Negara: Italia

  • Warganet Doakan Kesembuhan Paus Fransiskus yang Sedang Sakit – Page 3

    Warganet Doakan Kesembuhan Paus Fransiskus yang Sedang Sakit – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, saat ini berada dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Gemelli, Roma. Pada tanggal 24 Februari 2025, ia didiagnosis dengan pneumonia ganda, yang merupakan infeksi paru-paru serius dan menyebabkan kesulitan bernapas.

    Selain itu, kondisi kesehatannya semakin rumit dengan adanya penurunan fungsi ginjal. Hal ini menambah kekhawatiran mengenai kesehatan sang Paus yang sudah berusia 88 tahun.

    Menurut keterangan Vatikan, beberapa tes darah menunjukkan Paus Fransiskus sakit, mengalami gagal ginjal ringan tahap awal. Namun, dokter mengatakan kondisinya terkendali.

    “Kompleksitas gambaran klinis, dan perlunya menunggu terapi obat untuk memberikan umpan balik, menentukan bahwa prognosisnya masih belum pasti,” seperti disampaikan dokter dari Paus Fransiskus mengutip AP pada Senin, 24 Februari 2025.

    Gagal ginjal merupakan kondisi serius di mana ginjal mengalami penurunan fungsi secara signifikan dalam menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah.

    Kondisi kesehatan Paus Fransiskus pun mendapatkan perhatian dari warganet. Melalui media sosial baik itu Twitter, Instagram Stories, dan media sosial lain mengunggah doa dan harapan untuk kesembuhan Paus Fransiskus. 

    Warganet di Instagram mendoakan kesembuhan pemimpin umat Katolik yang pernah datang ke Indonesia beberapa waktu lalu. 

    “Cepat sembuh, Paus,” tulis seorang pengguna Instagram sembari mengunggah foto Paus Fransiskus di Instagram Stories. 

    Kemudian, warganet di Twitter mengunggah doa untuk kesehatan Paus Fransiskus. 

    “Ya Allah tolong angkat semua penyakit Paus Fransiskus, sehatkan kembali beliau,” kata seorang warganet. 

    “Mari teman2..Kita doakan 3x Salam Maria untuk kesembuhan Paus Fransiskus🙏🏻,” tulis warganet lainnya. 

    “Tuhan memberkati Paus Fransiskus,” tulis netizen lainnya. 

    Paus Fransiskus, yang merupakan Paus Yesuit pertama dan juga orang Amerika Latin keturunan Italia pertama, telah menjadi sosok yang berpengaruh di dalam dan luar Gereja Katolik.

    Ia adalah Paus non-Eropa pertama dan orang pertama dari Belahan Bumi Selatan yang terpilih sebagai Paus sejak Paus Gregorius III pada tahun 741. Dengan berbagai pencapaian dan kontribusi yang telah ia berikan, kesehatan Paus menjadi perhatian utama bagi umat Katolik di seluruh dunia.

  • Kondisi Terbaru Paus Fransiskus: Masih Kritis, Alami Gagal Ginjal Ringan – Halaman all

    Kondisi Terbaru Paus Fransiskus: Masih Kritis, Alami Gagal Ginjal Ringan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus masih dalam keadaan kritis sejak 14 Februari 2025 lalu.

    Kantor Pers Tahta Suci melaporkan bahwa kondisi Paus Fransiskus di hari kesepuluh perawatan di rumah sakit masih kritis.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis, tetapi sejak kemarin malam, ia tidak mengalami krisis pernapasan lebih lanjut,” tulis Vatikan, dikutip dari Vatican News.

    Paus yang berusia 88 tahun itu saat ini telah menerima dua unit sel darah merah dengan efek menguntungkan dan kadar hemoglobinnya meningkat.

    Namun, lanjut kantor tersebut, beberapa tes darah menunjukkan Paus Fransiskus mengalami gagal ginjal ringan dan dini.

    “Bapa Suci tetap waspada dan berorientasi dengan baik.”

    “Kompleksitas situasi klinis dan waktu yang dibutuhkan agar perawatan farmakologis menunjukkan hasil mengharuskan prognosis tetap dijaga,” terang Vatikan.

    Meski dalam keadaan kritis, Paus Fransiskus masih mengikuti Misa Kudus bersama dengan para perawat.

    “Pagi ini, di apartemen lantai sepuluh, ia mengikuti Misa Kudus bersama dengan mereka yang telah merawatnya selama hari-hari dirawat di rumah sakit,” ungkap pernyataan itu.

    Sebelumnya pada hari Minggu, Vatikan mengatakan Fransiskus telah menerima aliran oksigen yang tinggi setelah mengalami krisis pernapasan tetapi menjalani malam yang tenang di rumah sakit.

    Vatikan mengatakan Paus Fransiskus akan tetap berada di rumah sakit setelah didiagnosis menderita pneumonia di kedua paru-parunya dan tidak menyampaikan doa Angelus mingguan pada hari Minggu – untuk ketiga kalinya dalam hampir 12 tahun masa kepausannya.

    Paus mengatakan perawatannya terus berlanjut dan berterima kasih kepada staf medis atas dedikasi mereka dalam teks khotbah hari Minggu, yang dikirimkan kepada pers sebelumnya.

    Kondisi Paus Fransiskus tampak membaik pada awal minggu ini, dan Vatikan menggambarkannya sebagai respons “positif” terhadap perawatan medis untuk pneumonia pada hari Kamis.

    Dr. Jamin Brahmbhatt dari Orlando Health Medical Group Urology, yang mengkhususkan diri dalam bedah ginjal, mengatakan kepada CNN bahwa orang tidak perlu khawatir dengan pembaruan terkini Vatikan tentang kesehatan ginjal Paus.

    “Saya tidak menganggapnya sesuatu yang signifikan, tetapi kami dapat melihat kondisinya masih cukup kritis,” kata Brahmbhatt.

    “Ginjal itu sendiri adalah organ yang sangat rapuh tetapi juga sangat tangguh,” lanjutnya.

    Ia mengatakan bahwa pada orang dewasa yang lebih tua, “infeksi dapat memburuk dengan cepat jika respons imun tubuh meningkat secara berlebihan—yang kita sebut sepsis”.

    Ketika pneumonia menyebabkan sepsis, peradangan yang meluas dapat merusak banyak organ, termasuk ginjal, imbuh Brahmbhatt.

    “Dalam kasus Paus Fransiskus, hal itu terlihat sebagai gagal ginjal ringan. Kerusakan ginjal bisa bersifat sementara dan membaik dengan pengobatan, atau bisa juga permanen,” katanya.

    Paus Sakit, Siapa yang Memimpin Vatikan?

    Meskipun Vatikan memiliki hukum dan ritual terperinci untuk memastikan pengalihan kekuasaan saat seorang paus meninggal atau mengundurkan diri, hukum dan ritual tersebut tidak berlaku jika paus sakit atau bahkan tidak sadarkan diri.

    Dan tidak ada norma khusus yang menguraikan apa yang terjadi pada kepemimpinan Gereja Katolik jika seorang paus benar-benar tidak mampu menjalankan tugasnya.

    Hasilnya, meskipun Paus Fransiskus masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis karena infeksi paru-paru yang kompleks, ia masih seorang Paus dan memegang kendali penuh.

    Namun, perawatan Paus Fransiskus di rumah sakit menimbulkan pertanyaan yang jelas tentang apa yang terjadi jika ia kehilangan kesadaran untuk waktu yang lama, atau apakah ia akan mengikuti jejak Paus Benediktus XVI dan mengundurkan diri jika ia tidak mampu memimpin.

    Usia dan penyakitnya yang berkepanjangan telah membangkitkan kembali minat tentang bagaimana kekuasaan kepausan dijalankan di Tahta Suci, bagaimana kekuasaan itu dialihkan dan dalam keadaan apa.

    Dan hal itu menunjukkan celah legislatif yang saat ini ada dalam apa yang harus dilakukan jika seorang paus sakit parah sehingga ia tidak dapat memerintah.

    Dikutip dari Time, Paus Fransiskus mungkin yang bertanggung jawab, tetapi ia sudah mendelegasikan pengelolaan Vatikan dan gereja sehari-hari kepada sebuah tim pejabat yang beroperasi baik ia berada di Istana Apostolik atau tidak, dan baik ia sadar atau tidak.

    Hukum kanon memang memiliki ketentuan mengenai kapan seorang uskup jatuh sakit dan tidak dapat menjalankan keuskupannya, tetapi tidak ada ketentuan untuk seorang paus.

    Kanon 412 menyatakan bahwa keuskupan dapat dinyatakan “terhambat” jika uskupnya — karena “ditawan, dibuang, diasingkan, atau tidak mampu” — tidak dapat memenuhi fungsi pastoralnya.

    Dalam kasus seperti itu, pengelolaan keuskupan sehari-hari dialihkan ke uskup pembantu, vikaris jenderal, atau orang lain.

    Meskipun Fransiskus adalah uskup Roma, tidak ada ketentuan eksplisit yang berlaku bagi Paus jika ia juga menjadi “terhalang”.

    Kanon 335 menyatakan secara sederhana bahwa ketika Tahta Suci “kosong atau sepenuhnya terhalang”, tidak ada yang dapat diubah dalam tata kelola gereja.

    Namun, tidak disebutkan apa artinya bagi Tahta Suci untuk “sepenuhnya terhalang” atau ketentuan apa yang mungkin berlaku jika memang demikian.

    Pada tahun 2021, sekelompok ahli hukum kanon mulai mengusulkan norma-norma untuk mengisi kesenjangan legislatif tersebut.

    Mereka membuat inisiatif pengumpulan dana kanonik untuk menyusun hukum gereja baru yang mengatur jabatan paus yang sudah pensiun serta norma-norma yang akan diterapkan ketika paus tidak dapat memerintah, baik untuk sementara maupun selamanya.

    Norma yang diusulkan menjelaskan bahwa, dengan kemajuan medis, sangat mungkin suatu saat nanti seorang paus akan hidup tetapi tidak dapat memerintah.

    Norma ini menyatakan bahwa gereja harus menyediakan deklarasi “tahta yang sepenuhnya terhalang” dan pengalihan kekuasaan demi kesatuannya sendiri.

    Berdasarkan norma yang diusulkan, tata kelola gereja universal akan diserahkan kepada Dewan Kardinal.

    Jika terjadi hambatan sementara, mereka akan menunjuk sebuah komisi untuk mengatur, dengan pemeriksaan medis berkala setiap enam bulan untuk menentukan status paus.

    “Pada awalnya, kelompok promotor dituduh secara tidak bijaksana memilih topik yang terlalu sensitif dan kontroversial,” kata salah satu koordinator, pengacara kanon Geraldina Boni.

    Namun kemudian, “terbentuklah konsensus yang luas,” katanya kepada The Associated Press.

    Bahkan pengacara kanon Fransiskus sendiri, Kardinal Gianfranco Ghirlanda, mengakui beberapa jenis norma diperlukan jika Paus “tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat dipulihkan lagi, kehilangan kesadaran atau kemampuan untuk melakukan tindakan manusia”.

    “Masalahnya adalah, siapa yang menyatakan bahwa Paus berada dalam situasi di mana ia tidak dapat memerintah?” ungkapnya kepada harian Italia Il Giornale pada tahun 2022.

    Ghirlanda sebagian besar mendukung gagasan inisiatif penggalangan dana tersebut, dengan mengusulkan pembentukan komite yang terdiri dari para ahli medis untuk menentukan apakah kondisi Paus tidak dapat disembuhkan.

    Jika mereka mengonfirmasi hal itu, para kardinal yang bermarkas di Roma akan dipanggil untuk menyatakan bahwa Paus tidak dapat memerintah, yang akan memicu konklaf. (*)

  • Deretan Penyakit yang Diderita Paus Fransiskus, Kondisinya Makin Kritis?

    Deretan Penyakit yang Diderita Paus Fransiskus, Kondisinya Makin Kritis?

    PIKIRAN RAKYAT – Paus Fransiskus saat ini tengah berjuang melawan pneumonia ganda, sebuah infeksi serius yang menyerang kedua paru-parunya. Untuk hari kedua berturut-turut, kondisi kesehatannya dilaporkan masih kritis, dengan adanya indikasi penurunan awal pada fungsi ginjalnya.

    Pneumonia Ganda dan Krisis Pernapasan

    Paus berusia 88 tahun ini pertama kali dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma pada 14 Februari 2025. Vatikan mengungkapkan bahwa kondisinya memburuk pada 22 Februari 2025.

    Menurut pernyataan resmi dari Vatikan, Paus Fransiskus mengalami krisis pernapasan yang mirip dengan asma berkepanjangan dan harus menerima transfusi darah sebanyak dua unit pada hari Sabtu, 22 Februari 2025.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis, tetapi sejak tadi malam dia tidak mengalami krisis pernapasan lebih lanjut,” ujar perwakilan Vatikan pada Minggu, 23 Februari 2025.

    Meskipun telah mendapatkan perawatan intensif, tes darah terbaru menunjukkan adanya tanda-tanda insufisiensi ginjal. Vatikan menegaskan bahwa kondisi ini masih dalam kendali tim medis.

    “Kompleksitas gambaran klinis, dan menunggu yang diperlukan untuk terapi farmakologis untuk menunjukkan beberapa efek, mengharuskan prognosis tetap dijaga,” ucap Vatikan.

    Paus Fransiskus juga menerima terapi oksigen aliran tinggi melalui tabung di bawah hidungnya guna membantunya bernapas lebih baik.

    Riwayat Kesehatan yang Rentan

    Paus Fransiskus telah mengalami berbagai masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai seorang anak muda, dia pernah menderita radang selaput dada yang parah, yang mengharuskannya menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-parunya. Kondisi inilah yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru seperti pneumonia ganda yang sedang dialaminya saat ini.

    Selain itu, Vatikan menyebutkan bahwa Paus mengalami jumlah trombosit yang rendah, yang berkaitan dengan anemia. Oleh karena itu, dia membutuhkan transfusi darah untuk menstabilkan kadar hemoglobin dalam tubuhnya.

    “Transfusi telah menunjukkan dampak yang positif, dan kadar hemoglobin Paus mengalami peningkatan yang signifikan,” tutur Vatikan.

    Namun, dokter yang menangani Paus memperingatkan bahwa ada risiko tinggi infeksi paru-paru dapat menyebar ke aliran darah dan berkembang menjadi sepsis, suatu kondisi yang sangat berbahaya.

    “Ada risiko infeksi paru-paru dapat menyebar ke aliran darahnya dan berkembang menjadi sepsis, yang bisa sangat sulit untuk ditangani,” kata Dr. Sergio Alfieri, anggota senior staf Rumah Sakit Gemelli.

    Doa dan Dukungan dari Para Peziarah

    Di dekat Vatikan, banyak peziarah yang mengungkapkan keprihatinan mereka atas kondisi Paus Fransiskus. Mereka berkumpul untuk berdoa, menyalakan lilin, dan meninggalkan pesan harapan agar Paus segera pulih.

    “Saya sangat, sangat sedih. Saya tidak tahu bagaimana bisa menjalani hari seperti biasa saat ini,” ujar Elvira Romana, seorang peziarah asal Italia.

    Sementara itu, Matteo Licari, seorang peziarah dari Sardinia, menambahkan, “Mari kita berharap dia bisa terus hidup. Kami menunggu dia kembali ke sini.”

    Di luar Rumah Sakit Gemelli, sejumlah orang berkumpul di dekat patung mendiang Paus Yohanes Paulus II, yang juga pernah dirawat di rumah sakit yang sama beberapa kali selama masa kepemimpinannya. Mereka meninggalkan bunga, catatan, dan doa untuk kesembuhan Paus Fransiskus.

    Dalam sebuah pesan tertulis yang biasanya dibacakan untuk doa Minggu di Lapangan Santo Petrus, Paus Fransiskus menuliskan bahwa dia tetap “percaya diri” dengan perawatannya di rumah sakit. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada para dokter dan orang-orang yang telah mengirimkan doa serta dukungan kepadanya.

    Upaya Gereja untuk Mendoakan Paus

    Sebagai bentuk dukungan, Uskup Agung Rino Fisichella mengajak seluruh umat Katolik untuk meningkatkan doa bagi Paus Fransiskus.

    “Kita harus melantunkan doa dengan lebih kuat dan lebih intens untuk kesembuhan Paus kita,” ucapnya di hadapan umat yang berkumpul di Basilika Santo Petrus, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

    Selain itu, Keuskupan Roma mengadakan Misa khusus pada Minggu, 23 Februari 2025 malam, guna mendoakan kesehatan dan kekuatan bagi Paus agar ia dapat melewati masa sulit ini.

    Meskipun kondisinya masih kritis, dunia terus menaruh harapan agar pemimpin tertinggi umat Katolik ini bisa segera pulih dan kembali menjalankan tugasnya sebagai kepala Gereja Katolik Roma.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Benarkah Paus Fransiskus Meninggal? Vatikan Bongkar Kondisi Terbarunya

    Benarkah Paus Fransiskus Meninggal? Vatikan Bongkar Kondisi Terbarunya

    PIKIRAN RAKYAT – Paus Fransiskus, yang berjuang melawan pneumonia ganda, dilaporkan masih dalam kondisi kritis untuk hari kedua berturut-turut. Kini, dia dilaporkan telah menunjukkan ‘sedikit penurunan awal’ dalam fungsi ginjalnya.

    Pembaruan medis terbaru mengungkapkan bahwa prognosis untuk Paus berusia 88 tahun, yang membutuhkan transfusi dua unit darah pada Sabtu 22 Februari 2025 setelah mengalami krisis pernapasan seperti asma yang berkepanjangan itu, tetap dijaga.

    Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit Gemelli Roma pada 14 Februari 2025. Vatikan pertama kali mengungkapkan bahwa kondisinya kritis pada Sabtu 22 Februari 2025.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis, tetapi sejak tadi malam dia tidak mengalami krisis pernapasan lebih lanjut,” ucap Vatikan pada Minggu 23 Februari 2025.

    Mereka menambahkan bahwa tes darah juga menunjukkan insufisiensi ginjal awal, yang saat ini terkendali. Hal itu mengacu pada fungsi ginjal, yang menyaring produk limbah dalam darah.

    “Kompleksitas gambaran klinis, dan menunggu yang diperlukan untuk terapi farmakologis untuk menunjukkan beberapa efek, mengharuskan prognosis tetap dijaga,” ujar Vatikan.

    Pernyataan itu menggambarkan Paus Fransiskus berada pada kondisi ‘waspada’ dan berorientasi baik. Mereka mengatakan bahwa Paus Fransiskus menerima “terapi oksigen aliran tinggi” melalui tabung di bawah hidungnya.

    Pneumonia ganda adalah infeksi serius yang dapat meradang dan melukai kedua paru-paru, sehingga sulit bernapas. Vatikan telah menggambarkan infeksi paus sebagai “kompleks”, dengan mengatakan bahwa penyakit itu disebabkan oleh dua atau lebih mikroorganisme.

    Paus Fransiskus, yang telah menjadi paus sejak 2013, telah menderita serangan kesehatan yang buruk dalam dua tahun terakhir. Dia sangat rentan terhadap infeksi paru-paru karena mengembangkan radang selaput dada sebagai orang dewasa muda dan bagian dari satu paru-paru diangkat.

    Vatikan mengatakan bahwa Paus Fransiskus membutuhkan transfusi darah karena tes menunjukkan dia memiliki jumlah trombosit yang rendah, yang terkait dengan anemia. Trombosit adalah fragmen sel dalam darah yang membentuk gumpalan dan menghentikan atau mencegah pendarahan.

    Vatikan mengatakan bahwa transfusi telah menunjukkan dampak yang positif, dan menghasilkan peningkatan kadar hemoglobin Paus Fransiskus, protein yang membantu membawa oksigen dalam tubuh. Dikatakan juga, kadar trombositnya tetap stabil.

    Doa Peziarah untuk Paus

    Di dekat Vatikan, para peziarah menyatakan keprihatinan terhadap kondisi Paus Fransiskus.

    “Saya sangat, sangat sedih. Saya tidak tahu bagaimana kamu bisa melanjutkan secara normal saat ini” ucap Elvira Romana, dari Italia.

    Matteo Licari, dari Sardinia, mengatakan bahwa dia sangat khawatir dengan kondisi Paus Fransiskus pada saat ini.

    “Mari kita berharap dia bisa terus hidup. Kami menunggu dia kembali ke sini,” katanya.

    Di luar rumah sakit Gemelli, orang-orang berkumpul untuk berdoa di dekat patung mendiang Paus Yohanes Paulus II, yang dirawat di fasilitas itu berkali-kali selama masa kepausannya yang panjang. Orang-orang meninggalkan bunga dan catatan untuk Paus Fransiskus, dan menyalakan lilin di dasar tugu peringatan mendiang paus.

    Dalam pesan tertulis untuk doa Minggu yang biasa digelar di Lapangan Santo Petrus, yang tidak dapat dibacakan oleh Paus Fransiskus selama dua minggu berturut-turut, Paus Fransiskus mengatakan dia melanjutkan “dengan percaya diri” dengan perawatannya di rumah sakit. Dia berterima kasih kepada dokternya dan orang-orang yang telah mengiriminya pesan dukungan.

    Uskup Agung Rino Fisichella, seorang pejabat senior Vatikan, mengatakan kepada para peserta pada Misa di Basilika Santo Petrus bahwa mereka harus melantunkan doa mereka untuk Paus Fransiskus dengan “lebih kuat dan lebih intens”.

    Keuskupan Roma, yang dipimpin Paus Fransiskus, mengadakan Misa khusus pada Minggu 23 Februari 2025 malam untuk berdoa bagi Paus Fransiskus. Sehingga, dia akan memiliki kekuatan yang diperlukan untuk melewati momen pencobaan ini.

    Sementara itu, dua dokternya mengatakan bahwa Paus Fransiskus sangat rentan karena usia dan kelemahan umumnya.

    “Ada risiko infeksi paru-paru dapat menyebar ke aliran darahnya dan berkembang menjadi sepsis, yang bisa sangat sulit untuk ditangani,” kata anggota senior staf Gemelli, Dr. Sergio Alfieri, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Viral Rumah Mewah Milik Reza Gladys, Netizen: Tolong Cek Kekayaannya

    Viral Rumah Mewah Milik Reza Gladys, Netizen: Tolong Cek Kekayaannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Dunia jagat maya dihebohkan dengan kehadiran rumah mewah milik Reza Gladys yang melaporkan Nikita Mirzani dengan dugaan pemerasan. Rumah mewah Reza Gladys pun menjadi viral di media sosial (medsos).

    Rumah mewah Reza Gladys itu diunggah oleh akun TikTok @cilikayu. Akun tersebut ternyata mengunggah sebuah tayangan acara di salah satu stasiun televisi swasta.

    Pada acara tersebut, terlihat salah satu host yaitu Boiyen. Rumah mewah milik Reza Gladys terlihat pada bagian luar terlihat tembok hitam bercorak abu-abu yang terbuat dari marmer. Bahkan, pada bagian pintu masuk terbuat dari baja.

    Bahkan di bagian tembok terdapat sejumlah guci kristal yang berasal dari Italia. Selain guci, lampu rumahnya juga didatangkan langsung dari Italia.

    Tak itu saja, di rumahnya Reza Gladys memiliki chef atau juru masak tersendiri yang menyediakan masakan selama tiga hari. Belum lagi, terdapat lima kulkas yang ada di kediamannya tersebut.

    Melihat unggahan dari akun tersebut, membuat netizen membanjiri kolom komentar. Bahkan, netizen meminta kepada lembaga pemerintahan untuk melakukan pengecekan kekayaan dari Reza Gladys.

    “Hebat betul ya dokter skin care. Penghasilannya berapa?” tulis netizen.

    “Ini dr rumah semewah ini skinker nya ternyata berbahaya,” tulis netizen.

    “Hayo tolong di cek ini, tolong cek kekayaannya dapat rumah dari mana? Dokter baru, kok tiba-tiba bisa punya rumah semewah ini??” tulis netizen lagi.

    “Oh ini rumahnya yang lagi viral,” tulis netizen.

    “Jangan cuma bisa flexing doang, ganti uang masyarakat tuh. Nyogok Niki sampai Rp 4 miliar tetapi buat laporan di peras. Uangnya pun uang dari menipu masyarakat juga konsumen,” tulis netizen.

  • Pesawat American Airlines Tujuan India Mendarat di Roma gegara Ancaman Bom

    Pesawat American Airlines Tujuan India Mendarat di Roma gegara Ancaman Bom

    Rome

    Sebuah penerbangan American Airlines dari New York ke New Delhi dialihkan ke Roma. Pesawat itu mendarat di Roma karena ancaman diduga bom.

    “Pesawat tersebut telah mendarat dengan selamat setelah kru melaporkan adanya masalah keamanan,” kata Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA), dilansir AFP, Senin (24/2/2025).

    Pesawat Boeing yang membawa 199 penumpang plus awak ini mendarat di Bandara Fiumicino Roma pada pukul 17.22 waktu setempat, tanpa insiden.

    “Penerbangan tersebut dikawal oleh dua pesawat tempur militer, dan semua penumpang diturunkan dan menerima bantuan di Bandara Roma,” ucap juru bicara bandara Italia.

    “Pengoperasian bandara tidak terpengaruh,” tambahnya.

    Pesawat tersebut lepas landas dari Bandara Internasional John F. Kennedy di New York pada hari Sabtu (22/2) sekitar pukul 20.11 waktu setempat.

    American Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan terbesar di AS, dan berkantor pusat di Fort Worth, Texas. Operasi internasionalnya melayani lebih dari 60 negara di luar Amerika Serikat.

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Vatikan Jawab Rumor Paus Fransiskus Mengundurkan Diri, Sudah Sepekan Lebih Dirawat di RS – Halaman all

    Vatikan Jawab Rumor Paus Fransiskus Mengundurkan Diri, Sudah Sepekan Lebih Dirawat di RS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Dalam wawancara dengan surat kabar Italia Corriere della Sera, Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin menjawab isu yang beredar bahwa pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus, mengundurkan diri.

    Menurut dia satu-satunya hal yang perlu diperhatikan saat ini adalah kesehatan Paus Fransiskus.

    Bagaimana agar Paus segera pulih dari sakitnya dan kepulangannya ke Vatikan.

    Prefek Dikasteri untuk Doktrin Iman juga mengatakan berita tentang seruan agar Paus mengundurkan diri tidak berdasar.

    “Semua ini menurut saya hanya spekulasi yang tidak berdasar. Saat ini, fokus kami adalah pada kesehatan Bapa Suci, pemulihannya, dan kepulangannya ke Vatikan ini, hal-hal ini yang penting,” ujarnya dikutip dari Vatikan News. 

    Pietro Parolin  menanggapi laporan dalam beberapa hari terakhir yang membahas kemungkinan pengunduran diri Paus Fransiskus.

    Paus Fransiskus telah dirawat di Rumah Sakit Gemelli di Roma sejak Jumat, 14 Februari 2025 lalu, karena infeksi saluran pernapasan.

    Artinya sudah sepekan lebih Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit.

    Rumor yang belum diverifikasi

    Ketika ditanya tentang suasana terkait penyebaran berita palsu dan spekulasi seputar Vatikan, Kardinal menjawab,

    “Sejujurnya, saya tidak mengetahui adanya manuver semacam itu, dan dalam hal apa pun, saya berusaha untuk tidak terlibat. Di sisi lain, saya pikir cukup normal dalam situasi seperti ini jika rumor yang tidak diverifikasi beredar atau komentar yang salah tempat dibuat—ini tentu bukan pertama kalinya. Namun, saya tidak yakin ada gerakan khusus dalam hal ini dan sejauh ini, saya belum mendengar hal semacam itu.”

    Kardinal Parolin, yang baru-baru ini kembali dari kunjungannya ke negara Afrika Barat Burkina Faso, telah meminta izin untuk mengunjungi Paus di rumah sakit.

    “”Tapi saat ini lebih baik baginya untuk tetap terlindungi dan melakukan kunjungan sesedikit mungkin sehingga ia dapat beristirahat, sehingga pengobatan dapat berjalan lebih efektif,” ujarnya.

    Tidak ada tekanan

    Sementara itu, Prefek Dikasteri untuk Doktrin Iman, Kardinal Víctor Manuel Fernández, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Argentina La Nación , menyatakan bahwa “tidak masuk akal bagi beberapa kelompok tertentu untuk memberikan tekanan agar pengunduran diri dilakukan. 

    “Saya tidak merasakan adanya suasana pra-konklaf dan saya juga tidak melihat adanya lebih banyak diskusi tentang kemungkinan pengganti daripada yang terjadi setahun yang lalu—tidak ada yang luar biasa,” imbuhnya.

    Penjelasan tim dokter

    Dalam konferensi pers di rumah sakit Gemelli di Roma, Dr. Sergio Alfieri, kepala tim dokter yang merawat Paus, dan Dr. Luigi Carbone, Wakil Direktur layanan kesehatan Vatikan, berbicara selama sekitar empat puluh menit di hadapan wartawan yang memadati ruangan.

    Keduanya mengatakan bahwa mereka yakin Paus akan dirawat di rumah sakit “setidaknya” selama seminggu ke depan. 

    Dr. Alfieri menekankan bahwa Paus tidak menggunakan ventilator, meskipun ia masih kesulitan bernapas  akibat pergerakan fisiknya terbatas.

    Meski demikian, kata dokter tersebut, Paus duduk tegak di kursi, bekerja, dan bercanda seperti biasa.

    Alfieri mengatakan bahwa ketika salah seorang dokter menyapa Paus dengan mengatakan, “Halo, Bapa Suci”, ia menjawab dengan, “Halo, Putra Suci”.

    Ketika ditanya oleh seorang wartawan tentang ketakutan terbesar mereka, para dokter tersebut menyatakan bahwa ada risiko kuman di saluran pernapasan Paus dapat memasuki aliran darahnya, yang menyebabkan sepsis.

    Namun, Dr. Alfieri mengatakan bahwa ia yakin Paus Fransiskus akan meninggalkan rumah sakit pada suatu saat dan kembali ke Casa Santa Marta di Vatikan.

     

  • Trombosit Rendah, Paus Fransiskus Jalani Transfusi Darah

    Trombosit Rendah, Paus Fransiskus Jalani Transfusi Darah

    Jakarta

    Kesehatan Paus Fransiskus telah memburuk selama 24 jam terakhir, kata Vatikan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu. Lebih dari seminggu setelah ia dirawat di rumah sakit karena kesulitan bernapas.

    Dokter harus memberikan aliran tinggi oksigen karena ‘krisis’ pernapasan yang dialami Paus. Ia juga menjalani transfusi darah karena tes menunjukkan bahwa Paus memiliki jumlah trombosit rendah yang terkait dengan anemia.

    “Bapa Suci tetap waspada dan menghabiskan hari di kursi, meskipun kondisinya lebih buruk daripada kemarin. Saat ini, prognosisnya masih belum jelas,” tulis Vatikan, dikutip DW.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis lanjut pernyataan itu. “Paus belum sepenuhnya aman.”

    Sebelumnya, pemimpin agama itu dibawa ke rumah sakit di Roma pada hari Jumat, minggu lalu karena pneumonia dan infeksi paru-paru kompleks. Pneumonia ganda dapat menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada kedua paru-paru, sehingga menyulitkan pernapasan.

    Vatikan sebelumnya menggambarkan infeksi yang dialami Paus sangat “kompleks”, yang disebabkan oleh dua atau lebih mikroorganisme.

    Vatikan juga mengumumkan bahwa Fransiskus tidak akan tampil di depan umum pada hari Minggu untuk memimpin doa Angelis bersama para peziarah.

    Riwayat Kesehatan Paus Fransiskus

    Paus Fransiskus telah menjadi kepala Gereja Katolik sejak 2013. Ia telah mengalami sejumlah masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk operasi usus besar dan operasi hernia.

    Paus juga mengalami nyeri pinggul dan lutut yang konstan, yang memaksanya menggunakan kursi roda hampir sepanjang waktu.

    Penyakit terbarunya ini telah menimbulkan keraguan atas kemampuannya untuk melanjutkan kepemimpinan hampir 1,4 miliar umat Katolik di dunia, sehingga memicu spekulasi tentang siapa yang akan mengambil alih.

    Menteri Luar Negeri Vatikan Pietro Parolin mengatakan kepada harian Italia Corriere della Sera bahwa diskusi semacam itu adalah hal yang wajar, tetapi ia mengatakan ia tidak akan terlibat.

    Sebelum sakit terakhirnya, Paus menjalani jadwal kerja yang padat, yang membuatnya menyelesaikan tour 12 hari di Asia-Pasifik pada bulan September.

    (suc/suc)

  • Kondisi Paus Fransiskus Kritis, Diberi Oksigen Aliran Tinggi untuk Bantu Bernapas

    Kondisi Paus Fransiskus Kritis, Diberi Oksigen Aliran Tinggi untuk Bantu Bernapas

    Jakarta – Paus Fransiskus, telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari seminggu. Ia dilaporkan mengalami kondisi kritis dan krisis pernapasan asma pada Sabtu pagi.

    “Pagi ini Paus Fransiskus mengalami krisis pernapasan asma yang berlangsung lama, yang juga memerlukan pemberian oksigen dengan aliran tinggi,” tulis Vatikan tentang Paus yang sedang sakit dan dirawat karena pneumonia, dikutip CNN.

    “Sementara Paus Fransiskus tetap waspada dan menghabiskan hari di kursi berlengan, ia merasakan lebih banyak rasa sakit daripada kemarin,” tambahnya.

    Paus juga menerima transfusi darah hari ini, Minggu, untuk mengobati anemia.

    Sebelumnya pada hari Sabtu, Vatikan mengatakan bahwa ia akan tetap dirawat di rumah sakit setelah didiagnosis mengidap pneumonia dan tidak akan menyampaikan doa Angelus mingguan untuk ketiga kalinya dalam masa kepausannya yang hampir 12 tahun.

    Kondisi Paus Fransiskus tampak lebih menjanjikan pada awal minggu ini, dengan Vatikan menggambarkannya sebagai respons “positif” terhadap perawatan medis untuk pneumonia pada hari Kamis.

    “Apakah Paus sudah terbebas dari bahaya? Tidak. Kedua pintu terbuka. Apakah dia berisiko langsung meninggal? Tidak. Terapinya butuh waktu untuk bekerja,” kata Sergio Alfieri, seorang dokter bedah yang sebelumnya pernah mengoperasi Paus, kepada wartawan pada hari Jumat.

    Paus dirawat di klinik di ibu kota Italia pada tanggal 14 Februari, dan awalnya menjalani tes untuk infeksi saluran pernapasan. Ia kemudian didiagnosis mengidap pneumonia di kedua paru-paru setelah CT Scan.

    (suc/suc)

  • Biarpun Miskin, Kota ini ‘Ogah’ Tunduk pada Partai Ekstremis Kanan

    Biarpun Miskin, Kota ini ‘Ogah’ Tunduk pada Partai Ekstremis Kanan

    Jakarta

    Gelsenkirchen, di wilayah Ruhr, Jerman bagian barat, adalah kota termiskin di negara ini. Sampah berserakan di jalan-jalan dan taman, dan apartemen kosong dan terbengkalai sering terlihat.

    Di kota ini, satu dari empat orang yang bekerja hidup masih perlu tunjangan kesejahteraan sosial. Pendapatan tahunan rata-rata penduduk di sini adalah yang terendah di seluruh Jerman, bahkan tidak mencapai €18.000 dan tingkat penganggurannya adalah yang tertinggi di seluruh negeri, yakni lebih dari 14%.

    Menjadi wali kota Gelsenkirchen mungkin merupakan pekerjaan tersulit di negara ini. Karin Welge-lah orangnya, dia bilang: “Gelsenkirchen memiliki sejarah yang tidak seperti kota Jerman lainnya. Kota ini menjadi kaya dan makmur dengan sangat cepat. Dan kemudian terjadi keruntuhan struktural yang sangat brutal,” demikian ia berkisah kepada DW.

    “Sebelum tahun 1960, ada sekitar 400.000 orang yang tinggal di sini. Selama perubahan struktural, jumlah ini turun drastis menjadi 258.000 pada saat krisis keuangan. Setengah dari pekerjaan yang membayar iuran asuransi sosial hilang,” lanjutnya.

    Selama era “keajaiban ekonomi” di bekas Jerman Barat dari tahun 1950-an hingga 1970-an, kota ini berkembang pesat. Kota ini menarik “pekerja tamu” dari Polandia, Italia, dan Turki dan bahkan bangkit menjadi kota penghasil batu bara terpenting di Eropa.

    Pada tahun 2008, tambang Westerholt mengakhiri operasinya sebagai tambang terakhir di Gelsenkirchen. Namun, selama setengah abad sebelumnya, kota ini terus mengalami kemunduran.

    Perubahan struktural meski pundi-pundi kosong

    Batu bara adalah bagian dari sejarah; industri jasa dan pendidikan adalah masa depan. Namun, Gelsenkirchen berada dalam situasi yang sama seperti banyak kota Jerman lainnya: Kota itu tidak punya “cuan”.

    Pemerintah negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW) menetapkan berapa banyak pengeluaran yang boleh dilakukan Kota Gelsenkirchen. Dan, menurut Welge, inilah yang mereka dengar: “Anda tidak diizinkan untuk mempekerjakan lebih banyak orang dalam administrasi, dan Anda tidak diizinkan untuk berinvestasi lebih banyak.”

    “Meskipun investasi sangat dibutuhkan di tempat-tempat yang keadaannya rapuh. Kami belum membangun sekolah di sini sejak tahun 1970-an,” ujar Welge.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    AfD meraup untung dari berbagai masalah kota

    Selain itu, perluasan Uni Eropa tahun 2007 menyebabkan banyaknya orang-orang yang tidak berpendidikan dari Bulgaria dan Rumania datang ke kota tersebut, yang sejauh ini sebagian besar gagal untuk terintegrasi dengan baik.

    Dan hal itu memiliki konsekuensi politik. Wilayah Ruhr secara tradisional merupakan basis bagi Partai Sosial Demokrat (SPD) yang berhaluan kiri-tengah, partainya Kanselir Olaf Scholz, yang juga merupakan partai di mana Karin Welge bernaung. Namun, masa ketika SPD biasa memperoleh 60% suara dalam pemilihan umum telah berlalu.

    Sebaliknya, partai populis sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) telah memperoleh keuntungan selama bertahun-tahun belakangan. Sejak tahun 2017, ketidakpercayaan dan islamofobia mengalami peningkatan dramatis dalam apa yang dulunya merupakan wadah peleburan budaya Jerman.

    “Reputasi Gelsenkirchen selama bertahun-tahun sebagai wadah peleburan budaya yang sukses, dengan kisah imigrasi yang bagus untuk diceritakan telah dengan cepat berubah menjadi sebaliknya. Dan itu membuka jalan bagi kekuatan radikal,” kata Welge.

    Proyek Nordsternpark: Melawan tren

    Jika ada satu orang yang mewakili dan memahami sejarah Gelsenkirchen dengan segala suka dukanya, maka orang itu adalah Reinhold Adam. Pria berusia 79 tahun itu bekerja keras di tambang saat remaja, mengikuti magang pertambangan, dan kemudian bekerja sebagai teknisi listrik di tambang Nordstern.

    Dan ke lokasi tambang inilah ia melakukan tur berpemandu hari ini. Kisah-kisahnya tentang para penambang dan persahabatan mereka sering membuat pengunjung meneteskan air mata, beberapa di antaranya datang dari tempat yang jauh seperti Kanada, Jepang, dan Australia.

    Setelah tambang ditutup pada tahun 1993, sebuah taman lanskap dibangun di lokasi industri seluas 100 hektare yang dikunjungi setiap tahun oleh 200.000 orang. Di antara fitur-fiturnya adalah area panjat tebing, amfiteater, dan menara berkelok-kelok dengan platform pengamatan setinggi 83 meter. Pengunjung yang menikmati pemandangan panorama selalu kagum dengan betapa hijaunya Gelsenkirchen, papar Adam dengan bangga.

    Namun, terlepas dari berbagai upaya untuk membuat kehidupan di Gelsenkirchen benar-benar menarik, AfD meraup 21,7% suara pada pemilu Parlemen Eropa tahun 2024 dan hanya terpaut 1.600 suara dari peringkat pertama.

    Adam tidak dapat memahami bagaimana ini bisa terjadi. “Solidaritas selalu menjadi kekuatan orang-orang di daerah Ruhr; sebenarnya itu sangat penting di antara para penambang,” katanya. “Namun sayangnya hal itu telah hilang. Dulu orang-orang mencari solusi; kini, hal pertama yang mereka khawatirkan adalah mencari seseorang untuk disalahkan.”

    Namun menurutnya: “Kita tidak dapat selalu meminta bantuan kota dan negara, kita harus mengambil tindakan sendiri.”

    Trendi dan multikultural: Kreativquartier Bochumer Strasse

    Bochumer Strasse di distrik ckendorf adalah satu tempat di mana banyak orang beraksi dalam beberapa tahun terakhir. Di sini, bangunan-bangunan yang bobrok dan hancur di daerah terlarang telah diubah menjadi “Modell und Kreativquartier” (Kawasan Model dan Kreatif) dengan kafe, galeri, dan gereja yang telah diubah menjadi lokasi acara.

    Banyak orang telah melakukan kerja sukarela di sini. Masyarakat Merenovasi Kota (SEG) Gelsenkirchen dan Negara Bagian NRW telah mensubsidi proyek-proyek dan membeli properti, untuk membantu menghidupkan kembali distrik tersebut.

    Salah satu relawannya adalah Kirsten Lipka. Sejak keadaan mencapai titik terendah pada tahun 2016, keadaan telah membaik di distrik tersebut, ujarnya. “Saat ini, bahkan mahasiswa dari Kln pindah ke sini karena mereka tidak mampu untuk tinggal di sana,” kata Lipka. “Bahkan, orang-orang yang kembali dari Berlin berkata, ‘kami tidak begitu suka di sana lagi. ckendorf masih ‘polos’.”

    Frank Eckardt, yang lahir di Gelsenkirchen dan kini mengajar sebagai peneliti perkotaan di Bauhaus-Universitt di Weimar, menganggap ckendorf sebagai anugerah. “Selama beberapa dekade, ada perasaan sangat pasrah di sini,” katanya kepada DW. “Anda merasa tidak ada yang dilakukan, kami bangkrut. Dari sudut pandang psikologis, sangat penting bagi orang-orang untuk sekarang memiliki tempat di sini di mana Anda melihat sesuatu sedang terjadi. Namun, kami belum mencapai titik di mana orang-orang berkata: ‘Mengapa saya harus meninggalkan Gelsenkirchen, ini kota keren.’”

    Artikel ini aslinya ditulis dalam bahasa Jerman.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu