Negara: Italia

  • Setelah 13 Tahun Tutup, Jerman Buka Lagi Kedutaan di Suriah

    Setelah 13 Tahun Tutup, Jerman Buka Lagi Kedutaan di Suriah

    Jakarta

    Lebih dari tiga bulan setelah jatuhnya rezim Presiden Suriah Bashar Assad, Jerman membuka kembali kedutaannya di Damaskus pada hari Kamis (20/03).

    Kedutaan yang sempat tertutup sejak tahun 2012 di tengah gelora perang saudara Suriah, kini resmi dibuka kembali oleh Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, yang datang ke Suriah untuk kali kedua sejak runtuhnya pemerintahan Assad.

    Sejumlah kecil diplomat Jerman akan melanjutkan tugas mereka di Damaskus, namun urusan konsuler, seperti penerbitan visa, akan tetap dilaksanakan di Beirut, Lebanon, demikian menurut Baerbock.

    Langkah ini menandai babak penting dalam pemulihan hubungan antara Berlin dan kepemimpinan di Damaskus, yang kini tengah bergulat dengan masalah kemanusiaan dan keamanan saat berusaha membangun kembali negeri setelah kejatuhan Assad.

    Lebih dari satu juta warga Suriah, banyak di antaranya yang mengungsi dari tanah air mereka selama perang saudara yang berdarah-darah, kini tinggal di Jerman.

    Apa lagi yang dilakukan Baerbock di Suriah?

    Baerbock juga bertemu dengan pemimpin sementara Suriah. Ia menyatakan bahwa kelompok ekstremis yang bertanggung jawab atas pembantaian sektarian bulan ini harus dikendalikan dan dimintai pertanggungjawaban.

    “Adalah hal yang sangat penting untuk mengendalikan kelompok ekstremis dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan dihukum,” ujarnya setelah melakukan pembicaraan di Damaskus dengan Presiden Sementara Ahmed al-Sharaa. “Setiap upaya untuk memperburuk eskalasi harus dicegah.” Baerbock juga dijadwalkan untuk bertemu dengan perwakilan organisasi masyarakat sipil.

    Lebih dari 1.500 orang telah tewas dalam aksi kekerasan ini, sebagian besar adalah warga sipil dan anggota minoritas agama Alawi, yang juga merupakan kelompok tempat Assad berasal, demikian menurut Syrian Observatory for Human Rights, sebuah lembaga pemantau yang bermarkas di London.

    Berbicara di Beirut sebelum penerbangannya ke Suriah, Baerbock mengutuk “pembunuhan terhadap warga sipil secara terarah ini,” dengan menggambarkannya sebagai “kejahatan mengerikan” yang telah merusak kepercayaan secara signifikan.

    Ia menyerukan kepada pemerintah transisi untuk “mengendalikan tindakan kelompok dalam barisan mereka sendiri dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban.”

    Baerbock tegaskan dukungan Jerman untuk Suriah

    Baerbock menegaskan kembali komitmen Jerman untuk terus memberikan bantuan kemanusiaan kepada Suriah dan memberikan sinyal kemungkinan pelonggaran sanksi dengan beberapa syarat tertentu.

    “Awal politik baru antara Eropa dan Suriah, antara Jerman dan Suriah, adalah sesuatu yang mungkin,” tegas Baerbock.

    Ia menambahkan bahwa hal ini memerlukan komitmen yang jelas untuk memastikan kebebasan, keamanan, dan kesempatan yang setara bagi seluruh warga Suriah, tanpa memandang jenis kelamin, etnis, atau agama.

    Pada hari Senin (17/03), Jerman mengumumkan bantuan rekonstruksi sebesar €300 juta untuk Suriah, sebagai bagian hasil dari konferensi donor yang mengumpulkan total janji bantuan sebesar €5,8 miliar.

    Di antara negara-negara anggota Uni Eropa lainnya, Italia membuka kembali kedutaannya di Suriah tahun lalu sebelum kejatuhan Assad, sementara Spanyol membuka kedutaannya setelah kejatuhannya.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jetlag hingga Imobilitas Long Haul Air Travel

    Jetlag hingga Imobilitas Long Haul Air Travel

    Jakarta

    Kekalahan timnas Indonesia dengan skor 1-5 dari Australia dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Kamis (20/3/2025), membuat banyak penggemar bertanya-tanya: mengapa performa Skuad Garuda terlihat jauh dari penampilan terakhirnya melawan Australia di GBK akhir tahun lalu. Salah satu faktor yang patut dipertimbangkan adalah dampak perjalanan jarak jauh yang dialami para pemain. Menggunakan formasi 4-3-3 dengan hasil ball possession 61 %, namun kalah telak 1-5, menunjukkan salahsatunya adalah karena kelelahan dan kurangnya konsentrasi karena faktor jarak tempuh perjalanan mayoritas pemain. Dengan jarak tempuh lebih dari 16.000 kilometer dari berbagai kota di Eropa ke Sydney, fenomena jet lag, dehidrasi, dan imobilitas dalam perjalanan dengan pesawat mungkin menjadi “pemain lawan ke-12, 13, dan 14” yang tidak terlihat namun sangat berpengaruh.

    Jet Lag: Ketika Jam Tubuh Berantakan

    Jet lag, atau dalam istilah medis disebut desynchronosis, terjadi ketika jam biologis tubuh (circadian rhythm) kita tidak sinkron dengan waktu lokal di tempat tujuan. Tubuh manusia memiliki jam internal yang mengatur berbagai fungsi fisiologis seperti suhu tubuh, produksi hormon, dan siklus tidur-bangun. Ketika kita bepergian melintasi beberapa zona waktu dengan cepat, jam internal ini tidak bisa beradaptasi secepat perpindahan fisik kita.

    Pada kasus pemain Timnas Indonesia yang berlaga di klub-klub Eropa dan Amerika, beberapa anggota Skuad Garuda harus menempuh perjalanan ekstrem. Pemain seperti Ole Romeny dan Marselino Ferdinan (Oxford United, Inggris), Nathan Tjoe-A-On (Swansea City, Inggris), Jay Idzes (Venezia, Italia), dan Maarten Paes (FC Dallas, Amerika Serikat) menempuh jarak sekitar 13.800-17.000 kilometer dan melintasi 7-10 zona waktu untuk tiba di Sydney. Mereka hanya memiliki waktu adaptasi minimal, yaitu sekitar 2-3 hari, sebelum pertandingan penting ini. Dampaknya bukan sekadar rasa kantuk yang mengganggu, tetapi gangguan sistemik pada tubuh yang memengaruhi:

    Kualitas tidur: Pemain akan mengalami kesulitan tidur pada waktu yang tepat, menyebabkan kurangnya fase tidur dalam (deep sleep) yang sangat penting untuk pemulihan otot.Performa kognitif: Kemampuan pengambilan keputusan, konsentrasi, dan waktu reaksi dapat menurun hingga 20%. Bayangkan dampaknya pada pertandingan
    sepakbola yang membutuhkan respons refleks dan keputusan taktis dalam hitungan detik.Fungsi kardiovaskular: Studi dalam jurnal Aviation, Space, and Environmental Medicine menunjukkan penurunan kapasitas aerobik hingga 7-10% pada atlet yang mengalami jet lag berat.Efek Ketinggian dan Tekanan Kabin: Dehidrasi Tersembunyi

    Selain jet lag, aspek kedokteran penerbangan lain yang jarang diperhatikan adalah efek fisiologis dari berada di ketinggian selama berjam-jam. Meski kabin pesawat diberi tekanan, kondisinya setara dengan berada di ketinggian 1.800-2.400 meter di atas permukaan laut- hampir setinggi kota Bandung. Pada ketinggian tersebut, udara lebih kering dengan kelembaban hanya sekitar 10-20%, jauh di bawah kelembaban normal 30-60%. Kondisi ini menyebabkan dehidrasi yang signifikan, terutama dalam penerbangan jarak jauh.”

    Dehidrasi bahkan sebesar 2% dari berat tubuh sudah dapat menurunkan:

    Daya tahan (endurance) hingga 10%Kekuatan otot hingga 5-6%Kemampuan sprint hingga 3%

    Untuk penerbangan selama 20+ jam yang dilalui pemain dari Eropa ke Australia (rute umum seperti Amsterdam-Singapura-Sydney bisa memakan waktu 23-25 jam termasuk transit), risiko dehidrasi ini menjadi sangat nyata, terlebih jika tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup. Pemain seperti Jay Idzes yang berangkat dari Venesia, Italia, bahkan harus menempuh rute lebih panjang dengan multiple transit yang bisa mencapai total 30+ jam perjalanan.

    Faktor Imobilitas: Kaki Berat di Lapangan

    Faktor ketiga yang perlu dipertimbangkan adalah dampak imobilitas dalam waktu lama selama penerbangan. Duduk dalam posisi yang sama selama berjam-jam dapat menyebabkan akumulasi cairan di kaki dan mengurangi elastisitas otot.

    Fenomena yang dikenal sebagai economy class syndrome ini dapat menyebabkan:

    Kekakuan otot dan sendiBerkurangnya fleksibilitasPenurunan aliran darah ke otot tungkaiDalam kasus ekstrem, risiko pembekuan darah (deep vein thrombosis)

    Untuk atlet sepakbola yang mengandalkan kecepatan, kelincahan, dan kekuatan kaki, kondisi ini bisa sangat merugikan, terutama jika waktu adaptasi setelah tiba di tempat tujuan tidak cukup.

    Protokol Penanganan Jet Lag di Sepakbola Modern

    Tim-tim elite dunia seperti Manchester City, Real Madrid, atau timnas Jerman memiliki protokol khusus untuk mengatasi jet lag pada pertandingan internasional. Apa yang mereka lakukan?

    1. Penyesuaian Pra-Keberangkatan

    Tim medis Bayern Munich misalnya, mulai menyesuaikan pola tidur pemain 2-3 hari sebelum penerbangan jarak jauh, menggeser secara bertahap 1-2 jam per hari ke arah zona waktu tujuan.

    2. Strategi Selama Penerbangan

    Biasanya pemain diinstruksikan untuk segera menyesuaikan jam tangan dan pola aktivitas dengan waktu tujuan begitu pesawat lepas landas. Beberapa klub bahkan menyewa pesawat pribadi dengan konfigurasi yang memungkinkan pemain berbaring sepenuhnya.

    3. Protokol Cahaya dan Melatonin

    Paparan cahaya terang pada waktu yang tepat dan penggunaan terkontrol suplemen melatonin telah terbukti mempercepat adaptasi jam biologis tubuh. Sebuah studi menunjukkan percepatan adaptasi hingga 50% dengan protokol ini.

    4. Nutrisi Terprogram

    Diet khusus dengan pengaturan waktu makan, jenis karbohidrat, dan rasio protein juga memegang peran penting. Klub top dunia bahkan memiliki menu khusus ‘anti-jet lag’ yang disiapkan nutrisionis tim.

    Dampak pada Skuad Timnas Indonesia di Sydney

    Komposisi pemain starting-eleven timnas Indonesia untuk pertandingan di Sydney 10 orang diantaranya sangat mungkin terdampak signifikan oleh faktor jetlag perjalanan. Berikut detail perkiraan jarak tempuh yang dilalui masing-masing pemain berdasarkan klub terkini mereka:

    MaartenPaes(FCDallas,MLS,AmerikaSerikat)-sekitar13.800kmJay Idzes (Venezia, Italia) – sekitar 16.700 kmMeesHilgers(FCTwente,Belanda)-sekitar16.500kmCalvinVerdonk(NECNijmegen,Belanda)-sekitar16.500kmThom Haye (Almere City, Belanda) – sekitar 16.500 kmNathan Tjoe-A-On (Swansea City, Inggris) – sekitar 17.000 kmKevin Diks (FC Copenhagen, Denmark) – sekitar 16.100 kmOle Romeny (Oxford United, Inggris) – sekitar 17.000 kmDean James (Go Ahead Eagles, Belanda) – sekitar 16.500 kmMarselino Ferdinan (Oxford United, Inggris) – sekitar 17.000 km

    Hanya satu pemain, yaitu :

    Rafael Struick (Western Sydney Wanderers, Australia) yang memang bermain di kota klubnya sendiri.

    Pemain sisanya (12 dari 23 pemain yang dibawa patrick Kluivert,) harus menempuh perjalanan ekstrem lebih dari 15.000 km dengan perbedaan waktu hingga 6-17 jam, kecuali beberapa dengan perjalanan yang lebih moderat seperti Sandy Walsh (dari Jepang) namun tetap signifikan. Perjalanan panjang ini dilakukan dengan waktu adaptasi terbatas, sebagian pemain hanya tiba 2-3 hari sebelum pertandingan penting melawan Australia, jauh dari rekomendasi medis optimal 5-7 hari untuk pemulihan jet lag.

    Apa yang Seharusnya Dilakukan Timnas Indonesia?

    Dengan keterbatasan waktu dan sumber daya, langkah apa yang dapat diambil timnas Indonesia untuk meminimalisir dampak perjalanan jauh?

    Jangka pendek:Tiba di lokasi pertandingan minimal 5-7 hari sebelumnya untuk adaptasi optimalMenerapkan protokol tidur ketat dengan bantuan ahli chronobiologiPenggunaan terapi cahaya yang teratur dan terprogramHidrasi yang dimonitor ketat, dengan target minimal 3-4 liter cairan per hariSesi recovery khusus termasuk terapi kompresi, contrast bath, dan mobilisasi aktifAktivitas mobilisasi yang cukup di dalam pesawatJangka panjang:Investasi pada teknologi monitoring kelelahan seperti wearable devices yang mengukur variabilitas detak jantung (heart rate variability/HRV)Pelatihan staf medis dalam manajemen jet lag dan kelelahanPenjadwalan yang lebih rasional dengan mempertimbangkan jarak tempuh dan zona waktuPulihkan segera dari jetlag yang sekarang masih ada

    Kekalahan timnas Indonesia dari Australia memang multifaktorial, tidak bisa semata- mata disalahkan pada jet lag dan kelelahan perjalanan. Namun, mengabaikan faktor ini sama saja dengan memberikan handicap tersembunyi pada tim lawan. Dalam sepakbola modern, faktor-faktor fisiologis seperti jet lag bisa menjadi pembeda antara kemenangan dan kekalahan. Kita perlu memberi perhatian serius pada aspek ini.

    Dengan kualifikasi Piala Dunia 2026 yang tinggal menyisakan beberapa laga, dan tanding terdekat adalah melawan Bahrain 25 Maret 2025, ada sedikit waktu untuk memulihkan jam biologis para pemain – pemain ini.Ini dibutuhkan, karena mereka masih menyisakan jet lag dari perjalanan kemarin dan tambahan perjalanan sekitar 6 jam dari Sydney ke Jakarta esok. Harus disadari, dalam persaingan level dunia, kita tidak hanya bertanding melawan tim lawan, tetapi juga melawan efek ‘tersembunyi’ seperti jet lag, dehidrasi, dan imobilitas dalam perjalanan panjang dengan pesawat. Semoga timnas Indonesia menang dalam laga-laga selanjutnya…

    Catatan: Penulis merupakan seorang dokter spesialis kedokteran penerbangan yang juga dosen di Prodi Kedokteran Penerbangan IKK FKUI.

    (up/up)

  • Petaka Baru, Tetangga RI Diam-diam Pakai Senjata Bahaya Buatan Israel

    Petaka Baru, Tetangga RI Diam-diam Pakai Senjata Bahaya Buatan Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok akademisi dan peneliti keamanan The Citizen Lab melaporkan beberapa negara yang diduga menjadi pengguna ‘senjata’ mata-mata alias spyware buatan Paragon Solutions asal Israel.

    Di antara negara-negara tersebut, ada 2 yang merupakan ‘tetangga’ Indonesia, yakni Singapura dan Australia. Sisanya adalah Kanada, Denmark, Siprus, dan Israel.

    The Citizen Lab yang berbasis di Universitas Toronto telah menyelidiki Paragon Solutions selama lebih dari 1 dekade. Dalam laporan terbarunya, The Citizen Lab mengatakan pemerintah di 6 negara diduga telah mengoperasikan layanan Paragon.

    Selama ini, Paragon mencoba membedakan dirinya dengan para pesaing, seperti NSO Group. Paragon mengklaim sebagai vendor spyware yang lebih bertanggung jawab.

    Pada 2021 lalu, seorang eksekutif senior Paragon yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Forbes bahwa rezim otoriter atau non-demokratis tidak akan pernah menjadi klien perusahaan.

    Namun, pada akhir Januari lalu, WhatsApp menyebarkan notifikasi ke 90 pengguna yang diyakini menjadi target spyware milik Paragon.

    Menanggapi skandal tersebut, CEO Paragon John Fleming mengatakan kepada TechCrunch bahwa perusahaan memberikan lisensi teknologinya kepada sekelompok negara demokratis, terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Media berita Israel melaporkan pada akhir 2024 bahwa modal ventura AS AE Industrial Partners telah mengakuisisi Paragon setidaknya dengan uang muka US$500 juta atau setara Rp8,2 triliun.

    Dalam laporan yang terbit pada Rabu (19/3), The Citizen Lab mengatakan mereka berhasil memetakan infrastruktur server yang digunakan Paragon untuk alat mata-matanya. Server itu diberi nama kode ‘Graphite’ oleh vendor tersebut, berdasarkan informasi dari sumber dalam.

    Bermula dari bocoran tersebut, The Citizen Lab lantas mengembangkan beberapa sidik jari yang mampu mengidentifikasi server Paragon dan sertifikat digital terkait. Peneliti kemudian menemukan beberapa alamat IP yang di-hosting di perusahaan telekomunikasi lokal.

    The Citizen Lab mengatakan mereka yakin ini adalah server milik pelanggan Paragon, sebagian berdasarkan inisial sertifikat, yang tampaknya cocok dengan nama negara tempat server tersebut berada.

    “Bukti tidak langsung yang kuat mendukung adanya hubungan antara Paragon dan infrastruktur yang kami petakan,” tulis Citizen Lab dalam laporan tersebut, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (20/3/2025)

    “Infrastruktur yang kami temukan terhubung ke halaman web berjudul ‘Paragon’ yang ditampilkan melalui alamat IP di Israel, serta sertifikat TLS yang memuat nama organisasi ‘Graphite’,” kata laporan tersebut.

    The Citizen Lab mengatakan para peneliti mengidentifikasi beberapa nama kode lain yang menunjukkan calon pelanggan pemerintah Paragon lainnya. Di antara negara-negara yang diduga sebagai pelanggan, The Citizen Lab mengungkap Kepolisian Provinsi Ontario (OPP) Kanada.

    TechCrunch telah menghubungi juru bicara di pemerintah negara-negara yang disebut, yakni Australia, Kanada, Siprus, Denmark, Israel, dan Singapura. Tak ada perwakilan yang merespons.

    Juru bicara OPP Jeffrey Del Guidice tidak membantah temuan The Citizen Lab. Sebaliknya, ia menekankan bahwa pembocoran informasi terkait teknik dan teknologi investigasi tertentu dapat membahayakan proses penyelidikan yang sedang berlangsung, serta mengancam keselamatan publik dan petugas.

    Sementara itu, pihak Paragon mengatakan The Citizen Lab menghimpun informasi yang sangat terbatas dan beberapa tidak akurat.

    “Mengingat keterbatasan informasi yang diberikan, kami tidak dapat memberikan komentar saat ini,” kata CEO Fleming.

    Ia tak merespons lebih lanjut ketika ditanya oleh TechCrunch terkait informasi tak akurat yang dilaporkan The Citizen Lab.

    Metode Mata-mata Paragon Lebih Susah Ditemukan

    The Citizen Lab mencatat bahwa semua orang yang diberi tahu oleh WhatsApp, yang kemudian menghubungi organisasi tersebut agar ponsel mereka dianalisis, menggunakan ponsel Android. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi “artefak forensik” yang ditinggalkan oleh spyware Paragon, yang oleh para peneliti disebut “BIGPRETZEL.”

    Juru bicara Meta Zade Alsawah mengatakan perusahaan bisa mengonfirmasi bahwa indikator dari The Citizen Lab terkait BIGPRETZEL terkait dengan Paragon.

    “Kami telah melihat sendiri bagaimana spyware komersial dapat dijadikan senjata untuk menargetkan jurnalis dan masyarakat sipil, dan perusahaan-perusahaan ini harus bertanggung jawab,” demikian pernyataan Meta.

    “Tim keamanan kami terus berupaya untuk mengatasi ancaman, dan kami akan terus berupaya melindungi kemampuan orang-orang untuk berkomunikasi secara pribadi,” ia menambahkan.

    Sebagai catatan, HP Android tidak selalu menyimpan log perangkat tertentu. The Citizen Lab mencatat bahwa kemungkinan lebih banyak orang yang menjadi sasaran spyware Graphite, meskipun tidak ada bukti spyware Paragon di ponsel mereka.

    Untuk orang-orang yang diidentifikasi sebagai korban, tidak jelas apakah mereka pernah menjadi sasaran pada kesempatan sebelumnya.

    The Citizen Lab juga mengatakan spyware Graphite dari Paragon menargetkan dan membahayakan aplikasi tertentu di HP tanpa memerlukan interaksi apa pun dari target.

    Dalam kasus Beppe Caccia, salah satu korban di Italia yang bekerja untuk sebuah LSM yang membantu para migran, The Citizen Lab menemukan bukti bahwa spyware tersebut menginfeksi dua aplikasi lain di perangkat Android miliknya, tanpa menyebutkan nama aplikasi tersebut.

    The Citizen Lab mengatakan penargetan aplikasi tertentu alih-alih mengincar sistem operasi perangkat, dapat mempersulit investigasi forensik untuk menemukan bukti peretasa. Namun, metode ini dapat memberi akses ke pembuat aplikasi untuk mendeteksi operasi spyware.

    “Spyware Paragon lebih sulit dideteksi daripada kompetitor seperti Pegasus [milik NSO Group], tetapi, pada akhirnya, tidak ada serangan spyware yang ‘sempurna’,” kata Bill Marczak, peneliti senior di The Citizen Lab, kepada TechCrunch.

    “Mungkin petunjuknya ada di tempat yang berbeda dari yang biasa kita lihat, tetapi dengan kolaborasi dan berbagi informasi, bahkan kasus yang paling sulit pun dapat terungkap,” ia menambahkan.

    The Citizen Lab juga mengatakan telah menganalisis iPhone milik David Yambio, yang bekerja erat dengan Caccia dan orang lain di LSM miliknya. Yambio menerima pemberitahuan dari Apple tentang ponselnya yang menjadi sasaran spyware bayaran, tetapi para peneliti tidak dapat menemukan bukti bahwa ia menjadi sasaran spyware Paragon.

    (fab/fab)

  • Suka-Duka Touring Bareng Aprilia Tuareg 660

    Suka-Duka Touring Bareng Aprilia Tuareg 660

    Tuareg 660 diplot sebagai andalan Aprilia untuk bermain di segmen moge medium adventure. Hadir dengan bentuk badan bak motor enduro, mesin silinder ganda, serta teknologi yang mutakhir, Tuareg 660 rasanya pas untuk dipakai di banyak perjalanan.

    Tim detikOto berkesempatan mengetes motor ini untuk turing dan mencari tahu apa saja kelebihan serta kekurangannya. Lantas apa saja yang perlu detikers ketahui soal moge jangkung asal Italia? Simak ulasannya di video kali ini!

  • Peta Bintang Abad ke-11 Ungkap Sejarah Astronomi Islam, Kristen, dan Yahudi

    Peta Bintang Abad ke-11 Ungkap Sejarah Astronomi Islam, Kristen, dan Yahudi

    Jakarta

    Sebuah astrolabe abad ke-11 yang ditemukan di sebuah museum di Verona, Italia, merupakan bukti nyata adanya pertukaran dan kerja sama ilmiah antara umat Muslim, Kristen, dan Yahudi.

    Astrolabe atau astrolab adalah alat astronomi kuno yang digunakan untuk menghitung posisi benda langit, seperti bintang, Matahari, Bulan, dan planet. Dalam Islam, astrolab juga dapat digunakan untuk menentukan waktu salat dan berpuasa.

    Dikutip dari Space.com, astrolabe ini menonjol karena dibuat oleh perajin Muslim, kemudian berpindah tangan ke tangan pengguna Yahudi dan Kristen, yang menerjemahkan dan memodifikasi perangkat genggam tersebut selama berabad-abad.

    Astrolab yang digunakan secara luas seperti itu, yang berasal dari hampir seribu tahun yang lalu merupakan penemuan yang sangat langka.

    Selama puluhan tahun, astrolabe perunggu itu terbengkalai di arsip Fondazione Museo Miniscalchi-Erizzo di Verona, tanpa diketahui nilai sebenarnya. Hingga akhirnya, kurator museum Giovanna Residori penasaran dan menarik perhatian Federica Gigante, seorang sejarawan di Cambridge University yang mengkhususkan diri dalam penelitian pertukaran material dan intelektual antara orang-orang Islam dan Eropa.

    “Kurator saat ini menganggapnya sebagai objek yang menarik dan ingin mengetahui lebih banyak tentangnya. Saya tidak sengaja melihatnya di situs web museum, jadi itu adalah kebetulan yang membahagiakan,” kata Gigante.

    Astrolab Verona. Foto: Federica Gigante

    Saat memeriksa astrolab itu, Gigante terkejut mengetahui betapa rumitnya sejarah perangkat khusus ini. Astrolab ditemukan oleh orang Yunani kuno, tetapi tidak ada satu pun astrolab yang bertahan hingga saat itu.

    Sebaliknya, contoh paling awal berasal dari akhir abad ke-8 dan dibuat oleh astronom Arab, yang saat itu memimpin dunia dalam hal keterampilan ilmiah.

    Penggunaan Astrolab

    Astrolab dibuat dari sebuah cakram, yang di sekeliling tepinya ditandai waktu atau derajat pemisahan sudut. Di cakram ini disematkan satu atau lebih lempeng melingkar, masing-masing lempeng untuk lintang tertentu, dan di atasnya ada lempeng lain yang disebut rete (diucapkan ‘ree-tee’), yang di atasnya terdapat bagan yang menggambarkan bintang-bintang paling terang di langit.

    Ide dari alat ini adalah memutar rete sehingga posisi bintang-bintang sesuai dengan apa yang ada di langit, dan kemudian menggunakan skala jam di sekeliling tepinya untuk menentukan waktu.

    Astrolab dirancang oleh perajin Muslim secara khusus dengan mempertimbangkan waktu beribadah dan fungsi keagamaan.

    “Setiap masjid pasti punya satu. Itu sangat masuk akal, karena fungsi utama astrolab adalah untuk memberi tahu waktu, dan itu adalah salah satu hal yang dilakukan muazin dari menara, yaitu melantunkan waktu salat,” kata Gigante.

    Federica Gigante dari University of Cambridge memeriksa astrolab Verona berusia seribu tahun. Foto: Federica Gigante

    Ada sekitar selusin contoh astrolab buatan Arab dalam koleksi museum di seluruh dunia, tetapi yang membuat astrolab di museum Verona menonjol adalah karena astrolab tersebut juga menampilkan prasasti dalam bahasa Ibrani dan bahasa barat yang digunakan di negara-negara Kristen saat itu, dalam hal ini mungkin Italia.

    Gigante mengatakan bahwa astrolab tersebut mungkin dibuat di Spanyol, pada akhir abad ke-11. Namun, ia tidak dapat memastikan kapan tepatnya. “Posisi bintang tidak begitu akurat untuk dapat menentukan tanggalnya dari posisi tersebut,” katanya.

    Jejak Islam, Kristen, dan Yahudi

    Selama seribu tahun sejak astrolab dibangun, bintang-bintang telah bergeser relatif terhadap latar belakang tetap sekitar 14 derajat. Namun Gigante menemukan bahwa mencoba memutar balik langit agar sesuai dengan posisi pada astrolab untuk menentukan kapan astrolab dibuat tidak berhasil, karena posisi bintang pada astrolab tidak seakurat pengukuran modern.

    Sebaliknya, Gigante meneliti tabel koordinat bintang kuno yang menjadi asal usul astrolab era ini. Ia berfokus pada astrolab dari Al-Andalus, yang merupakan wilayah yang dikuasai Muslim di wilayah yang sekarang disebut Spanyol. Baik Muslim maupun Yahudi hidup berdampingan di Al-Andalus, dan semuanya berbicara bahasa Arab.

    Astrolab Verona menampilkan prasasti dalam bahasa Arab, yang berbunyi “untuk Isḥāq […]/karya Yūnus.” Dalam bahasa Inggris, nama-nama tersebut adalah Isaac dan Jonah, dan kemungkinan besar adalah julukan Yahudi yang ditulis dalam bahasa Arab. Oleh karena itu Gigante berfokus pada Al-Andalus.

    Tampilan dekat astrolab, menunjukkan prasasti Ibrani di kiri atas di atas tanda Arab. Foto: Federica Gigante

    “Jika kita pikirkan seperti apa Spanyol pada abad ke-11, ada banyak observatorium berbeda yang berupaya menyusun bagan koordinat bintang dan posisi planet, dan ini adalah kelompok kerja ilmuwan yang selalu terdiri dari orang Yahudi dan Muslim yang bekerja bersama-sama,” kata Gigante.

    Meskipun ia tidak dapat mengidentifikasi tabel koordinat bintang tertentu yang menjadi dasar astrolab Verona, ia menemukan satu tabel yang berasal dari Al-Andalus pada tahun 1068 yang mendekati.

    Hal ini didukung oleh lebih banyak prasasti pada salah satu lempeng yang dapat dibalik, yang menyatakan bahwa prasasti tersebut menunjukkan garis lintang Cordoba dan Toledo, yang keduanya merupakan kota di wilayah tersebut.

    Namun, pada suatu saat astrolab tersebut tampaknya telah berpindah tangan. Plat kedua ditambahkan dengan tulisan Arab yang menyatakan bahwa astrolab tersebut akan digunakan di Afrika Utara, di suatu tempat di Mesir atau Maroko saat ini.

    Setelah itu, astrolab tersebut mengalami modifikasi lebih lanjut. Tanda-tanda Arab dicoret dan diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani, bahasa orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Setelah itu, angka-angka samar yang ditulis dalam bahasa Barat juga digoreskan ke cakram, sebelum akhirnya astrolab tersebut sampai ke tangan Ludovico Moscardo, seorang bangsawan abad ke-17 di Verona.

    Benda itu menjadi bagian dari koleksi di Museum Moscardo miliknya, yang pada 1964 diserap ke dalam Fondazione Museo Miniscalchi-Erizzo, sebelum akhirnya menarik perhatian Gigante.

    “Astrolab adalah telepon pintar pada masanya. Setiap orang terpelajar, terutama mereka yang bekerja di bidang astronomi atau astrologi, pasti punya satu,” kata Gigante.

    Setengah dari pengguna ini, seperti muazin di menara masjid, akan menggunakannya untuk membuat pembacaan astronomi untuk wilayah keagamaan. Setengah lainnya akan menggunakannya untuk tujuan astrologi. Kembali pada abad ke-11, ketika pemahaman kita tentang langit terbatas, astronomi dan astrologi dianggap sebagai hal yang sama.

    “Ketika astrolab sampai ke tangan orang Yahudi dan Kristen, saya perkirakan astrolab lebih banyak digunakan untuk keperluan astrologi daripada keperluan keagamaan, meskipun para pendeta juga menggunakan astrolab untuk waktu berdoa,” kata Gigante.

    Astrolab dengan tulisan dalam bahasa Ibrani sangat langka. Gigante mengetahui satu di British Museum di London tetapi tidak ada yang lain, meskipun banyak yang mungkin hilang karena kerusakan waktu.

    Akan tetapi, kelangkaan mereka menekankan bagaimana sebagian besar astrolab dari era ini berasal dari Muslim dan digunakan secara eksklusif oleh Muslim. Oleh karena itu, astrolab Verona memiliki kepentingan historis karena asal-usulnya sama-sama berasal dari Islam, Yahudi, dan Kristen.

    Ini adalah pengingat yang tepat waktu, mengingat berbagai peristiwa tragis yang sedang terjadi di Timur Tengah, bahwa di masa lalu berbagai bangsa dapat hidup berdampingan dan berbagi pengetahuan.

    (rns/rns)

  • Update Perang Rusia-Ukraina: Putin Tolak Gencatan Senjata-NATO Pecah

    Update Perang Rusia-Ukraina: Putin Tolak Gencatan Senjata-NATO Pecah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus terjadi hingga hari ini. Walau ada diskusi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan penyokong nomor satu Ukraina, Amerika Serikat (AS), prospek perdamaian keduanya masih cukup jauh.

    Rusia melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass pada 24 Februari 2024. Moskow berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.

    Hingga saat ini, peperangan masih terus terjadi. Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia, Rabu (19/3/2025):

    1. Putin Tolak Gencatan Senjata

    Rusia disebut secara efektif menolak proposal gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS). Hal ini setelah Kyiv melaporkan serangkaian serangan terhadap infrastruktur sipil, beberapa jam setelah Moskow setuju untuk menghentikan sementara serangan terhadap fasilitas energi selama 30 hari.

    Ledakan terdengar dan sirene serangan udara meraung di Ukraina hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara.

    Washington awalnya mendorong gencatan senjata 30 hari segera, sebagai langkah pertama untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun, namun hanya disetujui Putin di bagian energi karena menunggu langkah AS untuk menghentikan semua bantuan militer dan intelijen Barat ke Ukraina.

    “Telah terjadi serangan, khususnya pada infrastruktur sipil, termasuk sebuah rumah sakit di Sumy,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Selasa malam, dikutip AFP Rabu (19/3/2025)

    “Serangan malam hari seperti inilah yang dilakukan Rusia yang menghancurkan sektor energi kita, infrastruktur kita, dan kehidupan normal warga Ukraina,” tambahnya. “Hari ini, Putin secara efektif menolak usulan gencatan senjata penuh.”

    Zelensky menuduh Rusia tidak untuk mengakhiri perang. Di Kyiv, warga Ukraina yang lelah perang cenderung setuju.

    “Saya sama sekali tidak percaya Putin, tidak sepatah kata pun,” kata Lev Sholoudko, 32 tahun. “Dia hanya mengerti kekerasan,” tambahnya.

    Sementara itu, di seberang perbatasan, pejabat layanan darurat Rusia mengatakan puing-puing dari serangan pesawat nirawak Ukraina yang berhasil digagalkan. Ini memicu kebakaran di depot minyak di desa Kavkazskaya.

    Sebelumnya selain setuju penghentian serangan ke sektor energi Ukraina, Moskow dan Kyiv juga akan menukar 175 tahanan masing-masing pada hari Rabu. Pembicaraan lebih lanjut akan segera dilakukan di Timur Tengah.

    “Kami sepakat untuk melakukan Gencatan Senjata segera pada semua Energi dan Infrastruktur, dengan pemahaman bahwa kami akan bekerja cepat untuk melakukan Gencatan Senjata Lengkap dan, pada akhirnya, MENGAKHIRI Perang yang sangat mengerikan antara Rusia dan Ukraina ini,” tulis Trump setelah pembicaraan di platform Truth Social miliknya.

    2. Nuklir Prancis Bergerak

    Prancis akan meningkatkan salah satu pangkalan udara utamanya di sepanjang perbatasannya dengan Jerman untuk menampung pesawat tempur Rafale yang dapat dipersenjatai rudal jelajah nuklir. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Emmanuel Macron.

    Mengutip Russia Today, pangkalan udara itu adalah pangkalan Pangkalan Luxeuil-Saint-Sauveur. Pangkalan itu sejatinya pernah menampung senjata nuklir hingga 2011 lalu.

    “Pangkalan udara Luxeuil akan ditingkatkan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mendapatkan kembali peran penuhnya dalam penangkal nuklir Prancis,” kata Macron.

    “Pada tahun 2035, Luxeuil akan menjadi pangkalan pertama yang menampung versi berikutnya dari Rafale dan rudal nuklir hipersoniknya. Garnisun tersebut akan berlipat ganda ukurannya menjadi hampir 2.000 personel militer dan sipil untuk menampung dua skuadron Rafale.”

    Tanpa menyebut nama Rusia, Macron mengatakan bahwa Prancis telah menemukan dirinya dalam dunia yang ‘semakin berbahaya dan tidak pasti’ sejak permusuhan terbuka pecah antara Moskow dan Kyiv pada tahun 2022.

    Pengumuman tersebut muncul setelah kanselir terpilih Jerman, Friedrich Merz, menyarankan bahwa Prancis dapat memperluas persenjataan nuklirnya untuk melindungi negaranya dan anggota Uni Eropa (UE) lainnya. Macron menanggapi dengan mengatakan bahwa masalah tersebut akan dibahas.

    Rusia telah mengutuk program militerisasi UE sebagai tindakan yang gegabah dan meningkatkan eskalasi. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa retorika konfrontatif dan rencana konfrontatif yang sekarang kita lihat di Brussels dan di ibu kota Eropa dapat menghambat ditemukannya resolusi damai atas konflik Ukraina.

    3. Eropa Komentari Trump-Putin

    Sejumlah negara Eropa buka suara soal panggilan telepon Trump dan Putin. Para pemimpin Prancis dan Jerman menyambut baik perundingan tersebut, tetapi menekankan perlunya untuk terus mendukung Ukraina.

    “Langkah selanjutnya harus berupa gencatan senjata penuh untuk Ukraina dan secepat mungkin. Tentu saja jelas bahwa kami berdua juga setuju mengenai hal ini,” kata Kanselir Olaf Scholz pada konferensi pers di Berlin bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Scholz menegaskan kembali bahwa Jerman akan mendukung Ukraina dan “tidak akan mengecewakan Kyiv. Macron menyebut kesepakatan Rusia untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas energi sebagai “awal yang baik” dalam proses perdamaian.

    “Kami akan terus mendukung tentara Ukraina dalam perang perlawanannya terhadap agresi Rusia,” katanya.

    Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto menggambarkan panggilan telepon Trump-Putin sebagai berita bagus bagi Eropa.

    “Hari ini, presiden Amerika dan Rusia telah membuat langkah besar lainnya menuju perdamaian, dan kami berharap Brussels tidak akan dapat mencegah tercapainya kesepakatan damai,” tulisnya di Facebook. Ia berharap kedua pihak akan menghormati jeda pemogokan terhadap infrastruktur energi.

    4. Putin Buka Suara soal Sanksi

    Menjelang teleponnya dengan Trump, Putin mengatakan sanksi Barat bukanlah tindakan sementara, melainkan alat untuk memberikan tekanan strategis terhadap Rusia. Ia menuding para pesaing negara itu akan selalu berusaha melemahkannya.

    Menurut Putin, total 28.595 sanksi telah dijatuhkan terhadap perusahaan dan individu Rusia dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak dari semua pembatasan lainnya terhadap negara lain jika digabungkan. Ia menambahkan bahwa Barat tidak bermaksud untuk menahan diri, mengancam sanksi baru dan “mengeluarkan paket-paket ini satu demi satu.”

    “Sanksi bukanlah tindakan sementara atau terarah; sanksi adalah mekanisme tekanan strategis dan sistemik terhadap negara kita,” kata Putin. “Bahkan jika sanksi terhadap negara itu dilonggarkan, Barat akan menemukan cara lain untuk mengacaukan rencana.”

    5. NATO Pecah

    Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni telah menolak gagasan pengerahan pasukan di Ukraina. Pernyataan ini ia keluarkan setelah Prancis dan Inggris mengusulkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian untuk mengamankan gencatan senjata antara Kyiv dan Moskow.

    Meloni menyatakan penolakannya dalam pidatonya di majelis tinggi parlemen Italia. Menurutnya, Italia menghormati usulan tersebut tetapi tidak yakin hal itu akan membawa stabilitas di kawasan.

    “Mengirim pasukan Italia ke Ukraina adalah topik yang tidak pernah ada dalam agenda,” kata Meloni kepada Senat, sebagaimana dikutip oleh la Repubblica.

    “Usulan Prancis-Inggris merupakan pilihan yang sangat rumit, berisiko, dan tidak efektif. Italia mendukung upaya perdamaian yang digagas Presiden AS Donald Trump.”

    Moskow telah berulang kali menolak gagasan penempatan tentara dari negara-negara NATO di Ukraina. Kremlin peringatan bahwa hal itu dapat menyebabkan konfrontasi langsung antara Rusia dan blok militer yang dipimpin AS.

    Paris dan London telah bergegas untuk mengkonsolidasikan dukungan militer bagi Ukraina sementara AS mendorong kesepakatan damai dengan Rusia. Washington baru-baru ini mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pekan lalu bahwa ia mendukung usulan gencatan senjata Washington pada prinsipnya, tetapi mengatakan bahwa beberapa syarat penting harus dipenuhi terlebih dahulu.

    (sef/sef)

  • Tampil ‘Brutal’ di Ducati, Marquez Disebut Bakal Acak-acak Rekor Rossi

    Tampil ‘Brutal’ di Ducati, Marquez Disebut Bakal Acak-acak Rekor Rossi

    Jakarta

    Semenjak membela tim pabrikan Ducati, Marc Marquez langsung tampil ‘brutal’ di lintasan. Bahkan, dia mampu meraih empat kemenangan dari empat balapan yang telah dijalaninya. Kondisi tersebut membuatnya berpeluang mengacak-acak rekor Valentino Rossi!

    Disitat dari Motosan.es, Rabu (19/3), Marc Marquez baru saja mencatat kemenangan ke-90 sepanjang kariernya sebagai pebalap. The Baby Alien berpeluang besar mengejar rekor Rossi dengan 115 kemenangan.

    Bukan hanya itu, bersama tim pabrikan Ducati, Marquez juga berpotensi menyamai jumlah gelar juara The Doctor. Kini, Marquez telah mengumpulkan delapan mahkota, sementara Rossi punya sembilan.

    Valentino Rossi dan Marc Marquez. Foto: Mirco Lazzari gp/Getty Images

    Legenda balap asal Italia, Giacomo Agostini yakin betul, Marquez akan segera mengacak-acak rekor milik Rossi. Bahkan, dia juga mengira, pebalap 32 tahun itu akan melampaui capaian pribadinya.

    “Saya yakin dia akan melampaui rekor milik Valentino. Saya harap, dia tak bisa mencapai rekor saya, namun kalaupun bisa, saya akan menjadi orang pertama yang memberinya selamat,” kata Agostini.

    “Marc, tanpa diragukan lagi, merupakan pembalap paling ‘cattivo’ (jahat dalam arti yang baik) yang pernah saya lihat. Dan Marc yang sekarang menurut saya lebih tegas, lebih kuat, lebih tajam karena semua yang telah dilalui,” tambahnya.

    Marc Marquez. Foto: Getty Images/Steve Wobser

    Agostini secara tak langsung mengaku sudah bisa melihat potensi Marquez ketika pertama muncul di MotoGP. Ketika itu, dia melihat, Marquez akan menjadi ancaman untuk Rossi di lintasan.

    “Ketika Marc memulai di MotoGP, dia mengalahkan Vale dengan kecerobohan seorang pemuda yang tak takut jatuh atau terluka, tetapi Tuhan terkadang berpaling darimu, dan sekarang, dia memiliki kesempatan melihat dan memahami itu,” tuturnya.

    “Dia menjalani empat operasi, pulih, dan meninggalkan tim terkuat di dunia, Honda. Dia pergi ke tim satelit dan memenangkan tiga Grand Prix. Saya tegaskan, dia adalah hewan yang terluka yang ingin menguji dirinya sendiri,” kata dia menambahkan.

    (sfn/rgr)

  • 7 Pemain yang Rebutan Nomor Punggung 10 usai Lionel Messi Absen Bela Argentina, Siapa Saja?

    7 Pemain yang Rebutan Nomor Punggung 10 usai Lionel Messi Absen Bela Argentina, Siapa Saja?

    TRIBUNJATIM.COM – Megabintang sepakbola Lionel Messi absen membela Argentina di Kualifikasi Piala Dunia 2026 bulan ini.

    Absennya Messi ini memberi kesempatan pemain lain mengenakan seragam dengan nomor 10 di Timnas Argentina.

    Legenda hidup Barcelona tersebut terpaksa dicoret dari skuad Argentina yang bersiap menjalani Kualifikasi Piala Dunia 2026 bulan ini.

    Messi tidak akan tampil dalam laga klasik melawan Uruguay pada 21 Maret 2025 dan Brasil pada 25 Maret 2025 karena cedera.

    Masalah kebugaran yang dihadapi Messi muncul setelah pertandingan Inter Miami melawan Atlanta United pada 16 Maret 2025.

    Meskipun Messi menyelesaikan pertandingan itu, ia terlihat meringis dan memegangi pahanya di tengah laga.

    Untuk menghindari risiko lebih lanjut, pihak Inter Miami dan Argentina sepakat memberi waktu istirahat bagi Messi agar ototnya pulih.

    Dengan ketiadaan Messi, nomor 10 di daftar skuad Albicelestes kini kosong.

    Nomor tersebut sangat keramat dan begitu berarti karena telah identik dengan sosok Messi selama hampir dua dekade.

    Dikutip dari Kompas.com, media di Argentina mulai berspekulasi mengenai siapa yang akan mengenakan nomor 10 untuk dua pertandingan mendatang.

    Paulo Dybala seharusnya menjadi penerus alami nomor keramat ini.

    Sebab, ia juga mengenakannya saat Messi absen pada jeda internasional bulan September lalu.

    Pemain Inter Miami, Lionel Messi (kiri) saat mencoba melawati hadangan pemain St Louis City FC pada pertandingan lanjutan Liga Amerika Serikat alias MLS 2024 di Stadion Chase, Minggu (2/6/2024). Inter Miami ditahan imbang 3-3. (Twitter @InterMiamiCF)

    Namun, Dybala juga harus absen bulan ini karena cedera.

    Setidaknya ada tujuh pemain yang digadang-gadang akan mengambil alih kostum nomor 10 tersebut.

    Nama-nama yang disebutkan antara lain Lautaro Martinez, Angel Correa, Thiago Almada, Nico Gonzalez, Alexis Mac Allister, Julian Alvarez, dan Nico Paz.

    Martinez merupakan pemakai tetap nomor 10 di Inter Milan, sedangkan Mac Allister menggunakannya saat membela Liverpool.

    Sementara itu, Angel Correa bahkan sudah mengenakannya dua kali ketika Messi tidak berada di tim nasional.

    Menariknya, muncul nama Nico Paz sebagai kandidat baru.

    Wonderkid berusia 20 tahun dari Como ini tengah menarik perhatian di Liga Italia.

    Penampilannya di klub yang dimiliki orang Indonesia itu membuat pelatih Lionel Scaloni tertarik untuk memanggilnya.

    Paz memiliki gaya bermain yang mirip dengan Messi, sebagai kreator serangan dan eksekutor peluang yang andal.

    Ia baru saja menjalani debut di timnas senior dan mencetak assist saat Argentina mengalahkan Bolivia 6-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada bulan Oktober lalu.

    Pada debutnya, ia berhasil memberikan assist untuk Messi.

    Usai laga, Messi kemudian memuji kemampuan juniornya itu.

    “Nico memiliki kualitas tinggi dan memahami permainan secara sempurna,” puji Messi.

    “Dia punya mindset luar biasa dan berada dalam asuhan pelatih yang tepat, Cesc Fabregas, teman saya yang akan membantunya terus berkembang,” tambah Messi.

    Jersey nomor 10 adalah bagian penting bagi Lionel Messi sejak pertama kali ia mengenakannya di tim nasional pada tahun 2009.

    Selama 15 tahun terakhir, hanya enam orang di luar Messi yang pernah mengenakan angka legendaris yang juga identik dengan Diego Maradona itu.

    Menurut Transfermarkt, mereka adalah Sergio Aguero, Ever Banega, Javier Pastore, Angel Di Maria, Angel Correa, dan Paulo Dybala.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

  • Remaja India Ini Dinobatkan sebagai Pria dengan Wajah Paling Berbulu di Dunia

    Remaja India Ini Dinobatkan sebagai Pria dengan Wajah Paling Berbulu di Dunia

    Jakarta

    Seorang remaja berusia 18 tahun di India telah membuat sejarah dengan memecahkan rekor Guinness World Records untuk wajah paling berbulu pada seorang pria.

    Pria bernama Lalit Patidar itu memiliki hampir 202 cm2 rambut di wajahnya yang disebabkan oleh penyakit langka bernama hipertrikosis, atau disebut dengan sindrom manusia serigala (werewolf syndrome).

    “Kondisi Patidar menjadikannya kasus langka satu dari sejuta, karena hanya 50 kasus hipertrikosis yang terdokumentasikan yang pernah tercatat sejak abad pertengahan,” ujar Guinness dikutip dari Today, Minggu (16/3/2025).

    Saat menerima penghargaan Guinness di acara “Lo Show dei Record” di Milan, Italia, Patidar mengaku bangga atas pencapaian yang telah diraihnya. Dia juga membagikan suka duka yang dialami sebagai pengidap kondisi langka tersebut.

    “Kadang orang memperlakukan saya dengan tidak baik, tetapi itu sangat jarang. Kebanyakan orang bersikap baik kepada saya, dan itu tergantung pada orangnya,” tutur Patidar.

    “Hari-hari pertama di sekolah itu tidak begitu menyenangkan, karena orang-orang, anak-anak lain, takut padaku. Namun ketika mereka mulai mengenalku, ketika kami mulai berbicara padaku, mereka mengerti bahwa aku tidak begitu berbeda dari mereka,” sambungnya.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, hipertrikosis adalah kelainan yang menyebabkan rambut tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pengaruh obat-obatan tertentu.

    Terkadang, kondisi medis tertentu juga dapat memicu hipertrikosis. Perawatan biasanya meliputi penghilangan bulu dengan laser, penggunaan krim penghilang bulu, dan elektrolisis.

    Terkait saran untuk mencukur rambut di wajahnya, Patidar mengatakan dia menyukai dirinya apa adanya.

    “Tidak banyak yang bisa kukatakan kepada orang-orang tentang hal itu. Aku memberitahu mereka bahwa aku suka diriku sendiri dan aku tidak ingin mengubah penampilanku,” pungkasnya.

    (ath/suc)

  • Harga Emas Catat Rekor Baru, Ini Sejarah Penggunaan Emas sebagai Alat Pembayaran – Page 3

    Harga Emas Catat Rekor Baru, Ini Sejarah Penggunaan Emas sebagai Alat Pembayaran – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Emas memiliki sejarah panjang dan telah digunakan sebagai salah satu aset berharga selama beberapa ribu tahun.

    Mengutip Hardmoneyhistory.com, Sabtu (15/3/2025) sejarah emas sebagai uang di zaman kuno dimulai ketika emas yang dicetak dengan standar, stater yang berasal dari Lydia Kuno sekitar tahun 600 Sebelum Masehi.

    Saat itu, Kekaisaran Lydia mendahului Persia di wilayah yang sekarang disebut Turki. Di zaman tersebut, Raja Alyattes mencetak koin dari elektrum (paduan emas-perak), sementara putranya, Raja Croesus, mencetak koin emas pertama di dunia.

    Hal ini karena menjadi koin standar pertama, stater Lydia menjadi salah satu yang paling terkenal di dunia.Praktik ini segera menyebar ke seluruh dunia kuno, khususnya di Persia, Yunani, dan Roma.

    Meskipun emas digunakan pada beberapa kesempatan selama Kerajaan Romawi dan Republik Romawi, Julius Caesar, pemimpin terakhir Republik antara 49 SM – 44 SM, melembagakan penggunaan koin emas dalam jumlah yang lebih besar dengan mencetak emas aureus seberat 8 gram.

    Namun, saat jatuhnya Roma, kekayaan, kekuasaan, dan pengaruh bergeser ke Timur. Pertama ke Kekaisaran Bizantium dan kemudian ke Kekaisaran Ottoman. Karena Bizantium terus menggunakan koin emas dalam bentuk solidus, praktik ini memengaruhi perkembangan di dunia Arab.

    Kekaisaran Ottoman kemudian mengadopsi dinar emas dan dirham perak. Emas sebagai uang tidak kembali ke Eropa sampai tahun 1252 dengan diperkenalkannya florin Florentine.

    Negara-kota di Italia itu menjadi kaya karena perdagangan antara India dan China yang memungkinkan mereka untuk mengadopsi emas sebagai standar moneter mereka saat itu.

    Keputusan ini memungkinkan Florence untuk berkembang karena emas menyediakan fondasi yang lebih stabil untuk tabungan dan investasi.

    Dalam waktu singkat, florin menjadi mata uang dominan di Eropa dan sebagian besar dunia yang dikenal. Venesia dan banyak kota serta negara-negara Eropa lainnya mengikutinya dengan mencetak koin emas mereka sendiri yang dimodelkan berdasarkan florin.

    Ketika penjelajah Spanyol dan Portugis menemukan Dunia Baru, mereka menemukan banyak emas dan perak yang mudah ditambang. Hingga pada tahun 1497, Spanyol mulai mengeluarkan dolar perak, yang saat itu disebut real de a ocho atau kepingan delapan yang menjadi penantang florin untuk mata uang dominan di Eropa.