ANTARA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pada Minggu (30/3), bahwa Israel siap untuk berunding guna mengakhiri konflik di Gaza, tetapi hanya jika Hamas menyerahkan senjatanya dan melepaskan kendali atas daerah kantong yang terkepung itu. Netanyahu mengatakan para pemimpin Hamas akan diizinkan untuk pergi, dan Israel akan memastikan keamanan umum di Jalur Gaza. (XINHUA/Gracia Simanjuntak/Yovita Amalia/I Gusti Agung Ayu N)
Negara: Jalur Gaza
-

Warga Gaza Rayakan Idul Fitri dengan Serangan Israel, 20 Orang Dilaporkan Tewas – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Perayaan Hari Raya Idul Fitri pada tahun 2025 ini menjadi hal yang paling menyakitkan bagi warga Palestina di Jalur Gaza.
Bagaimana tidak, saat warga Gaza merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 H, mereka dibombardir oleh Israel pada Minggu (30/3/2025).
Dalam serangan terbaru Israel itu, sebanyak 20 orang dilaporkan tewas, termasuk delapan anak-anak.
Dikutip dari Quds News Agency, serangan Israel menewaskan empat orang yang berlindung di tenda mereka di Khan Younis, Gaza selatan.
Sementara di Kota Gaza, pasukan Israel melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap kendaraan di lingkungan Tuffah, menewaskan satu orang.
Lalu di Jabalia, pasukan Israel membom sebuah bangunan perumahan dan menewaskan sedikitnya dua warga Palestina.
Serangan udara juga terjadi di Kota Bani Suheila di sebelah timur Khan Younis, menewaskan dua gadis.
Kemudian dua serangan di Khan Younis yang menewaskan sedikitnya empat orang.
Serangan juga dilaporkan di Rafah, yang melukai sedikitnya 11 orang.
Sholat Idul Fitri di Reruntuhan
Ratusan ribu warga Palestina di Gaza melaksanakan sholat Idul Fitri pada Minggu (30/3/2025) kemarin.
Dalam momen tersebut, para warga Gaza melaksanakan sholat Idul Fitri di atas reruntuhan masjid yang hancur, Anadolu Agency melaporkan.
Serangan udara Israel terus berlanjut hingga Minggu dini hari, menargetkan berbagai wilayah di daerah kantong yang terkepung, yang mengakibatkan jatuhnya korban.
Meskipun terjadi kerusakan, warga Palestina yang mengungsi berkumpul di tengah tembakan artileri dan tembakan gencar dari pasukan Israel untuk melaksanakan sholat, membaca takbir, dan bertukar ucapan selamat Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadan.
Namun, tradisi perayaan hari raya yang biasa dilakukan, seperti berbagi permen, memberi hadiah kepada anak-anak, dan merayakan di alun-alun, tidak ada.
Di Kota Gaza, ribuan orang berdoa di dalam Masjid Agung Omari yang hancur sebagian di Kota Tua, yang telah mengalami pemboman Israel selama perang yang sedang berlangsung.
Kemudian di Khan Younis, Gaza selatan, warga Palestina yang mengungsi melakukan sholat Idul Fitri di dalam tempat penampungan sementara di sebuah sekolah yang menampung keluarga-keluarga dari wilayah timur kota.
Saksi mata melaporkan bahwa doa dan takbirat terganggu oleh tembakan hebat dari posisi tentara Israel yang ditempatkan di timur kota.
Di Gaza tengah, ribuan orang berkumpul di dekat reruntuhan Masjid Al-Qassam di kamp pengungsi Nuseirat, serta di masjid-masjid yang hancur sebagian di seluruh wilayah.
(*)
-

15 Mayat Tim Penyelamat Ditemukan di Ambulans yang Ditembaki Israel di Gaza
Gaza –
Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan mereka telah menemukan jenazah 15 orang anggota tim penyelamat yang tewas seminggu lalu usai pasukan Israel menyerang ambulans di Jalur Gaza, Palestina. Jenazah itu kemudian dievakuasi untuk proses pemakaman.
Dilansir AFP, Senin (31/3/2025), jenazah delapan petugas medis dari Bulan Sabit Merah, enam anggota badan pertahanan sipil Gaza, dan satu karyawan badan PBB telah ditemukan pada Minggu (30/3) waktu setempat.
Satu petugas medis dari Bulan Sabit Merah masih hilang. Kelompok tersebut mengatakan mereka yang tewas menjadi sasaran pasukan penjajah Israel saat menjalankan tugas kemanusiaan.
“Mereka menuju ke daerah Hashashin di Rafah untuk memberikan pertolongan pertama kepada sejumlah orang yang terluka akibat penembakan Israel di daerah tersebut. Penargetan petugas medis Bulan Sabit Merah oleh penjajah hanya dapat dianggap sebagai kejahatan perang yang dapat dihukum berdasarkan hukum humaniter internasional, yang terus dilanggar oleh penjajah di depan mata seluruh dunia,” ujar Bulan Sabit Merah Palestina.
Dalam pernyataan sebelumnya, Bulan Sabit Merah mengatakan jenazah ditemukan dengan susah payah karena terkubur di pasir. Sejumlah mayat juga menunjukkan tanda-tanda pembusukan.
Badan pertahanan sipil Gaza juga mengonfirmasi 15 jenazah telah ditemukan dan menyebut pegawai PBB yang tewas tersebut berasal dari badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA.
Penyerangan ambulans tersebut terjadi pada 23 Maret di lingkungan Tal al-Sultan di kota Rafah dekat perbatasan Mesir beberapa hari setelah militer Israel melanjutkan pembomannya di Gaza.
“Mereka adalah pekerja kemanusiaan. Mereka mengenakan lambang yang seharusnya melindungi mereka; ambulans mereka ditandai dengan jelas. Mereka seharusnya memulangkan keluarga mereka; tetapi mereka tidak melakukannya,” kata Sekretaris Jenderal IFRC Jagan Chapagain.
“Hukum Kemanusiaan Internasional tidak bisa lebih jelas lagi, warga sipil harus dilindungi, pekerja kemanusiaan harus dilindungi. Layanan kesehatan harus dilindungi,” sambungnya.
IFRC mengatakan insiden itu merupakan serangan paling mematikan terhadap pekerja Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia sejak 2017. Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah mengaku sangat terkejut karena petugas medis tewas saat menjalankan tugas mereka bersama yang lain.
“Jenazah mereka diidentifikasi hari ini dan telah ditemukan untuk dimakamkan secara bermartabat. Banyaknya personel medis yang tewas selama konflik ini sangat menghancurkan. ICRC mengutuk keras serangan terhadap pekerja perawatan kesehatan,” kata ICRC.
Militer Israel mengakui pasukannya telah menembaki ambulans. Mereka mengatakan kepada AFP dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya telah menembakkan tembakan ke arah kendaraan Hamas dan melenyapkan beberapa teroris Hamas.
“Beberapa menit kemudian, kendaraan tambahan bergerak maju dengan mencurigakan ke arah pasukan yang merespons dengan menembaki kendaraan mencurigakan tersebut,” ujar otoritas Israel seraya menambahkan bahwa beberapa orang dianggap mereka sebagai teroris tewas.
“Beberapa kendaraan mencurigakan adalah ambulans dan truk pemadam kebakaran,” kata pernyataan militer, mengutip penyelidikan awal atas insiden tersebut.
Pernyataan itu mengungkit apa yang mereka anggap penggunaan berulang ambulans oleh organisasi teroris di Jalur Gaza untuk tujuan teroris. Israel dan sejumlah negara barat menganggap Hamas, yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina, sebagai teroris.
Lihat Video ‘Momen Pilu Warga Gaza Salat Id di Tengah Reruntuhan Bangunan’:
(haf/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Idul Fitri Penuh Kesedihan, Cerita Warga Gaza Kehilangan 20 Anggota Keluarga karena Serangan Israel – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Hari Raya Idul Fitri yang semestinya disambut dengan kegembiraan, tampaknya tidak dirasakan warga Gaza di Palestina.
Warga Palestina di Jalur Gaza tidak memiliki banyak hal untuk dirayakan pada Idul Fitri yang jatuh pada hari Minggu (30/3/2025).
Dikutip dari Al Arabiya, Idul Fitri 2025 di Gaza berlangsung di tengah persediaan makanan yang semakin menipis dan tanpa tanda-tanda berakhirnya perang antara Israel dan Hamas.
Banyak yang melaksanakan salat di luar reruntuhan masjid pada hari raya Idul Fitri, yang menandai akhir bulan puasa Ramadan.
Seharusnya ini menjadi momen bahagia ketika keluarga berkumpul untuk berpesta dan membeli pakaian baru untuk anak-anak, namun sebagian besar dari dua juta penduduk Gaza hanya berusaha bertahan hidup.
“Ini adalah Idul Fitri yang penuh kesedihan,” kata Adel al-Shaer setelah mengikuti salat Id.
“Kami kehilangan orang-orang tercinta, anak-anak kami, kehidupan kami, dan masa depan kami. Kami kehilangan para pelajar, sekolah, dan institusi kami. Kami kehilangan segalanya.”
Adel mengungkapkan 20 anggota keluarganya telah tewas akibat serangan Israel, termasuk empat keponakan kecilnya beberapa hari lalu, katanya sambil menangis.
Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan perang awal bulan ini setelah kelompok militan tersebut menolak menerima perubahan dalam perjanjian yang dicapai pada Januari.
Serangan Israel telah menewaskan ratusan warga Palestina, dan selama empat minggu terakhir Israel tidak mengizinkan masuknya makanan, bahan bakar, atau bantuan kemanusiaan.
“Ada pembunuhan, pengungsian, kelaparan, dan blokade,” kata Saed al-Kourd, seorang jamaah lainnya.
“Kami keluar untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan demi membahagiakan anak-anak, tetapi kebahagiaan Idul Fitri? Tidak ada Idul Fitri,” pungkasnya.
Data Korban Tewas
Dikutip dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa setidaknya 50.277 warga Palestina telah dipastikan tewas dan 114.095 lainnya terluka dalam perang Israel di Gaza.
Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas sekitar dua bulan lalu menjadi lebih dari 61.700, dengan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga telah meninggal.
Sementara itu 1.139 orang tewas di Israel dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023.
(Tribunnews.com)
-

Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin militan sayap kanan Hamas, Khalil Al-Hayya, menyatakan persetujuannya terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang diusulkan oleh mediator Arab dan Mesir.
Dalam pernyataannya, Al-Hayya mendesak Israel untuk mendukung usulan tersebut.
Ia menegaskan bahwa Hamas telah sepenuhnya mematuhi ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata yang sebelumnya dan berharap Israel tidak menghalangi usulan ini.
“Dua hari yang lalu kami menerima proposal dari saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya secara positif dan menyetujuinya,” ujar Al-Hayya dalam pidato yang dikutip dari CNN International.
Ia juga berharap agar pendudukan Israel tidak menjadi penghalang bagi tercapainya kesepakatan ini.
Berapa Lama Gencatan Senjata Akan Berlaku?
Seorang pejabat Mesir mengkonfirmasi bahwa Hamas telah setuju untuk melaksanakan gencatan senjata selama 50 hari yang akan dimulai saat perayaan Idul Fitri.
Selama masa gencatan senjata, Hamas akan membebaskan lima sandera yang masih hidup, termasuk seorang warga Amerika-Israel, sebagai imbalan atas izin Israel untuk memasukkan bantuan ke wilayah Gaza dan jeda pertempuran selama seminggu.
Untuk mempercepat tercapainya usulan gencatan senjata, Hamas bersama dengan faksi-faksi lain telah menyerahkan daftar para profesional dan ahli independen kepada Mesir.
Langkah ini diharapkan dapat membantu membentuk komite yang akan mengelola daerah kantong tersebut sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.
Mengapa Israel Menolak Proposal Gencatan Senjata?
Meskipun Hamas sepakat dengan usulan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan menolak proposal yang diajukan oleh mediator.
Kantor Perdana Menteri Netanyahu tidak memberikan rincian spesifik mengenai tawaran balasan Israel, namun menyatakan bahwa tawaran tersebut telah mendapat persetujuan dari pemerintah AS.
“Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator. Beberapa jam yang lalu, Israel menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan AS,” ungkap kantor Netanyahu.
Apa yang Terjadi Setelah Gencatan Senjata Berakhir?
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas diketahui berakhir pada 18 Maret setelah Israel melakukan serangan besar-besaran.
Serangan ini mengakibatkan ratusan orang tewas dalam waktu singkat.
Gedung Putih menyalahkan Hamas atas terjadinya pertempuran yang kembali pecah, mengeklaim bahwa Hamas menolak untuk memperpanjang gencatan senjata dan tidak bersedia membebaskan 24 dari 59 sandera yang masih hidup.
Karena alasan ini, Israel menolak kesepakatan gencatan senjata dan mengancam akan melanjutkan agresi untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza.
Terbaru, menjelang Idul Fitri 2025, militer Israel mengumumkan telah memperluas serangan darat di Jalur Gaza bagian selatan, dengan menargetkan beberapa lokasi di area tersebut.
Bagaimana Situasi di Gaza Saat Ini?
Sepanjang akhir pekan, pasukan Israel mengeklaim telah melancarkan serangan terhadap puluhan target di wilayah tersebut.
Pada 19 Maret, Israel mengumumkan dimulainya operasi darat terbatas untuk memperluas zona penyangga antara bagian utara dan selatan Gaza.
Serangan udara besar-besaran yang dilakukan pada 18 Maret menyebabkan lebih dari 920 korban jiwa dan melukai lebih dari 2.000 orang, serta mengakhiri kesepakatan gencatan senjata yang telah berjalan sejak Januari.
Dengan latar belakang ini, situasi di Gaza semakin memanas, dan ketidakpastian mengenai masa depan gencatan senjata tetap menjadi topik hangat di kalangan masyarakat internasional.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
-

Ratusan Perwira Israel Frustrasi dan Mengeluh, Sebut IDF Dikirim ke Gaza tanpa Tujuan Jelas – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Ratusan perwira cadangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkapkan rasa frustrasi mereka kepada Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir.
Mereka mengeluhkan pengiriman kembali pasukan ke Jalur Gaza tanpa tujuan yang jelas.
Keluhan tersebut disampaikan melalui surat pada hari Kamis lalu, di mana mereka menuntut Zamir untuk segera menentukan tujuan dan jadwal melanjutkan perang di Gaza.
Media penyiaran Israel, Kan, menyebut surat permintaan itu sebagai sesuatu yang tidak bias.
“Kami butuh kepastian dan tujuan yang jelas untuk melanjutkan operasi ini,” ungkap salah satu perwira dalam surat tersebut.
Kesehatan Mental Tentara IDF
Masalah kesehatan mental di kalangan tentara Israel semakin mengkhawatirkan.
Menurut laporan Yedioth Ahronoth pada bulan Februari, sekitar 170.000 tentara Israel memerlukan bantuan psikologis setelah menjalani dinas militer yang panjang.
Dari jumlah tersebut, puluhan ribu adalah tentara cadangan yang mendaftar untuk program terapi Amit yang diluncurkan oleh Kementerian Keamanan Israel.
Namun, Israel mengalami kekurangan terapis untuk program tersebut.
Laman Friends of Israel Disabled Veterans melaporkan bahwa sekitar 10.000 tentara Israel mengalami disabilitas psikologis, termasuk PTSD.
Selain itu, jumlah tentara yang menjadi difabel atau menderita cacat meningkat lebih dari 6.000 orang.
Sejak perang di Gaza dan Lebanon meletus, sebanyak 14.700 tentara dan aparat keamanan Israel dilaporkan terluka.
Krisis Prajurit di Militer Israel
Militer Israel kini menghadapi krisis prajurit. Banyak tentara cadangan menolak untuk ikut berperang di Gaza.
Saat ini, Israel bersiap untuk memperluas operasi militernya, dengan rencana memanggil puluhan ribu tentara dalam waktu dekat.
Media Haaretz melaporkan bahwa seorang komandan senior IDF mengungkapkan kekhawatiran terkait penolakan tentara cadangan untuk menjalankan kewajiban.
Alasan utama penolakan ini adalah kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, terutama dalam hal pembebasan sandera di Gaza.
Beberapa tentara juga menolak rancangan undang-undang yang akan mengecualikan warga Israel ultra-Ortodoks dari dinas militer.
“Para prajurit dan komandan mengalami keletihan yang luar biasa. Kami sudah melewati batas,” kata Alon Gur, seorang mantan anggota Angkatan Udara Israel yang baru-baru ini mengundurkan diri setelah dicopot karena menolak berdinas.
Gur menambahkan bahwa pemerintah lebih mengutamakan politik ketimbang nyawa manusia.
Pekan lalu, Haaretz melaporkan bahwa respons panggilan berdinas berikutnya diperkirakan tidak akan mencapai lebih dari 50 persen.
Awal Maret lalu, pemerintah Israel menyetujui RUU yang memungkinkan IDF memanggil hingga 400.000 tentara cadangan.
Namun, dua minggu kemudian, Israel melanjutkan serangan ke Gaza dan menghalangi pembicaraan tahap kedua gencatan senjata.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
-

Unjuk Rasa Besar-besaran di Israel: Warga Tuntut Sandera di Gaza Dibebaskan – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu malam, 29 Maret 2025, diperkirakan puluhan ribu orang menggelar unjuk rasa di seluruh Israel.
Aksi ini bertujuan untuk menuntut pembebasan warga Israel yang masih disandera oleh Hamas di Jalur Gaza dan menolak perombakan yudisial.
Unjuk rasa utama akan dimulai pukul 18:30 waktu setempat di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv.
Para pengunjuk rasa direncanakan akan bergerak menuju Jalan Benin untuk bergabung dengan keluarga sandera yang juga melakukan demonstrasi di sana.
Di Lapangan Sandera, akan ada pidato dari Iair Horn, seorang sandera yang telah dibebaskan, serta dari pensiunan jenderal Yom-Tov Samia dan aktor Michael Rapaport.
Lokasi lain yang akan menjadi tempat unjuk rasa meliputi Yerusalem, Carmei Gat, dan Persimpangan Shaar HaNegev.
Forum Sandera dan Keluarga Hilang mengimbau semua warga Israel untuk berpartisipasi dalam aksi tersebut, tanpa memandang latar belakang politik.
Mayoritas Warga Israel Ingin Perang Diakhiri
Menurut survei yang dirilis oleh Channel 12 pada hari Jumat, sebanyak 69 persen warga Israel mendukung penghentian perang di Gaza untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera.
Hanya 21 persen yang menolak usulan tersebut.
Di kalangan pendukung koalisi pemerintahan Israel, 54 persen menginginkan perang diakhiri, sementara 32 persen menolak.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, hingga kini tetap menolak untuk mengakhiri perang demi memastikan pembebasan 59 sandera yang masih berada di Gaza.
Netanyahu menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas dilenyapkan sebagai ancaman bagi Israel.
Dari 59 sandera tersebut, 24 di antaranya diyakini masih hidup.
Netanyahu juga menolak untuk merundingkan tahap kedua dari gencatan senjata.
Ia lebih memilih untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata agar lebih banyak sandera dapat dibebaskan, sambil tetap melanjutkan operasi militer.
Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah
Pengkritik Netanyahu berargumen bahwa peningkatan operasi militer justru dapat membahayakan nyawa sandera yang masih hidup.
Mereka juga mempertanyakan efektivitas serangan terbaru Israel dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Selama gencatan senjata antara Januari hingga Maret, Hamas telah membebaskan 30 sandera, yang terdiri dari 20 warga sipil Israel, 5 tentara, dan 5 warga negara Israel, serta menyerahkan jasad delapan warga Israel yang meninggal.
-

Banyak Perwira Israel Frustrasi, Bersurat ke Kepala Staf, Ratusan Ribu Tentara IDF Kena Mental – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Ratusan perwira cadangan Israel mengungkapkan rasa frustrasi mereka kepada Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir.
Para perwira Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ini mengeluh karena pasukan dikirim kembali ke Jalur Gaza “tanpa tujuan yang jelas”.
Keluhan tersebut disampaikan mereka kepada Zamir lewat sepucuk surat pada hari Kamis kemarin.
Media penyiaran Israel, KAN, menyebut mereka menuntut Zamir agar segera menentukan tujuan melanjutkan perang di Gaza beserta jadwalnya.
KAN menyebut surat permintaan itu sebagai sesuatu yang tidak biasa.
Sementara itu, media Israel lainnya, Yedioth Ahronoth, pada bulan Februari kemarin mengabarkan ada 170.000 tentara Israel yang memerlukan bantuan psikologis setelah menjalani dinas militer selama berbulan-bulan.
Dari jumlah itu, puluhan ribu di antaranya adalah tentara cadangan. Mereka mendaftar program terapi “Amit” yang diluncurkan oleh Kementerian Keamanan Israel.
Namun, media Israel tersebut mengatakan Israel kekurangan terapis untuk program itu.
Adapun laman Friends of Israel Disabled Veterans pada bulan yang sama melaporkan ada sekitar 10.000 tentara Israel yang menderita disabilitas psikologis, termasuk post-traumatic stress disorder (PTSD).
Di samping itu, jumlah tentara Israel yang menjadi difabel atau menderita cacat telah bertambah lebih dari 6.000 orang.
Sebanyak 14.700 tentara dan aparat keamanan Israel dilaporkan terluka sejak perang di Gaza dan Lebanon meletus.
Israel kekurangan tentara
Militer Israel dilaporkan mengalami krisis prajurit karena banyak tentara cadangannya menolak ikut berperang di Gaza.
Saat ini Israel bersiap memperluas operasi militernya di Gaza. Ada puluhan ribu tentara yang akan dipanggil dalam waktu dekat.
Media terkenal Israel bernama Haaretz melaporkan seorang komandan senior Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menyinggung banyaknya tentara cadangan yang menolak menjalankan kewajiban.
Alasan utamanya adalah kekecewaan besar atas kebijakan pemerintah dan perasaan bahwa pemerintah belum cukup melakukan banyak hal untuk membebaskan sandera di Gaza.
Alasan lainnya adalah penolakan tentara atas rancangan undang-undang (RUU) yang akan mengecualikan warga Israel ultra-Ortodoks dari dinas militer dan keinginan pemerintah untuk menguatkan kontrolnya atas pengadilan.
Beberapa tentara cadangan mengaku para prajurit dan komandan mengalami keletihan yang begitu besar. Mereka kesulitan menjalani dinas.
“Sudah melewati batas,” kata Alon Gur yang mengundurkan diri dari Angkatan Udara Israel minggu lalu setelah dicopot karena menolak berdinas.
Gur menuding pemerintah Israel lebih mengutamakan politik ketimbang nyawa manusia.
Pekan kemarin Haaretz menyebut respons panggilan berdinas berikutnya diperkirakan tidak akan mencapai lebih dari 50 persen.
Awal Maret lalu pemerintah Israel menyetujui RUU yang akan memungkinkan IDF memanggil hingga 400.000 tentara cadangan.
Dua minggu kemudian Israel melanjutkan serangan ke Gaza dan menghalangi pembicaraan tahap kedua gencatan.
-

Puluhan Ribu Orang Berdemo di Israel, Mayoritas Warga Israel Ingin Perang Gaza Disudahi – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Puluhan ribu orang diperkirakan akan berunjuk rasa di seluruh Israel pada Sabtu malam, (29/3/2025), waktu setempat.
Mereka menuntut pembebasan warga Israel yang masih disandera Hamas di Jalur Gaza. Selain itu, mereka menolak perombakan yudisial.
The Times of Israel melaporkan unjuk rasa utama akan dimulai pukul 18.30 di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv.
Selepas itu, para pengunjuk rasa akan turun menuju ke Jalan Benin untuk bergabung dengan keluarga sandera yang juga sudah berdemo di jalan itu.
Unjuk rasa turut digelar di Lapangan Sandera. Di sana nantinya akan ada pidato dari Iair Horn, seorang sandera yang telah dibebaskan.
Akan ada pula pidato dari seorang pensiunan jenderal bernama Yom-Tov Samia dan aktor Michael Rapaport.
Tempat lain yang menjadi lokasi unjuk rasa adalah Yerusalem, Carmei Gat, dan Persimpangan Sha’ar HaNegev.
Forum Sandera dan Keluarga Hilang mengimbau semua warga Israel ikut serta dalam unjuk rasa besar-besaran itu, terlepas dari apa pun latar belakang politiknya.
Demonstrasi itu digelar di tengah momen disahkannya undang-undang reformasi pengadilan, mandeknya negosiasi sandera, dan pemecatan Ronen Barat, kepala Shin Bet atau dinas keamanan Israel.
Mayoritas warga Israel ingin perang diakhiri
Menurut survei, sebanyak 69 persen warga Israel mendukung perang di Gaza diakhiri agar kesepakatan pembebasan sandera bisa tercapai. Adapun jumlah yang menolak mencapai 21 persen.
Survei itu dirilis oleh Channel 12 pada hari Jumat kemarin.
Pada kalangan pendukung koalisi pemerintahan Israel, ada 54 persen yang menginginkan perang diakhiri. Yang menolak ada 32 persen.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hingga kini menolak mengakhiri perang demi mengamankan pembebasan 59 sandera yang masih berada di Gaza. Dia mengatakan perang baru bisa berakhir jika Hamas telah dilenyapkan dan tak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Dari 59 sandera itu, sebanyak 24 di antaranya diyakini masih hidup.
Netanyahu juga menolak merundingkan tahap kedua gencatan senjata. Jika tahap kedua terwujud, semua sandera akan dibebaskan, lalu perang diakhiri dan Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza.
Namun, Netanyahu lebih memilih untuk membebaskan lebih banyak sandera dengan cara memperpanjang tahap pertama gencatan. Hal ini akan memungkinkan Israel untuk melanjutkan perang.
Menurut pemerintahan Netanyahu, mengakhiri perang sebagai imbalan atas pembebasan sandera akan membuat Hamas tetap berkuasa di Gaza.
Per 18 Maret kemarin, Israel mulai kembali melancarkan serangan ke Gaza.
Para pengkritik Netanyahu mengatakan penambahan operasi militer justru akan membahayakan nyawa sandera yang masih hidup. Di samping itu, serangan-serangan terbaru Israel juga disebut tidak akan bisa membuat Israel mencapai tujuannya.
Selama gencatan senjata Januari hingga Maret, Hamas telah membebaskan 30 sandera. Rinciannya adalah 20 warga sipil Israel, 5 tentara, dan 5 warga negara Israel.
Hamas juga menyerahkan jasad delapan warga Israel yang meninggal.
-

Pejabat AS Bocorkan Intelijen dari Israel untuk Serang Houthi di Yaman, Tel Aviv Kecewa Berat – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Israel menyatakan kekecewaan mendalam terhadap Amerika Serikat (AS) setelah bocornya informasi intelijen yang mengungkapkan bahwa mereka memberikan data kepada AS untuk melancarkan operasi militer terhadap gerakan Houthi di Yaman.
Kebocoran ini terungkap dari sebuah obrolan di aplikasi Signal yang dilaporkan oleh surat kabar AS, Wall Street Journal.
Pejabat pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa informasi yang disampaikan Israel kepada AS mencakup data lokasi seorang pemimpin Houthi, yang berasal dari sumber intelijen Israel di Yaman.
Meskipun Wall Street Journal tidak merinci peran informasi ini dalam serangan AS terhadap Houthi, Israel menilai kebocoran ini sebagai pelanggaran kerahasiaan intelijen yang berpotensi membahayakan sumber mereka.
Kejadian ini terungkap pada Senin, 24 Maret 2024, ketika jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, menerbitkan artikel yang menjelaskan tentang percakapan rahasia di grup obrolan Signal.
Obrolan tersebut melibatkan pejabat pemerintah AS yang membahas rincian serangan militer yang direncanakan terhadap Houthi.
Dalam artikel tersebut, Goldberg menyebutkan bahwa pada 11 Maret 2025, ia menerima permintaan panggilan dari Mike Waltz, penasihat keamanan nasional Presiden AS.
Dua hari kemudian, ia ditambahkan ke dalam grup obrolan tertutup yang membahas serangan militer di Yaman.
Pada 15 Maret 2025, Pete Hegseth, Menteri Pertahanan AS, mengunggah pesan yang merinci serangan AS yang akan datang, termasuk target dan jenis senjata yang digunakan.
Kebocoran informasi ini bertepatan dengan serangan udara AS yang diluncurkan terhadap Houthi di Yaman pada 15 Maret 2025.
Israel menilai bahwa kebocoran ini dapat merusak kepercayaan dalam kerjasama intelijen antara kedua negara.
Sementara itu, Presiden AS, Donald Trump, menegaskan bahwa kelompok tersebut tidak merilis informasi rahasia dan tidak melihat adanya ancaman keamanan dalam masalah ini.
Mike Waltz membantah mengetahui alasan Goldberg ditambahkan ke dalam grup obrolan tersebut.
Hingga saat ini, Departemen Pertahanan AS belum memberikan komentar resmi mengenai masalah ini.
Serangan Houthi terhadap kapal-kapal Israel dan sekutunya di Laut Merah dimulai pada 14 Maret 2025, setelah Israel menolak tuntutan Houthi untuk membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Sebelumnya, pada 19 November 2023, Houthi menyatakan solidaritasnya untuk mendukung Gaza yang menghadapi serangan Israel.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
