Negara: Jalur Gaza

  • Pejabat AS Bocorkan Intelijen dari Israel untuk Serang Houthi di Yaman, Tel Aviv Kecewa Berat – Halaman all

    Pejabat AS Bocorkan Intelijen dari Israel untuk Serang Houthi di Yaman, Tel Aviv Kecewa Berat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel menyatakan kekecewaan mendalam terhadap Amerika Serikat (AS) setelah bocornya informasi intelijen yang mengungkapkan bahwa mereka memberikan data kepada AS untuk melancarkan operasi militer terhadap gerakan Houthi di Yaman.

    Kebocoran ini terungkap dari sebuah obrolan di aplikasi Signal yang dilaporkan oleh surat kabar AS, Wall Street Journal.

    Pejabat pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa informasi yang disampaikan Israel kepada AS mencakup data lokasi seorang pemimpin Houthi, yang berasal dari sumber intelijen Israel di Yaman.

    Meskipun Wall Street Journal tidak merinci peran informasi ini dalam serangan AS terhadap Houthi, Israel menilai kebocoran ini sebagai pelanggaran kerahasiaan intelijen yang berpotensi membahayakan sumber mereka.

    Kejadian ini terungkap pada Senin, 24 Maret 2024, ketika jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, menerbitkan artikel yang menjelaskan tentang percakapan rahasia di grup obrolan Signal.

    Obrolan tersebut melibatkan pejabat pemerintah AS yang membahas rincian serangan militer yang direncanakan terhadap Houthi.

    Dalam artikel tersebut, Goldberg menyebutkan bahwa pada 11 Maret 2025, ia menerima permintaan panggilan dari Mike Waltz, penasihat keamanan nasional Presiden AS.

    Dua hari kemudian, ia ditambahkan ke dalam grup obrolan tertutup yang membahas serangan militer di Yaman.

    Pada 15 Maret 2025, Pete Hegseth, Menteri Pertahanan AS, mengunggah pesan yang merinci serangan AS yang akan datang, termasuk target dan jenis senjata yang digunakan.

    Kebocoran informasi ini bertepatan dengan serangan udara AS yang diluncurkan terhadap Houthi di Yaman pada 15 Maret 2025.

    Israel menilai bahwa kebocoran ini dapat merusak kepercayaan dalam kerjasama intelijen antara kedua negara.

    Sementara itu, Presiden AS, Donald Trump, menegaskan bahwa kelompok tersebut tidak merilis informasi rahasia dan tidak melihat adanya ancaman keamanan dalam masalah ini.

    Mike Waltz membantah mengetahui alasan Goldberg ditambahkan ke dalam grup obrolan tersebut.

    Hingga saat ini, Departemen Pertahanan AS belum memberikan komentar resmi mengenai masalah ini.

    Serangan Houthi terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah dimulai pada 14 Maret 2025, setelah Israel menolak tuntutan Houthi untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Sebelumnya, pada 19 November 2023, Houthi menyatakan solidaritasnya untuk mendukung Gaza yang menghadapi serangan Israel.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Sebelum Syahid, Jubir Al-Quds Abu Hamza Sampaikan Pesan Perlawanan di Pidato Terakhirnya – Halaman all

    Sebelum Syahid, Jubir Al-Quds Abu Hamza Sampaikan Pesan Perlawanan di Pidato Terakhirnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah layar besar di Sana’a, ibu kota Yaman, menayangkan video terakhir Abu Hamza, juru bicara Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina, dalam rangka peringatan Hari Quds Sedunia pada Jumat (28/3/2025).

    Pidato yang disampaikan dalam video tersebut ditujukan untuk konferensi ketiga guna mendukung Palestina yang diduduki, dengan tema “Anda Tidak Sendirian.”

    Rekaman video tersebut dibuat hanya beberapa jam sebelum Abu Hamza gugur dalam serangan udara Israel yang terjadi pada Selasa (18/3/2025) di Jalur Gaza. Dalam serangan itu, ia meninggal bersama keluarganya.

    Dalam pidato terakhirnya, Abu Hamza mengungkapkan bahwa proyek Zionis Israel telah menunjukkan dengan jelas targetnya terhadap orang-orang bebas di Yaman.

    Ia juga menyatakan bahwa front perlawanan terhadap proyek tersebut telah terbentuk, membentang dari Palestina hingga Lebanon, Yaman, Iran, dan Irak.

    Selain itu, ia menegaskan pentingnya bagi semua individu yang cinta kebebasan untuk bergabung dengan poros perlawanan yang jujur, transparan, dan bermartabat.

    “Kita menyaksikan pencapaian besar serta keteguhan luar biasa dalam Pertempuran Banjir Al-Aqsa, yang telah memberikan pukulan telak terhadap rencana Zionis,” ujar Abu Hamza sebagaimana dikutip dari Al Mayadeen.

    Ia meyakini bahwa jalur militer dan Operasi Banjir Al-Aqsa pada akhirnya akan menghancurkan entitas Zionis Israel.

    Juru bicara tersebut menilai bahwa pertempuran ‘Banjir Al-Aqsa’ merupakan titik balik strategis yang sangat penting.

    Ia menekankan bahwa semua pihak perlu belajar dari peristiwa ini serta berkontribusi dalam perjuangan membebaskan Palestina.

    Abu Hamza juga mengajak umat Islam untuk bersatu, mendukung Palestina serta perlawanan, mempertahankan keteguhan di tanah mereka, dan sepenuhnya memutus hubungan dengan musuh Zionis.

    Dalam pidato yang diputar di hadapan rakyat Yaman di Sana’a, ia menyerukan penghentian normalisasi hubungan dengan Israel.

    “Kehadiran masyarakat Arab dan Islam Yaman menjadi titik balik dalam Banjir Al-Aqsa, yang menyatakan perang terhadap entitas tersebut serta memberlakukan blokade laut terhadapnya,” kata Abu Hamza, merujuk pada tindakan kelompok Ansar Allah Houthi yang memblokade kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah.

    Ia menambahkan bahwa demonstrasi besar di Lapangan Al-Sabeen di Sana’a menjadi dorongan kuat bagi angkatan bersenjata Yaman untuk terus maju dengan penuh keteguhan dan keyakinan, sebagaimana diberitakan oleh Al Araby.

    Sebelumnya, pada 7 Oktober 2023, Brigade Al-Quds bersama kelompok perlawanan lainnya, termasuk Hamas dan sayap militernya, Brigade Al-Qassam, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa.

    Kemudian, pada 19 November 2023, Houthi di Yaman menyatakan solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina yang menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.

    Setelah Hamas dan Israel menyepakati gencatan senjata pada 19 Januari 2025, Houthi menghentikan serangan mereka terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah.

    Namun, setelah tahap pertama perjanjian tersebut, Israel menghambat negosiasi tahap kedua dan menutup jalur bantuan kemanusiaan di Rafah.

    Sebagai respons atas tindakan Israel yang mengabaikan permintaan mereka untuk membuka akses bantuan kemanusiaan, pada 14 Maret 2025, Houthi kembali menargetkan Israel.

  • Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    Israel Klaim Belum Berhasil Lobi Indonesia Agar Mau Tampung Warga Gaza, Reaksi Kemlu RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menugaskan badan intelijen Mossad untuk mencari negara yang bisa menampung warga Gaza.

    Laporan terbaru menyebutkan Israel telah menghubungi Sudan, Somalia, Indonesia dan negara-negara lainnya untuk menerima pengungsi warga Gaza Palestina.

    Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.

    Demikian dikutip dari Times of Israel dikutip hari ini, Sabtu (29/3/2025).

    Media itu memberitakan bahwa beberapa negara telah mengkonfirmasi menerima sejumlah kecil warga Palestina yang sakit, kebanyakan anak-anak, untuk dirawat.

    Namun demikian  hingga saat ini belum ada negara yang setuju untuk menampung sejumlah besar warga Gaza.

    Didukung Donald Trump

    Upaya Israel ‘mengusir’ warga Gaza telah mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Bulan lalu, Trump mengumumkan rencananya agar Amerika Serikat mengambil alih Gaza dan merelokasi seluruh populasi dua juta orang.

    Meski belakangan dia  mengklarifikasi bahwa tidak ada warga Palestina yang akan diusir secara paksa.

    Trump juga menyangkal  rencana relokasi itu  sebagai pembersihan etnis di Gaza.

    Israel juga bersikeras bahwa warga Gaza tidak akan dipaksa pergi tetapi para pejabat belum menjelaskan bagaimana caranya warga Gaza pergi secara sukarela.

    Menurut situs berita Axios, AS tidak secara aktif berupaya memajukan rencana Trump.

    Sementara utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff malah  fokus pada pemulihan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas.

    Israel Klaim Telah Hubungi Indonesia dan Lainnya

    Israel klaim telah melakukan  pembicaraan dengan negara-negara Afrika Timur yang dilanda konflik, Somalia dan Sudan Selatan agar bisa menampung warga Gaza.

    “Termasuk berbicara dengan Indonesia dan negara-negara lain agar  menerima warga Palestina,” demikian Axios melaporkan, mengutip dua pejabat Israel dan seorang mantan pejabat AS.

    Namun media itu menyebut pembicaraan tersebut belum membuahkan hasil.

    Laporan sebelumnya telah menyebutkan Suriah , Sudan dan wilayah Somaliland yang memisahkan diri sebagai tujuan potensial untuk merelokasi warga Gaza yang sedang diincar AS dan Israel.

    Ditolak Palestina dan Dunia Arab

    Otoritas Palestina dan dunia Arab sebelumnya telah menolak keras upaya relokasi warga Gaza.

    Dengan alasan bahwa warga Palestina seharusnya diizinkan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza.

    Memindahkan mereka ke tempat lain hanya akan memicu lebih banyak konflik dan ekstremisme di tempat lain.

    Bantahan Kemlu RI

    Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Rolliansyah Soemirat, memastikan pemerintah tidak pernah membahas rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia.

    Hal itu sekaligus menanggapi informasi yang beredar dari media asing.

    “Pemerintah Indonesia tidak pernah membahas dengan pihak manapun ataupun mendengar informasi tentang rencana pemindahan warga Gaza ke Indonesia yang disebut oleh beberapa media asing,” ujar Rolliansyah dalam keterangannya, Kamis (27/3/2025).

    Rolliansyah kembali menegaskan tidak ada satu pun kesepakatan pemerintah dengan pihak mana pun terkait wacana tersebut.

    “Dapat kami tegaskan bahwa tidak ada pembahasan apalagi kesepakatan antara Indonesia dengan pihak manapun mengenai hal tersebut,” jelasnya.

    Lebih lanjut, ia menambahkan saat ini pemerintah justru lebih mengedepankan rencana gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Selain itu, desakan agar pembangunan kembali Gaza pasca penjajahan Israel.

    “Saat ini, Indonesia lebih memfokuskan dan mendorong terwujudnya Gencatan Senjata tahap II dan masuknya bantuan kemanusiaan, serta memastikan dimulainya rekonstruksi di Gaza,” pungkasnya.

     

  • Israel Kecewa, Pejabat AS Bocorkan Info Intelijen untuk Serang Houthi Yaman – Halaman all

    Israel Kecewa, Pejabat AS Bocorkan Info Intelijen untuk Serang Houthi Yaman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel kecewa dengan bocornya obrolan di aplikasi Signal yang mengungkap mereka memberi informasi intelijen kepada AS sehingga AS dapat melancarkan operasi militer terhadap gerakan Ansar Allah (Houthi) di Yaman.

    Sebelumnya, surat kabar Amerika Serikat (AS), Wall Street Journal, mengutip pejabat pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya, yang mengungkap pembagian informasi intelijen antara Israel dan AS.

    Pejabat itu mengatakan informasi yang disampaikan Israel ke AS didasarkan pada sumber intelijen Israel di Yaman, termasuk data lokasi seorang pemimpin Houthi.

    Wall Street Journal tidak merinci peran informasi ini dalam mengarahkan serangan AS terhadap Houthi.

    Namun, Israel menyatakan kekecewaan mendalam terhadap AS setelah data tersebut bocor dan dipublikasikan.

    Israel menganggap hal ini sebagai pelanggaran kerahasiaan intelijen yang dapat membahayakan sumbernya.

    Sebelumnya, pada Senin (24/3/2024), jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, menulis sebuah artikel yang mengungkap percakapan rahasia dalam grup obrolan Signal.

    Obrolan tersebut melibatkan pejabat AS yang membahas rincian tentang serangan militer yang diantisipasi terhadap Houthi.

    Menurut Goldberg, pada 11 Maret 2025, ia menerima permintaan panggilan di aplikasi Signal dari seorang pengguna bernama Mike Waltz, nama penasihat keamanan nasional presiden AS.

    Dua hari kemudian, ia ditambahkan ke grup obrolan tertutup tempat pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump membahas serangan militer di Yaman.

    Pada 15 Maret 2025, seorang pengguna di grup tersebut, Pete Hegseth (nama Menteri Pertahanan AS), mengunggah pesan yang merinci serangan AS yang akan datang terhadap Houthi, termasuk target, jenis senjata yang digunakan, dan perkiraan waktu serangan.

    Tak lama kemudian, unggahan di media sosial mulai melaporkan serangan udara AS di Yaman, yang menunjukkan waktu kebocoran informasi bertepatan dengan operasi sebenarnya.

    Menyusul kontroversi seputar laporan tersebut, Donald Trump menyatakan kelompok tersebut tidak merilis informasi rahasia.

    Presiden AS menegaskan ia tidak melihat adanya ancaman keamanan dalam masalah tersebut, seperti diberitakan Saudi Shafaqna. 

    Ia juga menyatakan keyakinan penuh terhadap tim keamanan nasionalnya, termasuk Waltz, meskipun adanya skandal pelanggaran data.

    Sementara itu, Mike Waltz membantah mengetahui mengapa Goldberg ditambahkan ke obrolan tertutup.

    Sementara Departemen Pertahanan AS belum mengeluarkan komentar resmi apa pun tentang masalah tersebut.

    Sebelumnya AS memulai serangannya terhadap Houthi di Yaman pada 15 Maret 2025.

    Sekutu Israel tersebut meluncurkan serangan Udara di berbagai kota di Yaman utara.

    Houthi memulai kembali operasi militernya terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah pada 14 Maret 2025, menyusul penolakan Israel untuk memenuhi tuntutan Houthi agar membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Sebelumnya pada 19 November 2023, Houthi menyatakan solidaritas untuk mendukung Gaza yang menghadapi serangan Israel.

    Serangan Houthi terhadap Israel sempat berhenti ketika Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan Israel menyepakati gencatan senjata pada 19 Januari 2025, sebelum akhirnya Israel melanggar perjanjian tersebut dengan meluncurkan serangan ke Gaza pada 18 Maret 2025. 

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Video Pidato Terakhir Jubir Al-Quds, Abu Hamza, Ditampilkan di Hadapan Rakyat Yaman – Halaman all

    Video Pidato Terakhir Jubir Al-Quds, Abu Hamza, Ditampilkan di Hadapan Rakyat Yaman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Video terakhir Abu Hamza, juru bicara Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina, ditampilkan di sebuah layar besar dalam peringatan Hari Quds Sedunia di Sana’a, ibu kota Yaman pada hari Jumat (28/3/2025).

    Pidato tersebut ditujukan untuk konferensi ketiga dalam mendukung Palestina yang diduduki, yang diadakan dengan judul “Anda Tidak Sendirian.”

    Video pidato Abu Hamza itu direkam beberapa jam sebelum kesyahidannya dalam serangan udara Israel pada Selasa (18/3/2025) di Jalur Gaza.

    Abu Hamza, yang memiliki nama asli Naji Maher Abu Saif, meninggal dunia dalam serangan tersebut bersama keluarganya.

    Dalam video terakhirnya, Abu Hamza menegaskan proyek Zionis Israel telah menjadi jelas dalam menargetkan orang-orang bebas di Yaman.

    Ia mengatakan front perlawanan terhadap proyek Zionis Israel telah terbentuk dan membentang dari Palestina hingga Lebanon, Yaman, Iran, dan Irak.

    Selain itu, ia menekankan pentingnya bagi semua orang bebas di dunia untuk bergabung dalam poros perlawanan yang jujur, jelas, dan terhormat.

    “Kita tengah menyaksikan sebuah pencapaian besar dan keteguhan yang tak tertandingi dalam Pertempuran Banjir Al-Aqsa, yang memberikan pukulan telak bagi program Zionis,” kata Abu Hamza, seperti dikutip dari Al Mayadeen.

    Ia menegaskan jalur militer dan Operasi Banjir Al-Aqsa niscaya akan berujung pada kehancuran entitas Zionis Israel.

    Juru bicara itu mengatakan kelompok perlawanan memandang pertempuran ‘Banjir Al-Aqsa’ sebagai titik balik strategis utama.

    Ia menegaskan semua pihak harus memetik pelajaran dan membantu mewujudkan untuk membebaskan Palestina.

    Abu Hamza juga menyerukan persatuan Islam, dukungan untuk Palestina dan perlawanan, memperkuat keteguhannya di tanahnya, dan sepenuhnya memutuskan hubungan dengan musuh Zionis. 

    Dalam video pidato yang ditayangkan di hadapan rakyat Yaman di Sana’a, Abu Hamza menyerukan diakhirinya normalisasi hubungan dengan musuh Zionis Israel.

    “Kehadiran warga Arab dan Islam Yaman adalah titik balik dalam banjir Al-Aqsa, yang mendeklarasikan perang terhadap entitas tersebut dan memberlakukan blokade laut terhadapnya,” kata Abu Hamza, merujuk pada blokade yang dilakukan kelompok Ansar Allah Houthi terhadap kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah.

    Ia menekankan demonstrasi massa di Lapangan Al-Sabeen di Sana’a merupakan insentif yang kuat bagi angkatan bersenjata Yaman untuk terus maju dan bertahan dengan tekad dan tekad, seperti diberitakan Al Araby.

    Sebelumnya, Brigade Al-Quds bersama kelompok perlawanan termasuk Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan sayap militernya Brigade Al-Qassam meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    Pada 19 November 2023, Houthi di Yaman menyatakan solidaritas untuk rakyat Palestina yang menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.

    Houthi menghentikan serangannya terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah, menyusul kesepakatan gencatan senjata Hamas dan Israel pada 19 Januari 2025.

    Setelah tahap pertama perjanjian tersebut, Israel menghambat perundingan untuk tahap kedua dan menutup jalur bantuan kemanusiaan di Rafah.

    Houthi kembali menargetkan Israel pada 14 Maret 2025 karena Israel mengabaikan permintaan Houthi untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Benjamin Netanyahu Sedang Survei Cari Negara yang Mau Tampung Warga Palestina

    Benjamin Netanyahu Sedang Survei Cari Negara yang Mau Tampung Warga Palestina

    PIKIRAN RAKYAT – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan tengah mengarahkan badan intelijennya, Mossad, untuk mengidentifikasi negara-negara yang bersedia menerima sejumlah besar pengungsi Palestina dari Jalur Gaza.

    “Laporan diterbitkan pada hari Jumat, 28 Maret 2025,” demikian menurut The Time of Israel, dikutip Sabtu, 29 Maret 2025.

    Meskipun sejumlah negara telah menerima sejumlah kecil warga Palestina yang sakit, terutama anak-anak untuk mendapatkan perawatan, hingga saat ini belum ada negara yang setuju menampung jumlah besar warga Gaza.

    Terlebih, masyarakat sipil Gaza juga tidak tertarik sama sekali pergi secara massal ke negara orang meninggalkan tanah kelahirannya.

    Namun demikian, Israel terus bersikeras melaksanakan pemindahan warga Palestina dari Gaza, dengan sejumlah pendukung terbesarnya yakni mitra koalisi sayap kanan Netanyahu, Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Gvir.

    Didukung Trump dan AS

    Keinginan Israel ini juga mendapat dukungan dari Presiden AS Donald Trump, yang bulan lalu mengumumkan rencananya agar Amerika Serikat (AS) mengambil alih Gaza dan memindahkan seluruh populasi dua juta orang ke sana.

    Trump saat ini agaknya melunak dengan proposal tersebut, menjelaskan bahwa tidak ada warga Palestina yang akan dipaksa meninggalkan Gaza. Ia juga membantah bahwa rencana pemindahan tersebut adalah bentuk lain dari pembersihan etnis.

    Menurut situs berita Axios, AS tampak ‘mengabaikan’ rencana Trump, sebab utusan Timur Tengah Steve Witkoff lebih fokus memulihkan gencatan senjata dan kesepakatan sandera antara Israel dan Hamas.

    Di sisi lain, Israel berusaha mengisi reaksi AS dengan mengadakan pembicaraan bersama negara-negara Afrika Timur yang dilanda konflik seperti Somalia dan Sudan Selatan, serta Indonesia dan negara lainnya, mengenai kemungkinan mereka menerima warga Palestina.

    Axios dalam hal ini mengutip dua pejabat Israel dan seorang mantan pejabat AS. Pembicaraan dilaporkan belum menghasilkan kesepakatan.

    Laporan sebelumnya menyebutkan Suriah, Sudan, dan wilayah pemisah Somalia, Somaliland, sebagai tujuan potensial untuk pemindahan warga Gaza yang sedang dipertimbangkan oleh AS dan Israel. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Semangat Warga Gaza Bikin Kue Jelang Lebaran Meski Terancam Serangan Israel

    Semangat Warga Gaza Bikin Kue Jelang Lebaran Meski Terancam Serangan Israel

    Gaza

    Warga di Gaza, Palestina, mulai bersiap menyambut hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Warga yang berada di pengungsian bersemangat membuat kue tradisional untuk Lebaran meski serangan Israel bisa terjadi kapan saja.

    Dilansir AFP, Sabtu (29/3/2025), asap tampak mengepul dari serangan Israel di kamp Bureij di Jalur Gaza tengah, Kamis (27/3). Kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan ada 855 orang yang tewas di wilayah Palestina tersebut sejak Israel melanjutkan serangan skala besar pada 18 Maret.

    Meski serangan Israel terus berlanjut, warga Gaza tetap mempersiapkan diri menyambut Lebaran. Warga Palestina di Bureij, yang baru saja diserang Israel, tampak beramai-ramai membuat kue tradisional untuk dibagikan ke sesama warga.

    Kue itu akan dibagikan dalam persiapan untuk hari raya Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadan bagi umat Islam. Kue itu dibuat dengan bahan dan peralatan seadanya.

    Sebagian besar Gaza telah hancur akibat perang. Jutaan pun harus hidup di pengungsian karena tempat tinggal mereka hancur.

    Israel telah meluncurkan serangan besar-besaran ke Gaza sejak 7 Oktober 2023. Serangan itu diklaim Israel untuk membalas serangan Hamas ke wilayah mereka yang menewaskan 1.200 orang.

    Serangan Israel di Bureij camp di Gaza Tengah. (Photo by Eyad BABA / AFP)

    Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 50 ribu warga Gaza. Ratusan ribu orang terluka dan jutaan orang telah mengungsi akibat perang.

    Hamas telah menolak untuk memperpanjang masa gencatan senjata tahap pertama. Hamas mendesak Israel untuk memulai gencatan senjata tahap kedua yang dinilai akan membuat gencatan senjata permanen semakin dekat.

    Lihat juga Video Viral Ratusan Warga Gaza Demo Tuntut ‘Hamas Keluar’

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Blak-blakan Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa IDF Terapkan Protokol Anti-Nyamuk di Gaza – Halaman all

    Blak-blakan Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa IDF Terapkan Protokol Anti-Nyamuk di Gaza – Halaman all

    Blak-blakan Tentara Israel Trauma dan Muak Dipaksa IDF Terapkan Protokol Antinyamuk di Gaza
     
     
    TRIBUNNEWS.COM – Perang kembali terjadi di Gaza.

    Sejak  membatalkan gencatan senjata  pada 17 Maret, Pasukan Pendudukan Israel (IDF) telah menggempur wilayah Palestina  dengan gelombang serangan mematikan yang katanya menargetkan personel gerakan perlawanan Palestina, Hamas.

    Serangan tersebut telah menyebabkan jumlah korban tewas di Gaza menjadi lebih dari 50.000 sejak dimulainya perang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas di daerah kantong itu.

    Terkait agresi IDF yang kembali dilancarkan IDF ke Gaza, laporan CBS News baru-baru ini mengungkap pengakuan blak-blakan seorang tentara Israel yang mengaku trauma atas penggunaan taktik IDF dalam agresinya tersebut.

    Taktik-taktik IDF ini, disebutkan melanggar hukum internasional secara nyata. Selain itu, taktik ini justru menimbulkan trauma bagi kebanyakan personel IDF itu sendiri.

    “Tommy — bukan nama sebenarnya, karena ia setuju untuk berbicara dengan syarat anonim — bertempur di Gaza untuk IDF, dan kisahnya tentang taktik yang digunakan menimbulkan beberapa pertanyaan serius,” kata laporan tersebut dikutip Jumat (28/3/2025).

    Tentara Israel tersebut mengatakan kalau dia diperintahkan membakar dan menghancurkan rumah dan gedung serta menggunakan warga Palestina sebagai tameng manusia di Gaza

    “Kami telah membakar gedung-gedung tanpa alasan, yang tentu saja melanggar hukum internasional,” katanya dilansir CBS. 

    “…Dan kami menggunakan perisai manusia sebagai perlindungan,” tambahnya.

    Tommy mengatakan komandannya memerintahkan unitnya untuk menggunakan warga sipil Gaza untuk mencari bahan peledak di gedung-gedung, alih-alih menggunakan anjing militer yang sudah dilatih.

    “Mereka orang Palestina,”.

    “Kami mengirim mereka masuk terlebih dahulu untuk melihat apakah gedung itu aman dan memeriksa apakah ada jebakan… Mereka gemetar dan gemetar.”

     “Kami berbicara dengan komandan kami, dan kami memintanya untuk berhenti melakukannya,” kata Tommy, tetapi mereka diperintahkan untuk melanjutkan praktik tersebut. 

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar) (khaberni/tangkap layar)

    Protokol Antinyamuk

    Tommy mengatakan kalau penggunaan tameng manusia dari warga Gaza itu adalah prosedur militer yang diterapkan IDF.

    Praktik tersebut bahkan memiliki nama — “protokol antinyamuk” — menurut Breaking the Silence, sebuah organisasi veteran Israel yang berupaya mengungkap pelanggaran militer oleh personel IDF. 

    Kelompok tersebut mengatakan kalau beberapa whistleblower IDF telah mengonfirmasi bahwa protokol tersebut tersebar luas di Gaza.

    Breaking the Silence telah bertindak sebagai badan pengawas militer Israel selama lebih dari 20 tahun.

    Dikatakan bahwa mereka telah menguatkan pernyataan Tommy dengan tentara lainnya.

    “Dalam sebuah email, militer Israel mengatakan kepada CBS News bahwa mereka melarang penggunaan perisai manusia tetapi mereka tidak dapat menyelidiki klaim Tommy tanpa informasi yang lebih rinci,” tulis disclaimer laporan.

    Adapun Israel telah lama menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, dan ada bukti bahwa para pejuang menyembunyikan diri dan senjata mereka di wilayah sipil, membuat terowongan di bawah rumah sakit, dan menembakkan roket dari posisi tersebut.

    “IDF tidak mengonfirmasi apakah mereka sedang menyelidiki laporan lain tentang penggunaan “protokol antinyamuk” oleh pasukannya, tetapi kami menemukan bahwa pasukan Israel menggunakan taktik yang sama seperti yang digunakan di Gaza di  Tepi Barat yang diduduki, di mana serangan besar-besaran  telah menyebabkan pasukan Israel meledakkan rumah-rumah dan mengungsikan lebih dari 40.000 orang selama lebih dari dua bulan,” tulis laporan CBS.

    Sama-sama Trauma

    Penggunaan praktik tameng manusia ini rupanya tak hanya menimbulkan trauma psikis bagi para korban, tetapi juga bagi tentara Israel yang menjalankannya.

    Di Tepi Barat, reporter media tersebut bertemu dengan Omri Salem yang berusia 14 tahun, seorang anak yang tekun belajar dan bercita-cita menjadi seorang insinyur.

    Keluarganya telah tinggal di daerah itu selama beberapa generasi. 

    Ia mengatakan, bersama dengan sepupunya yang berusia sembilan tahun, kalau dia diperintahkan oleh IDF untuk menggeledah sebuah gedung apartemen berlantai empat. Ia tidak ingin melakukannya.

    “Saya sangat takut,” katanya. “Lalu mereka mulai memukuli kami.”

    Omri masih terluka secara emosional oleh para prajurit, yang katanya memaksanya dengan todongan senjata untuk menjadi perisai manusia mereka.

    Di Gaza, Tommy adalah orang yang memegang senjata, tetapi ia mengaku juga mengalami trauma.

    Tommy menyiratkan kemuakkannya atas praktik ilegal militer ini dalam perang.

    “Saya terluka secara moral,” kata prajurit itu. 

    “Sungguh menyebalkan, Anda tahu, menggunakan warga sebagai tameng manusia seperti anjing,” katanya.

     

    (oln/cbs/*)

  • Ratusan Tentara Israel Frustrasi Perang Makin Tak Jelas, 17.000 Anggota Daftar Psikolog

    Ratusan Tentara Israel Frustrasi Perang Makin Tak Jelas, 17.000 Anggota Daftar Psikolog

    PIKIRAN RAKYAT – Ratusan perwira dan prajurit Israel Penjajah merasa frustrasi atas bergejolaknya kembali peperangan di jalur Gaza, tanpa adanya kejelasan alasan.

    Mereka menyampaikan hal itu dalam surat yang dikirimkan kepada Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir, pada Kamis, 27 Maret 2025.

    Di dalam surat tersebut, ratusan perwira dan prajurit cadangan Israel mengatakan, “pasukan telah kembali bergejolak di Jalur Gaza, tanpa tujuan yang jelas.”

    Untuk itu, mereka mendesak Zamir agar gegas menentukan tujuan dimulainya kembali perang di Gaza, dan menetapkan tenggat waktu yang jelas untuk mencapai tujuan misi kali ini.

    Otoritas Penyiaran Publik Israel, KAN melaporkan, mereka menilai surat itu sebagai surat yang tidak biasa. Belum jelas apa maksud tak biasa, namun hingga saat ini tak ada balasan atau pembaharuan informasi mengenai ini.

    170.000 Prajurit Daftar Psikolog

    Media Israel, Yedioth Ahronoth sebelumnya melaporkan bahwa pada tanggal 19 Februari lalu, hampir 170.000 prajurit, termasuk ribuan prajurit cadangan yang kembali dari pertempuran, telah terdaftar untuk program perawatan psikologis yang diluncurkan oleh Kementerian Pertahanan.

    Tentara Israel melancarkan operasi udara mendadak di Jalur Gaza pada tanggal 18 Maret, menewaskan 855 orang, melukai hampir 1.900 lainnya.

    Secara otomatis, Israel telah menghancurkan gencatan senjata serta perjanjian pertukaran tahanan dengan kelompok Palestina Hamas yang berlaku pada bulan Januari.

    Lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 113.900 orang terluka dalam serangan militer brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

    Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah tersebut. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Negosiasi Hamas-Israel Berlanjut di Qatar, Mesir Usul 5 Sandera Dibebaskan Setiap Minggu – Halaman all

    Negosiasi Hamas-Israel Berlanjut di Qatar, Mesir Usul 5 Sandera Dibebaskan Setiap Minggu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mediator Hamas dan Israel, Mesir, mengirim delegasinya ke Doha, Qatar untuk menyampaikan usulan pada hari Kamis (27/3/2025).

    Para mediator, Mesir, Qatar, dan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS) berupaya untuk mendorong berlanjutnya negosiasi gencatan senjata yang terputus setelah Israel kembali meluncurkan serangan udara di Gaza sejak 18 Maret 2025.

    Dua diplomat asing yang mengetahui pembicaraan itu mengungkapkan Mesir mengusulkan pembebasan lima sandera Israel yang masih hidup pada hari pertama gencatan senjata yang dipulihkan.

    Kemudian, lima orang lagi akan dibebaskan setiap 7-10 hari.

    Kedua diplomat tersebut mengatakan sandera berkewarganegaraan Israel-Amerika, Idan Alexander, juga akan dibebaskan pada hari pertama, menurut laporan Al Arabiya.

    Usulan tersebut juga menetapkan penarikan tentara Israel dari posisi yang didudukinya kembali setelah melanggar gencatan senjata tahap pertama.

    Sejak pelanggaran tersebut, Israel kembali menduduki Koridor Philadelphi (Poros Salah al-Din) dan Koridor Netzarim, yang membagi Jalur Gaza menjadi dua bagian.

    Usulan baru Mesir juga mencakup komitmen kedua pihak untuk terus melanjutkan perundingan mengenai gencatan senjata dan mematuhinya, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Sebelumnya pada 19 Januari 2025, Israel dan Hamas mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan tahanan melalui para mediator.

    Perjanjian tersebut mencakup tiga tahap dan secara resmi berlangsung selama 42 hari.

    Pada tahap pertama, gerakan tersebut membebaskan 33 sandera hidup, termasuk delapan jenazah sandera.

    Sementara itu, Israel membebaskan hampir 1.900 tahanan Palestina selama tahap pertama perjanjian.

    Namun, gencatan senjata ini runtuh setelah Tel Aviv menolak untuk beralih ke tahap kedua dan menuntut perpanjangan tahap pertama, sebuah permintaan yang ditolak oleh Hamas.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel