Negara: Jalur Gaza

  • Tegaskan Solidaritas untuk Palestina, PMII Masih Serukan Boikot

    Tegaskan Solidaritas untuk Palestina, PMII Masih Serukan Boikot

    Jakarta: Gelombang solidaritas untuk Palestina terus bergulir di Indonesia. Terbaru, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menyerukan aksi boikot terhadap 25 merek global yang dinilai memiliki afiliasi dengan Israel. 

    Seruan tegas ini disampaikan dalam forum ‘Ngaji Pergerakan’ yang digelar di Sekretariat PB PMII, Jakarta, pada Selasa, 25 Maret 2025. Aksi ini sebagai bentuk respons atas meningkatnya agresi Israel di Jalur Gaza selama bulan Ramadan.

    “Di saat kita sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan, terjadi kembali serangan Israel terhadap saudara-saudara kita di Jalur Gaza,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar PMII, M. Irkham Tamrin. 

    Irkham pun menyayangkan tindakan Israel yang dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas di Gaza yang berlaku sejak 15 Januari 2025.

    “Rasa solidaritas kami langsung terbangun. Kami mengajak kita semua untuk sama-sama mengecam kejahatan ini dan memboikot produk-produk yang mendukung kejahatan ini,” ucap Irkham menegaskan. 

     

    Menurutnya, boikot ini bukan sekadar aksi simbolis, melainkan langkah konkret untuk memberikan tekanan ekonomi kepada perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan Israel.

    PMII telah mengkaji dan menetapkan daftar 25 merek yang dinilai berkontribusi terhadap ekonomi Israel dengan mempertimbangkan kriteria yang disebutkan dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023. Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Arif Fahruddin, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu pun mendukung gerakan ini dan menyebutnya sebagai bagian dari ijtihad yang memiliki nilai pahala. Menurut Arif, seruan tersebut sejalan dengan MUI perihal kewajiban bagi umat Islam untuk ikut serta dalam gerakan boikot produk-produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel. 

    Lebih lanjut, Irkham menjelaskan bahwa daftar 25 merek layak boikot itu sudah melalui kajian dan diskusi, baik di internal PMII maupun dengan berbagai pihak lain. PMII menggunakan lima kriteria produk terafiliasi Israel dari MUI, seperti (1) saham mayoritas dan pengendali berafiliasi dengan Israel; (2) pemegang saham pengendali adalah entitas asing dengan bisnis aktif di Israel; (3) pengendali perusahaan mendukung politik genosida dan agresi Israel; (4) nilai produsen bertentangan dengan nilai luhur agama, Pancasila, dan UUD 1945, seperti LGBT, terorisme, ultraliberalisme); (5) perusahaan dan induk globalnya mempertahankan investasi di Israel.

    Daftar boikot PMII mencakup berbagai kategori produk yang sering dikonsumsi masyarakat. Termasuk minuman soft drink, air minum dalam kemasan, susu, cokelat, biskuit, bumbu masak, shampo, pasta gigi, dan produk kategori rumah tangga.

    “Kami mengeluarkan daftar boikot dan mendesak umat Islam di seluruh Indonesia, dari kota hingga desa, dari anak-anak hingga orang dewasa, untuk bersatu memboikot produk-produk global yang kami identifikasi berkontribusi pada perekonomian Israel dan kebijakan luar negeri negara-negara Barat,” kata Irkham.

    Jakarta: Gelombang solidaritas untuk Palestina terus bergulir di Indonesia. Terbaru, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menyerukan aksi boikot terhadap 25 merek global yang dinilai memiliki afiliasi dengan Israel. 
     
    Seruan tegas ini disampaikan dalam forum ‘Ngaji Pergerakan’ yang digelar di Sekretariat PB PMII, Jakarta, pada Selasa, 25 Maret 2025. Aksi ini sebagai bentuk respons atas meningkatnya agresi Israel di Jalur Gaza selama bulan Ramadan.
     
    “Di saat kita sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan, terjadi kembali serangan Israel terhadap saudara-saudara kita di Jalur Gaza,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar PMII, M. Irkham Tamrin. 

    Irkham pun menyayangkan tindakan Israel yang dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas di Gaza yang berlaku sejak 15 Januari 2025.
     
    “Rasa solidaritas kami langsung terbangun. Kami mengajak kita semua untuk sama-sama mengecam kejahatan ini dan memboikot produk-produk yang mendukung kejahatan ini,” ucap Irkham menegaskan. 
     
     

     
    Menurutnya, boikot ini bukan sekadar aksi simbolis, melainkan langkah konkret untuk memberikan tekanan ekonomi kepada perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan Israel.
     
    PMII telah mengkaji dan menetapkan daftar 25 merek yang dinilai berkontribusi terhadap ekonomi Israel dengan mempertimbangkan kriteria yang disebutkan dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023. Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Arif Fahruddin, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu pun mendukung gerakan ini dan menyebutnya sebagai bagian dari ijtihad yang memiliki nilai pahala. Menurut Arif, seruan tersebut sejalan dengan MUI perihal kewajiban bagi umat Islam untuk ikut serta dalam gerakan boikot produk-produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel. 
     
    Lebih lanjut, Irkham menjelaskan bahwa daftar 25 merek layak boikot itu sudah melalui kajian dan diskusi, baik di internal PMII maupun dengan berbagai pihak lain. PMII menggunakan lima kriteria produk terafiliasi Israel dari MUI, seperti (1) saham mayoritas dan pengendali berafiliasi dengan Israel; (2) pemegang saham pengendali adalah entitas asing dengan bisnis aktif di Israel; (3) pengendali perusahaan mendukung politik genosida dan agresi Israel; (4) nilai produsen bertentangan dengan nilai luhur agama, Pancasila, dan UUD 1945, seperti LGBT, terorisme, ultraliberalisme); (5) perusahaan dan induk globalnya mempertahankan investasi di Israel.
     
    Daftar boikot PMII mencakup berbagai kategori produk yang sering dikonsumsi masyarakat. Termasuk minuman soft drink, air minum dalam kemasan, susu, cokelat, biskuit, bumbu masak, shampo, pasta gigi, dan produk kategori rumah tangga.
     
    “Kami mengeluarkan daftar boikot dan mendesak umat Islam di seluruh Indonesia, dari kota hingga desa, dari anak-anak hingga orang dewasa, untuk bersatu memboikot produk-produk global yang kami identifikasi berkontribusi pada perekonomian Israel dan kebijakan luar negeri negara-negara Barat,” kata Irkham.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Sandera Akan Pulang dalam Peti Mati Jika Israel Bebaskan Paksa

    Sandera Akan Pulang dalam Peti Mati Jika Israel Bebaskan Paksa

    Gaza City

    Kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mengancam bahwa para sandera mungkin akan terbunuh dan pulang dalam peti mati, jika Israel berupaya membebaskan mereka dengan paksa dan serangan udara terus berlanjut di daerah kantong Palestina itu.

    Hamas dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (26/3/2025), menegaskan mereka “melakukan segala hal yang mungkin untuk menjaga agar para tawanan pendudukan tetap hidup, tetapi bombardir acak Zionis (Israel) membahayakan nyawa mereka”.

    “Setiap kali pendudukan (Israel) berupaya menyelamatkan para tawanan dengan paksa, mereka akhirnya membawa para tawanan kembali dalam peti mati,” sebut Hamas dalam pernyataannya.

    Israel melanjutkan kembali serangan udara yang intens di Jalur Gaza sejak 18 Maret lalu, yang diikuti oleh operasi darat, yang menghancurkan ketenangan yang menyelimuti wilayah tersebut selama gencatan senjata berlangsung sejak pertengahan Januari.

    Sejak gempuran Tel Aviv berlanjut pekan lalu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, sedikitnya 830 orang telah tewas.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam pernyataan terbarunya pada Selasa (25/3), memperingatkan bahwa Tel Aviv akan mengambil lebih banyak wilayah di Jalur Gaza dan bertempur sampai Hamas musnah, jika kelompok militan itu terus menolak untuk membebaskan para sandera yang tersisa.

    “Jika Hamas tetap keras pendiriannya, maka mereka akan membayar harga yang sangat mahal dan semakin mahal dengan diambil alihnya wilayah (oleh Israel) dan menyingkirkan militan serta infrastruktur teror hingga mereka menyerah sepenuhnya,” tegas Katz dalam sebuah pernyataan video, seperti dilansir Reuters.

    Peringatan terbaru itu disampaikan ketika para mediator melanjutkan upaya untuk menyelamatkan kesepakatan gencatan senjata Gaza yang kolaps akibat gempuran Israel, setelah upaya memperbaruinya menghadapi kebuntuan.

    Israel menegaskan tidak akan pernah lagi menerima pemerintahan Hamas dan kekuatan militernya di Jalur Gaza, setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Pekan lalu, militer Tel Aviv mengumumkan pasukannya memulai operasi darat secara terarah di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan, setelah melanjutkan kembali pengeboman udara di wilayah tersebut.

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa tujuan dari operasi militer terbaru Tel Aviv adalah memaksa Hamas dan sekutunya membebaskan para sandera yang tersisa.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Houthi Sebut Pesawat Tempur AS Lancarkan 17 Serangan di Yaman

    Houthi Sebut Pesawat Tempur AS Lancarkan 17 Serangan di Yaman

    Sanaa

    Kelompok Houthi, melalui media lokal yang dikelolanya, melaporkan sedikitnya 17 serangan menghantam area Saada dan Amran di Yaman pada Rabu (26/3) waktu setempat. Houthi menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas rentetan serangan udara tersebut.

    Situs Ansarollah yang dikelola Houthi, seperti dilansir AFP, Rabu (26/3/2025), melaporkan bahwa pesawat-pesawat tempur AS melakukan “serangan udara agresif… yang menyebabkan kerusakan material terhadap ‘properti’ warga”.

    Namun tidak disebutkan lebih lanjut soal apakah ada korban jiwa akibat serangan itu.

    Washington, pada 15 Maret lalu, mengumumkan serangan militer terhadap Houthi yang didukung Iran, dan bertekad untuk menggunakan kekuatan yang sangat besar hingga kelompok itu berhenti menyerang kapal-kapal di rute pelayaran utama Laut Merah dan Teluk Aden.

    Pada hari itu, gelombang serangan udara AS yang menghantam wilayah Yaman dilaporkan menewaskan sejumlah pemimpin senior Houthi, dengan Kementerian Kesehatan Houthi menyebut sedikitnya 53 orang tewas.

    Sejak saat itu, wilayah Yaman yang dikuasai Houthi dilanda serangan hampir setiap hari, yang oleh kelompok itu, disalahkan pada AS. Houthi kemudian mengumumkan penargetan kapal-kapal militer AS dan Israel.

    Houthi mulai menyerang kapal-kapal di Laut Merah dan sekitarnya sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023, dengan alasan solidaritas dengan Palestina. Kelompok itu sempat menghentikan sementara serangan mereka saat gencatan senjata berlangsung di Gaza mulai pertengahan Januari lalu.

    Awal bulan ini, Houthi mengancam akan melanjutkan serangan mereka di Laut Merah karena Israel memblokade bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza.

    Ancaman Houthi itu memicu serangan udara AS terhadap Yaman, yang merupakan serangan pertama Washington sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat pada Januari lalu.

    Pekan lalu, Trump mengancam akan memusnahkan Houthi dan memperingatkan Iran agar tidak terus membantu kelompok tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Houthi Kembali Beraksi, Luncurkan Drone ke Tel Aviv dan Kapal Induk AS Harry S. Truman – Halaman all

    Houthi Kembali Beraksi, Luncurkan Drone ke Tel Aviv dan Kapal Induk AS Harry S. Truman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Ansar Allah (Houthi) di Yaman mengumumkan penargetan Tel Aviv dengan pesawat tak berawak dan serangan terhadap kapal induk Amerika Serikat (AS) di Laut Merah.

    Juru bicara militer Houthi, Brigadir Jenderal Yahya Saree, mengumumkan penargetan tersebut setelah meluncurkan operasi tersebut dalam sebuah pernyataan Rabu (26/3/2025) pagi.

    “Pasukan rudal, angkatan udara, dan angkatan laut telah melakukan operasi militer gabungan dalam beberapa jam terakhir yang menargetkan kapal-kapal angkatan laut musuh di Laut Merah, yang dipimpin oleh kapal induk AS Harry S. Truman, yang menjadi tempat dimulainya agresi terhadap Yaman,” kata Yahya Saree, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Yahya Saree menambahkan Houthi sebelumnya telah menargetkan target militer Israel di wilayah Jaffa (Tel Aviv) yang diduduki dengan pesawat tanpa awak, dan operasi tersebut berhasil mencapai tujuannya.

    Juru bicara tersebut mengindikasikan Houthi akan melanjutkan operasinya terhadap Israel sampai agresi Israel di Gaza berhenti.

    Ia juga menegaskan Houthi akan terus melawan agresi AS terhadap Yaman.

    Sebelumnya, Houthi mengumumkan pesawat AS telah melancarkan sedikitnya 10 serangan udara terhadap distrik Al-Salem dan Sahar di Saada, Yaman utara.

    Departemen Pertahanan AS (Pentagon) belum mengeluarkan pengumuman resmi mengenai pelaksanaan serangan di Yaman.

    Sejak 15 Maret 2025, AS telah melancarkan serangan udara intensif terhadap Houthi, yang dilaporkan telah menanggapi serangan AS dengan menargetkan kapal induk AS di Laut Merah beberapa kali.

    Sebelumnya, Houthi menyatakan solidaritas untuk rakyat Gaza dan mulai menargetkan kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah sejak 19 November 2023.

    Sekutu Israel, AS, membentuk Koalisi Laut Merah bersama Inggris dan negara-negara pendukungnya untuk bersama-sama menargetkan Houthi di Yaman.

    Serangan Houthi berhenti dengan berlakunya perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza pada 19 Januari 2025.

    Pada 14 Maret 2025, Houthi melanjutkan operasi militernya terhadap Israel karena Israel mengabaikan ultimatum mereka untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan di Rafah.

    Houthi berjanji untuk mengintensifkannya selama Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza sejak 18 Maret lalu dan melanggar perjanjian gencatan senjata, seperti diberitakan Khaberni.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Ratusan Warga Gaza Berunjuk Rasa, Teriakkan Slogan Anti-Hamas

    Ratusan Warga Gaza Berunjuk Rasa, Teriakkan Slogan Anti-Hamas

    Gaza City

    Ratusan warga Palestina menggelar unjuk rasa di wilayah Jalur Gaza bagian utara pada Selasa (25/3) waktu setempat. Dalam aksinya, para demonstran Gaza ini menyerukan diakhirinya perang dengan Israel, sembari meneriakkan slogan anti-Hamas.

    Laporan sejumlah saksi mata di Jalur Gaza, seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Rabu (26/3/2025), menyebut bahwa sebagian besar demonstran, yang berjenis kelamin laki-laki-laki, meneriakkan slogan seperti “Hamas keluar” dan “teroris Hamas” dalam aksi protes di area Beit Lahia, Jalur Gaza bagian utara.

    Massa berkumpul di area itu seminggu setelah militer Israel melanjutkan bombardir besar-besaran terhadap Jalur Gaza, setelah hampir dua bulan gencatan senjata berlangsung.

    Via jaringan Telegram, setidaknya satu seruan untuk aksi protes telah beredar pada Selasa (25/3) waktu setempat.

    “Saya tidak tahu siapa yang mengorganisir aksi protes itu,” kata Mohammed, salah satu demonstran yang menolak menyebut nama lengkapnya.

    “Saya ikut serta dalam mengirimkan pesan atas nama rakyat: Cukup sudah perang ini,” ucapnya.

    Mohammed juga mengatakan bahwa dirinya melihat “sejumlah anggota pasukan keamanan Hamas yang berpakaian sipil membubarkan aksi protes tersebut”.

    Majdi, seorang demonstran lainnya yang juga menolak menyebutkan nama lengkapnya, mengatakan bahwa “orang-orang sudah lelah”.

    “Jika Hamas melepaskan kekuasaan di Gaza adalah solusinya, mengapa Hamas tidak menyerahkan kekuasaan untuk melindungi masyarakat?” tanya Majdi.

    Hingga Selasa (25/3) malam, sejumlah pesan via Telegram, dari sumber yang tidak diketahui, menyerukan masyarakat untuk kembali menggelar unjuk rasa di berbagai wilayah Jalur Gaza pada Rabu (26/3) waktu setempat.

    Israel diketahui secara teratur menyerukan warga Gaza untuk melakukan mobilisasi melawan Hamas yang menguasai wilayah itu sejak tahun 2007 lalu. Namun tingkat ketidakpuasan terhadap Hamas di Jalur Gaza sulit diukur.

    Survei terakhir yang dilakukan pada September tahun lalu oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina (PCPSR), memperkirakan bahwa 35 persen warga Gaza mengakui mereka mendukung Hamas. Sedangkan 26 persen lainnya, menurut survei itu, mengakui mereka mendukung Fatah, saingan utama Hamas.

    Fatah memimpin pemerintahan Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat, dengan Mahmoud Abbas sebagai presidennya.

    Pada Sabtu (22/3) lalu, juru bicara kelompok Fatah di Gaza, Monther al-Hayek, menyerukan Hamas untuk “menyingkir dari pemerintahan” guna melindungi “eksistensi” warga Palestina yang ada di Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • MEE: Yordania Usulkan 3.000 Pejuang Hamas ‘Dibuang’ ke Luar Gaza – Halaman all

    MEE: Yordania Usulkan 3.000 Pejuang Hamas ‘Dibuang’ ke Luar Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Yordania diklaim menyodorkan usul pengasingan atau pembuangan 3.000 anggota Hamas dan sayap militernya ke luar Jalur Gaza.

    Pengasingan dikatakan sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang kini berkobar lagi di tanah Palestina itu.

    Klaim itu disampaikan oleh Middle East Eye atau MEE dalam artikelnya yang terbit pada Minggu (23/3/2025).

    Middle East Eye adalah sebuah media yang bermarkas di Kota London, Inggris, dan diduga punya kaitan dengan pemerintah Qatar.

    Media itu mengaku mendapatkan narasumber dari Amerika Serikat (AS) dan Palestina yang diberi tahu mengenai usul Yordania.

    Dalam usul itu, ada pula permintaan agar senjata Hamas dan faksi perlawanan lainnya di Gaza dilucuti.

    Jika hal itu dilakukan, kekuasaan Hamas di Gaza akan berakhir dan digantikan oleh Otoritas Palestina (PA).

    Menlu Yordania disebut membantah

    Husna Radio melaporkan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi telah membantah klaim rencana pengasingan anggota Hamas.

    Menurut radio itu, Safadi menyatakan Yordania tidak mengubah sikapnya dalam persoalan Palestina. Yordania juga menolak pengusiran warga Palestina dari Gaza maupun Tepi Barat.

    Kemenlu Yordania memilih bungkam ketika dimintai konfirmasi oleh Middle East Eye mengenai pernyataan Safadi.

    Yordania dan Mesir dilaporkan sudah ditekan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar bersedia menerima warga Palestina dari Gaza.

    Namun, bulan lalu narasumber Middle East Eye mengklaim Yordania siap berperang jika warga Palestina dipindahkan paksa dari Gaza. Yordania menginginkan solusi damai.

    Mesir juga sodorkan usul baru

    Seperti Yordania, Mesir dikabarkan menyodorkan usul baru guna mengakhiri serangan-serangan teranyar Israel di Gaza.

    Seorang narasumber Associated Press menyebut jika usul itu disepakati, perang di Gaza bisa dihentikan atau diberi jeda selama beberapa minggu.

    “Hamas akan membebaskan lima sandera yang masih hidup, termasuk seorang yang berkewarganegaraan Amerika-Israel, sebagai ganti atas Israel yang mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza dan jeda pertempuran beberapa minggu,” kata narasumber itu.

    Usul itu juga menyertakan syarat pembebasan ratusan warga Palestina yang dibui di penjara-penjara Israel.

    Sementara itu, Reuters mengabarkan Mesir juga telah mengusulkan jadwal pembebasan semua sandera sebagai ganti atas penarikan penuh tentara Israel dengan jaminan dari AS.

    Dalam usul itu, akan ada pembebasan lima sandera per minggu dengan syarat Israel mulai menerapkan tahap kedua gencatan senjata. Seorang pejabat Hamas dilaporkan menyambut positif usul Mesir itu.

    Steve Witkoff, utusan AS untuk Timur Tengah, juga menyodorkan sebuah usul. Dia disebut meminta pembebasan sekitar lima sandera Israel dan sembilan jenazah sandera. Sebagai imbalannya, akan ada perpanjangan gencatan selama beberapa minggu dan bantuan kemanusiaan kembali mengalir.

    Tidak diketahui dengan pasti apakah usul Witkoff itu menyertakan pembebasan warga Palestina yang ditahan Israel.

    Media asal Lebanon, Al Akhbar, mengklaim Mesir sudah sepakat untuk menerima 500.000 warga Palestina dari Gaza. Namun, klaim itu dibantah Mesir.

    (*)

  • Ribuan Tentara Israel Alami Gangguan Mental PTSD Gegara Perang Gaza

    Ribuan Tentara Israel Alami Gangguan Mental PTSD Gegara Perang Gaza

    Tel Aviv

    Ribuan tentara Israel mengalami gangguan stress pascatrauma (PTSD) sejak perang Gaza berkecamuk pada Oktober 2023. Angka itu termasuk ke dalam belasan ribu tentara yang menjalani perawatan rehabilitasi setelah dikerahkan dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza.

    Departemen Rehabilitasi pada Kementerian Pertahanan Israel, seperti dilansir Middle East Monitor, Rabu (26/3/2025), melaporkan pihaknya telah merawat sekitar 16.000 tentara selama perang Gaza berkecamuk 17 bulan terakhir.

    Disebutkan Kementerian Pertahanan Israel bahwa separuh dari angka tersebut, atau sekitar 8.000 tentara, menjalani perawatan di pusat rehabilitasi karena menderita PTSD akibat perang. Sebanyak 2.900 tentara Israel di antaranya menderita cedera fisik dan tekanan psikologis.

    Sekitar enam persen di antaranya didefinisikan mengalami cedera sedang dan empat persen lainnya mengalami cedera parah.

    Kemudian, menurut Departemen Rehabilitasi pada Kementerian Pertahanan Israel, sebanyak 72 tentara Israel terdaftar orang yang diamputasi, dengan para tentara cadangan mencapai sekitar 66 persen dari 16.000 tentara yang dirawat di rehabilitasi.

    Media lokal Israel, The Times of Israel, melaporkan bahwa Departemen Rehabilitasi merawat sekitar 78.000 veteran perang yang luka-luka, termasuk mereka yang luka-luka dalam perang-perang sebelumnya.

    Diperkirakan jumlahnya akan mencapai 100.000 tentara pada tahun 2030, dengan setidaknya separuhnya menderita PTSD.

    Laporan terbaru Kementerian Pertahanan Israel, yang diperbarui pada Sabtu (22/3) waktu setempat, menyebut sebanyak 846 tentara Israel tewas sejak Tel Aviv melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza pada Oktober 2023 menyusul serangan mematikan Hamas.

    Sekitar 5.737 tentara lainnya mengalami luka-luka sepanjang perang berkecamuk.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Kembali Lancarkan Serangan ke Gaza, 23 Orang Tewas

    Israel Kembali Lancarkan Serangan ke Gaza, 23 Orang Tewas

    Gaza

    Israel terus melancarkan serangan ke Jalur Gaza, Palestina. Serangan Israel sedikitnya menewaskan 23 warga Palestina.

    Dilansir Reuters, Rabu 26/3/2025), militer Israel melanjutkan operasinya di Gaza sejak minggu lalu. Israel mendesak warga Palestina untuk evakuasi diri dari Gaza.

    Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi akibat serangan brutal Israel. Di Gaza, warga Palestina kekurangan makanan dan air yang semakin parah karena Israel menyetop pengiriman bantuan.

    Pada hari Selasa (25/3), tentara Israel memberi tahu penduduk di semua kota perbatasan utara untuk mengungsi. Israel berdalih roket Palestina telah ditembakkan ke Israel dari daerah tersebut.

    Kota-kota yang terkena dampak serangan Israel yakni Jabalia, Beit Lahiya, Beit Hanoun, dan Shejaia di Kota Gaza. Perintah juga dikeluarkan untuk daerah-daerah di Khan Younis dan Rafah di selatan Gaza.

    “Demi keselamatan Anda, Anda harus segera pindah ke selatan ke tempat perlindungan yang diketahui,” kata militer Israel dalam perintahnya kepada penduduk di Jabalia, kamp pengungsian terbesar di Gaza.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan baru itu bertujuan untuk menekan Hamas agar membebaskan 59 sandera. Namun pada kenyataannya, serangan Israel itu justru menewaskan ratusan warga sipil, bahkan kebanyakan di antaranya wanita dan anak-anak.

    (isa/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Raja Charles III Tunda Jenguk Paus Fransiskus, Harap Segera Pulih

    Raja Charles III Tunda Jenguk Paus Fransiskus, Harap Segera Pulih

    Roma

    Raja Charles III dan Ratu Camilla batal menjenguk Paus Fransiskus di Vatikan pada awal April nanti. Penundakan itu berdasarkan kesepakatan bersama menyusul saran medis dari dokter yang merawat Paus Fransiskus.

    “Saran medis kini menunjukkan bahwa Paus Fransiskus akan mendapat manfaat dari periode istirahat dan pemulihan yang lebih lama. Yang Mulia menyampaikan harapan terbaik mereka kepada Paus untuk pemulihannya dan berharap dapat mengunjunginya di Tahta Suci, setelah ia pulih,” kata sebuah pernyataan Istana Inggris seperti dilansir AFP, Rabu (26/3/2025).

    Paus Fransiskus yang kini berusia 88 tahun masuk ke rumah sakit pada 14 Februari karena infeksi pernapasan parah. Kondisi ini menjadi krisis kesehatan paling serius selama 12 tahun masa kepausannya.

    Setelah dirawat selama 5 minggu, Paus Fransiskus diperbolehkan meninggalkan Rumah Sakit Gemelli Roma. Pihak dokter mengatakan Paus Fransiskus masih butuh banyak waktu untuk sembuh sepenuhnya.

    Dokter juga sudah memberikan Paus waktu istirahat selama dua bulan di Vatikan. Setelah keluar dari RS, Paus langsung mendesak Israel agar berhenti menyerang jalur Gaza.

    (isa/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Rilis Video 2 Sandera Israel Duduk di Lantai Saat IDF Makin Gelap Mata Bombardir Gaza – Halaman all

    Hamas Rilis Video 2 Sandera Israel Duduk di Lantai Saat IDF Makin Gelap Mata Bombardir Gaza – Halaman all

    Hamas Rilis Video 2 Sandera Israel Duduk di Lantai Saat IDF Makin Gelap Mata Bombardir Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Sayap bersenjata gerakan Hamas, Brigade Al Qassam merilis sebuah video pada Senin (24/3/2025) yang menunjukkan dua tawanan Israel yang ditahan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    RNTV melansir, video berdurasi sekitar tiga menit, yang tanggal perekamannya tidak dapat diverifikasi secara pasti, menunjukkan dua pria yang duduk di lantai berbicara dalam bahasa Ibrani ke kamera.

    “Mereka tampak berbicara yang ditujukan buat seorang tawanan yang telah dibebaskan dan memintanya untuk menceritakan pengalamannya selama ditawan guna mempercepat pembebasan mereka,” kata laporan RNTV, Selasa (25/3/2025).

    Video ini dirilis Hamas saat Israel makin intensif melakukan bombardemen udara di berbagai lokasi di Gaza.

    SERANGAN UDARA ISRAEL – Serangan udara Israel terhadap tenda-tenda pengungsi Palestina pada Selasa (18/3/2025) pagi menyebabkan kamp tersebut terbakar saat para penduduk tengah tidur di Khan Yunis. Akibatnya sebanyak 200 orang tewas atas serangan udara Israel ini. (Telegram Quds News Network)

    Kedua pria tersebut adalah Elkana Bohbot dan Yosef Haim Ohana, keduanya ditangkap Hamas dan ditawan ke Gaza dari festival musik Nova.

    Satu di antara mereka mengatakan dalam video tersebut kalau identitasnya adalah sandera nomor 21.

    “Media massa Israel sebagian besar menahan diri untuk tidak menerbitkan rekaman tersebut, tetapi telah melaporkannya dengan menggunakan nama kedua orang tersebut, dan menganggapnya sebagai bukti kehidupan kedua tawanan tersebut,” kata ulasan RNTV.

    Dalam rekaman tersebut, kedua pria tersebut berbicara tentang bahaya yang mereka hadapi sejak dimulainya kembali serangan udara Israel di Gaza minggu lalu.

    Selain mengulangi pemboman hebatnya di Gaza, Israel juga melanjutkan operasi darat dengan pengerahan pasukan yang lebih besar dari sebelumnya.

    Serangan baru Israel itu terjadi setelah berminggu-minggu terjadi perselisihan dengan Hamas mengenai cara memperpanjang gencatan senjata yang berlaku mulai 19 Januari.

    Dari 251 tawanan yang ditangkap selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, 58 masih ditahan oleh Hamas dan kelompok lain, termasuk 34 yang menurut militer “Israel” telah tewas.

    TERANCAM BOM IDF – Tangkap layar video yang dirilis Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, Senin (24/3/2025) yang menunjukkan dua sandera Israel yang disandera di Gaza. Keduanya memperingatkan kalau bombardemen IDF justru bisa mengancam nyawa mereka.

    Sandera Israel: Bom IDF Bisa Membunuh Kami

    Kedua tahanan itu berbicara tentang penderitaan yang mereka alami akibat pemboman berkelanjutan Israel di Jalur Gaza.

    Salah satu dari sandera Israel itu mengatakan kalau serangan Israel justru akan membunuh mereka dan setelah akses ke Jalur Gaza ditutup tidak ada makanan, situasinya sulit dan tidak ada tempat yang aman.

    “Ia menjelaskan kalau para pejuang Hamas sangat ingin menyediakan semua yang mereka butuhkan dan minta, seraya mencatat bahwa keputusan pemerintah Israel untuk menyerang Gaza akan menyebabkan kehancuran mereka,” tulis Khaberni.

    Ia meminta pemerintah untuk memberi para tahanan yang bersama mereka dan telah dibebaskan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka.

    Seorang tahanan mengatakan kalau ia berharap dapat dibebaskan bersama istri dan putranya dalam beberapa minggu, tetapi dimulainya kembali permusuhan dapat menyebabkan kematiannya.

    “Mereka mengirim pesan kepada seorang tahanan Israel yang meninggalkan Gaza beberapa minggu lalu, bernama Ohad Ben Ami,” tulis laporan tersebut.

     

    (oln/rntv/khbrn/*)