunuh Israel – Halaman all

    ‘Lepaskan Pakaian Perbudakan’, Kata-Kata Fenomenal Jubir PIJ Abu Hamza Sebelum Dibunuh Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Jihad Islam Palestina (Palestine Islamic Jihad/PIJ) telah mengonfirmasi identitas sebenarnya juru bicara sayap militernya, Abu Hamza, yang tewas dalam serangan udara Israel pada Selasa (17/3/2025) malam.

    Serangan itu merupakan bagian dari serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian lebih dari 400 warga Palestina, termasuk hampir 200 anak-anak dalam 48 jam terakhir.

    Dalam sebuah pernyataan, gerakan tersebut mengumumkan kalau Abu Hamza adalah Naji Abu Seif.

    Beberapa anggota keluarganya terbunuh bersamanya, termasuk istrinya Shaimaa Abu Seif, saudaranya Ghassan Maher Abu Seif, saudara iparnya Sara Abu Seif, dan anak-anak mereka.

    “Dengan penuh kebanggaan dan kehormatan, Gerakan Jihad Islam di Palestina mengumumkan kepada rakyat Palestina yang agung dan kepada negara-negara Arab dan Islam tentang kesyahidan pemimpin Naji Abu Saif Abu Hamza”, kata PIJ, seraya menambahkan bahwa ia “dibunuh oleh tentara kriminal dalam serangan berbahaya yang juga menargetkan keluarganya dan keluarga saudaranya.”

    Berikut ini beberapa pernyataan fenomenal Abu Hamza yang paling terkenal semasa menjadi juru bicara PIJ, seperti dilansir PC:

     

    ‘Pedang Yerusalem’

    Sejak 2014, Abu Hamza telah menjabat sebagai juru bicara Brigade Al-Quds, sayap militer PIJ.

    Ia dikenal karena penampilannya yang menonjol di media, terutama setelah konfrontasi militer utama dengan Israel.

    Pada bulan Juni 2021, Abu Hamza membuat pernyataan penting setelah Operasi Pedang Yerusalem, nama yang disematkan milisi Palestina untuk perlawanan terhadap serangan Israel di Jalur Gaza yang terkepung antara 11 dan 21 Mei 2021.

    Serangan selama 11 hari tersebut mengakibatkan tewasnya lebih dari 260 warga Palestina di Gaza, dan sedikitnya 2.000 lainnya terluka.

    Selama periode ini, kelompok perlawanan Palestina menembakkan roket ke arah Yerusalem untuk pertama kalinya, mengejutkan Israel dengan jangkauannya, yang melumpuhkan bandara dan transportasi Israel.

    Untuk pertama kalinya, warga Palestina di Israel juga ikut serta dalam pertempuran tersebut.

    Saat itu Abu Hamza menegaskan:

    “Brigade Al-Quds akan terus melanjutkan operasinya terhadap lokasi pendudukan Israel kapan saja. Perlawanan Palestina tidak akan tunduk pada tekanan atau ancaman apa pun. Perjuangan kami terus berlanjut dan tak tergoyahkan.”

    ‘Pertempuran Balas Dendam dan Harga Diri’

    Pada tanggal 7 Oktober 2023, milisi Perlawanan Palestina melancarkan Banjir Al-Aqsa, serangan mendadak berskala besar yang melibatkan tembakan roket ke wilayah Israel dan infiltrasi oleh pejuang Palestina melintasi pagar yang memisahkan Gaza dari Israel selatan.

    “Hari ini, kita telah memulai pertempuran balas dendam dan harga diri. Kita berada di tengah-tengah perang menyeluruh dengan musuh Zionis, dan ini baru permulaan,” kata Abu Hamza pada kesempatan itu.

    Pada hari yang sama, Israel melancarkan perang genosida di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan hampir 50.000 warga Palestina dan melukai banyak lagi, serta menyebabkan kerusakan luas di Jalur Gaza yang terkepung.

    ‘Tidak Ada Alasan’

    Selama Ramadan pertama di bawah genosida, pada 2 Maret 2024, Abu Hamza menyampaikan pesan yang kuat kepada dunia Muslim dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di saluran Telegram Brigade Al-Quds.

    “Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mengabaikan pertempuran yang kita lakukan atas nama negara Islam, terutama mereka yang memiliki tentara, pesawat, dan artileri,” kata Abu Hamza, seraya menambahkan:

    “Bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk mengerahkan artileri kalian seperti orang-orang bebas di Yaman, Lebanon, dan Irak? Bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk menanggalkan jubah perbudakan dan kehinaan terhadap Amerika, Setan Besar, dan mengikuti contoh dari orang-orang yang terhormat?”

    “Kami katakan kepada bangsa Arab dan umat Islam, sebagaimana kalian menghadap Allah dengan salat wajib dan puasa, menghadaplah Palestina dengan senjata dan kewajiban jihad,” lanjutnya.

    ‘Mitra dalam Takdir’

    Abu Hamza selalu menegaskan pentingnya persatuan di medan perang, di mana semua gerakan perlawanan harus bekerja sama.

    “Biarkan musuh tahu bahwa kita bersama Lebanon, Yaman, dan Irak—satu front dalam damai dan perang, mitra dalam takdir dan pengambilan keputusan,” katanya.

    “Mahkota di Kepala Kita”

    Berbicara kepada rakyat Palestina, mendiang juru bicara militer tersebut mengatakan: “Kalian adalah simbol martabat, kebanggaan, dan mahkota kepala kami, dan kami tidak akan melepaskan hak-hak kalian, tidak peduli seberapa besar kami berbagi rasa sakit dan luka dengan kalian.

    “Kita mampu meneruskan pertempuran ini, tidak peduli berapa lama itu berlangsung,” pungkas Abu Hamza.

    “Tidak Lain Selain Perlawanan”

    Menyikapi masalah Gaza pasca perang, Abu Hamza mengirim pesan yang jelas kepada Israel:

    “Pesan kami kepada musuh dan pemimpin gerombolan, Netanyahu, adalah bahwa masalah hari berikutnya di Gaza ditentukan tidak lain oleh perlawanan Palestina.”

    Menghadapi Musuh

    Pada tanggal 22 Januari, dalam pernyataan tertulis tiga hari setelah gencatan senjata dicapai, Abu Hamza menolak gagasan bahwa perang Israel di Gaza merupakan reaksi terhadap operasi militer tunggal.

    Sebaliknya, ia berpendapat hal itu mencerminkan kebijakan perang dan genosida jangka panjang Israel terhadap rakyat Palestina.

    “Kami memulai pertempuran ini dengan percaya kepada Tuhan, meninggalkan rumah, keluarga, dan harta benda kami, sepenuhnya menyadari beratnya tanggung jawab yang kami dan rakyat kami tanggung,” katanya.

    Menyoroti aliansi yang lebih luas dalam perjuangan ini, ia menyatakan:

    “Kami menghadapi pendudukan bersama sekelompok orang beriman di Yaman, Lebanon, Irak, dan Iran atas nama 1,5 miliar Muslim.”

    Secara langsung menanggapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, ia menambahkan:

    “Sejak awal, motto kami adalah: tidak peduli berapa lama perang ini berlangsung, kami siap menghadapinya.”

    Face To Face

    Abu Hamza menekankan bahwa pejuang Palestina telah terlibat konfrontasi langsung dengan pasukan Israel sepanjang perang.

    “Semua orang menyaksikan bagaimana kami berhadapan langsung dengan tank musuh, menunjukkan klaim sah kami atas tanah tersebut,” katanya.

    “Sejak tank pertama memasuki Gaza, para pejuang kami berada di lapangan, muncul dari terowongan dan posisi tempur untuk mengusir penjajah menggunakan aset tempur.”

    Abu Hamza menguraikan bagaimana operasi perlawanan berlanjut hingga saat-saat terakhir sebelum gencatan senjata, dan menganggap ketahanan mereka berkat persiapan selama bertahun-tahun.

    “Musuh mengantisipasi penyerahan kami dengan bendera putih tetapi hanya menemukan spanduk hitam dan kematian di medan perang Gaza.”

    “Militer Israel gagal melenyapkan perlawanan, menyelamatkan tawanan, atau mencapai tujuan apa pun selain penghancuran dan kepunahan,” imbuhnya.

    “Pilar-Pilar Tanah Ini”

    Abu Hamza berpendapat bahwa meskipun kekuatan militernya sangat besar, Israel telah gagal mencapai tujuannya.

    Ia menunjuk ketahanan Palestina sebagai ciri khas perang:

    “Salah satu ciri paling menonjol dari pertempuran ini adalah ketangguhan legendaris rakyat Palestina yang hebat, yang memberikan contoh yang tak tertandingi dalam hal perjuangan dan keteguhan.”

    Akhirnya, ia berbicara langsung kepada rakyat Palestina:

    “Kalian adalah pilar negeri ini dan landasan setiap harapan. Tanpa keteguhan kalian, perlawanan tidak akan ada, dan kita tidak akan mencapai keberhasilan ini.”
    (Kronik Palestina)