Negara: Jalur Gaza

  • Pasokan Makanan ke Gaza Masih Jauh dari Target

    Pasokan Makanan ke Gaza Masih Jauh dari Target

    Jakarta

    Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) PBB mengatakan pada Selasa (21/10) bahwa pasokan makanan ke Gaza yang seharusnya adalah 2.000 ton per hari, masih jauh dari target.

    Sejak terjadinya gencatan senjata yang dimediasi AS, pasokannya mulai meningkat, tetapi tetap belum cukup.

    Target itu belum terpenuhi karena saat ini hanya dua jalur perbatasan yang dibuka, dan tidak ada yang menuju wilayah utara Gaza yang dilanda kelaparan. Dua jalur perbatasan yang dikendalikan Israel itu adalah Kerem Shalom di selatan dan Kissufim di tengah.

    WFP mengatakan sekitar 750 ton makanan kini masuk ke Jalur Gaza setiap hari, tetapi jumlah ini masih jauh dari kebutuhan setelah terjadinya dua tahun konflik antara Israel dan Hamas. Situasi ini telah mengubah sebagian besar wilayah Gaza menjadi gurun dan membuat hampir seluruh penduduknya kehilangan tempat tinggal.

    “Untuk bisa mencapai peningkatan pasokan sebesar ini, saat ini kami harus memanfaatkan setiap pos perbatasan yang ada,” kata juru bicara WFP, Abeer Etefa, dalam konferensi pers di Jenewa.

    Etefa menjelaskan, beberapa pasokan gizi untuk anak-anak dan ibu hamil telah mencapai wilayah utara melalui jalur selatan, tetapi jumlahnya masih jauh dari yang dibutuhkan.

    “Kami belum melakukan konvoi berskala besar ke Kota Gaza atau ke wilayah utara Gaza,” ujarnya.

    Banyak warga Gaza menyimpan makanan yang mereka terima karena khawatir pasokan bisa habis lagi.

    “Mereka memakan sebagian, kemudian membagi dan menyimpan sebagiannya untuk keadaan darurat, karena mereka tidak yakin berapa lama gencatan senjata akan bertahan dan apa yang akan terjadi selanjutnya,” katanya.

    Jalur perbatasan perlu dibuka untuk menambah pusat distribusi makanan

    Sejauh ini, 26 dari 145 pusat distribusi yang direncanakan di wilayah pesisir yang sebelumnya diblokade telah dibuka, dan semuanya berada di Gaza bagian selatan atau tengah.

    WFP menambahkan bahwa sulit membuka pusat distribusi makanan lebih banyak dan lebih cepat karena situasi di Gaza mengalami kehancuran parah dan banyak tumpukan reruntuhan di jalan. Untuk bisa menyalurkan makanan ke utara, sangat penting membuka jalur perbatasan terdekat.

    Namun, Etefa mencatat bahwa sejak gencatan senjata, tidak ada laporan pembajakan truk, baik oleh orang-orang yang kelaparan maupun kelompok bersenjata.

    “Orang-orang sekarang sedikit lebih optimistis bahwa makanan akan dikirim dan semua orang akan terpenuhi kebutuhannya, meski masih berhati-hati,” ujarnya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Prita Kusumaputri

    Editor: Rizki Nugraha


    (ita/ita)

  • Putra Mahkota Saudi Akan Bertemu Trump di Gedung Putih, Bahas Apa?

    Putra Mahkota Saudi Akan Bertemu Trump di Gedung Putih, Bahas Apa?

    Washington DC

    Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), akan berkunjung ke Amerika Serikat (AS) dan bertemu Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada November mendatang. Apa yang menjadi fokus pembicaraan keduanya?

    Rencana pertemuan MBS dan Trump itu, seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (22/10/2025), terungkap dalam berbagai laporan media AS yang dirilis pada Selasa (21/10) waktu setempat.

    Disebutkan media-media lokal AS bahwa pertemuan kedua pemimpin itu dijadwalkan pada 18 November mendatang.

    Pertemuan tersebut terjadi di tengah upaya Saudi untuk mewujudkan pakta pertahanan dengan AS, dengan seorang sumber anonim yang dikutip Bloomberg menuturkan bahwa MBS dan Trump diperkirakan akan menandatangani serangkaian perjanjian terkait AI, pertahanan, kerja sama nuklir, dan perdagangan.

    CBS News secara terpisah melaporkan bahwa kedua pemimpin kemungkinan akan membahas kerja sama militer dan intelijen selama pertemuan mereka.

    Gedung Putih belum memberikan tanggapan langsung atas laporan-laporan tersebut. Otoritas Riyadh juga belum memberikan komentarnya.

    Pada Jumat (17/10) lalu, Trump mengatakan bahwa para pejabat Saudi telah memberitahu dirinya “baru-baru ini seperti baru kemarin” jika mereka bersedia untuk bergabung dengan serangkaian perjanjian normalisasi yang ditandatangani negara-negara mayoritas Muslim dengan Israel selama masa jabatan pertamanya, yang dikenal sebagai Perjanjian Abraham atau Abraham Accords.

    “Saya berharap Arab Saudi ikut serta, dan saya berharap negara-negara lainnya juga ikut serta. Saya pikir ketika Arab Saudi ikut serta, semuanya akan ikut serta,” kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.

    Pernyataan Trump itu disampaikan setelah gencatan senjata, yang didasarkan atas 20 poin rencana perdamaian usulan Trump, mulai diberlakukan di Jalur Gaza pada 10 Oktober lalu. Pemberlakuan gencatan senjata Gaza itu memberikan peluang diplomatik bagi Trump untuk memperluas perjanjian tersebut.

    Hubungan global yang dimiliki Israel merosot tajam selama dua tahun perang Gaza berkecamuk, karena beberapa negara menurunkan level hubungan, atau bahkan memutuskan hubungan sepenuhnya, seiring dengan meningkatnya bukti kejahatan perang secara sistematis.

    Negara-negara lainnya memilih untuk secara resmi mengakui negara Palestina, termasuk beberapa sekutu utama AS di kawasan Eropa bagian barat.

    Tonton juga video “Trump Batal Bertemu Putin: Saya Tak Ingin Buang-buang Waktu” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Klaim Pukul Telak Kelompok yang Kerja Sama dengan Israel

    Hamas Klaim Pukul Telak Kelompok yang Kerja Sama dengan Israel

    Gaza City

    Kelompok Hamas mengklaim pasukan keamanannya telah “memberikan pukulan telak” terhadap sebuah kelompok bersenjata di Jalur Gaza, yang mereka tuduh bekerja sama dengan Israel.

    Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (22/10/2025), Hamas menyebut pasukan keamanan Radea, yang merupakan bagian kelompoknya, telah melancarkan “operasi pada Selasa (21/10) dini hari di Jalur Gaza bagian selatan, menargetkan milisi Yasser Abu Shabab, buronan Hamas”.

    Hamas menambahkan bahwa pasukannya juga menangkap “sejumlah anggota” Pasukan Populer Abu Sahbab dalam operasi tersebut dan menyita “peralatan dan perlengkapan militer yang digunakan dalam aktivitas subversif mereka”.

    Pernyataan Hamas itu menambahkan bahwa operasi tersebut dilakukan “sebagai bagian dari operasi pencegahan yang sedang berlangsung terhadap sarang-sarang pengkhianatan”.

    Hamas baru-baru ini membentuk unit pasukan Radea, yang namanya berarti “pencegahan”, dan diklaim bertujuan untuk “menegakkan ketertiban”.

    Bentrokan pecah pada awal pekan lalu di area Shujaiya, Kota Gaza, antara pasukan keamanan Radea dan beberapa kelompok bersenjata lokal, termasuk kelompok Yasser Abu Shabab, yang dituduh oleh Hamas, telah melakukan penjarahan dan menerima senjata dari Israel.

    Pasukan Populer Abu Shabab awalnya beroperasi di Provinsi Rafah, bagian selatan Jalur Gaza, dan dituduh melakukan penjarahan terhadap bantuan kemanusiaan.

    Pada Juli lalu, Abu Shabab mengklaim kelompoknya dapat bergerak bebas di zona-zona yang berada di bawah kendali militer Israel di Jalur Gaza, dan telah mengomunikasikan operasi-operasi mereka sebelum dilancarkan.

    Otoritas Israel sendiri mengakui pada bulan Juni lalu bahwa mereka telah mempersenjatai geng-geng Palestina yang menentang Hamas, tanpa secara langsung menyebut nama geng yang dipimpin Abu Shabab.

    Sejak gencatan senjata Gaza berlangsung pada 10 Oktober lalu, Hamas berupaya menegaskan kembali kehadiran kelompoknya di lapangan dan menegaskan kembali kendalinya atas daerah kantong Palestina yang hancur tersebut.

    Pekan, saluran televisi resmi Hamas menayangkan gambar-gambar yang disebutnya sebagai eksekusi mati delapan “kolaborator” yang ditembak di depan kerumunan orang di jalanan Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza.

    Tonton juga video “Berton-ton Makanan Sulit Masuk Gaza gegara Israel Batasi Akses” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Ancam Musnahkan Hamas Jika Langgar Gencatan Senjata

    Trump Ancam Musnahkan Hamas Jika Langgar Gencatan Senjata

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya akan memberikan kesempatan kepada kelompok Hamas untuk menghormati kesepakatan gencatan senjata Gaza. Namun, Trump juga memperingatkan jika Hamas gagal menghormati kesepakatan, maka kelompok itu akan “dimusnahkan”.

    “Kita membuat kesepakatan dengan Hamas bahwa mereka akan bersikap sangat baik, mereka akan berperilaku baik, mereka akan bersikap baik,” kata Trump saat berbicara dengan wartawan di Gedung Putih, seperti dilansir AFP, Selasa (21/10/2025).

    “Dan jika mereka tidak demikian, kita akan pergi dan memusnahkan mereka, jika perlu. Mereka akan dimusnahkan, dan mereka mengetahui hal itu,” ucap Trump dalam pernyataan pada Senin (20/10) waktu setempat.

    Pernyataan Trump tersebut disampaikan ketika dua utusan utama AS bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, setelah rentetan kekerasan pada akhir pekan mengancam akan meruntuhkan gencatan senjata yang rapuh di Jalur Gaza.

    Lebih lanjut, Trump menegaskan bahwa pasukan militer AS tidak akan terlibat langsung dalam melawan Hamas. Dia mengatakan bahwa puluhan negara, yang telah menyetujui untuk bergabung dengan pasukan stabilisasi internasional untuk Jalur Gaza, akan “senang hati untuk masuk” ke wilayah tersebut.

    “Selain itu, Israel akan masuk dalam dua menit, jika saya meminta mereka untuk masuk.” ujar Trump dalam pernyataannya.

    “Tetapi saat ini, kita belum mengatakan itu. Kita akan memberinya sedikit kesempatan, dan semoga kekerasan yang terjadi akan sedikit berkurang. Tetapi saat ini, Anda tahu, mereka adalah orang-orang yang kejam,” sebutnya.

    Trump mengatakan bahwa Hamas sekarang jauh lebih lemah, terutama mengingat pendukung regionalnya, Iran, saat ini tidak mungkin ikut turun tangan setelah serangan-serangan Israel dan AS pada Juni lalu.

    Gencatan senjata Gaza terancam kolaps setelah serangan mematikan melanda pasukan Israel di area Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, pada Minggu (19/10). Militer Israel, seperti dilansir The Times of Israel, melaporkan dua tentaranya tewas dan tiga orang lainnya luka-luka akibat serangan tersebut.

    Tel Aviv menyalahkan Hamas sebagai dalang di balik serangan tersebut, yang mereka sebut sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan gencatan senjata”.

    Namun Hamas menyebut serangan itu terjadi di area yang berada di bawah kendali Israel, di mana mereka mengklaim tidak ada kontak dengan anggota mereka selama berbulan-bulan.

    Sejak serangan mematikan itu terjadi, Israel menggempur area Rafah pada Minggu (19/10) pagi, dengan menurut sumber militer setempat, lebih dari 20 target diserang oleh pasukan Israel.

    Serangan-serangan Israel itu, menurut data sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 44 orang di beberapa wilayah Jalur Gaza.

    Simak juga Video Trump Peringatkan Hamas Jika Langgar Perjanjian: Kami Akan Bertindak

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Bilang Israel Harus Bantu Palestina Usai Perang Gaza

    AS Bilang Israel Harus Bantu Palestina Usai Perang Gaza

    Washington DC

    Utusan Amerika Serikat (AS) Jared Kushner mengatakan bahwa Israel harus membantu Palestina untuk “berkembang” jika ingin mencapai integrasi regional setelah perang Gaza berakhir. Kushner menegaskan Washington terus mengupayakan agar Israel dan Palestina bisa hidup berdampingan dalam damai.

    Kushner, yang juga merupakan menantu Presiden Donald Trump, seperti dilansir AFP, Senin (20/10/2025), turut terlibat dalam upaya mediasi gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas.

    Dia juga membantu menengahi kesepakatan-kesepakatan penting selama masa jabatan pertama Trump, yang memungkinkan beberapa negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel.

    “Pesan terbesar yang kami coba sampaikan kepada para pemimpin Israel sekarang adalah bahwa setelah perang berakhir, jika Anda ingin mengintegrasikan Israel dengan Timur Tengah yang lebih luas, Anda harus mencari cara untuk membantu rakyat Palestina berkembang dan menjadi lebih baik,” kata Kushner dalam wawancara dengan CBS News, yang ditayangkan pada Minggu (19/10).

    Wawancara itu dilakukan sebelum serangan terbaru Israel menghantam Jalur Gaza pada Minggu (19/10) waktu setempat, menyusul tuduhan yang dilontarkan Tel Aviv bahwa Hamas telah melanggar gencatan senjata dengan menyerang tentara-tentaranya.

    Dalam wawancara dengan CBS News, Kusher mengatakan bahwa situasinya masih “sangat sulit”, tetapi dirinya mengupayakan “keamanan bersama dan peluang ekonomi” untuk menjamin agar warga Israel dan Palestina “dapat hidup berdampingan secara damai dan berkelanjutan”.

    Kushner, pada Senin (20/10), kembali ke Israel bersama Utusan Khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dalam kunjungan yang diperkirakan akan diwarnai pertemuan dengan para pejabat pemerintah Tel Aviv.

    Merujuk pada situasi di Jalur Gaza sejak gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober lalu, Kushner mengatakan: “Hamas saat ini sedang melakukan persis seperti yang diperkirakan dari sebuah organisasi teroris, yaitu mencoba membangun kembali (kelompoknya) dan merebut kembali posisi mereka.”

    Namun dia berpendapat jika ada “alternatif yang layak” muncul, maka “Hamas akan gagal, dan Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi Israel di masa depan.”

    Ketika ditanya mengenai prospek negara Palestina — yang kini diakui oleh sebagian besar negara di seluruh dunia tetapi tidak diakui oleh AS dan Israel, Kushner mengatakan “masih terlalu dini untuk mengatakannya”.

    Tonton juga video “Israel Serang Gaza, Trump Sebut Gencatan Senjata Masih Berlaku” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Teleponan, Putra Mahkota Arab Saudi-Macron Bahas Gaza

    Teleponan, Putra Mahkota Arab Saudi-Macron Bahas Gaza

    Jakarta

    Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman berbicara melalui telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk membahas situasi di Jalur Gaza. Keduanya juga membahas upaya-upaya yang lebih luas untuk memajukan perdamaian Timur Tengah.

    Kantor berita Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA) melaporkan bahwa kedua pemimpin “membahas perkembangan terbaru di Jalur Gaza dan upaya yang dilakukan untuk mengakhiri perang di wilayah tersebut serta meningkatkan keamanan dan stabilitas di Timur Tengah.”

    Mereka “menekankan perlunya segera meringankan penderitaan kemanusiaan rakyat Palestina dan mencapai penarikan penuh Israel,” lapor SPA, dilansir Al Arabiya, Senin (20/10/2025).

    Mereka juga sepakat tentang pentingnya mengambil langkah-langkah praktis menuju “perdamaian yang adil” berdasarkan solusi dua negara.

    SPA menambahkan bahwa percakapan telepon pada Minggu (19/10) waktu setempat tersebut juga membahas kerja sama Saudi-Prancis yang sedang berlangsung di berbagai bidang dan isu-isu lain yang menjadi kepentingan bersama.

    (ita/ita)

  • Israel Ancam Hamas Akan ‘Bayar Mahal’ Jika Serang Tentaranya di Gaza

    Israel Ancam Hamas Akan ‘Bayar Mahal’ Jika Serang Tentaranya di Gaza

    Tel Aviv

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, memperingatkan bahwa kelompok Hamas akan “membayar harga mahal” jika melancarkan serangan terhadap pasukan Israel di Jalur Gaza.

    Katz, seperti dilansir AFP dan The Times of Israel, Senin (20/10/2025), menegaskan bahwa Angkatan Bersenjata Israel (IDF), atau militer Israel, akan merespons dengan tegas jika Hamas melancarkan serangan-serangan yang melanggar gencatan senjata Gaza.

    “Hamas akan belajar hari ini dengan cara yang sulit bahwa IDF bertekad untuk melindungi tentara-tentaranya dan mencegah bahaya apa pun terhadap mereka,” kata Katz dalam pernyataannya pada Minggu (19/10) waktu setempat.

    Peringatan itu disampaikan Katz setelah serangan mematikan melanda pasukan Israel yang ada di area Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, pada Minggu (19/10). Militer Israel melaporkan dua tentaranya tewas dan tiga orang lainnya luka-luka akibat serangan tersebut.

    Tel Aviv menyalahkan Hamas sebagai dalang di balik serangan tersebut, yang disebut sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan gencatan senjata”. Namun Hamas menyebut serangan itu terjadi di area yang berada di bawah kendali Israel, di mana mereka mengaku tidak ada kontak dengan anggota mereka selama berbulan-bulan.

    Katz mengatakan bahwa dirinya telah menginstruksikan militer Israel untuk “bertindak tegas terhadap target-target teror Hamas di Gaza”. Israel telah menggempur area Rafah pada Minggu (19/10) pagi, dengan menurut sumber militer setempat, lebih dari 20 target telah diserang oleh pasukan Tel Aviv.

    “Hamas akan membayar harga yang mahal untuk setiap tembakan dan setiap pelanggaran terhadap gencatan senjata,” tegas Katz dalam pernyataannya.

    “Jika pesan ini tidak dipahami, respons kami akan semakin parah,” ujarnya memperingatkan Hamas.

    Militer Israel, pada Minggu (19/10), seperti dilansir CNN, melancarkan rentetan serangan di wilayah Jalur Gaza setelah menuduh Hamas melancarkan serangan yang menewaskan dua tentara IDF di wilayah tersebut. Kedua tentara Israel yang tewas diidentifikasi sebagai Mayor Yaniv Kula dan Sersan Staf Itay Yavetz.

    Kematian itu menandai pertama kalinya tentara Israel tewas di Jalur Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober lalu.

    Serangan-serangan terbaru Israel itu, menurut data sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 44 orang di beberapa wilayah Jalur Gaza pada Minggu (19/10) waktu setempat.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Serangan Baru Israel ke Gaza Tewaskan 45 Orang

    Serangan Baru Israel ke Gaza Tewaskan 45 Orang

    GELORA.CO -Pasukan Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah selatan Jalur Gaza pada Minggu, 19 Oktober 2025. Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas tembakan roket dan peluncur granat dari kelompok bersenjata Palestina di kota Rafah.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, segera menggelar rapat darurat dengan para pejabat keamanan. Ia memerintahkan militer untuk mengambil langkah tegas terhadap setiap pelanggaran gencatan senjata. Namun, Netanyahu menegaskan bahwa langkah ini tidak berarti Israel akan kembali berperang secara penuh.

    Sementara itu, badan pertahanan sipil Gaza yang dikelola Hamas dan rumah sakit setempat melaporkan bahwa serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 45 orang. Jumlah korban ini memperbarui data sebelumnya yang sudah cukup tinggi akibat rentetan serangan selama beberapa hari terakhir.

    “Setidaknya 45 orang tewas akibat serangan udara Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza,” kata Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Hamas, dikutip dari Times of Israel, Senin, 20 Oktober 2025.

    Israel kini mengancam akan menutup perlintasan Rafah di perbatasan Gaza–Mesir sampai Hamas menyerahkan sisa jenazah 28 sandera yang diyakini telah tewas. Dalam sepekan terakhir, Hamas telah menyerahkan 13 jenazah, sebagian besar sudah diidentifikasi sebagai sandera Israel. Sebaliknya, Israel juga mengembalikan sekitar 150 jenazah warga Palestina ke Gaza, meski banyak di antaranya sulit dikenali karena kondisi tubuh yang rusak parah.

    Dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata, kedua pihak telah menukar 20 sandera hidup dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina. Tahap berikutnya akan membahas pelucutan senjata Hamas, penarikan pasukan Israel dari beberapa wilayah Gaza, serta pembentukan pemerintahan sementara yang didukung komunitas internasional untuk mengelola wilayah yang porak poranda akibat perang.

    Sementara itu, Hamas menolak tuduhan Amerika Serikat yang menuding kelompok tersebut berencana melancarkan serangan baru terhadap warga Gaza sendiri. Hamas menyebut tuduhan itu sebagai “fitnah politik” dan balik menuduh Israel justru mendukung kelompok bersenjata di wilayah yang dikuasai militernya. Pejuang Hamas juga dilaporkan mengeksekusi sejumlah orang yang dituduh menjarah bantuan dan bekerja sama dengan Israel

  • Gencatan Senjata Bubar! Israel Kembali Serbu Gaza, Turunkan Jet-Meriam

    Gencatan Senjata Bubar! Israel Kembali Serbu Gaza, Turunkan Jet-Meriam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Israel (IDF) mengonfirmasi telah melancarkan serangan udara di kota Rafah, Gaza selatan, pada Minggu (19/10/2025) malam, sebagai balasan langsung terhadap serangan yang dilancarkan oleh militan Palestina. Aksi saling serang ini terjadi di tengah kesepakatan gencatan senjata sementara yang rapuh, memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi lebih lanjut.

    Militer Israel menyatakan serangan ini merupakan respons setelah pasukannya yang beroperasi di wilayah tersebut diserang, di mana mereka tengah berupaya menghancurkan infrastruktur kelompok militan. Mereka juga menuding militan melanggar perjanjian yang ada.

    “Hari ini, teroris menembakkan rudal anti-tank dan melepaskan tembakan ke infrastruktur IDF yang beroperasi untuk menghancurkan infrastruktur teroris di wilayah Rafah sesuai dengan ketentuan perjanjian,” kata militer Israel dikutip AFP.

    Tel Aviv kemudian mengklaim serangan tersebut jelas bertujuan untuk menghilangkan sumber ancaman. Mereka juga memberikan peringatan agar Hamas tidak melanggar kesepakatan yang telah disepakati.

    “IDF merespons dengan serangan udara oleh jet tempur dan tembakan artileri, menargetkan wilayah Rafah untuk menetralisir ancaman dan menghancurkan beberapa terowongan operasional serta struktur militer di mana aktivitas teroris terdeteksi,” tambah militer.

    Insiden ini sekali lagi menguji ketahanan kesepakatan gencatan senjata yang ada, yang merupakan buah dari negosiasi intensif dan berulang kali yang dimediasi oleh pihak ketiga, seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat. Perjanjian ini dirancang terutama untuk tujuan kemanusiaan ini memungkinkan masuknya bantuan penting ke Gaza dan memfasilitasi pertukaran tawanan Israel dengan tahanan Palestina.

    Namun, sifat konflik yang mendasar dan kepentingan taktis yang saling bertentangan sering kali membuat implementasi penuh dari perjanjian tersebut sangat sulit dan rentan terhadap pelanggaran sporadis.

    Di lapangan, gencatan senjata kedua pihak selalu berada di bawah bayang-bayang eskalasi, di mana setiap tembakan artileri atau serangan rudal cepat dianggap sebagai pemicu untuk aksi balasan. Kondisi ini menempatkan mediator internasional pada posisi yang sulit, terus-menerus berjuang untuk mencegah insiden lokal berkembang menjadi perang skala penuh.

    Ketegangan di Rafah ini merupakan bagian dari konteks konflik yang lebih luas antara Israel dan kelompok militan Hamas yang meletus kembali sejak Oktober 2023. Perang ini dipicu oleh serangan lintas batas Hamas dan segera diikuti oleh operasi militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza. Sejak dimulainya konflik, sebanyak 67 ribu warga sipil Palestina tewas.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Korban Tewas Akibat Serangan Terbaru Israel di Gaza Bertambah Jadi 45 Orang

    Korban Tewas Akibat Serangan Terbaru Israel di Gaza Bertambah Jadi 45 Orang

    Jakarta

    Badan Pertahanan Sipil melaporkan jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di wilayah Gaza saat gencatan senjata masih berlangsung. Gempuran terbaru Isral menewaskan 45 orang.

    Dilansir AFP, Senin (20/10/2025), serangan Israel itu terjadi pada Minggu (19/10) waktu setempat. Serangan tersebut itu dilancarkan saat gencatan senjata di Gaza baru berumur sembilan hari. Militer Israel mengatakan telah menyerang puluhan target Hamas di Jalur Gaza karena Israel dan Hamas saling menuduh melanggar gencatan senjata.

    “Setidaknya 45 orang tewas akibat serangan udara Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza,” kata Juru Bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal.

    Empat rumah sakit di Gaza mengonfirmasi jumlah korban tewas kepada AFP dengan mengatakan mereka telah menerima korban tewas dan luka-luka.

    Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat melaporkan 24 orang tewas dan 73 orang luka-luka akibat beberapa serangan di Gaza tengah.

    Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan menerima 12 korban tewas akibat pemboman di dekatnya, sementara Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis melaporkan lima korban tewas, dan Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza mengonfirmasi empat korban tewas.

    Seorang perempuan dan dua anak tewas ketika serangan pesawat tak berawak menghantam sebuah tenda yang menampung para pengungsi di dekat Kota Asdaa, utara Khan Yunis. Dua orang, termasuk seorang jurnalis, tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan Israel di bagian barat kota Zuwaida di Gaza tengah.

    Dalam serangan lain, dua orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka ketika serangan Israel menghantam sebuah tenda di area Klub Al-Ahli di Nuseirat, tengah. Dua orang lagi tewas dalam serangan udara Israel di Jabalia timur, Jalur Gaza utara, tambahnya.

    Satu orang tewas dalam serangan terhadap sebuah apartemen di sebuah gedung di Kota Gaza bagian barat. “Yang lainnya meninggal dunia pada Minggu sore akibat luka-luka yang diderita dalam serangan tersebut,” kata Bassal.

    Militer Israel mengatakan kepada AFP bahwa mereka sedang memeriksa laporan korban. Pada Minggu (19/10) sore, militer Israel mengatakan telah melanjutkan penegakan gencatan senjata di Gaza.

    (ygs/ygs)